prosiding diskusi panel -...

69
PROSIDING DISKUSI PANEL YAYASAN SARANA WANA JAYA The Indonesian Wildlife Conservation Foundation Penyelenggara: MENGEMBANGKAN WISATA ALAM DI SEKITAR JABODETABEK DAN PALEMBANG MENYONGSONG PESTA OLAHRAGA ASIAN GAMES XVIII 2018

Upload: dangdieu

Post on 07-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PROSIDING DISKUSI PANEL

YAYASAN SARANA WANA JAYA The Indonesian Wildlife Conservation Foundation

Penyelenggara:

MENGEMBANGKAN WISATA ALAM DI SEKITAR JABODETABEK DAN PALEMBANG

MENYONGSONG PESTA OLAHRAGA ASIAN GAMES XVIII 2018

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|i

Hak Cipta @ The Indonesian Wildlife Conservation Foundation bekerjasama dengan

Yayasan Sarana Wana Jaya. 2016

Hak Terbit pada IWF

Jl. Haji Batong Raya No. 3 Jakarta 12430

Telepon (021) 7695658,

Fax. (021) 75909559

E-mail: [email protected]

http://www.iwf.or.id

Cetakan tahun 2016

xi, 50 hlm; 21 cm x 29,7 cm

Layout Setting : Ikhlas Rahmatullah S, A.Md

Cover Design : Ikhlas Rahmatullah S, A.Md

Penyunting : Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA., Ir. Koes Saparjadi, MF.,

Dr. Sri Murni Soenarno, M.Si., Ir. Poedjo Rahardjo, MSc.

Ir. Soeparno W., MSc., Ira Febriany, S.Hut

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk

fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap

menyebutkan sumbernya.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|ii

Kata Pengantar

Prosiding ini merupakan rangkuman dari hasil kegiatan Diskusi Panel“Mengembangkan

Wisata Alam Di Sekitar Jabodetabek Dan Palembang Menyongsong Pesta Olah Raga Asian

Games XVIII 2018” yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2016 di Ruang Sonokeling

Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.Fokus dari diskusi panel ini adalahmengembangkan

wisata alam di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan sektor

pariwisata, karena memiliki nilai keunggulan kompetitif dan potensi keunikannya yang diakui

dunia, baik dalam bentuk keindahan panorama alam maupun kekayaan keanekaragaman flora

dan fauna. Diskusi panel ini diselenggarakan oleh Yayasan Sarana Wana Jaya (YSWJ) bekerja

sama dengan The Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF). Para pembicara yang

diundang merupakan para pakar, praktisi, dan institusi pemerintah yang terkait. Para peserta

diskusi panel berasal dari berbagai instansi pemerintah, swasta, universitas dan asosiasi.Kami

berharap, prosiding ini bisa memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan

wawasan dan pemahaman kita agar dapat mendorong pengembangan wisata alam yang ada di

Indonesia.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|iii

Sambutan Ketua Yayasan Ssarana Wana Jaya

DISKUSI PANEL

MENGEMBANGKAN WISATA ALAM DI SEKITAR JABODETABEK DAN

PALEMBANG MENYONGSONG PESTA OLAHRAGA ASIAN GAMES XVIII 2018

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Yang Terhormat Bapak Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Yang Terhormat Bapak – bapak Pejabat Kementerian

Yang Terhormat Ketua Bappeda Kabupaten Bogor

Yang Terhormat Bapak – Ibu undangan dan hadirin yang kami muliakan,

Dalam kesempatan yang baik ini marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah

SWT., yang karena ridho dan rahmatNya memungkinkan kita dapat berkumpul bersama-sama

di tempat ini dalam keadaan sehat wal‘afiat untuk mengikuti acara Diskusi Panel

Memanfaatkan Moment Asian Games XVIII tahun 2018 Untuk Mengembangkan Wisata Alam

di sekitar Jabodetabek dan Palembang.

Bapak dan Ibu yang kami hormati,

Sebagaimana kita ketahui Asian Games (AG) merupakan pesta olahraga akbar se-Asia,

pertama kali diselenggarakan di New Delhi, India tahun 1951 diikuti 11 (sebelas) negara

dengan peserta 489 orang dan official 6 orang mempertandingkan 57 cabang olahraga.

Penyelenggaraan AG berikutnya mengalami eskalasi baik jumlah negara yang ikut serta,

jumlah peserta maupun cabang olah raga yang dipertandingkan. AG XVI di Guanzhou, China

tanggal 12 – 27 November 2010 diikuti 9.704 atlet yang bertanding, dari 45 negara dan 42

cabang olah raga yang dipertandingkan. AG XVIII tahun 2018 di Indonesia diperkirakan akan

diikuti oleh 10.000 atlet belum termasuk official dan supporter/penonton. Target yang cukup

potensial untuk mengunjungi objek wisata di sekitar kota Jakarta dan Palembang, kota tempat

pertandingan berlangsung.

Oleh karena itu, peristiwa ini merupakan suatu kesempatan atau peluang yang sangat bagus

bagi Indonesia untuk memperkenalkan obyek wisata di sekitar Jabodetabek serta Palembang

dan sekitarnya, meningkatkan pendapatan negara melalui wisata alam dan budaya serta

sekaligus menggerakkan roda ekonomi masyarakat di sekitar daerah wisata.

Penyelenggaraan Diskusi Panel ini merupakan bentuk kepedulian Puskashut YSWJ dengan

IWF terhadap upaya pengembangan wisata.

Semoga dari hasil diskusi ini kita dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

pengembangan wisata alam Jabodetabek dan Palembang khususnya, yang akan mendorong

bertumbuh kembangnya perekonomian dan pembangunan bangsa.

Ketua Umum Yayasan Sarana Wana Jaya

Dr. Ir. Boen M. Purnama, MSc.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|iv

Sambutan Ketua Panitia

DISKUSI PANEL

MENGEMBANGKAN WISATA ALAM DI SEKITAR JABODETABEK DAN

PALEMBANG MENYONGSONG PESTA OLAHRAGA ASIAN GAMES XVIII 2018

Asian Games XVIII adalah salah satu peristiwa kompetisi akbar kegiatan olahraga yang diikuti

oleh negara-negara Asia, terutama diikuti oleh atlet dari seluruh cabang olahraga yang

dimainkan, official, penonton dan penyelenggara. Mereka tidak selalu berada di lapangan di

sekitar stadion olahraga, sehingga mereka memiliki waktu senggang untuk mengunjungi obyek

wisata di sekitar Jabodetabek dan Palembang. Massa tersebut berasal dari berbagai negara di

Asia baik negara sudah berkembang maupun negara sedang berkembang seperti AG XVII di

Incheon Korea Selatan yang telah diikuti oleh sebanyak 45 negara dengan jumlah 13.000 orang

atlet. Berbagai minat kunjungan wisata pada umumnya seperti wisata belanja, wisata kuliner,

wisata alam, wisata budaya, dan wisata bahari. Peristiwa AG XVIII tersebut memberikan

kesempatan kepada kita untuk memperkenalkan obyek-obyek wisata berbasis alam di sekitar

Jabodetabek yang layak dijual kepada pengunjung selain kawasan puncak yang sudah sangat

padat dengan berbagai kemacetan yang dialaminya, sehingga diperlukan untuk mencegah

konsentrasi destinasi wisatawan agar tidak melampaui daya dukung lingkungannya. Daerah-

daerah tersebut tentu saja harus memenuhi kriteria yaitu harus menarik (attractive), mudah

dicapai (accesible), serta memiliki fasilitas pendukung lainnya. Dalam jangka panjang

pengembangan daerah wisata akan memberikan efek ganda (multiplier effect) terutama di

bidang ekonomi dengan adanya pembenahan dan penataan infrastruktur setelah AG 2018

selesai.

Yayasan Pelestarian Alam dan Kehidupan Liar Indonesia (The Indonesian Wildlife

Conservation Foundation - IWF) bekerja sama dengan Yayasan Sarana Wana Jaya (YSWJ)

menyelenggarakan Diskusi Panel dengan maksud: terhimpunnya data dan informasi mengenai

wisata alam yang layak dikunjungi partisipan AG XVIII: mendorong Pemerintah Daerah yang

terkait untuk mempersiapkan diri menerima kunjungan wisatawan di daerahnya sehingga dapat

tercapainya pemerataan destinasi wisata yang merata terhadap obyek wisata wisata yang

tersedia.

Peserta diskusi ini terdiri dari berbagai stakeholder yang berkaitan dengan pengembangan

wisata yang terdiri dari: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Ditjen

Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Pariwisata, Bappeda

sekitar Jabodetabek dan kota Palembang, Perguruan Tinggi, Organisasi Non Pemerintah

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|v

(NGO) serta instansi lainnya yang terkait. Semoga diskusi hari ini dapat menghasilkan

rekomendasi untuk pengembangan wisata di sekitar Jabodetabek dan Kota Palembang

sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian daerah wisata dan memajukan pariwisata

sehat dan ramah lingkungan.

Ketua Panitia,

Prof.Dr.Ir. Dedi Soedharma, DEA

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|vi

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ ii

Sambutan Ketua YSWJ ........................................................................................................................... iii

Sambutan Ketua Panitia ......................................................................................................................... iv

Daftar Isi ................................................................................................................................................. vi

Daftar Tabel .......................................................................................................................................... vii

Daftar Gambar ..................................................................................................................................... viii

Daftar Lampiran ..................................................................................................................................... ix

Rumusan ................................................................................................................................................. x

KEYNOTE SPEECH .................................................................................................................................... 1

Panelis ..................................................................................................................................................... 4

1. WISATA ALAM DI HUTAN KONSERVASI ........................................................................................ 4

2. PENANGKARAN DAN WISATA ..................................................................................................... 10

3. RENCANA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAEARAH TUJUAN WISTA KABUPATEN BOGOR ... 12

4. CERMIN PEMBANGUNAN EKOWISATA INDONESIA .................................................................. 26

JARINGAN ANGKUTAN SDP PENUNJANG KEGIATAN WISATA ALAM DI JABODETABEK DAN

PALEMBANG.................................................................................................................................. 41

PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN MASYARAKAT SADAR WISATA DI JABODETABEK ............. 44

Rekomendasi ......................................................................................................................................... 52

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|vii

Daftar Tabel

Tabel 1.Batas Wilayah Kabupaten Bogor ................................................................................ 12

Tabel 2.Destinasi Wisata Kabupaten Bogor ............................................................................ 16

Tabel 3.Sebaran Kawasan Konservasi di Indonesia ................................................................ 27

Tabel 4.Indikator Kinerja Kepariwisataan ............................................................................... 28

Tabel 5. Skor Evaluasi Komponen Dan Elemen Pembangunan Ekowisata Indonesia ............ 38

Tabel 6. Jenis Angkutan sungai di Palembang ........................................................................ 42

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|viii

Daftar Gambar

Gambar 1. Pembangunan Pariwisata Indonesia ......................................................................... 4

Gambar 2.Pengembangan Destinasi Pariwisata ......................................................................... 4

Gambar 3. 10 Destinasi pariwisata prioritas .............................................................................. 5

Gambar 4. Taman Wisata Alam di Indonesia ............................................................................ 8

Gambar 5. Taman Nasional di Indonesia ................................................................................... 9

Gambar 6. Rentang Keilmuan Pariwisata (Ja’fari Model dalam Cooper et.al, 1999) ............ 30

Gambar 7.Skema Time-Budget (after Avenzora, 2003) .......................................................... 31

Gambar 8.Dimensi Politik dalam Pariwisata (Hall, 1994) ...................................................... 34

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|ix

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Susunan Acara Diskusi Panel .............................................................................. 53

Lampiran 2. Susunan Kepanitiaan Diskusi Panel .................................................................... 54

Lampiran 3. Daftar Peserta Diskusi Panel ............................................................................... 55

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|x

Rumusan

Setelah memperhatikan Keynote Speech oleh Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK,

pemaparan para panelis: Direktur PJLHK-Ditjen KSDAE, Direktur KKH-Ditjen KSDAE, Dr.

Hj. Syarifah Sofiah, MSi (Ketua Bappeda Kab. Bogor), Dr. Ricky Avenzora, MScF (IPB

Bogor), bpk. Endi (Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub) dan Ir. Koes Saparjadi, MF (Ketua

IWF), serta masukan dari para peserta diskusi dengan Moderator Dr. Harry Santoso, maka

Diskusi Panel memperoleh Rumusan sebagai berikut.

1. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis yang menjadi program prioritas

dalam Nawa Cita pembangunan nasional 2015-2019 dengan meningkatkan indeks daya

saing pariwisata untuk mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi domestik Indonesia.

Untuk itu, dengan melibatkan multipihak telah ditetapkan pengembangan 10 (sepuluh)

destinasi wisata prioritas (DWP) Indonesia, yaitu Danau Toba, Kepulauan Seribu, Tanjung

Kelayang, Wakatobi, KEK Morotai, Tanjung Lesung, Borobudur dan sekitarnya, Bromo-

Tengger-Semeru, KEK Mandalika, dan Flores-Labuhan Bajo.

2. Promosi wisata melalui berbagai event dan media merupakan bagian integral dari

pembangunan pariwisata nasional yang berperan penting dalam memberikan informasi

baik kepada wisatawan nusantara maupun mancanegara. Oleh karena itu event

internasional pesta Olah Raga Asian Games XVIII tahun 2018 yang akan datang,

diharapkan dapat menjadi ajang promosi wisata alam yang sangat efektif bagi Indonesia,

khususnya destinasi-destinasi wisata alam di wilayah JaBoDeTaBek dan di sekitar

Palembang.

3. Dalam menyongsong event internasional Asian Games XVIII tersebut, maka perlu

dipersiapkan destinasi-destinasi wisata alam JaBoDeTaBek dan sekitar Palembang dengan

menerapkan prinsip-prinsip partisipatif dan kolaborasi multipihak, keunikan alami dan

bersifat lokal, akuntabilitas dan keberlanjutan (sustainability), serta koordinasi, integrasi,

sinkronisasi dan sinergi, berbasis masyarakat dan usaha swasta (community and private

based tourism).

4. Beberapa kendala dan hambatan destinasi-destinasi wisata alam di wilayah JaBoDeTaBek

dan sekitar Palembang dalam rangka menghadapi event internasional Asian Games XVIII

2018, dapat diidentifikasi yang meliputi :

a) Keterpaduan kebijakan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam

manajemen infrastruktur dan SDM pengelola wisata alam

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|xi

b) Kekurang-lancaran aksesibilitas dan infrastruktur (jalan, jembatan, dll), sarana

angkutan (darat/udara/laut/sungai) dari/ke destinasi wisata alam

c) Kemacetan lalu lintas dari/ke destinasi wisata alam, contoh: destinasi ke/dari kawasan

wisata Puncak

d) Belum baiknya pengelolaan dan adanya kerusakan fisik obyek-obyek destinasi wisata

alam

e) Kurangnya pemandu wisata profesional dan informasi mengenai keunikan obyek-

obyek wisata alam

f) Belum siapnya masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan wisata

alam dan penerimaan wisatawan baik lokal maupun mancanegara

5. Untuk rencana jangka panjang, khususnya pengembangan wisata alam di JaBoDeTabek

perlu diupayakan dengan memperbaiki pemerataan distribusi wisatawan yang menumpuk

di satu destinasi di kawasan wisata Puncak. Sebab apabila masalah ini tidak ditangani

dengan sebaik-baiknya, akan menimbulkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan

cukup besar berupa penurunan kualitas lingkungan, sumber daya air, keanekaragaman

hayati serta kemacetan luar biasa yang menyebabkan terganggunya kenyamanan

masyarakat.

6. Dalam upaya memecahkan permasalahan destinasi wisata di Puncak dan sekitarnya,

Pemerintah Kabupaten Bogor telah mengambil langkah-langkah strategis dengan

menyiapkan rencana pembangunan: 1) jalan Sentul-Cipanas, 2) transportasi massal

Monorel dan LRT (light rail transit), 3) penataan PKL sepanjang Jl. Raya Puncak, dan 4)

pengembangan Rest Area di kawasan wisata Puncak dan sekitarnya.

