protap pemeriksaan saraf motorik

33
BAB I KAJIAN TEORI PEMERIKSAAN MOTORIK Anatomi Sistem motorik adalah sistem yang bertanggung jawab terhadap kerja kelompok-kelompok otot, yaitu inisisasi gerakan volunter dan terampil. Serabut serabut motorik bersama sama input yang berasal dari sistem-sistem yang terlibat dalam kontrol gerakan yang meliputi sistem ekstrapiramidal, vestibular, serebellar dan propioceptive afferent semuanya bergabung didalam badan-badan sel neuron pada cornu anterior medulla spinalis. Dari sel cornu anterior impuls dibawa ke otot (Gambar

Upload: nurul-fadhilah

Post on 16-Jan-2016

89 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

prosedur penatalaksanaan saraf motorik

TRANSCRIPT

Page 1: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

BAB I

KAJIAN TEORI

PEMERIKSAAN

MOTORIK

Anatomi

Sistem motorik adalah sistem yang bertanggung jawab terhadap kerja kelompok-

kelompok otot, yaitu inisisasi gerakan volunter dan terampil. Serabut serabut motorik

bersama sama input yang berasal dari sistem-sistem yang terlibat dalam kontrol gerakan

yang meliputi sistem ekstrapiramidal, vestibular, serebellar dan propioceptive afferent

semuanya bergabung didalam badan-badan sel neuron pada cornu anterior medulla

spinalis. Dari sel cornu anterior impuls dibawa ke otot (Gambar

Gambar 1. The Motor Pathway

Prinsip-prinsip Pemeriksaan Fungsi Motorik

Sistem motorik diperiksa dalam hal :

Page 2: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Bentuk/ massa otot

Tonus otot

Kekuatan otot

Selain ketiga poin tersebut kita juga perlu menilai

1. Grakan volunteer

2. Gerakan involunter

3. Gerakan Koordinasi

Jenis-jenis Pemeriksaan

Pada tiap bagian badan yang dapat bergerak harus dilakukan :

1. Inspeksi

Pada inspeksi diperhatikan sikap, bentuk, ukuran, dan adanya gerak abnormal yang

tidak dapat dikendalikan.

a. Sikap

Perhatikan sikap secara keseluruhan dan sikap tiap bagian tubuh. Bagaimana sikap

pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan. Jika pasien berdiri,

perhatikan sikap dan posisi badannya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Pasien

dengan gangguan serebelum berdiri dengan muka membelok ke arah kontralateral

terhadap lesi, bahunya pada sisi lesi agak lebih rendah, dan badannya miring ke sisi lesi.

Penderita penyakit Parkinson berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke depan,

lengan dan tungkai berada dalam fleksi. Bila ia jalan, tampaknya seolah-olah hendak

jatuh ke depan; gerakan asosiatifnya terganggu, lengan kurang dilenggangkan, dan

terlihat tremor kasar, terutama di tangan.

Pada anak dengan distrofia muskulorum progresiva terlihat lordosis yang jelas; bila ia

berjalan, panggul seolah-olah berputar dengan maksud agar berat badan berpindah ke

tungkai yang sedang bertumpuh.

Pada penderita hemiparese oleh gangguan sistem piramidal, lengan berada dalam sikap

fleksi, sedangkan tungkai dalam ekstensi. Bila ia berjalan, tungkai membuat gerak

sirkumdiksi.

Pada pasien dengan paraparese jenis sentral, cara berjalannya seperti gunting, yaitu

tungkai seolah-olah menyilang. Penderita dengan gangguan di serebelumberjalan

dengan kaki mengangkang, demikian juga penderita tabes dorsalis.

Selain itu, penderita tabes dorsalis selalu melihat ke bawah memperhatikan kaki dan

jalannya, sebab kalau tidak, ia akan jatuh.

Page 3: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Pasien polineuritis berjalan seperti ayam, yaitu tungkai difleksikan tinggi-tinggi pada

persendian lutut, supaya dapat mengangkat kakinya yang kurang mampu melakukan

dorsofleksi.

b. Bentuk :

Perhatikan adanya deformitas.

c. Ukuran

Perhatikan apakah panjang badan tubuh sebelah kiri sama dengan yang kanan. Orang

dewasa yang mengalami lumpuh sejak masa kanak-kanak, ukuran ekstremitas yang

lumpuh lebih pendek daripada yang sehat.

