proses turunnya hujan dalam al-qur´an

133
PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN (Suatu Analisis Tafsir Tah{li>li> terhadap QS. al-Ru>m/30: 48) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Jurusan Ilmu al-Qur´an dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar Oleh: MU´JIZAT NIM: 30300114010 FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 17-Apr-2022

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

(Suatu Analisis Tafsir Tah{li>li> terhadap QS. al-Ru>m/30: 48)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Agama (S.Ag.) Jurusan Ilmu al-Qur´an dan Tafsir

pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

MU´JIZAT

NIM: 30300114010

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018

Page 2: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN
Page 3: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN
Page 4: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN
Page 5: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN
Page 6: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN
Page 7: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN
Page 8: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................ xiv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................ 7

C. Fokus penelitian dan deskripsi penelitian ........................................... 8

D. Kajian pustaka ..................................................................................... 9

E. Metodologi penelitian .......................................................................... 13

F. Tujuan dan kegunaan penelitian .......................................................... 18

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES TURUNNYA

HUJAN

A. Pengertian hujan ................................................................................. 19

B. Term hujan dalam al-Qur´an .............................................................. 20

C. Bentuk pengungkapan hujan dalam al-Qur´an ................................... 31

D. Gambaran umum tentang air hujan .................................................... 36

BAB III: ANALISIS TAH{LI<LI< TERHADAP QS. AL-RU<M/30: 48

A. Kajian tentang surah al-Ru>m ............................................................... 44

B. Ayat dan terjemahnya .......................................................................... 48

C. Tafsi>r al-Mufrada>t ................................................................................ 50

D. Munasabah ayat ................................................................................... 68

E. Penafsiran ayat QS. al-Ru>m/30: 48 ..................................................... 71

BAB IV: ANALISIS TAFSIR TAH{LI<LI TENTANG PROSES

TURUNNYA HUJAN DALAM QS. AL-RU>M/30: 48

A. Hakikat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48 ............................. 75

1. Air hujan turun secara bertahap ........................................................... 75

2. Air hujan turun sesuai dengan kadar ................................................... 85

3. Krisis air hujan yang berkepanjangan menjadi bencana dalam

kehidupan ............................................................................................. 86

B. Wujud turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48 ............................... 90

1. Hujan rintik-rintik atau gerimis ........................................................... 91

2. Hujan es atau salju ............................................................................... 92

Page 9: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

vii

3. Hujan lebat atau deras ......................................................................... 93

C. Manfaat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48 ............................. 95

1. Air hujan sebagai sumber kehidupan ................................................... 95

2. Air hujan sebagai rezki dan rahmat dari Allah .................................... 99

3. Air hujan sebagai sarana beribadah ..................................................... 102

4. Air hujan sebagai sarana pemberdayaan lingkungan ........................... 103

5. Air hujan sebagai sarana pembangkit energi ....................................... 105

6. Air hujan sebagai azab atas para pelaku maksiat ................................ 107

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 109

B. Implikasi dan saran .............................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 109

Page 10: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat

dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif ا

tidak dilambangkan

tidak dilambangkan ب

ba

b be ت

ta

t

te ث

s\a

s\

es (dengan titik di atas) ج

jim j

je ح

h}a

h}

ha (dengan titik di bawah) خ

kha

kh

ka dan ha د

dal

d

de ذ

z\al

z\

zet (dengan titik di atas) ر

ra

r

er ز

zai

z

zet س

sin

s

es ش

syin

Sy

es dan ye

ص

s}ad

s}

es (dengan titik di bawah) ض

d}ad

d}

de (dengan titik di bawah) ط

t}a

t}

te (dengan titik di bawah) ظ

z}a

z}

zet (dengan titik di bawah) ع

´ain

´

apostrof terbalik غ

gain

g

ge ف

fa

f

ef ق

qaf

q

qi ك

kaf

k

ka ل

lam

l

el م

mim

m

em nun ن

n

en و

wau

w

we هػ

ha

h

ha ء

hamzah

´

apostrof ى

ya y

ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (´).

Page 11: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

x

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

kaifa : كيف

haula : هول

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Nama

Huruf Latin

Nama Tanda

fath}ah

a a ا

kasrah

i i ا

d}ammah

u u ا

Nama

Huruf Latin

Nama

Tanda

fath}ah dan ya>

ai a dan i ـى

fath}ah dan wau

au a dan u

ـو

Nama

Harakat dan

Huruf

Huruf dan

Tanda

Nama

fath}ahdan alif atau ya>

ى|...ا...

d}ammah dan wau و ـ

a>

u>

a dan garis di atas

kasrah dan ya>

i> i dan garis di atas

u dan garis di atas

ـى

Page 12: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

x

Contoh:

ma>ta : مات

<rama : رمى

qi>la : كيل

yamu>tu : يموت

4. Ta> marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta> marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta> marbu>t}ah yang hidup

atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta> marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,

transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta> marbu>t}ah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>

marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

وضةالأطفالر : raud}ah al-at}fa>l

al-madi>nah al-fa>d}ilah : المدينةالفاضل

al-h}ikmah : الحكة

5. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydi>d ( ػػ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan

perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

نا <rabbana : رب

<najjaina : نينا

al-h}aqq : الحق

م nu“ima : هع

aduwwun´ : عدو

Page 13: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

x

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah (ػػػػػى), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

Contoh:

Ali> (bukan ´Aliyy atau ´Aly)´ : عل

Arabi> (bukan ´Arabiyy atau ´Araby)´ : عرب

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال

(alif lam ma´arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf

qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

مس al-syamsu (bukan asy-syamsu) : الش

لزل al-zalzalah (az-zalzalah) : الز

al-falsafah : الفلسفة

al-bila>du : البلاد

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (´) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di

awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ta´muru>na : تأمرون

´al-nau : النوع

ء syai´un : ش

umirtu : أمرت

Page 14: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

x

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau

kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa

Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim

digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara

transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur´an (dari al-Qur´a>n), alhamdulillah, dan

munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian

teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur´a>n

Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

9. Lafz} al-Jala>lah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya

atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa

huruf hamzah.

Contoh:

billa>h بلل di>nulla>h دينالله

Adapun ta>´ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-

jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

رحةالله ف hum fi> rah}matilla>h ه

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam

transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf

kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,

tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri

Page 15: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

x

didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak

pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf

kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul

referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i´a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan

Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur´a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu

harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.

Contoh:

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta´a>la>

´Ali> ibn ´Umar al-Da>r Qut}ni> Abu> Al-H{asan, ditulis menjadi: Abu> Al-H{asan, ´Ali> ibn ´Umar al-Da>r Qut}ni>. (bukan: Al-H{asan, ´Ali> ibn ´Umar al-Da>r Qut}ni> Abu>)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

Page 16: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

x

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta´a>la>

saw. = s}allalla>hu ´alaihi wa sallam

as. = ´alaihi al-sala>m

cet. = Cetakan

t.p. = Tanpa penerbit

t.t. = Tanpa tempat

t.th. = Tanpa tahun

t.d. = Tanpa data

H = Hijriah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

QS. …/…: 4 = QS. al-Baqarah/2: 4 atau QS. A<li ´Imra>n/3: 4

h. = Halaman

Page 17: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

xv

ABSTRAK

Nama : Mu´jizat

Nim : 30300114010

Judul Skripsi : Proses Turunnya Hujan dalam al-Qur´an

(Suatu Analisis Tafsir Tah}li>li> terhadap QS. al-Ru>m/30: 48).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ayat-ayat menyangkut tentang

proses turunnya hujan dalam al-Qur´an melalui pendekatan tafsir tah}li>li> dengan

memokuskan kajian terhadap QS. al-Ru>m/30: 48, khususnya pada kata al-Wadaqa

( قود ) yang bermakna hujan dalam ayat tersebut.

Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses turunnya

hujan yang dijelaskan dalam QS. al-Ru>m/30: 48. Dalam menjawab permasalahan

tersebut, maka peneliti menggunakan pendekatan ilmu tafsir dan ilmu sains dengan

menerapkan teknik interpretasi linguistik, interpretasi qur´ani, interpretasi

sistematis dan teknik interpretasi kultural.

Adapun hakikat turunnya hujan dalam al-Qur´an, setidaknya ada 3 yang peneliti

dapat simpulkan yaitu: air hujan turun secara bertahap, air hujan turun sesuai dengan

kadar dan krisis air hujan yang berkepanjangan menjadi bencana dalam kehidupan.

Air hujan turun ke permukaan bumi tidak hanya berbentuk cair tetapi ada juga

yang berbentuk padat. Maka peneliti membagi wujud hujan yang disebutkan dalam

al-Qur´an kepada 3 bentuk yaitu: hujan rintik-rintik atau gerimis, hujan es atau salju

dan hujan lebat atau deras.

Proses turunnya air hujan tidak sekedar turun begitu saja, tetapi mempunyai

banyak manfaat bagi kelangsungan hidup makhluk di permukaan bumi, di antaranya:

air hujan sebagai sumber kehidupan, air hujan sebagai rezki dan rahmat dari Allah,

air hujan sebagai sarana beribadah, air hujan sebagai sarana pemberdayaan

lingkungan, air hujan sebagai sarana pembangkit energi dan air hujan sebagai azab

atas para pelaku maksiat.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa proses turunnya hujan dalam QS. al-

Ru>m/30: 48 berlangsung melalui tiga tahapan yang telah ditetapkan oleh Allah

dalam al-Qur´an berabad-abad yang lalu secara tepat tentang hujan, yaitu: Pertama, Allah-lah yang mengirimkan angin (evaporasi). Kedua, lalu angin itu menggerakkan

awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki dan

menjadikannya begumpal-gumpal (kondensasi). Ketiga, lalu engkau lihat hujan

keluar dari celah-celahnya (presipitasi).

Page 18: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Al-Qur´an merupakan ajaran yang koheren (keterpaduan makna) dan kohesif

(keterpaduan bentuk). Oleh karena itu, kepastian terhadap pemahaman al-Qur´an

tidaklah pada arti ayatnya yang terpenggal (individual) dan kandungannya, tetapi

terletak pada pemahaman secara keseluruhannya,1 yang merupakan wahyu Allah

kepada Nabi Muhammad saw. sebagai kitab suci umat Islam yang berisi tuntunan

dan pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Al-Qur´an pada umumnya menggunakan metode yang bersifat universal, bahkan

tidak jarang ia menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip pokok saja. Oleh

karena itu, tidak aneh jika al-Qur´an dikatakan sebagai mukjizat Islam yang kekal,

bahkan keajaibannya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan.2

Al-Qur´an yang terdiri atas 6.236 ayat,3 menguraikan berbagai macam persoalan

yang kebanyakan ayatnya menuntun manusia agar senantiasa memperhatikan tanda

kebesaran Allah swt. dan kemudian mengambil pelajaran dari ayat-ayat tersebut

setelah merenungkan dan memikirkannya.

1Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual (Bandung: Pustaka,

2005), h. 23.

2Manna> Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h}is| fi> ´Ulu>m al-Qur´a>n, diterjemah oleh Mudzakir AS., Cet.

XVI (Bogor: Litera AntarNusa, 2013), h. 1.

3Jumlah ini adalah yang populer di samping jumlah 6.666 ayat. Tetapi masih ada pendapat-

pendapat lain, lihat dalam Al-Ima>m Badruddin Muh}ammad bin ´Abdullah al-Zarkasyi>, Al-Burha>n fi> ´Ulu>m Al-Qur´a>n, ditah}qi>q oleh Abi> al-Fadhl al-Dimya>t}i>, Jilid I (Kairo: Da>r Al-H}adi>s|, 1957), h. 249.

Page 19: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

2

Ayat al-Qur´an jauh sebelum munculnya teori atau hipotesis para ilmuwan,

telah mengungkapkan pada 1400 tahun yang lalu. Pada dasarnya bahwa kekuatan

ilmu pengetahuan ketika ia telah bertambah luas, maka ketika itu pulalah rahasia-

rahasia, ilmu-ilmu dan ayat-ayat al-Qur´an berkilau dan bercahaya serta sebagai

justifikasinya sebagaimana dalam QS. Fus}s}ila>t/41: 53. يهم آ يتنا ل ش سنر ىهر عل كر لك آه ىهر امحق آومم يكف برب مهرم آه هد ف ال فاق وف آهفرسهم حتى يتبيى ء

(35)

Terjemahnya:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di

segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka

bahwa al-Qur´an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa

Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?4

Hal inilah yang dijadikan landasan oleh sebagian ulama tafsir untuk melakukan

pembaharuan wacana terhadap kajian al-Qur´an dan mengubah pemahaman serta

penafsirannya untuk menyingkap ilmu pengetahuan modern. Mereka pun akhirnya

berusaha menafsirkan ayat-ayat al-Qur´an yang diduga berkaitan dengan penemuan

ilmiah melalui perspektif ilmu kekinian. Sehingga muncullah Tafsir ´ilmi>, sebagai

cerminan tafsir dengan menggunakan penafsiran ilmu modern.

Tafsir ´ilmi> atau scientifiec exegesis adalah corak penafsiran al-Qur´an yang

menggunakan pendekatan teori-teori ilmiah untuk menjelaskan teori-teori al-

Qur´an.5 Tafsir ini dibangun berdasarkan asumsi bahwa al-Qur´an mengandung

berbagai macam asumsi ilmu, baik yang sudah ditemukan maupun yang belum.

4Kementerian Agama RI, Al-Qur´an Al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna (Jakarta: Madina

Quran, 2016), h. 482.

5Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur´an: Studi Aliran-aliran Tafsir dari

Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer (Yogyakarta: Idea Press, 2012), h. 136.

Page 20: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

3

Tafsir corak ´ilmi> berangkat dari paradigma bahwa al-Qur´an di samping tidak

bertentangan dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan, ia tidak hanya memuat ilmu-

ilmu agama atau hal-hal yang terkait dengan ibadah ritual semata, tetapi juga

memuat ilmu duniawi, termasuk hal-hal yang terkait dengan teori-teori ilmu

pengetahuan.

Jauh sebelum sains modern dengan penemuan-penemuan mutakhirnya mampu

menyingkap rahasia alam semesta, al-Qur´an telah memberikan gambaran yang tidak

sedikit dan pada saat ini banyak diakui sebagai fakta ilmiah melalui observasi para

ilmuwan.6 Salah satu di antara fenomena alamiah yang tidak luput dari penjelasan

al-Qur´an adalah tentang hujan.

Namun, persoalan ini dalam al-Qur´an hanya tersurat secara global. Sehingga

yang mampu dilakukan manusia dalam hal ini hanya membuat sejumlah hipotesis

dan teori atas proses turunnya hujan, di antaranya: Pertama, hujan sebagai pengaruh

gerakan angin bumi dan debu yang digerakkan dari atas permukaan bumi. Kedua,

hujan sebagai muatan-muatan listrik di satu awan atau beberapa awan yang terpisah

saat bertabrakan dan bertemu satu sama lain. Ketiga, hujan sebagai pengaruh angin

matahari atas lapisan-lapisan bumi dan cuacanya. Keempat, hujan sebagai kehendak

Allah yang maha kuasa dan maha pemurah.7

Air hujan pada mulanya terasa asin, yaitu saat masih menjadi air laut. Zat

penyebab asin telah dihilangkan melalui suatu siklus daur ulang yang diciptakan

6M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur´an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2007), h. 175.

7Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunah (Jakarta: Amzah, 2006), h. 70-71.

Page 21: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

4

Allah, di mana air laut menguap sebagai akibat dari panasnya sinar matahari,

kemudian uap air itu diubah menjadi air hujan yang terasa tawar.

Selain itu, para ilmuwan telah membuktikan adanya keterkaitan langsung antara

gunung-gunung yang tinggi dan air hujan yang tawar. Ketika gunung-gunung yang

tinggi mendapatkan terpaan angin yang membawa uap air, ia menjadi semacam

perangkap hujan. Ia memaksa udara basah untuk naik ke atas sehingga menjadi

dingin dan menebal. Lalu turunlah hujan yang sangat lebat sebagian besar di

kawasan pegunungan yang tinggi. Maka semakin rendah ketinggian gunung,

semakin sedikit hujan yang turun di daerah itu.

Para ilmuwan modern memang telah berhasil membuat hujan buatan, akan

tetapi mereka tidak mampu membuat awan buatan. Untuk membuat hujan buatan

tersebut, mereka menggunakan pesawat untuk menyemprotkan debu agar

mempercepat awan menjatuhkan air hujan, atau menyemprotkan air pada lapisan

bawah awan atau di lapisan atasnya.8

Pada dasarnya, mereka tidak dapat membuat awan hujan karena awan harus

mencapai kondisi kematangan tertentu sehingga ia bisa menjatuhkan air hujan.

Selain itu, teknologi modern pun tidak mampu melepaskan uap air ke udara dan

menyampaikannya pada awan agar hujan dapat turun.

Penemuan ilmiah modern yang selaras dengan ayat-ayat al-Qur´an ini, tidak

pernah dikenal pada masa hidup Rasulullah. Pada waktu itu mereka hanya tahu

8Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qurán: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman

Allah, Cet. I (Jakarta: Zaman, 2013), h. 524-529.

Page 22: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

5

bahwa air yang ada di mata air bersumber dari perut bumi dan tidak ada

hubungannya sama sekali dengan air hujan.

Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang proses

turunnya hujan dalam perspektif al-Qur´an. Adapun yang menjadi fokus pembahasan

dalam penelitian ini, terdapat dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

ر كسفا فت علر ماء كدف يشاءر وي هر ف امسى طر يح فترثيرر ساب فيبسر ي يررسلر امرل ر الى جر من اللى رر خلل ى امودق ي

ون تبشر يس ذا هرذا آصاب به من يشاءر من عباده ا

فا

Terjemahnya:

Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan

Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan

menjadikannya begumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-

celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang

Dia kehendaki, tiba-tiba mereka bergembira.9

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adapun yang

melatarbelakangi penulis melakukan sebuah penelitian terkait dengan judul ini

terbagi menjadi dua faktor yaitu:

1. Faktor umum

Al-Qur´an meng-cover segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, sebagaimana

yang dijelaskan dalam QS. al-An´a>m/6: 38. Pada zaman sekarang, sebahagian ahli

tafsir terlalu banyak menafsirkan al-Qur´an dengan menonjolkan masalah fiqih

sehingga banyak orang awam yang justru mengabaikan ayat-ayat al-Qur´an yang

berbicara tentang alam semesta. Padahal dalam al-Qur´an, ayat-ayat yang berkenaan

dengan fikih tidak lebih dari 150 ayat, sedangkan ayat-ayat kauniyyah sekitar 750

ayat bahkan lebih. Dan al-Qur´an memerintahkan agar kita menerima al-Qur´an

9Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 409.

Page 23: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

6

secara mutlak dan melarang mendustakan sebagiannya, sebagaimana dijelaskan

dalam QS. al-Baqarah/2: 85.

2. Faktor khusus

Dan kenyataannya, ada beberapa ayat al-Qur´an yang membicarakan tentang

hujan dan terdapat banyak term dalam pengungkapan hujan dalam al-Qur´an

sehingga peneliti merasa tertarik merinci agar memberikan pemahaman kepada

pembaca yang belum mengetahui tentang term-term hujan tersebut meskipun fokus

pembahasannya hanya pada QS. al-Ru>m/30: 48.

Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, maka para ilmuwan dengan

bantuan teknologi telah menemukan beberapa bentuk pembenaran di dalam al-

Qur´an yang disebutkan sejak 1400 tahun yang lalu, salah satu di antaranya yaitu

tentang proses turunnya hujan. Bahkan, saat sekarang ada beberapa daerah dengan

bantuan teknologi dapat membuat hujan buatan.

Meskipun begitu, banyak ayat dan term hujan di dalam al-Qur´an, akan tetapi

dalam skripsi ini penulis memokuskan term hujan pada kata al-Wadaqa menunjuk

kepada makna hujan dalam al-Qur´an dan merupakan sebuah kata yang belum

populer dikenal oleh masyarakat serta mengandung makna hujan sebagai rahmat

yang membawa berkah bagi makhluk.

Dengan melihat semua fakta dan permasalahan di atas, maka peneliti semakin

yakin bahwa kekuasaan Allah dalam mengatur alam jagat raya ini sangatlah besar,

terkhusus tentang proses turunnya hujan. Dan juga dapat menguatkan betapa

lemahnya manusia dalam persoalan seperti ini dan penemuan yang telah dicapai oleh

ilmu pengetahuan modern telah disebutkan oleh al-Qurán.

Page 24: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

7

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka masalah pokok yang

menjadi pembahasan peneliti dalam kajian skripsi ini adalah bagaimana proses

turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam skripsi ini, maka peneliti membuat

sub-sub masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hakikat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48?

2. Bagaimana wujud turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48?

3. Bagaimana manfaat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48

Page 25: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

8

C. Fokus penelitian dan deskripsi penelitian

Skripsi ini berjudul proses turunnya hujan dalam al-Qur´an (Suatu Analisis

Tafsir Tah}li>li> terhadap QS. al-Ru>m/30: 48).

ماء كدف يشاءر هر ف امسى طر يح فترثيرر ساب فيبسر ي يررسلر امرل ر الى جر من خلل اللى رر ر كسفا فتى امودق ي علر وي

ون تبشر يس ذا هرذا آصاب به من يشاءر من عباده ا

فا

Terjemahnya:

Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan

Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan

menjadikannya begumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-

celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang

Dia kehendaki, tiba-tiba mereka bergembira.10

Sebagai langkah awal untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam

pembahasan skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu membatasi fokus kajian ayat

pada QS. al-Ru>m/30: 48 dengan mengangkat term pembahasan yaitu kata امودق yang

memiliki makna hujan sebagai rahmat dalam ayat ini dengan melihat bahwa kata

tersebut masih sangat asing dikenal dalam dunia akademik yang hanya disebutkan

dalam al-Qur´an sebanyak 2 kali dan tidak memiliki derivasi dalam

pengungkapannya.

Maka penulis dalam hal ini akan melakukan sebuah penelitian terhadap proses

turunnya hujan dalam al-Qur´an melalui tiga tahapan. Pertama, يح ي يررسلر امرل ر الى اللى

Allah-lah yang mengirimkan angin. Kedua, ماء كدف يشاءر هر ف امسى طر lalu فترثيرر ساب فيبسر

angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkan awan di langit menurut

yang Dia kehendaki. Ketiga, ر كسفا علر جر من خلل وي رر فتى امودق ي dan menjadikan awan

begumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celah awan.

10

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 409.

Page 26: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

9

Oleh karena itu, selanjutnya agar penelitian ini menghasilkan karya yang

representatif, maka penulis akan menjelaskan hakikat turunnya hujan dalam QS. al-

Ru>m/30: 48, wujud turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48 dan manfaat turunnya

hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48 sebagai hasil dari penelitian skripsi ini.

D. Kajian pustaka

Kajian terhadap Ilmu al-Qur´an dan Tafsir mengalami perkembangan yang

sangat signifikan, khususnya dalam penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan

teori-teori ilmu pengetahuan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ulama

tafsir dapat menangkap fenomena yang telah digariskan oleh alam dan al-Qur´an.

Pembahasan mengenai penafsiran ayat-ayat ilmiah tentang proses turunnya

hujan telah dilakukan oleh ulama-ulama tafsir. Untuk itu penyusun mencoba

mengemukakan beberapa karya yang mempunyai relevansi dengan pembahasan

skripsi ini.

Pertama, dari segi metode. Skripsi dengan judul Proses Turunnya Hujan dalam

al-Qur´an (Telaah Penafsiran Tant}a>wi> Jauhari> dalam Tafsi>r al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-

Qur´a>n al-Kari>m) yang ditulis oleh Ahmad Taufiq Muharram, jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.11

Dalam skripsi tersebut, dibahas tentang proses turunnya hujan dengan menggunakan

metode kajian kitab tafsir Tant}awi> Jauhari> dengan membagi proses turunnya hujan

dalam lima fase, sementara dalam skripsi ini, lebih menitikberatkan pada metode

11

Ahmad Taufiq Muharram, Proses Turunnya Hujan dalam al-Qur´an (Telaah Penafsiran

Tant}a>wi> Jauhari> dalam Tafsi>r Al-Jawa>hir fi> Tafsi>r Al-Qur´a>n Al-Kari>m), Skripsi (Yogyakarta:

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008).

Page 27: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

10

kajian tah}li>li>, dengan membagi proses turunnya hujan ke dalam tiga fase tepatnya

pada QS. al-Ru>m/30: 48.

Kedua, dari segi perspektif. Jurnal dengan judul Keajaiban Hujan dalam

Perspektif Sains dan Islam yang ditulis oleh Anip Dwi Saputro, Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2015. Dalam jurnal tersebut

dipaparkan tentang siklus hujan bahwasanya siklus perputaran air di bumi

merupakan siklus yang menakjubkan dan lebih lanjut membuktikan ketiadabatasan

kekuasaan, kehebatan penciptaan dan keakuratan penciptaan Allah sang maha

pencipta. Selain itu, dijelaskan pula bahwa temuan-temuan detail ini baru dapat

diketahui manusia pada akhir abad ke-20. Padahal 14 abad silam bahkan lebih, hadis-

hadis nabi telah mengisyaratkan hal tersebut. Fakta ilmiah yang dilansir oleh Nabi

dan Rasul ini jelas tidak mungkin bersumber dari selain Allah swt.12

Akan tetapi

dalam jurnal tersebut lebih banyak melihat siklus hujan dengan menggunakan

pendekatan hadis sehingga sangat banyak hadis-hadis nabi yang disebutkan

kemudian diberikan penjelasan secara detail. Lain halnya dengan skripsi ini, yang

tidak hanya memokuskan pembahasan pada hadis nabi semata tetapi akan

melengkapinya dengan lebih menampilkan sisi tafsir, khususnya pada ayat yang

penulis teliti.

Ketiga, dari sudut pandang pemikiran. Jurnal dengan judul Telaah Kritis Makna

Hujan dalam al-Qur´an yang ditulis oleh Arif Iman Mauliddin, pada Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 04 Juni 2018. Dalam jurnal ini ketika membahas

tentang hujan, lebih menitikberatkan bahasannya kepada sudut pandang pemikiran

12

Anip Dwi Saputro, Keajaiban Hujan dalam Perspektif Sains dan Islam, Jurnal (Ponorogo:

Fakultas Agama Islam Muhammadiyah, 2015).

Page 28: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

11

dari tiga mufasir yaitu Quraish Shihab, Ibnu Katsir dan Hamka dalam menafsirkan

ayat yang bermakna hujan13

sehingga sangat terbatas dalam membuka ruang bagi

mufasir lainnya dalam menjelaskan tentang proses turunnya hujan sebagaimana yang

penulis akan lengkapi dalam skripsi ini.

Keempat, dari segi fokus kajian ayat. Buku yang berjudul Keajaiban al-Qur´an

yang ditulis oleh Harun Yahya. Pada bab tentang al-Qur´an dan Bumi, dipaparkan

bagaimana tahapan proses pembentukan awan hujan menurut teori ilmiah modern

yang baru ditemukan pada abad sekarang ini dan dikorelasikan dengan ayat-ayat

dalam al-Qur´an, tentunya bahwa pada tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas

dalam al-Qur´an berabad-abad yang lalu, telah memberikan informasi tepat

mengenai pembentukan hujan. Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri

besar bagi orang-orang dalam waktu cukup lama. Baru setelah radar cuaca

ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.14

Berbeda halnya

dengan skripsi ini, titik fokus kajiannya tidak hanya berkisar pada pembentukan

awan hujan semata, tetapi juga akan dipaparkan ketika sebelum terbentuk awan

hingga hujan turun kepermukaan bumi.

Kelima, dari segi orientasi. Skripsi dengan judul Al-Ma>´ dalam al-Qur’an

(Perspektif Sains), yang ditulis oleh Ajhar Asy´ari, program studi ilmu al-Qur´an dan

tafsir fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2017. Pembahasan dalam skripsi ini berusaha untuk

menjelaskan dan membuktikan kekuasaan Allah swt. dengan diciptakannya segala

13

Arif Iman Mauliddin, Telaah Kritis Makna Hujan dalam al-Qur´an, Jurnal (Yogyakarta:

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018).

14Harun Yahya, Keajaiban al-Qur´an (t.t.: Sygma Group Publishing, 2008).

Page 29: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

12

makhluk dari air dengan menggunakan metode tafsir maud}u>’i>. Dalam skripsi itu

dijelaskan bagaimana siklus air yang kemudian bermanfaat bagi manusia secara

umum yang dapat menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Akan tetapi

penulis masih mendapatkan keterbatasan dari segi orientasi kajian dalam skripsi

tersebut karena ketika menjelaskan tentang siklus air hujan sebagai salah satu

sumber air, belum terlalu memokuskan penelitiannya pada proses turunnya air hujan

itu sendiri tetapi lebih kepada pemanfaatan air hujan sebagai bentuk kebesaran Allah

swt..15

Sehingga penulis dalam hal ini berinisiatif untuk melengkapi penelitian

sebelumnya dengan memokuskan orientasi pembahasan pada tahapan proses

turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

Jadi dari beberapa literatur yang penulis temukan dan beberapa telah dipaparkan

di atas, menunjukkan bahwa kajian mengenai tema hujan mendapatkan perhatian

dari berbagai kalangan terkait dengan skripsi ini yang memiliki beberapa sisi

perbedaan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi metode, orientasi, fokus kajian ayat,

perspektif dan sudut pandang pemikiran.

15

Ajhar Asy´ari, Al-Ma>´ dalam al-Qur´an (Perspektif Sains), Skripsi (Yogyakarta: Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2017).

Page 30: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

13

E. Metodologi penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian

sehingga metode penelitian tidak bisa dipisahkan dari sebuah penelitian. Metodologi

penelitian berisi ulasan tentang metode yang dipergunakan dalam tahap-tahap

penelitian meliputi: jenis penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data

serta metode pengolahan dan analisis data.16

1. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat riset kepustakaan (library research). Adapun jenis

penelitian dalam tulisan ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari suatu barang atau jasa

berupa kejadian, fenomena atau gejala sosial yang merupakan makna dibalik

kejadian yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep

teori.17

Pada penelitian ini, penulis berorientasi pada QS. al-Ru>m/30: 48 yang

menjelaskan tentang proses turunnya hujan kemudian ayat tersebut dianalisis

menggunakan metode tafsir tah}li>li>.

16

Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u>´i>, (Yogyakarta: Pustaka Al-

Zikra, 2011), h. 207.

17Djam´am Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. III; Bandung:

Alfabeta, 2011), h. 22.

