psikologi komunikasi

28
1 TUGAS UTS PSIKOLOGI KOMUNIKASI KAJIAN-KAJIAN ASPEK INDIVIDU PASIEN DAN ASISTEN DARI SUDUT PANDANG TEORI PSIKOLOGI DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI Penyusun: Adria Permana Putra 160121140007 Pembimbing: Prof. Dr. Suryana Soemantri, Drs., MSIE PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Upload: adria-permana-putra

Post on 21-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menjelaskan tentang kajian aspek individu akan kesiapan pasien dan asisten

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Komunikasi

1

TUGAS UTS PSIKOLOGI KOMUNIKASI

KAJIAN-KAJIAN ASPEK INDIVIDU PASIEN DAN ASISTEN DARI SUDUT PANDANG TEORI PSIKOLOGI DALAM

PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

Penyusun:Adria Permana Putra

160121140007

Pembimbing:Prof. Dr. Suryana Soemantri, Drs., MSIE

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALISBEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG2015

Page 2: Psikologi Komunikasi

2

BAB I

PENDAHULUAN

Hakikat hubungan interpersonal adalah bahwa ketika kita sebagai individu

berkomunikasi maka kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan

kadar hubungan interpersonal. Dalam menjalin komunikasi dan hubungan interpersonal,

dokter gigi sebagai individu bukan sekedar menentukan konten tetapi juga relationship.

Dokter gigi sebagai individu dan atau bagian dari suatu organisasi / kelompok

diharapkan memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan pasien, teman sejawat, atasan,

dan keluarga. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menciptakan suatu komunikasi dan

hubungan interpersonal yang baik. Hubungan interpersonal itu sendiri memiliki tiga dimensi

hubungan yaitu need of inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok atau

organisasi) yang menimbulkan suatu rasa memiliki, need of control ( kebutuhan untuk

mendominasi) dan need of affection ( kebutuhan untuk menyukai dan disukai).

Salah satu hal yang menjadi permasalahan klasik adalah adanya salah persepsi dari

masing-masing dokter gigi, perawat dan pasien yang seringkali menjadikan pasien memiliki

tekanan psikologis setiap akan ke dokter gigi. Keadaan dimana pasien merasakan kecemasan

dan menjadi takut untuk berkonsultasi ke dokter gigi. Untuk itu ada beberapa cara dan teori

di bidang psikologi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Makalah ini akan membahas bagaimana komunikasi antara dokter gigi dengan pasien

dan asisten untuk mencapai suatu hubungan interpersonal yang baik sehingga akan

memberikan kesiapan bagi pasien dan asisten dalam ruang dokter gigi.

Page 3: Psikologi Komunikasi

3

BAB II

KAJIAN ASPEK INDIVIDU

2.1 Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan,

baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar

individu (motivasi ekstrinsik).

Motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai tempat dan

keadaan dari masing-masing orang tersebut. Motivasi merupakan fungsi dari berbagai macam

variabel yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri

manusia. Oleh karena itu motivasi merupakan keadaan kejiwaan yang mendorong,

mengaktifkan, mengerakan usaha dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk dengan

kemauan yang keras bagi seorang individu untuk berbuat sesuatu yang berhubungan dengan

pencapaian tujuan, baik tujuan individu, organisasi, maupun tujuan pribadi dari masing-

masing anggota.

Motivasi bisa datang dari mana saja tergantung apa dan siapa yang memotivasi

seorang individu untuk menjadi semakin lebih baik, sebagai contoh karena rasa cinta pada

anaknya seorang bapak akan berusaha kerja keras agar anaknya bisa mendapatkan apa yang

terbaik bagi anaknya, atau untuk mencapai target kerja yang ditentukan oleh atasan maka

seorang salesman termotivasi untuk mencapai target penjualan barang sehingga mendapat

bonus yang besar.

Page 4: Psikologi Komunikasi

4

2.2 Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping aspek – aspek

komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu. Kita

sering tidak sadar bahwa rasa suka atau rasa benci kita kepada seseorang sering disebabkan

perilaku nonverbal orang tersebut. Di antara sekian banyak perilaku nonverbal, senyuman,

pandangan mata, atau sentuhan seseorang sering merupakan perilaku nonverbal paling

berpengaruh.

