proyek inovasi

21
PROYEK INOVASI MANAJEMEN DAN PENCEGAHAN CEDERA KERACUNAN MAKANAN PADA BAYI 0-6 BULAN Laporan Proposal Dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar Manajemen dan Pencegahan Cedera pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Oleh Anika Kartika 0906619176 Dian Debora 0906619200 Fatriani 0906619283 Iis Puspitasari 0906619333 Jufriyanto 0906619365 Lelep Nadadap 0906619371 Tuti Asrianti 0906619661 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2011

Upload: qemhal-sayid-firmansyah

Post on 03-Jul-2015

395 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROYEK INOVASI

PROYEK INOVASI

MANAJEMEN DAN PENCEGAHAN CEDERA

KERACUNAN MAKANAN PADA BAYI 0-6 BULAN

Laporan Proposal

Dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar

Manajemen dan Pencegahan Cedera pada

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Oleh

Anika Kartika 0906619176Dian Debora 0906619200Fatriani 0906619283Iis Puspitasari 0906619333Jufriyanto 0906619365Lelep Nadadap 0906619371Tuti Asrianti 0906619661

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2011

Page 2: PROYEK INOVASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan proposal proyek

inovasi ini yang berjudul “Keracunan makanan pada bayi 0-6 bulan”

Penyusunan proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan mata ajar manajemen dan pencegahan cedera pada Fakultas Ilmu

Keperawatan program ekstensi Universitas Indonesia.

Proposal ini tersusun atas dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk

itu pada kesempatan ini kami kelompok mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Elfi Syahreni, selaku koordinator mata ajar manajemen dan pencegahan cedera.

2. Ibu Etty Rekawati, Ibu Imami Nurrachmawati, Bapak Masfuri, Ibu Allenidekania

selaku tim pengajar manajemen dan pencegahan cedera.

3. Rekan-rekan mahasiswa/i ekstensi sore 2009 yang telah membantu dan memberikan

support dalam penyusunan proposal ini.

Dengan keterbatasan yang ada, besar harapan rencana proyek inovasi ini dapat

memberikan sumbangan yang bermanfaat khususnya bagi pengembangan profesi

keperawatan.

Depok, April 2011

Page 3: PROYEK INOVASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui saluran

pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala

klinis.  Formula bayi adalah pengganti ASI bagi bayi., yang pertama diproduksi secara

komersial pada tahun 1867 oleh Justus von Liebig. Perlunya menyediakan makanan yang

aman bagi semua bayi, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bersama Badan

Kesehatan Dunia (WHO) menyelenggarakan pertemuan membicarakan Enterobacter

sakazakii dan mikroorganisme dalam formula bayi bubuk (WHO, Jenewa, 2-5 Pebruari

2OO4). Dalam rangka revisi Rekomendasi Kode lnternational tentang Praktik Higienis

Makanan Bayi dan Anak. Sementara peneliti IPB mengenai adanya Enterobacter

sakazakii (E. sakazakii) dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi, cukup

menghebohkan masyarakat, hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula 13,5

persen mengandung bakteri berbahaya tersebut. Manusia dapat mengalami gejala

keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi

media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen

biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E.

sakazakii, bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium

botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella

agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella

Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan salmonella lainnya.

Para ahli menyimpulkan bahwa formula bayi bubuk yang terkontaminasi

Enterobacter sakazakii dan Salmonella menyebabkan infeksi dan penyakit pada bayi,

bahkan menyebabkan penyakit berat dengan gejala sisa yang serius atau bahkan

kematian. E.sakazakii dapat menyebabkan penyakit pada semua kelompok umur,

dilaporkan bahwa bayi kurang dari 1 tahun memiliki risiko khusus, risiko terbesar untuk

terinfeksi kuman tersebut adalah neonatus sampai usia 28 hari, terutama bayi pre-term

atau bayi berat lahir rendah dan bayi imunokompromais. Bayi dari ibu terinfeksi HIV

Page 4: PROYEK INOVASI

juga berisiko karena mereka lebih membutuhkan susu formula dan mereka lebih rentan

terhadap infeksi.