Page 31: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

14

2. Metode pendekatan

Istilah pendekatan dalam kamus diartikan sebagai proses, pembuatan dan cara

mendekati suatu objek. Dalam terminologi Antropologi, pendekatan adalah usaha

dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang

diteliti, juga berarti metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah

penelitian. Sehingga pendekatan dapat dikemukakan sebagai cara memandang, cara

berpikir atau wawasan yang dipergunakan dalam melaksanakan sesuatu.18

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan ilmu tafsir, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji

kandungan al-Qur´an melalui tafsir-tafsir ulama atau sumber lainnya, kemudian

memberikan analisis kritis dan komparatif.19

b. Pendekatan ilmu sains, yaitu dengan menjadikan ayat-ayat kauniyyah sebagai

objek pembahasan.20

3. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data adalah salah satu tahapan yang mutlak dalam penelitian. Ia

merupakan prosedur yang sistematis dan memiliki standar untuk menghimpun data

yang diperlukan dalam rangka menjawab masalah penelitian sekaligus menyiapkan

bahan-bahan yang mendukung kebenaran korespondensi teori yang akan

dihasilkan.21

18

Abd. Muin Salim, dkk, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u>´i>, h. 98.

19Abd. Muin Salim, dkk, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u>´i>, h. 100.

20Abd. Muin Salim, dkk, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u>´i>, h. 103.

21Abd. Muin Salim, dkk, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u>´i>, h. 109.

Page 32: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

15

Karena penelitian ini terkait dengan pendekatan tafsir, maka yang menjadi data

primer dalam penelitian ini adalah kitab suci al-Qur´an dan kitab-kitab tafsir.

Sedangkan yang menjadi data sekunder adalah buku-buku keislaman dan sains atau

berbagai literatur lainnya yang berhubungan dengan tema pembahasan dalam

penelitian ini. Salah satu di antaranya adalah buku yang disusun oleh Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Qur´an dan Kementerian Agama RI dengan judul Tafsir Ilmi:

Air dalam Perspektif al-Qur´an dan Sains.

4. Metode pengolahan dan analisis data

Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahasan yang akurat, maka

penulis menggunakan metode pengolahan dan analisis data yang bersifat kualitatif.

Hal ini dimaksudkan agar dapat mengkaji secara sitematis tentang proses turunnya

hujan dalam al-Qur´an dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Metode pengolahan data

Metode yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah metode tafsir tah}li>li>.

Adapun cara kerja metode tafsir tah}li>li> adalah sebagai berikut.

1) Menyebutkan ayat QS. al-Ru>m/30: 48 yang akan dibahas dengan

memperhatikan urutan ayat dalam mushaf.

2) Menganalisis kosakata atau tafsi>r al-mufrada>t yakni kata (يح ,يررسلر ,الله ,امرل

طر ,ساب ,فترثيرر علر ,يبسر جر ,امودق ,ترى ,كسفا ,ي رر ون ,عباد ,ي تبشر .(يس

3) Menerangkan hubungan muna>sabah, baik antar ayat sebelum dan setelahnya

yaitu QS. al-Ru>m/30: 48 dengan QS. al-Ru>m/30: 47 dan QS. al-Ru>m/30: 49

maupun hubungan antar surah yaitu QS. al-Ru>m/30 dengan QS. al-

‘Ankabu>t/29 dan QS. Luqma>n/31.

Page 33: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

16

4) Memberikan garis besar maksud ayat QS. al-Ru>m/30: 48, sehingga diperoleh

gambaran umum maksud dari ayat tersebut.

5) Memperhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari ayat lain, Nabi

Muhammad saw., sahabat, ta>bi´i>n dan para ulama tafsir ilmi, salah satu di

antaranya yaitu mufasir Tant}a>wi> Jauhari> dalam Tafsi>r al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-

Qur´a>n al-Kari>m dan beberapa ulama tafsir lainnya seperti M. Quraish Shihab

dalam Tafsir al-Mishbah, Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-

Dimasyqi> dalam Tafsi>r al-Qur´a>n al-´Az}i>m, Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul Haqq

Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi> dalam Al-Muh}arrar al-Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b

al-´Azi>z dan Hamka dalam Tafsir al-Azhar.

6) Memberikan penjelasan tentang maksud ayat QS. al-Ru>m/30: 48 dari

berbagai aspeknya pada penjelasan yang telah diperoleh.

b. Analisis data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini:

1) Deduktif, yaitu analisis data yang dilakukan dengan berangkat dari data yang

bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.22

Penelitian ini pertama kali memaparkan tentang hakikat proses turunnya

hujan secara umum lalu menjabarkannya secara spesifik kemudian

mengaitkannya dengan QS. al-Ru>m/30: 48 kemudian ditafsirkan

menggunakan ayat, hadis Nabi Muhammad saw., penafsiran ta>bi´i>n maupun

ulama tafsir.

22

Sutarni dan Sukardi, Bahasa Indonesia 2 (Cet. I; Jakarta: Quadra, 2008), h. 8.

Page 34: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

17

2) Induktif, yaitu analisis data yang dilakukan dengan berangkat dari data yang

bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.23

Penelitian ini berusaha mengkaji secara khusus proses turunnya hujan dengan

melihat penafsiran ayat, hadis Nabi Muhammad saw., penafsiran ta>bi´i>n

maupun ulama tafsir yang berhubungan dengan QS. al-Ru>m/30: 48.

Dari data yang telah di analisis di atas, maka penulis akan menjelaskan

kandungan dan maksud dari ayat tersebut dengan menggunakan beberapa kitab-kitab

tafsir. Pendekatan tafsir yang penulis gunakan dalam penelitian ini diterapkan

dengan beberapa teknik interpretasi, yaitu: interpretasi linguistik24

, qur´ani25

,

sistemis26

dan kultural27

.

23

Sutarni dan Sukardi, Bahasa Indonesia 2 , h. 8.

24Penggunaan kaedah-kaedah bahasa, dalam hal ini bahasa Arab, pada saat mengkaji

kandungan al-Qur´an inilah yang dimaksudkan dengan teknik interpretasi linguistik atau teknik

interpretasi kebahasaan. Lihat Abdul Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>´i>, h.

155.

25Al-Qur´an menjelaskan dirinya sendiri, atau ayat-ayat al-Qur´an saling berhubungan dan

menjelaskan satu sama lain. Lihat Abdul Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>´i> , h.

133-134.

26Istilah sistemis berakar dari kata system yang mengandung makna sebagai sebuah satuan

objek yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur

sehingga merupakan totalitas. Dalam kajian tafsir, hubungan yang teratur ini dikenal dengan istilah

muna>sabah. Lihat Abdul Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>´i>, h. 189.

27Istilah kultural diambil dari kata ‚Culture‛ dalam bahasa Inggris yang berarti budaya

dengan arti terminologisnya adalah himpunan pengetahuan yang dipergunakan manusia untuk

menginterpretasi pengalaman dan menghasilkan atau mewujudkan kelakuan sosial. Berdasarkan

pengertian ini, yang dimaksud dengan interpretasi kultural adalah penggunaan pengetahuan ilmiah

dalam menafsirkan kandungan-kandungan al-Qur´an. Lihat Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u>´i>, h. 183.

Page 35: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

18

F. Tujuan dan kegunaan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan hakikat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

2. Menjelaskan wujud turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

3. Menjelaskan manfaat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

Sedangkan kegunaan penelitian ini mencakup dua hal yaitu kegunaan ilmiah dan

kegunaan praktis.

1. Kegunaan ilmiah: mengkaji dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan

judul skripsi ini, agar dapat menambah wawasan dan referensi keilmuan

(khazanah) ilmu pengetahuan dalam kajian tafsir dan bisa menjadi sumbangsi

bagi insan akademik serta bisa menjadi sesuatu yang memajukan lembaga

pendidikan khususnya Fakultas Usuluddin, Filsafat dan Politik, baik di masa

sekarang maupun di masa yang akan datang terutama paradigma tafsir yang

berkaitan langsung dengan ilmu tafsir dan ilmu pengetahuan modern lainnya.

2. Kegunaan praktis: dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

mengetahui secara mendalam siklus hujan yang dijadikan sebagai bahan

informasi penting bagi pemerhati kajian tafsir sekaligus sebagai bahan

bacaan atau referensi pustaka di berbagai lembaga keilmuan dan digunakan

untuk memperoleh gelar Sarjana Agama S1 (S.Ag.) di bidang tafsir serta

dapat menjadi bahan rujukan bagi kaum intelektual maupun masyarakat dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Page 36: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

19

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES TURUNNYA HUJAN

A. Pengertian hujan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hujan ialah titik-titik air yang

berjatuhan dari udara karena proses pendinginan.1 Dalam Kamus Pusat Bahasa

Indonesia edisi lain dijelaskan bahwa hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari

udara karena proses pengembunan.2

Soemarto menjelaskan bahwa daur atau siklus air/hidrologi adalah gerakan air

laut ke udara yang kemudian jatuh ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir

kembali ke laut. Air laut menguap karena terjadi radiasi matahari menjadi awan

kemudian awan yang terjadi oleh penguapan air bergerak di atas daratan karena

tertiup oleh angin. Presipitasi yang terjadi karena adanya tabrakan antara butiran-

butiran uap air akibat desakan angin yang dapat berbentuk hujan, salju, hujan batu,

hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.3

Proses terjadinya siklus air tersebut berawal dari air laut, danau dan sungai

menguap akibat dipanaskan oleh sinar matahari lalu menjadi butir-butir uap air di

awan. Jika butir-butir uap air tersebut mengembun, akan terbentuklah butiran air

hujan yang jatuh ke bumi. Lalu air yang jatuh ke bumi ada yang mengalir di

1Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),

h. 509.

2Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Pusat Bahasa Indonesia (Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008), h. 530.

3Eny Yulianti dan Elok Kamilah Hayati, Kasih Sayang Allah dalam Air Hujan (Malang:

UIN-Malang Press, 2008), h. 3.

Page 37: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

20

permukaan bumi dan ada yang meresap ke dalam bumi. Air yang mengalir menuju

sungai akhirnya bermuara ke laut dan dimulai lagi siklus penguapan air.4

Sebagaimana hal ini telah dijelaskan oleh Allah swt. dalam QS. al-Ru>m/30: 48 yang

penulis teliti dalam skripsi ini.

Adapun penyebutan kata hujan dalam bahasa Arab pada QS. al-Ru>m/30: 48

diungkapkan dengan istilah al-Wadaqa ( قامود ). Akan tetapi ketika kita ingin melihat

lebih jauh, ternyata di dalam al-Qur´an ada banyak term yang digunakan ketika

menyebut hujan itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk memberikan

gambaran umum dari term hujan di bawah ini.

B. Term hujan dalam al-Qur´an

1. Term wadaqa ( قود )

رجمن ركمافتىامودقي ؼل ثي فبي يزجسابثيؤم الل ماءأممترأن وينلمنامس منخلل

ببل يذ يابرك غنمنيشاءيكدس منيشاءويصف (34بصار)جبالفيهامنبردفيصيبب

Terjemahnya:

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan,

kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk,

lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga)

menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-

gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-

butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari

siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan

penglihatan.5 (QS. al-Nu>r/24: 43).

Untuk membuktikan bahwa hanya kepada Allah kembali segala sesuatu, maka

ayat ini menguraikan tentang kuasa-Nya mengatur hujan yang semakna dengan ayat

4Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis al-Qur´an (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 161-162.

5Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna (Jakarta: Madina

Quran, 2016), h. 355.

Page 38: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

21

yang penulis teliti dalam QS. al-Ru>m/30: 48. Mayoritas ulama memahami kata al-

wadaqa ( قامود ) bermakna hujan yang terambil dari kata wadaqa ( قود ) yang berarti

menetes.6

Ada yang mengatakan bahwa makna dari kata al-wadaqa ( قامود ) adalah sesuatu

yang ada di tengah-tengah tetesan hujan, seolah-olah ia adalah debu. Kata al-wadaqa

( قامود ) juga terkadang diucapkan untuk menunjukkan hujan itu sendiri. Sesuatu yang

muncul di angkasa ketika udara sangat panas disebut ةليدو . Adapun kata al-maudiqu ( قدوال ) artinya adalah tempat adanya al-wadaqa (امودق) .7

2. Term mat}ara ( رطم )

يكوهوايرونابلكهواليرج وءأفل تأمطرتمطرامس (34ونوشورا)وملدأثواػلاملريةام

Terjemahnya:

Dan sungguh, mereka (kaum musyrik mekah) telah melalui negeri (Sodom)

yang (dulu) dijatuhi hujan yang buruk (hujan batu). Tidakkah mereka

menyaksikannya? Bahkan mereka itu sebenarnya tidak mengharapkan hari

kebangkitan.8 (QS. al-Furqa>n/25: 40).

Kata al-mat}aru ( رطمام ) artinya adalah air hujan, yaitu air yang ditumpahkan.

Disebutkan dalam sebuah kalimat اءماامسيثرطم artinya langit telah menumpahkan

airnya kepada kita atau bisa juga dengan menggunakan kalimat اءماامسيثرطمأ .

Dikatakan bahwa kata mat}arun ( رطم ) digunakan dalam kebaikan, sedangkan kata

amt}arun ( رطمأ ) digunakan sebagai siksa.

6M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, (Cet. I;

Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 369.

7Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 3 (Cet. I; Jawa Barat: Khazanah Fawa´id, 2017), h. 742.

8Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 363.

Page 39: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

22

Kalimat mat}t}ara ( رطم ) dan kalimat tamat}t}ara ( رطمث ) artinya pergi (dengan cepat)

seperti kecepatan hujan. Kalimat رطمتمسرف artinya kuda yang berlari cepat seperti

kecepatan hujan. Kalimat مام رطمتس artinya adalah meminta hujan atau berarti tempat

yang nampak untuk dituruni hujan. Lalu kata tersebut juga digunakan untuk

mengartikan permintaan kebaikan.9

3. Term gaws|un ( ثغو )

يينلامغيثمنبؼدماكطواويش وال امحميد)و وامول و ت (82رح

Terjemahnya:

Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan

menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.10

(QS. al-Syu>ra>/42: 28).

Kata ga>s|a (غاث) secara etimologis berarti hujan atau rumput yang tumbuh

karena siraman hujan. Adapun kata gais| (غيث) digunakan khusus untuk menyebut

hujan yang mendatangkan manfaat yang banyak bagi manusia dan alam sekitarnya.11

Kata al-gaws|u ( ثوغام ) biasa digunakan untuk mengartikan pertolongan,

sementara kata al-gais|u ( ثيغام ) biasa digunakan untuk mengartikan hujan. Kalimat

ا تثغتس artinya aku meminta pertolongan atau meminta hujan kepada-Nya. Kalimat

ناجغأف artinya maka Allah pun memberikanku pertolongan, sedangkan kalimat غو ناج

artinya dan Allah pun menurunkan hujan kepadaku. Kalimat تجوغ berasal dari kata

9Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 509.

10Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 486.

11Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I (Cet. I; Jakarta: Lentera

Hati, 2007), h. 243-244.

Page 40: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

23

al-gaws|u ( ثوغام ) yaitu pertolongan.12

Kata al-gais|u ( ثيغام ) artinya adalah hujan,

sebagaimana firman Allah dalam ayat di atas.