7. Untuk menyongsong Asian Games XVIII 2018, mengingat keterbatasan anggaran, sarana

dan prasarana, serta singkatnya waktu yang tersedia, maka destinasi-destinasi wisata alam

unggulan (terpilih) di wilayah Jabodetabek dan di sekitar Palembang yang perlu

dipersiapkan:

a) Destinasi wisata alam unggulan di Jabodetabek: 1) TWA Angke Kapuk-Penjaringan

Jakarta Utara, 2) SM (Suaka Margasatwa) Muara Angke-Jakarta Utara, 3) TWA

Gunung Pancar-Citeureup Bogor, 4) Kebun Raya Bogor, 5) Situ Gede Dramaga-Bogor,

6) Kuntum Farmfield Kota Bogor, 7) Taman Wisata Mekarsari-Cileungsi Bogor, 8) Air

Terjun Bidadari-Sentul Bogor, 9) Warso Farm-Cihideung Bogor, 10) Agrowisata

Gunung Mas-Puncak, 11) TWA Telaga Warna-Puncak, dan 12) Taman Safari

Indonesia-Puncak.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|xii

b) Destinasi wisata unggulan di sekitar Palembang: 1) Panorama Jembatan Ampera-

Palembang, 2) Kuliner Pasar Apung Sungai Musi-Palembang, 3) TWA Punti Kayu, 4)

Pagoda Sungai Musi, 5) Pusat Kerajinan Songket, 6) Museum Negeri Balaputradewa

Palembang, 7) Benteng Kuto Besak Palembang, dan 8) Taman Purbakala Kerajaan

Sriwijaya Palembang.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|1

KEYNOTE SPEECH

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena hanya atas berkat rahmat dan

izin-NYA-lah kita dapat hadir bersama di tempat ini untuk bersama-sama mengikuti acara

seminar yang bertajuk “Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 untuk

Mengembangkan Wisata Alam di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”.

Hadirin sekalian yang saya hormati.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa program pembangunan nasional pada kabinet kerja dewasa

ini menekankan kepada peningkatan ekonomi dari berbagai sektor sebagaimana tergambar

dalam Nawacita nomor 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Salah satu sektor strategis yang menjadi program

prioritas nasional adalah sektor pariwisata. Terkait dengan itu Presiden telah menetapkan

Target Pariwisata Nasional 2015 — 2019 yaitu target kunjungan wisatawan mancanegara

(wisman) sebanyak 20 juta wisman dan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak

275 juta, serta indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30 dunia.

Hadirin sekalian,begitu besar potensi wisata yang ada di Indonesia ini, baik dalam bentuk

keindahan alam, keragaman flora fauna, serta keragaman budaya. Semua potensi tersebut

membutuhkan pengelolaan yang baik agar bermanfaat secara ekonomi bagi seluruh masyarakat

Indonesia dengan tetap mempertahankan keaslian dan kelestariannya. Untuk itu Pemerintah

telah merancang kebijakan pembangunan pariwisata Indonesia dengan menentukan destinasi-

destinasi wisata prioritas. Dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan pariwisata dan

pencapaian target pariwisata nasional tersebut, pada tanggal 27 Oktober 2015 Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama dengan Kementerian Pariwisata telah

menandatangani Naskah Kesepakatan Nomor: NK.6/KS.001/KS.001/MP.2015 dan

NK.10/Men-LHK-KSDAE/2015 tentang Percepatan Pengembangan Pariwisata di Kawasan

Hutan, dengan tujuan untuk mensinergikan tugas dan fungsi masing-masing kementerian

dalam meningkatkan penyelenggaraan pariwisata di kawasan hutan khususnya yang berada di

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional sebagai destinasi pariwisata berkualitas, berdaya saing

dan berkelanjutan. Selain itu, bersamaan dengan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa

Nasional 2015. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mencanangkan promosi

taman nasional dengan tema "Ayo ke Taman Nasional" pada tanggal 15 Desember 2015 di

Auditorium Manggala Wanabakti Jakarta. Pencanangan tersebut merupakan upaya promosi

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|2

taman nasional yang diharapkan dapat menginspirasi publik untuk mengenal lebih jauh taman

nasional di Indonesia yang selanjutnya mendorong untuk datang berkunjung ke taman nasional.

Dari kawasan konservasi dalam 5 tahun (2015-2019) ditargetkan kunjungan wisatawan

mancanegara minimal 1,5 juta orang dan wisatawan nusantara minimal 20 juta orang.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Saat ini, terdapat sekitar 558 unit kawasan konservasi di Indonesia dengan luas lebih dari 27,5

Juta Ha, yang diantaranya berpotensi dan bisa dimanfaatkan untuk tujuan investasi dan

pariwisata berwawasan lingkungan yakni berupa taman nasional sebanyak 51 unit dengan total

luasnya mencapai lebih dari 16,07 juta ha, dan taman wisata alam sebanyak 123 unit dengan

luas 1,05 juta ha.

Setiap kawasan konservasi baik itu taman nasional maupun taman wisata alam memiliki

potensi dan keunggulan masing-masing untuk bisa dijual dan dipasarkan, mulai dari

keanekaragaman hayati, ekosistem, fenomena alam sampai budaya lokal masyarakat. Berbagai

predikat internasional telah diberikan untuk beberapa taman nasional di Indonesia, seperti: a.

The New 7 Wonder: Taman Nasional Komodo b. Asean Heritage Parks and Reserves : Taman

Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan. c. World Heritage Site (WHS) : Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Gunung

Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman

Nasional Lorentz dan Taman Nasional Ujung Kulon. d. Situs Ramsar : Taman Nasional

Berbak, Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Wasur, Taman Nasional Rawa

Aopa Watumohai dan Taman Nasional Sembilang. e. Cagar Biosfer : Taman Nasional

Komodo, Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Tanjung Putting, Taman Nasional

Gunung Leuser, Taman Nasional Siberut, Taman Nasional Wakatobi, Taman Nasional Baluran

dan Taman Nasional Meru Betiri.

Saudara-saudara sekalian,

Dengan spirit "Indonesia Bekerja", mulai tahun 2015 Indonesia akan meningkatkan daya saing

pariwisata Indonesia di tingkat dunia. Keindahan panorama alam, keanekaragaman hayati dan

kekayaan budaya menjadi keunggulan komparatif bangsa Indonesia khususnya dalam

mengembangkan daya tarik destinasi wisata. Searah dengan kebijakan itu, Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan berencana akan mengembangkan pariwisata alam di taman

nasional dan taman wisata alam dengan konsep High End Based Destination. Konsep ini

dimaksudkan untuk memperoleh multiplier effect yang lebih tinggi dengan menawarkan

pelayanan, kenyamanan dan kemewahan kepada pengunjung dengan tetap mengedepankan

faktor konservasinya. Sebagai tahap awal, lokasi yang akan dikembangkan meliputi 3 klaster

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|3

pengembangan yaitu : 1. Klaster Lampung-Jawa Barat, meliputi TN Way Kambas, TN Bukit

Barisan Selatan dan Krui (Kabupaten Pesisir Barat), beberapa bagian dari Landscape Gunung

Krakatau, serta TN Gunung Gede Pangrango. 2. Klaster Jawa Timur, meliputi TN Baluran, TN

Alas Purwo, TN Meru Betiri dan TWA Kawah Ijen. 3. Klaster Nusa Tenggara Barat, meliputi

Taman Nasional Gunung Rinjani, TN Gunung Tambora dan Taman Wisata Alam Gunung

Tunak. Selain pengembangan di masing-masing destinasi, konsep klaster juga mengedepankan

pengembangan konektivitas berbagai lokasi yang ada di dalam klaster yang terbatas menjadi

satu kesatuan destinasi dengan kemudahan aksesnya. Dengan adanya konektivitas yang baik,

wisata alam, budaya maupun buatan diupayakan dapat menjadi satu kesatuan destinasi wisata

unggulan dengan keragaman atraksi wisata yang tinggi.

Pembangunan pariwisata alam adalah kegiatan yang banyak berkaitan dengan sektor-sektor

lainnya. Untuk itu pada akhirnya sinergi dan keterlibatan banyak pihak akan menjadi faktor

yang menentukan bagi pengembangannya.

Jakarta, Agustus 2016

Dr.Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|4

PANELIS

1. WISATA ALAM DI HUTAN KONSERVASI

Ir. Is Mugiono, M.M.

Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi - Ditjen KSDAE – KLHK

Pembangunan pariwisata Indonesia termasuk salah satu program prioritas nasional

Indonesia. Posisi pembangunan pariwisata Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pembangunan Pariwisata Indonesia

sedangkan untuk pengembangan destinasi pariwsata indonesia dapat dilihat pada gambar 2,

Gambar 2.Pengembangan Destinasi Pariwisata

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|5

1. Program Prioritas Nasional Yang Dilaksanakan Ditjen KSDAE

• Revolusi Mental

• Pembangunan Kesehatan

• Kedaulatan Energi

• Kemaritiman dan Kelautan

• Pariwisata

• Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus

• Ekspor Non-Migas

• Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan

2. Target Nasional

Meningkatnya jumlah kumulatif wisatawan mancanegara dari 9 Juta wisman (2014)

menjadi 20 Juta wisman (2019) dan dari 250 juta wisnus (2014) menjadi 275 juta wisnus

(2019)

3. Target Kementerian LHK (2015 – 2019)

Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang

wisatawan mancanegara selama 5 tahun

Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan

nusantara selama 5 tahun

Gambar 3. 10 Destinasi pariwisata prioritas

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|6

4. Kebijakan Pendanaan Dalam Mendukung Destinasi Wisata

Pengembangan Pariwisata merupakan prioritas nasional sedangkan untuk

pengembangan destinasi wisata termasuk dalam program prioritas.

A. Kegiatan Prioritas :

• Penyiapan Obyek Wisata

• Pembangunan Sarpras Transportasi

• Pembangunan Fasilitas Umum Dalam Kawasan

B. Kegiatan Pengembangan

• Prakondisi (Enabling Condition)

a) Zonasi/Blok

b) Rencana Pengelolaan

c) Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

d) Disain Tapak

• Pembangunan Infrastruktur dan Amenitas

a) Sarana Pengelolaan

b) Sarana Pariwisata (Pelayanan Pengunjung)

c) Sarana Pendukung/Penunjang

• Kerjasama (Networking)

a) Promosi

b) Pengembangan pariwisata

c) Konektivitas Pengembangan

• Investasi

a) Pelayanan Perizinan

b) Penyediaan /penyempurnaan regulasi

5. Dukungan Para Pihak

A. Kementerian Koperasi dan Usaha Menengah

B. Ditjen Otonomi Daerah Kemendagri

C. Ditjen Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

D. Deputi Pengembangan Pariwisata, Kemenpar

E. Pemerintah Daerah

6. Taman Nasional (TN) dan Taman Wisata Alam (TWA) yang tersebar di

Jabodetabek dan Palembang

A. TWA Angke Kapuk

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|7

• Berupa hutan mangrove

• Sesuai untuk wisata air dan pengamatan burung

• Berada di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

B. TWA Pulau Sangiang

• Berupa hutan dan laut

• Sesuai untuklintas alam, snorkeling

• Berada di Kecamatan Anyer Kabupaten Serang

C. TWA Gunung Pancar

• Berupa hutan pegunungan

• Sesuai untukrekreasi, berkemah, jungle tracking

• Berada di Kecamatan Citeureup Kab. Bogor

D. TWA Telaga Warna

• Berupa telaga dan hutan pegunungan

• Sesuai untukrekreasi, berkemah, jungle tracking

• Berada di kawasan Puncak Kabupaten Bogor

E. TWA Punti Kayu

• Berupa hutan pinus

• Sesuai untukrekreasi, berkemah, pengamatan satwa

• ± 6,5 km dari Palembang, perjalanan sekitar 20 menit jam dengan menggunakan

mobil/motor

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|8

Gambar 4. Taman Wisata Alam di Indonesia

F. TN Gunung Gede Pangrango

• Hutan tropis dataran tinggi

• Sesuai untukmendaki gunung, hiking, berkemah, pengamatan burung

• Berada di Kab. Cianjur, Kab. Bogor, dan Kab. Sukabumi Prop. Jawa Barat

G. TN Gunung Halimun Salak

• Hutan tropis dataran tinggi

• Sesuai untukrekreasi, berkemah, mendaki gunung, pengamatan satwa

• Berada di Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, dan Kab. Lebak

H. TN Berbak Sembilang

• Mangrove, Ramsar Site

• Tempat migrasi burung

• Berada di Kab. Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan.

• ± 4 jam dari Palembang dengan menggunakan kapal motor

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|9

Gambar 5. Taman Nasional di Indonesia

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|10

2. PENANGKARAN DAN WISATA

Bambang Dahono Adji

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen KSDAE

1. Penangkaran

• Penangkaran :

Upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa

liar(TSL) dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.

• Tujuan Penangkaran :

1) Mendapatkan spesimen TSL dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis, dan menjaga

keanekaragaman genetik;

2) Mendapatkan kepastian secara administratif maupun fisik hasil penangkaran;

3) Untuk kepentingan pemanfaatan, sehingga mengurangi tekanan populasi di alam

• Bentuk Penangkaran

1) Pengembangbiakansatwa :

• Pengembangbiakan dalam lingkungan terkontrol (captive breeding);

• Pengembangan populasi berbasis alam (wild based population management).

2) Pembesaransatwa (ranching/rearing)

3) Perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi terkontrol (artificial

propogation)

• Pemanfaatan Penangkaran

1) Hasil Penangkaran Untuk Pemeliharaan

2) Hasil Penangkaran Untuk Medis dan Bahan Percobaan

3) Hasil Penangkaran Untuk Bunga, Kulit dan Daging

2. Wisata

• Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka

waktu sementara (UU Nomor 10/2009)

• Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan

Pemerintah Daerah (UU Nomor 10/2009)

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|11

• Pariwisata minat khusus mempunyai kaitan dengan adventure atau petualangan.

Dalam pariwisata petualangan, wisatan secara fisik mengeluarkan dan menguras

tenaga dan ada unsur tantangan yang harus dilakukan, kadang-kadang bahkan ada

bahaya yang harus dihadapi, bentuk pariwisata petualangan antara lain safari di daerah

terpencil, trekking, hiking, caving, rafting, berburu dan memancing.

• Fungsi kepariwisataan yaitu memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan intelektual

setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan

negara dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.

3. Tempat Berburu

• Taman Buru (kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakan

perburuan secara teratur)

• Areal Buru (lahan di luar kawasan hutan yang diusahakan oleh badan usaha dengan

sesuatu atas hak untuk kegiatan perburuan)

• Kebun Buru (areal di luar taman buru dan kebun buru yang di dalamnya terdapat satwa

buru, yang dapat diselenggarakan perburuan)

Resume :

1. Tidak semua penangkaran dapat digunakan untuk wisata (misal, penangkaran monyet

ekor panjang)

2. Terdapat penangkaran yang saat ini telah dimanfaatkan untuk wisata (contoh

penangkaran buaya).

