psikologi pendidikan dalam pengajaran

17
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENGAJARAN U N IVERSITAS INDRAPRASTA P G R I Dosen: Akhirudin Akil, S.Pd Disusun oleh : NAMA : Rey Rendy Febrian NPM : 200846500095 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS INDRA PRASTA PGRI 2009 DAFTAR ISI Cover… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ….. i DAFTAR ISI………………………………………………………………. 1 BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 2 A. Latar Belakang Masalah ……..............……………………………… 2 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..…... 3 A.Pengertian Umum………………………………………………… 3 1. Definisi Teori………………………………………………….... 3 2. Definisi-definisi Belajar… … … … … … … … … … … … … … … …. 3 B.Psikologi Sebagai Ilmu …..………………………………............... 4 C.Teori Belajar …..………………………………................................

Upload: said-nur

Post on 03-Jul-2015

157 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENGAJARAN

UN

IVERSITASINDRAPRASTAP G R I

Dosen: Akhirudin Akil, S.PdDisusun oleh :

NAMA: Rey Rendy Febrian

NPM: 200846500095

DESAIN KOMUNIKASI VISUALFAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS INDRA PRASTA PGRI2009

DAFTAR ISI Cover… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ….. i DAFTAR ISI………………………………………………………………. 1 BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 2 A. Latar Belakang Masalah ……..............……………………………… 2 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..…... 3

A.Pengertian Umum………………………………………………… 3 1. Definisi

Teori………………………………………………….... 3 2. Definisi-definisi Belajar… … …

… … … … … … … … … … … … …. 3

B.Psikologi Sebagai Ilmu …..………………………………............... 4

C.Teori Belajar …..………………………………................................ 6

D.Teori Pengajaran …..………………………………......................... 13

1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku............... ............................. 13

Page 2: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

2. Pendekatan Teori Belajar Konektif.................... ............................ 14

3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar.................. ...................... ....... 14

4. Pendekatan Analisis Tugas................................ ............................. 14

5. Pendekatan Psikolog Humanistik..................... ............................. 14

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 15 A. Kesimpulan… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …... 15 B. Saran… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …............ 15 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Psikologi Pendidikan merupakan aplikasi dari teori-teori psikologi dalam praktek

pendidikan. Salah satu bagian dari Psikologi Pendidikan adalah teori belajar yang besar sekali

sumbangannya terhadap praktek pendidikan khususnya dalam bidang kurikulum dan

pengajaran. Dalam hal ini juga dibahas bagaimana teori belajar memberikan sumbangan bagi

pengajaran. Secara teoritik teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pengajaran. Teori

belajar menjelaskan mengapa terjadi perubahan tingakah laku manusia tidak menjelaskan

secara rinci bagaimana perubahan terjadi. Sedangkan teori pengajaran menjelaskan bagaimana

teknik dan cara membantu siswa mencapai tujuan pendidikan berdasarkan kaidah-kaidah yang

terdapat dalam teori belajar. Dalam teori belajar terdapat beberapa jenis, yaitu teori belajar

behavioristic, teori psikologi kognitife dan teori belajar komprehensif. Sedangkan untuk teori

pengajaran, terdapat beberapa metode pendekatan antara lain yaitu teori pengajaran dengan

pendekatan modifikasi tingkah laku, psikologi kognitif, berbagai kaidah belajar, analisis tugas

dan psikologi humanistik.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Umum 1. Definisi Teori

Istilah teori dapat diartikan sebagai perangkat proposisi (pernyataan ilmiah) yang

terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan,

Page 3: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

meramalkan dan mengontrol fenomena yang dapat diamati. Ada empat kriteria umum untuk

menguji teori, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang benar, menggunakan metodologi

yang benar dan tepat, membentuk teori yang sahih serta dapat membuat ramalan yang tepat.

2. Definisi-definisi Belajar

Pada umumnya para ahli psikologi menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu

perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari

praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan, dimana perubahan yang

terjadi dalam individu berasal dari bawaan genetiknya. Perubahan tingkah laku individu sebagai

hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,

persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Terbentuknya tingkah laku sebagai

hasil belajar mempunyai tiga ciri pokok, yaitu :

a. Tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial,

b. Kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan

c. Kemampuan baru diperoleh melalui usaha.

