psikologi pendidikan dalam pengajaran
TRANSCRIPT
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENGAJARAN
UN
IVERSITASINDRAPRASTAP G R I
Dosen: Akhirudin Akil, S.PdDisusun oleh :
NAMA: Rey Rendy Febrian
NPM: 200846500095
DESAIN KOMUNIKASI VISUALFAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRA PRASTA PGRI2009
DAFTAR ISI Cover… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ….. i DAFTAR ISI………………………………………………………………. 1 BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 2 A. Latar Belakang Masalah ……..............……………………………… 2 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..…... 3
A.Pengertian Umum………………………………………………… 3 1. Definisi
Teori………………………………………………….... 3 2. Definisi-definisi Belajar… … …
… … … … … … … … … … … … …. 3
B.Psikologi Sebagai Ilmu …..………………………………............... 4
C.Teori Belajar …..………………………………................................ 6
D.Teori Pengajaran …..………………………………......................... 13
1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku............... ............................. 13
2. Pendekatan Teori Belajar Konektif.................... ............................ 14
3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar.................. ...................... ....... 14
4. Pendekatan Analisis Tugas................................ ............................. 14
5. Pendekatan Psikolog Humanistik..................... ............................. 14
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 15 A. Kesimpulan… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …... 15 B. Saran… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …............ 15 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Psikologi Pendidikan merupakan aplikasi dari teori-teori psikologi dalam praktek
pendidikan. Salah satu bagian dari Psikologi Pendidikan adalah teori belajar yang besar sekali
sumbangannya terhadap praktek pendidikan khususnya dalam bidang kurikulum dan
pengajaran. Dalam hal ini juga dibahas bagaimana teori belajar memberikan sumbangan bagi
pengajaran. Secara teoritik teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pengajaran. Teori
belajar menjelaskan mengapa terjadi perubahan tingakah laku manusia tidak menjelaskan
secara rinci bagaimana perubahan terjadi. Sedangkan teori pengajaran menjelaskan bagaimana
teknik dan cara membantu siswa mencapai tujuan pendidikan berdasarkan kaidah-kaidah yang
terdapat dalam teori belajar. Dalam teori belajar terdapat beberapa jenis, yaitu teori belajar
behavioristic, teori psikologi kognitife dan teori belajar komprehensif. Sedangkan untuk teori
pengajaran, terdapat beberapa metode pendekatan antara lain yaitu teori pengajaran dengan
pendekatan modifikasi tingkah laku, psikologi kognitif, berbagai kaidah belajar, analisis tugas
dan psikologi humanistik.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Umum 1. Definisi Teori
Istilah teori dapat diartikan sebagai perangkat proposisi (pernyataan ilmiah) yang
terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan,
meramalkan dan mengontrol fenomena yang dapat diamati. Ada empat kriteria umum untuk
menguji teori, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang benar, menggunakan metodologi
yang benar dan tepat, membentuk teori yang sahih serta dapat membuat ramalan yang tepat.
2. Definisi-definisi Belajar
Pada umumnya para ahli psikologi menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu
perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari
praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan, dimana perubahan yang
terjadi dalam individu berasal dari bawaan genetiknya. Perubahan tingkah laku individu sebagai
hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Terbentuknya tingkah laku sebagai
hasil belajar mempunyai tiga ciri pokok, yaitu :
a. Tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial,
b. Kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan
c. Kemampuan baru diperoleh melalui usaha.
Teori belajar akan banyak membantu bagaimana mengembangkan teori-teori
pengajaran, yakni menyusun strategi pengajaran atas dasar prinsip dan kaidah-kaidah yang ada
dalam teori belajar. Teori pengajaran timbul dalam usaha merencanakan pengajaran agar lebih
sistimatis berdasarkan konsep dan prinsip yang telah teruji secara ilmiah. Teori pengajaran
dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar. Teori pengajaran dapat dikatakan sebagai
seperangkat pernyataan berdasarkan penelitian yang dapat diulang dan terpercaya yang
memungkinkan seseorang meramalkan bagaimana perubahan-perubahan tertentu dalam
lingkungan pendidikan dapat mempengaruhi belajar siswa.