3. Hasil penangkaran dapat dijadikan satwa buruan.

4. Dengan adanya wisata buru dapat menyerap tenaga kerja.

5. Meningkatan pendapatan negara.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|12

3. RENCANA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAEARAH

TUJUAN WISATA KABUPATEN BOGOR

Dr. Ir. Hj. Syarifah Sofiah, M.Si

Kepala BAPPEDA Kabupaten Bogor

1. Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Bogor

a) Geografis

Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6°18”0” – 6°47”10” Lintang

Selatan dan 106°23”45” – 107°13”30” Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibukota

Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktivitas

pembangunan yang cukup tinggi dan merupakan daerah perlintasan antara Ibukota

Negara dan Ibukota Provinsi JawaBarat.

b) Administratif

Kabupaten Bogor terdiri dari 40 (empat puluh) kecamatan, 18 kelurahan, dan 413 desa,

dengan batasan wilayah sebagai berikut :

Tabel 1.Batas Wilayah Kabupaten Bogor

c) Kondisi Fisik

Iklim di Kabupaten Bogor menurut Schmidt dan Ferguson termasuk iklim tipe

A (sangat basah) di bagian Selatan dan tipe B (basah) di bagian Utara. Curah hujan rata-

rata 3841 mm/th, dengan curah hujan minimum 2325 mm/thn dan maksimum 5279

mm/thn . Bulan-bulan basah terjadi pada bulan Oktober sampai Mei. Jumlah hari hujan

rata-rata tahunan 245 hari. Suhu udara maksimum 31,24°C dan minimum 22,7°C, suhu

udara rata-rata tahunan 25,7°C. Kelembaban nisbi rata-rata tahunan sebesar 84,1%,

Sebelah Utara Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan (Provinsi

Banten), Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok,

Sebelah Timur Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Purwakarta

Sebelah Selatan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi

Sebelah Barat Kabupaten Lebak Provinsi Banten

Bagian Tengah Kota Bogor

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|13

persentase penyinaran matahari rata-rata tahunan 60,11%, kecepatan angin sepanjang

tahun rata-rata 2,1 km/jam, dan penguapan rata-rata tahunan sebesar 3,7 mm.

Secara regional, wilayah Kabupaten Bogor bagian Utara merupakan bagian dari

sub-cekungan sedimentasi yang disebut sebagai sub-cekungan Ciputat. Topografi

wilayah ini bergelombang rendah, dengan ketinggian 60 – 100 m dpl. Material

pembentuk utama terdiri dari endapan batuan rombakan vulkanik, terdiri dari fragmen-

fragmen batuan litik, kerikil, pasir dan material halus lainnya dari rombakan lahar tua

endapan gunung api.

Dataran tinggi menempati sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor di bagian

Tengah dari daerah ini dengan ketinggian topografi mulai dari 300 – 1.000 m dpl,

dibentuk oleh produk batuan tua dari batuan sedimen yang berumur tersier. Di bagian

selatan wilayah Kabupaten Bogor ini ditutupi oleh batuan gunung api muda yang

berumur kuarter yang secara fisiografi berada pada daerah perbatasan antara Zona

Bogor dan Zona Bandung.

2. Potensi Sumber Daya Air

Kabupaten Bogor memiliki banyak sungai, danau kecil (situ) yang dikelilingi gunung-

gunung, yaitu G. Halimun, G. Salak, G. Gede dan G. Pangrango dengan ketinggian antara

15-1250 m dpl, dengan topografi sebagian besar dataran dan bergelombang.Pola Aliran

Sungai pada umumnya dikontrol oleh struktur-struktur geologi yang berarah Utara-Selatan

dan sebagian membentuk tinggian dan depresi. Dengan demikian, pola aliran sungainya

memperlihatkan pola “sun dendritik” sampai pola “dendritik”. Wilayah Kabupaten Bogor

teraliri 7 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang secara keseluruhan berada dalam satuan

Wilayah sungai (SWS) Ciliwung Cisadane, sungai-sungai utama DAS tersebut

keseluruhan mengalir 13 kearah utara dan bermuara di Laut Jawa.

3. Gambaran Umum Demografi Dan Ekonomi

a) Gambaran Demografis :

Populasi Penduduk kabupaten Bogor berkontribusi sebesar 2.01% dari total jumlah

penduduk Indonesia sebesar 11.07% dari jumlah populasi Jawa Barat dan sebesar

17.53% dari jumlah penduduk Jabodetabek. Jumlah ini merupakan yang terbanyak di

antara Kabupaten Kota di Jawa Barat dan diantara Kabupaten kota yang ada di

sekeliling DKI Jakarta.

b) Gambaran Ekonomi Tahun 2015 :

PDRB ADHB Kabupaten Bogor sebesar Rp. 138.54 triliun perolehan tersebut satu

peringkat dibawah Kabupaten Bekasi. PDRB per kapita sebesar Rp. 25.37 juta/kapita

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|14

perolehan tersebut tiga peringkat setelah Kabupaten Bekasi dan Kota Tangerang.

Secara dominan perekonomian Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh sektor industri

pengolahan sebesar 77.84% dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran

sebesar 28.99%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor mencapai 5.93%.

4. Gambaran Kependudukan Tahun 2015

a) Kependudukan

Jumlah penduduk mencapai 5.459.668 jiwa dengan tingkat kepadatan mencapai 20.5

jiwa/ha. Selain itu lebih dari 50% penduduk Kabupaten Bogor tinggal di wilayah tengah

dengan kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Cibinong, Bojonggede, dan Ciomas

yang mencapai lebih dari 90 jiwa/ha.

b) Laju Pertumbuhan Penduduk

Selama periode 20 tahun yaitu antara tahun 1990 s/d 2010 rata-rata pertumbuhan

penduduk di wilayah Kabupaten Bogor mencapai lebih dari 4% per tahun. Ledakan

jumlah penduduk secara eksponensial ini ditandai oleh pertumbuhan penduduk di

wilayah tengah dan timur ini yang mencapai lebih dari 7% pertahun yakni pada periode

tahun 2005 s/d 2010. Disamping itu kontras terjadi terhadap wilayah barat yang rata-

rata hanya berada pada kisaran 2.64% pertahun.

5. Kabupaten Bogor Dalam Konstelasi Jabodetabekpunjur

Merupakan bagian dari sistem perkotaan nasional Jabodetabekpunjur fungsi utamanya

adalah merupakan hinterland kota Jakarta terutama sebagai kantung permukiman, industri

dan jasa perdagangan skala lokal. Selain itu juga sentra produksi dan produk-produk

pertanian, dan juga merupakan kawasan hulu pengendali banjir di Jakarta.

6. Rencana Jaringan Pelayanan LLAJ

a) Optimalisasi dan pengendalian pelayanan angkutan Antar Kota Antar Provinsi

(AKAP)

b) Optimalisasi dan pengendalian pelayanan angkutan Antar Kota Dalam Provinsi

(AKDP)

c) Pengembangan Sistem Angkutan Umum Perkotaan Massal (SAUM) meliputi :

• Pengembangan sistem Bus Rapid Transit yang terintegrasi dengan kota Bogor yang

melayani pergerakan wilayah yang berada di sekitar kota Bogor dengan simpul

transportasi utama di Dramaga, Ciawi, dan Cibinong.

• Pengembangan sistem Bus Rapid Transit di perkotaan Cibinong yang

menghubungkan simpul transportasi utama di Cibinong, Pakansari, dan Bojonggede

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|15

• Pengembangan sistem Bus Rapid Transit antar perkotaan yang menghubungkan

simpul transportasi utama seperti Cibinong – Cileungsi, Bojonggede – Parung,

Ciawi – Cisarua, dan Dramaga – Leuwiliang.

• Pengembangan sistem angkutan monorail/light rail transit perkotaan yang

menghubungkan Jakarta – Cibinong (Sentul) – Sukaraja.

• Pengembangan sistem Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB)

di Cibinong, Parung, Leuwiliang, Ciawi, dan Cileungsi.

d) Pengembangan Transit Oriented Development (TOD), Park & Ride jalur khusus Non

Motorized Vehicle

7. Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bogor

DPN Bogor – Halimun dan sekitarnya:

a) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional :

• KSPN Gunung Halimun dan sekitarnya

• KSPN Puncak Gunung Gede Pangrango

b) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional :

• KPPN Bogor – Ciawi

• KPPN Pelabuhan Ratu

• KPPN Lebak - Badul

8. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten Bogor

Tercatat pada tahun 2013 ditergetkan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 3.331.000

orang sementara jumlah realisasi kunjungan mencapai 4.130.125 orang. Tahun 2014 target

kunjungan wisatawan sebesar 4.537.643 orang dengan jumlah realisasi wisatawan yang

berkunjung sebesar 5.014.575 orang. Sedangkan pada tahun 2015 target wisatawan yang

berkunjung sebesar 4.991.407 orang dengan jumlah realisasi wisatawan yang berkunjung

sebanyak 5.082.838 orang. Jumlah kinjungan tersebut hanya yang datang ke lokasi daya

tarik wisata, jumlah kunjungan wisatawan jika dihitung total dengan sumber lainnya

sebanyak 11.892.461 orang.

PDRB Kabupaten Bogor Semester 1 2016 berdasarkan harga berlaku sebesar 88,44

Triliun Rupiah meliputi :

• Kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Bogor Semester 1 2016 adalah sektor

sekunder sebesar 64,45 persen (57 Triliun Rupiah)

• Sektor terbesar kedua adalah sektor tersier yaitu sebesar 27,39 persen (24,23 Triliun

Rupiah)

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|16

• Sedangkan sektor primer hanya menyumbang 8,16 persen (7,22 Triliun rupiah)

• Sektor pariwisata menyumbang 4,30 persen dari total PDRB pada tahun 2015 dan pada

semester 1 2016 sebesar 2,57 persen

• PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan Harga Konstan tahun2010, pada semester 1 2016

adalah 64,52 Triliun Rupiah

• LPE semester 1 tahun 2016 adalah dihitung berdasarkan year to year yaitu kondisi

Semester 1 tahun 2016 terhadap semester 1 tahun 2015. Pada semester 1 tahun 2016

yaitu sebesar5,40 persen.

• Pertumbuhan perekonomian terbesar pada semester 1 tahun 2016 kategori jasa

kesehatan dan kegiatans osial (8,98%)

• Sektor pariwisata menyumbang 3.04 triliun dari total PDRB pada tahun 2015 dan pada

semester 1 2016 sebesar1.58 triliun

9. Rencana Dan Strategi

Destinasi Wisata Kabupaten Bogor Meliputi :

Tabel 2.Destinasi Wisata Kabupaten Bogor

Destinasi

Wisata

Perkotaan

Destinasi

Ekowisata

Destinasi Wisata

Warisan Budaya

dan Pendidikan

Destinasi

Wisata

Kreatif

Destinasi

Wisata MICE

dan Rekreasi

1.Cibinong

2.Citeureup

3.BojongGede

4.Tajurhalang

5.BabakanMada

ng

6.Sukaraja

7.GunungSindur

8.Parung

9.Ciseeng

10.Kemang

11.Rancabungur

1.Nanggung,

2.Sukajaya

3.Pamijahan

4.Tenjolaya,

5.Leuwisaden

g,

6.Leuwiliang,

1.Ciampea,

2.Cibungbulang

3.Cigudeg

4.Dramaga,

5.Rumpin,

6.Tenjo,

7.Jasinga,

8.ParungPanjang

1.Gunungputer

i

2.Cileungsi

3.Klapanungga

l

4.Jonggol

5.Cariu

6.Sukamakmur

7.Tanjungsari

1.Cisarua

2.Ciawi

3.Megamendung

4.Ciomas

5.Tamansari

6.Cijeruk

7.Cigombong

8.Caringin

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|17

10. Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bogor

Potensi daya tarik wisata di wilayah Kab. Bogor melputi : 55 Daya tarik Wisata, 18

Rekreasi dan hiburanumum, 33 Desa Wisata, 210 Akomodasi, 275 Rumah Makan dan

Restoran, 235 Sanggar Seni, dan 1 Kampung Adat

11. Permasalahan Dalam Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bogor

Ada beberapa masalah yang menyebabkan sulit berkembangnya kegiatan pariwisata di

Kab. Bogor meliputi : Permasalahan Perwilayahan Pariwisata, Permasalahan DayaTarik

Wisata (terfokus di wisata alam dan di puncak), Permasalahan Amenitas (Fasilitas Wisata

dan Pelayanan, Serta Prasarana dan SaranaUmum) Terpusatnya Amenitas Pariwisata di

Puncak dan Kota, dan Permasalahan Aksesibilitas.Karakteristik Wisatawan Asian

Games Antara lain usia muda, memiliki waktu luang, menyukai hiburan, dan menambah

pengalaman baru

12. Analisis Rencana Dan Strategi Pengembangan Pariwisata

a) Pengembangan Produk (Daya Tarik Wisata)

Adalah strategi peningkatan kinerja kepariwisataan dengan memperbaiki

ataumemodifikasi produk wisata diprioritaskan pada kawasan yang berdekatan

dengan pintu masuk (Bandara Soeta, Jakarta),yakni dengan mulai memaksimalkan

daya tarik wisata.

• KawasanPuncak

• KawasanTamansari

• KawasanSentul-Cibinong-LIPI

• KawasanSport Golf di KabupatenBogor

b) Pengembangan Pasar

Adalah strategi menginformasikan produk wisata yang dimiliki oleh Kabupaten

Bogor pada pasar wilayah geografis lainnya, yang didukung dengan pengembangan

keberagaman daya tarik Kabupaten Bogor.

• Data ProfilWisatawanPesertaAsian Games

• PaketWisata

• Leaflet

• Videotron

• Farmtriuntukatlet

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|18

• KoordinasidanPenguatanASITA/Travel

c) Penguatan Industri Pendukung Pariwisata

Merupakan strategi penguatan industri pendukung pariwisata terutama dari industri

kecil dan mikro (UKM) di kabupaten Bogor yang mendukung kegiatan dan promosi

wisata.

• Cindera mata khas Kabupaten Bogor

• Cindera mata maskot ASIAN GAMES

d) Penguatan SDM PelakuUsaha Pariwisata

Merupakan strategi penguatan SDM pelaku usaha pariwisata dimiliki oleh Kabupaten

Bogor guna mendukung pengembangan keberagaman daya tarik wisatawan

Kabupaten Bogor melalui pelatihan/training, sertifikasi, pertukaran pelaku usaha

dengan daerah, dan daerah lainnya

e) PeningkatanInfrastrukturPariwisata

• Membangun dan meningkatan kualitas jalan menuju daya tarik wisata

• Meningkatkan kualitas jalan pada destinasi wisata dan KSPK

• Mengembangan sarana dan prasarana transportasi di destinasi wisata

• Menyediakan Sarana, Prasarana dan FasilitasUmum pada setiap destinasi

wisata

13. Penanganan Kemacetan Puncak

a) Pembangunan Jalan Sentul – Istana Cipanas

b) Penataan PKL di sepanjang Jalan Raya Puncak dan Pengembangan Rest Area

Puncak

c) Transportasi Mono rel dan Light Rail Transit

14. Rest Area Puncak

a) Konsep Pengembangan

• Menampung kegiatan informal (PKL) di sepanjang jalur puncak untuk

mengurangi kemacetan puncak

• Terdapat 3 alternatif calon lokasi di daerah puncak Kec. Cisarua

• Penggunaan lahan eksisting berupa lahan perkebunan

b) Permasalahan

• Belum ada kajian teknis dan masih sebatas konsep pengembangan

• Kesesuaian pemanfaatan lahan yang akan digunakan

c) Dukungan yang diharapkan

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|19

• Perencanaan secara detil

• Dukungan pendanaan

15. Rencana LRT Cawang – Sentul – Ciawi

a) Konsep Pengembangan

• Mengatasi kemacetan dan alternatif transportasi masal

• Dibangun sejajar dengan jalan tol Jagorawi

• Sepanjang ± 51 km

• Bentuk pengelolaan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)

b) Permasalahan:

• Belum ada kajian teknis dan masih sebatas konsep pengembangan

• Penggunaan lahan milik jalan tol

• Belum adanya SKPD yang mengelola perkeretaapian

c) Dukungan yang diharapkan

• Perencanaan detil

• Perijinan dan kelembagaan

• Transfer pengetahuanpengelolaan perkeretaapian

16. Potensi Daya Tarik Wisata

Potensi pariwisata merupakan sesuatu yang dimiliki oleh suatu tempat wisata yang

menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang dimiliki oleh setiap tempat wisata.