Teori belajar akan banyak membantu bagaimana mengembangkan teori-teori

pengajaran, yakni menyusun strategi pengajaran atas dasar prinsip dan kaidah-kaidah yang ada

dalam teori belajar. Teori pengajaran timbul dalam usaha merencanakan pengajaran agar lebih

sistimatis berdasarkan konsep dan prinsip yang telah teruji secara ilmiah. Teori pengajaran

dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar. Teori pengajaran dapat dikatakan sebagai

seperangkat pernyataan berdasarkan penelitian yang dapat diulang dan terpercaya yang

memungkinkan seseorang meramalkan bagaimana perubahan-perubahan tertentu dalam

lingkungan pendidikan dapat mempengaruhi belajar siswa.

Perbedaan pokok antara teori belajar dengan teori atau teknologi pengajaran dapat

diringkaskan sebagai berikut : teori belajar secara ideal mencakup secara luas mengenai kenapa

perubahan-perubahan belajar terjadi namun tidak lengkap dalam hal implikasi praktisnya bagi

Page 4: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

pendidik. Sedangkan teori pengajaran idealnya mencakup secara luas mengenai prinsip- prinsip

praktis namun tidak lengkap mengenai bagaimana prosedur-prosedur perubahan itu terjadi.

B. Psikologi Sebagai Ilmu

Psikologi sebagai ilmu dimulai pada tahun 1879, sewaktu Wilhelm wundt mendirikan

laboratorium psikologi di kota Leipzig Jerman. Wundt seorang ahli filsafat, ahli faal dan

psikologi. Ia mulai mengadakn penelitian-penelitian psikologi melalui percobaannya mengenai

pikiran atau akal manusia. Tiga masalah yang menjadi pusat perhatian penelitiannya yaitu :

1. Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,

2. Cara unsur-unsur itu saling berhubungan, dan

3. Menentukan hukum atau aturan dari hubungan unsur-unsur tersebut.

Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda- beda seperti

pertumbuhan fisik, genetika, sistem otak, kematangan dan karakteristik individu lainnya. Oleh

karena itu, para ahli psikologi mencoba menyusun teori psikologi melalui enam pendekatan,

yaitu :

1. Menghubungkan dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi dengan hasil studi lannya yang menggunakan cara dan prosedur yang sama.

2. Mensintesiskan penemuan yang saling berhubungandengan cara mempelajari beberapa model

miniatur yang difokuskan pada penelitian proses atau sub proses psikologi.

3. Menghubungkan hasil-hasil penemuan dengan teori-teori yang lebih komprehensif agar

diperoleh teori psikologi yang komprehensif pula. Teori psikologi yang komprehensif minimal

termasuk persepsi, kemampuan dan motivasi.

4. Mewujudkan kesepakatan untuk membangun satu teori yang diterima bersama sebagai kerangka

dasar untuk mengembangkan teori psikologi yang komprehensif.

Page 5: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

5. Berdasarkan pendekatan keempat di atas muncul aliran-aliran dan pandangan psikologi yang

berbeda sehingga terjadi persaingan satu sama lainnya, menuju kepada teori psikologi

komprehensif.

6. Pendekatan yang berorientasi kepada penelitian psikologi yang terintegrasikan dengan teori ilmu

prilaku manusia seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, dsb.

Sudjana,Nana.1991,Teori –Teori Belajar Untuk pengajar.Jakarta:Lenbaga penerbit Falkultas Ekonomi Univ.indonesiaC. Teori Belajar Terdapat dua golongan besar dalam jenis teori belajar, yakni golongan behavioristicyaitu teori belajar stimulus-respon atau conditioning theoriesdan

golongang es ta lt-field atau cognitive-field theories yaitu teori belajar kognitif. Kedua teori

belajar ini di samping mempunyai perbedaan bahkan pertentangan juga mempunyai

persamaan. Persamaannya terletak dalam hal pandangannya terhadap manusia sama-sama

menggunakan pendekatan ilmiah, keduanya melakukan pendekatan psikologi. Sedangkan

perbedaannya terletak dalam asumsi mengenai perilaku manusia. Golongan behavioristic

bertolak dari asumsi bahwa perilaku manusia bisa pasif dan bisa aktif. Pasif dalam pengertian

bahwa perilaku manusia dikontrol oleh stimulusnya, dan aktif dalam pengertian tingkah laku

manusia dikontrol oleh responnya. Sedangkan Golongan Cognitive atauG es ta lt

Field berasumsi bahwa perilaku manusia sifaatnya interaktif. Artinya perilaku manusia merupakan fungsi dari organisme dan lingkungannya (S-O-R). 1. Teori Belajar Stimulus-Respon (Behavioristic)