Isyarat (gestures), gerakan tubuh, postur tubuh, gerakan kepala, ekspresi wajah, dan

kontak mata adalah perilaku – perilaku yang kesemuanya disebut bahasa tubuh yang

mengandung makna pesan yang potensial. Studi sistematis mengenai aspek – aspek gerakan

tubuh yang terpola, dipelajari, dan bersifat simbolik itu disebut kinesika (kinesics).

Diasumsikan bahwa setiap komunitas budaya memiliki cara – cara khas untuk

menyampaikan pesan lewat bahasa tubuh. Hanya orang – orang dari budaya bersangkutan

yang dapat menafsirkan bahasa tubuh seseorang secara relatif cermat. Orang sering keliru

menafsirkan bahasa tubuh orang dari budaya yang berbeda.

David Cohen dalam bukunya “Bahasa Tubuh dalam Pergaulan” yang menjelaskan

tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng mengungkapkan bahwa bahasa tubuh

juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil

dan banyak diantara kita dapat melakukannya dengan baik. Banyak isyarat-isyarat nonverbal

tentang perasaan bersifat sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti

mencoba menguraikan pola dari selendang yang dipakai seseorang yang sedang lewat. Anda

dapat melakukannya, tapi membutuhkan keahlian dan latihan. Apa yang dapat menerobos

topeng yang kita pakai adalah apa yang disebut oleh para ahli psikologi sebagai “isyarat yang

bocor”, isyarat yang sebenarnya tidak ingin kita berikan namun tidak dapat terkontrol.

Mengatur ekspresi wajah sangat mudah dilakukan. Jika anda tidak ingin tampak sedih, anda

Page 5: Psikologi Komunikasi

5

dapat berpura-pura. Lebih sulit mengatur nada suara kita atau gerakan tubuh, mereka ini

sering “bocor”. Pelajari mereka dan anda akan segera tahu banyak tentang apa yang sedang

dipikirkan orang lain. Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadiannya. Beberapa

orang bicaranya keras dan tanpa henti, orang lainnya sukar dimengerti dan beberapa sangat

diam. David Cohen tidak menyetujui anggapan bahwa orang dengan kepribadian tertentu

cenderung memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan sama dengan orang lain. Beberapa

penelitian yang baik tentang kepribadian, menunjukkan kontras antara ekstrovert, yang ceria,

ramah, cepat, tidak teliti, suka humor, tidak sabar dan memiliki metabolisme yang tinggi

dengan introvert yang teliti, banyak cemas, lamban, dan kurang kemampuan dalam

sosialisasi. Kepribadian yang satu tidak lebih baik dari kepribadian lainnya. Mereka adalah

gaya, tapi gaya yang terungkap melalui bahasa tubuh. Dalam hubungan antar pribadi, banyak

orang merasa berada dibawah tekanan untuk tidak menunjukkan perasaan mereka. Kita hidup

melalui suatu periode perubahan sosial yang kompleks, membuat banyak dari kita merasa

lebih aman bersembunyi dibalik kedok.

Dalam kamus komunikasi dari Onong U. Effendy bahwa Kinesic Communication atau

komunikasi kial/komunikasi kinesik adalah komunikasi yang dilakukan dengan gerakan

anggota tubuh, salah satu jenis komunikasi nonverbal.

Peter Clayton dalam bukunya “Bahasa Tubuh dalam Pergaulan Sehari-hari”

mengungkapkan bahwa Apa yang disebut dengan bahasa tubuh? saya telah mengajukan

pertanyaan ini kepada orang yang tak terhitung banyaknya. Jawaban yang mereka berikan

tanpa kecuali sesuatu yang sejalan dengan komunikasi nonverbalyang menurut hemat saya

tidak salah sejauh ini. Akan tetapi, jawaban itu tidak benar-benar menjelaskan kebenaran

alami dari bahasa tubuh. Selama bertahun-tahun saya berusaha untuk menyingkat pengertian

ini menjadi beberapa kalimat sederhana.

Page 6: Psikologi Komunikasi

6

Alo Liliweri dalam bukunya “Komunikasi Verbal dan Nonverbal” menjelaskan

bahwa bahasa tubuh adalah gerakan tubuh yang merupakan sebagian perilaku nonverbal

(termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi kepada orang

lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang lain.4

Bentuk dan tipe umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu:

a. Kontak Mata

Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang

saat sedang berbicara. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan kepada orang lain

suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya

pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis kita.