Dengan kata lain potensi wisata merupakan sesuatu yang dimiliki oleh tempat wisata

yang merupakan daya tarik bagi para wisatawan dan digunakan untuk mengembangkan

industri wisata di daerah tersebut.Daya Tarik Wisata Utama antara lain Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Halimun Salak, KawasanWisata Gunung

Salak Endah, Ekowisata Bodogol, Ekowisata Kawah Ratu, Wana wisata

KawasanPuncak.

a) Kawasan Wisata Puncak

Puncak adalah sebuah daerah wisata pegunungan yang termasuk ke dalam wilayah

Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, ProvinsiJawa Barat. Puncak terletak 70 km

sebelah selatan Jakarta. Wilayah Puncak terletak di kaki dan lereng pegunungan Gede-

Pangrango dan sebagian besar merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gede

Pangrango. Daerah ini dikenal sebagai daerah wisata pegunungan baik bagi wisatawan

domestik maupun mancanegara. Wilayah Puncak dikenal sebagai tempat

peristirahatan penduduk Jakarta karena kesejukan dan keindahan alamnya, serta

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|20

merupakan daerah perkebunan teh yang dibangun pemerintah kolonial Belanda yang

saat ini merupakan perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas.

Wilayah Puncak berada di kaki dan lereng pegunungan Gede-Pangrango dan berada

pada ketinggian rata-rata 700-1800 m di atas permukaan laut dengan suhu udaranya

rata-rata mencapai 14-18 derajat selsius. Selain itu, daerah Puncak juga dikelilingi

oleh gunung yang lain, sepertiGunung Salak .

b) Wisata Agro Gunung Mas

Agrowisata Gunung Mas Puncak Bogor adalah sebuah kawasan daerah wisata yang

sangat sejuk di siang hari dan akan sangat dingin jika di malam hari. Kawasan ini

berada di ketinggian antara 800 hingga 1200 meter di atas permukaan air laut.

Kawasan wisata ini memiliki suhu rata-rata antara 12 – 22 derajat C., sangat sejuk

sehingga bagi warga perkotaan jakarta, tempat yang sangat baik dan nyaman untuk

menjadi tempat rekreasi, sekaligus melepas beban dan tekanan rutinitas perkotaan

sehingga bisa dijadikan tempat peristirahatan.

• Sepeda gunung

Untuk kegiatan olah raga rada ekstrim yaitu sepeda gunung, lokasi objek wisata

gunung mas cocok untuk meningkatkan adrenalin dengan bervariasinya lintasan

untuk kegiatan sepeda gunung di lokasi Gunung Mas sehingga menimbulkan

tantangan tersendiri.

• Menaiki Kuda

Di sini anda bisa berkeliling kawasan perkebunan teh di gunung mas dengan

cara menunggang kuda Sumbawa yang tinggi dan besar postur

tubuhnya,sebelumnya kita bisa menyewa kepada para pemilik kuda yang

dapatditemui di sisi areal perkebunan teh, yang tempat mangkalnya tidak jauh

dari gerbang loket penjualan tiket masuk ke perkebunan Gunung Mas Puncak

Bogor.

c) Taman Safari Indonesia

Bagi yang suka berpetualang dan penuh tantangan,juga disediakan olah raga

paralayang atau gantolle. Olah raga ini merupakan paket khusus yang digelar pada

setiap hari libur. Pada setiap bulan Juni diadakan festival dan lomba paralayang

tingkat nasional sebagai Annual Event .

d) Curug Panjang

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|21

Curug Panjang berada di Desa Megamendung, Kec. Megamendung, Jarak dari

Bogor sekitar 20,5 km dengan fasilitas : Tempat penjualan karcis, shelter, toilet,

Jalur racking,, Musholla, Areal Kemping dan Air Terjun.Curug Panjang sebenarnya

jaraknya hanya 8 kilometer dari jalan masuk Megamendung jalan raya Bogor

Puncak, tapi terasa jauh karena harus melewati jalan kecil yang di beberapa tempat

hanya bisa dilewati oleh satu mobil saja, sehinggauntuk kunjungan pertama kita

perlu beberapa kali bertanya kepada penduduk setempat, karena tanda ke arah

lokasi kurang jelas terlihat.

e) Riung Gunung

Panorama alam Riung Gunung dengan sejuta pemandangan akan terasa lebih dekat

dengan teropong Panoramik yang siap pakai, ditempat ini juga kita dapat melepas

lelah pada saung yang sudah tersedia, saung yang ramah lingkungan, sambil

menikmati makanan tradisional ala Riung Gunung.

f) Telaga Warna

Telaga Warna Puncak Bogor adalah sebuah Taman Wisata Alam (TWA) yang

lokasnya terletak di kawasan Puncakpas. Taman wisata yang berada kawasan Cagar

Alam Puncak dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam ini merupakan

salah satu primadona objek wisata yang terkenal karena pesona keindahan alamnya.

Hamparan kebun teh yang membentang luas serta udaranya yang sejuk berada di

ketinggian 1400 m dpl. menawarkan sensasi perjalanan wisata yang tenang dan

menyenangkan,sehingga sangat cocok untuk dijadikan salah satu pilihan tempat

wisata bagi Anda yang ingin sejenak melupakan kesibukan kerja selama seminggu

Luas keseluruhan Taman wisata Telaga Warnaadalah 5 hektar, sedangkan

telaganya seluas 1.5 hektar. Keunikan danau Telaga Warna ini mampu

mengundang banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri karena warna

airnya dapat berubah-ubah.

g) Taman Safari Indonesia

Taman safari Indonesia adalah taman satwa terbesar di Indonesia yang tidak kurang

dari 1500 spesies satwa lokal dan yang berasal dariluarnegeri. Taman Safari juga

dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk sarana hiburan keluarga.Jika anda

seorang petualang, disini anda dapat mengikuti safari trek yang dibuka setiap hari.

Untuk makan siang kita menuju ke rain forest dengan menu restoran khas ala safari.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|22

h) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Taman Nasional Gede Pangrango terletak tidak terlalu jauh dari Jakarta maupun

dari kota Bandung, sekitar 2,5 jam perjalanan yang bisa ditempuh baik dengan

kendaraan umum (Bus) maupun kendaraan pribadi. Umumnya para pengunjung

masuk dari pintu Cibodas, walaupun sebenarnya Gunung Gede memiliki beberapa

alternatif pintu masuk seperti dari Gunung Putri, dan dari Selabintana (Sukabumi).

Taman nasional ini terbentang di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur

dan Sukabumi, dengan ketinggian 1000 - 3000 Meter di dpl. Suhu rata-rata di

puncak gunung gede 18 derajat C., tetapi di malam hari suhu bisa mencapai 5

derajat C.

i) Curug Cilember

Air Terjun Cilember (curugCilember) memiliki keunikan tersendiri, karena curug

ini memiliki tujuh tingkat, biasanya pengunjung lebih suka pada tingkat ketujuh

karena mudah dijangkau. Selain keunikan tersebut, Curug Cilember juga memiliki

panorama alam yang menarik dan cocok untuk kegiatan rekreasi alam terbuka

seperti berkemah dan outbound. Taman kupu-kupu sebagai pelengkap rekreasi dan

edukasi juga ada di obyek wisata ini. Lokasi Curug Cilember berada pada areal

wisata Puncak, dengan jarak tempuh 21 km dari kota bogor, dengan route Jakarta –

Bogor – Megamendung – Cisarua – Desa Cilember.

j) Ekowisata Bodogol

Selain kawasan ekowisata Bodogol,kawasan ini Juga di gunakan sebagai Pusat

Pendidikan Konservasi Alam . Bodogol pertama kali di resmikan pada tanggal 12

Desember 1998. Bodogol terletak di lereng sebelah barat Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango. Jika mengunjungi Bodogol , kita bisa melihat berbagai jenis flora

dan fauna yang beragam jenisnya dengan suasana sekitarnya yang cukup masih

alami yang dapat memanjakan kita saat berada di kawasan ini. Jika kita berniat

untuk melihat pemandangan sekitar Bodogol , maka pakailah sebuah jembatan

kanopi yang ada di kawasan ini karena dengan menggunakan kanopi kita bisa bebas

melihat pemandangan Bodogol dari ketinggian tertentu.Selain itu kawasan Bodogol

juga menyediakan tempat berkemah yang sering digunakan oleh suatu organisasi

tertentu untuk pengenalan di alam bebas.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|23

k) Curug Nangka

Curug Nangka terletak di kecamatan Taman Sari memiliki panorama alam yang

masih asri berada pada ketinggian 750 m dpl.Jaraknya 15 km dari kota

Bogor.Untuk mencapai lokasi tersebut,dapat ditempuh selama 30 menit dari Kota

Bogor, ke arah barat dengan rute Bogor – Ciomas – Tamansari.

l) Curug Bidadari

Air Terjun Curug Bidadari terletak di Desa BojongkonengSentul, Kabupaten

Bogor. Tempat wisata ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat, dan

aksesnya juga cukup mudah. Air Terjun Bidadari memiliki ketinggian sekitar 50

meter, dengan debit air yang tidak terlalu deras,dan memiliki kolam kecil

kedalaman mencapai 30cm dan kolam besar kedalaman mencapai 1,5 meter. Bagi

yang senang bermain air terdapat juga wahana Wave Pool dan Lazy Pool serta

terdapat wahana flying fox dan perahu tangan. Terdapat fasilitas peminjaman

peralatan berenang dan fasilitas kamarganti serta warung makan dan tempat jajanan

m) Curug Bengkok Leuwi Hejo

Curug Leuwi Hejo berada di Kampung Wangun Cileungsi, Desa Karang Tengah,

Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Curug Bengkok Leuwi Hejo ini

belum menjadi destinasi wisata yang resmi dikelola oleh pemerintah daerah,karena

lokasi wisata tersebut masih baru dan belum banyak diketahui oleh para pengunjung

ataupun wisatawan. Namun Curug Leuwi Hejo yang lebih dikenal oleh masyarakat

setempat bernama Curug Bengkok adalah sebuah air terjun mini yang memiliki air

yang sangat jernih kehijau-hijauan dan. Sebenarnya aliran sungai tersebut adalah

hulu sungai Cileungsi. Curug Bengkok dinamakan demikian karena air yang terjun

dari bebatuannya tidak lurus sehingga masyarakat setempat menamakan Bengkok.

Bagi yang ingin berkunjung dapat menempuh beberapajalan alternatif menuju

lokasi ini, bisa melalui Sentul City atau Citeureup Bogor.

n) Arung Jeram Di Cisadane

Arung jeram sungai cisadane adalah berasal darinmata air gunung pangrango

dimana sangat banyak manfaatnya terutama bagi yang hobi dengan dunia

adventure. Perjalan untuk menuju lokasi rafting / Arung Jeram Cisadane dapat di

tempuh selama 2 jam perjalanan dari Jakarta keluar Tol Ciawi ke arah Sukabumi.

Lokasi Rafting Bogor terletak di daerah Caringin, Sungai cisadane. Sensasi yang

sangat luar biasa dengan Arung jeram Cisadane dapat dirasakanPPP sepanjang

perjalanan anda akan di manjakan dengan pemandangan perkebunan dan bukit-

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|24

bukit yang Hijau. Pohon bambu yang rimbun mengiringi sepanjang aliran sungai

cisadane. Jeram yang ada di Sungai Cisadane sekali sekali akan membuat adrenalin

anda naik,namun demikian membuat kita akan senang karena bisa melewati Jeram

yang menantang. Terdapat sekitar 4 sampai 5 jeram yang ada di sungai cisadane,

setiap jeram mempunyai sensasi yang luar biasa yang membuat kita ingin kembali

lagi untuk melakukan arung jeram.

o) WarsoFarm

Objek wisata Warso Farm adalah agro wisata buah durian yang sangat terkenal di

kota Bogor. Lokasi Warso Farm terletak di Desa Cihideung Kecamatan Cipelang

Kabupaten Bogor. Di lahan perkebunan seluas 8,5 hektar ini terdapat 900 pohon

durian yang terdiri atas 19 jenis dan 7 varietas unggul baik berasal luar maupun

lokal seperti Monthong, Lay, Petruk, Sunan, Si Mas, dan Tembaga. lahan lainnya

ditanami dengan berbagai buah-buahan seperti: buah naga, nangka, dan jambu

monyet serta terdapat juga areal persawahan. Aktivitas Wisata di Warso Farm

adalah menikmati pemandangan pepohonan dengan mengikuti tur yang dibuka

pada akhir minggu dan hari libur Nasional.Selain itu para pengunjung bisa

menikmati buahnya, es durian atau jus durian baik di tempat atau dibawa pulang.

p) Gunung Salak Endah

Kawasan wisata gunung salah endah terletak di Kecamatan Pamijahan dengan jarak

tempuh 30 km dari kota Bogor waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan.

Kawasan Wisata Gunung Salak Endah ini mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena

di kawasan ini terdapat 5 (lima) obyek wisata seperti : air panas, lokapurna Curug

Cigamea, Curug Sarebu, Curug Ngumpet, dan Kawah Ratu. Sementara di pintu

timur via Cikampak juga terdapat Bumi Perkemahan Gunung Bunder dan Curug

Cihurang yang biasa dipakai untuk kegiatan outbound.

q) Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan hutan dataran tinggi

terbesar di pulau Jawa yang masih tersisa sampai saat ini. Taman nasional ini

dikukuhkan tahun 1992, memiliki hutan seluas 113.000 hektar, dan merupakan

rumah bagi 23 spesies mamalia, 200 spesies burung, serta lebih dari 500 spesies

tumbuhan. Selain itu, Kampung Adat Kasepuhan dan masyarakat tradisonal Sunda

lainnya masih tinggal di sekitar taman ini yang sangat bergantung pada sumber daya

alamnya.Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini terdapat berbagai potensi

objek wisata alam, sejarah, dan budaya masyarakat lokal yang dapat dikembangkan

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|25

menjadi kegiatan pariwisata, khususnya ekowisata, yang menarik untuk dinikmati

para wisatawan.

r) Taman Wisata Mekar Sari

Taman Wisata Mekarsari adalah taman buah yang terletak di Jalan Cileungsi –

Jonggol KM 3, Bogor. Awalnya, Taman Mekarsari ini konsepnya sebagai tempat

untuk konservasi tumbuhan, namun konsep ini kemudian ditambah menjadi areal

konservasi, reboisasi, edukasi, dan rekreasi. Taman wisata mekarsari ini miliki luas

luas 264 hektar, selain sebagai tempat konservasi tumbuhan, Taman Wisata

Mekarsari juga digunakan sebagai tempat pengembangbiakan bibit unggul,

pemuliaan. Di Mekarsari juga terdapat tempatwisata air dengan berbagai macam

wahana air seperti banana boat, aqua bike, angsa air, kano, dan perahu naga yang

menambah daya tarik kawasan wisata,serta terdapat berbagai jenis kegiatan

Outbond: seperti flying fox, spider web, rumah pohon, paintball, dan lain-lain.

s) Kebun Wisata Pasir Mukti

Kebun Wisata Pasirmukti dengan lahan seluas 15 ha adalah kebun wisata agro yang

ramah lingkungan dengan panorama hamparan sawah diantara kebun buah dan

kolam pancing ikan. Terletak diantara Desa Tajur, Pasirmukti, dan Gunung Sari,

Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Kebun Wisata Pasir mukti dapat

ditempuh ± 60 menit dari Jakarta.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|26

4. CERMIN PEMBANGUNAN EKOWISATA INDONESIA

Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.ScF

Fakultas Kehutanan IPB

1) Pendahuluan

Potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia tidak perlu diragukan kelimpahan jenis, jumlah,

kualitas dan distribusinya; maupun potensi pasar permintaannya. Namun demikian, performa

kinerja pembangunannya selama puluhan tahun yang sudah berjalan hingga saat ini patut

dipertanyakan secara serius.