Aliran behavioristic pada hakekatnya didasarkan kepada asosianisme terutama

asosianisme fisiologis dari Watson dan Adward L. thorndike. Psikologi Watson dikenal dengan

behaviorisme, sedangkan Thorndike dikenal dengan koneksionisme. Keduanya dalam arti yang

luas adalah behavioristic. Sekalipun psikologi Watson dan Thorndike saat ini tidak lagi dalam

bentuknya yang asli, namun banyak psikolog masa kini berorientasi kepada pendapat mereka.

Mereka yang berorientasi kedua tokoh tersebut menanamkan diri kaum neobehaviorisme.

Page 6: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

Teori Stimulus-Respon atau conditioning menekankan kepada analisis perilaku yang

bersifat obyektif. Asumsi yang digunakan mengenai proses belajar adalah seseorang dapat

mengerti proses belajar yang kompleks setelah ia mengerti proses belajar yang sederhana.

Proses-proses yang sederhana

diharapkan pula dapat menjelaskan proses-proses yang lebih kompleks. Kritik yang dilontarkan

terhadap pandangan ini ialah bersifat sangat mekanistik dan otomatis.

Teori belajar behavioristik berakar kepada empat pokok yakni : a.Instrospectionesm e.

Dimulai dari asosianistis yang dipimpin oleh John Locke dan Herbart yang menitik beratkan

perhatiannya kepada struktur mental, yakni menyangkut asosiasi dan koneksi dari ide-ide

dalam pikiran (minds). Pemikiran ini berkembang menjadi strukturalisme dari Wundt di abad

ke 20 yang merupakan awal dari behaviorisme, dengan menggunakan metode intropeksi dan

observasi.

b.Physiologi

pada akhir abad ke-19 studi psikologi banyak menaruh perhatian kepada fungsi-fungsi dalam

tubuh. Kelompok ini disebut penganut physiological psychologis. Mereka memusatkan

perhatian kepada obyek atau kejadian yang dapat ditangkap panca indera. Metode introspeksi

digunakan untuk mengamati bentuk-bentuk tingkah laku. Eksperimen mulai dilakukan

terhadap binatang untuk mendapatkan gambaran bagaimana bentuk tingkah laku sebagai hasil

dari proses physiologi.

Ivan P. Pavlov seorang pshcholog dan fisiologi Rusia, menulis tentang “proses-proses

psikologi” sebagai hasil dari penelitiannya terhadap seekor anjing. Karya Pavlov sangat

berpengaruh dikalangan kaum behaviorisme.

c.Koneksionisme Thorndike

Page 7: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

Konseksionisme Thorndike berpangkal dari asosianisme Herbart dan psikologi fisiologi.

Teorinya dikenal dengan S-R bond. Teori ini menyatakan bahwa melalui persyaratan respons-

respons khusus dihubungkan dengan stimulasi khusus. Pemikiran ini didasarkan kepada hasil

percobaannya terhadap kucing lapar. Thorndike merumuskan

hukum-hukum asosiasi yang dibedakan menjadi hukum mayor dan hukum minor. d.Behaviorisme Watson dan Neobehavioristic.

Behaviorisme Watson bersandarkepada karya Pavlov. Ia menegaskan bahwa sesuatu organisme

yang hidup sebagai suatu mekanisme yang mempertahankan dirinya. Sedangkan kaum

neobehavioristic memberikan perhatian kepada respon daripada stimulus. Kaum

neobehavioristic lebih sistimatik dibandingkan dengan thorndike, lebih konsisten dan menurut

pendapatnya tidak setiap kesadaran manusia memerlukan penelaahan.

Kebanyakan teori belajar aliaran behaviorisme menekankan kepada instrumental conditioning

atau clasical conditioning atau memodifikasi salah satu dari dua teori tersebut atau

mengkombinasikan kedua teori menjadi satu teori baru.