Kemudian perhatikan besar (isi) kontur (bentuk) otot. Adakah atrofi atau hipertrofi.

Perhatikan kontur (bentuk) otot. Pada atrofi besar otot berkurang dan bentuknya

berubah. Kelumpuhan jenis perifer disertai oleh hipotrofi atau atrofi.

Perhatikan besarnya otot, bandingkan dengan otot sisi lainnya. Bila dicurigai adanya

atrofi, ukurlah kelilingnya. Pengukuran dilakukan dengan menyebutkan tempat di mana

dilakukan pengukuran. Biasanya digunakan tonjolan tulang sebagai patokan. Misalnya 3

cm di atas olekranon, atau patella atau tonjolan lainnya. Setelah itu perhatikan pula

bentuk otot. Hal ini dilakukan dalam keadaan otot beristirahat dan sewaktu

berkontraksi. Bila didapatkan atrofi, kontur biasanya berubah atau berkurang.

Pada keadaan pseudo-hipertrofi, ukuran otot tampak lebih besar, namun tenaganya

kurang. Hal ini disebabkan karena jaringan otot diganti oleh jaringan lemak atau

jaringan ikat. Hal ini didapatkan pada distrofia muskulorum progresiva, dan terjadi di

otot betis dan gluteus.

Gerakan abnormal dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan keadaan. Gerakan abnormal

merupakan kontraksi otot-otot volunteer yang tidak terkendali. Nilainya secara klinis

dalam menentukan diagnosis dan lokalisasi penyakit saraf dapat sangat besar, oleh

karenanya harus diamati dengan baik. Gerakan abnormal ini dapat mengenai tiap bagian

tubuh. Ia timbul karena terlibatnya berbagai bagian sistem motorik, misalnya : korteks,

serabut yang turun dari korteks, ganglia basal, batang otak dan pusat-pusatnya,

serebelum dan hubungan-hubungannya, medulla spinalis, serabut saraf perifer, atau

ototnya sendiri. Sifat gerakan dipengaruhi oleh letak lesi dan kelainan patologiknya.

Lesi pada tempat yang berlainan kadang dapat menyebabkan gerakan yang identik, dan

proses patologis yang berlainan pada tempat yang sama kadang dapat mengakibatkan

bermacam bentuk gerakan abnormal.

Page 4: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Pada pemeriksaan gerakan abnormal kita harus mengobservasi penampilan klinisnya

dan manifestasi visualnya, menganalisis pola gerakan dan melukiskan komponen-

komponennya.

Bila gerakan sesuai dengan gambaran klinik tertentu yang telah mempunyai nama, nama

ini digunakan untuk gerakan tersebut, tetapi sebaiknya ditambah dengan melukiskan

gerakan tersebut, daripada hanya memberi suatu nama saja. Kadang-kadang untuk

mengetahui gerakan abnormal ini dibutuhkan palpasi, terlebih bila gerakannya sangat

lemah dan terbatas pada sebagian dari kelompok otot.

Bentuk/ Massa Otot

Pemeriksaan motorik dimulai dengan inspeksi tiap daerah yang diperiksa. Setelah pasien

berbaring, seluruh otot pasien perlu diamati, termasuk kelompok otot yang tidak tampak

saat pasien berbaring datar. Bandingkan kesimetrisan kontur massa otot, inspeksi baik

proksimal dan distal. Amati apakah ada kelemahan otot/ atropi, hipertropi, hipotropi.

Otot yang mengecil tampak dari berkurangnya massa dan penampakan yang kendur.

Cari juga ada tidaknya fasikulasi dan gerakan involunter (spontan) pada anggota gerak

atau tremor pada jari tangan. Gerakan involunter tersebut dapat diperkuat dengan menjentik

otot dengan lembut.

Atropi otot merupakan lanjutan dari pengurangan massa otot. Hal ini dapat

diakibatkan dari penyakit-penyakit pada system saraf perifer; misalnya pada neuropathi

DM. Penyebab lain dari atropi ini adalah kelainan-kelainan pada motor neuron, disuse

otot, remathoid arthritis dan malnutrisi kalori protein. Atropi otot tangan terjadi normal

pada proses penuaan (Gambar 2B)

A. B.

Page 5: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Gambar 2. Tangan Wanita Umur 40-an (A) dan Umur

80-an (B)

Hipertropi otot adalah peningkatan massa otot disertai dengan kekuatan yang proporsional.