Perbedaan pokok antara teori belajar dengan teori atau teknologi pengajaran dapat
diringkaskan sebagai berikut : teori belajar secara ideal mencakup secara luas mengenai kenapa
perubahan-perubahan belajar terjadi namun tidak lengkap dalam hal implikasi praktisnya bagi
pendidik. Sedangkan teori pengajaran idealnya mencakup secara luas mengenai prinsip- prinsip
praktis namun tidak lengkap mengenai bagaimana prosedur-prosedur perubahan itu terjadi.
B. Psikologi Sebagai Ilmu
Psikologi sebagai ilmu dimulai pada tahun 1879, sewaktu Wilhelm wundt mendirikan
laboratorium psikologi di kota Leipzig Jerman. Wundt seorang ahli filsafat, ahli faal dan
psikologi. Ia mulai mengadakn penelitian-penelitian psikologi melalui percobaannya mengenai
pikiran atau akal manusia. Tiga masalah yang menjadi pusat perhatian penelitiannya yaitu :
1. Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2. Cara unsur-unsur itu saling berhubungan, dan
3. Menentukan hukum atau aturan dari hubungan unsur-unsur tersebut.
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda- beda seperti
pertumbuhan fisik, genetika, sistem otak, kematangan dan karakteristik individu lainnya. Oleh
karena itu, para ahli psikologi mencoba menyusun teori psikologi melalui enam pendekatan,
yaitu :
1. Menghubungkan dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi dengan hasil studi lannya yang menggunakan cara dan prosedur yang sama.
2. Mensintesiskan penemuan yang saling berhubungandengan cara mempelajari beberapa model
miniatur yang difokuskan pada penelitian proses atau sub proses psikologi.
3. Menghubungkan hasil-hasil penemuan dengan teori-teori yang lebih komprehensif agar
diperoleh teori psikologi yang komprehensif pula. Teori psikologi yang komprehensif minimal
termasuk persepsi, kemampuan dan motivasi.
4. Mewujudkan kesepakatan untuk membangun satu teori yang diterima bersama sebagai kerangka
dasar untuk mengembangkan teori psikologi yang komprehensif.
5. Berdasarkan pendekatan keempat di atas muncul aliran-aliran dan pandangan psikologi yang
berbeda sehingga terjadi persaingan satu sama lainnya, menuju kepada teori psikologi
komprehensif.
6. Pendekatan yang berorientasi kepada penelitian psikologi yang terintegrasikan dengan teori ilmu
prilaku manusia seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, dsb.
Sudjana,Nana.1991,Teori –Teori Belajar Untuk pengajar.Jakarta:Lenbaga penerbit Falkultas Ekonomi Univ.indonesiaC. Teori Belajar Terdapat dua golongan besar dalam jenis teori belajar, yakni golongan behavioristicyaitu teori belajar stimulus-respon atau conditioning theoriesdan
golongang es ta lt-field atau cognitive-field theories yaitu teori belajar kognitif. Kedua teori
belajar ini di samping mempunyai perbedaan bahkan pertentangan juga mempunyai
persamaan. Persamaannya terletak dalam hal pandangannya terhadap manusia sama-sama
menggunakan pendekatan ilmiah, keduanya melakukan pendekatan psikologi. Sedangkan
perbedaannya terletak dalam asumsi mengenai perilaku manusia. Golongan behavioristic
bertolak dari asumsi bahwa perilaku manusia bisa pasif dan bisa aktif. Pasif dalam pengertian
bahwa perilaku manusia dikontrol oleh stimulusnya, dan aktif dalam pengertian tingkah laku
manusia dikontrol oleh responnya. Sedangkan Golongan Cognitive atauG es ta lt
Field berasumsi bahwa perilaku manusia sifaatnya interaktif. Artinya perilaku manusia merupakan fungsi dari organisme dan lingkungannya (S-O-R). 1. Teori Belajar Stimulus-Respon (Behavioristic)
Aliran behavioristic pada hakekatnya didasarkan kepada asosianisme terutama
asosianisme fisiologis dari Watson dan Adward L. thorndike. Psikologi Watson dikenal dengan
behaviorisme, sedangkan Thorndike dikenal dengan koneksionisme. Keduanya dalam arti yang
luas adalah behavioristic. Sekalipun psikologi Watson dan Thorndike saat ini tidak lagi dalam
bentuknya yang asli, namun banyak psikolog masa kini berorientasi kepada pendapat mereka.