4. Term ma>un ( اءم )

يأ ال نتتوربتا ذاأىزمياػليهاامماءا

مترىالرضخاشؼةفا أه ػلومنأيث ه

اممحيامموتا حيا

ءكدير) ش (43ك

Terjemahnya:

Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu

kering dan tandus, tetapi apabila kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia

bergerak dan subur. Sesungguhnya Allah yang menghidupkannya pasti dapat

menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala

sesuatu.13

(QS. Fus}s}ilat/41 :39).

Asal kata ma>un ( اءم ) adalah mawaha( وم ), hal ini terlihat dari bentuk jamaknya

adalah amwa>hun ( اومأ ) dan miya>hun ( ايم ). Dan bentuk tas}gi>r (pengecilan)-nya

adalah muwaihun ( يوم ), lalu huruf ha (ه)-nya dibuang dan huruf waw nya-(و)

diganti. Kata ma>hun ( ام ) adalah kata yang dibalikkan dari kata mawaha ( وم )

maksudnya adalah bahwa di dalamnya terdapat air.14

Kata ma>´ ( اءم ) yang ada di dalam al-Qur´an tidak seluruhnya dimaksudkan air

yang terdiri atas unsur oksigen dan unsur hidrogen. Makna kata ma>´ ( اءم ) dalam al-

Qur´an ada tiga, yaitu: pertama, kata ma>´ ( اءم ) dikaitkan dengan proses penciptaan

alam semesta atau sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta (QS.

Hu>d/11: 7), kedua, kata ma>´ ( اءم ) yang menginformasikan tentang penciptaan

12

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 892-893.

13Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 481.

14Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 3, h. 553-559.

Page 41: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

24

manusia (QS. al-Furqa>n/25: 54), ketiga, kata ma>´ ( اءم ) yang menginformasikan

tentang penghuni neraka (QS. Ibra>hi>m/14: 16) dan untuk penduduk surga (QS. al-

Wa>qi´ah/56: 31).15

5. Term wabala ( و لب )

وثثبيتامنأهفسمكثلجةبر ينييفلونأمواممابتغاءمرضاتالل اومثلال اوابلفأثتأ ا أ بو

نمميصباوابلفطلفا بماثؼملونبصير)ضؼفي (862والل

Terjemahnya:

Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida

Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang

terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu

menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak

menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan.16

(QS. al-Baqarah/2: 265).

Kata wabala (وبل) berasal dari kata kerja wabala-yabilu ( يبل-وبل ) atau wabula-

yaubulu ( يوبل-وبل ), yang bentuk mas|dar-nya adalah wabal (وبل) dan waba>l (وبل). Pada

umumnya, kata tersebut berarti dahsyat, tidak menyenangkan, akibat buruk dan

sangat berat.17

Kata al-wablu ( لبوام ) dan al-wa>bilu ( لابوام ) artinya adalah hujan yang menetes

dengan lebat. Dan dikarenakan menyimpan makna al-s|aqilu ( للامث ) yaitu lebat atau

berat, maka sesuatu yang dikhawatirkan akan berbahaya disebut dengan waba>lun

( لبو ). Dikatakan ليبوامؼط , artinya makanan yang berbahaya atau tidak sehat. ك

ليبو artinya rumput yang beracun. 18

15

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid II, h. 536-537.

16Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 46.

17Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 1044.

18Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 3, h. 711-712.

Page 42: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

25

Selain itu, kata ini disebutkan tiga kali dalam al-Qur´an, yaitu QS. al-Baqarah/2:

264 (satu kali) dan QS. al-Baqarah/2: 265 (dua kali). Pada pemakaian ketiga kata itu,

yang digunakan adalah kata wa>bil (وابل) dan menunjuk kepada arti hujan yang

lebat.19

6. Term sama>´ ( ا ءس )

و توتػلامجودي المرواس اءأكلؼيوغيضامماءوكض كيلبؼدانللوموكيليأرضابلؼيماءكويس

اممي) (33امظ

Terjemahnya:

Dan difirmankan, Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan)!

Berhentilah. Dan airpun disurutkan, dan perintahpun diselesaikan dan kapal

itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, “Binasalah orang-orang

zalim”.20

(QS. Hu>d/11: 44).

Kata sama> ( اءس ) artinya segala sesuatu yang terletak di atas. Kata hujan juga

bisa disebut dengan al-sama> ( اءمامس ) dikarenakan air hujan keluar dari langit.

Dinamakannya hujan dengan al-sama> ( اءمامس ) dikarenakan ia tidak terjadi (keluar)

dari bumi dan hal ini sebagaimana sudah disebutkan. Kata al-naba>tu ( اتبامي ) yang

berarti tumbuh-tumbuhan juga disebut dengan al-sama>´ ( اءمامس ), hal itu karena ia

berasal dari air hujan yang berarti al-sama> ( اءمامس ) atau dapat juga dikarenakan

tumbuh-tumbuhan tersebut berada lebih tinggi dari tanah.21

Adapun kata al-sama> ( اءمامس ) yang berarti langit, lawannya bumi, maka ia

merupakan bentuk kata muannas|, namun terkadang dapat juga ia disebut dengan

muz|akkar dan kata tersebut dapat digunakan dalam bentuk tunggal dan jamak.

19

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 1044.

20Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 227.

21Al-´Alla>mah Al-Ra>gib Al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b Al-Qur´a>n, diterjemah oleh

Ahmad Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 289.

Page 43: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

26

Sementara al-sama>´ ( اءمامس ) yang berarti hujan, maka kata tersebut merupakan kata

muz|akkar dan kata jamaknya adalah asmiyatun ( ةيسأ ). Sedangkan kata al-sama>wah

( اومامس ) artinya adalah seseorang yang tinggi.22

7. Term raja´a ( عجر )

جع ماءذاتامر (11)وامس

Terjemahnya:

Dan demi langit yang menurunkan hujan. (QS. al-T{a>riq/86: 11).

Makna dari kata al-raj´u ( عجامر ) dalam ayat tersebut adalah hujan dan

dinamakannya hujan pada ayat tersebut dengan al-raj´u ( عجامر ) karena hujan

merupakan pengembalian dari air yang diserap oleh udara. Begitu juga dengan

selokan, ia dinamakan dengan al-raj´u ( عجامر ) karena sama dengan (alasan penamaan

penggunaan kata al-raj´u ( عجامر ) pada hujan), atau bisa juga karena aliran tersebut

mengembalikan air pada tempatnya.23

Al-raj´u ( عجامر ) berarti meninggalkan, dapat juga berarti menahan air. Al-raj´u

( عجامر ) berarti hujan karena ia kembali, yakni terus-menerus kembali. Al-Razi

mengatakan dalam tafsirnya atas ayat tersebut dari al-Zujjaj bahwa al-raj´u ( عجامر )

adalah hujan karena ia datang dan berulang lagi. Pernyataan al-Zujjaj dan ahli-ahli

bahasa lain sangat jelas bahwa al-raj´u ( عجامر ) bukan nama sebenarnya bagi hujan,

tetapi al-raj´u ( عجامر ) adalah kiasan.24

22

Al-´Alla>mah Al-Ra>gib Al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b Al-Qur´a>n, diterjemah oleh

Ahmad Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 290

23Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 29-33.

24Yusuf al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa (Cet. I; Solo: Aqwam,

2016), h. 287-288.

Page 44: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

27

Kata al-raj´u ( عجامر ) bermakna hujan karena dikaitkan dengan fungsi langit yang

mengandung awan. Awan berasal dari penguapan air yang ada di bumi sebagai

akibat pemancaran oleh sinar matahari. Bila suhu di langit dingin, maka awan

menjadi mendung dan kemudian berubah menjadi air hujan lalu turun kembali ke

bumi. Karena turun kembali ke bumi inilah maka kata al-raj´u ( عجامر ) mengacu pada

makna hujan.25

8. Term s{awbun (وب )

واغقح ممنامص ابؼمفأذان ؼلونأ ظلماتورػدوبرقي ماءفي بمنامس أونصي ذرامموتوالل

(13محيطبمكفرين)

Terjemahnya:

Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai

kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya,

(menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang

yang kafir.26

(QS. al-Baqarah/2: 19).

Kata al-s{awbu (وب ) artinya adalah al-is}a>batu (امص ابة ال ) yang berarti menimpa

atau mengenai. Dan kata al-s{awbu (وب ini digunakan untuk menunjukkan (امص

turunnya hujan apabila sesuai dengan kadar yang dimanfaatkan.

Adapun kata al-s}ayyibu (يب khusus digunakan untuk menunjukkan awan (امص

yang menurunkan hujan. Ada yang mengatakan bahwa penamaan hujan dengan kata

al-s}ayyibu (يب yang makna (ساب) ini sama seperti penamaannya dengan sah}a>ban (امص

aslinya adalah awan.27

25

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 817.

26Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 4.

27Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 503-504.

Page 45: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

28

9. Term gadaqa (غدق)

ماءغدكا) ريلةلسليياه تلامواػلامط واس (16وأم

Terjemahnya:

Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),

niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.28

(QS. al-

Jinn/72: 16).

Maksud kata gadaqa (غدق) dalam al-Qur´an adalah yang deras. Dari kata tersebut

maka lahirlah sebuah kalimat ( artinya air matanya turun deras. Kata ini ( غدكتغيي

seringkali digunakan dalam ungkapan air, maka mengandung makna air yang deras.29

10. Term t{alla ( (طل

Kata al-t}allu ( ل artinya adalah hujan ringan atau gerimis yaitu hujan yang (امط

tidak meninggalkan bekas kecuali sedikit. Kalimat الرض طل artinya bumi disirami

oleh gerimis. Maka dari itu, bumi disebut mat}lu>latun (مطلول) yaitu yang disirami

gerimis.30

Hal ini dapat ditemukan sebagaimana yang telah penulis ungkapkan di

atas dalam QS. al-Baqarah/2: 265.

11. Term darra ( (در

فالرضمامم لكامنكبلممنكرنمكاه ممدراراوجؼلياأمميرواكأ ماءػليه همكنمكوأرسلياامس

كرنأخرين) موأوشأنمنبؼده بذهو لكاه مفأ ت ريمنت (6النارت

28

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 573.

29Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 844.

30Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 584-585.

Page 46: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

29

Terjemahnya:

Tidakkah mereka memerhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka

yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan

kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan

kepadamu. Kami curahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami jadikan

sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka

karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan generasi yang lain

setelah generasi mereka.31

(QS. al-An´a>m/6: 6)

Kata darra ( pada asalnya bermakna susu, lalu kata itu dipinjamkan untuk (در

hujan sebagai isti´arah ( تؼ س ارا ).

32 Adapun kata pinjaman yang bermakna hujan dalam

ayat di atas mengandung arti hujan yang lebat yang diturunkan oleh Allah swt. tahap

demi tahap.

12. Term razaqa (رزق)

ي وال منيييب) لماءرزكاومايتذنرا منامس وينلمك أيث (14يريك

Terjemahnya:

Dialah yang memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan)-Nya kepadamu dan

menurunkan rezeki dari langit untukmu. Dan tidak lain yang mendapat

pelajaran hanyalah orang-orang yang kembali (kepada Allah).33

(QS.

Ga>fir/40: 13).

Kata al-rizq (زق secara kebahasaan digunakan untuk mengartikan pemberian (امر

atau bagian, baik berupa pemberian duniawi maupun ukhrawi dan siapa yang

menggunakan bagiannya kepada sesuatu yang haram maka jadilah bagiannya itu

31

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 128.

32Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 1, h. 728.

33Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 468.

Page 47: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

30

haram34

baik yang menyangkut makanan perut maupun yang berhubungan dengan

kekuasaan dan ilmu pengetahuan.35

Oleh karena itu, dipahami bahwa makna rezki dalam ayat di atas adalah hujan

yang memberikan kehidupan kepada segala makhluk di bumi. Sehingga maknanya

sama dengan ayat al-Qur´an yang terdapat pada QS. al-Mu´minu>n/23: 18, sebab

Allah telah mengikat kata al-rizq (زق dengan kata air hujan yang diturunkan dari (امر

langit.

Dari pemaparan beberapa term hujan di atas, yang dapat penulis simpulkan

bahwa ternyata kata hujan yang terdapat dalam al-Qur´an tidak selalu bermakna

rahmat atau anugerah, namun juga dapat bermakna sebagai azab dan kejadian alam.

Adapun term yang mengungkapkan arti kata hujan secara jelas dalam al-Qur´an

yang bermakna sebagai rahmat hanya terdapat pada kata al-wadaqa ( قامود ) yang

terdapat dalam QS. al-Ru>m/30: 48 sebagaimana ayat yang peneliti bahas dalam

skripsi ini. Sementara term hujan yang lainnya hanya bermakna air secara umum dan

bermakna kiasan. Adapun kata al-wadaqa ( قامود ) yang terdapat dalam QS. al-Nu>r/24:

43 bermakna hujan dalam konteks azab atau musibah.

Maka jika hujan sebagai rahmat, manusia dituntut untuk senantiasa bersyukur

dan mentadabburi kasih sayang Allah yang menurunkan hujan. Sedangkan hujan

sebagai azab, hendaknya manusia membenah diri dan memaknainya juga sebagai

suatu bentuk kasih sayang Allah swt.

34

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 56-58.

35Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 836.

Page 48: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

31

C. Bentuk pengungkapan hujan dalam al-Qur´an

1. Hujan sebagai rahmat

Salah satu ayat dalam al-Qur´an yang disebutkan oleh Allah swt. bahwa hujan

sebagai rahmat, terdapat dalam QS. al-Anfa>l/8: 11.

بغي ويذ ماءماءميطركب منامس وينلػليك يكاميؼاسأمةم ذيغش با يطانومير طػلكرجزامش

الكدام) تب ويثب (11كلوبك

Terjemahnya:

Ingatlah, ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi

ketenteraman dari-Nya dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit

kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan

gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta

memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).36

Adapun penafsiran kata hujan pada ayat tersebut bahwa Allah telah menurunkan

hujan yang lebat untuk minum dan bersuci oleh kaum muslim. Allah pun

menghilangkan godaan setan dari mereka, kemudian tanah berpasir tersebut menjadi

kuat dan padat oleh karena siraman air hujan yang lebat. Sehingga orang-orang

dapat dengan mudah melaluinya.37

Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa hujan merupakan

salah satu nikmat Allah swt. yang diturunkan untuk hamba-Nya dari langit.

Kemudian dengan air hujan tersebut dapat memenuhi kebutuhan minum hamba-Nya

di padang pasir dan air tersebut digunakan untuk berwudhu atau mandi wajib dan

sunnah. Serta menghilangkan kotoran yang dilakukan oleh setan yakni hadas besar

36

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 179.

37Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-

´Az}i>m, diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9

(Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2015), h. 354.

