psikologi bu yanti bab ii dst

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses yang normal akan tetapi keban wanitaakan mengalami perubahan baik darisegi psikologis maupun emosional selama kehamilan. Sering kali kita mendengar betapa bahagian seorang wanita karena akan menjadi seorang ibu tetapi tidak j wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah selama keham misalnya ibu takut dengan anak yang akan dilahirkannya apakah ataukah tidak atau mungkin ibu takut kehilangan kecantikannya. Hampir seorang ibu hamil kecewa, menolak, gelisah, depresi, dan murung berken dengan kehamilannya sehingga berdampak stres selama kehamilannya. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu kehamilan? 2. Reaksi psikologis apa saja yang dialami ibu ketika hamil? 3. Apa saja faktor - faktor yang memengaruhi perubahan psikolo wanita yang sedang hamil? 4. Apa saja dampak perubahan psikologi pada masa kehamilan? 5. Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi dalam kehamilan? 6. Apa saja permasalahan psikologis yang memerlukan penanganan khusus pada saat atau sebelum kehamilan? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa itu kehamilan. 2. Mengetahui reaksi psikologis yang dialami ibu ketika hamil. 3. Mengetahui faktor - faktor yang memengaruhi perubahan psikologis pad wanita yang sedang hamil. 4. Mengetahui dampak perubahan psikologi pada masa kehamilan. 5. Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi dalam kehamilan.

Upload: akhmad-rizal

Post on 23-Jul-2015

108 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanyakan wanita akan mengalami perubahan baik dari segi psikologis maupun emosional selama kehamilan. Sering kali kita mendengar betapa bahagianya seorang wanita karena akan menjadi seorang ibu tetapi tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah selama kehamilannya misalnya ibu takut dengan anak yang akan dilahirkannya apakah normal ataukah tidak atau mungkin ibu takut kehilangan kecantikannya. Hampir 80% seorang ibu hamil kecewa, menolak, gelisah, depresi, dan murung berkenaan dengan kehamilannya sehingga berdampak stres selama kehamilannya.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. Apa itu kehamilan? Reaksi psikologis apa saja yang dialami ibu ketika hamil? Apa saja faktor - faktor yang memengaruhi perubahan psikologi pada wanita yang sedang hamil? 4. 5. 6. Apa saja dampak perubahan psikologi pada masa kehamilan? Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi dalam kehamilan? Apa saja permasalahan psikologis yang memerlukan penanganan khusus pada saat atau sebelum kehamilan?

C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa itu kehamilan. 2. Mengetahui reaksi psikologis yang dialami ibu ketika hamil. 3. Mengetahui faktor - faktor yang memengaruhi perubahan psikologis pada wanita yang sedang hamil. 4. Mengetahui dampak perubahan psikologi pada masa kehamilan. 5. Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi dalam kehamilan.

1

6. Mengetahui permasalahan psikologis yang memerlukan penanganan khusus sebelum atau pada saat kehamilan.

D. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan mencari sumber-sumber di buku dan internet.