2. Teori Psikologi Gestalt atau Psikologi Kognitife

Teori belajar kognitif atau teori gestalt menekankan kepada proses- proses intelektual yang

kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam

proses belajar. Mereka tidak setuju dengan proses-proses belajar sederhana sebagai dasar

memperoleh penjelasan mengenai proses belajar yang lebih kompleks. Teori ini merupakan

kritik terhadap teori belajar aliran behaviorisme yang diformulasikan dalam stimulus-respon

(S-R). pandangan teori kognitif adalah bahwa tingkah laku individu dikontrol oleh kemampuan

organisme dan lingkungannya, sehingga muncul paradigma utamanya stimulus- organisme-

respon (S-O-R). Gestalt Field atau cognitif Field berasal dari Jerman pada awal abad ke-20.

Ada empat pemimpin dalam perkembangan teori ini yakni Max Wetherimer, Wolfgang Kohler,

Koffka, Kurt Lewin. Dasar pemikiran yang dikemukakan Wertheimer ketika memunculkan

Page 8: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

teori ini adalah keseluruhan yang terorganisasi adalh lebih bermakna dari bagian-bagian.

Keseluruhan bukan pula perjumlahan dari bagian atau unsur-unsur. Sejumlah hukum telah

diciptakan oleh Wertheimer dan para pengkutnya, Hukum tersebut antara lain: pragnanz,

similarity, proximity, closure, good continuation, dan membership character. Tentang pragnanz

dikatakan bahwa jika bidang penerima sedang tidak terorganisasi maka akan menekan perintah

atas bidang penerima dengan cara yang telah diramalkan. Similarity berarti hal yang sama,

akan cenderung membentuk persepsi kelompok. Proximity berarti kedekatan dari unsur-unsur

kelompok menguntungkan persepsi. Closure berarti bahwa bidang atau wilayah yang tertutup

lebih menguntungkan dari bidang yang tidak tertutup. Good continuation berarti bahwa dalam

persepsi seorang cenderung melanjutkan garis lurus untuk membentuk daerah tertutup.

Membership character berarti bahwa sesuatu bagian secara tersendiri tidak akan mempunyai

karakter yang pasti, karakter akan jelas bila dihubungkan dengan keseluruhan.

3. Perbedaan Pandangan dari Kedua Golongan

Ada beberapa perbadaan pandangan dari kedua golongan teori diatas terutama dalam

melihat berbagai hal seperti:lingkungan,interaksi, pengalaman, motivasi, proses belajar,

prilaku, proses berpikir dll.

a. Lingkungan

S-R conditioning menyamakan lingkungan seseorang dengan psikologi orang itu. Lingkungan

seseorang terdiri dari semua yang bersifat fisik dan sosial. Sedangkan Gestalt Field

beerpendapat bahwa lingkungan seseorang adalah sesuatu yang bersifat psikologis, yakni

berupa kesan-kesan seseorang terhadap lingkungan itu.

b. Interaksi.

Interaksi dipakai untuk melukiskan proses hubungan yang berlangsung antar manusia dengan

lingkungan. Aliran behaviorisme mengartikan interaksi sebagai rangkaian reaksi bergantian.

Artinya dimulai dengan reaksi orang atau organisme terhadap stimulus. Orang menerima

Page 9: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

stimulus lalu memberi reaksi, sehingga interaksi adalah sebab dan akibat. Sedangkan Gestalt

berpendapat interaksi berlangsung serempak dan saling timbal balik.

c. Pengalaman.

Aliaran behaviorisme kurang memberikan tempat terhadap masalah pengalaman. Mereka

hanya beranggapan bahwa pengalaman biasanya memberikan sesuatu secara mekanis.

Sedangkan gestalt memperluas pengalaman sebagai interaksi bertujuan. Pengalaman adalah

interaksi organisme dengan lingkuangannya.

d. Motivasi.