Page 49: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

32

atau gangguan setan yang menanamkan pesimisme dan sebagainya. Lalu dengan

turunnya air hujan tersebut, pasir menjadi lebih mantap dan padat, sehingga kamu

dapat berjalan lebih cepat dan tidak terbenam oleh pasir.38

Sementara itu, Buya Hamka menjelaskan kata hujan pada ayat tersebut ialah

dengan turunnya hujan maka sumur-sumur menjadi terisi, penampungan air jadi

penuh dan pasir yang terserak yang dapat mengikat kaki dalam perjalanan menjadi

keras sehingga mudah untuk dipijak. Buya Hamka juga menjelaskan beberapa faedah

yang dapat dirasakan hamba ketika turunnya hujan: Pertama, mereka dapat

membersihkan diri dan pikiran pun terbuka. Kedua, segala kotoran setan jadi sirna,

sebab apabila melihat kondisi sekeliling kotor karena kurang air maka bersaranglah

pengaruh setan dalam hati. Ketiga, kegembiraan karena adanya air menjadi rata pada

semuanya sehingga hati pun menjadi bersatu-padu. Keempat, dengan keadaan bumi

yang keras diinjakkan, hati pun bertambah bulat menghadapi musuh.39

Setelah penulis cermati tiga penafsiran mufasir tersebut, terdapat indikasi

bahwa hujan dalam ayat ini sebagai rahmat/anugerah dari Allah swt. yang diberikan

untuk hamba yang membutuhkan. Dengan air hujan, semua makhluk yang ada di

bumi memperoleh manfaatnya. Manusia dapat menggunakannya sebagai air minum,

bersuci dan sebagainya. Sedangkan tumbuh-tumbuhan yang kering menjadi segar

kembali serta tanah yang tandus menjadi basah dan dapat ditanam tumbuh-

tumbuhan. Oleh karena itu, penulis berkesimpulan bahwa tidak ada perbedaan

penafsiran yang sangat mencolok dari ketiga mufasir di atas.

38

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Jilid 4

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 477.

39Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 3 (Jakarta: Gema Insani Press, 2015), h. 671-672.

Page 50: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

33

2. Hujan sebagai azab atau musibah

Dalam kaitannya hujan sebagai azab, salah satunya telah disebutkan oleh Allah

dalam QS. Hu>d/11: 44.

و توتػلامجودي المرواس اءأكلؼيوغيضامماءوكض كيلبؼدانللوموكيليأرضابلؼيماءكويس

اممي) (33امظ

Terjemahnya:

Dan difirmankan, “Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan)!

Berhentilah.” Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan, dan

kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, “Binasalah orang-

orang zalim”.40

Ibnu Kas|ir menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa kata hujan pada ayat

tersebut merupakan sebuah hukuman yang Allah berikan dengan cara

memerintahkan awan untuk menahan hujan turun dan air-air yang berada di bumi

pun diserap.41

Quraish Shihab menafsirkan makna hujan dalam ayat tersebut sebagai musibah

yang diturunkan oleh Allah swt. kepada para pendurhaka yaitu kaum Nabi Nuh as.

Allah menghukumnya dengan cara berhentinya mencurahkan hujan yang Allah

tumpahkan dengan sangat deras.42

40

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 227.

41Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-

´Az}i>m, diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9,

h. 350.

42M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Jilid 4, h.

635.

Page 51: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

34

Buya Hamka dalam tafsirnya menjelaskan bahwa hujan pada ayat tersebut

merupakan suatu azab bagi satu kaum, yang mana kaum tersebut tidak diberi hujan

dan air-air yang tergenang pun disurutkan.43

Secara garis besar, penulis menyimpulkan bahwa persamaan penafsiran pada

ayat di atas ialah bahwa Allah swt. memberikan hukuman/azab kepada hamba

dengan cara menahan air hujan untuk tidak turun ke bumi dan menyerap kembali air-

air yang berada di bumi. Alasan penulis mengategorikan ayat tersebut sebagai

musibah sangat jelas sekali karena di dalam ayat tersebut, makna dari hujan itu

ialah azab yang Allah berikan dengan cara menahannya turun ke bumi.

3. Hujan sebagai fenomena alam

Di lain sisi, selain dari kedua poin di atas, Allah juga seringkali mengungkapkan

hujan sebagai sebuah fenomena alam, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-

Nu>r/24: 43.

رجمن ركمافتىامودقي ؼل ثي فبي يزجسابثيؤم الل ماءمنأممترأن وينلمنامس خلل

منيشاء ببلبصار)جبالفيهامنبردفيصيبب يذ يابرك غنمنيشاءيكدس (34ويصف

Terjemahnya:

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan,

kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk,

lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan

(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan

seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-nya dari siapa yang Dia kehendaki

dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya

hampir-hampir menghilangkan penglihatan.44

43

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 4, h. 557-558.

44Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 356.

Page 52: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

35

Dengan kekuasaan-Nya, Allah dapat mengarak awan dan mengumpulkannya

setelah berserakan. Kemudian Allah mengeluarkan hujan dari celah-celahnya,

sebagaimana Ibn Kas|ir menjelaskan bahwa air yang diturunkan terdapat dua jenis

hujan yaitu hujan biasa dan hujan es. Lalu diturunkannya hujan biasa dan hujan es

tersebut kepada yang dikehendaki-Nya sebagai rahmat dari Allah. Namun hujan es

yang diturunkan Allah tersebut dapat pula merusak buah-buahan dan

menghancurkan tanam-tanaman juga pepohonan mereka.45

Hujan yang diturunkan oleh Allah swt. merupakan salah satu bukti kebesaran-

Nya. Turunnya air hujan ke bumi juga melalui proses, yang bermula dari air laut dan

sungai darat, kemudian menguap lalu turun kembali ke darat. Kemudian hujan yang

diturunkan melalui rangkaian proses tersebut, diturunkan kepada yang Allah

kehendaki.46

Turunnya hujan pada ayat tersebut melalui beberapa proses yaitu awan

dikumpulkan dengan timbangan aliran angin udara, lalu menjadikannya suatu

tumpukan. Setelah awan yang bergerak itu terkumpul, timbullah mega yang

mendung dan hitam karena mengandung hujan. Kemudian keluarlah hujan dari

celah-celah awan. Terkadang dari langit turun segumpalan awan besar seperti

gunung yang di dalamnya mengandung salju yang ditumpahkan sesuai yang

dikehendaki-Nya.47

45

Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-´Az}i>m, diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6.

h. 70-71.

46M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Jilid 9, h.

369.

47Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 6, h. 313.

Page 53: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

36

Melihat dari ungkapan ketiga mufasir di atas, maka penulis berpendapat bahwa

hujan yang turun ke bumi yang melalui beberapa proses, tidak lepas dari kekuasaan

Allah swt. yaitu diawali dari air laut dan sungai serta semua unsur air di bumi,

kemudian menyatunya awan-awan yang berserakan, setelah itu menguap dan

keluarlah air hujan dari celah-celah awan. Turunnya hujan dan beberapa proses yang

telah dijelaskan oleh mufasir menjadi alasan penulis untuk mengategorikan ayat

tersebut sebagai sebuah kejadian fenomena alam berbentuk hujan rahmat dan tidak

ada perbedaan yang menonjol di antara tiga penafsiran terhadap ayat di atas.

D. Gambaran umum tentang air hujan

1. Peran angin dan awan terhadap hujan

Angin adalah perpindahan udara dari tempat bertekanan udara tinggi ke tempat

bertekanan udara rendah. Angin mempunyai ragam dan jenis yang berbeda-beda

sesuai perbedaan arah, kecepatan, kekuatan dan tujuannya.48

Angin mempunyai

peran besar dalam pengadaan awan dan mendung. Ia membantu proses awal

pembentukan awan, pengakumulasiannya, menaikkan ke lapisan atas atmosfer,

mengawinkannya dengan partikel yang berbeda dan menjadikannya sebagai ion-ion

listrik.

Hasil penelitian modern menyatakan bahwa ada beberapa jenis angin dalam

kaitannya dengan awan dan hujan, yaitu:

Angin yang tugasnya hanya sebatas merangsang permukaan air untuk

menciptakan titik-titik air di atas gelombang air.

48

Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur´an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, Cet. I (Jakarta: Zaman, 2013), h. 506.

Page 54: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

37

Angin yang bertugas membawa serta mengangkat awan dan uap air ke

lapisan atas atmosfer.

Angin yang bertugas menuntun dan menjalankan awan, lalu

mengakumulasikannya.

Angin yang bertugas mengurai awan mendung menjadi hujan dan

membaginya ke tempat-tempat di bumi.

Empat tugas angin ini menunjukkan jenis angin, rangkaian tugasnya dalam

pembentukan awan dan tahapan-tahapan pembentukannya. Mulai dari merangsang

permukaan air, membawa awan, mengangkatnya ke lapisan atas atmosfer,

menjalankannya dengan lembut hingga mengatur distribusinya kepada siapa saja

yang dikehendaki Allah dalam bentuk hujan.49

Pada zaman sekarang, sebagian besar orang sudah mengetahui dengan pasti

bahwa turunnya hujan diikuti oleh proses naiknya udara ke atas dengan cara

convergence atau konveksi ataupun faktor-faktor lain yang sama, kemudian udara

menjadi dingin karena terjadi ekspansi. Dalam dunia ilmiah, proses ini dikenal

dengan sebutan pendinginan adiabatic.

Apabila udara berekspansi, ia menempati volume yang lebih besar sebagai

akibat dari tekanan rendah yang terjadi pada lapisan atmosfer yang lebih tinggi.

Suhunya dengan sendirinya akan turun yang menyebabkan partikel-partikelnya

kehilangan energi, demikian pula sebaliknya. Apabila udara menjadi dingin,

kemampuan untuk membawa uap air akan berkurang pula.

49

Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur´an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, (Cet. III; Jakarta: Zaman, 2014), h. 506-507.

Page 55: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

38

Kelanjutan dari proses ini, yaitu naiknya udara secara terus-menerus ke lapisan

atmosfer yang lebih tinggi dan terjadi pendinginan, menyebabkan ia kehilangan daya

untuk membawa uap air. Hal ini mengakibatkan uap air berkumpul dalam bentuk

tetesan-tetesan air atau kristal-kristal salju di dalam awan. Partikel-partikel ini

lambat laun semakin bertambah banyak dalam kondisi yang sesuai sehingga arus

udara yang semakin naik kehilangan kemampuan untuk membawanya. Pada tahap

inilah partikel-partikel tersebut jatuh sebagai air hujan yang berbentuk es.50

Awan naik ke angkasa menutupi cahaya matahari, sementara hujan es turun dari

awan itu sendiri. Strukturnya mungkin mengandung muatan listrik dalam kondisi

tertentu. Gejala ini diiringi oleh pembongkaran muatan listrik antara beberapa

bagian dari awan yang sedang terbentuk. Pembongkaran muatan ini menyebabkan

timbulnya bunga api yang biasa disebut kilat. Apabila pembongkaran muatan listrik

terjadi antara awan dengan permukaan bumi, maka dalam hal ini disebut halilintar.

Sementara Guntur muncul akibat ekspansi udara yang cepat karena terjadi panas

yang mendadak diikuti oleh tekanan rendah di ruang angkasa.51

50

Muhammad Jamaluddin El-Fandy, Al-Qur´an tentang Alam Semesta (Jakarta: Amzah,

2000), h. 33.

51Muhammad Sadik Sabry, Menyelami Rahasia Langit Melalui Term al-Sama>´ dalam al-

Qur´an (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 172.

Page 56: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

39

2. Sifat air hujan

Air pada dasarnya mempunyai sifat bersih, suci dan menyucikan. Maksud

menyucikan, bukan hanya bersifat bersih dan suci untuk dapat dipakai saja, namun

air dapat menyucikan benda yang lain yang tidak suci dan bersih. Demikian juga

sebagaimana telah diketahui bahwa air hujan berasal dari penguapan air dan 97%

merupakan penguapan air laut yang asin. Air hujan bersifat tawar karena adanya

hukum fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan hukum ini, dari mana pun

asalnya penguapan air ini, baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung

mineral atau dari dalam lumpur, air yang menguap tidak pernah mengandung bahan

lain. Air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih, sesuai dengan

ketentuan Allah yang disebutkan dalam QS. al-Furqa>n/25: 48 dan 49.

ي وال ماءماءطورا)و وأىزميامنامس ت يديرح ابي يحبش 32أرسلامر ميتاووسلي بل ب (ميحي

نثيرا) اخللاأهؼاماوأنس (33مم

Terjemahnya:

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira

sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit air

yang sangat bersih.52

Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah-lah yang menundukkan angin untuk

menggiring awan. Angin tersebut juga sebagai pertanda berita gembira datangnya

hujan yang merupakan rahmat Allah untuk manusia. Sesungguhnya Kami turunkan

dari langit air yang suci dan menyucikan serta dapat menghilangkan najis dan

kotoran. Pada ayat ini Allah memberitahukan bahwa Dia memberikan nikmat

kepada manusia berupa turunnya air yang suci dari langit untuk mereka. Ayat ini

52

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 365.

Page 57: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

40

menunjukkan bahwa air hujan, ketika pertama kali terbentuk, sangat bersih.

Meskipun ketika turun air tersebut membawa benda-benda atau atom-atom yang ada

di udara, air itu masih tetap sangat suci.53

Adapun dipahami dari perkataan Abi Muh}ammad ´Abd al-H{aq ibn ´At}iyyah al-

Andalusi> dalam kitab tafsirnya, menjelaskan bahwa semua penjelasan yang ada

dalam ayat tersebut merupakan bagian dari kekuasaan-Nya yang sempurna dan

kerajaan-Nya yang besar, bahwa Allah mengutus angin sebagai pembawa kabar

gembira yaitu datangnya awan dan setelahnya. Angin itu bermacam-macam dalam

sifat pengerahannya. Di antaranya ada angin yang dapat menghamburkan awan, ada

pula yang dapat membawanya, ada yang dapat menggiringnya, ada pula yang berada

di hadapan awan untuk memberi kabar gembira, ada pula yang menyapu awan dan

adapula yang menghalau awan agar terjadi hujan. Untuk itu Allah berfirman dengan

makna “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”, yaitu sebagai alat

untuk bersuci dan yang sejalan dengan itu. Inilah pendapat yang lebih s}ah}i>h} dalam

masalah ini.54

Penjelasan selanjutnya dari firman Allah yang maknanya “Agar Kami

menghidupkan dengan air itu negeri yang mati.” Yaitu tanah yang telah lama

menunggu hujan di saat ia gersang tanpa tumbuhan dan tidak ada apapun. Lalu

ketika datang hujan, tanah itu menjadi hidup dan menjadi rimbun dengan berbagai

macam bunga dan buah. Ayat ini berkaitan dengan yang Allah sebutkan dalam QS.

53

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, h. 500.

54Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul H{aqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi>, Al-Muh}arrar al-

Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 4 (Cet. I; Beirut: Da>r Al-Kita>b Al-´Ilmiyyah, 1993), h. 213.

Lihat juga Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-´Az}i>m (Jeddah: Da>r Al-Mis}ri li Al-Tiba>´ah, t.t.), h. 331.

Page 58: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

41

al-Hajj/22: 5 yang maknanya “Apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi

itu dan suburlah.” Allah turunkan hujan pada tanah itu untuk hal ini dan menggiring

awan melintasi tanah tersebut dan melintasi tanah-tanah yang lain lalu

menghujaninya, mencukupinya dan menjadikannya subur. Sedangkan dibalik itu,

tidak ada satu tetes pun air hujan yang turun. Dalam masalah ini, Allah memiliki

bukti yang kuat dan hikmah yang pasti.55

Dapat dipahami bahwa dalam ayat tersebut menjelaskan air yang diturunkan

dari langit adalah dalam kondisi sangat bersih. Bersih di sini merupakan nilai yang

sangat mendasar pada air yaitu suci dan dapat menyucikan. Sedangkan yang

menyebabkan air kotor dan tercemar, ini penyebab dari pada tangan-tangan manusia

yang tidak menjaga serta melestarikannya dengan baik dan benar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa air mempunyai sifat lembut dan

tegas. Adapun sifat lembut pada air dapat dilihat yaitu air pada dasarnya tidak

mempunyai bentuk yang kekal, namun air mengikuti bentuk unsur lain. Seperti air

dimasukkan dalam gelas, maka air berbentuk melebar seperti piring. Air selalu

mengikuti arahan kemanapun diarahkannya. Inilah yang disebut air bersifat lembut

yakni selalu ikut arahan dan tidak pernah menolak dari arahan tersebut.

