psikologi abhidama dan transpersonal

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan lebih lanjut, terutama pada paruh abad ke-20, psikologi kembali diwarnai oleh pemikiran filosofis, yatu eksistensialisme dan fenomenologi. Bahkan beberapa tahun setelahnya, psikologi mulai mendapatkan pengaruh dari kebangkitan spritualisme gaya baru. Inilah awal mula hadirnya psikologi aliran ke empat : psikologi transpersonal. Charles T.Tart dalam Transpersoal Psychologies menulis bahwa buku Transpersonal Psychologies merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara “psikologi ortodoks Barat” dan sejumlah psikologi traspersonal, psikologi yang merupakan bagian integral dari berbagai disiplin rohani. Charles menyebutkkan bahwa psikologi adalah sebuah set asumsi yang saling terkait (inheren dibuktikan) tentang dunia dan sifat manusia. Itulah yang disebut dengan psikologi “ilmiah” aliran Barat yang didasarkan pada “fakta-fakta ilmiah”. Padahal, ada psikologi lainnya yang ditinggalkan oleh dunia Barat yaitu psikologi Zen Buddhisme, seperti Yoga, Kristen, dan tasawuf. Psikologi ini melihat secara independen sistem kepercayaan religius yang terkait dengan kehidupan manusia, yang saat itu banyak ditinggalkan oleh dunia Barat. Padahal, ketika itu, dunia Barat mengalami suatu “penderitaan” karena telah meninggalkan aspek spiritual, yang lebih mengutamakan positivisme. Krisis kemanusiaan yang melanda di 1

Upload: ikha-mardiyah

Post on 16-Apr-2017

109 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi abhidama dan transpersonal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada perkembangan lebih lanjut, terutama pada paruh abad ke-20, psikologi kembali

diwarnai oleh pemikiran filosofis, yatu eksistensialisme dan fenomenologi. Bahkan beberapa

tahun setelahnya, psikologi mulai mendapatkan pengaruh dari kebangkitan spritualisme gaya

baru. Inilah awal mula hadirnya psikologi aliran ke empat : psikologi transpersonal.

Charles T.Tart dalam Transpersoal Psychologies menulis bahwa buku Transpersonal

Psychologies merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara “psikologi ortodoks

Barat” dan sejumlah psikologi traspersonal, psikologi yang merupakan bagian integral dari

berbagai disiplin rohani.

Charles menyebutkkan bahwa psikologi adalah sebuah set asumsi yang saling terkait

(inheren dibuktikan) tentang dunia dan sifat manusia. Itulah yang disebut dengan psikologi

“ilmiah” aliran Barat yang didasarkan pada “fakta-fakta ilmiah”. Padahal, ada psikologi

lainnya yang ditinggalkan oleh dunia Barat yaitu psikologi Zen Buddhisme, seperti Yoga,

Kristen, dan tasawuf. Psikologi ini melihat secara independen sistem kepercayaan religius

yang terkait dengan kehidupan manusia, yang saat itu banyak ditinggalkan oleh dunia Barat.

Padahal, ketika itu, dunia Barat mengalami suatu “penderitaan” karena telah meninggalkan

aspek spiritual, yang lebih mengutamakan positivisme. Krisis kemanusiaan yang melanda di

dunia barat ini, kemudian dicari kara permasalhannya dan sebagian menuduh arah atau

orientasi peradaban yang terlampau materialistis yang menjadi penyebabnya. Bukannya

menggali akar tradisi spritualnya sendir, melainkan ramai-ramai menoleh ke belahan Timur,

terutama negara India demi memuaskan dahaga spiritualnya.

Agama dan filsafat India, memang menawarkan kekayaan yang luar biasa. Di negara

ini, tradisi filsafat India menawarkan beragam pendekatan yang canggih terhada struktur

kedirian manusia, meskipun kadang-kadang tampak saling bertentangan antara satu dan yang

lainnya . Tradisi-tradisi timur mulai dari tradisi Vedanta, Yoga, Buddhisme, dan Taoisme

lebih menyerupai psikoterapi daripada agama dan filsafat. Ini dikarenakan penekanan yang

kental terhadap pengaturan aspek-aspek fisik dan psikis dari tradisi Timur dalam transformasi

kesadaran manusia.

1

Page 2: Psikologi abhidama dan transpersonal

Untuk itu, psikologi Barat kemudian mencoba mengembangkan psikologi yang

berbasis spritualitualitas yang telah dianggap benar. Beberapa psikolog Barat menerima

sebagai kerangka acuan utama, tetapi ada pula yang mencoba mempelajari sisi spiritualitas

Timur untuk diintegrasikan dengan warisan ilmu pengetahuan dan budaya Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Psikologi Transpersonal ?