Dalam konteks potensi sumberdaya ekowisata-budaya (eco-culture tourism), bisa

dibayangkan betapa beragam, unik dan berlimpahnya daya tarik dan atraksi budaya yang

dimiliki oleh lebih 400 suku yang terdapat di Indonesia. Bahasa yang tumbuh dan hidup dalam

suku-suku tersebut saja telah tercatat lebih dari 1200 Bahasa (bukan dialeg), sehingga bisa

dibayangkan betapa besarnya keragaman serta keunikan 8 elemen budaya lainnya yang mereka

miliki. Jika satu suku saja diasumsikan memiliki 5 jenis keunikan pada setiap elemen

budayanya, maka dapat dikatakan pada suku-suku tersebut setidak-tidaknya terdapat 40 ragam

keunikan; yang secara total berarti 16000 ragam keunikan budaya. Selanjutnya, jika untuk

setiap ragam keunikan tersebut bisa diciptakan 3 jenis atraksi dan kegiatan wisata, maka hanya

melalui aspek budaya saya secara total Indonesia dapat dikatakan memiliki lebih dari 48000

ragam jenis atraksi dan kegiatan wisata yang bisa ditawarkan pada pasar wisata dunia.

Sedangkan dalam konteks ekowisata desa (eco-rural tourism) sebagai tapak dan ruang

berkegiatan, lebih dari 74 ribu desa di Indonesia tak perlu diragukan kecukupan ruang serta

keunikan potensi atmosfir pedesaanya untuk dikelola menjadi destinasi wisata-desa beserta

berbagai atraksi dan kegiatan ekowisata budaya yang dimilikinya.

Demikian juga hal nya dengan potensi ekowisata yang berkaitan dengan kelimpahan

ekosistem hutan yang dimiliki Indonesia. Secara total, lebih dari 27 juta hektar ekosistem hutan

telah dijadikan sebagai kawasan konservasi sejak puluhan tahun lalu; yang tidak saja

mengandung belasan ribu jenis flora dan fauna langka serta endemik, melainkan juga memiliki

ribuan gejala alam dengan puluhan ribu scenic-point yang menyajikan beragam atraksi wisata

yang unik, pristine dan berkualitas tinggi untuk untuk berbagai bentuk kegiatan ekowisata

terkait. Selain bersifat “golden” dalam hal kelimpahan dan jenis serta kualitas, maka semua

potensi tersebut juga dapat digolongkan bersifat “golden” dalam hal distribusi penyebaran

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|27

seperti terlihat pada Tabel 4; berbagai tapak yang ada tersebar secara merata di seluruh

wilayah, serta berada pada jarak jangkau 3-4 jam saja dari kantong-kantong pusat populasi.

Tabel 3. Sebaran Kawasan Konservasi di Indonesia

No Nature Conservation Area Amount Area (Ha)

1. Strict Nature Conservation Area

a. Terrestrial

b. Ocean

222

5

3.957.691,66

152.610,00

2. Wildlife Conservation Area

a. Terrestrial

b. Ocean

71

4

5.024.138,29

5.588,25

3.

National Park

a. Terrestrial

b. Ocean

43

7

12.328.523,34

4.043.541,30

4. Recreational Nature Area

a. Terrestrial

b. Ocean

101

14

257.323,85

491.248,00

5. Provincial Park 23 351.680,41

6. Game & Hunting Park 13 220.951,44

7. KSA-KPA 18 275.190,00

Total Amount of Area

a. Terrestrial

b. Ocean

452

39

22.415.499,28

4.692.987,83

Total 521 27.108.486,54

Sumber : Statistik Direktorat Jenderal PHKA 2014

Dalam konteks performa kinerja, meskipun selama 6 tahun terakhir Bali First Policy

telah mulai secara perlahan digeser dengan sadar serta telah diikuti pula dengan politik

anggaran yang kondusif dengan jumlah porsi APBN yang relatif signifikan namun berbagai

indikator kinerja kepariwisataan (Tabel 5) yang ada saat ini belum menunjukkan performa

yang menggembirakan. Berbagai data formal yang ada menunjukan bahwa indikator-indikator

perbaikan kinerja masih belum signifikan dan penuh dengan placebo-performance.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|28

Tabel 4. Indikator Kinerja Kepariwisataan

No Profil Wisatawan

Mancanegara 2010 2011 2012 2013 2014

A Lama Tinggal (hari) 8,04 7,84 7,70 7,65 7,66

B Pengeluaran Per Orang (USD)

1 Pengeluaran per hari 135,01 142,69 147,22 149,31 154,42

2 pengeluaran per kunjungan 1.085,75 1.118,26 1.133,81 1.142,24 1.183,43

C Penerimaan Devisa (juta

USD) 7.603,45 8.554,39 9.120,85

10.054,1

5

11.166,1

3

Total Wisman 7.002.94

4

7.649.73

1

8.044.46

2

8.802.12

9

9.435.41

1

Mempertimbangkan berbagai hal yang telah dipaparkan di atas, maka melalui paper ini

dianggap perlu untuk mencuatkan “cermin” pembangunan ekowisata Indonesia. Berbagai

telaah yang dituangkan dalam paper ini adalah merupakan analisa kualitatif menggunakan

Metoda One-Score One-Criteria (Avenzora, 2008) yang didasari pada expertise-judgment

penulis sendiri sebagai akademisi dan praktisi selama 28 tahun. Selain untuk “menggugat”

kerancuan ruang kebebasan pemikiran serta pastisipasi pembangunan ekowisata yang telah

terjadi selama lebih dari tiga dekade lalu, maka penulisan paper ini juga ditujukan untuk

“mencari” ruang solusi yang baik dalam menyelesaikan carut marut pembangunan yang terjadi

selama ini.

2) Cermin Dinamika Pemaknaan Ekowisata

Pada awalnya, banyak pihak hanya memaknai terminologi ekowisata dengan fokus pada

pencuatan kebutuhan untuk memastikan tegaknya aspek ekologi, aspek sosial budaya dan

aspek ekonomi (dikenal sebagai The 3 Pilars Of Sustainability) pada berbagai tapak serta

destinasi wisata yang bersifat alami dan “untouchable” saja; itupun bergejolak dengan berbagai

pencuatan “terminologi tandingan”. Selama lebih dari 20 tahun (sejak 1990) banyak pihak telah

menguras energi yang terlalu banyak untuk menunjukan kebebasan partisipasi pemikiran

akademik, ego sektoral, dan hak partisipatif praktis. Secara global, telah ditemukan tak kurang

dari 173 terminologi yang dicuatkan banyak pihak untuk mengkontestasi terminologi

ekowisata yang dicuatkan oleh Boo (1990); sedangkan di Indonesia antara lain telah beredar

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|29

istilah-istilah sustainable tourism, community based tourism, green tourism, responsible

tourism, soft tourism, serta small scale tourism.

Minimal ada tiga alasan mendasar yang dapat dikemukakan sebagai penyebab terjadinya

kerancuan terminologi dan pengertian di atas – yang berujung pada kekeliruan dalam berbagai

usaha implementasinya – yatu: (1) terbatasnya ketersedian literatur tentang pariwisata (secara

umum) dan ekowisata (secara khusus) merupakan alasan klasik yang banyak dikemukakan oleh

berbagai pihak, (2) cukup banyaknya “amateur-players”, dan (3) secara objektif harus diakui

bahwa selama ini pengembangan dan perkembangan ilmu pariwisata di Indonesia hanyalah

terfokus pada manajemen akomodasi dan manajemen perjalanan. Dengan berbagai

keterbatasan literatur yang ada, sebenarnya banyak pihak di Indonesia yang telah mencoba

menyumbangkan gagasan dan pikirannya tentang ecotourism. Pada dasarnya, apa yang mereka

coba untuk sumbangkan dapat dianggap sebagai hal yang memperkaya dinamika proses

kematangan suatu ilmu, namun demikian dominansi ego individual, sektoral dan keahlian

akhirnya lebih sering menjadikan mereka secara objektif, harus dikategorikan sebagai

“amateur-players” yang berpikir dan bertindak hanya pada tataran “mitos-pariwisata”.

Naifnya, dengan sedikit atau berbagai perjalanan wisata yang pernah dilakukan dan dengan

pengetahuan atau ilmu yang mereka miliki tentang ekonomi makro misalnya (sejalan dengan

banyaknya literatur yang beredar umumnya hanyalah memandang pariwisata dan ekowisata

dalam perspektif ekonomi) maka banyak pihak telah merasa mengerti dan bahkan merasa ahli

dalam bidang pariwisata. Selanjutnya, karena menguasai sedikit atau berbagai pengetahuan

dari kelompok ilmu biologi dan ekologi, mereka juga tidak segan-segan untuk mengklaim diri

mereka sebagai ahli ekowisata.

Hak partisipatif adalah tidak akan pernah bisa ditutup, namun setiap pihak kiranya perlu

untuk menyadari serta mempelajari dan memahami berbagai teori yang ada secara baik dan

benar. Secara alamiah, pariwisata adalah bersifat multi-sektoral, yaitu merupakan kombinasi

berbagai komponen dan aspek pengetahuan yang harus diintegrasikan dalam suatu kesatuan

dinamika pengetahuan, ilmu serta seni; seperti tergambar pada Gambar 1. Untuk memudahkan

mempelajarinya maka dapat dilakukan penyederhanaan, yaitu dengan mengenali determinan

yang sangat signifikan mempengaruhi berbagai aspek dalam tourism, yaitu: (1) ruang, dan (2)

waktu. Mudah untuk dimengerti bahwa bagaimanapun juga “ruang” dan “waktu” akan selalu

mempengaruhi karakteristik setiap komponen dan aspek yang terlibat dalam tourism.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|30

Untuk memahami tourism dari variabel “waktu”, fokus analisa dapat diarahkan pada

“alokasi waktu” (time-budget) dari setiap individu atau populasi dalam memanfaatkan waktu,

yang polanya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : (1) existence time, (2) subsistence

time, dan (3) leisure time. Terminologi existence time digunakan untuk menggambarkan waktu

yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar harian mereka, seperti mandi,

makan, tidur, dan istirahat. Subsistencetime merupakan terminologi yang digunakan untuk

menggambarkan waktu yang mereka gunakan guna melaksanakan aktifitas yang mereka

perlukan untuk bisa terpenuhinya kebutuhan dasar mereka. Sedangkan, leisure time merupakan

waktu dimana mereka bebas melakukan aktivitas lain setelah berbagai existence and

subsistence activities. Sejalan dengan hadirnya dinamika life-style dalam kehidupan

bermasyarakat, maka pemaknaan dinamika dasar dalam pola aktivitas manusia itupun perlu

dilengkapi pengaruhnya terhadap dinamika pariwisata (Gambar 2).

Department or

Tourism Course

Gambar 6. Rentang Keilmuan Pariwisata (Ja’fari Model dalam Cooper et.al, 1999)

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|31

Terkait dengan keragaman karakteristik wisatawan, maka semua pihak juga dituntut

untuk memahami pengaruh dan keterkaitan persepsi, motivasi, preferensi serta perilaku yang

terdapat pada populasi dalam mengkonsumsi berbagai jasa pariwisata. Mathieson dan Wall

(1982) menyatakan bahwa wisatawan adalah suatu komponen yang vital dalam mendiskusikan

tourism, sehingga dengan demikian pengetahuan tentang tipologi wisatawan adalah sangat

penting untuk dikuasai.. Murphy (1985, p. 6) telah mencoba merekapitulasikan berbagai

tipologi “tourist”, Sedangkan tipologi yang dibuat oleh Plog (1987 cited in Lowyck,

Langenhoven, and Bollaer, 1992) dapat dipandang sebagai tipologi sederhana untuk mengenal

berbagai tipe dasar “wisatawan”, yaitu:

❖ Venture-someness tourist: wisatawan aktif mencari dan mengeksplorasi sumberdaya

wisata serta berkecenderungan untuk menjadi pengguna pertama dari berbagai destinasi

yang ditemukannya.

❖ Pleasure-seeking tourist: wisatawan membutuhkan sejumlah kenyamanan dan

kemewahan dalam semua aspek perjalanan, transportasi, jasa akomodasi dan entertain.

❖ Impassivity tourist: wisatawan membuat keputusan perjalanan dan kegiatan wisatanya

sangat cepat, pada saat momen-momen terakhir. Meskipun banyak penulis yang

mengkategorikan wisatawan dari kelompok ini adalah tidak mempunyai perencanaan atas

perjalanan dan kegiatan wisata yang mereka lakukan, namun sesungguhnya fase

Additional

Existence

Meet The

Tourism Criteria

• Exclusive Behavior

• The Have’sBehaviour

• Trend Follower

TIME

Existence

Time

Subsistence

Time

Leisure Time

Existence

Activities

Additional

Subsistence

Subsistence

Activities

Common Behavior

Incidental Need on

Duty Travelling

Common Behavior

Recreation

Hobbies

Recreation in

The Hometown

Border

A Trip Cross The

Hometown

Border

TOURISM

Leisure

Activities

Gambar 7. Skema Time-Budget (after Avenzora, 2003)

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|32

perencanaan tetap ada di dalam keputusannya; meskipun terjadi dengan proses yang

sangat simple dan cepat.

❖ Self-confidence tourist: wisatawan dari kelompok ini selalu berkeinginan untuk

melakukan sesuatu yang bersifat berbeda dari wisatawan lain. Hal ini umumnya mereka

wujudkan dalam pemilihan kegiatan dan destinasi yang umumnya berbeda dari aktvitas

dan destinasi wisatawan lain.

❖ Planfulness tourist: wisatawan yang selalu terlebih dahulu merencanakan perjalanan

mereka dengan baik, namun lebih cenderung memilih perjalanan yang tergolong pre-

package tour programmes dari pada paket-paket perjalanan yang disediakan oleh berbagai

tour operator.

❖ Masculinity tourist: wisatawan yang mempunyai orientasi untuk menunjukan aksi-aksi

maskulinitas, dimana pilihan kegiatan dan destinasinya adalah terorientasi pada kegiatan-

kegiatan di luar ruangan (outdoor activity) yang bersifat tradisional. Wisatawan dari

kelompok ini cenderung untuk mendorong istri dan anggota keluarganya untuk ikut serta,

atau bahkan meninggalkannya sama sekali di rumah.

❖ Intellectualismtourist: wisatawan yang sangat mementingkan aspek sejarah dan adat serta

budaya dari destinasi wisata yang akan dikunjunginya.

❖ Peopleorientationtourist: wisatawan yang mempunyai keinginan untuk memiliki kontak

sosial yang berkualitas dengan masyarakat dari destinasi wisata yang mereka kunjungi.

Dengan menunjukan beberapa teori penting di atas, maka kiranya hiruk pikuk pemaknaan

yang terjadi selama ini mestinya dapat segera diselesaikan untuk menciptakan atmosfir

pembangunan yang lebih efisien, efektif, komprehensif dan masif. Berbagai pihak harus

menyadari berbagai fase perjalanan wisata – serta memahami kebutuhan wisatawan dalam

pembangunan berkelanjutan – sehingga 3-pilar keberlanjutan perlu untuk dilengkapi menjadi

“7-pilar keberlanjutan” (the 7 pilars of sustainability), yaitu mencakup keberlanjutan ekologi,

keberlanjutan sosial budaya, keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan pengalaman,

keberlanjutan kepuasan dan keberlanjutan memori serta keberlanjutan pendidikan. Sedangkan

dengan memahami “ruang-ruang kejadian” yang terkait dan tak terpisahkan dari setiap fase

perjalanan, maka pemaknaan dan pemikiran yang bersifat “spotted-development” pada tapak-

tapak destinasi kiranya perlu untuk dikembangkan menjadi bersifat “regional-development”.

Semua bentuk dan ruang kejadian kegiatan wisata haruslah menjaga dan memastikan

terwujudnya setiap aspek keberlanjutan dalam 7-pilar keberlanjutan tersebut; mulai dari

wilayah perkotaan dan metropolitan hingga areal-areal wisata di pedesaan, maupun mulai dari

puncak-puncak gunung hingga wilayah pesisir dan lautan. Melalui pemaknaan “7-pilar

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|33

keberlanjutan” tersebut berbagai energi yang terbuang dalam hiruk-pikuk diskursus dan

kesimpangsiuran pemaknaan serta ego sektoral bisa dihentikan; serta malah dapat

dimanfaatkan untuk fokus berkinerja pada lokus kompetensi dan kapasitas ruang kehidupan

yang ada.