Namun demikian, selain dari pada sifat yang lembut, air mempunyai komitmen

yang tegas. Tegas bukan berarti marah, ini yang sangat penting dipahami. Jadi

kemanapun air kita arahkan, air tetap mengikuti sesuai arahan. Namun janganlah

sekali-kali menghalangi apabila air sedang mengikuti jalan yang diarahkan. Tegas di

sini merupakan komitmen yang kuat dalam menjalankan tugas. Dengan demikian

55

Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul Haqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi>, Al-Muh}arrar Al-Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 4, h. 213.

Page 59: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

42

sangat jelas dapat dipahami, bahwa penyebab banjir bukanlah disebabkan air marah,

tetapi air mendobrak apapun benda yang menjadi halangan bagi air dalam

menjalankan tugasnya. Air yang sedang mengalir, berikanlah jalan laluannya dengan

baik dan benar, sehingga kita dapat mengambil manfaat dengan baik. Jangan jadikan

sesuatu penghalang bagi air dalam menjalankan tugasnya. Jika tidak, maka air

dengan tegas akan mencari jalan sendiri yang paling mudah bagi dirinya. Maka

inilah sebenarnya salah satu peranan manusia sebagai khalifah dalam mengatur

rakyatnya dengan baik dan benar.

3. Bentuk air hujan

Air hujan berbentuk bulat kecil karena adanya tegangan permukaan. Tetesan air

akan mencari luas permukaan yang minimal, yakni berbentuk bulat. Beberapa

peristiwa yang terjadi di atmosfer membuat tetes-tetes air jatuh ke permukaan bumi,

itulah yang disebut hujan.56

Sebenarnya, tetesan air yang jatuh dari ketinggian sekitar 1200 meter

seharusnya menjadi hal yang dapat membahayakan. Jika sesuatu yang besar dan

beratnya sama seperti seluruh tetes hujan yang jatuh dari ketinggian 1200 meter,

maka semakin ke bawah akan semakin kuat dan bertambah kecepatannya hingga 558

km/jam.

Akibat dari sesuatu yang kecil, tetapi miliaran jumlahnya jatuh ke permukaan

bumi dengan kecepatan lima kali lebih besar dari kecepatan transportasi yang kita

kendarai. Sehingga dapat mengakibatkan ladang-ladang, rumah, mobil dan

bangunan-bangunan akan hancur serta dapat membahayakan manusia. Akan tetapi

56

Kementerian Agama RI., Tafsir Ilmi: Air dalam Perspektif al-Qur´an dan Sains (Cet. I;

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an, 2011), h. 30.

Page 60: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

43

terdapat sesuatu yang tersembunyi pada bentuk dari tetesan hujan tersebut. Air

hujan yang jatuh ke permukaan bumi dari ketinggian berapa pun akan sampai dengan

kecepatan 8-10 km/jam disebabkan karena air hujan mempunyai bentuk yang dapat

meningkatkan pengaruh atmosfer dan membuatnya jatuh secara perlahan-lahan.57

Adapun menurut pendapat Masaru Emoto, air mempunyai betuk molekul yang

berbeda, hal ini tergantung apa yang dikatakan oleh manusia. Jika manusia

menyebutkan kepada air mengenai sesuatu yang baik, maka bentuk molekul air

berubah menjadi bentuk yang baik. Tetapi jika manusia menyebutkan air dengan

kata yang buruk, maka air akan berubah bentuk molekul menjadi buruk dan tidak

beraturan.

Hal ini telah dibuktikan dalam bukunya The Hidden Message in Water, Masaru

Emoto menguraikan bahwa air dapat merekam pesan, seperti pita magnetic atau

compact disk. Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air, darah

82% air, tulang yang keras pun mengandung 22% air. Bahwa air tidak sekedar benda

mati, tetapi menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh dan sifat-sifat aneh

lagi yang menunggu disingkap oleh manusia.58

57

Sema Gul, Serial Ilmu Pengetahuan Populer (Indonesia: Yudhistira, 2007), h. 22.

58Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water (Korea: Atria Books, 2001), h. 33.

Page 61: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

44

BAB III

ANALISISTAH{LI<LI< TERHADAP QS. AL-RU<M/30: 48

A. Kajian tentang surah al-Ru>m

Nama surah ini adalah ‚al-Ru>m‛ telah dikenal sejak masa Rasul saw.,

sebagaimana telah diriwayatkan oleh al-Tirmiz}i melalui Ibn ´Abba>s dan Niya>r Ibn

Akram al-Aslami. Penamaannya demikian, karena pada awal surah ini disebut kata

al-Ru>m dan kata itu hanya disebut sekali dalam al-Qur´an. Di samping itu, peristiwa

yang diuraikan ayat-ayat surah ini menyangkut Byzantium (Romawi) yang sangat

menarik perhatian kaum muslimin, sehingga dengan menyebut nama ‚Surah al-

Ru>m‛, kaum muslimin langsung akan mengarah pada surah ke-30 dalam urutan

mushaf al-Qur´an.1

Tema utama serta tujuan pokok surah ini adalah mengecam kaum musyrikin

yang bergembira dengan kemenangan Persia yang menyembah api atas Byzantium

yang menyembah Tuhan.2 Allah menyanggah mereka dan menyampaikan berita

kemenangan Byzantium sekian tahun setelah kekalahannya itu. Setelah informasi

itu, barulah surah ini menguraikan kebodohan kaum musyrikin yang tidak

mengambil pelajaran dari keruntuhan dan kebangkitan umat akibat kedurhakaan

kepada Allah swt. Uraiannya kemudian berlanjut pada pembuktian keesaan Allah

dan bahwa ini adalah bagian dari fitrah manusia yang tidak dapat dilepaskan.

1M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, (Cet. I;

Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 3-5.

2Kementerian Agama RI, al-Tafsi>r al-Waji>z li al-Qur´a>n al-Kari>m: Tafsir Ringkas al-Qur´an

al-Karim, Jilid II (Cet. I; Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an, 2016), h. 335.

Page 62: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

45

T{aba>thaba>´i secara singkat menyatakan bahwa tema utama surah ini adalah janji

Ilahi yang pasti tentang kemenangan agama-Nya. Hal ini dapat dilihat uraian

tentang akan menangnya Byzantium atas Persia, guna membuktikan kebenaran janji-

Nya itu. Surah ini juga menurut ulama beraliran Syi´ah itu, membuktikan melalui

argumen akliah tentang kepastian janji-Nya menyangkut hari kiamat.

Sayyid Qut}u>b menyimpulkan bahwa tema utama surah ini adalah mengungkap

saling keterhubungan yang sangat erat antara keadaan manusia, peristiwa-peristiwa

kehidupan masa lampau kemanusiaan, juga masa kini dan datangnya serta hukum-

hukum alam dan kemasyarakatan sehingga semuanya saling berkaitan. Dalam

suasana keterhubungan itu, nampak dengan jelas bahwa setiap gerak dan rintihan,

setiap peristiwa dan keadaan, setiap awal dan akhir atau kemenangan dan kekalahan,

semuanya berhubungan sangat erat serta berada di bawah kendali ketentuan yang

sangat teliti. Semua kembali kepada Allah, karena ‛milik Allah semua urusan

sebelum dan sesudah terjadinya‛.3

Al-Biqa>´i berpendapat serupa dengan Sayyid Qut}u>b. Secara singkat ulama

kelahiran lembah Biqa>´, Libanon, pada abad VIII H itu menulis bahwa semua

perkara berada dalam genggaman tangan Allah. Dari titik tolak itu, surah ini

menguraikan keesaan dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, keniscayaan kiamat

dan kemenangan hamba-hamba-Nya yang dekat kepada-Nya serta kecelakaan

musuh-musuh-Nya, maka inilah tujuan pokoknya. Nama surah ini menurut al-Biqa>´i,

sangat jelas menunjukkan hal tersebut di mana terbukti kebenaran janji-Nya

memenangkan Byzantium atas Persia. Surah ini merupakan surah yang ke-84 yang

diterima oleh Rasul saw. Ia turun setelah surah al-Insyiqa>q dan sebelum surah al-

3M. Quraish Shihab, al-Qur´an dan Maknanya (Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 24.

Page 63: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

46

´Ankabu>t. Jumlah ayatnya sebanyak 59 ayat menurut perhitungan pakar al-Qur´an di

Madinah dan 60 ayat menurut perhitungan ulama Bas}rah dan Kufah (Irak).4

Dinamakan juga al-Ru>m karena pada permulaan surah ini yaitu ayat 2, 3 dan 4

terdapat pemberitaan Bangsa Romawi yang pada mulanya dikalahkan oleh Bangsa

Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ru>m dapat menuntut balas

dan mengalahkan kerajaan Persia kembali. Isyarat ini terbukti pertama kali pada

perang Badar.

Surah al-Ru>m yang berarti Romawi atau bangsa Rum5 adalah salah satu surah

yang disepakati oleh ulama sebagai surah yang turun sebelum Nabi berhijrah ke

Madinah atau dengan kata lain makkiyyah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat

17 dan 18 adalah madaniyyah dengan alasan bahwa ayat-ayat tersebut

mengisyaratkan tentang shalat wajib lima waktu yang baru diwajibkan setelah Nabi

saw. berhijrah ke Madinah, sedang ketika di Mekah, shalat wajib baru dua kali

sehari. Pendapat ini pun tidak dapat diterima, karena peristiwa Isra´ terjadi ketika

Rasul saw. masih di Mekah dan dalam peristiwa itulah sebagaimana bunyi banyak

hadis ditetapkan kewajiban shalat lima waktu.6

Maka jikalau direnungi keseluruhan surah al-Ru>m maka akan terdapat

beberapan cakupan ilmu di dalamnya, seperti: ilmu filsafat sejarah, ilmu

kemasyarakatan atau sosiologi serta bukti kekuasaan Allah lewat alam semesta dan

semuanya dipatrikan dengan kepercayaan kepada Allah swt.

4Al-Wali>d bin T{ala>l bin ´Abdul ´Azi>z A<li Sa´u>d, Al-Qur´a>n al-Kari>m dan Terjemahannya ke

Dalam Bahasa Indonesia, diterjemah oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an (Jakarta:

Kementerian Agama, Waqaf, Da´wah dan Bimbingan Islam, 1990), h. 640.

5Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XXI (Jakarta: Gema Insani Press, 2015), h. 5476.

6M. Quraish Shihab, al-Qur´an dan Maknanya , h. 24.

Page 64: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

47

Adapun pokok-pokok isi dari QS. al-Ru>m:

1. Keimanan

Bukti-bukti atas kerasulan Nabi Muhammad saw. dengan memberitahukan

kepadanya hal yang ghaib seperti menangnya kembali bangsa Romawi atas kerajaan

Persia, bukti-bukti keesaan Allah yang terdapat pada alam sebagai makhluk-Nya dan

kejadian-kejadian pada alam itu sendiri, bukti-bukti atas kebenaran adanya hari

berbangkit, contoh-contoh dan perumpamaan yang menjelaskan bahwa berhala-

berhala dan sembahan-sembahan itu tidak dapat menolong dan memberi manfaat

kepada penyembah-penyembahnya sedikitpun.

2. Hukum-hukum

Kewajiban menyembah Allah dan mengakui keesaan-Nya karena hal itu sesuai

dengan fitrah manusia, kewajiban berdakwah, kewajiban memberikan nafkah

(sedekah) kepada kaum kerabat, fakir miskin, musafir dan sebagainya, larangan

mengikuti orang musyrik serta hukum berbuat riba.

3. Kisah-kisah

Pemberitaan tentang bangsa Romawi sebagai suatu umat yang beragama

walaupun dikalahkan pada mulanya oleh kerajaan Persia yang menyembah api

akhirnya dapat menang kembali.7

Manusia umumnya bersifat gembira dan bangga apabila mendapat nikmat dan

berputus asa jika ditimpa musibah, kecuali orang-orang yang beriman.

7Al-Wali>d bin T{ala>l bin ´Abdul ´Azi>z A<li Sa´u>d, Al-Qur´an al-Kari>m dan Terjemahnya ke

dalam Bahasa Indonesia, diterjemah oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an. h. 640.

Page 65: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

48

B. Ayat dan terjemahnya

ؼل كسفا فت ماء كيف يشاء وي يح فتثير ساب فيبسطو ف امسه ي يرسل امر اله رج من خلل الله ى امودق ي

ذا أصاب ب ون فا تبش ذا ه يس

(84)و من يشاء من غباده ا

Terjemahnya:

Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan

Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan

menjadikannya begumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-

celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang

Dia kehendaki, tiba-tiba mereka bergembira.8 (QS. al-Ru>m/30: 48).

Apabila dibaca terjemah dari ayat QS. al-Ru>m/30: 48 di atas maka terdapat

beberapa proses yang berlaku di dalam atmosfer sebelum hujan turun. Yaitu

terjadinya pergerakan awan (dengan bantuan angin), kemudian terjadinya

pembentangan awan, selanjutnya awan-awan menggumpal dan pada kondisi tertentu

maka turunlah hujan.9

Indonesia sendiri merupakan negara yang terletak di bawah garis khatulistiwa

sehingga memiliki iklim tropis basah. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bentuk

Negara Indonesia yang merupakan sebuah Negara kepulauan dan sebagian besar

daratannya di kelilingi oleh lautan samudera, karena itulah sehingga Indonesia

terdapat iklim laut yang bersifat lembab dan banyak mendatangkan hujan.10

Namun dengan banyaknya air hujan yang turun tersebut, tidak selalu membuat

sebagian masyarakat Indonesia berpandangan bahwa itu adalah rahmat/anugerah,

8Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna (Jakarta: Madina

Quran, 2016), h. 409.

9Eny Yulianti dan Elok Kamilah Hayati, Kasih Sayang Allah dalam Air Hujan (Malang:

UIN-Malang Press, 2008), h. 14.

10Oktolina Simatupang, Pesan tentang Edukasi Bencana dalam Film ‚Nyanyian Musim

Hujan‛, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, no. 2 (2016), h. 89.

Page 66: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

49

akan tetapi menganggapnya sebagai suatu musibah karena merasa dirugikan dengan

turunnya hujan.

Misalnya saja yang sering kita jumpai adalah banjir yang melanda Jakarta, tidak

sedikit masyarakat mengeluh karena banjir tersebut sehingga mereka selalu

beranggapan bahwa hujan yang turun tersebut sebagai musibah. Sedangkan wakil

gubernur Jakarta (Sandiago Uno) mengatakan: Allah lagi ngirimin hujan. Kalau kita

punya sistem yang baik, hujan justru harus menjadi berkah bagi kita, bahkan

menurutnya hujan deras yang turun mengguyur ibu kota selama dua minggu tersebut

merupakan nikmat yang harus disyukuri.11

Dalam al-Qur´an sendiri ternyata banyak ayat-ayat yang membahas masalah

hujan, terlepas dari makna, derivasi dan konotasinya. Karena di Indonesia

masyarakatnya mayoritas muslim, ditambah dengan al-Qur´an sebagai fungsi utama

dan muslim Indonesia yang cenderung bersikap praksis, sehingga al-Qur´an masuk

pada setiap dimensi kehidupan. Bahkan membantu mengkontruksi sigma dan

paradigma terkait dengan bagaimana masyarakat memandang fenomena alam yang

salah satunya ialah hujan.

