pendidikan psikologi

122
PSIKOLOGI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA UNIVERSITAS GUNADARMA 2004 2004

Upload: falqi

Post on 13-Jun-2015

4.622 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: pendidikan psikologi

PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMAUNIVERSITAS GUNADARMA

20042004

Page 2: pendidikan psikologi

BAB I BAB I PENDAHULUANPENDAHULUAN PENGANTAR ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DEFINISI PENDIDIKANSEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKANKONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI

& PRAKTEK PENDIDIKANMETODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Page 3: pendidikan psikologi

A. PENGANTARA. PENGANTAR

Manfaat Psikologi PendidikanPsikologi Pendidikan = Ilmu TerapanLong Life Education

Page 4: pendidikan psikologi

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKANB. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN

Pendidikan InformalPendidikan FormalPendidikan Non-formal

Page 5: pendidikan psikologi

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKANB. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN1. Pendidikan Informal1. Pendidikan Informal

“Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup sehari-hari”

Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.

Page 6: pendidikan psikologi

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKANB. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN2. Pendidikan Formal2. Pendidikan Formal

“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”.

Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT)

Page 7: pendidikan psikologi

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKANB. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN3. Pendidikan Non Formal3. Pendidikan Non Formal

“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal”.

Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.

Page 8: pendidikan psikologi

C. DEFINISI PENDIDIKANC. DEFINISI PENDIDIKAN

Definisi AwamDefinisi PsikologiDefinisi Uu Sisdiknas No.2/2003

Page 9: pendidikan psikologi

C. DEFINISI PENDIDIKANC. DEFINISI PENDIDIKAN 1. Definisi Awam1. Definisi Awam

“Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”.

“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

Page 10: pendidikan psikologi

C. DEFINISI PENDIDIKANC. DEFINISI PENDIDIKAN 2. Definisi Psikologi2. Definisi Psikologi

• PROSES

“Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat”

• HASIL

“Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar

Page 11: pendidikan psikologi

D. SEJARAH PSIKOLOGI D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKANPENDIDIKAN

DEMOCRITUSPLATO&ARISTOTELESARISTOTELES JOHN AMOS

COMENICUSROUSSEAU JOHN LOCKE

JOHN HEINRICH PESTALOZZI

FRANCIS GALTONSTANLEY HALLWILLIAM JAMESCATTELBINETABAD KE-20

Page 12: pendidikan psikologi

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKANPRAKTEK PENDIDIKAN

Kontribusi Bagi Proses PendidikanKontribusi Bagi Peserta DidikKontribusi Bagi Pendidik

Page 13: pendidikan psikologi

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKANTEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan

Penggunaan audio visual aidsMembantu dalam pengelolaan sekolahMembantu dalam penyusunan jadwal pelajaranMembantu terhadap produksi buku pelajaranMemberi dasar bagi penyusunan kurikulum

Page 14: pendidikan psikologi

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKANBAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN2. Kontribusi Bagi Peserta Didik2. Kontribusi Bagi Peserta Didik

Mengerti hakekat belajarPendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif

bagi siswaMembantu perkembangan kepribadian siswa

melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

Page 15: pendidikan psikologi

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKANBAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN3. Kontribusi Bagi Pendidik3. Kontribusi Bagi Pendidik

Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individuMengetahui metode mengajar yang efektifMemahami permasalahan anak didikMembantu dalam evaluasi belajarMeningkatkan kemampuan menelitiMengarahkan pendidik dalam menangani anak-

anak khusus

Page 16: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN IntrospeksiObservasiMetode KlinisMetode DiferensialMetode IlmiahMetode Eksperimen

Page 17: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN1. Instrospeksi1. Instrospeksi

Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

Page 18: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN2. Observasi2. Observasi

Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).

Page 19: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN3. Metode Klinis3. Metode Klinis

Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang.

Studi Kasus Klinis

Studi Kasus Perkembangan

• Longitudinal

• Cross-Sectional

Page 20: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN4. Metode Diferensial4. Metode Diferensial

Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik.

Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

Page 21: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN5. Metode Ilmiah 5. Metode Ilmiah

Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya.

Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Page 22: pendidikan psikologi

F. METODE-METODE DALAM F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANPSIKOLOGI PENDIDIKAN6. Metode Eksperimen6. Metode Eksperimen

Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.