2. Bagaimana konsep dari Psikologi Transpersonal?

3. Apa saja cabang-cabang dari Psikologi Transpersonal?

4. Siapa saja tokoh-tokoh Psikologi Transpersonal?

5. Apa pengertian Psikologi Abhidamma ?

6. Seperti apa macam-macam faktor jiwa dalan Abhidamma?

C. Tujuan

1. Mengetahui seperti apa Psikologi Transpersonal.

2. Mengetahui konsep-konsep dari Psikologi Transpersonal

3. Apa saja cabang-cabang dari Psikologi Transpersnnal

4. Mengetahui tokoh-tokoh Psikologi Transpersonal.

5. Mengetahui pengertian Psikologi Transpersonal.

6. Mengetahui macam-macam faktor jiwa dalam Abhidamma.

2

Page 3: Psikologi abhidama dan transpersonal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi Traspersonal

Secara etimologi, transpersonal berasal dari kata trans dan personal. Trans , artinya di

atas dan personal artinya diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahhwa transpersonal

membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-

pengalaman spiritual.

Istilah-istilah transpersonal pertama kalinya dipakai oleh Carl Gustav Jung dalam

bahasa Jerman yaitu uberpersnolich (transpersonal) yang artinya kurang lebih sama dengan

collective unconscious , yaitu bentuk ketidaksadaran kolektif yang dimiliki oleh semua orang

dari berbagai ras yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam ketidaksadaran kolektif

terdapat ribuan arketif, seperti ide tentang Tuhan, anima, animus, arketif Diri dll, yang

beberapa di antaranya berkaitan dengan pengalaman-pengalaman spiritual.

Gagasan dasar dari psikologi transpersonal adalah dengan mencoba melihat manusia

selaras pandangan religius, yakni sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual. Jika

psikoanalisis melihat manusia sebagai sosok negatif yang dijejali oleh pengalaman traumatis

masa kecil, behaviorisme melihat manusia layaknya binatang, humanistik bepijak atas

pandangan manusia yang sehat secara mental, maka psikologi transpersonal melihat semua

manusia memiliki aspek spiritual, yang bersifat ketuhanan.

Pada tahun 1992, Secara garis besar, seperti yang dikemukakan oleh Lajoie dan Shapiro

dalam Journal of Transpersonal Psychology, psikologi transpersonal didefinisikan sebagai

studi mengenai potensi tertinggi dari manusia melalui pengenalan, pemahaman, dn realisasi

terhadap keesaan, spiritualitas dan kesadaran-transendental. Psikologi transpersonal juga

melepaskan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang ada. Namun walau demikian

dalam penelitiannya psikologi transpersonal mengkaji pengalaman spiritual yang dialami

oleh para ahli spiritual yang berasal dari berbagai macam agama sebagai subjek

penelitiannya.

Psikologi transpersonal berpendapat bahwa potensi tertinggi dari individu terdapat

dalam dunia spiritual yang bersifat non-fisik, hal ini ditunjukkan dengan berbagai

pengalaman seperti kemampuan melihat masa depan, extrasensory perception (ESP),

3

Page 4: Psikologi abhidama dan transpersonal

pengalaman mistik, pengembangan spiritualitas, pengalaman puncak, meditasi dan berbagai

macam kajian yang bersifat parapsikologi atau metafisik. Dengan menyadari tentang keadaan

manusia yang bukan hanya terletak pada dunia fisik semata dan meyakini bahwa inti

terpenting dari individu terletak pada dunia spiritual yang bersifat kasat mata dan abstrak.

dengan kata lain psikologi transpersonal memandang kita sebagai makhluk spiritual yang

memiliki pengalaman manusia dan bukanlah manusia yang memiliki pengalaman spriritual.

Dengan berbekal teori dan juga penelitian yang sesuai dengan sifat keobjektifan ilmu

pengetahuan, maka dalam perkembangan pengkajian terhadap berbagai macam hal-hal mistis

dan kebatinan tidak lagi menjadi suatu hal yang tabu untuk dibahas dan bahkan dipelajari,

selama dalam penggunaannya memberikan manfaat yang baik dan berguna bagi

perkembangan kehidupan manusia. Dari hasil penelitian Telah dibuktikan bahwa Individu

cenderung untuk tidak membicarakan pengalaman puncak mereka dengan orang lain. Alasan

yang paling banyak adalah bahwa mereka merasa pengalaman itu bersifat sangat personal,

intim, dan tidak ingin dibagi; bahwa mereka tidak mempunyai kata-kata yang memadai untuk

menceritakan; atau mereka khawatir jika orang lain akan melecehkan pengalaman itu atau

menganggap mereka tidak waras atau sejenisnya.