Mereka yang berorientasi kedua tokoh tersebut menanamkan diri kaum neobehaviorisme.
Teori Stimulus-Respon atau conditioning menekankan kepada analisis perilaku yang
bersifat obyektif. Asumsi yang digunakan mengenai proses belajar adalah seseorang dapat
mengerti proses belajar yang kompleks setelah ia mengerti proses belajar yang sederhana.
Proses-proses yang sederhana
diharapkan pula dapat menjelaskan proses-proses yang lebih kompleks. Kritik yang dilontarkan
terhadap pandangan ini ialah bersifat sangat mekanistik dan otomatis.
Teori belajar behavioristik berakar kepada empat pokok yakni : a.Instrospectionesm e.
Dimulai dari asosianistis yang dipimpin oleh John Locke dan Herbart yang menitik beratkan
perhatiannya kepada struktur mental, yakni menyangkut asosiasi dan koneksi dari ide-ide
dalam pikiran (minds). Pemikiran ini berkembang menjadi strukturalisme dari Wundt di abad
ke 20 yang merupakan awal dari behaviorisme, dengan menggunakan metode intropeksi dan
observasi.
b.Physiologi
pada akhir abad ke-19 studi psikologi banyak menaruh perhatian kepada fungsi-fungsi dalam
tubuh. Kelompok ini disebut penganut physiological psychologis. Mereka memusatkan
perhatian kepada obyek atau kejadian yang dapat ditangkap panca indera. Metode introspeksi
digunakan untuk mengamati bentuk-bentuk tingkah laku. Eksperimen mulai dilakukan
terhadap binatang untuk mendapatkan gambaran bagaimana bentuk tingkah laku sebagai hasil
dari proses physiologi.
Ivan P. Pavlov seorang pshcholog dan fisiologi Rusia, menulis tentang “proses-proses
psikologi” sebagai hasil dari penelitiannya terhadap seekor anjing. Karya Pavlov sangat
berpengaruh dikalangan kaum behaviorisme.
c.Koneksionisme Thorndike
Konseksionisme Thorndike berpangkal dari asosianisme Herbart dan psikologi fisiologi.
Teorinya dikenal dengan S-R bond. Teori ini menyatakan bahwa melalui persyaratan respons-
respons khusus dihubungkan dengan stimulasi khusus. Pemikiran ini didasarkan kepada hasil
percobaannya terhadap kucing lapar. Thorndike merumuskan
hukum-hukum asosiasi yang dibedakan menjadi hukum mayor dan hukum minor. d.Behaviorisme Watson dan Neobehavioristic.
Behaviorisme Watson bersandarkepada karya Pavlov. Ia menegaskan bahwa sesuatu organisme
yang hidup sebagai suatu mekanisme yang mempertahankan dirinya. Sedangkan kaum
neobehavioristic memberikan perhatian kepada respon daripada stimulus. Kaum
neobehavioristic lebih sistimatik dibandingkan dengan thorndike, lebih konsisten dan menurut
pendapatnya tidak setiap kesadaran manusia memerlukan penelaahan.
Kebanyakan teori belajar aliaran behaviorisme menekankan kepada instrumental conditioning
atau clasical conditioning atau memodifikasi salah satu dari dua teori tersebut atau
mengkombinasikan kedua teori menjadi satu teori baru.