Rekomendasi kesehatan masyarakat global adalah bayi disusui eksklusif selama

enam bulan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal,

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, bayi perlu diberi makanan pelengkap yang aman

dengan kandungan nutrisi yang adekuat, sementara menyusui dilanjutkan sampai usia 2

tahun atau lebih. Bayi yang tidak menyusu membutuhkan pengganti ASI yang cocok,

formula bayi yang memenuhi standar. Informasi meliputi instruksi penyiapan dan akibat

kesehatan yang bisa terjadi akibat penyiapan dan penggunaan yang salah. Pedoman yang

dianjurkan adalah apabila penggantian ASI didapat dengan mudah, berkesinambungan,

dan aman, maka penggantian ASI dapat direkomendasikan, dan formula bayi bubuk

adalah salah satu pilihan. Bayi yang memerlukannya adalah bayi HIV yang

imunokompromais.

Kelompok merencanakan membuat laporan kegiatan tentang manajemen

pencegahan keracunan pada bayi 0 – 6 bulan, khususnya pada kejadian pre event yaitu

sebelum terjadinya kejadian.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para ibu hamil dan ibu- ibu menyusui

dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penyuluhan ini adalah

peningkatan pengetahuan dan pemahaman para peserta penyuluhan meliputi :

1) Definisi keracunan susu formula

2) Definisi ASI Eksklusif

3) Keuntungan menyusui ASI Eksklusif

Page 5: PROYEK INOVASI

4) Kerugian memberikan susu formula

5) Tatalaksana memberikan ASI Eksklusif

6) Peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan keracunan susu formula

C. Peserta penyuluhan

Penyuluhan ini diikuti oleh para ibu hamil, ibu- ibu yang akan menyusui bayinya

dan tenaga kesehatan atau bidan di Puskesmas Tebet Jakarta Selatan.

D. Waktu dan tempat seminar

Waktu penyuluhan akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Mei 2011 di

Puskesmas Tebet, Jalan. Prof.Dr.Soepomo No.54 Jakarta Selatan.

E. Materi penyuluhan

1) Definisi keracunan susu formula

2) Definisi ASI Eksklusif

3) Keuntungan menyusui ASI Eksklusif

4) Kerugian memberikan susu formula

5) Tatalaksana memberikan ASI Eksklusif

6) Peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan keracunan susu formula

F. Rencana biaya

- Proposal kegiatan/print dan fotocopy Rp 20.000,00

- Transport permohonan surat penyuluhan Rp 100.000,00

- Cetak leaflet 30 lembar/ poster Rp 60.000,00

- Snack peserta @ Rp5.000,00 x 20 orang Rp 100.000,00

Page 6: PROYEK INOVASI

- Laporan kegiatan/print dan penggandaan Rp 20.000,00 +

Jumlah Rp 300.000,00

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi keracunan susu formula

Curigai keracunan pada anak sehat yang mendadak sakit dan tidak dapat

dijelaskan penyebabnya. Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh

karena mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang

terkontaminasi. Kontaminasi bisa oleh bakteri, virus, parasit, jamur, toksin.

E. sakazakii adalah kuman jenis gram negatif dari family Enterobacteriaceae.

Organisma ini dikenal sebagai "yellow pigmented Enterobacter cloacae", spesies bakteri

yang ada di lingkungan sekitar dan usus manusia maupun hewan. Ditemukan pada

kejadian meningitis dan enteritis terutama pada bayi, kasus yang dilaporkan, 20% bayi

yang terjangkit mengalami kematian. Di antara penderita yang selamat, dapat terjadi

komplikasi berat yang menetap seperti gangguan neurologi. Habitat alami Enterobacter

sakazakii belum diketahui sepenuhnya. Bakteri ini dapat dideteksi pada usus manusia

sehat; kemungkinan sebagian besar adalah bersifat intermiten. Bakteri ini juga dapat

ditemukan pada usus hewan maupun di lingkungan sekitar.