Penelitian menunjukkan bahwa seorang pendengar menggunakan kontak mata lebih sering

daripada pembicara. Presentase kontak mata antara pendengar dan pembicara disajikan dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Presentase Kontak Mata Oleh Pelaku Komunikasi

Pelaku komunikasi Presentase Kontak Mata

Pembicara 30%

Pendengar 70%

 

Sejak kontak mata dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana

kemampuannya dalam melakukan komunikasi.

b. Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi

secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu menyatakan

Page 7: Psikologi Komunikasi

7

hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan. Melalui wajah orang

juga bisa membaca makna suatu pesan.

Ekspresi wajah juga dapat dilihat ketika memandang seseorang yang dianggap

sebagai orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin. Hal ini didasari oleh ada sebuah

ekspresi wajah yang nampak pada seseorang tidak menunjukkan sebuah perubahan seperti

yang dilakukan oleh orang lain ketika mendengar atau mengetahui suatu peristiwa, baik

kesedihan maupun kegembiraan, keanehan atau kelayakan, kabaikan atau keburukan, dan

sebagainya.

c. Gestures (Gerakan Tubuh)

Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari,

dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak

sadar untuk menekankan suatu pesan. Ketika seseorang berkata “Pohon itu tinggi”, atau

“Rumahnya dekat”, maka orang tersebut pasti menggerakkan tangan untuk menggambarkan

deskripsi verbalnya. Lain halnya ketika seseorang berkata “Letakkan barang itu!”, “Lihat

pada saya!”, maka yang bergerak adalah telunjuk yang menunjukkan arah. Ternyata manusia

mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan anggota tubuhnya

ketika sedang berbicara. Orang yang cacat bahkan berkomunikasi hanya dengan tangan saja.

      Setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan beberapa fungsi yang oleh Ekman dan

Friesen dikategorikan sebagai :

Emblem           : Gerakan mata tertentu, merupakan simbol yang memiliki   kesetaraan

dengan simbol verbal.

Ilustrator         : Tanda-tanda non-verbal dalam komunikasi. Tanda ini

merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu.

Page 8: Psikologi Komunikasi

8

Contoh : Seorang ayah yang melukiskan tinggi badan anaknya dengan menaikturunkan

tangannya dari permukaan tanah.

Ilustrator memiliki 8 bentuk, antara lain :

1. Batons : Suatu gerakan yang menunjukkan tekanan tertentu  pada pesan yang

disampaikan.

2. Ideographs : Gerakan membuat peta atau mengarahkan pikiran.

3. Deitic Movements : Gerakan untuk menunjukkan sesuatu.

4. Apatial Movements : Gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan.

5. Kinetographs : Gerakan yang menggambarkan tindakan fisik.

6. Rhytmic Movements : Gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu.

7. Pictographs : Gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara.

8. Emblematic Movements : Gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal

tertentu.

Setiap bentuk ilustrator yang diuraikan di atas memiliki penafsiran yang kurang jelas,

hal ini dikarenakan seseorang tidak hanya menggunakan satu bentuk ilustrator, tetapi

beberapa bentuk sekaligus dalam berkomunikasi.

Adaptor : Gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik.

Beberapa jenis adaptor beserta contohnya disajikan dalam table 1.2

Tabel 1.2 Contoh dari Jenis-Jenis Adaptor

Adaptor Contoh

Self adaptor Menggaruk kepala, menunjukkan kebingungan

Alter adaptor Mengusap kepala orang lain sebagai tanda kasih sayang

 

Regulator : Gerakan yang berfungsi mengarahkan, mengawasi, mengkoordinasi

interaksi dengan seksama. Contoh : menggunakan kontak mata sebagai tanda

Page 9: Psikologi Komunikasi

9

untuk memperhatikan orang lain yang sedang berbicara dan mendengarkan

orang lain.

Affect Display : Menggambarkan emosi dan perasaan. Wajah merupakan media

yang digunakan dalam affect display untuk menunjukkan reaksi terhadap pesan

yang direspon.

Selain tiga bentuk bahasa tubuh yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa jenis

bahasa tubuh lainnya, seperti sentuhan, postur tubuh dan gaya berjalan, suara, dan gerak

isyarat.

1. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal yang bersifat spontan. Sentuhan

dapat menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih

sayang atau simpati, dan sebagainya.

2. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat

kesehatan seseorang.

3. Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa

ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.

4. Gerak isyarat adalah yang dapat mempertegas pembicaraan.

2.3 Respon Stimulus

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian

antara pesan dan reaksi komunikan.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya

sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses

belajar pada individu yang terdiri dari :

Page 10: Psikologi Komunikasi

10

• Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif

mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima

oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

• Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

• Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk

bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

• Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus

tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus

yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat

meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang

peranan penting.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika

stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan

Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting

yaitu :

(a) Perhatian,

(b) Pengertian, dan

Page 11: Psikologi Komunikasi

11

(c) Penerimaan.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau

mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses

berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses

berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan

untuk mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.

Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,

gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok

atau masyarakat.

Pendekatan teori ini lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif

agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan

pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi

itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu

terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah

dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong

terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan

eksternal.

Dalam teori ini, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan

rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan

dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan)

agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara

seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima

Page 12: Psikologi Komunikasi

12

informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan

adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat

dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk

tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.

2.4 Analisa Transaksional

Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan psychotherapy yang menekankan

pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi

individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada

aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi

dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya

keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan

kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan

hidupnya sendiri.

Status ego adalah suatu gejala yang nyata dan dapat diamati, bukan peran, karena

individu dalam status ego tertentu memiliki perilaku sesuai dengan kondisimental status ego

tersebut., yaitu yang merupakan sistem perasaan, kondisi pikiran disertai pola perilaku.

Collins (1983) menyatakan bahwa manusia memiliki tiga status ego dalam dirinya, yaitu :

a. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic)

adalah adanya sikap membimbing, mengarahkan, membantu dan merawat.

Manusia merasakan dan bertindak seperti tokoh orangtuanya dahulu aspek

normatif pada kepribadian.

b. Sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic), yaitu suatu sikap rasional, objektif dan

bertanggungjawab. Merasa dan bertindak secara rasional, mengumpulkan fakta,

mengkaji realitas, menghitung dan menilai hasil kerja dari aspek rasional manusia.

Page 13: Psikologi Komunikasi

13

c. Sikap ego anak (Child = C, arheopsychic), berupa reaksi emosional yang spontan,

humor, manusia merasa dan bertindak seperti anak-anak, seperti yang biasa dia

lakukan sewaktu masih kanak-kanak.

Ketiga status ego tersebut dimiliki oleh setiap orang (baik dewasa, anak-anak,

maupun orangtua) dan terbentuk pada usia 5 tahun pertama. Kedua egostate tersebut (anak-

anak dan orang tua) dalam keseharian berebut untuk tampil dalam proses komunikasi. Sulit

untuk melepaskan diri sepenuhnya dari kedua egostate tersebut, apalagi egostate tersebut

sebenarnya adalah rekaman perbendaharaan mengenai berbagai cara yang individu lakukan

dalam menghadapi / menyelesaikan masalah, entah itu berhasil atau tidak.

Berne menawarkan alternatif cara untuk menyadari egostate tersebut dan mengontrol

dan mengendalikannya sepenuhnya. Egostate tersebut adalah egostate Dewasa. Individu yang

sehat adalah mereka yang mampu menggunakan egostate-nya sesuai dengan situasi dan

kondisi, yaitu ketika egostate Dewasa dalam posisi dominan sehingga mampu memilih

egostate mana yang sesuai dengan situasi tertentu.

Berne mengajukan tiga jenis transaksi antar pribadi yaitu: transaksi komplementer,

transaksi silang, dan transaksi tersembunyi.

a. Transaksi komplementer.

Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi

karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, kedua

belah pihak mampu memberikan respon yang saling diharapkan, pesan yang satu

dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.

Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua

sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi

Page 14: Psikologi Komunikasi

14

dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di

antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.

b. Transaksi silang.

Terjadi jika kedua belah pihak tidak memberikan respon yang masing-

masing harapkan, dimana pesan yang dikirimkan oleh komunikator tidak

mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah

terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna

pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah-

pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.