Psikologi transpersonal mengkombinasikan ketiga mazhab psikologi yang telah ada

sebelumnya dengan cara mendialogkan semua teori dengan keadaan manusia sebagai

makhluk spiritual. Meski selalu mendapat tentangan keras dari mereka yang beraliran

positivis dan juga materialis dilain sisi psikologi transpersonal mendapatkan tempat yang

baik dalam bidang akademik dengan dimulainya berbagai macam penelitian yang bertujuan

mengkaji dimensi spiritual manusia, dengan ini maka era milennium ini yang disebut-sebut

sebagai era aquarian benar-benar telah terwujud.

Menurut Tart (1993), psikologi transpersonal merupakan kekuatan ke empat dalam

psikologi yang dikembangkan dari psikologi humanistik pada tahun 1960-an. Sementara itu,

Daniels (2007) menjelaskan bahwa psikologi transpersonal merupakan cabang psikologi yang

memusatkan perhatiannya pada studi tentang bagian dan proses pengalaman mendalam atau

perasaan yang luas tentang siapa dirinya atau sensasi yang besar terhadap koneksitas dengan

orang lain, alam atau dimensi spiritual. Kata transpersonal berarti melewati personal atau

pribadi. Salah satu asumsi dalam psikologi transpersonal adalah bahwa pengalaman

transpersonal meliputi suatu kesadaran yang lebih tinggi dimana self atau ego mengalami

proses transendensi. Davis (2007) menempatkan posisi Psikologi Transpersonal di antara

4

Page 5: Psikologi abhidama dan transpersonal

psikologi dan pengalaman spiritual. Psikologi Transpersonal merupakan bidang psikologi

yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologis dengan bidang spiritual.

Sebagaimana yang dikemukakan Daniels, Davis juga mengatakan bahwa konsep utama dari

Psikologi Transpersonal adalah transendensi diri atau suatu sensasi terhadap identitas yang

mendalam, meluas dan menyatu dengan segalanya. Akar kata dari transpersonal atau

melewati topeng mengacu pada kondisi transendensi diri tersebut.

Lebih lanjut Vaughn (dalam Rueffler, 1995) mengatakan bahwa pada saat ini, Psikologi

Transpersonal memberikan model dari seluruh spektrum perkembangan kesadaran yang

menjadi jembatan antara aliran-aliran psikologis dan aliran-aliran spiritual. Bidang ini

menjadi sesuatu yang menarik bagi orang-orang yang ingin menumbuhkan spiritualitasnya

dan mengembangkan kesehatan psikologisnya dengan kualitas tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi Transpersonal merupakan

kekuatan keempat dalam bidang psikologi yang menjembatani antara psikologi dan spiritual

dimana memusatkan perhatiannya pada studi tentang bagian dan proses tentang pengalaman

mendalam atau perasaan yang luas tentang siapa dirinya atau sensasi yang besar terhadap

koneksitas dengan orang lain, alam atau dimensi spiritual dan berusaha membantu seseorang

untuk mengeksplorasi tingkat energi dan melewati kesadaran (awareness) atau sisi lain dari

topeng dan pola-pola kepribadian.

Psikologi Transpersonal bersifat longgar dan menerima masukan tentang permasalahan

spiritual, baik dari tradisi kebijaksanaan dunia spiritual maupun psikologi modern. Tradisi

dunia spiritual meliputi Hinduisme, Budhisme dan Taoisme maupun dari agama Yahudi,

Kristen dan Islam. Psikologi Transpersonal ingin menciptakan sintesis dari kedua jawaban di

atas.

1. Konsep-konsep dasar psikologi transpersonal

Menurut Jhon Davis Ph.d (dosen psikologi transpersonal di departemen

metropolitan state college denver ada 6 konsep dasar psikologi transpersonal:

a. Pengalaman puncak, yakni istilah yang mula-mula dipakai oleh maslow. Ia

bermaksud meneliti pengalaman mistikal serta pengalaman-pengalaman lain pada

keadaan kesehatan psikologis yang optimal, tetapi ia merasa bahwa konotasi-

konotasi keagamaan dan spiritual akan terlalu membatasi. Oleh karena itu mulai

menggunakan pengalaman puncak sebagai istilah yang netral. Penelitian tentang

5

Page 6: Psikologi abhidama dan transpersonal

b. Transendensi diri, yakni keadaan yang disitu rasa tentang diri meluas melalui

defenisi-defenisi sehari-hari dan citra-citra diri kepribadian individual

bersangkutan. Transendensi diri mengacu langsung akan suatu koneksi, harmoni

atau kesatuan yang mendasar dengan orang lain dan dengan alam semesta.