Pada wilayah perkotaan dan metropolitan, para ahli dan praktisi perkotaan dapat

mengembangkan eco-city tourism, sedangkan pada wilayah pedesaan para pelaku dan ahli

pedesaan dapat leluasa mengembangkan eco-rural tourism; sedangkan para ahli dan praktisi

budaya, mereka dapat berkreasi mengembangkan eco-culture tourism. Demikian juga halnya

dalam konteks kehutanan dan konservasi, para ahli, praktisi serta pemangku kepentingan dalam

sektor kehutanan dan konservasi serta pesisir dan kelautan juga memiliki ruang serta tugas

pembangunan yang tak kalah besarnya dalam hal mewujudkan berbagai visi dan misi

pembangunan eco-forest tourism, eco-coastal tourism dan eco-marine tourism.

3) Cermin Politik Pembangunan Ekowisata

Orum (1989, p.2) menyatakan bahwa esensi dari politik adalah “kekuasaaan”, sehingga

setiap usaha untuk memecahkan misteri informasi politik harus bertujuan untuk menemukan

aturan main yang dibutuhkan dalam setiap karakteristik proses distribusi kekuasaan dalam

masyarakat. Mempertimbangkan pandangan Orum tersebut, maka sangat penting untuk

mengenali berbagai komponen yang terlibat dalam setiap lingkup dinamika politik yang

terjadi, memahami karakteristik dari setiap komponen dan untuk menelusuri proses munculnya

berbagai ide dan gagasan serta kebijakan yang muncul sebagai akibat adanya kekuasaan

spesifik secara alamiah. Mempertimbangkan model politik yang tertera pada Gambar 3,

maka dapat disimpulkan bahwa penelusuran dinamika politik pariwisata perlu dilakukan

mulai dari tingkat individu hingga ketingkat lebih besar berupa kelompok ataupun

institusi-institusi yang terkait dalam sistem kepariwisataan.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|34

Gambar 8. Dimensi Politik dalam Pariwisata (Hall, 1994)

Mengacu pada teori di atas, maka “buruk” nya wajah politik pembangunan pariwisata

di Indonesia selama ini dapat dikatakan bersifat lengkap, yaitu bermula dari “buruk”nya

kompetensi dan kapasistas individual, institusional, komunal dan populasi secara keseluruhan.

Rendahnya kompetensi secara “berjamaah” tersebut telah pula melahirkan berbagai

perundangan dan kebijakan sektoral (secara vertikal dan horizontal) yang sulit untuk

dikategorikan baik dan benar serta sesuai dengan kondisi serta kebutuhan saat ini dan masa

depan; baik dalam hal posture serta kesinambungan serta substasi aturan dan kebijakan maupun

dalam hal politik anggaran yang mengikutinya.

Dalam konteks vertikal, maka lahirnya UU No. 10 tahun 2010 tentang Pariwisata tidak

hanya telah bersifat “terlambat” untuk dilahirkan, melainkan juga telah mengandung “cacat

postur”; yang menimbulkan terjadinya “sesat perencanaan” dalam PP No. 50 tahun 2011

tentang RIPPARNAS. Sejalan dengan munculnya skema perencanaan yang mencakup hirarki

50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)

dan 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) serta belasan Kawasan

Ekonomi Khusus Pariwisata (KEK Pariwisata) – yang menjadi beban pembangunan nasional

hingga tahun 2025 nanti – maka secara teoritias diduga kuat proses pembangunan yang bisa

dicapai nantinya adalah akan sangat kecil sekali.

Kerancuan logika perencanaan tersebut – yang diindikasikan oleh bermunculannya

ratusan ruang-rencana yang dinyatakan oleh PP No. 50 tahun 2011 – adalah bukan saja

menyebabkan ketidak-efisienan dan ketidak-efektifan dalam aspek waktu pembangunan,

melainkan juga akan sangat konsumtif dalam hal anggaran perencanaan untuk melahirkan

berbagai dokumen perencanaan yang bersifat vertikal tersebut. Meskipun sejak 2016 ini alokasi

anggaran untuk mengeleborasi berbagai dokumen perencanaan makro (seperti KSPN) telah

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|35

dialokasikan dengan pola “dana dekonsentrasi” ke berbagai propinsi yang mendapatkan

alokasinya pada tahun berjalan, namun kesadaran akan kenyataan atas “lemahnya” kompetensi

SDM-lokal menyebabkan dugaan buruknya kualitas dokumen perencanaan yang akan mereka

hasilkan tak dapat dielakan.

Dalam hal lain, meskipun politik anggaran yang diberikan bagi sektor pariwisata telah

melahirkan peningkatan alokasi APBN (hingga 300% dalam 3 tahun terakhir) bagi

Kementerian Pariwisata, namun pola penggunaanya masihlah sangat diragukan efisiensi dan

efektifitasnya. Hingga saat ini, alokasi APBN (lebih dari 5 trilyun) untuk anggaran

Kementerian Pariwisata masih cenderung bersifat pembangunan “rancak di labuah” dan

“membuang garam ke laut”. Saat ini, aspek promosi dan pemasaran masih menjadi “jalan

pintas” bagi Kementerian Pariwisata untuk menghabiskan anggaran secara mudah, tanpa bisa

diukur pengaruh serta tingkat efektifitas dan efesiensi kinerjanya dalam hal menghasilkan

devisa bagi negara (seperti telah ditunjukan pada Tabel 4di atas).

Meskipun berbagai keberhasilan pada skala contoh (pilot project) yang diklaim oleh

berbagai pemangku kepentingan tidak dapat dinafikan, namun secara objektif berbagai eforia

yang terjadi saat ini lebih mengarah pada terciptanya “development disorientation” dan

“chaotic dynamic”; yang tidak saja akan melahirkan “useless investation disbursement”

melainkan juga menimbulkan negative competition serta resources over exploration dan over

exploitation. Pada akhirnya, nilai ekonomi yang bisa diciptakan akan cenderung menjadi

sangat rendah, sedangkan biaya perbaikannya (di suatu hari nanti) adalah akan sangat besar.

4) Cermin Pendidikan Ekowisata

Postur pendidikan pariwisata di Indonesia dapat dikatakan “cacat” dalam banyak hal.

Meskipun proses pendidikan pariwisata di Indonesia telah bermula sejak 1958 (sejalan dengan

berdirinya NHI di Bandung), namun hingga saat ini ratusan sistem pendidikan yang berada di

bawah HILDIKTIPARI (Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata) masih hanya

didominasi oleh pendidikan yang bersifat vokasi, serta pendidikan sarjana yang bermuatan

mayor akademis dalam bidang travel management dan accommodation management saja.

Jikapun ada beberapa PT yang menyelenggarakan pendidikan hingga tingkat pasca sarjana,

namun umumnya hanya fokus pada aspek ekonomi belaka.

Sementara itu, pada sistem pendidikan yang berbasis sumberdaya, berbagai program

studi terkait ekowisata yang ditawarkan lebih banyak bersifat “indah kabar dari pada rupa”

melalui labelisasi mata kuliah yang mereka tawarkan pada sistem kurikulum yang mereka

bangun. Hasil telaah yang penulis lakukan sejak 2007 hingga saat ini – atas 1321 dokumen

skripsi, tesis dan disertasi yang terdapat pada PTN terkemuka di P. Jawa – menunjukan bahwa

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|36

substansi naskah akademis yang dihasilkan umumnya adalah hanya pada tingkat pendataan dan

pemetaan fenomena yang terjadi.

Meskipun cukup banyak dokumen tesis dan disertasi yang dilabelisasi dengan

terminologi “perencanaan” dan/ataupun “strategi” (sebagai suatu indikasi rentang dan

kedalaman studi) namun kenyataannya berbagai pemikiran yang tertuang dalam dokumen

mereka tak lebih hanya berupa (apa yang dalam ilmu perencanaan disebut sebagai) “apriory-

mind”; yaitu serangkaian pemikiran yang bersifat intuitif dan sulit dipertanggungjawabkan akar

dan benang merah pemikirannya. Hal itu tentunya bukan kesalahan mahasiswa belaka,

melainkan juga perlu menjadi bahan introspeksi bagi para pembimbing dan akademisi secara

luas.

Apapun juga, di satu sisi, kenyataan itu tentu tetap bisa dipetakan arti dan manfaatnya

dalam “spiral ilmu pengetahuan” (wisdom-praktek-teori-praktek-wisdom), namun di sisi lain

kelemahan mendasar tersebut tidak boleh diingkari; melainkan harus dijadikan sebagai pemicu

timbulnya kesadaran baru untuk berkinerja dan berkompetensi lebih baik. Retaknya cermin

pendidikan ekowisata tersebut tidak saja telah melahirkan para praktisi dan pengambil

keputusan yang berkompetensi rendah – baik dalam pemaknaan keilmuan maupun dalan

komprehensifitas keilmuan – melainkan juga telah melahirkan domino effect yang tak

berkesudahan disaat mereka melahirkan politik serta strategi pembangunan, program-program

pembangunan, maupun dalam pelaksanaan serta pengawasan program pembangunan.

5) Cermin Kiprah Pemangku Kepentingan Lain

Berbagai retak pada cermin tiang pembanungan pariwisata yang telah dipaparkan di

atas menjadi lebih buruk ketika diikuti oleh dinamika kinerja pemangku kepentingan lain

dalam pembangunan pariwisata selama ini. Dalam hal investasi, banyak usahawan yang hanya

memiliki ketertarikan untuk berinvestasi jangka pendek-menengah dalam bentuk penyediaan

sarana akomodasi dan amenitas. Meskipun pada banyak tempat terlihat adanya antusiame

masyarakat lokal untuk mendapatkan manfaat ekonomi dalam memanfaatkan isu

pembangunan pariwisata, namun keterlibatan mereka masih harus dipetakan sebagai

“penggembira” belaka; baik karena keterbatasan kapasitas modal yang mereka miliki maupun

karena rendahnya pengetahuan serta pengalaman mereka.

Dalam konteks kehutanan, rentang IPPA yang telah diperpanjang menjadi 55 tahun

mestinya lebih dari cukup untuk menjadi pulling-factor bagi masuknya invetasi dalam Sub-

sektor Pariwisata Alam secara lebih signifikan, namun kenyataannya hingga kini tidak terlihat

pertumbuhan yang siginifikan dan menggembirakan. Selain fenomena “telur dan ayam” masih

menjadi alasan klasik mereka dalam memutuskan investasi, maka rendahnya investasi aktual

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|37

dalam sub-sektor ini juga disebabkan oleh disharmoni kebijakan di KLHK dan Pemda. Selain

itu, adanya fenomena “tapak terbengkalai” pada berbagai IPPA yang telah dikeluarkan proses

izinya menjadikan banyak pihak sulit untuk menepis isu adanya “mafia IPPA” pada banyak

tempat.

Berbagai LSM-lingkungan yang sesungguhnya potensial untuk menjadi akselerator

dalam proses pembangunan ekowisata selama ini pun menjadi “mandul” kinerjanya; baik

karena keterbatasan dana yang mereka miliki, disorientasi program, maupun karena rendahnya

kompetensi yang mereka miliki dan galang bersama. Banyak dokumen kinerja LSM-

lingkungan dalam sub-sektor pariwisata yang ada bersifat mem-“blow-up” fakta serta hanya

bersifat successful self-claiming. Jangankan pada skala yang luas, pada skala proyek contoh

pun banyak kinerja mereka yang jauh dari titik optimal yang seharusnya bisa mereka lakukan.

Bahkan, tidak sedikit diantara LSM-lingkungan yang berkiprah dalam sub-sektor ini sering

melakukan unfair-claim atas program kolaborasi mereka dengan berbagai pihak; seperti

pengakuan-pengakuan keberhasilan LSM di berbagai Taman Nasional.

Berbagai fenomena dan kendala pembangunan tersebut di atas menjadi lebih buruk lagi

retaknya ketika berbagai PEMDA masih terperangkap dalam konsep direct money dan manfaat

ekonomi jangka pendek dari pembangunan pariwisata. Isu multi ticketing yang telah menjadi

momok sejak belasan tahun lalu selama Era Reformasi masih belum terselesaikan hingga saat

ini dan bahkan masih saja terulang dan terus terjadi di berbagai tempat, dan manfaat ekonomi

pariwisata masih saja hanya mereka hitung dari pendapatan retribusi tiket masuk kawasan

wisata. Di satu sisi, pemahaman dan perilaku PEMDA tersebut tentulah dapat dikatakan

sebagai suatu kesalahan yang subtantif, namun demikian di sisi lain mereka tidak dapat terlalu

disalahkaan; yaitu karena secara nasional pun hingga saat ini konsep toursimsatelite accouunt

ternyata juga belum bisa diterapkan setelah lebih dari 15 tahun diintroduksikan pada sistem

keuangan negara.

6) Penutup

Semua fenomena dan dinamika “ketidak-idealan” yang telah dipaparkan di atas

akhirnya membentuk “lingkaran-setan” yang sulit diselesaikan ketika dalam proses keseharian

pembangunan terjadi pula fenomena tour on duty yang tidak kondusif di berbagai instansi

pelaksana; baik vertikal maupun horizontal. Pada tataran PEMDA kesinambungan kinerja

menjadi terhenti karena perubahan rezim kepemimpinan pada periode 5 tahunan; sedangkan

pada kementerian teknis “tour on duty” juga diperburuk oleh pola strukturisasi yang tidak

linier.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|38

Hasil analisa menggunakan Metoda One Score-One Criteria menunjukan bahwa

hampir tidak satupun komponen dan elemen sistem yang dievaluasi menunjukan hasil skor

yang tergolong baik; seperti terlihat pada Tabel 5. Di satu sisi, patut disadari bahwa tidak ada

kesempurnaan dalam kehidupan ini – seperti bunyi pepatah yang mengatakan “tak ada gading

yang tak retak” – namun di sisi lain kesadaran semua pihak untuk mengakui secara jujur

berbagai ketidak-idealan serta kekeliruan yang dimiliki adalah menjadi kunci utama untuk

memperbaiki berbagai kesalahan yang ada.

Tabel 5. Skor Evaluasi Komponen Dan Elemen Pembangunan Ekowisata Indonesia

No Kriteria Evaluasi Skor

A Pemaknaan dan Pemahaman Umum

1 Pemaknaan 2

2 Pemahaman 2

3 Program yang dilahirkan 1

4 Perilaku 2

B Sistem Pendidikan

1 Jenjang keilmuan 2

2 Komprehensifitas kurikulum 1

3 Dokumen Akademis yang dihasilkan 1

4 Kompetensi lulusan 2

C Sistem Politik dan Institusi Birokrasi

1 Orientasi Politik 2

2 Postur Perundang-undangan dan kebijakan 2

3 Rencana kebijakan dan program 1

4 Impelemtasi kebijakan dan program 2

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|39

No Kriteria Evaluasi Skor

5 Kompetensi Politikus 1

6 Kompetensi Birokrasi 2

7 Sistem tata kelola institusi 2

D SDM

1 Pengetahuan 2

2 Ketrampilan 4

3 Kapasitas kerja 3

4 Semangat kerja 5

Di satu sisi tidak ada keraguan akan dampak ekonomi berganda dari pembangunan

ekowisata/pariwisata, namun di sisi lain perlu disadari bersama bahwa kekeliruan dan

kesalahan yang berlanjut juga akan dapat menjadi sumber malapetaka dalam banyak hal.

Kejahatan narkoba, free sex, miras serta berbagai bentuk perilaku sosial yang bersumber dari

demonstration effect akan selalu menyertai pembangunan ekowisata/pariwisata di mana pun.

Sedangkan dalam konteks politik global, perlu juga disadari bahwa pariwisata juga bisa

menjadi pintu masuk berbagai bentuk kolonialisme gaya baru.