Ketika berkomunikasi, didapatkan pihak lawan memberikan respon yang

tidak diharapkan maka pihak pertama dapat memberikan jawaban silang atau

memberi jawaban yang komplementer untuk memperbaiki keadaan tidak enak. Jika

pihak pertama juga membalas respon pihak lawan dengan yang tidak diharapkan

akan menimbulkan peluang konflik. Bagi pihak pertama yang cepat menyadari

(transaksi) apa yang terjadi dan memiliki kemampuan untuk memahami (fleksibel,

empati,menerima), maka dia mampu untuk memberikan jawaban yang

komplementer.

c. Transaksi tersembunyi.

Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan

komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya,

maksudnya apabila ada maksud yang tidak tersirat di balik ungkapan. Sikap

tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain

oleh si penerima.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 15: Psikologi Komunikasi

15

Kesiapan pasien maupun asisten dapat dinilai atau dianalisa melalui berbagai aspek di

bidang psikologi. Kesiapan diri sangat dipengaruhi dari motivasi diri baik pasien maupun

asisten. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya motivasi merupakan keadaan kejiwaan

yang mendorong, mengaktifkan, mengerakan usaha dan menyalurkan perilaku, sikap dan

tindak tanduk dengan kemauan yang keras bagi seorang individu untuk berbuat sesuatu yang

berhubungan dengan pencapaian tujuan. Oleh karena itu kita sebagai dokter gigi harus dapat

mengangkat dan memperkuat motivasi bagi pasien maupun asisten. Dalam bidang bedah

mulut, aspek ini sangat penting, mengingat tindakan yang dilakukan terutama bagi pasien

merupakan tindakan yang cukup radikal. Untuk merpersiapkan diri menghadapai tindakan-

tindakan ini, pasien membutuhkan motivasi diri yang kuat baik sebelum dan sesudah

perawatan. Pasien harus mempunyai tujuan yang baik yakni untuk kembali sehat agar

motivasi diri dapat menjadi modal bagi kesiapan akan menghadapi tindakan yang akan

dilakukan.

Tingkat kekuatan motivasi ini dapat kita analisa dengan melihat tindak tanduk atau

bahasa tubuh dari pasien. Bahasa tubuh merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dapat

terekspresikan secara langsung. Kontak mata pasien dengan kita sebagai dokter gigi dapat

menjadi penilaian pertama akan kesiapan pasien untuk menjalani perawatan. Kontak mata

yng tegas menunjukkan pasien memiliki kesiapan akan perawatan yang akan dijalaninya.

Selain itu, bahasa tubuh yg lainnya yang penting adalah gerakan tubuh. Pasien yang cemas

akan memiliki refleks untuk menjauhkan apapun yang mendekati tubuhnya. Sebagai contoh

ketika pasien akan dilakukan tindakan apapun terhadap mulutnya, bila pasien itu tidak siap

pasien akan langsung mengangkat tangannya dan menjauhkan apapun yang mendekati

mulutnya. Melihat gerakan tubuh seperti ini kita dapat menganalisa bahwa pasien belum siap

atau belum yakin akan tindakan yang akan diberikan kepadanya. Raut wajah pun dapat kita

analisa untuk menilai apakah pasien mau dilakukan tindakan atau tidak. Meskipun pasien

Page 16: Psikologi Komunikasi

16

tidak mengangkat tangannya, apabila saat dilakukan tindakan pasien memperlihatkan raut

wajah yang cemas kita sebagai dokter gigi sebaiknya meyakinkan pasien terlebih dahulu akan

tindakan yang akan dilakukan adalah untuk kebaikan pasien. Dengan cara ini pelayanan kita

terhadap pasien akan lebih mudah dan pasien akan mendapatkan pengalaman dan kepuasan

terhadap pelayanan yang diberikan.

Untuk meningkatkan kesiapan pasien, kita sebagai dokter gigi juga harus memberikan

informasi yang jelas dan mudah dicerna agar pasien dapat mengerti tindakan yang akan

dilakukan. Dengan mengadopsi teori stimulus respon, kita dapat membantu kesiapan pasien

dengan memberikan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan perawatan yang akan

dilakukan. Selain dengan komunikasi verbal, pasien akan memberikan respon yang lebih baik

bila pasien dapat melihat contoh-contoh perawatan yang akan dilakukan. Hal ini dapat

dicapai dengan penggunaan media komunikasi visual kepada pasien sehingga kita dapat

menilai kesiapan pasien dari respon yang diberikan. Komunikasi akan berlangsung jika ada

perhatian dari komunikan atau pasien. Proses berikutnya pasien mengerti. Setelah pasien

mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap dan pasien

pun akan lebih mudah untuk dirawat.