2

BAB II ISI

A. Kehamilan Peristiwa kehamilan merupakan bagian alur kehidupan manusia. Kehamilan terjadi setelah adanya pertemuan antara sel telur wanita dan sel sperma pria yang disebut dengan konsepsi. Selanjutnya, sel telur yang sudah dibuahi akan berimplantasi di dalam endometrium (lapisan uterus bagian dalam) dan akan bertumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu sesuai dengan usia kehamilannya. Seiring dengan kehamilan, terjadi berbagai perubahan dalam diri ibu, baik perubahan fisik maupun psikologis. Selanjutnya, janin menggunakan tubuh wanita sebagai jalur hidup karena selama dalam kandungan, pertumbuhan dan perkembangan janin sangat bergantung pada ibu. Janin mendapatkan suplai makanan dari ibu melalui plasenta. Saat usia kehamilan 16 minggu (4bulan), yakni ketika ibu mulai merasakan gerakan janin, dalam diri ibu timbul perasaan kagum antara percaya dan tidak bahwa dirinya hamil. Hal ini menumbuhkan kesadaran wanita akan fungsi tubuhnya. Sesuai dengan kodratnya, seorang wanita mengemban tugas untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui sehingga kodrat kewanitaannnya terpenuhi. Tanpa banyak usaha (yang disadari), bayi tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia kehamilan, yaitu selama 9 bulan 10 hari atau 40 minggu. Selama periode tersebut, tubuh akan mengatur dirinya sendiri untuk memelihara bayi. Kehamilan juga menimbulkan berbagai perubahan pada pola kehidupan keluarga. Oleh karena itu, ibu memerlukan keterlibatan, perhatian, dan dukungan keluarga, terutama suami. Salah satunya ditunjukkan dengan membuat rencana jangka panjang pemeriksaan kehamilan, rencana persalinan, dan rencana perawatan bayi. Dengan hadirnya janin dalam kandungan, terjadi berbagai peristiwa pada diri ibu, yaitu perkembangan fungsi glanduler, perubahan sirkulasi darah, serta reorganisasi semua pertumbuhan somatik janin dan ibunya. Semua

3

peristiwa itu akan menimbulkan ketegangan fisik yang dapat mempengaruhi kondisi/ kehidupan psikis wanita sehingga dapat muncul berbagai reaksi psikis yang relatif bervariasi, yang disebabkan oleh proses somatik kehamilan. Akan tetapi, jika ditelaah, pertumbuhan janin yang semakin progresif serta berubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada ibu hamil merupakan proses kodrati yang fisiologis dan normal. Reaksi psikologis dan emosional yang muncul pada wanita yang baru pertama kali hamil, antara lain kecemasan, kegusaran, ketakutan, dan kepanikan, reaksi tersebut dipicu oleh persepsi ibu bahwa kehamilan merupakan ancaman yang menakutkan. Ia takut mengalami keguguran atau takut terjadi kelainan pada kehamilanya. Beberapa ibu membayangkan kehamilan dengan pikirannya sendiri. Jika kehamilan merupakan peristiwa yang pertama kali, calon ibu akan mengembangkan mekanisme kepuasan dan kebanggaan karena ia mampu menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai wanita normal untuk meneruskan generasi. Dengan alasan tersebut, ibu akan dengan sabar dan saksama mempersiapkan dirinya untuk mengahadapi fase kehidupan baru dan tugas barunya sebagai ibu muda.

B. Reaksi Psikologis yang Dialami Ibu Setiap Trimester 1. Trimester I Trimester pertama sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta wanita bahwa ia hamil. Seringkali ibu mencari tandatanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, ibu sering ambivalen, dan bingung. Seorang wanita merasa hamil dan perasaannya pun bisa

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa kurang sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal

4

kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil. Hampir 80% wanita hamil kecewa, menolak, depresi, murung, dan gelisah. Kegelisahan timbul karena adanya perasaan takut, takut abortus atau kehamilan dengan penyulit, kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit. Sumber kegelisahan lainnya adalah aktivitas seks dan relasi dengan suami. Wanita merasa tidak mempunyai daya tarik, kurang atraktif, adanya perubahan fisik sehingga menjadi tidak percaya diri. Kebanyakan wanita mengalami penurunan libido pada periode ini. Keadaan ini membutuhkan adanya komunikasi yang terbuka dan jujur dengan suami. Kejadian gangguan jiwa sebesar 15% pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan pertama. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman akan kehamilan, bahaya/resiko, komitmen untuk menjadi orang tua, pengalaman hamil akan membuat wanita menjadi siap. Perasaan ambivalen akan berkurang pada akhir trimester I ketika wanita sudah menerima/menyadari bahwa dirinya hamil dan didukung oleh perasaan aman untuk mengekspresikan perasaannya. Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas. Beberapa tahapan aktifitas penting seseorang menjadi ibu: a. Taking on Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran ibu. b. Taking in Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan. c. Letting go Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya.

5

2.