Peningkatan massa otot dengan kekuatan yang menurun disebut pseudohipertropi.

Fasikulasi terlihat seperti ‘desiran’ atau ‘kedutan’ tidak teratur di bawah kulit pada

saat otot istirahat. Fasikulasi dapat terjadi pada kelainan lower motor neuron, biasanya

pada otot-otot yang mengecil. Fasikulasi non patologi kadang terjadi setelah olahraga berat

pada orang sehat.

2. Pergerakan Volunter

Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

a. Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.

b. Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.

c. Mengepal dan membuka jari-jari tangan.

d. Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.

e. Fleksi dan ekstensi artikulus genu.

f. Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.

g. Gerakan jari- jari kaki.

3. Kekuatan Otot

Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua

cara:

Cara menilai kekuatan otot

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total

1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan

gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot

tersebut.

2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu

melawan gaya berat ( gravitasi ).

3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.

4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula

mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.

5 :Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

Cara menilai kekuatan otot ada dua cara.

Page 6: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Dengan menggunakan angka dari 0 – minus 4

Nilai 0 -1 -2 -3 -4

a. Gerakan bebas + + + + -

b. Melawan gravitasi + + + - -

c. Melawan pemeriksa + + - - -

Nilai O berarti normal, -1 = parese ringan, -2 = parese moderat, -3= parese hebat, -4

paralisis.

Anggota gerak atas.

a. Pemeriksaan otot oponens digiti kuinti ( C7,C8,T1,saraf ulnaris)

b. Pemeriksaan otot aduktor policis ( C8,T1 , saraf ulnaris ).

c. Pemeriksaan otot interosei palmaris ( C8,T1,saraf ulnaris ).

d. Pemeriksaan otot interosei dorsalis ( C8,T1, saraf ulnaris ).

e. Pemeriksaan abduksi ibu jari.

f. Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7,8,saraf radialis ).

g. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas ( C5-C8).

h. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah ( C5-C8).

i. Pemeriksaan otot latisimus dorsi ( C5-C8, saraf subskapularis).

j. Pemeriksaan otot seratus aterior ( C5-C7,saraf torakalis ).

k. Pemeriksaan otot deltoid ( C5,C5, saraf aksilaris ).

l. Pemeriksaan otot biseps ( C5,C6, saraf muskulokutaneus ).

m. Pemeriksaan otot triseps ( C6-C8, saraf radialis ).

Anggota gerak bawah.

a. Pemeriksaan otot kuadriseps femoris ( L2-L4,saraf femoralis ).

b. Pemeriksaan otot aduktor ( L2-L4, saraf obturatorius).

c. Pemeriksaan otot kelompok ” hamstring ” (L4,L5,S1,S2,saraf siatika ).

d. Pemeriksaan otot gastroknemius ( L5,S1, S2,saraf tibialis ).

e. Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus ( S1, S2, saraf tibialis

4. Pemeriksaan Tonus

Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian

ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku

dan lutut . Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar.

a. Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan

LMN).

Page 7: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

b. Hipotoni : tahanan berkurang.

c. Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini

dijumpai pada kelumpuhan UMN.

d. Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada

Parkinson.

5. Pemeriksaan Gerak Involunter (abnormal yang tidak terkendali)

Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat

positif, yaitu dikeluarkan aktivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan

ekstrapiramidalis yang kehilangan kontrol akibat lesi pada nukleus

pengontrolnya. Susunan ekstrapiramidal ini mencakup kortex

ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus pallidus, putamen, corpus luysi,

substansia nigra, nukleus ruber, nukleus ventrolateralis thalami substansia

retikularis dan serebelum.

a. Tremor fisiologis didapatkan bila anggota gerak ditempatkan pada

posisi yang sulit, atau bila kita melakukan gerakan volunteer dengan

sangat lambat. Tremor yang terlihat pada orang normal yang sedang

marah atau ketakutan merupakan aksentuasi dari tremor fisiologis

ini.

b. Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi

pada corpus striatum ( nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus

dan lintasan lintasan penghubungnya ) misalnya kerusakan

substansia nigra pada sindroma Parkinson.

c. Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga tremor serebellar,

disebabkan gangguan mekanisme “feedback” oleh serebellum

terhadap aktivitas kortes piramidalis dan ekstrapiramidal hingga

timbul kekacauan gerakan volunter.

d. Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau

tangan, eksplosif, cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak

teratur, yang hanya terhenti pada waktu tidur. Khorea disebabkan

oleh lesi di corpus striataum, substansia nigra dan corpus

subthalamicus.

e. Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau

tangan atau tangan yang agak lambat dan menunjukkan pada gerakan

melilit lilit , torsi ekstensi atau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan

Page 8: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

pergelangan tangan. Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi di

nukleus kaudatus.

f. Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan

paravertebra, hingga menyerupai gerakan seorang yang

melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan dengan lesi di

corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel.

g. Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa

serabut otot yang masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan

motor neuron. Kontraksi nampak sebagai keduten keduten dibawah

kulit.

h. Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten tidak secepat

fasikulasi dan berlangsung lebih lama dari fasikulasi. Myokloni :

gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsung sejenak,

aritmik, dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot

skelet dan pada setiap waktu, waktu bergerak maupun waktu

istirahat.

6. Gerak Koordinasi

Koordinasi gerakan

Koordinasi gerak terutama diatur oleh serebelum. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di serebelum ialah adanya dissinergia,

yaitu kurangnya koordinasi. Artinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan

kerjasama antar otot, maka otot-otot ini tidak bekerja sama secara baik, walaupun

tidak didapatkan kelumpuhan. Hal ini terlihat jika pasien berdiri, jalan,

membungkuk, atau menggerakkan anggota badan.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada dissinergia ini, yaitu :

1. gangguan gerakan

2. dismetria.

Selain itu, serebelum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus,

mengintegrasi, dan mengkoordinasi gerakan somatik. Lesi pada serebelum

dapat menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia atau gangguan

koordinasi gerakan (ataksia). Gerakan menjadi terpecah-pecah, dengan lain

perkataan : kombinasi gerakan yang seharusnya dilakukan secara simultan

(sinkron) dan harmonis, menjadi terpecah-pecah dan dilakukan satu per

satu serta kadang simpang siur. Dissinergia ialah kehilangan kemampuan

untuk melakukan gerakan majemuk dengan tangkas, harmonis, dan lancar.

Page 9: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Gejala klinis yang kita dapatkan pada gangguan serebelar ialah adanya:

gangguan koordinasi gerakan (ataksia), disdiadokhokinesia, dismetria, tremor

intensi, disgrafia (makrografia), gangguan sikap, nistagmus, fenomena rebound,

astenia, atonia, dan disartria.

Tonus Otot

Tonus dapat didefinisikan sebagai sedikit ketegangan residual pada otot yang rileks secara

volunter. Peningkatan tonus disebut hipertonia, sedangkan penurunan tonus disebut

hipotonia. Tonus dinilai dengan resistensi terhadap gerak pasif; dengan cara menggerakkan

sendi-sendi utama lengan dan tungkai (siku, paha, dan lutut) secara pasif untuk menentukan

jumlah resistensi terhadap gerakan pemeriksa. Mintalah pasien untuk relaks kemudian

lakukan gerak pasif pada otot itu. Siku diekstensikan kemudian difleksikan. Lengan

dipronasikan kemudian disupinasikan. Paha dan lutut difleksikan kemudian diekstensikan.

Bandingkan satu sisi dengan sisi yang lainnya. Hipotonia mudah dikenali dengan tanda

ekstremitas terasa terkulai dan biasanya disertai dengan kelemahan otot yang mencolok;

sedangkan hipertonia dapat luput dari deteksi.

Meningkatnya resistensi, seperti pada rigiditas atau spastisitas otot, berarti

meningkatnya tonus otot. Penurunan resistensi seperti pada pincang atau spasiditas berarti

penurunan tonus. Spastisitas adalah resistensi awal terhadap upaya peregangan otot dan

resistensi tersebut tersebut meningkat sesuai dengan gaya yang diberikan sampai akhirnya

hilang mendadak pada tegangan tertentu (efek pisau lipat). Spastisitas disebabkan oleh lesi

di pyramid atau upper motor neuron; misalnya stroke di kapsula interna dan lesi medulla

spinalis leher. Rigiditas adalah resistensi terhadap gerakan pasif dan resistensi tersebut

tidak berubah selama pergerakan (pipa besi). Rigiditas biasanya dijumpai pada lesi

ekstrapiramidal dan terutama pada penyakit Parkinson. Clonus adalah kontraksi secara

ritmik yang diakibatkan peregangan otot. Hal ini dapat terjadi pada individu yang normal

ketika kelelahan atau gelisah. Jika clonus terjadi secara terus menerus ini menunjukkan

adanya kerusakan upper motor neuron. Dan hal ini disertai dengan spastisitas.