Seluruh usaha kita sebagai dokter gigi untuk meningkatkan kesiapan pasien

dilatarbelakangi dari pasien itu sendiri. Cara dan tindakan yang akan dilakukan harus kita

sesuaikan dengan tingkat ego pasien. Status ego pasien harus dapat kita mengerti agar

pendekatan yang akan dilakukan dapat diterima pasien dengan baik. Selain itu, dengan

pendekatan yang sesuai pasien dapat menerima informasi dan tindakan dengan lebih baik,

dan menghasilkan perawatan yang baik pula.

BAB IV

KESIMPULAN

Page 17: Psikologi Komunikasi

17

Dari pengkajian diatas jelas bahwa seorang dokter gigi bukan hanya perlu menguasai

ilmu dibidang medis, tetapi juga ilmu psikologi manusia. Dengan menguasai perilaku

manusia dokter gigi dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien. Bagi pasien-pasien

yang akan menghadapi tindakan yang cukup radikal seperti operasi dalam anastesi umum,

kesiapan pasien sangat penting untuk dipertimbangkan dan diperhitungkan. Seorang dokter

gigi bedah harus dapat menganalisa keadaan pasien baik segi medis dan psikologis pasien.

Keadaan social, latar belakang dan lingkungan pasien dapat menjadi modal untuk

menentukan status ego pasien, dengan cara ini kita dapat memberikan pendekatan motivasi

yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Motivasi yang kuat akan memberikan kemudahan bagi

pasien untuk menerima segala informasi yang diberikan. Stimulus-stimulus yang harus

diberikan kepada pasien pun akan diserap lebih baik dengan motivasi yang kuat. Dengan

begitu, pasien juga akan memberikan respon yang positif terhadap perawatan yang akan

diberikan. Apabila seluruh aspek yang melatarbelakangi kesiapan pasien ini terpenuhi, maka

gerakan tubuh pasien juga akan berbeda. Pasien akan menunjukkan kontak mata yang tegas,

pergerakan tubuh yang rileks, dan kesediaan menerima perawatan tanpa rasaa cemas.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan terutama di bidang bedah

mulut. Salah satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan perawatan adalah kesiapan

dari pasien itu sendiri. Hal ini diperkuat dengan prosedur operasi yang memerlukan tindakan

informed consent dimana pasien harus mengetahui segala tata cara dan resiko tindakan yang

akan dilakukan. Pasien yang memiliki motivasi yang baik akan mendapatkan hasil perawatan

yang baik oleh karena kesediaan menerima tindakan dan kemauan untuk mencapai sehat

setelah tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., dan Jacob T, 1996, Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid I, ECG, Jakarta.

Page 18: Psikologi Komunikasi

18

Kurtz, Lloyd. " 'Mr. Markowitz, Meet Mr. Moskowitz' - A Review of Studies on Socially

Responsible Investing." The Investment Research Guide to Socially Responsible Investing,

The Colloquium on Socially Responsible Investing, 1998.

Purwanto. 2007. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Available online at

http://klinis.wordpress.com (diakses 15 April 2015).

Rahmulyono, A. 2008. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien

Puskesmas Depok I Sleman Yogyakarta. Available from : 2008052501581504311196.pdf

Rakhmat J. Psikologi komunikasi. Edisi revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1993. h. 129-

36.

Roberts KJ. Physician-Patient Relationships, Patient Satisfaction, and Antiretroviral

Medication Adherence Among HIV-Infected Adults Attending a Public Health Clinic.

AIDS Patient Care and STDs. January 1, 2002, 16(1): 43-50.

Roter DL, Frankel RM, Hall JA, Sluyter D. The expression of emotion through nonverbal

behavior in medical visits. Mechanisms and outcomes. J Gen Intern Med 2006; 21

Suppl 1:S28-34

Steward M, Brown JB, Boon H, Galajda J, Meredith L, Sangster M. Evidence on patient-

doctor communication. Cancer Prev Control 1999; 3(1): 25-30.

Van Dalen, Teaching and Learning Communication Skills in Medicine, Radcliffe Pub, 2005

Wijono, Djoko. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol. 2. Airlangga University

Press. Surabaya, xxxviii + 1383 hlm