Pengikut S-R mempersamakan manusia dengan mesin. Ia bekerja menurut aturan yang

dirancang baginya. Ia tidak bekerja tanpa stimulus, sehingga motivasi merupakan gerakan yang

bersyarat sebelumnya, yang terdapat di dalam organisme berdasarkan S-R. Sedangkan gestalt

memandang motivasi sebagai tujuan, harapan, niat dan maksud. Dorongan dan usaha

organisme untuk mencapai tujuan dan harapan tersebut mengandung makna adanya motivasi.

e. Belajar.

Aliran behaviorisme memandang belajar sebagai kondisi atau reinforcement atau penguatan

bagi prilaku. Belajar adalah suatu perubahan yang terus menerus dari prilaku yang timbul

sebagai hasil dari persyaratan

atau kondisi. Sifat proses belajar adalah mempelajari hubungan-hubungan stimulus-respon.

Sedangkan gestalt memandang belajar sebagai pengembangan pemahaman. Pemahaman terjadi

apabila seseorang berusaha mencapai tujuan, melihat cara-cara baru dengan menggunakan

unsur-unsur dari lingkungannya.

f. Prilaku.

Bagi kaum behaviorisme, prilaku (behavior) mengandung arti teknis psikologi, yakni

menyangkut kegiatan otot, kelenjar, yang semuanya harus teruji dan dapat diteliti. Belajar dan

Page 10: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

perubahan prilaku berdaampingan dan saling berhubungan. Oleh karena itu setiap perubahan

adalah belajar dan setiap belajar adalah perubahan. Lain halnya dengan gestalt, istilah

prilakumenurut gestalt mengandung arti perubahan, yakni perubahan pada diri seseorang akibat

hubungan dengan lingkungannya yang bermakna. Perubahan dan belajar dapat terjadi sendiri-

sendiri namun pengamatan tetap diperlukan bagi perubahan prilaku sekaligus bukan satu-

satunya prasarat.

g. Proses berpikir.

Dalam pengertian yang luas berpikir mencakup semua proses mental seperti mengingat,

berangan-angan, melamun sampai kepada kemampuan berkreasi atau kegiatan kreatif yang

bertujuan memecahkan masalah. Aliran behaviorisme lebih menekankan bahwa berpikir itu

adalah perilaku yang terdiri dari verbal dan non verbal, terbuka maupun tertutup sebagai

respon dari stimulus. Sedangkan aliran gestlat menafsirkan berfikir sebagai proses pemantulan

(reflective) dimana seseorang mengembangkan atau merubah pengertian dan pemahaman yang

sudah teruji. Dengan demikian berpikir mengkombinasikan proses deduktif (menghimpun

fakta dan proses generalisasi teori) untuk menguji hipotesis.

Perbedaan di atas baru sebagian belum mencakup aspek-aspek lainnya. Perbedaan kedua

aliran terutama disebabkan titik pandang yang berbeda dalam melihat prilaku manusia baik

sumber yang menggerakannya maupun proses timbulnya prilaku tersebut.

4. Teori-teori belajar Komprehensif

Beberapa teori yang mendominasi pengumpulan data dan pembentukan teori-teori belajar

komprehensif pada tahun antara 1930 dan 1940 adalah:

Koneksionisme dari Thorndike.

Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah psikolog yang palilng berpengaruh pada penelitian

dan pembentukan teori belajar pada beberapa dekade dalam abad ini. Sekaligus merupakan

Page 11: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

tokoh yang berpengaruh pada psikolog pendidikan. Menurutnya belajar adalah proses

penguatan dan pelemahan terhadap situasi dan bagaimana reaksinya yang secara prinsip

disebutkan sebagai “law of effec”. Tingkah laku terutama dipengaruhi oleh efek, yakni

tindakan yang membawa kesenangan bertambah dan yang menggangu berkurang.

Kondisioning-klasikal dari Pavlov.

Pada akhir abad ke-19 Thorndike menyusun teori belajar di Amerika Serikat, seorang fisiologis

Rusia bernama Ivan P. Pavlov (1849-1936) menemukan “refleks psikis” pada percobaan

memberi makna binatang (anjing) oleh staf penelitinya. Setelah beberapa kali anjing diberi

makan pada ruangan dan dengan kondisi tertentu, yang membuat anjing mengeluarkan air liur,

maka anjing akan tetap mengeluarkan air liur pada saat peneliti masuk dengan kondisi yang

sama walaupun tidak membawa makanan, Pavlov membedakan dua macam refleks yakni:

a. Refleks yang tidak berkondisi, yang dibawa organisme secara lahiriah yang mempunyai respons tertentu akibat stimulus internal dan eksternal

b. Refleks yang berkondisi, adalah hasil dari pengalaman organisme dalam hidupnya akibat

kondisi tertentu, seperti pada percobaan anjingnya dalam “belajar” bereaksi terhadap peneliti

yang masuk ruangan.