Page 10: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

BAB II

PROSEDUR PENILAIAN

Pemeriksaan fungsi motorik, meliputi : Observasi, Penilaian terhadap ketangkasan gerakan

volunteer, Penilaian tonus otot, Pemeriksaan trofi otot, Pemeriksaan kekuatan ekstremitas

OBSERVASI

Fisioterapis melakukan observasi terhadap pasien dengan gangguan motorik pada

waktu ia masuk ke kamar periksa. Apakah ia berjalan sendiri ? Apakah ia dipapah ?

Bagaimana gaya berjalannya ? Setiap gangguan somatomotorik yang ringan dapat

diketahui dari observasi terhadap gerakan menutup/ membuka kancing baju,

menggantungkan pakaian, melepaskan sandal, menaiki tempat periksa, merebahkan

diri dan sebagainya. Bilamana pasien sudah berbaring di atas tempat periksa, simetri

tubuh pasien harus diperhatikan.

PENILAIAN TERHADAP KETANGKASAN GERAKAN VOLUNTER

Gerakan volunter yang dimaksud ialah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa.

Penilaian ini bersifat umum, yaitu untuk mengetahui apakah pasien masih

dapat menekukkan lengannya di sendi siku, mengangkat lengan di sendi bahu,

mengepal dan meluruskan jari-jari tangan, menekukkan di sendi lutut dan panggul

serta menggerakkan jari-jari kakinya.

Lankah-langkah pemeriksaan:

Posisikan pasien dalam keadaan yang nyaman dan rileks

Minta pasien melakukan gerakan disetiap regio mulai dari fleksi, ektensi,

endorotasi, eksorotasi, pronasi, dan supinasi.

Perhatikan pasien saat melakukan gerakan apakah mengalami kesulitan atau

tidak selain itu perhatikan pula ROM dari setiap pergerakan

PENILAIAN TONUS OTOT

Langkah-Langkah Pemeriksaan

Ruang pemeriksaan sebaiknya dalam kondisi hangat

Mintalah pasien untuk berbaring telentang pada ranjang pemeriksaan

Mintalah pasien untuk rileks (perhatian dialihkan dengan mengajak berbicara

Pada pemeriksaan anggota gerak atas :

Page 11: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Tangan pemeriksa memegang siku pasien untuk menyangga

Dengan tangan yang lain rotasikan lengan pasien

Fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan, siku dan pergelangan lengan

Pada pemeriksaan anggota gerak bawah (Gambar 3) :

Rotasikan betis pasien

Angkat dengan cepat lutut pasien sehingga ke posisi fleksi (Gambar 3A & B)

Pemeriksaan klonus lutut: dengan kondisi pasien relaks dan lutut ekstensi; tekan

dengan keras dengan ibu jari dan jari telunjuk disuperior lutut dan dorong kearah

lutut selama beberapa detik

Pemeriksaan clonus pergelangan kaki : tahan betis pasien dan fleksikan 900

pada lutut dan pergelangan kaki. Secara cepat dorsifleksikan (Gambar 3C)

Gambar 3. Pemeriksaan Tonus Anggota Gerak Bawah

Penilaian Kekuatan Otot

Page 12: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Pemeriksaan kekuatan otot dengan menyuruh pasien bergerak secara aktif melawan tahanan

anda. Kekuatan tiap-tiap kelompok otot di lengan dan di tungkai harus selalu dinilai. Setiap

gerakan pasien harus dibandingkan dengan kekuatan pemeriksa sendiri atau dengan

yang dianggap kekuatan normal pasien. Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya. Jika otot

terlalu lemah dalam melawan tahanan, periksa kekuatan dengan melawan gravitasinya

sendiri; contohnya : pada saat lengan bawah dalam posisi istirahat dan supinasi,

dorsofleksikan pergelangan tangan. Jika pasien tidak mampu menggerakkan anggota

tubuhnya, amati kontraksi ototnya.