Trimester II Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Periode ini sering disebut periode sehat (radian health), ibu sudah bebas dari ketidaknyamanan. Selama periode ini wanita sudah mengharapkan bayi. Dengan adanya gerakan janin, rahim yang semakin membesar, terlihatnya gerakan janin saat di USG semakin meyakinkan ibu bahwa bayinya ada dan dirinya sedang hamil. Ibu menyadari bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya oleh karena itu sekarang ia lebih fokus memperhatikan bayinya. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Sebelum adanya gerakan janin ia berusaha terlihat sebagai ibu yang baik, dan dengan adanya gerakan janin ia menyadari identitas sebagai ibu. Hal ini menimbulkan perubahan yang baik seperti kontak social meningkat dengan wanita hamil lainnya, adanya gelar calon ibu baru, ketertarikannya pada kehamilan dan persalinan serta persiapan untuk menjadi peran baru. Kebanyakan wanita mempunyai libido yang meningkat

dibandingkan trimester I, hal ini terjadi karena ketidaknyamanan berkurang, ukuran perut tidak begitu besar. Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase: a. Fase prequickening Selama akhir trimester pertama dan fase prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia

mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang negative, maka

6

ia akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negative ibunya akan menimbulkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk

mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yang akan dilahirkannya. b. Fase postquickening Setelah ibu merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses persalinan. Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu

membangun konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus pada bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena perhatian utama kesejahteraan janin. 3. Trimester III Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu, penantian, dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian

7

pada kehadiran bayinya. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil, di sinilah ibu memerlukan ketenangan, dukungan dari suami,bidan, dan keluarga.

C. Faktor - Faktor yang Memengaruhi Perubahan Psikologi pada Wanita yang Sedang Hamil 1. Status kesehatan. Status kesehatan sangat memengaruhi perubahan psikologi wanita dalam masa kehamilannya. Pemeriksaan kesehatan lengkap merupakan salah satu pertimbangan sebelum kehamilan untuk mengetahui kesehatan ibu agar pada saat hamil psikologi ibu yang mengalami perubahan kearah negative (terlalu cemas akan

kehamilannya) akan berkurang. 2. Status Gizi. Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan. Bila status gizi seorang ibu baik, status kesehatannya baik pula. 3. Gaya hidup. Gaya hidup berpengaruh terhadap perubahan psikologi. Seorang wanita yang pada masa sebelum hamil merokok, merasa cemas karena memikirkan apa yang akan terjadi pada janinnya nanti akibat dari ia merokok. Ia cemas akan perkembangan janinnya sehingga ia akan terus memikirkan apa yang akan terjadi pada janinnya nanti. 4. Stressor internal dan eksternal. Stresor ini biasanya dilihat dari kesiapan seorang wanita akan kehamilannya. Ibu hamil sering tidak menyadari adanya perubahan psikologi, adanya kekecewaan, putus asa,

membutuhkan perhatian, atau perubahan citra tubuh. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan psikologi wanita tersebut. 5. Dukungan keluarga. Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap psikologi ibu hamil. Dukungan yang cukup dari keluarga, terutama suami akan sangat membantu mengurangi rasa cemas, takut, dan bingung ibu akan kehamilannya. 6. Penyalahgunaan obat. 7. Kehamilan yang diinginkan atau tidak diinginkan.

8

8. Adat dan tradisi setempat. 9. Sosial budaya. 10. Kepercayaan yang dianut. 11. Tingkat pendidikan. 12. Tingkat ekonomi.