Terjadinya kontaminasi bakteri dimulai ketika susu diperah dari puting sapi.

Lubang puting susu memiliki diameter kecil yang memungkinkan bakteri tumbuh di

sekitarnya. Bakteri ini terbawa dengan susu ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi

teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesin

pemerah susu (milking machine), sehingga susu yang keluar dari puting tidak mengalami

Page 7: PROYEK INOVASI

kontak dengan udara. Sampai saat ini belum ditemukan bayi menyusu eksklusif yang

terinfeksi Enterobacter sakazakii.

Pencemaran susu oleh mikroorganisme terjadi selama pemerahan (milking),

penanganan (handling), penyimpanan (storage), dan aktivitas pra-pengolahan (pre-

processing) lainnya. Mata rantai produksi susu memerlukan proses yang steril, sehingga

bakteri tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam susu. Peralatan

pemerahan yang tidak steril dan tempat penyimpanan yang tidak bersih dapat

menyebabkan tercemarnya susu oleh bakteri. Susu memerlukan penyimpanan dalam

temperatur rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam

lingkungan di sekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteri

untuk mencemari susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan di

dalam ruangan tertutup.

Manusia yang berada dalam proses pemerahan dan pengolahan susu dapat

menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya

harus steril ketika memerah dan mengolah susu. Bahkan, hembusan napas manusia ketika

proses pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi sumber timbulnya bakteri. Sapi

perah dan peternak yang berada dalam sebuah peternakan harus dalam kondisi sehat dan

bersih agar tidak mencemari susu. Proses produksi susu di tingkat peternakan

memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-

negara maju.

B. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman

lain “ASI Eksklusif dianjurkan sampai bayi berumur 6 bulan pertama kehidupan bayi”

(Depkes RI, 2002).

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI, tanpa diberi tambahan cairan lain,

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun, selain tambahan

cairan, bayi juga tidak diberi makanan padat lain, seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain (Roesli,U 2005).

C. Keuntungan menyusui ASI Eksklusif

Page 8: PROYEK INOVASI

Keuntungan menyusui ASI Eksklusif untuk bayi, ASI merupakan sumber gizi

yang tepat untuk kebutuhan bayi, mengandung semua nutrient untuk tumbuh kembang

optimum, mempunyai faktor kekebalan, perlindungan bayi terhadap alergi, selalu

tersedia, jumlah selalu cukup (demand and supply), meningkatkan kasih sayang dan

kedekatan antara ibu dan anak, memproteksi terjadinya kolik, meningkatkan kesehatan

ibu dengan meningkatkan antibodi ibu yang beredar, menyusui membuat ibu merasa

bahagia, bangga dan percaya diri karena dapat memberikan hal yang terbaik bagi

bayinya, mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat rahim/kandungan

menjadi kecil kembali, menyusui eksklusif menunda masa subur shg dapat digunakan

sebagai KB sementara, mengurangi terjadinya anemia, mempercepat pengembalian tubuh

karena produksi ASI membakar lemak yg terbentuk selama hamil.

ASI terdiri dari vitamin, minerals, trace elements, protein, lemak dan karbohidrat,

oligosaccharida yang dijumpai dalam ASI tetapi tak ada pada susu formula. ASI

mengandung 4.000 sel hidup per milliliter, sebagian besar merupakan lekosit, sebagai

imunisasi pasif melalui antibodi yang dibentuk ibunya, selama bayi mendapat ASl.,

membantu pertumbuhan otak dan sistem saraf dari asam amino, lemak, gula sederhana,

garam dan mineral.