Berikut ini adalah skala ar bitrer yang lazim dipakai untuk menunjukkan kekuatan otot :

0: Tidak Ada : Tidak ada kontraksi otot

1: Sangat Lemah : Hanya ada sedikit kontraksi

2: Lemah : Gerakan yang dibatasi oleh gravitasi

3: Cukup Kuat : Gerakan melawan gravitasi

4: Baik : Gerakan melawan gravitasi dengan sedikit tahanan

5: Normal : Gerakan melawan gravitasi dengan tahanan penuh

Jika menemukan kelemahan otot, perbandingan kekuatan proksimal dan distal penting.

Pada umumnya kelemahan proksimal berkaitan dengan penyakit otot; kelemahan distal

berkaitan dengan penyakit neurologik.

Pemeriksaan Fleksi Lengan Bawah

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 4)

Pasien diminta untuk mengepalkan tinju dan memfleksikan lengan bawahnya

Pemeriksa harus memegang tinju atau pergelangan pasien

Mintalah pasien untuk menarik lengannya kearah dirinya sendiri dengan melawan

tahanan anda, dengan demikian dapat dinilai kekuatan otot bisep

Gambar 4. Pemeriksaan Fleksi Lengan Bawah

Page 13: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Pemeriksaan Ekstensi Lengan

Bawah

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 5)

Mintalah pasien untuk mengabduksikan lengannya dan

mempertahankannya di pertengahan di antara fleksi dan ekstensi

Sokonglah lengan pasien dengan memegang pergelangan tangannya

Pasien diminta untuk mengekstensikan lengannya melawan tahanan anda

Lakukan pada lengan kanan dan kiri

Gambar 5. Pemeriksaan Ekstensi Lengan

Bawah

Pemeriksaan Ekstensi Pergelangan Tangan

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 6)

Mintalah pasien untuk mengepalkan tangannya

Mintalah pasien untuk menahan dorongan pemeriksa

Lakukan pada tangan kanan dan kiri

Gambar 6. Pemeriksaan Ekstensi Pergelangan Tangan

Page 14: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Pemeriksaan Kekuatan Genggaman Tangan

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 7)

Lengan pasien dalam posisi ekstensi

Mintalah pasien untuk menggengam 2 jari pemeriksa (jari telunjuk dan

tengah) sekuat mungkin

Pemeriksa menarik jarinya dari genggaman pasien

Pemeriksaan genggaman dilakukan simultan pada tangan kanan dan kiri

Gambar 7. Pemeriksaan Kekuatan Genggaman Tangan

Pemeriksaan Abduksi Jari Tangan

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 8)

Posisikan tangan pasien dengan permukaan palmar dibawah dan jari-jari melebar

Mintalah pasien untuk mempertahankan jari-jarinya ketika pemeriksa mengerakkan

Lakukan pada tangan kanan dan kiri

Gambar 8. Pemeriksaan Abduksi Jari Tangan

Page 15: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Pemeriksaan Fleksi Paha

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 9)

Pemeriksa meletakan tangannya diatas paha pasien

Pasien diminta untuk mengangkat tungkai bawah melawan tahanan pemeriksa

Lakukan pada paha kanan dan kiri

Gambar 9. Pemeriksaan Fleksi Paha

Pemeriksaan Ekstensi Paha

Langkah-Langkah Pemeriksaan

Pemeriksa meletakan tangannya dibawah paha pasien

Pasien diminta untuk mendorong paha ke bawah melawan tahanan pemeriksa

Lakukan pada paha kanan dan kiri

Pemeriksaan Fleksi Sendi Lutut

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 10)

Kaki pasien dalam kondisi rileks di atas tempat tidur

Posisikan tungkai bawah paha pasien sehingga lutut dalam keadaan fleksi

Pasien diminta untuk menarik tungkai bawah ke bawah melawan tarikan ke atas

pemeriksa

Lakukan pada tungkai kanan dan kiri

Page 16: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Gambar 10. Pemeriksaan Fleksi Sendi

Lutut

Pemeriksaan Ekstensi Sendi Lutut

Langkah-Langkah Pemeriksaan (Gambar 11)

Kaki pasien dalam kondisi rileks di atas tempat tidur

Posisikan tungkai bawah paha pasien sehingga lutut dalam keadaan fleksi

Pasien diminta untuk meluruskan tungkai bawah melawan dorongan tangan

pemeriksa

Lakukan pada tungkai kanan dan kiri

Page 17: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Gambar 11. Pemeriksaan Ekstensi Sendi Lutut