Page 23: pendidikan psikologi

BAB II BAB II BAKAT & INTELEGENSIBAKAT & INTELEGENSI

PENDAHULUAN INTELEGENSIBAKATLINGKUNGAN & HEREDITASKELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKANDIKOTOMI DESA-KOTA JENIS KELAMIN

Page 24: pendidikan psikologi

A. PENDAHULUANA. PENDAHULUAN

Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental individu

Page 25: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI

Sejarah Intelegensi Pengertian Intelegensi Teori-teori IntelegensiPengukuran IntelegensiKurve Normal Dalam Intelegensi

Page 26: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI 1. Sejarah Intelegensi1. Sejarah Intelegensi

Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes.

Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur satu kemampuan

1880 Ebbinghause menemukan berbagai tes memori

Alfred Binet & Theopile Simon membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir Tes Binet-Simon

Tes Binet direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet

Page 27: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI2. Pengertian Intelegensi2. Pengertian Intelegensi

TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.

BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.

STREN Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru.

THORNDIKE Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

Page 28: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi

CHARLES SPEARMAN

Dua faktor intelegensi, yaitu:

Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang.

Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

Page 29: pendidikan psikologi

B. IntelegensiB. Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi

THURSTONE

Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :

Perilaku nyata (trial & error)

Perseptual (trial & error)

Ideational

Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi

Page 30: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI3. Teori-teori Intelegensi3. Teori-teori Intelegensi

KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE:

Verbal Comprehention (V)

Number (N)

Spatial Relation (S)

Word Fluency (W)

Memory (M)

Reasoning (R)

Page 31: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi4. Pengukuran Intelegensi

KUALITATIF Perbedaan intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.

KUANTITATIF Perbedaan intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

Page 32: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi4. Pengukuran Intelegensi

ALFRED BINET

TES STANFORD BINET

IQ = MA

CAX 100

IQ = Intelligence Quotient

MA = Mental Age

CA = Chronological Age

Page 33: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi4. Pengukuran IntelegensiKlasifikasi IQ Menurut Stanford-BinetKlasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet

KLASIFIKASI IQGenius 140 ke atasSangat cerdas 130 – 139Cerdas (superior) 120 – 129Di atas rata-rata 110 – 119Rata-rata 90 – 109Di bawah rata-rata 80 – 89Garis Batas (bodoh) 70 – 79Moron (lemah pikir) 50 – 69Imbisil,idiot 49 ke bawah

Page 34: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi4. Pengukuran Intelegensi

DAVID WECHSLER

Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)

Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)

Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

Page 35: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

KLASIFIKASI IQVery Superior 130 ke atasSuperior 120 –129Bright Normal 110 –119Average 90 – 109Dull Normal 80 – 89Borderline 70 –79

Mental Deffective 69 ke bawah

Page 36: pendidikan psikologi

B. INTELEGENSIB. INTELEGENSI5. Kurve Normal Dalam Intelegensi5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

Page 37: pendidikan psikologi

C. BAKATC. BAKAT

Sejarah BakatPengertian BakatBakat & IntelegensiPengukuran Bakat

Page 38: pendidikan psikologi

C. BakatC. Bakat 1. Sejarah Bakat1. Sejarah Bakat

Pendidikan = Bakat Ideal

Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja

Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial

Spearman Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

Page 39: pendidikan psikologi

C. BakatC. Bakat 2. Pengertian Bakat 2. Pengertian Bakat

Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam

William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan

Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu(segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.

Page 40: pendidikan psikologi

C. BakatC. Bakat 2. Pengertian Bakat 2. Pengertian Bakat

Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.

Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu:1. Achievement Kemampuan aktual2. Capacity Kemampuan potensial3. Aptitude Kualitas

Page 41: pendidikan psikologi

C. BakatC. Bakat 2. Pengertian Bakat 2. Pengertian Bakat

Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual

Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisismengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :aspek tindakan (performance/act)aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)aspek ekspresif

Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkandengan bakat

Page 42: pendidikan psikologi

C. BakatC. Bakat 3. Bakat dan Intelegensi 3. Bakat dan Intelegensi

Binet dan Weschler menekankan pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.

Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.

Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental.

Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

Page 43: pendidikan psikologi

C. BakatC. Bakat 4. Pengukuran Bakat4. Pengukuran Bakat

Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) :

a. Analisis jabatan/lapangan

b. Deskripsi jabatan/lapangan studi

c. Menemukan persyaratan yang diperlukan

d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes

Page 44: pendidikan psikologi

D. LINGKUNGAN & HEREDITASD. LINGKUNGAN & HEREDITAS

Studi terhadap keluargaStudi terhadap anak kembar

Page 45: pendidikan psikologi

D. Lingkungan & HereditasD. Lingkungan & Hereditas 1. Studi terhadap Keluarga1. Studi terhadap Keluarga

Galton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi

Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan

Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan

Page 46: pendidikan psikologi

D. Lingkungan & HereditasD. Lingkungan & Hereditas 2. Studi terhadap Anak Kembar2. Studi terhadap Anak Kembar

Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:

Kembar monozigotik dibesarkan bersama:

IQ hampir sama faktor nature berperan besar

IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besar

Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah

IQ hampir sama faktor nature berperan kecil

IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan kecil

Page 47: pendidikan psikologi

E. KELAS SOSIALE. KELAS SOSIAL

Havighurst kelas sosial & intelegensi, laki-laki & perempuan

Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat intelegensi

Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

Page 48: pendidikan psikologi

F. DIKOTOMI DESA-KOTAF. DIKOTOMI DESA-KOTA

Crow & Crow (1989) intelegensi anak kota anak desa

Colleman, dkk prestasi anak metropolitan anak non metropolitan

Page 49: pendidikan psikologi

G. JENIS KELAMING. JENIS KELAMIN

Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner, 1979;Crow & Crow, 1989)

Page 50: pendidikan psikologi

G. JENIS KELAMING. JENIS KELAMIN

Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner, 1979):Kemampuan verbal (p l)Kemampuan matematika (l p)Kemampuan spasial (l p)Problem solving (l p)Orientasi prestasi

Page 51: pendidikan psikologi

BAB IIIBAB IIIKEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU

& ANTISIPASI PENDIDIKAN& ANTISIPASI PENDIDIKAN

PENDAHULUANPENDIDIKAN ANAK BERBAKATPENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNERPENDIDIKAN ANAK KHUSUS

Page 52: pendidikan psikologi

A. PENDAHULUANA. PENDAHULUAN

Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada lapangan pendidikan

Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik

Page 53: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Taiwan) dan di Indonesia

Anak berbakatIdentifikasi anak berbakatModel identifikasiLayanan pendidikan anak berbakat

Page 54: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia1. Di Mancanegara dan Indonesia

1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS.

Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk mengidentifikasi anak berbakat.

Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

Page 55: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia 1. Di Mancanegara dan Indonesia

Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat:

a. Tingkat Nasional

b. Tingkat Swasta

Untuk penjaringan anak berbakat dengan:

a. Akselerasi

b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

Page 56: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia 1. Di Mancanegara dan Indonesia

Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini:

a. Gifted dalam kemampuan umum

b. Gifted dalam bakat akademik

c. Gifted dalam talent khusus

Page 57: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia 1. Di Mancanegara dan Indonesia Indonesia.

1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu

1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat. Prosesnya:

1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ.

2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar.

1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:”Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

Page 58: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak Berbakat 2. Anak Berbakat

Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty)

Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali.

Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat) (sumber:Chaplin, 1995).

Page 59: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat 3. Identifikasi Anak Berbakat

Penjaringan Anak Berbakat.

A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994).

B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137 (moderately gifted)

C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)

Page 60: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat3. Identifikasi Anak Berbakat Penyaringan Anak Berbakat

Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang.

Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

Page 61: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT4. Model Identifikasi Renzulli4. Model Identifikasi Renzulli

IQ > Rata-rata

Task comitment

Kreativitas

THREE-RINGS INTERACTION

Page 62: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Triandis 4. Model Identifikasi Triandis

Sekolah Teman Sebaya

Keluarga

Intelegensi

KreativitasKeuletan

Anak cerdas tinggi

Page 63: pendidikan psikologi

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATB. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 5. Layanan Pend.Anak Berbakat5. Layanan Pend.Anak Berbakat

Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994):

Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan pada aspek intelektual.

Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata.

Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.

Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif.

Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan.

Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

Page 64: pendidikan psikologi

C. C. MENTAL RETARDATIONMENTAL RETARDATION

Karakteristik MRKategori MRFaktor-faktor penyebab MR

Page 65: pendidikan psikologi

C. C. MENTAL RETARDATIONMENTAL RETARDATION

1. Karakteristik MR1. Karakteristik MR Menurut PPDGJ III:

a. IQ = 75 ke bawah

b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial

c. Adaptive behavior buruk

MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena melibatkan hal-hal yang kompleks:

hubungan antar keluarga

menjadi beban semua orang

hambatan bagi pembangunan

Page 66: pendidikan psikologi

C. C. MENTAL RETARDATIONMENTAL RETARDATION 2. Kategori MR2. Kategori MR

1). Ditinjau dari skala IQ

a. Mild MR

- Stanford Binet : 52 - 67

- Wechsler : 55 - 69

b. Moderate MR

- Stanford Binet : 36 - 51

- Wechsler : 40 - 54

Page 67: pendidikan psikologi

C. C. MENTAL RETARDATIONMENTAL RETARDATION 2. Kategori MR2. Kategori MR

c. Severe MR

- Stanford Binet : 20 - 35

- Wechsler : 25 - 39

d. Profound MR

- Stanford Binet : <= 19

- Wechsler : <= 24

Page 68: pendidikan psikologi

C. C. MENTAL RETARDATIONMENTAL RETARDATION 2. Kategori MR2. Kategori MR

2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan:

a. Debil : IQ 50 - 75

b. Imbicil : IQ 25 - 49

c. Idiot : IQ < 25

3). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan:

a. Dull : IQ 75 - 85

b. Educable : IQ 50 - 74

c. Trainable : IQ 25 - 49

d. Hanya mampu rawat : IQ < 25

Page 69: pendidikan psikologi

C. C. MENTAL RETARDATIONMENTAL RETARDATION 3. Faktor Penyebab MR3. Faktor Penyebab MR

Sebab Biologis

A). Pranatal: infeksi, detoksifikasi, virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex, siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme.

B). Masa pranatal dengan penyebab tidak jelas: microcephallus, hydrocephallus, meningocelle, kelainan kromosom, BB < minimum, bayi dari ibu psikosis

Sebab Psikologi dan sosial

Disebabkan karena dibesarkan dalam lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa adanya stimulasi)

Page 70: pendidikan psikologi

D. D. EXCEPTIONAL PEOPLEEXCEPTIONAL PEOPLE

PengertianKategori individu khusus

Page 71: pendidikan psikologi

D. D. EXCEPTIONAL PEOPLEEXCEPTIONAL PEOPLE 1. Pengertian1. Pengertian

Individu yang secara jelas/signifikan dan sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang sangat dasar (Harring, 1982).

Beberapa istilah terkait:

Disabled

Impaired

Disordered

Handicaped

Exceptional

Page 72: pendidikan psikologi

D. D. EXCEPTIONAL PEOPLEEXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori 2. Kategori Exceptional PeopleExceptional People

Kategori Harring (1982):

Sensory Handicapped

Mental Deviation

Communication Disorder

Learning Disabilities

Behavioral Disorders

Physical Handicaps

Page 73: pendidikan psikologi

D. D. EXCEPTIONAL PEOPLEEXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori 2. Kategori Exceptional PeopleExceptional People

Kategori Indonesia:

a. Tuna Netra (SLB A)

b. Tuna Wicara & Tuna Rungu (SLB B)

c. Tuna Grahita (SLB C)

d. Tuna Daksa (SLB D)

e. Tuna Laras (SLB E)

f. Berbakat/gifted (SLB F)

Page 74: pendidikan psikologi

BAB IVBAB IVPERENCANAAN KEGIATAN PERENCANAAN KEGIATAN

BELAJAR-MENGAJARBELAJAR-MENGAJAR

PENDAHULUANTUJUAN INSTRUKSIONALMODEL INSTRUKSIONALKURIKULUMMODEL PEMILIHAN TUJUAN

Page 75: pendidikan psikologi

A. PENDAHULUANA. PENDAHULUAN

“Apa yang akan saya lakukan?”“Perubahan apa yang saya inginkan dari siswa-

siswa saya?”