Atas hal itu, dengan mempertimbangkan berbagai beban pekerjaan yang tertinggal

selama ini serta memprediksi kebutuhan masa depan, maka perlu diusulkan untuk membentuk

Dewan Ekowisata Nasional (DEN) yang mempunyai kompetensi tinggi serta diberi legitimasi

cukup untuk melakukan proses “revisi” serta penyempurnaan orientasi serta strategi

pembangunan ekowisata/ pariwisata Indonesia. Adapun beberapa tugas utama yang perlu

untuk diberikan kepada DEN adalah: (1). Merevisi UU No. 10 tahun 2-10 dan PP No. 50 tahun

2011, (2) Mengkaji, mengelaborasi serta mengusulkan konsep restrukturisasi Kementerian

Pariwisata, serta (3). Mengelaborasi “bridging concept/program” untuk harmonisasi dan

percepatan pembangunan ekowisata/pariwisata 201-2025.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|40

Daftar Pustaka

Avenzora, R. 1995. Ekoturisme: suatu overview terhadap konsep (Ecotourism: an overview of

the concepts). Media Konservasi. Vol. 6 (4) June 1995.

Avenzora, R. 1997. Ecotourism – strategy for mountainous national parks – In Indonesia.

Magister Thesis. Faculty of Forestry and Ecology, Georg-August University. Göttingen.

Avenzora, R. 2003. Integrated and Ecological Planning of Sustainable Tourism Development

in Rural Area in Indonesia : the case study of Tana Toraja, Sulawesi. Doctoral Dissertation

at Georg-August Universitaet, Germany.

Avenzora, R. 2008. Ekoturisme: Teori dan Praktek. BRR NAD-Nias. Banda Aceh. pp 299.

Clawson, M and Knetsch, L. Jack; 1966; Economics of Outdoor Recreation; Resources for the

Future Inc.; Washington DC

Cooper et al. 1999. Tourism (Principles and Practice). Addison Wesley Longman Publishing.

New York

Direktorat Jenderal PHKA. 2014. Statistik Direktorat Jenderal PHKA 2014. Bogor. Indonesia

Lowyck, E., Luk Van Langenhove, and Livin Bollaert. Typologies of Tourist Role, in Johnson,

Peter, and Barry Thomas (eds.) 1993. Choice and Demand in Tourism. Mansel Publishing

Ltd. England.

Mathieson, A., and Geoffrey Wall. 1982. Tourism Economic, physical and social impacts.

Longman. London.

Murphy, Peter E. 1985. Tourism: A Community Approach. Metheun. New York.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|41

5. JARINGAN ANGKUTAN SDP PENUNJANG KEGIATAN

WISATA ALAM DI JABODETABEK DAN PALEMBANG

Endi

Direktorat Angkutan dan Multimoda, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian

Perhubungan

1) Objek Wisata Kota Palembang

a) Jembatan Ampera

• Jembatan dibangun pada tahun 1962 merupakan maskot/simbol kota

Palembang.

• Terletak ± 2 km dari Jakabaring yang merupakan pusat kegiatan ASIAN

GAMES 2018.

b) Bukit Siguntang

• Wisata Situs Arkeolog Palembang dimana terdapat peninggalan dan makam

kuno Kerajaan Sriwijaya

• Terletak ± 10 km dari Jakabaring yang merupakan pusat kegiatan ASIAN

GAMES 2018.

c) Museum Sultan Mahmud Badarudin II

• Merupakan Peninggalan Kerajaan Palembang Darussalam

• Terletak di dekat Jembatan Amper,a ± 2 km dari Jakabaring yang merupakan

pusat kegiatan ASIAN GAMES 2018.

d) Wisata Alam Hutan Lindung Punti Kayu

• Hutan Lindung yang ditetapkan sejak tahun 1998

• Terletak di dekat Jembatan Ampera,± 9 km dari Jakabaring yang merupakan

pusat kegiatan ASIAN GAMES 2018.

e) Pulau Kemaro

• Merupakan tempat wisata yang cukup terkenal di Palembang, sebuah pulau

yang berisikan Vihara, Patung Budha dan Pagoda

• Terletak di dekat Jembatan Ampera,± 5 km dari Jembatan Ampera, dan hanya

bisa ditempuh dengan angkutan sungai

f) Taman Purbakala Sriwijaya

• Merupakan tempat wisata peninggalan kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepi

sungai musi

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|42

• Terletak di Kecamatan Ilir Barat II,± 8 km dari Jembatan Ampera,

2) Angkutan Sungai Kota Palembang

a) Kapal Motor dan Bus Air

Tabel 6. Jenis Angkutan sungai di Palembang

No Nama Kapal Kapasitas

Penumpang

Pengelola

1 KM.Putri Kembang Dadar 200 PT.Sarana Pembangunan

Palembang Jaya

2 KM.Segentar Alam 200 Dishub Kota Palembang

3 Bus Air Aryodila 50 Dishub Kota Palembang

4 Bus Air Pangeran Sido

Inglautan

50 Dishub Kota Palembang

5 Bus Air Mayang Sari 75 Dishub Kota Palembang

Keterangan :

Saat ini kapal-kapal tersebut tidak rutin beroperasi untuk trayek tertentu, namun

standby untuk angkutan wisata dengan sistem sewa.

b) Kapal Sungai Tradisional

Kapal milik perorangan masyarakat Kota Palembang dengan GT< 7, yang melayani

kegiatan sehari-hari masyarakat setempat, jumlah saat ini ± 120 unit

Bus Rapid Transit Kota Palembang

• Bus Besar 40 unit(kapasitas 45 penumpang)

• Bus Sedang 80 unit(Kapasitas 33 penumpang)

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|43

3) Objek Wisata Jabodetabek

Kepulauan Seribu

Berupa wisata pantai dan laut yang terletak di sebelah utara DKI Jakarta dimana

terdapat zona Pariwisata Taman Nasional laut Kepulauan Seribu. Angkutan

pendukung antara lain 12 Kapal Motor, dari pelabuhan Muara Angke. Jumlah

keberangkatan 3- 5 trip per Hari.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|44

6. PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN MASYARAKAT

SADAR WISATA DI JABODETABEK

Ir. Koes Saparjadi,MF

IWF

1) Kawasan Hutan Sebagai Asset Untuk Pengembangan Wisata Alam.

Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau pulau baik yang besar maupun yang kecil yang

tentu juga memiliki garis pantai yang sangat panjang yakni 99.093 kilometer, nomer dua di

dunia setelah Canada.Masing masing pulau itu memiliki bentang alam,topografi kekayaan

jenis flora dan fauna yang berbeda beda yang sangat spesifik.

Dengan keragaman suku bangsa yang membentuk Indonesia, terbentuk juga beragam

tradisi dan budaya yang kita dapati di seluruh tanah air dan ini merupakan potensi wisata yang

luar biasa yang bisa di jual untuk para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Indonesia juga memiliki beragam keunikan alam yang juga tersebar di seluruh

Nusantara, misalnya Gunung Kelimutu di Flores yang memiliki kawah tiga warna, goa-goa

karst di daerah Sulawesi Selatan, di pantai selatan pulau Jawa,lapisan es di puncak pegunungan

Jaya Wijaya, dan sebagainya.

Pada dasarnya obyek wisata alam berada didalam kawasan hutan dengan memanfaatkan

keindahan alam/hutan,pemandangan alam/bentang alam yang unik yang berada di dalam

kawasan tersebut

Di dalam kawasan hutan, obyek wisata alam pada umumnya berada di dalam kawasan

hutan konservasi (kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam serta taman buru) dan

kawasan hutan non konservasi ( hutan produksi dan hutan lindung).

Untuk kawasan hutan konservasi dikenal pembagian kategori hutan suaka alam yang

terdiri dari: cagar alam dan suaka margasatwa dan kawasan pelestarian alam yang terdiri dari:

taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya serta taman buru.

Indonesia memiliki :

• Taman Nasional 52 lokasi

• Taman Wisata Alam 21 lokasi

• Taman Hutan Raya 21 lokasi

• Taman Buru 14 lokasi

• Cagar alam. 221 lokasi

• Suaka Margasatwa, 68 lokasi.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|45

Meskipun Indonesia memiliki banyak sekali kawasan hutan yang memiliki keindahan

alam yang dapat dikelola sebagai daerah tujuan wisata, namun obyek wisata yang ada di lokasi

tersebut masih banyak yang belum dapat dinikmati masyarakat pencinta wisata alam antara

lain karena :

a) Tidak adanya informasi maupun publikasi mengenai keberadaan suatu obyek

wisata sehingga tidak ada/jarang orang yang mengetahui maupun mengunjunginya

b) Obyek wisata tersebut berada di daerah yang sangat sulit dijangkau, belum dikenal

sehingga orang kurang berminat untuk mengunjungi ataupun untuk

memanfaatkan/menikmati obyek wisata tersebut.

c) Obyek wisata tersebut belum dikelola secara baik sehingga tidak dapat menarik

wisatawan untuk berkunjung ataupun dinikmati secara nyaman oleh pengunjung.

Obyek wisata alam di kawasan hutan ini apabila dikelola dengan baik akan dapat

memberikan banyak manfaat antara lain :

a) Berpotensi dapat meningkatkan pendapatan daerah setempat/negara dari sektor

pariwisata..

b) Merupakan kegiatan ekonomi yang apabila dilaksanakan dengan baik akan dapat

memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya tanpa merusak obyek wisata

dan lingkungannya.

c) Memberikan “multiplier effect” bagi pengembangan sektor sektor ekonomi yang

lain di sekitarnya

d) Adanya perkembangan wisata alam ini secara tidak langsung akan menjaga kawasan

hutan di lokasi tersebut dari ancaman pencurian hasil hutan dan perambahan ataupun

perusakan hutan yang lain.

e) Akan menumbuhkan rasa cinta akan keindahan alam sehingga akan ikut

melindunginya dari kerusakan kerusakan.

2) Peraturan Yang Mengatur Pemanfaatan Kawasan Hutan Untuk Wisata Alam

Didalam kawasan konservasi,kegiatan wisata alam ini diatur secara khusus di dalam

Undang undang No 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, sedangkan kegiatan yang berada di kawasan hutan produksi dan hutan lindung

tidak diatur secara spesifik. Setidak tidaknya ada empat peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar pijakan untuk mengembangkan wisata alam dalam kawasan hutan, antara lain

adalah :

a) Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|46

b) Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 Tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,Taman Nasional, Taman

Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Dalam kedua undang-undang tersebut diatur mengenai pemanfaatan hutan,khususnya

pemanfaatan jasa lingkungan baik untuk hutan produksi, hutan lindung maupun hutan

konservasi yang kegiatannya antara lain adalah untuk wisata alam. Khusus untuk kawasan

hutan konservasi,kegiatan wisata alam ini telah diatur secara jelas di dalam Undang-undang

No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya,kemudian secara

lebih rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No 36 Tahun 2010 dan Peraturan Pemerintah

RI No 108 Tahun 2015 tersebut diatas.

3) Gambaran Perkembangan Pengelolaan Wisata Alam

Meskipun Indonesia memiliki obyek wisata yang cukup banyak dan sangat beragam

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya,namun dari segi jumlah kunjungan

wisatawan, Indonesia masih berada dibawah negara-negara tetangga kita, yaitu Thailand,

Malaysia dan Singapura.Saat ini Indonesia sangat gencar dalam mempromosikan

pariwisatanya dan dampaknya ada kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Indonesia secara signifikan. Sekedar gambaran, jumlah wisatawan mancanegara yang

mengunjungi Indonesia pada tahun 2015 (data Kemenpar) adalah 10.406.759 orang, sedangkan

Malaysia sekitar 25 juta orang, Thailand 30 juta orang dan Singapura sekitar 15 juta orang.

Hal di atas mengindikasikan bahwa ada yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan obyek

wisata maupun pengelolaan wisatawannya sendiri.Banyak obyek wisata yang dibangun

fasilitasnya tetapi akses menuju lokasi serta sarana-sarana penunjang lainnya tidak disiapkan

sehingga wisatawan akan kesulitan mengunjunginya.

Disamping pembenahan secara fisik yang dilaksanakan, yang dirasakan belum optimal

adalah promosi wisata alam padahal hal ini merupakan kunci perkembangan wisata alam.

4) Hambatan Dalam Pengembangan Wisata Alam.

Pada umumnya hambatan yang dihadapi dalam pengembangan suatu daerah tujuan

wisata adalah karena kurang terintegrasinya perencanaan pengembangan daerah tujuan wisata

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|47

tersebut sehingga belum bisa menyuguhkan suatu obyek atau daerah tujuan wisata yang

menarik dan bisa memuaskan wisatawan baik dari segi obyeknya sendiri maupun pelayanan

kepada pengunjung. Andaikata pun obyek wisatanya sudah dibangun dengan baik tapi

seringkali masih belum diikuti oleh pengembangan aspek aspek penunjang yang lain misalnya:

a. Akses menuju daerah tujuan wisata.Apabila akses/jalan menuju obyek wisata tersebut

tidak dibangun maka pengunjung/calon pengunjung akan enggan mengunjunginya,

sehingga obyek wisata yang telah disiapkan tersebut akan sia-sia dan tidak

termanfaatkan.Sering sekali terjadi bahwa pembangunan fasilitas wisata alam di

kawasan hutan belum diikuti oleh pembangunan akses jalan yang nyaman menuju

lokasi sehingga hal ini akan menyebabkan ter-segmentasinya pengunjung,dimana

hanya pengunjung yang masih muda/yang kuat fisiknya yang tertarik dan bisa

mengunjungi obyek wisata tersebut.Apabila keragaman kelompok pengunjung yang

bisa difasilitasi lebih baik,maka pasti akan dapat menampung lebih banyak segmen

pengunjung.

b. Fasilitas pendukung untuk menuju maupun untuk menikmati obyek wisata tersebut juga

harus mendapatkan perhatian yang semestinya, misalnya fasilitas angkutan umum yang

nyaman dan aman, fasilitas listrik,air bersih, tempat makan dan sebagainya.

c. Tenaga pengelola yang profesional dan memiliki kompetensi yang diperlukan, yang

memiliki visi yang benar dalam mengelola suatu obyek wisata alam, karena apabila

tidak,dikhawatirkan obyek wisata tersebut justru akan menjadi rusak dan menimbulkan

kerugian lingkungan yang bisa membahayakan

d. Keterpaduan sistem pengelolaan yang bisa mempermudah pengunjung dalam

menikmati obyek wisata, misalnya terpadunya pelayanan tiket masuk ke obyek,tidak

adanya pungutan pungutan liar dan sebagainya yang meskipun kecil akan sangat

mengganggu kenyamanan pengunjung.

5) Perlunya Sinergitas Kebijakan Pengembangan Wisata Alam

Agar pengembangan daerah tujuan wisata ini bisa berjalan dengan efektif maka apabila

suatu daerah yang memiliki keindahan atau keunikan tertentu telah ditetapkan untuk

dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata,maka diperlukan suatu perencanaan yang matang

dan terpadu yang melibatkan semua sektor yang terkait terutama yang berkaitan dengan

pembangunan akses menuju obyek wisata dan fasilitas pendukungnya.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|48

Oleh karena itulah perlunya koordinasi oleh Pemerintah Daerah setempat,dalam hal ini

BAPPEDA untuk memberikan arah pembangunan yang akan ditindaklanjuti oleh sektor-sektor

pendukungnya.

Misalnya suatu daerah tujuan wisata didalam kawasan hutan telah ditetapkan untuk

dikembangkan maka BAPPEDA harus mengatur alokasi dana dari masing-masing sektor yang

ada dibawah pemerintah setempat untuk difokuskan menunjang penyiapan daerah tujuan

wisata tersebut dalam rangka pengembangan obyek wisata. Dengan demikian BAPPEDA

sebagai leading body bisa mengatur tahap-tahap pembangunan maupun

pembiayaannya.Koordinasi juga diperlukan untuk obyek-obyek wisata yang kewenangannya

ada pada UPT instansi pusat maupun BUMN.