11

Rezki Apriliya Iskandar, Sandiago Uno: Allah Lagi Kirim Hujan, Harusnya Jadi Berkah, Liputan 6, diakses pada 16 Desember 2017.

Page 67: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

50

C. Tafsi>r al-Mufrada>t.

الل .1

Allah ( الل) adalah nama Tuhan yang paling populer. Para ulama dan pakar

bahasa mendiskusikan kata tersebut antara lain apakah ia memiliki akar kata atau

tidak. Sekian banyak ulama yang berpendapat bahwa kata Allah tidak terambil dari

satu akar kata tertentu, tetapi ia adalah nama yang menunjuk kepada Zat yang wajib

wujud-Nya, yang menguasai seluruh hidup dan kehidupan, yang kepada-Nya

seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan memohon.12

Kalau diperhatikan semua kata Ila>h (ل dalam al-Qur´an, niscaya akan (ا

ditemukan bahwa kata itu lebih dekat untuk dipahami sebagai penguasa, pengatur

alam raya atau siapa yang dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu, walaupun

tentunya yang meyakini demikian, ada yang salah pilih Ila>h-nya. Bahkan seperti

dikemukakan beberapa mufasir bahwa kata Ila>h (ل bersifat umum, sedang kata (ا

Allah ( الل) bersifat khusus bagi penguasa sesungguhnya.13

Betapapun terjadi perbedaan pendapat, namun dapat disepakati bahwa kata

Allah ( الل) memunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya, ia

adalah kata yang sempurna maknanya serta memiliki kekhususan berkaitan dengan

rahasianya, sehingga sementara ulama menyatakan bahwa itulah yang dinamai

Ismulla>h al-A´z}am (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan dalam doa,

Allah akan mengabulkannya.14

12

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I (Cet. I; Jakarta: Lentera

Hati, 2007), h. 76.

13Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 77.

14Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 77-78.

Page 68: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

51

ل س ر .2

Kata rasala ( رسل) artinya adalah pengutusan dengan penuh kasih sayang. Maka

lahirlah kalimat ث ؼ ب ن م ام ل و س امره artinya seorang rasul yang diutus. Dari kata al-rasu>l

( ل و س امره ) terkadang bisa digunakan untuk mengartikan kelemah-lembutan atau

ketenangan, contohnya kalimat ل س ر ل ػ artinya aku menyuruhnya dengan lemah

lembut. Dan terkadang kata al-rasu>l ( ل و س امره ) juga digunakan untuk mengartikan

pengutusan, darinya diambil kata al-rasu>l ( ل و س امره ) yang berarti seorang utusan. Dan

terkadang pula kata al-rasu>l ( ل و س امره ) digunakan untuk mengartikan orang yang

membawa pesan dan risalah.

Jamak dari kata al-rasu>l ( ل و س امره ) adalah rusulun ( ل س ر ) dan kalimat الل ل س ر

terkadang diartikan para Malaikat Allah, dan terkadang diartikan dengan para Nabi

Allah. Kata al-irsa>lu ( ا ال س ر ل ) dapat digunakan untuk manusia dan dapat juga untuk

sesuatu yang dicintai ataupun yang dibenci dan hal itu terkadang bisa dalam bentuk

penundukan, seperti kalimat ح ي امر ال س ر ا yang berarti mengirim angin atau seperti

kalimat ر ط م ام ال س ر ا yang berarti mengirimkan hujan.

15

ريح .3

Kata ri>h} ( ريح) adalah bentuk mufrad dari akar kata riya>h} ( ريح), di dalam bentuk

mufrad maupun jamak. Pada umumnya, kosakata ri>h} dan riya>h} digunakan al-Qur´an

dengan arti angin, kecuali firman Allah dalam QS. Yu}suf/12: 94, yang menggunakan

kata ini dengan arti bau atau aroma yang terpancar dari tubuh seseorang.

15

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2 (Cet. I; Jawa Barat: Khazanah Fawa´id, 2017), h. 61-64.

Page 69: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

52

Kata ri>h} ( ريح) atau riya>h} ( ريح) berarti angin, disebut 14 kali dalam 14 bab dalam

al-Qur´an. Beberapa darinya mengabarkan angin menjadi rahmat untuk manusia dan

pembawa kabar gembira, yakni berupa hujan yang menghidupkan bumi dan

mendukung pertumbuhan makhluk hidup. Namun beberapa lainnya dikirim untuk

menghancurkan orang-orang yang bersifat sombong dan menentang Allah kemudian

mereka pun dimusnahkan.16

Lafaz| al-riya>h} ( امريح) merupakan bentuk jamak dari kata al-ri>h} ( ح ي ر ام ) yang

disebutkan dalam bentuk jamak dan mufrad dalam al-Qur´an. Pemakaian bentuk

jamak dalam konteks rahmat sedang bentuk mufrad dalam konteks ´azab.

Disebutkan hikmahnya ialah bahwa ة ح امره ح ي ر atau angin rahmat itu bermacam-

macam sifat dan manfaatnya dan terkadang sebagiannya berhadapan dengan

sebagian yang lain, di antaranya ada angin semilir yang bermanfaat bagi hewan dan

tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dalam konteks rahmat ini ia dijamakkan yaitu

riya>h} ( ح ي ر ). Sedang dalam konteks ´azab, yaitu ri>h} ( ريح) atau angin itu datang dari

satu arah, tanpa ada yang menentang atau menolaknya.17

Ayat-ayat al-Qur´an menggunakan kata ri>h} ( ريح) dalam berbagai konteks, di

antaranya menyebutkan sifat-sifat angin, yaitu: pertama, angin baik yang dengannya

kapal bisa berlayar (QS. Yu>nus/10: 22), kedua, angin badai yang menenggelamkan

kapal juga dijelaskan dalam ayat di atas, ketiga, angin topan yang menenggelamkan

orang-orang kafir (QS. al-Isra>´/17: 69), keempat, angin dingin yang bisa merusak

16

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa (Cet. I; Solo: Aqwam,

2016), h. 106.

17Manna>´ Khali>l al-Qat}t}a>n, Studi Ilmu-Ilmu Qur´an, (Cet. III; Bogor: Pustaka Litera Antar

Nusa, 2013), h. 287.

Page 70: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

53

tanaman (QS. A<li ´Imra>n/3: 117), kelima, angin yang membinasakan orang-orang

kafir seperti kaum´Ad (QS. al-Ah}qa>f/46: 24).18

Kata riya>h} ( ريح) terulang di dalam al-Qur´an sebanyak 10 kali, salah satunya

yang terdapat dalam ayat yang penulis teliti yaitu QS. al-Ru>m/30: 48. Adapun fungsi

angin sebagaimana yang diinformasikan dalam al-Qur´an adalah menggerakkan

awan (QS. Fa>t}ir/35: 9), mengawinkan tumbuh-tumbuhan (QS. al-H{ijr/15: 22), alat

memproses hujan (QS. al-A´ra>f/7: 57), dan sebagai berita gembira (QS. al-

Furqa>n/25: 48).19

Dari beberapa fungsi angin di atas, maka dapat dipahami bahwa adapun fungsi

angin yang terdapat dalam ayat yang penulis teliti ada empat yaitu untuk

menggerakkan awan, sebagai alat untuk memproses hujan dan sebagai berita

gembira. Dari fungsi tersebut, terlihat jelas bahwa dalam ayat tersebut bermakna

hujan sebagai rahmat.

جور .4

Kalimat اه و ن و اب ح امسه و ار ب غ ام ر ث berarti debu, awan dan yang semisalnya telah

menyebar berhamburan. Kata ini berasal dari akar kata ان ر و ج -ار و ج -ر و ث ي yang artinya

adalah menyebar, berhamburan. Kata as|ara ( ر ث أ ) juga memiliki makna mengolah,

maka bisa dikatakan ت ر ث أ (saya mengolah).

Adapun kalimat ار و ج ة ب ص ح ام ت ر ث (cacar air itu menyebar) yakni disamakan

dengan tersebarnya debu. Dan kata ه ر ئ ث ر ث merupakan suatu kinayah tentang

meluapnya kemarahan orang tersebut. Kata al-s|auru ( ر و امثه ) artinya adalah sapi jantan

18

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 833-834. 19

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 834..

Page 71: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

54

yang tersebar di bumi. Maka seolah-olah pada asalnya kata tersebut merupakan

mas}dar yang dijadikan pada posisi fa>il (subjek), sama seperti d}aifun ( ف ي ض ) berarti

menginap dan t}aifun ( ف ي ط ) berarti muncul dengan tiba-tiba, yang mempunyai

makna d}a>ifun ( ف ائ ض ) berarti orang yang menginap atau tamu dan t}a>ifun ( ف ائ ط )

berarti yang muncul dengan tiba-tiba atau hantu, yang maknanya adalah tamu dan

pengelana. Dan perkataan mereka ف ل امثه ر و ج طل س (hilangnya mega merah waktu

senja), yakni yang menyebar dan tersebar.20

Awan Cumulus mulai terbentuk dari awan yang tersebar secara perlahan

didorong oleh angin ringan yang membawa awan-awan. Kemudian, mereka

bergabung menjadi satu. Awan Cumulus terbentuk saat dua awan bergabung atau

saat satu awan dengan cepat membesar. Maka bersamaan dengan itu, arus udara

(thermal) yang secara spontan meningkat di tengah akan naik ke atas. Saat sebuah

arus udara muncul sebagai kubah awan di puncak atau pada sisi-sisi awan,

penguapan yang cepat dari titik-titik air mendinginkan tepian awan, menghancurkan

daya apung sehingga menyebabkannya tenggelam.21

Inilah pengumpulan awan yang

disebutkan dalam QS. an-Nu>r/24: 43.

ف بينو ثه يزج ساب ثه يؤم ماء من أمم تر أنه الله رج من خلل وينل من امسه ؼل ركما فتى امودق ي ي

نا بركو يذىب بل (84بصار )جبال فيها من برد فيصيب بو من يشاء ويصفو غن من يشاء يكد س

Terjemahnya:

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan,

kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk,

lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga)

menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-

20Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 353-354.

21Yusuf al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa, h. 124.

Page 72: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

55

gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-

butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari

siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan

penglihatan.22

ب س .5

Kata sah}a>b ( ابس ) adalah nama kolektif, sedangkan satuannya adalah sah}a>bah

( س ةاب ) yang berarti awan. Kata itu berasal dari akar kata س (sin), ح (h}a> ) dan ب

(ba>) yang dapat menjadi bentuk kata kerja lampau (fi´il ma>dhi>) yaitu sahaba-yashabu

( –ب س ب ح س ي ) yang berarti menarik atau menyeret sesuatu di permukaan tanah.

Awan disebut sah}a>b karena ia ditarik atau digiring oleh angin. Sebagai nama

kolektif, sah}a>b adalah kumpulan awan yang mengandung hujan atau awan tebal.

Bentuk jamaknya adalah sah}a> ib ( بائ س ) dan suh}ub ( بس ).23

Kata sah}a>b ( ابس ) disebut Sembilan kali di dalam al-Qur´an, terdapat di

beberapa tempat. Sebanyak lima kali menggunakan kata sah}a>b tanpa diikuti kata

sifat, yakni di dalam QS. al-Nu>r/24: 40 dan 43, QS. al-Naml/27: 88, QS. al-Ru>m/30:

48 dan QS. Fa>t}ir/35: 9. Adapun empat kali lainnya diikuti kata na´t ( تؼ ه yaitu kata

sifat) yang menyatakan keadaan atau sifat awan itu yaitu sah}a>b musakhkhar ( اب س

رخه س م yaitu awan yang dikendalikan) di dalam QS. al-Baqarah/2: 164, sah}a>b s\iqa>l

( الل اب ج س yaitu awan tebal atau awan mendung) di dalam QS. al-A´ra>f/7: 57 dan QS.

al-Ra´d/13: 12 serta sah}a>b marku>m ( مو ك ر اب م س yaitu awan yang bertindih-tindih) di

dalam QS. al-Thu>r/52: 44.

Kata kerja yang berasal dari akar kata sin, h}a> dan ba> , disebutkan dua kali di

dalam al-Qur´an dalam bentuk fi´il mabni> li al-majhu>l (kata kerja pasif) yaitu

22

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 85.

23Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 860.

Page 73: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

56

yush}abu>n ( نو ب ح س ي ) yang berarti mereka diseret, masing-masing terdapat di dalam

QS. al-Mu´min/40: 71 dan QS. al-Qamar/54: 48. Kata al-sah}a>b ( حاب juga berarti (امسه

mendung baik disertai dengan turun hujan ataupun tidak.24

Al-Qur´an menjelaskan bahwa awan dijadikan oleh Allah dengan suatu proses

alamiah, untuk kemudian dari awan diturunkan hujan ke bumi sebagaimana terdapat

dalam ayat yang peneliti kaji dalam skripsi ini. Maka dengan melalui proses alamiah,

Allah menurunkan hujan dari awan sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya.

Para ilmuwan modern menyebutkan bahwa banyak macam awan. Hanya sedikit

di antaranya yang membawa hujan (ada yang menyebut sekitar 6% saja), sedangkan

yang tidak membawa hujan jauh lebih banyak. Mereka membaginya berdasar

ketinggian dasar (cloud base), atap (roof) dan cara pembentukannya. Awan tebal

(Cumulus Clouds) adalah satu-satunya awan yang mengandung hujan atau al-Sah}a>b

al-Marku>m ( مو ك ر اب م س ), yang terkadang diiringi embun (es), kilat dan guruh. Awan

ini memunyai atap besar yang dapat mencapai lebih dari 15 kilometer menyerupai

gunung dengan warna hitam.

Beberapa ilmuwan muslim dari Fakultas Studi Lingkungan dan Penghijauan

Daerah-daerah Tandus pada Universitas King Abdul Aziz Jeddah, menyatakan

bahwa isyarat yang ditunjukkan oleh Allah pada QS. al-Nu>r/24: 43 itu menarik dan

menjadi objek kajian para ahli penyelidikan meteorologi, yaitu mengenai awal

pembentukan awan, perkembagannya, serta fenomena-fenomena udara yang

mengirnginya.25

24

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 2, h. 198. 25

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 861.

Page 74: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

57

Di dalam meteorologi, awan tebal bermula ketika angin menggiring kumpulan

awan kecil ke zona konvergensi. Semakin banyak awan terhimpun menuju zona

konvergensi itu maka awan menjadi lebih tebal dan kecepatan angin menjadi

semakin berkurang sehingga awan bertindih-tindih ( ام ك ر ) sampai membentuk

gunungan ( الب ج ), yang terdiri dari air dingin, butir-butir es dan di puncaknya kristal-

kristal salju ( در ب ). Dari celah-celah gunungan itulah Allah menurunkan hujan ke arah

yang Dia kehendaki melalui angin yang dikendalikan-Nya. Oleh karena itu, ada

wilayah masyarakat yang memperoleh hujan dan ada yang tidak mendapatkannya.26

Proses pembentukan awan hingga menjadi hujan yang turun ke bumi adalah

sunnatulla>h. Awan yang bertumpuk-tumpuk di langit itu digerakkan mengikuti arah

angin (QS. al-Ru>m/30: 48 dan QS. Fa>t}ir/35: 9) ketika awan mencapai tempat

tertentu di dalam keadaan dan tantangan mereka itu. Dengan demikian, semakin

jelas bahwa di dalam al-Qur´an pun diakui bahwa tidak semua awan akan membawa

hujan.