The American Academy of Pediatrics menyampaikan bahwa pemberian ASI

secara eksklusif adalah nutrisi yang ideal dan mencukupi untuk mendukung pertumbuhan

optimal selama 6 bulan pertama setelah kelahiran. Bayi-bayi yang disapih sebelum usia

12 bulan jangan diberi susu sapi namun diberi formula bayi yang difortifikasi dengan zat

besi. Formula terdiri dari tiga pilihan: bubuk, cairan konsentrat dan siap minum. Bubuk

paling rnurah, sedang formula yang langsung dapat diminum paling mahal.

D. Kerugian memberikan susu formula

1) Bayi yang mendapat formula buang air besar (BAB) dua kali sehari dengan bentuk

mirip pasta berwarna kuning dan kental. Bayi itu mudah mengalami konstipasi.

2) Peningkatan penyakit gastrointestinal (muntah, diarrhea, kembung dan dehidrasi),

penyakit respirasi (pneumonia, asma), penyakit telinga (otitis media) dijumpai empat

Page 9: PROYEK INOVASI

kali lebih tinggi pada bayi yang mendapat formula, terjadinya karies gigi (nursing

bottle carries), resiko gangguan imunologi.

3) Kemungkinan lebih besar untuk mengalami kegemukan sewaktu masih kecil.

4) Peningkatan alergi mulai dari kemerahan pada kulit sampai asma.

5) Pencemaran/ resiko terkontaminasi, dalam tahap-tahap penyajian dapat tercemar oleh

kuman, di pabrik atau di rumah.

6) Tersedak, dalam pemberian susu memakai botol dot sangat mungkin terjadi, terutama

jika lubang yang ada pada dot sangat besar, sehingga air susu yang mengalir sangat

deras sedangkan bayi belum bisa menyesuaikannya.

7) Merepotkan, dengan ASI penyajiannya sangat praktis, kapan dan dimanapun bayi

menginginkan, ibu dengan mudah dapat memberikan dalam keadaan segar. Susu

formula penyajiannya cukup lama dan repot karena harus merebus air dulu,

menyeduh susu, membersihkan botol, dan seringkali susu sudah tidak segar lagi/basi

ketika disajikan.

8) Mahal, menambah biaya bulanan.

9) Penggunaan susu formula dapat menurunkan rasa keibuan dan mengurangi eratnya

hubungan ikatan batin antara ibu dan anak.

E. Tatalaksana memberikan ASI Eksklusif

1) Pemberian ASI pertama dimulai di ruang persalinan, karena merupakan : saat

terbaik bagi bayi untuk belajar menghisap pada usia 30 menit refleks isap bayi

sangat kuat. Isapan pertama merangsang produk oksitosin yang membantu

menghentikan perdarahan setelah persalinan. Bayi mendapatkan susu

jolong/kolostrum yang berharga. Menyusui segara setelah lahir membuat ibu

mencintai dan merawat bayinya.

2) Rawat gabung adalah suatu cara perawatan bayi baru lahir yang ditempatkan

dalam satu ruangan di samping ibunya atau tidur bersama ibunya. Ibu dapat

segera menyusui, menggendong dan membersihkan bayi.

Page 10: PROYEK INOVASI

3) Menyusui atas permintaan bayi (on demand), ibu memberikan ASI-nya setiap

bayi memintanya dan tidak berdasarkan jam.Jenjang waktu menyusui pada bayi

biasanya 2-3 jam sekali atau 8-10 kali/hari. Dan pola ini tidak akan menimbulkan

masalah seperti terjadinya bendungan dan sebagainya.

F. Pencegahan keracunan susu formula

Sejak FAO dan WHO pertama kali menyadari adanya masalah ini, kedua

organisasi ini, bekerja sama mengumpulkan data dan bukti-bukti yang dapat digunakan

untuk bergerak maju. Pertemuan ahli Februari 2OO4 di Jenewa, mempelajari dan

menguji metode produksi, faktor risiko, angka kejadian dan sebagainya.