2. Teori Psikologi Gestalt atau Psikologi Kognitife
Teori belajar kognitif atau teori gestalt menekankan kepada proses- proses intelektual yang
kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam
proses belajar. Mereka tidak setuju dengan proses-proses belajar sederhana sebagai dasar
memperoleh penjelasan mengenai proses belajar yang lebih kompleks. Teori ini merupakan
kritik terhadap teori belajar aliran behaviorisme yang diformulasikan dalam stimulus-respon
(S-R). pandangan teori kognitif adalah bahwa tingkah laku individu dikontrol oleh kemampuan
organisme dan lingkungannya, sehingga muncul paradigma utamanya stimulus- organisme-
respon (S-O-R). Gestalt Field atau cognitif Field berasal dari Jerman pada awal abad ke-20.
Ada empat pemimpin dalam perkembangan teori ini yakni Max Wetherimer, Wolfgang Kohler,
Koffka, Kurt Lewin. Dasar pemikiran yang dikemukakan Wertheimer ketika memunculkan
teori ini adalah keseluruhan yang terorganisasi adalh lebih bermakna dari bagian-bagian.
Keseluruhan bukan pula perjumlahan dari bagian atau unsur-unsur. Sejumlah hukum telah
diciptakan oleh Wertheimer dan para pengkutnya, Hukum tersebut antara lain: pragnanz,
similarity, proximity, closure, good continuation, dan membership character. Tentang pragnanz
dikatakan bahwa jika bidang penerima sedang tidak terorganisasi maka akan menekan perintah
atas bidang penerima dengan cara yang telah diramalkan. Similarity berarti hal yang sama,
akan cenderung membentuk persepsi kelompok. Proximity berarti kedekatan dari unsur-unsur
kelompok menguntungkan persepsi. Closure berarti bahwa bidang atau wilayah yang tertutup
lebih menguntungkan dari bidang yang tidak tertutup. Good continuation berarti bahwa dalam
persepsi seorang cenderung melanjutkan garis lurus untuk membentuk daerah tertutup.
Membership character berarti bahwa sesuatu bagian secara tersendiri tidak akan mempunyai
karakter yang pasti, karakter akan jelas bila dihubungkan dengan keseluruhan.
3. Perbedaan Pandangan dari Kedua Golongan
Ada beberapa perbadaan pandangan dari kedua golongan teori diatas terutama dalam
melihat berbagai hal seperti:lingkungan,interaksi, pengalaman, motivasi, proses belajar,
prilaku, proses berpikir dll.
a. Lingkungan
S-R conditioning menyamakan lingkungan seseorang dengan psikologi orang itu. Lingkungan
seseorang terdiri dari semua yang bersifat fisik dan sosial. Sedangkan Gestalt Field
beerpendapat bahwa lingkungan seseorang adalah sesuatu yang bersifat psikologis, yakni
berupa kesan-kesan seseorang terhadap lingkungan itu.
b. Interaksi.
Interaksi dipakai untuk melukiskan proses hubungan yang berlangsung antar manusia dengan
lingkungan. Aliran behaviorisme mengartikan interaksi sebagai rangkaian reaksi bergantian.
Artinya dimulai dengan reaksi orang atau organisme terhadap stimulus. Orang menerima
stimulus lalu memberi reaksi, sehingga interaksi adalah sebab dan akibat. Sedangkan Gestalt
berpendapat interaksi berlangsung serempak dan saling timbal balik.
c. Pengalaman.
Aliaran behaviorisme kurang memberikan tempat terhadap masalah pengalaman. Mereka
hanya beranggapan bahwa pengalaman biasanya memberikan sesuatu secara mekanis.
Sedangkan gestalt memperluas pengalaman sebagai interaksi bertujuan. Pengalaman adalah
interaksi organisme dengan lingkuangannya.
d. Motivasi.
Pengikut S-R mempersamakan manusia dengan mesin. Ia bekerja menurut aturan yang
dirancang baginya. Ia tidak bekerja tanpa stimulus, sehingga motivasi merupakan gerakan yang
bersyarat sebelumnya, yang terdapat di dalam organisme berdasarkan S-R. Sedangkan gestalt
memandang motivasi sebagai tujuan, harapan, niat dan maksud. Dorongan dan usaha
organisme untuk mencapai tujuan dan harapan tersebut mengandung makna adanya motivasi.
e. Belajar.