Pemeriksaan Dorsifleksi dan Plantarfleksi

Langkah-Langkah Pemeriksaan

Pemeriksa meletakkan tangannya di permukaan dosum pedis pasien

Mintalah pasien untuk menahan tarikan tangan pemeriksa (Gambar 12)

Pemeriksa meletakkan tangannya di permukaan plantar pedis pasien

Mintalah pasien untuk mendorong tangan pemeriksa (Gambar 13)

Lakukan pada tungkai kanan dan kiri

Gambar 12. Pemeriksaan Dorsofleksi

Page 18: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Gambar 13. Pemeriksaan Plantarfleks

Pemeriksaan Gerakan Involunter

Pemeriksaan dengan melihat/tergantung kepada penyebab yang dicurigai

Contoh :

a. Tremor

1) Tremor fisiologis didapatkan bila anggota gerak ditempatkan pada posisi yang

sulit, atau bila pasien melakukan gerakan volunteer dengan sangat lambat. Tremor

yang terlihat pada orang normal yang sedang marah atau ketakutan merupakan

aksentuasi dari tremor fisiologis ini

2) Tremor istirahat (halus)

Pemeriksa menempatkan kertas di atas jari-jari pasien dan tampaklah kertas

tersebut bergetar walaupun tremor belum jelas terlihat

3) Intention Tremor (Kasar)

Tremor yang didapatkan pada penyakit Parkinson. Ini merupakan tremor yang

lambat, kasar, dan majemuk.

Pemeriksaan Gerak Koordinasi

Statis

a. Finger to finger test

Pasien diminta merentangkan kedua tangan sambil menutup mata lalu diminta

mempertemukan kedua jari telunjuk di tengah depan jika pasien dapat melakukan

tes telunjuk-telunjuk secara cepat dan tepat maka dinyatakan normal. Tapi, jika

lengan di sisi lesi akan ketinggalan sehingga jari sisi yang sehat melampaui garis

tengah, (Lesi cerebelar)

b. Finger to nose

Minta pasien menutup mata dan meluruskan lengan ke samping lalu minta pasien

menyentuhkan hidungnya

Page 19: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

Gangguan pada serebelum atau saraf – saraf propioseptif dapat juga menyebabkan

ataxia tipe dismetria. Dismetria berarti hilangnya kemampuan untuk memulai atau

menghentikan suatu gerak motorik halus. jika pasien dapat melakukan tes jari

hidung secara cepat dan tepat maka dinyatakan normal. Tapi jika melakukannya

dengan telunjuk tidak sampai di hidung tapi melewati atau sampai di pipi

dinamakan Dismetria

c. Diadokinesia

1) pasien dalam keadaan duduk/berdiri

2) melakukan gerakan pronasi dan supinasi secara bergantian. \

ika pasien dapat melakukan Tes pronasi-supinasi secara bergantian maka

dinyatakan normal. Tapi pada saat pasien melakukan pronasi dan supinasi, saat

tangan sebelah pasien pronasi tapi sebelahnya keadaan supinasi maka dinyatakan

abnormal.

Gangguan : disdiadokinesia = gangguan gerakan bergantian secara cepat akibat

kerusakan kordinasi ketepatan waktu beberapa kelompok otot antagonistik

d. Heel to toe

1) Pasien dalam keadaan duduk/baring

2) Menyentuhkan kaki yang satu dengan kaki satunya dengan menyentuhkan

calcaneus dengan jari-jari kaki yang satunya sampai dengan patela.

jika pasien dapat melakukan tes heel to toe tepat dengan calcaneus kaki yang satu

bertemu dengan jari-jari kaki yang satunya sampai dengan patela maka dinyatakan

normal. Tapi, jika calcaneus tidak bisa bersentuhan dengan jari-jari kaki, maka

dinyatakan abnormal

e. Romberg

Minta pasien berdiri tegak dengan posisi tumit yang bertemu, kemudian

perintahkan untuk menutup mata. Jika pasien dapat mempertahankan

keseimbangan tubuh artinya pasien dinyatakan normal. Sebaliknya, jika pasien

kehilangan keseimbangan saatmelakukan tes ini maka pasien dinyatakan

mengalami ke abnormalan.