Besarnya masalah biasanya digambarkan dalam bentuk frekuensi dan beratnya

penyakit. Frekuensi penyakit ini pada bayi masih sangat rendah walaupun

penyakit ini bisa sangat merusak. Review kasus-kasus pada bayi yang dilaporkan di

literatur lnggris sejak tahun 1961sampai 2003 menemukan 48 kasus Enterobacter

sakazakii menginduksi penyakit pada bayi. Survey makanan tahun 2OO2

(USFoodNet2OO2) menemukan bahwa invasi E sakazakii di antara bayi di bawah 1

tahun adalah 100.000. Angka mortalitas infeksi Enterobacter sakazakii telah dilaporkan

sebesar 20%-50%. Efek jangka panjang yang signifikan berupa defisiensi neurologis

dapat terjadi, terutama pada penderita meningitis dan cerebritis. Dari berbagai penelitian

dan pengalaman di beberapa Negara tersebut sebenarnya WHO (World Health

Organization), USFDA (United States Food and Drug Administration) dan beberapa

negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk

komersial yang steril. Sedangkan susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai

produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Sehingga di bagian

perawatan bayi NICU, USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian

susu bayi formula cair siap saji untuk penderita bayi prematur yang rentan terjadi infeksi.

Sayangnya di Indonesia produk susu tersebut belum banyak dan relatif mahal harganya.

Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko infeksi adalah

1) Cara penyajian yang baik dan benar, hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya

untuk setip kali minum untuk mengurangi kuantitas dan waktu susu formula

Page 11: PROYEK INOVASI

terkontaminasi dengan udara kamar. Meminimalkan waktu antara kontak susu dengan

udara kamar hingga saat pemberian. Waktu yang direkomendasikan adalah tidak

lebih dari 4 jam. Semakin lama waktu tersebut akan meningkatkan resiko

pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut.

2) Sesuai instruksi dalam kaleng atau petunjuk umum. Peningkatan pengetahuan

orangtua, perawat bayi dan praktisi klinis lainnya tentang prosedur persiapan dan

pemberian susu formula yang baik dan benar harus terus dilakukan.

3) Pada situasi dimana bayi tidak menyusu, pengasuh yang merawat bayi risiko tinggi,

sebaiknya diingatkan secara berkala bahwa formula bubuk sebenarnya bukan produk

steril, dan sewaktu-waktu dapat terkontaminasi oleh patogen yang dapat

menyebabkan penyakit serius. Para pengasuh juga perlu mendapat informasi tindakan

yang dapat mengurangi risiko.

4) Pada situasi dimana bayi tidak menyusu, pengasuh bayi dengan risiko tinggi perlu

didorong bila mungkin dan mudah menggunakan formula cair steril.

5) lndustri makanan bayi sebaiknya didorong untuk mengembangkan lebih banyak

produk komersial formula steril alternatif untuk kelompok risiko tinggi.

6) lndustri makanan bayi sebaiknya didorong mengurangi konsentrasi dan prevalensi E.

Sakazakii baik di lingkungan pabrik maupun pada formula bayi bubuk. lndustri

makanan bayi perlu mempertimbangkan pemberlakuan program monitor lingkungan

yang efektif dan menggunakan Enterobacteriaceae bukan coliform sebagai indikator

higiene produk.

7) Dalam penerapan Code, Codex perlu menyatakan risiko adanya kuman di dalam

formula bayi, bahkan bila perlu menuliskan spesifikasi E. Sakazakii.

8) FAO/WHO sebaiknya memperhatikan kebutuhan tertentu negara berkembang

bagaimana mengurangi risiko pada keadaan dimana pengganti susu ibu perlu

diberikan seperti pada keadaan bayi dari ibu HIV ataupun bayi berat lahir rendah.