Aliran behaviorisme memandang belajar sebagai kondisi atau reinforcement atau penguatan
bagi prilaku. Belajar adalah suatu perubahan yang terus menerus dari prilaku yang timbul
sebagai hasil dari persyaratan
atau kondisi. Sifat proses belajar adalah mempelajari hubungan-hubungan stimulus-respon.
Sedangkan gestalt memandang belajar sebagai pengembangan pemahaman. Pemahaman terjadi
apabila seseorang berusaha mencapai tujuan, melihat cara-cara baru dengan menggunakan
unsur-unsur dari lingkungannya.
f. Prilaku.
Bagi kaum behaviorisme, prilaku (behavior) mengandung arti teknis psikologi, yakni
menyangkut kegiatan otot, kelenjar, yang semuanya harus teruji dan dapat diteliti. Belajar dan
perubahan prilaku berdaampingan dan saling berhubungan. Oleh karena itu setiap perubahan
adalah belajar dan setiap belajar adalah perubahan. Lain halnya dengan gestalt, istilah
prilakumenurut gestalt mengandung arti perubahan, yakni perubahan pada diri seseorang akibat
hubungan dengan lingkungannya yang bermakna. Perubahan dan belajar dapat terjadi sendiri-
sendiri namun pengamatan tetap diperlukan bagi perubahan prilaku sekaligus bukan satu-
satunya prasarat.
g. Proses berpikir.
Dalam pengertian yang luas berpikir mencakup semua proses mental seperti mengingat,
berangan-angan, melamun sampai kepada kemampuan berkreasi atau kegiatan kreatif yang
bertujuan memecahkan masalah. Aliran behaviorisme lebih menekankan bahwa berpikir itu
adalah perilaku yang terdiri dari verbal dan non verbal, terbuka maupun tertutup sebagai
respon dari stimulus. Sedangkan aliran gestlat menafsirkan berfikir sebagai proses pemantulan
(reflective) dimana seseorang mengembangkan atau merubah pengertian dan pemahaman yang
sudah teruji. Dengan demikian berpikir mengkombinasikan proses deduktif (menghimpun
fakta dan proses generalisasi teori) untuk menguji hipotesis.
Perbedaan di atas baru sebagian belum mencakup aspek-aspek lainnya. Perbedaan kedua
aliran terutama disebabkan titik pandang yang berbeda dalam melihat prilaku manusia baik
sumber yang menggerakannya maupun proses timbulnya prilaku tersebut.
4. Teori-teori belajar Komprehensif
Beberapa teori yang mendominasi pengumpulan data dan pembentukan teori-teori belajar
komprehensif pada tahun antara 1930 dan 1940 adalah:
Koneksionisme dari Thorndike.
Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah psikolog yang palilng berpengaruh pada penelitian
dan pembentukan teori belajar pada beberapa dekade dalam abad ini. Sekaligus merupakan
tokoh yang berpengaruh pada psikolog pendidikan. Menurutnya belajar adalah proses
penguatan dan pelemahan terhadap situasi dan bagaimana reaksinya yang secara prinsip
disebutkan sebagai “law of effec”. Tingkah laku terutama dipengaruhi oleh efek, yakni
tindakan yang membawa kesenangan bertambah dan yang menggangu berkurang.
Kondisioning-klasikal dari Pavlov.
Pada akhir abad ke-19 Thorndike menyusun teori belajar di Amerika Serikat, seorang fisiologis
Rusia bernama Ivan P. Pavlov (1849-1936) menemukan “refleks psikis” pada percobaan
memberi makna binatang (anjing) oleh staf penelitinya. Setelah beberapa kali anjing diberi
makan pada ruangan dan dengan kondisi tertentu, yang membuat anjing mengeluarkan air liur,
maka anjing akan tetap mengeluarkan air liur pada saat peneliti masuk dengan kondisi yang
sama walaupun tidak membawa makanan, Pavlov membedakan dua macam refleks yakni:
a. Refleks yang tidak berkondisi, yang dibawa organisme secara lahiriah yang mempunyai respons tertentu akibat stimulus internal dan eksternal
b. Refleks yang berkondisi, adalah hasil dari pengalaman organisme dalam hidupnya akibat
kondisi tertentu, seperti pada percobaan anjingnya dalam “belajar” bereaksi terhadap peneliti
yang masuk ruangan.