c. Kesehatan optimal, yang melampaui apa yang dimungkinkan dalam pendekatan-

pendekatan lain dalam psikologi. Kesehatan jiwa biasanya dilihat sebagai

penanganan yang memadai dari tuntutan-tuntutan lingkungan dan pemecahan

konflik-konflik pribadi, namun pandangan psikologi transpersonal juga

memasukan kesadaran, pemhaman diri, dan pemenuhan diri.

d. Kedaruratan spiritual, yakni suatu pengalaman yang mengganggu yang

disebabkan oleh suatu pengalaman (atau ‘kebangkitan”) spiritual. Pada umumnya,

psikologi transpersonal berpendapat bahwa krisis-krisis psikologis dapat menjadi

bagian dari suatu kebangkitan yang sehat dan bahwa kejadian-kejadian itu tidak

selalu merupakan tanda-tanda psikopatologi.

e. Spektrum perkembangan, yakni suatu pengertian yang memasukkan banyak

konsep psikologi dan filsafat kedalam kerangka transpersonal. Secara filosofis,

model ini adalah contoh dari filsafat perennial. Pandangan ini mengisyaratkan

adanya tingkatan-tingkatan realitas dari tingkat material melalui tingkat yang

berturutan mencakup sifat-sifat dari tingkat-tingkat sebelumnya bersama-sama

sifat-sifat yang muncul.

f. Meditasi, yakni berbagai praktek untuk memusatkan atau menenangkan proses-

proses mental dan memupuk keadaan transpersonal. Sama seperti conditioning

merupakan metode kunci dalam behaviorisme, interprestasi serta katarsis

merupakan metode kunci dalam psikoanalisa, maka meditasi adalah metode kunci

bagi metode psikologi transpersonal.

2. Cabang-Cabang Psikologi Transpersonal

a. Kelompok Mistis magis

 Kelompok pertama adalah kelompok mistis-magis. Menurut kelompok ini

kesadaran transpersonal bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman

masa lalu. Pandangan ini dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya

gerakan teosofi yang dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari

kelompok ini menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi.

6

Page 7: Psikologi abhidama dan transpersonal

b.       Kelompok psiko-fisiologis

  Kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif yang biasanya

menolak konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik peningkatan

kesadaran. Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara secara

psiko-fisiologis dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang berada

dalam keadaan transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok ekoprimitivisme

menganjurkan penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau psikotropika) untuk

pencapaian keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup penting dalam

kelompok ini adalah Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk

psikoterapinya. Setelah penggunaan LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian

menggunakan teknik pernapasan (pranayama) dari tradisi Timur, yang disebutnya

sebagai Holotrophic Breathwork.

c.  Kelompok transpersonalis postmodern

Kelompok ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka

menganggap keasadaran transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang

biasa. Kita, manusia modern, menganggapnya seolah luar biasa, karena kita

membuang kondisi kesadaran seperti ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah

para dukun shamanisme dan mistikus dalam semangat relativisme pluralistik.

Mereka justru mengecam filsafat perennial yang mengungkapkan pengalaman

mistik sebagai totaliter dan fasistik karena mengagungkan hierarki.

d.  Kelompok integral.

Kelompok psikologi transpersonal yang keempat adalah kelompok integral.

Kelompok ini menerima hampir semua fenomena kesadaran yang diteliti oleh

ketiga kelompok tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima konsep-konsep

psikologi transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern. Salah seorang

tokohnya adalah Ken Wilber, yang nanti akan dibahas pada bab khusus.

Kelompok pertama, kedua dan ketiga merupakan kelompok yang berada–bahkan

bersebarangan–dengan agama formal. Helena Blavastky, yang berada pada

kelompok yang pertama, misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak

memiliki kecenderungan kepada agama tertentu.

7

Page 8: Psikologi abhidama dan transpersonal

3. Tokoh – tokoh Psikologi Transpersonal

a. William James

Dia menganggaphanya berhubungan dengan  simbol-simbol realitas, tetapi dalam

pengalaman religious yang bersifat pribadi, dirinya benar-benar dibawa masuk dalam

realitas tersebut secara utuh. Disini James menekankan bahwa yang paling penting

bukan pengalamannya, melainkan perubahan nyata dalam hidup yang terjadi setelah

pengalaman tersebut. Singkatnya, pengalaman percaya terhadap Tuhan, misalnya

diperlukan hanya jika memuaskan kebutuhan kebutuhan manusia dan membawa

dampak yang real dalam dirinya. Dampak yang paling penting adalah meningkatnya

kekuatan moral. bukan suatu masalah apakah bukti secara rasional tidak memuaskan

tentang keberadaan-Nya, tetapi keyakinan tersebut setidaknya membawa dampak

positif terhadap tindakan manusia.

b. Maurice Bucke

Dia menganggap proses pemahaman manusia terhadap kosmos biasa dilakukan

dengan melaksanakan  ritual-ritual yang diselimuti banyak makna dan simbol, sebagai

pusat dari totalitas kosmos manusia berkewajiban untuk menjaga agar harmoni

kehidupan senantiasa tetap indah. Fungsi alam tetap pada porosnya, sehingga manusia

dapat menyelesaikan dan memenuhi harapan hidupnya agar hidup lebih sempurna.