Dinamis

Tendon Gait

1) Minta pasien berjalan dalam sebuah garis lurus dengan tumit saling menyentuh

jari kaki lain.

Page 20: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

jika pasien dapat melakukan Tes heel to-toe secara dengan berjalan di satu garis

lurus dengan tepat maka dinyatakan normal. Tapi pada saat pasien berjalan dalam

keadaan belok-belok atau tidak lurus, maka dinyatakan abnormal.

Page 21: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

No Nama PasienUsia (th)

Jenis Kelamin

Jenis Pemeriksaan

Rincian Pemeriksaan

Interpretaasi

1. Nahlah Amalia 18 PInspeksi Gerakan Volunter

Pasien dapat dengan mudah

melakukan gerakan volunteer

di setiap regio tubuh

Normal

2. Anita Rahayu 19 P

Penilaian Kekuatan Otot

Pasien dapat melakukan

gerakan meawan gravitasi dengan adanya tahanan

penuh (5)

Normal

Penilaian Tonus Otot

Saat melakukan gerkan pasif

memiliki tahanan yang normal

Normal

3.Poppy Medya

Maharani18 P

Inspeksi Gerakan

Involunter

Kertas bergetar saatpemeriksaan tremor istirahat

NormalTangan tidak mengenai wajah saat melakukan

tes khorea

4.Dian

Ambarwaty P18 P Tes Koordinasi

Finger To Nose:

Dapat melakukan gerakan jari ke hidung dengan cepat dan tepat

Normal

5..Amatullah

Afifah Khalik18 P

Finger To Finger: Dapat melakukan

gerakan dari jarinya sendiri ke

jari pemeriksa dengan cepat dan

tepat

Normal

6. Masda Hartono 19 P Hell To Top:

Dapat menggerakkan tumit dari lutut hingga ibu jari

Normal

Page 22: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

kaki dengan normal

Fan den Gait:

Dapat berjalan pada garis lurus dengan posisi

berjalan dimana tumit danibu jari kaki bersentuhan

Normal

7.Nihlah

Ramadhani18 P

Dindockinesif:

Kedua lengan dengan irama dan

ketepatan yang sama dapat melakukan

pronasi supinasi elbow

Normal

8. Dwinda Aprilia 18 P

Romberg:

Dapat menjaga keseimbangan

saat posisi berdiri dengan kedua

tumit dirapatkan dan mata dalam kondisi tertutup

Normal

Page 23: Protap Pemeriksaan Saraf Motorik

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pemeriksaan fungsi motoric ini pasien telah menjalankan beberapa tes fisik untuk

menilai fungsi motoriknya.

Pasien pertama melakukan pemeriksaan gerakan volunteer. Pasien dinyatakan normal

karena dapat melakukan semua gerakan yang di perintahkan tanpa mengalami kesulitan dalam

pelaksanaannya.

Pasien ke 2 melakukan pemeriksaan untuk menilai kekuatan otot dan tonus ototnya.

Saat melakukan gerakan aktif pasien dapat melakukan gerakan dengan mudah walaupun

gerakan tersebut diberikan tahanan penuh. Berasarkan parameter yang digunakan pasien

memilikinilai kekuatan otot sebesar 5 yang menanakan pasien normal. Saat melakukan gerak

pasif tahanan yang diberikan pasienadalah jenis tahanan yang normal sehingga pasien

dikategorikan memiliki tonus otot yang normal.

Pasien ke 3 melakukan pemeriksaangerakan involunter dimana pasien menjalani 2 jenis

pemerisaan yakni pemeriksaan tremor istirahat dimana pasien dinyatakan normal karena

kertas yang di letakkan di atas tangan pasien pada posisi lurus kedepan bergetar, dan

pemeriksaan khorea dimana pasienjuga dinyatakan normal karena tangan pasientidak

mengenai wajahnya saat pemeriksa melepaskan tahanan yang diberikan pada gerakanfleksi

elbow.

Pasien ke 5,6,7,dan 8 tes koordinasi tetapi masing-masing manjalani jenis pemeriksaan

yang berbeda. Pasien ke 5 menjalani tes finger to nose dengan hasil normal, pasien 6

menjalani tes hell to top dan fan den gait dengan hasi normal, pasien 7 menjalani tes

dindockinesif dengan hasil normal, serta pasien 8 yang menjalani ter Romberg juga dengan

interpretasi normal.