Ia menganggap proses belajar yang kompleks dapat dimengerti dengan melihat proses belajar
yang paling sederhana, yang dianggap sebagai dasar dari proses belajar.
Edwin R. Guthrie (1886-1959) bersama-sama Smith pada tahun 1921 memperkaya konsep
Pavlov menjadi hubungan Stimulus-Respon dari konsep asalnya yaitu Refleks yang berkondisi.
Ia juga mempunyai kritik terhadap “law of effect” dari Thorndike yang dianggapnya terlalu
memperhatikan hasil belajar dari pada proses balajar. Jadi ia lebih menitik beratkan pada
proses belajar.
D. Teori Pengajaran
Ada Beberapa pendapat yang menyangkut hubungan antara teori belajar dengan teori
pengajaran.Berikut ini akan dikemukaan lima pendekatan bagaimana menggunakan teori
belajar psikolog dalam menyusun teori pengajaran.
1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku.
Pendekatan modifikasi tingkah laku telah didefinisikan secara khusus dan diterapkan
dalam bidang klinis dan pendidikan.Kaedah –kaedah belajarnya diturunkan dari studi
laboratorium proses belajar.Ia mendorong pendidik untuk menggunakan kaedah –kaedah
penguatan (reinforcement) dalam mengidentifikasi aspek –aspek penting dalam belajar, dan
mengatur kondisi sedemikian rupa agar sisiwa memiliki reward.Di samping itu pendekatan
modifikasi tingkah laku prosedur pengajaran terlalu mendorong para sisiwa untuk percaya
bahwa selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masalah.
2. Pendekatan Teori Belajar Konektif
Teori pengajaran harus berhubungan dengan motivasi sisiwa, menggunakan
kaedah –kaedah yang dapat mendorong siswa mau dan mampu belajar bila mereka memasuki
situasi belajar mengajar.
3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar
Teori pengajaran harus memberikan tekanan kepada perhatian dan respon sisiwa
terhadap bahan pengajaran,serta pengetahuan yang dihasilkan sebagai kontrol respon dan
ganjaran merupakan cara untuk membimbing perhatian dan tingkah laku sisiwa.
4. Pendekatan Analisis Tugas
Pendekatan ini muncul kaerna ketidak puasan terhadap teori pengajaran
berdasarkan kaedah –kaedah belajar laboratoris.Mereka menyatakan bahwa studi belajar
psikolog dapat bermanfaat bila menyiapkan suatu cara yang sitematis untuk menganalisis jenis
tugas yang ada dalam latihan pratis termasuk dalam praktek pendidikan dan pengjaran.
5. Pendekatan Psikolog Humanistik Psikolog humanistik dipandang sebagai alternatif
baru
neobehaviorisme dan psikolog kognitif. Sehingga psikolog harus lebih menangani pribadi
keseluruhan (whole person) dari pada analisis bagian –bagian dari semua sub aspek
manusia.Sehingga bisa ditentukan agar menunjang proses belajar yang lebih bermakna. Namun
teori pengajaran dari psikologi humanistik tidak selesai dan menuntut pengujian secara
empiris.
DAFTAR PUSTAKA Sudjana,Nana.1991,Teori –Teori Belajar Untuk Pengajar.Jakarta:Lembaga Penerbitan Falkultas Ekonomi Univ.Indonesia. Sarlito,Wirawan.1978,Berkenaan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Pisikolog.Jakarta:Bulan Bintang. Sudjana, Nana.1985,Teori Belajar.Jakarta:Falkultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2008,Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:Pustaka Bahasa. Mouly,George.1960.Psikologi untuk Pengajaran yang Efektif.Jakarta:Pstaka Setia.