Agar koordinasi ini bisa berjalan lancar barangkali bisa dibentuk suatu

lembaga/kelompok kerja yang dipimpin Bappeda,khusus untuk menangani pengembangan

obyek wisata dengan melibatkan sektor/dinas teknis terkait untuk merencanakan

pengembangan suatu daerah tujuan wisata .

Langkah-langkah pendukung yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan wisa

alam ini antara lain adalah :

a) Perlunya peningkatan mutu tenaga pengelola yang memiliki ketrampilan /

kemampuan yang memadai, misalnya tenaga pemandu, pelayanan restaurant,

pelayanan penginapan, information center, dan sebagainya.

b) Yang tidak kalah penting dan ini justru yang paling menentukan aadalah penyiapan

“attitude“ masyarakat dalam menerima wisatawan yang datang sehingga wisatawan

akan merasa aman dan nyaman berkunjung ke obyek wisata tersebut. Sikap ini juga

termasuk sikap masyarakat terhadap kebersihan lingkungan,ketertiban,kebersihan

makanan yangdijajakan serta sikap ramah terhadap tamu yang

berkunjung.Pendidikan masyarakat seperti ini akan lebih efektif bila diberikan oleh

perangkat desa yang bersangkutan yang tahu secara persis kondisi masyarakatnya.

c) Menyiapkan pelatihan bagi masyarakat setempat untuk dapat ikut terjun dalam

kegiatan industri kreatif agar bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar dari

berkembangnya industri pariwisata di daerahnya.

6) Potensi Wisata Alam Di Daerah Jabodetabek

a) Obyek wisata alam di daerah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang (dan Tangerang

Selatan) dan Bekasi cukup banyak dan beragam.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|49

b) Diperlukan adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk terus mengembangkan obyek-

obyek wisata yang ada di daerah ini.

c) Obyek wisata di daerah ini pada umumnya sudah memiliki aksesibilitas yang cukup

baik, kualitas obyek wisata yang memadai meskipun masih perlu untuk ditingkatkan

dan dikunjungi tidak hanya oleh wisatawan dari daerah JABODETABEK saja tapi juga

oleh wisatawan yang berasal dari Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat dan DKI

Jakarta juga.

d) Obyek wisata alam yang ada sekitar Jakarta, Bogor Tangerang dan Bekasi antara lain

adalah:

• Taman Wisata Alam Angke Kapuk yang terletak di Wilayah Kota Jakarta Utara

di daerah Angke.

• Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara.

• Taman Wisata Alam Gunung Pancar, di dekat perumahan Sentul,Kabupaten

Bogor.

• Kebun Raya Bogor (dan Istana Presiden).

• “KUNTUM“ Farmfield di Jalan Raya Tajur, Kota Bogor.

• Situ Gede, di daerah Darmaga, Bogor

• Taman Wisata Mekarsari di daerah Cileungsi

• Air Terjun Bidadari di Sentul Paradise Park.

• Warso Farm di daerah Bogor Selatan yang merupakan kebun durian yang

memiliki aneka jenis durian di kawasan seluas 8,5 hektar.

• Taman Wisata Matahari yang terletak di daerah Jalan Raya Puncak.

• Wisata Agro Gunung Mas, yang merupakan wisata di Perkebunan Teh milik

PTP NUSANTARA VIII

• Situ Gunung,Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Jalan Raya Bogor –

Sukabumi

• Telaga Warna, di desa Tugu, Kecamatan Cisarua, daerah Puncak.

Di samping kawasan wisata diatas masih terdapat jenis obyek wisata yang sifatnya

terbatas dan layak dikunjungi yang juga berda dalam binaan Direktorat Jenderal KSDAE,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan antara lain:

• Tempat Penangkaran dan Industri kerajinan kulit reptil

• Pusat penangkaran rusa di kawasan hutan Perum Pehutani di desa Cariu, Jonggol

Kabupaten Bogor.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|50

• Penangkaran Jalak Bali di daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor.

• Penangkaran Reptil di daerah Bogor.

7) Potensi Wisatawan Di Daerah Jabodetabek Dan Ancaman Yang Timbul

Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar potensi wisatawan yang ada di daerah

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,Tangerang Selatan dan Bekasi kita bisa melihat jumlah

penduduk yang ada di daerah tersebut.

Total penduduk yang berada diwilayah tersebut berdasarkan data sensus tahun 2014 (dari

website) adalah sejumlah 24.178.070 jiwa. Apabila setiap akhir minggu diasumsikan ada

sedikitnya 5 % dari populasi ini yang menghabiskan libur akhir pekan maka akan terdapat

sekitar 1,2 juta wisatawan yang ada di obyek-obyek wisata.Dan apabila 50 % dari wisatawan

ini (sekitar 600.000 orang) menggunakan mobil dan misalnya satu mobil membawa 6 0rang,

maka akan ada sekitar 100.000 mobil yang akan memadati tempat tempat wisata tersebut.Dari

pengamatan kita sekilas, sebagian besar dari wisatawan tersebut menghabiskan libur akhir

pekannya di kawasan Puncak, yang selama ini ditandai dengan adanya kemacetan yang sangat

parah di jalur Puncak setiap akhir pekan.

Jumlah wisatawan beserta kendaraan mereka yang begitu besar dan menumpuk di

kawasan Puncak ini dikhawatirkan akan menyebabkan terdegradasinya kualitas lingkungan di

kawasan tersebut dan pada kualitas air, udara bersih, menumpuknya sampah, menurunnya

keanekaragaman hayati dan sebagainya.

8) Perlunya Distribusi Wisatawan Yang Lebih Baik

Penumpukan wisatawan hanya pada satu lokasi perlu dihindari untuk mencegah

terdegradasinya obyek wisata dankualitas lingkungannya.

Apabila obyek wisata yang ada disekitar kawasan Jabodetabek (selain kawasan

Puncak)tersebut bisa dikembangkan dengan baik secara terpadu,keberadaan daerah tujuan

wisata alternatif ini bisa difungsikan sebagai pemecah bertumpuknya wisatawan di satu tempat.

Dengan begitu banyaknya obyek wisata alam alternatif yang ada diperkirakan penumpukan

wisatawan di daerah Puncak ini dapat terkurangi setidak tidaknya sekitar 25 – 40 % dan

mengurangi polusi gas CO yang selama ini tertumpuk di daerah Puncak

Hal ini juga akan membantu perputaran roda ekonomi didaerah tujuan wisata alternatif

tersebut dan akan mampu menggairahkan usaha ekonomi kreatif masyarakat,meningkatkan

pendapatan masyarakat setempat dan Pemerintah daerah yang bersangkutan.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|51

9) Memanfaatkan Event Asian Games XVIII

Pada bulan Agustus 2018 Indonesia akan menjadi tuan rumah pesta olahraga se Asia,

yaitu Asian Games XVIII yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang,Sumatra

Selatan.Tamu yang akan hadir dalam pesta olahraga tersebut diperkirakan tidak kurang dari

10.000 orang ( Asian Games ke XVII tahun 2014 di Incheon,Korea Selatan dihadiri oleh atlet

dan official dari 45 negara sebanyak kurang lebih 13.000 orang).Banyaknya pengunjung yang

hadir dalam event tersebut merupakan kesempatan bagi kita untuk menawarkan obyek-obyek

wisata alam di sekitar JABODETABEK sehingga disamping memperkenalkan keindahan alam

Indonesia juga merupakan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dari

sektor wisata.

Oleh karena itu karena pelaksanaan Asian Games XVIII tersebut masih sekitar dua

tahun lagi maka pengelola wisata maupun Pemerintah Daerah masih berkesempatan untuk

membenahi secara menyeluruh,baik akses,kualitas obyek wisata, pelayanan dan kesiapan

masyarakat di obyek wisata di sekitar JABODETABEK sehingga bisa siap menerima

kunjungan dari wisatawan mancanegara yang menghadiri pesta olahraga se Asia tersebut.

Untuk jangka panjang, dengan telah dibenahinya daerah tujuan wisata di sekitar

JABODETABEK tersebut diharapkan akan terjadi pemerataan kunjungan wisatawan dari

wilayah Provinsi DKI Jakarta, Banten maupun Jawa Barat sehingga tidak terjadi lagi

penumpukan wisatawan dan kemacetan lalu lintas yang parah di daerah Puncak.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|52

REKOMENDASI

1. Pengembangan pariwisata nasional dalam jangka panjang terkait dengan Program

Nawa Cita, perlu adanya perubahan mindset para pejabat eksekutif dan legislatif di

tingkat Pusat dan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota agar tercipta koordinasi dan

sinergi positif secara maksimal. Perencanaan pengembangan obyek wisata alam perlu

keterpaduan dengan sektor penunjang Instansi/Dinas terkait yang dikoordinir oleh

Bappeda.

2. Sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu membentuk Tim Kerja antar Instansi/

Lembaga yang dikoordinasikan oleh Bappeda setempat untuk menyiapkan program dan

rencana aksi, destinasi wisata yang ditetapkan yang antara lain bertugas dalam:

a. Mengundang dan mendorong investor swasta untuk lebih proaktif dalam

pengembangan wisata alam secara profesional dan berkelanjutan melalui

pemberian insentif, kemudahan perijinan, pembagian royalti berimbang, serta

penyediaan pendidikan dan pelatihan

b. Menempatkan prioritas pembangunan infrastruktur, transportasi, sarana dan

prasarana dari/ke destinasi-destinasi wisata alam untuk meningkatkan kunjungan

wisatawan nusantara dan mancanegara secara lebih merata

c. Mendorong keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengembangan wisata alam

melalui pemberdayaan, pelatihan keterampilan, pemberian modal UKM dan

industri kreatif pariwisata

3. Mengusulkan Kementerian LHK dan Kementerian Pariwisata berkoordinasi untuk

mendukung dan memfasilitasi tugas Tim tersebut.

4. Diperlukan langkah-langkah tindak lanjut untuk me-realisasikannya di masing-masing

Propinsi/Kabupaten/Kota.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|53

Lampiran 1. Susunan Acara Diskusi Panel

Waktu Kegiatan Pengisi acara/

Penanggung Jawab

08.30-09.00 (30’) Registrasi ulang + welcome drink Panitia

09.00-09.15 (15’)

• Laporan Ketua Panitia

• Informasi Pendahuluan Objek Wisata

Alam Sekitar Jabodetabek dan

Palembang

Prof. Dr.Ir. Dedi Soedharma,

DEA

09.15-09.25 (10’) Sambutan Ketua Umum YSWJ

09.25-09.45 (20’) Sambutan dan Pembukaan Secara Resmi

oleh Dirjen KSDAE. Dirjen KSDAE Kemen LHK

09.45-12.45

(180’) PRESENTASI Moderator

Potensi Kawasan Wisata Alam Di

Jabodetabek Dan Palembang

- Dir. PJLHK, Ditjen KSDAE

LHK

Wisata Penangkaran - Dir. KKH, Ditjen KSDAE LHK

Rencana Dan Strategi Pembangunan

Daerah Tujuan Wisata Di Jabodetabek Bappeda Kabupaten Bogor

Cermin Pembangunan Ekowisata

Indonesia Dr.Ir. Ricky Avenzora, MScF

Pembangunan wisata alam dan

masyarakat sadar wisata di Kawasan

Jabodetabek

Ir.Koes Saparjadi,MF

90’ Diskusi Panel Moderator

12.45-13.00 (15’) Rumusan Sementara Moderator

13.00-13.15 (15’) Penutupan, dilanjutkan makan siang Ketua Pengurus IWF

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|54

Lampiran 2.Susunan Kepanitiaan Diskusi Panel

Tim Pengarah (Steering Committee)

Ketua

Anggota

:

:

:

:

:

Ir. R. Soemarsono, MM

Dr.Ir. Boen.M.Purnama, M.Sc

Ir. Dedi Ruchjadi Prawira Atmadja

Ir. Koes Saparjadi, MF.

Ir. Soetino Wibowo

Tim Pelaksana (Organizing Committee)

Ketua : Prof. Dr.Ir. Dedi Sudharma, DEA

Sekretaris : Dr. Sri Murni Soenarno, M.Si

Bendahara :

:

Mohd. Yusuf, SE. Ak, M.Ak

I Nyoman Punia

Seksi Materi :

:

:

Mulyadi, SE

Drs. Hendra Djayusman, MM.

Sri Suwarni, SH

Seksi. Persidangan :

:

Ira Febriany, S.Hut

Sri Asianningsih, SP.MM

Seksi Konsumsi :

:

:

Titi Purwaningsih, SH

Tria Satyani, SH

Rini Budi Sedjati.

Seksi Dokumentas :

:

:

Ikhlas Rahmatullah A.Md

Saptoto M. Nugroho, B.Sc

Pipit Anggraeni S.Sos

Tim Perumus :

:

:

:

:

:

Ir. Koes Saparjadi, MF.

Ir. Soetino Wibowo

Prof. Dr.Ir. Dedi Sudharma, DEA

Dr. Sri Murni Soenarno, M.Si

Ir. Soeparno W., MSc.

Ir. Poedjo Rahardjo, MSc.

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|55

Lampiran 3. Daftar Peserta Diskusi Panel

No Nama Institusi No Nama peserta

1 Agro Indonesia 1 Sugi

2 Apkindo 2 A.A Malik

3 ASITA 3 Nining S

4 Bappeda Kab.Bogor 4 Dr. Hj. Syarifah Sofiah

5 Rahmi

5 BTN.G. Halimun Salak 6 Nur Faizia

6 BBTNG. Gede Pangrango 7 Dadang Iskandar

7 BKSDA DKI Jakarta 8 Julianti

9 Elpramut

8 BBKSDA Jawa Barat 10 Sanggara Yudha

11 Mubin Mustari

9 BKSDA Sumsel 12 Surahman

10 Dinas Pariwsata dan Kebudayaan

DKI Jakarta

13 Barmenggani

14 Agustia M

15 Betric Pinaka

11. IPB 16 Dr.Ir.Ricky Avenzora,M.ScF

17 Gusti Eka S

12 IWF 18 Prof.Dr.Ir.Dedi Soedharma,DEA

19 Ir.R.Soemarsono,MM

20 Ir.Koes Saparjadi,MF

21 Dr.Sri Murni Soenarno,M.Si

22 Mohd.Yusuf,SE.Ak.,M.Ak

23 Ira Febriany,S.Hut

24 Mulyadi,SE

25 Ikhlas Rahmatullah,A.Md

26 Saptoto,M.Nugroho,B.Sc

13 Direktorat KKH

Ditjen KSDAE KLHK

27 Ir.Bambang Dahono Adji,M.M,M.Si

28 Karyadi

14 Direktorat PJLHK

Ditjen KSDAE KLHK

29 Ir. Is Mugiono, M.M

30 Nandang

Prosiding Diskusi Panel “ Memanfaatkan Event Asian Games XVIII 2018 Untuk Mengembangkan Wisata

Alam Di Sekitar Jabodetabek dan Palembang”, Jakarta 23 Agustus 2016|56

31 Yudi Santoso

15 Kuntum Farm Bogor 32 Arif S

33 Kennita L.S

16 Kebun Raya -LIPI 34 Yupi Isnaeni

17 Kementrian Perhubungan Ditjen

Perhubungan Darat 35 Endi S

18 Puskashut 36 Ir Soetino Wibowo

37 Ir Wardono Saleh

38 Ir Soebagio

39 Ir Yaman Mulyana

40 Ir Titus Sarijanto

41 Harry Santoso

42 Soeparno

43 Poedjo Rahardjo

44 Hendra Djayusman

45 Sri Asianingsih

19 Perhutani 46 Ade Sugiharto

47 Tri Lastono

19 SEAMEO BIOTROP 48 DR.Dewi Wulandari

20 Taman Margasatwa Ragunan 49 Tata

50 Wahyudi B

21 Taman Safari Indonesia 51 Aswin Sumampau

22 YSWJ 52 Dr.Ir.Boen M Purnama,M.Sc

53 Ir. Deddi Ruchyadi

54 Bambang

55 Sri Suwarni

56 Tria Satyani

57 Pipit Anggraini

58 Rini

59 Sukatmo