Page 76: pendidikan psikologi

B. TUJUAN INSTRUKSIONALB. TUJUAN INSTRUKSIONALGuru yang efektifModel tujuan instruksional yang bertujuanKeuntungan model tujuan instruksional yang

bertujuan

Page 77: pendidikan psikologi

C. MODEL INSTRUKSIONALC. MODEL INSTRUKSIONAL

Penentuan tujuan-tujuan spesifik

Penentuan tujuan-tujuan spesifik

Penilaian Pendahuluan

Pengajaran Evaluasi

Model Instruksional yang Beracuan Tujuan

Page 78: pendidikan psikologi

C. MODEL INSTRUKSIONALC. MODEL INSTRUKSIONAL

Penentuan tujuan-tujuan spesifik

Penilaian Pendahuluan Pengajaran Evaluasi

Jika tujuan tidak tercapai, perbaiki

Jika tujuan tercapai, kembangkan

Langkah-langkah yang ditentukan oleh evaluasi hasil

Page 79: pendidikan psikologi

D. KURIKULUMD. KURIKULUM

Definisi kurikulumModel pemilihan tujuan (Tyler)

Page 80: pendidikan psikologi

D. KURIKULUMD. KURIKULUM 1. Definisi Kurikulum1. Definisi Kurikulum

Kurikulum ialah keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.

Page 81: pendidikan psikologi

D. KURIKULUMD. KURIKULUM 2. 2. Model Pemilihan Tujuan (Ralph Tyler)

Komponen-komponen dalam kurikulum (Model Tyler):

Siswa

Masyarakat

Bidang studi

Ketiga kategori ini saling berhubungan dan saling melengkapi.

Page 82: pendidikan psikologi

BAB VBAB VPROSES BELAJARPROSES BELAJAR

KOMUNIKASIPEMBELAJARAN AKTIF

Page 83: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI

Pengertian komunikasiUnsur-unsur dalam komunikasiModel proses persuasiKomunikasi dalam proses belajar-mengajar

Page 84: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi1. Pengertian Komunikasi

Berasal dari bahasa Latin “communicere” = “memberitahukan”, “berpartisipasi”, “menjadi milik bersama”

Susanto (1973): komunikasi berarti memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama (commoness).

Hovland, Janis, Kelly: komunikasi merupakan suatu proses dimana individu (komuniaktor)mentransmisikan stimulus (yang biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya.

Page 85: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi primer - sekunder

Komunikasi langsung - tidak langsung

Komunikasi dua arah

Page 86: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 2. Unsur-unsur dalam Komunikasi2. Unsur-unsur dalam Komunikasi

Komunikator (pemberi informasi, berita atau pesan) dan

Komunikan / receiver (penerima informasi, berita atau pesan).

Informasi, berita dan pesan.

Media, alat, saluran, metode/cara penyampaian informasi bertia/pesan

Page 87: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi3. Model Proses Persuasi

Pesan-pesan

Persuasi

Alternatif proses

psikologis laten

Pembahasan yang terjadi dalam wujud tindakan

Model Psikodinamika

Page 88: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi3. Model Proses Persuasi

Pesan yang persuasif

Batasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok)

Membentuk batasan(definisi untuk perilaku sos.bagi anggota kelompok

Menghasilkan perubahan perilaku

Model Sosial Budaya

Page 89: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar

Tiga fungsi sosial pendidik dalam pendidikan:

Fungsi sebagai komunikator

Fungsi sebagai inovator

Fungsi sebagai emansipator

Page 90: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar

Tiga tipe kemampuan seseorang memperoleh atau menerima tanggapan :

Tipe Visual

Tipe Auditif

Tipe Motoris

Page 91: pendidikan psikologi

A. KOMUNIKASIA. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar

Metode untuk memperoleh umpan balik dalam komunikasi proses belajar dan mengajar :

•Metode tanya jawab

•Metode diskusi dan seminar

•Metode tugas

•Simulasi atau permainan

Page 92: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF

Latar belakang& pengertianUntuk apaMengapaBagaimanaPenilaian pembelajaran aktif yang bermakna

Page 93: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF1. Latar Belakang & Pengertian1. Latar Belakang & Pengertian

Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan :

Secara Kuantitatif

Secara Kualitatif

Pendidikan yang semakin merata.

Peningkatan mutu proses belajar mengajar

Page 94: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF1. Latar Belakang & Pengertian1. Latar Belakang & Pengertian

CBSA (Raka Joni, 1993):

Melihat kegiatan belajar mengajar sebagai pemberian makna secara konstruktivistik terhadap pengalaman bagi peserta didik.

Pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggungjawab peserta didik ke arah belajar sepanjang hayat.

Page 95: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF2. Untuk Apa

Tuntutan masa depan

kreatifekspresifmemiliki prakasatanggung jawab

Page 96: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF 3. Mengapa3. Mengapa

Memberikan umpan bagaiman peserta didik belajar membentuk sikap yang diperlukan, mengelola perolehannya untuk menjadi bekal dan dasar bagi pengalaman belajar berikutnya, atas prakarsa sendiri.