Bersamaan dengan itu, manusia dengan kapasitas diri yang mumpuni, melangkah lebih

jauh untuk bersatu dengan Tuhan. Proses itulah yang disebut sebagai pengalaman

mistik. Adapun manusia yang mengalami puncak kesadaran kosmis adalah para nabi,

orang-orang suci, dan orang-orang saleh yang dapat mengendalikan nafsu duniawinya,

dan memperioritaskan aspek ukhrawinya.

c. Carl Gustav Jung

Minat Jung pada dunia “gaib” atau spiritualitas, membawanya pada duniamistik

yang luar biasa. Artinya, Jung dappat menarik benang merah antara dunia spiritual

dengan kebutuhan rohani dan jasmani manusia. Ada banyak kasus yang dapat

digunakan untuk membangun sebuah teori transpersonal yang mapan, terutama karena

banyak ahli teori transpersonal modern yang dipengaruhi oleh pemikiran bahwa semua

bidang penciptaan memasukkan unsur rohani, atau setidaknya bahwa unsur rohani

8

Page 9: Psikologi abhidama dan transpersonal

adalah unsur tersendiri dari realitas. Jung sangat tertarik dengan ide-ide mistis seperti

teosofi dan fenomena parapsikologis seperti spiritualisme. Dia melihat bahwa dunia

spiritualisme dan psikologi memiliki hubungan korespondensi.

4. Alberto Assagioli

Dia menganggap Psikosintesis adalah orientasi yang mengenai orang secara

keseluruhan, baik, fisik, emosional, mental maupun spiritual. Maksud spiritual adalah

bukan konotasi dogmatis atau agama, melainkan sebagai esensi Ilahi dalam diri

individu sebagai pencipta dan aspek yang menyemangati hidup. Ia juga menganggap

perlu untuk memasukkan dimensi spiritual dari pengalaman manusia, bentuk psikologi

yang universal bagi seluruh orang.

Assagioli menyarankan bahwa ketidaksadaran memiliki beberapa tingkatan, dan

tingkatan yang ketujuh adalah: ketidaksadaran kolektif dilihat sebagai ketidaksadaran

umat manusia. Dan tempat tinggal bagi pola dasar, dan ini memiliki nama sama dengan

konsep Jung. Isi dunia ini dianggap transhistorik dan transkultural, yang disampaikan

dalam bentuk dongeng. Mitos,agama,dan simbol suci.

5. Victor Frankl

Pada suatu hari sepulang hari cathedral Frankl mengunjungi ayahnya yang

usianya sudah 80-an. Frankl melihat sebongkah batu yang belum lama dipungut

ayahnya dari sebuah sinagong ( rumah ibadah agama yahudi) yang habis terbakar. Tiba-

tiba ia melihat di antara puing-puing yang hancur berserakan itu ada sebongkah

pecahan batu bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan (The Ten Commandement), yang

isinya “Muliakan Ayah-Ibumu dan tinggalah di tanah air, jadi peristiwa itu membuat

Franki untuk tinggal di  kota Wina.

Ada sebuah fenomena di kamp konsentrasi itu. Dalam kondisi penderitaan yang

luar biasa, Frankl menyaksikan sekelompok sesama tahanan yang tingkah lakunya

seperti babi. Mereka tidak dapat menggendalikan diri atas dorongan-dorongan dasar

(makan, minum, seksual) dan ketidakbermanaan hidup. Pada pihak lain terdapat

sekelompok tahanan yang berlaku seperti saint (orang suci) mereka masih bersedia

membantu sesama tahanan. Menurut Frankl makna hidup dapat ditemukan tidak hanya

dalam keadaan normal dan menyenangkan tetapi juga dalam penderitaan, seperti dalam

keadaan sakit, bersalah, dan kematian.  Frankl mengingatkan mereka terhadap keluarga

9

Page 10: Psikologi abhidama dan transpersonal

yang masih menanti diluar, Jadi semacam mengingat adanya harapan dalam keputusan

hikmah di balik musibah dan adanya makna dalam penderitaan.