9) Penggunaan metode deteksi molekuler yang valid terhadap E. Sakazakii dan

mikroorganisme lain perlu didukung

10) Penelitian perlu dikembangkan untuk lebih memahami ekologi, taksonorni,virulensi

dan berbagai karakteristik lain dari E. Sakazakii dan cara untuk mengurangi

jumlahnya pada saat penyajian formula bayi.

Page 12: PROYEK INOVASI

G. Peran tenaga kesehatan

Apakah pernahkah kita membayangkan pada suatu hari penjara-penjara yang ada

di negara kita tidak saja dipenuhi oleh penjahat-penjahat kelas kakap, tetapi dipenuhi juga

oleh tenaga-tenaga kesehatan seperti dokter umum, dokter anak, dokter kebidanan, bidan,

perawat, dan lain sebagainya. September 2009 , pemerintah Indonesia mengesahkan

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu pasal 200 tertulis: Setiap

orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2), dipidana penjara paling lama 1 (satu)

tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Setelah 1 tahun

sosialisasi, pada September 2010 Undang-Undang ini akan mulai diberlakukan. Jika kita

sebagai tenaga kesehatan tidak mewaspadai akan hal ini, tidak mustahil "reuni" tenaga

kesehatan yang dimaksud di atas terjadi bukan di hotel mewah, tetapi di lembaga

pemasyarakatan (LP).

Menurut Indonesia Demographic and Health Survey 2007, cakupan ASI eksklusif

negara Indonesia hanya mencapai 32%. Turun 8% jika dibandingkan dengan survei yang

sama tahun 2002 -2003, penyebabnya adalah multifaktorial. Mengapa kita tidak

mencontoh mamalia lain misalnya kucing. Setelah anak-anak kucing lahir, pertama kali

yang disodorkan oleh ibu kucing adalah payudara. Ia membiarkan anak-anaknya

menyusu sampai puas tanpa rasa khawatir ada yang akan memberikan makanan lain

selain air susunya yang mengalir deras. Gambaran tentang keluarga kucing yang

berbahagia ini secara tidak langsung mencerminkan suatu ungkapan rasa syukur.

Apakah kita tenaga kesehatan sudah membantu ibu-ibu di Indonesia agar dapat

menjadi malaikat bagi anaknya, untuk menyusui? Peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai dengan posisi social yang diharapkan. Sehingga peran tenaga

kesehatan dalam mendukung kegiatan menyusui untuk terhindar dari kuman E.sakazakii

adalah :

1) Melatih ketrampilan, mendukung, membantu dan menerapkan inisiasi

menyusu dini – ASI Eksklusif.

Page 13: PROYEK INOVASI

2) Memberi informasi manfaat menyusui.

3) Meningkatkan rasa percaya diri ibu

4) Melarang promosi susu buatan/susu formula di pelayanan keehatan termasuk

puskesmas dan posyandu.

5) Mendukung kegiatan menyusui ASI Eksklusif 6 bulan.

6) Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan sehingga terampil dalam

melaksanakan penyuluhan tentang ASI.

7) Memberikan ketrampilan dan informasi tentang penyimpanan ASI perah

kepada ibu yang akan memerah ASI nya karena kembali bekerja

Target MDG4 adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3

dalam kurun waktu 1990 - 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare

dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian

ASI secara eklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping

pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah

satu intervensi efektif dapat menurunkan AKB.

.

Page 14: PROYEK INOVASI

DAFTAR PUSTAKA

Wong, D.L. et. All. (2000). Nursing care of the general pediatric surgical patient.

Maryland: Aspen Publication.

WHO. (2009). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.

Lai KK. Enterobacter sakazakii infections among neonates, infants, children, and

adults. Medicine 2001;80:113-22.

Asosiasi IBCLC. (2009). Pelatihan Ilmu laktasi dan manajemen menyusui.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21189/5/Chapter%20I.pdf

http://supportbreastfeeding.wordpress.com/2010/01/26/uu-kesehatan-melindungi-hak-

bayi-mendapatkan-asi-3/