Ia menganggap proses belajar yang kompleks dapat dimengerti dengan melihat proses belajar

yang paling sederhana, yang dianggap sebagai dasar dari proses belajar.

Edwin R. Guthrie (1886-1959) bersama-sama Smith pada tahun 1921 memperkaya konsep

Pavlov menjadi hubungan Stimulus-Respon dari konsep asalnya yaitu Refleks yang berkondisi.

Ia juga mempunyai kritik terhadap “law of effect” dari Thorndike yang dianggapnya terlalu

memperhatikan hasil belajar dari pada proses balajar. Jadi ia lebih menitik beratkan pada

proses belajar.

D. Teori Pengajaran

Page 12: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

Ada Beberapa pendapat yang menyangkut hubungan antara teori belajar dengan teori

pengajaran.Berikut ini akan dikemukaan lima pendekatan bagaimana menggunakan teori

belajar psikolog dalam menyusun teori pengajaran.

1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku.

Pendekatan modifikasi tingkah laku telah didefinisikan secara khusus dan diterapkan

dalam bidang klinis dan pendidikan.Kaedah –kaedah belajarnya diturunkan dari studi

laboratorium proses belajar.Ia mendorong pendidik untuk menggunakan kaedah –kaedah

penguatan (reinforcement) dalam mengidentifikasi aspek –aspek penting dalam belajar, dan

mengatur kondisi sedemikian rupa agar sisiwa memiliki reward.Di samping itu pendekatan

modifikasi tingkah laku prosedur pengajaran terlalu mendorong para sisiwa untuk percaya

bahwa selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masalah.

2. Pendekatan Teori Belajar Konektif

Teori pengajaran harus berhubungan dengan motivasi sisiwa, menggunakan

kaedah –kaedah yang dapat mendorong siswa mau dan mampu belajar bila mereka memasuki

situasi belajar mengajar.

3. Pendekatan Kaedah-Kaedah Belajar

Teori pengajaran harus memberikan tekanan kepada perhatian dan respon sisiwa

terhadap bahan pengajaran,serta pengetahuan yang dihasilkan sebagai kontrol respon dan

ganjaran merupakan cara untuk membimbing perhatian dan tingkah laku sisiwa.

4. Pendekatan Analisis Tugas

Pendekatan ini muncul kaerna ketidak puasan terhadap teori pengajaran

berdasarkan kaedah –kaedah belajar laboratoris.Mereka menyatakan bahwa studi belajar

psikolog dapat bermanfaat bila menyiapkan suatu cara yang sitematis untuk menganalisis jenis

tugas yang ada dalam latihan pratis termasuk dalam praktek pendidikan dan pengjaran.

Page 13: Psikologi Pendidikan Dalam Pengajaran

5. Pendekatan Psikolog Humanistik Psikolog humanistik dipandang sebagai alternatif

baru

neobehaviorisme dan psikolog kognitif. Sehingga psikolog harus lebih menangani pribadi

keseluruhan (whole person) dari pada analisis bagian –bagian dari semua sub aspek

manusia.Sehingga bisa ditentukan agar menunjang proses belajar yang lebih bermakna. Namun

teori pengajaran dari psikologi humanistik tidak selesai dan menuntut pengujian secara

empiris.

DAFTAR PUSTAKA Sudjana,Nana.1991,Teori –Teori Belajar Untuk Pengajar.Jakarta:Lembaga Penerbitan Falkultas Ekonomi Univ.Indonesia. Sarlito,Wirawan.1978,Berkenaan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Pisikolog.Jakarta:Bulan Bintang. Sudjana, Nana.1985,Teori Belajar.Jakarta:Falkultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2008,Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:Pustaka Bahasa. Mouly,George.1960.Psikologi untuk Pengajaran yang Efektif.Jakarta:Pstaka Setia.