B. Abhidamma

Abhidamma berkembang di India pada 15 abad yang lalu atau lebih, yang

sampai kini, masih diterapkan oleh penganut Buddhis dalam berbagai bentuk sebagai

penuntun olah pikir. Teori psikologi ini diturunkan langusng dari wawasan Budha

Gautama pada abad kelima sebelum masehi. Ajaran-ajaran budha telah dipoles dan

berkembang berbagai cabang, ajaran, aliran Buddhisme, melalui proses perkembangan

yang sama, seperti pemikiran Freud berkembang ke dalam aliran psikoanalisis yang

berbeda-beda. Sama seperti psikologi timur lainnya, Abhidamma mengajarkan tipe

ideal sempurna yang dijadikan kiblat analisisnya tentang olah pikir.

Apa yang kita maksudkan dengan kata “kepribadian” serupa dengan konsep

atta atau diri (self) dalam Abhidamma. Perbedaannya, menurut asumsi dasar

Abhidamma tidak ada diri yang benar-benar kekal, yang ada hanyalah sekumpulan

proses impersonal yang timbul dan menghilang. Yang tampak sebagian kepribadian

terbentuk dari perpaduan antara proses-proses impersonal ini. Apa yang kelihatan

sebagai “diri” adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tubuh, yaitu pikiran,

pengindraan, hawa nafsu, ingatan, dan sebagainya.

Satu – satunya benang yang berkesinambungan dalam jiwa adalah bhava, yaitu

berkesinambungan kesadaran dari waku ke waktu. Menurut Abhidamma, kepribadian

manusia sama seperti sungai yang memiliki bentuk yang tetap seolah-olah satu

identitas, walaupun tidak setetes air pun tidak berubah seperti pada momen

sebelumnya. Dalam pandangan ini “tidak ada aktor terlepas dari aksi, tidak ada orang

yang mengamati terlepas dari persepsi, tidak ada subjek dibalik kesadaran” (Van

Agung, 1972).

Keadaan-keadaan jiwa seseorang selalu berubah dari momen ke momen;

perubahan itu terjadi sangat cepat. Metode dasar yang dipakai Abhidamma untuk

meneliti perubahan dalam jiwa adalah introspeksi, yaitu observasi teliti sistematis yang

dilakukan seseorang terhadap pengalamannya. Dalam Abhidamma, selain objek

10

Page 11: Psikologi abhidama dan transpersonal

pancaindra, terdapat juga pikiran-pikiran. Maksudnya, sang jiwa yang berpikir itu

dianggap sebagai indra keenam.

Sistem Abhidamma menemukan 53 kategori kejiwaan yang dimaksud; yang

dalam cabang-cabang Buddhisme lainnya, kategori tersebut bisa mencapai 175 buah.

Dalam setiap keadaan, jiwa hanya sebagian kecil dari kumpulan faktor tersebut hadir.

Keadaan jiwa muncul dan hilang secara teratur dan mengikuti hukum tertentu. Seperti

dalam psikologi Barat, teoritikus Abhidamma yakin bahwa sebagian keadaan jiwa

berasal dari pengaruh biologis dan pengaruh situasi, di samping pemindahan pengaruh

dari peristiwa psikologis sebelumnya.

Yang menjadi fokus study psikologi abhidhamma adalah rangkaian peristiwa,

yakni hubungan terus menerus antara keadaan-keadaan jiwa dan objek-objek indera

misalnya perasaan bihari (keadaan jiwa) pada seorang wanita cantik (objek indera).

Keadaan-keadaan jiwa itu selalu berubah dari momen ke momen dan perubahan itu

ternyata sangat cepat. Metode dasar yang dipakai untuk meneliti perubahan yang sangat

banyak dalam jiwa adalah intropeksi ,yakni suatu observasi teliti dan sistematik yang

dilakukan oleh seseorang terhadap pengalamannya sendiri. Yang menjadi subjek

psikologi abhidhamma adalah :

1. Penginderaan dari panca indera

2. Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam

3. Setiap keadaan jiwa terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa yang disebut faktor-

faktor jiwa, sifat-sifat jiwa misalnya cinta, benci, adil, bengis, social, dsb.

Abhidhamma menemukan 53 kategori faktor kejiwaan, yang lain menemukan 175

macam :

Prinsip-prinsip keadaan jiwa dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Setiap keadaan jiwa hanya sebagian kecil kumpulan faktor yang hadir

2. Kualitas-kualitas keadaan jiwa ditentukan oleh faktor-faktor mana yang

digabungkan

3. Abhidhamma yakin, bahwa setiap keadaan jiwa berasal dari pengaruh biologis dan

pengaruh situasi ,disamping pemindahan pengaruh dari momen psikologis

sebelumnya.