Memberikan sumbangan terhadap perkembangan mental peserta didik.

Page 97: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana4. Bagaimana

Yang perludiperhatikan:

Persiapan pembelajaran aktif yang bermakna dan kondusif

Mengandung unsur pengamatan terhadap objek yang dipelajari dengan memperhatikan keseimbangan otak kanan dan kiri.

Interpretasi. Mencatat ciri khas dari suatu objek tahap perkembangan atau kejadian untuk menghubungi pengamatan yang satu dengan yang lain.

Page 98: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana4. Bagaimana

Ramalan.Perkiraan secara anlogi atau dengan menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru maupun menggunakan pengalaman baru.

Eksperimen dan atau penerapan konsep/teori

Page 99: pendidikan psikologi

B. PEMBELAJARAN AKTIFB. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Penilaian Pembelajaran Aktif yang Bermakna 4. Penilaian Pembelajaran Aktif yang Bermakna

Yang perlu diperhatikan:

Peserta didik harus menyadari kriteria apa yang akan di capai dan penting untuknya.

Tujuan apa yang akan dicapai dan sejauh mana ia telah mencapai tujuan dalam sasaran yang berkesinambungan.

Page 100: pendidikan psikologi

BAB VIBAB VIEVALUASI BELAJAREVALUASI BELAJAR

PENDAHULUANFUNGSI EVALUASI PENDIDIKANANALISIS TAKSONOMISTEKNIK PENILAIAN

Page 101: pendidikan psikologi

A. PENDAHULUANA. PENDAHULUAN

Usaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

Penilaian dan prediksi terhadap penguasaan materi pada siswa

Page 102: pendidikan psikologi

A. PENDAHULUANA. PENDAHULUAN1. 1. Usaha Melakukan Evaluasi Terhadap Hasil Usaha Melakukan Evaluasi Terhadap Hasil

Belajar Siswa Belajar Siswa

Cara-cara yang dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa :

Ujian/ testing

Melakukan tugas tertentu

Membuat karangan

mereproduksi materi yang telah diajarkan

wawancara, dan sebagainya

Page 103: pendidikan psikologi

A. PENDAHULUANA. PENDAHULUAN2. 2. Penilaian Dan Prediksi Terhadap Penguasaan Penilaian Dan Prediksi Terhadap Penguasaan

Materi Pada Siswa Materi Pada Siswa Penilai berusaha menentukan atau memperkirakan sejauh mana peserta didik mengalami kemajuan ke arah tujuan (pendidikan) yang harus dicapai dan/atau untuk menentukan apakah peserta didik telah memenuhi syarat dalam suatu kategori tertentu.

Penilaian hasil-hasil pendidikan biasanya disebut rapor

Bentuk-bentuk rapor : Mempergunakan lambang A, B, C, D, E Skala 11 tingkat misl: mulai 0-10 atau 0 sampai 100

Page 104: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN

Dasar psikologisDasar didaktisDasar administratif

Page 105: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis1. Dasar Psikologis

Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan orientasiuntuk menghadapi usaha-usaha yang lebih jauh

a. Di pandang dari segi anak didikb. Di pandang dari segi pendidik

Page 106: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis1. Dasar Psikologis

a. Di pandang dari segi anak didik

•Anak-anak belum dapat “mandiri pribadi”

Butuh pendapat orang dewasa dalam menentukan sikap ,tingkah lakunya dan orientasi dalam suatu sikap tertentu

•Anak membutuhkan status diantara teman-temannya

Page 107: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis1. Dasar Psikologis

b. Di pandang dari segi pendidik

Orang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana usahanyatelah mencapai tujuan sebagai pedoman dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut

Guru butuh untuk mengetahui hasil usahanya sebagaipedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.

Page 108: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Didaktis2. Dasar Didaktis

a. Ditinjau dari segi anak didik

Pengetahuan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapaiumumnya berpengaruh baik terhadap pekerjaan-pekerjaan selanjutnya

Page 109: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Didaktis2. Dasar Didaktis

b. Ditinjau dari segi pendidik

Guru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan

Membantu menilai readiness (kesiapan) anak dalam belajar

Mengetahui status anak dalam kelasnya

Membantu menempatkan murid dalam suatu kelompok yang tepati

Membantu memperbaiki metode belajar dan mengajar

membantu dalam memberikan pelajaran tambahan

Page 110: pendidikan psikologi

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANB. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Administratif2. Dasar Administratif

Memberikan data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya

Memberikan ihtisar hasil usaha yang telah dilakukan oleh suatulembaga

Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepadaorangtua, atau pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.