D. Dampak Perubahan Psikologis pada Masa Kehamilan Perubahan yang dialami oleh ibu selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan gangguan psikologis, misalnya saja: 1. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian dari orang lain terutama suami dan lebih manja 2. Ibu cenderung merasa khawatir dan takut terhadap kehamilan dan janinnya 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Emosi ibu tidak stabil sehingga mudah marah-marah sendiri dan sensitif Ibu mungkin akan depresi jika kehamilannya tidak dikehendaki Tidak bisa memenuhi kebutuhan tidur meskipun mempunyai kesempatan Tidak memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan Senantiasa berpikiran negatif Tanpa berwujud merasa tidak mampu Tiba tiba takut atau gugup

10. Tidak bisa memusatkan perhatian 11. Lebih sering lupa 12. Rasa bingung dan bersalah 13. Makan amat sedikit atau amat banyak 14. Asyik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan 15. Kehilangan kepercayaan dan harga diri 16. Lelah Pada dua bulan pertama kehamilan ibu, ibu hamil sering kali mengalami kelelahan. Perubahan hormonal dalam tubuh menyebabkan munculnya perasaan mual yang kadang disertai dengan muntah. Jika kondisi ini disertai dengan pengaruh psikologis yang mengganggu, ibu dapat

9

mengalami muntah yang terus-menerus dan berlebihan sehingga tidak ada asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya. Lebih lanjut, kondisi ini berubah menjadi hiperemisis gravidarum. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, kondisi ibu semakin lemah. Seiring bertambahnya usia kehamilan, perut ibu semakin besar sehingga ibu merasa membawa beban berat. Ibu menjadi tidak ceria, tidak gembira, malas bergerak, bahkan mengantuk sehingga ia terlihat kelelahan. 17. Gangguan alam perasaan Produksi hormon yang meningkat menyebabkan perubahan pada alam perasaan. Mood ibu cenderung berubah dengan cepat dan tidak terduga, tanpa alasan yang jelas. Kadang, ibu bisa tiba-tiba saja merasa sedih, gembira, tersinggung, atau bahkan benci kepada suami atau orang lain. Ibu sering kali pula mengalami mimpi buruk, terutama yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Kondisi psikologis menjadi labil sehingga timbul perasaan gelisah, khawatir, dan cemas. 18. Peka Selama kehamilan, sistem saraf menjadi lebih aktif terhadap bunyi, baubauan, dan gangguan kecil. Akibatnya, ibu menjadi lebih sensitif, mudah bereaksi, dan sulit tidur.

E. Cara Mengatasi Gangguan Psikologi dalam Kehamilan Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah psikologis ibu pada saat kehamilan anta lain: 1. Konseling Berikut beberapa cara yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang mengandung: a. Informasi Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus

10

bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi. b. Komunikasi dengan suami Sebaiknya ibu hamil membicarakan perubahan yang terjadi pada dirinya selama hamil dengan sang suami, sehingga suami juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi pada diri ibu dan tidak jarang suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan. c. Rajin chek up Ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya secara teratur dan sebaiknya mengajak suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan. d. Makan Sehat Ibu hamil harus memaahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. menghindari mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obatobatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Menjauhi juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin. e. Jaga Penampilan Ibu hamil sebainya selalu memperhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua. Tidak lupa pula untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan. f. Kurangi Kegiatan Ibu hamil harus menyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa persalinan, ibu dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.

11

g. Dengarkan Musik Ibu hamil harus mengupayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Diharapkan dapat mengatasi kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya. h. Senam Hamil Mengikuti senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap. i. Latihan Pernafasan Melakukan latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur dirasa sangat bermanfaat. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil. j. Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan. 2. Kolaborasi psikologi Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab/ kerja sama, dengan rekan sejawat/ tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien. Hal itu mencakup : a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat bekerja sama secara timbal balik dengan baik. b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama.

12

c. Kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut. Dalam mengatasi berbagai macam gangguan psikologi seorang bidan harus mempersiapkan adanya kolaborasi-kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dengan RS umum, RS jiwa, dan anggota psikolog lainnya. Mengkaji kebutuhan ibu, menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor resiko yang dialami pasien. Mengatasi gangguan psikologi kehamilan dengan psikologi kolaborasi yaitu kerja sama yang dilakukan bidan dengan ahli lain di bidang kesehatan atau psikologi (kejiwaan). Hal itu dilakukan karena kondisi pasien di atas kemampuan bidan dalam mengatasinya. Tahap atau proses kolaborasi meliputi dokter dan bidan (tenaga kesehatan) serta pasien.