11

Page 12: Psikologi abhidama dan transpersonal

4. Setiap keadaan jiwa pada gilirannya menentukan kombinasi khusus faktor-faktor

dalam keadaan jiwa berikutnya.

Faktor-faktor jiwa berperan sebagai :

1. Faktor-faktor sebagai kunci menuju karma (menurut istilah barat),karma menurut

istilah pali, istilah teknis bagi abhidamma artinya karma adalah prisip bahwa setiap

perbuatan dimotivasi oleh keadaan-keadaan jiwa yang melatar belakangi.

2. Menurut psikologi timur bahwa suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral

ialah netral

3. Sifat moral tingkah laku ditinjau dari motif-motif yang melatarbelakangi orang yang

melakukan perbuatan itu

4. Perbuatan seseorang memiliki campuran faktor-faktor jiwa negatif

5. Dhammapada adalah kumpulan sajak yang dahulu diucapkan oleh budha

Gautama ,mulai tentang ajaran karma dan kamma.

6. Intinya: bahwa segala apa yang ada pada manusia adalah sebagai akibat yang

pikirannya yakni berdasarkan pikirannya dan dibentuk oleh pikirannya juga

Jika orang bertindak atau berbicara dengan pikiran jahat maka pikiran sakit akan

mengikutinya, sama seperti roda yang mengikuti lembu yang menariknya. sebaliknya ,

jika kita berbicara atau bertindak dengan pikiran murni ,maka kebahagiaan akan

mengikutinya, sama seperti bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkannya

( babbit,1965,p.3,hall,240).

a. Macam – Macam Faktor Jiwa

Mengenai faktor-faktor jiwa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni:

a. Kusula : berarti murni, baik, sehat

b. Akusula : berarti tidak murni, tidak baik, tidak sehat

Kebanyakan faktor jiwa perseptual, kognitif, dan afektif cocok untuk dimasukkan

ke dalam kategori sehat atau tidak sehat. Penilaian tentang ”sehat” atau ”tidak sehat”

dicapai secara empiris, berdasarkan pengalaman kolektif sejumlah besar petapa

Buddhis pertama. Kriterium mengenai faktor jiwa sehat-tidak sehat adalah bahwa

apakah suatu faktor jiwa khusus tertentu mempermudah atau mengganggu usaha

12

Page 13: Psikologi abhidama dan transpersonal

mereka untuk mengheningkan jiwa dalam samadi (pertapaan). Dalam hal ini, faktor

jiwa yang menganggu samadi disebut faktor jiwa tidak sehat. Sedangkan yang

mempermudah jalannya untuk mengheningkan jiwa disebut faktor jiwa sehat.

Selain faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat, terdapat juga tujuh sifat netral

yang ada dalam setiap keadaan jiwa, yakni: 

Phasa : appersepsi, adalah kesadaran semata-mata ke suatu objek 

Sanna : persepsi, adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata pada

suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera. Misalnya: penglihatan,

pendengaran, dan sebagainya. 

Cetana : kemauan, yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek

Vedana : perasaan, aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu 

Ekaggata : keterarahan kepada suatu titik, yakni pemusatan kesadaran 

Manasikara : perhatian spontan, yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja

karena daya tarik dari suatu objek 

Jivitindriya : energi psikis, yang memberi vitalitas dan mempersatukan keenam faktor

jiwa lainnya. (Hall, p. 241).

Faktor-faktor tersebut diatas merupakan sejenis kerangka dasar kesadaran tempat

tertanamnya faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat. Namun kombinasi khusus faktor-

faktor tersebut berbeda-beda dari momen ke momen.

b. Faktor – faktor Jiwa Tidak Sehat

Beberapa contoh faktor tidak sehatnya pada jiwa dari kelompok kognitif antara lain :

a. Moha : delusi, bersifat perseptual, sentral yakni kegelapan jiwa, penyebab persepsi

salah pada objek kesadaran.

b. Aditthi : pandangan salah, pemahaman tidak tepat karena pengaruh delusi, karena

pandangan atau pemahaman salah maka semua yang tertuju menjadi tidak

menyenangkan , misalnya pandangan diri sebagai yang tetap model barat, secara

timur hal-hal tersebut adalah aditthi.

c. Vicikiccha : kebingungan, mencerminkan ketidak mampuan untuk menentukan atau

membuat suatu keputusan yang tepat.