Page 111: pendidikan psikologi

C. ANALISIS TAKSONOMISC. ANALISIS TAKSONOMIS

Segi kognitif ( Tokoh : Bloom)Segi afektif (Tokoh : Krathwohl)Segi psikomotoris (Tokoh : E.J. Simpson)

Page 112: pendidikan psikologi

C. ANALISIS TAKSONOMISC. ANALISIS TAKSONOMIS1. SEGI KOGNITIF (Bloom)1. SEGI KOGNITIF (Bloom)

Memperhatikan

Merespon

Menghayati Nilai

Mengorganisasikan

Mempribadikan nilai atau seperangkat nilai

Page 113: pendidikan psikologi

C. ANALISIS TAKSONOMISC. ANALISIS TAKSONOMIS2.. SEGI AFEKTIF (Krathwohl)2.. SEGI AFEKTIF (Krathwohl)

Memperhatikan

Merespon

Menghayati nilai

Mengorganisasikan

Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai

Page 114: pendidikan psikologi

C. ANALISIS TAKSONOMISC. ANALISIS TAKSONOMIS3. SEGI PSIKOMOTORIS (E.J. Simpson)3. SEGI PSIKOMOTORIS (E.J. Simpson)

Persepsi

Set

Respon Terbimbing

Respon Mekanistis

Respon Kompleks

Page 115: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN

Tes subjektifTes objektif

Page 116: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN1. Tes Subjektif1. Tes Subjektif

Kelemahan Tes subjektif :

Sukar dinilai secara tepat

Sukar untuk komprehensif

Kecenderungan pendidik memberikan nilai seperti biasa

reliabilitas, validitas, dan objektivitas rendah

Page 117: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN1. Tes Subjektif1. Tes Subjektif

Tes subjektif dapat digunakann dalam situasi :

Mengkaji pendapat siswa tentang suatu persoalan

Mengetahui hasil yang diperoleh anak didik setelah mengadakan suatu kegiatan

Mengetahui kemampuan mengarang

menyelidiki kecakapan pemecahan masalah

Page 118: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN2. Tes Objektif2. Tes Objektif

Tes benar-salah atau tes Ya-Tidak(True-False Test, Yes-No Test)

KEKUATAN KELEMAHANMudah disusun Mendorong untuk menerka,Komprehensif dapat mengerjakan tanpa belajarDapat dinilai cepat Reliabilitas rendahpraktis Menimbulkan kekeburan, dan

objktif sukar dicari item yang benar-benar salah

Page 119: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN2. Tes Objektif2. Tes Objektif

Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Kekuatan Kelemahan

Digunakan untukmeneliti kemampuanmembuat tafsiran,melakukan pemilihan,mendiskriminasikan,menentukan pendapat& menarik kesimpulan

Mudah, cepat danobjektif

Mengurangi faktorterkaan

Digunakan hanya untukmenilai ingatan saja

Sukar Sering terjadi lebih dari

satu jawaban yangtepat

Memakan banyakwaktu dan usaha

Page 120: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN2. Tes Objektif2. Tes Objektif

Matching TestKEKUATAN

Dapat digunakan untuk menilai : Problem dengan penyelesaiannya Teori dengan penyusunannya sebab

dan akibatnya singkatan dan kata-katalengkapnya

Istilah definisinya Mudah disusun Menghilangkan faktor menerka-nerka Dapat dinilai dengan mudah dan cepat

Page 121: pendidikan psikologi

D. TEKNIK PENILAIAND. TEKNIK PENILAIAN2. Tes Objektif2. Tes Objektif

Tes Isian

KEKUATAN KELEMAHAN- Masalah yang diujikan

disjikan dalamkeseluruhannya

- Baik untuk menyelidikipengetahuan pelajarsecara utuh mengenaisuatu bidang

- Mudah disusun

Banyak memakantempat dan waktu

Kurang komprehensif Seringkali hanya untuk

menilai kecakapanmengingat

Page 122: pendidikan psikologi

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

M. Fakhrurrozi & Praesti SedjoM. Fakhrurrozi & Praesti Sedjo