F. Permasalahan Psikologis yang Memerlukan Penanganan Khusus 1. Pseudosyesis Wanita tidak hamil yang percaya bahwa dirinya hamil, diikuti dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan. Penanganannya dengan melakukan anamnese terarah yang akurat (termasuk latar belakang psikis), pemeriksaan fisik (kloasma/

hiperpigmentasi, pelunakan dan keunguan pada serviks, pembesaran uterus) dan pemeriksaan tambahan (USG dan uji kehamilan). Serta melakukan konseling bahwa kehamilan harus dipastikan (perdarahan lucut dengan kombinasi estrogen-progesteron), akan dilakukan upaya pemeriksaan dan pengobatan untuk kehamilan dan dukungan psikososial. 2. Reaksi cemas Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan. Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut

mengungkapkannya karena gejala klinik yang ada, sangat tidak spesifik (tremor, berdebar-debar, kaku otot , gelisah, dan mudah lelah, insomnia).

13

Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (sesak nafas, rasa dingin di telapak tangan, berkeringat, pusing, rasa terganjal pada leher). Penanganannya dengan menenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang kadang upaya ini kurang memberi hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan. Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan asupan kalori /gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit. 3. Reaksi obsesif-kompulsif Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan, rangsangan, atau pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas, diikuti dengan perbuatan yang dilakukan secara berulang kali. Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung atau orang lain. Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-kompulsif menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau dalam pengawasan tim medis yang memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan wanita ini pada status emosional yang normal. Pada kasus yang berat diberikan diazepam 5 mg IV dan observasi ketat. 4. Depresi berat Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah, menyendiri penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai dan pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri. Penelitian di RS Dr. Sutomo Surabaya (1999) menunjukan angka kejadian depresi pasca persalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2% (persalinan fisiologis) dan 46,2% (persalinan patologis). Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkomunikasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu

14

5.

Reaksi mania Reaksi mania ditandai dengan rasa gembira yang berlebihan (euforia), mudah terangsang, hiperaktif, banyak bicara (logore), mengganggu dan rasa percaya diri yang berlebihan. Reaksi mania dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup rumit karena obat lithium karbonat, dapat menimbulkan berbagai akibat yang merugikan pada janin (Ebsteins abnormality, kelemahan tonus otot dan menurunnya kemampuan menghisap pada bayi yang baru dilahirkan).

6.

Skizofrenia Skizofrenia ditandai dengan gangguan proses berpikir, persepsi dan realita. Pada tingkat tertentu, dapat dijumpai halusinasi, gangguan bicara dan hilangnya asosiasi dan realita dan lingkungan sekitarnya. Obat untuk penderita skizofrenia diekskresi melalui ASI sehingga tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.

7.

Rasa kehilangan Rasa kehilangan merupakan adaptasi dari kemarahan, kekecewaan dan kesedihan yang harus dihadapi dan diatasi. Penanganannya dengan melakukan konseling dan minta pasangan tersebut untuk memutuskan apa yang terbaik bagi yang mereka (menyimpan hasil konsepsi, menyaksikan cacat yang terjadi, mendekap janin yang telah dilahirkan, meminta otopsi) agar proses adaptasi terhadap berjalan baik. Memberi kesempatan (paling tidak 6 bulan) untuk resolusi, sebelum memulai kehamilan berikutnya.

15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://fitrikhanavitamin.blogspot.com/2011/07/gangguan-psikologi.html.diunduh pada tanggal 3 Juni 2012 http://akulutcu.blogspot.com/2011/05/cara-mengatasi-gangguan-psikologis.html. diunduh pada tanggal 3 Juni 2012 midwiferygirl.blogspot.com/2010/06/gangguan-psikologi-pada-masakehamilan.html www.lusa.web.id/perubahan-dan-adaptasi-psikologis-dalam-masa-kehamilan/ Irianti, Indah dan Herlina, E. Nina. 2010. Buku Ajar Psikologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

16