13

Page 14: Psikologi abhidama dan transpersonal

d. Ahirika : sikap tidak tahu

e. Anottapa : tanpa belas kasihan, bengis, kejam, sadis.

f.Mana : egoisme, egoistis, mementingkan diri sendiri

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok afektif ialah :

a. Uddhacca : keresahan , rasa tidak tentram

b. Kukkucca : kekhawatiran, yakni keadaan bingung, linglung, penyesalan

c. Lobha : tamak, rakus, serakah

d. Macchariya : kekikiran , pelit

e. Issa : iri hati, menyebabkan keterikatan pada objek

f. Dosa : kemuakan, merupakan sisi negatifnya dan selalu berhubungan dengan delusi

g. Thina : kontraksi , pengerutan, kejang-kejang, gemetar

h. Middha : kebekuan, sikap dingin .

Faktor-faktor tersebut penyebab jiwa menjadi kaku, tidak luwes, dan jika dominan maka

orang menjadi lamban.

Faktor-faktor jiwa sehat bersifat polar dengan lawannya. Jalan tengah tidak ada. Prinsip polar

tersebut dijadikan cara untuk membuat jiwa yang sehat, yakni mengganti faktor-faktor tidak

sehat. Hal ini merupakan prinsip resiprokal yang menghambat timbal balik.

c. Faktor Jiwa Sehat dari Kognitif

a. Panna : pemahaman, insight, lawan dari delusi, persepsi yang jelas. Panna dan moha

tidak dapat hadir bersama .

b. Sati : sikap penuh perhatian, mind fulnness , pemahaman yang jelas dan kontinyu

pada objek. Panna dan sati menyebabkan orang menjadi tenang selalu, dapat untuk

menekan semua faktor tidak sehat

c. Hiri : rendah hati , menghambat tidak tahu malu

d. Ottappa : sikap penuh hati-hati , sikap tanpa penyesalan

e. Cittujjukata : kejujuran, gandengan dari ottappa ( kejujuran )

f.Saddaha : kepercayaan, yakni kepastian berdasarkan pada persepsi yang tepat,

kombinasi dari hiri, ottapa , cittjjukata dan saddha.

14

Page 15: Psikologi abhidama dan transpersonal

Faktor-faktor yang tidak sehat Faktor-faktor yang sehat

Perseptual /kognitif :

Delusi

Pandangan yang salah

Sikap tak tahu malu

Kecerobohan

Egoisme

Afektif :

Keresahan

Kekhawatiran

Tamak

Kekikiran

Iri hati

Kemukan

Kontraksi

Kebekuan

Pemahaman (Insight)

Sikap penuh perhatian

Sikap rendah hati

Sikap penuh hati-hati

Kejujuran

Kepercayaan

15

Page 16: Psikologi abhidama dan transpersonal

BAB III

KESIMPULAN

Secara etimologi, transpersonal berasal dari kata trans dan personal. Trans , artinya di

atas dan personal artinya diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahhwa transpersonal

membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-

pengalaman spiritual.

Konsep-konsep dasar psikologi transpersonal : pengalaman puncak, transendensi diri,

kesehatan optimal, kedaruratan spiritual, spektrum perkembangan dan meditasi.

Cabang-Cabang Psikologi Transpersonal : Kelompok Mistis magis , kelompok psiko-

fisiologis, kelompok transpersonalis postmodern dan kelompok integral.

Abhidamma berkembang di India pada 15 abad yang lalu atau lebih, yang sampai kini,

masih diterapkan oleh penganut Buddhis dalam berbagai bentuk sebagai penuntun olah pikir.

Teori psikologi ini diturunkan langusng dari wawasan Budha Gautama pada abad kelima

sebelum masehi. Ajaran-ajaran budha telah dipoles dan berkembang berbagai cabang, ajaran,

aliran Buddhisme, melalui proses perkembangan yang sama, seperti pemikiran Freud

berkembang ke dalam aliran psikoanalisis yang berbeda-beda. Sama seperti psikologi timur

lainnya, Abhidamma mengajarkan tipe ideal sempurna yang dijadikan kiblat analisisnya

tentang olah pikir. Dalam ajaran Abhidamma terdapat macam-macamfaktor jiwa, yaitu; jiwa

yang sehat dan tidak sehat secara kognitif dan afektif.

16

Page 17: Psikologi abhidama dan transpersonal

DAFTAR PUSTAKA

Syahrurrohim, Romi. 2013. Psikologi Transpersonal.

http://syahrur23.blogspot.co.id/2015/01/psikologi-transpersonal.html. Diakses pada

tanggal 12 November 2012

Ismi Fatmawati, Ina. 2015. Teori Kepribadian Timur.

http://inaismifatmawati.blogs.uny.ac.id/2015/11/13/teori-kepribadian-timur/. Diakses

pada tanggal 22 November 2016-11-22

Jaenudin, Ajam. 2012. Psikologi Transpersonal. Bandung: CV Pustaka Setia

17