6. طس ب

Kata basat}a ( طس ب ) artinya menghamparkan sesuatu, meluaskan dan

menyebarkannya. Terkadang ia menggambarkan untuk dua hal dan terkadang juga ia

menggambarkan salah satunya. Contohnya seperti kalimat ب و امثه طس ب

(membentangkan baju) artinya menyebarkannya. Oleh karena itu darinya terlahir

kata al-bisa>t}u ( اط س ب ام ) yang berarti permadani atau segala hal yang dihamparkan.27

26

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 861. 27

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 1. h. 181.

Page 75: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

58

Dan yang dimaksud dengan kata bisa>tun ( اط س ب ) adalah bumi yang luas, karena

hamparan bumi berarti keluasannya, lalu kata tersebut digunakan oleh suatu kaum

untuk segala sesuatu yang tidak tergambarkan di dalamnya penyusunan dan

pembentukan, yaitu keluasan ilmu.

Sebagian dari mereka berkata bahwa yang dimaksud ل ؼ ام ف ة ط س ب adalah ilmu

yang bermanfaat baginya dan bagi orang lain, maka ilmu tersebut manfaatnya bagi

dia menjadi luas dengan didermakan kepada yang lain. Adapun makna kalimat طس ب

د امي artinya mengulurkan tangannya.

Sedangkan kalimat ة ك ن طس ب artinya meninggalkan unta bersama anaknya

seakan-akan mereka dibiarkan terhampar. Seperti halnya kata al-nakas|u ( ث ك امنه ) dan

kata al-naqd}u ( ض ل امنه ) di mana masing-masing berarti manku>s|un ( ث و ك ن م ) yaitu

melanggar dan manqu>d}un ( ض و ل ن م ) yaitu membatalkan. Dan kalimat و ت ك ن طس ب أ

artinya meninggalkan unta bersama anaknya.28

ل ؼ ج .7

Kata ja´ala )جؼل( merupakan kata yang berlaku umum pada seluruh fi´il (kata

kerja). Maka ia lebih umum daripada fa´ala ( ل ؼ ف ) yaitu melakukan, s}ana´a ( ع ن ص ) yaitu

berbuat dan kata-kata lain yang menjadi saudaranya. Kata ini bisa digunakan dalam

lima bentuk:29

28

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 1. h. 182.

29Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 1, h. 397-400.

Page 76: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

59

1. Diberlakukan seperti kata s}a>ra ( ار ص ) dan t}afaqa ( ق ف ط ) yang berarti memulai

dan lantas, sehingga ia tidak memerlukan objek ( يد ؼ ت م ام ) sama sekali. Seperti

kalimat د ي ز ل ؼ ج كذا ل و ل ي yang berarti lantas Zaid berkata demikian.

2. Diberlakukan seperti kata awjadu ( د ج و أ ) berarti menciptakan, sehingga ia

muta´addi (membutuhkan objek) pada satu maf´ul atau objek.

3. Mewujudkan sesuatu dari sesuatu serta membentuknya.

4. Menjadikan sesuatu pada satu keadaan bukan pada keadaan yang lain.

5. Menetapkan sesuatu pada sesuatu, baik itu benar maupun salah.

Kata al-ji´a>latu ( ال ؼ ج ام ) adalah kain lap yang digunakan untuk menurunkan

panas. Kata al-ju´lu ( ل ؼ ج ام ), al-ja´a>lah ( ال ؼ ج ام ) dan al-ja´i>lah ( ل ي ؼ ج ام ) artinya adalah

suatu imbalan yang ada pada seseorang atas pekerjaannya. Sehingga kata-kata

tersebut lebih umum daripada ajratun ( ة ر ج أ ) yaitu upah dan dari s|awa>bun ( اب و ج )

yaitu pahala. Kata ل ؼ ي ب ك merupakan ucapan kinayah (kiasan) dari melakukan al-

sifa>du ( اد ف امس ) yaitu persetubuhan hewan.30

Al-Qur´an menggunakan kata ja´ala )جؼل( dalam beberapa arti: pertama, kata

ja´ala yang berarti menjadikan, menciptakan dan membuat sesuatu dari ketiadaan

dan belum ada sebelumnya (QS. al-An´a>m/6: 1), kedua, kata ja´ala yang berarti

menjadikan atau mengadakan sesuatu dari materi atau bahan yang sudah ada

sebelumnya (QS. al-Nah}l/16: 72), ketiga, kata ja´ala berarti menuduh dengan dusta

(QS. al-H{ijr/15: 91), keempat, kata ja´ala yang berarti menjadikan sesuatu dengan

mengubahnya dari suatu bentuk (keadaan) kepada bentuk yang lain (QS. al-

30

Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid I, h. 400.

Page 77: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

60

Baqarah/2: 22), kelima, kata ja´ala berarti menetapkan atau memutuskan sesuatu

untuk dijadikan suatu yang lain, baik benar maupun salah (QS. al-Qas}a>s}/28: 7).31

ف س ك .8

Kalimat س م امشه ف و س ك (gerhana matahari), kalimat ر م ل ام ف و س ك (gerhana bulan)

artinya tertutupnya matahari atau bulan dengan adanya sebab khusus. Dengan

pemaknaan ini, maka kalimat و ج و ام ف و س ك dan kalimat ال ح ام ف و س ك diartikan dengan

tertutupnya wajah dan tertutupnya keadaan. Dikatakan pula pada kalimat و ج و ام ف س ك

artinya yang menutup wajah, atau kalimat ال ح ام ف س ك artinya yang menutupi

keadaan. Kata al-kisfatu ( ة ف س ك ام ) artinya bagian dari awan, atau sepotong kapas, atau

sepotong benda lainnya yang berbentuk hampa (tidak berat). Jamak kata tersebut

adalah kisafun ( ف س ك ).

Ada juga yang membacanya dengan bacaan kisfan ( اف س ك ) yaitu dengan

mensukunkan huruf sin ( س ), maka kata kisafun ( ف س ك ) merupakan bentuk jamak

dari kata kisfatun ( ة ف س ك ), sama seperti bentuk jamaknya kata sidarun ( ر د س ) dari kata

sidratun ( ة ر د س ).

Abu Zaid berkata: kalimat ب و امثه ت ف س ك artinya aku memotong kain. Ada juga

yang berkata ب و ك ر غ ت ف س ك ل ب ال artinya aku memotong urat seekor unta. Sebagian

ada yang berkata bahwa maknanya adalah melumpuhkannya, tidak ada makna lain

lagi.32

31

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 368.

32Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad

Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 3, h. 327-328.

Page 78: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

61

ىر أ .9

Kata ini berasal dari kata kerja ra´a>-yara>-ra´yan-waru´yatan ؤ ر و - ي أ ر -ى ر ي -ى أ ر ة ي .

Di dalam al-Qur´an, kata ra´a> (رأي) beserta dengan segala bentuk derivasinya

disebutkan sebanyak 327 kali dan tersebar pada 73 surah.33

Ibnu Fa>ris dalam

kitabnya menjelaskan bahwa secara etimologis, kata yang berakar dengan huruf ra>

<dan ya ,(ء) hamzah ,(ر) memiliki makna ´memperhatikan atau memandang (ي)

dengan mata atau pikiran´.34

Sebagian pakar ada yang mengartikan kata ra´a> (رأي) dengan ´memperhatikan

dengan mata, meyakini dengan akal dan memperhatikan dengan pandangan hati´.

Sebagian lainnya memberi makna untuk kata ra´a> (رأي) dengan ´melihat, baik dengan

mata kepala maupun dengan mata hati.´ Dari makna-makna ini, maka ra´ya ( رأ ي)

mengandung arti ´pandangan´ atau ´pendapat´ dan juga ´mimpi.´35

Kemudian kata ra´aita atau ra´aitu ( رأيت -رأيت ) juga menunjukkan makna ´melihat

dengan mata´, hal ini terlihat misalnya pada QS. al-Nisa> /04: 61, QS. al-An´a>m/06:

68. Namun dibeberapa surah yang lain, kata ini didahului oleh huruf hamzah yang

dibaca ´a´ ( أ ) sehingga dibaca ara´aita ( أرأيت). Huruf ini berfungsi sebagai

pertanyaan, sehingga mayoritas ulama tafsir memahami kata ara´aita dengan arti

´tahukah kamu?´. Demikian pula dengan kata tara> ( تري) yang terulang sebanyak 31

kali di dalam al-Qur´an. Semuanya diawali oleh kata alam ( أ م م ) yang juga

33

Muh}ammad Fua>d ´Abdul Ba>qi>, Al-Mu´jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur´a>n al-Kari>m (Cet.

III; Kairo: Da>r Al-H{adi>s|, 1991), h. 356.

34Abi> al-H{usain Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn Zakariya>, Mu´jam Maqa>yi>s al-Lugah, ditah}qi>q oleh

Abdul Sala>m Muh}ammad Har>un, Juz 2 (t.tt: Da>r al-Fikri, 1979), h. 472.

35Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 799.

Page 79: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

62

mengandung suatu pertanyaan, sehingga kata alam tara> ( أمم تري) berarti ´tidakkah

kamu memperhatikan?´.

Selanjutnya, kata tara> ( تري) yang berulang sebanyak 36 kali, terkadang

digunakan dalam arti ´melihat dengan mata´ dan terkadang pula diartikan dengan

´pandangan atau pendapat´. Kata tara> ( تري) yang bermakna ´pandangan atau

pendapat´ dapat dilihat pada QS. al-S{a>ffa>t/37: 102.36

Adapun makna tara> ( تري) dalam ayat yang penulis teliti pada QS. al-Ru>m/30: 48

mengandung arti melihat dengan mata kepala sehingga mereka yang menyaksikan

langsung hujan itu turun, tiba-tiba bergembira pada saat itu.

خرج .10

Kata ini berasal dari kata kharaja-yakhruju-khuru>j wa makhraj رج –خرج خروج -ي

yang berarti keluar dari suatu tempat, seperti tempat tinggal, negeri, atau و مخرج

perlindungan (QS. Maryam/19: 11) atau keluar dari suatu keadaan, baik internal

maupun eksternal (QS. T{a>ha/20: 22).37

Adapun kata yakhruju ( رج bentuknya adalah fi´il mudha>ri> yang telah ,(ي

mendapatkan tambahan satu huruf dari aslinya ( ج ر خ menjadi ج ر ي ). Jadi, huruf asli

kata tersebut hanya tiga, yaitu kha>´, ra>´ dan ji>m yang berarti al-nafa>z\ ´an syai´ ( امنفس

ييء berarti menghembuskan atau mengeluarkan sesuatu dan ikhtila>f launain (غن امش

ختلف موهي ).berarti dua warna yang berbeda (ا

38 Adapun arti yang digunakan dalam

ayat ini ialah (mengeluarkan sesuatu).

36

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid III, h. 800. 37

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 485.

38Abi> al-H{usain Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn Zakariya>, Mu´jam Maqa>yi>s al-Lugah, ditah}qi>q oleh

Abdul Sala>m Muh}ammad Haru>n, Juz 2, h. 175.

Page 80: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

63

غبد .11

Kata ´iba>d ( ادب غ ) adalah bentuk jamak dari kata ´abdun ( غبد). Dalam al-

Qur´an,´iba>d ( ادب غ ) dan seluruh kata yang seakar dengannya disebut 275 kali. Di

dalam bentuk kata benda (ism), seperti al-´abdu ( د ب ؼ ام ), al-´abi>d ( دي ب ؼ ام ) dan ´iba>dah

( ةاد ب غ ).39

Di dalam arti bahasa, al-´abdu ( د ب ؼ ام ) menurut Ibnu Manz}ur, memunyai dua arti.

Pertama, al-Insa>n ( ال انس و ) artinya ´manusia´, baik yang statusnya hamba sahaya atau

merdeka. Ini adalah arti´abdun ( د غب ) secara umum. Kedua, al-´abdu ( د ب ؼ ام ) artinya

´hamba sahaya´. Sibawaih mengatakan, pada mulanya kata ´abdun ( غبد) adalah kata

sifat, kemudian digunakan sebagai nama. Di dalam bentuk kata kerja, ´abada ( د ب غ )

berarti ´menundukkan diri´ atau ´menampakkan kehinaan atau kerendahan hati´ (al-

´ubu>diyyah, ( ه د و ب ؼ ام ةي ). Al-As}fah}a>ni> menambahkan bahwa ´iba>dah ( ةاد ب غ ) lebih tinggi

nilainya dari pada ´ubu>diyyah ( ه د و ب ؼ ام ةي ). Di dalam ibadah, manusia sebagai hamba

menampakkan puncak ketundukan dan kepatuhannya dengan melahirkan kerendahan

dirinya kepada Tuhan. Seorang hamba adalah seorang yang taat dan tunduk kepada

tuannya, tanpa menolak, membantah atau membangkang perintahnya.40

Kata ´a>bid ( داب ػ ) dan ´abi>d ( دي ب غ ) atau ´a>bidi>n ( ني د اب ػ ) dan ´iba>d ( ادب غ ) digunakan

untuk menunjuk orang-orang yang beriman dan menyembah-Nya. Mereka ini

senantiasa tunduk dan patuh kepada semua perintah Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya (QS. al-Baqarah/2: 90, QS. al-A´ra>f/7: 128, QS. Yu>nus/10: 107, QS.

39

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 323.

40Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 323.

Page 81: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

64

Ibra>hi>m/14: 11, QS. al-Qas}a>s}/28: 82 dan QS. al-´Ankabu>t/29: 62. Sikap tunduk dan

patuh ini disebut dengan ta´abbud ( دب ؼ ث ).41

´Iba>d ( ادب غ ) juga diartikan ´hamba-hamba Allah yang berwujud malaikat yang

dimuliakan-Nya´ (QS. al-Anbiya>´/21: 26 dan QS. al-Zukhruf/43: 19). ´Iba>d ( ادب غ )

adakalanya digunakan menunjuk berhala-berhala, makhluk-Nya yang lemah dan

disembah orang-orang musyrik (QS. al-A´ra>f/7: 194).42

Di dalam bentuk ´abdun ( غبد) artinya hamba sahaya karena akibat peristiwa

tertentu, seperti tawanan perang, sehingga hak-haknya dibedakan dengan orang

merdeka, yaitu separuh (QS. al-Baqarah/2: 178 dan 221). Mereka ini oleh Islam

dianjurkan untuk sesegera mungkin dimerdekakan, baik melalui sanksi-sanksi hukum

maupun sebagai tindakan sukarela.43

Kata ´abdun ( غبد) kadang-kadang digunakan untuk menunjuk pada hamba

pilihan-Nya secara khusus karena memiliki hubungan khusus, seperti Nabi

Muhammad saw. yang di-isra´ dan di-mi´ra>j-kan (QS. al-Isra>/17: 1). Demikian juga

Nabi Nuh as. (QS. al-Isra>/17: 3) atau Nabi Khaidir a.s., sebagai hamba-Nya yang

memperoleh ilmu ladunni dan hikmah (QS. al-Kahfi/18: 65).44

Di dalam bentuk ´abi>d ( دي ب غ ) berarti ´orang yang menyembah´. Di sini

konotasinya dapat menyembah materi, seperti patung dan juga dapat bersifat

immateri seperti menyembah Allah (QS. al-Ka>firu>n/109: 4-5.45

41

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 324.

42Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 324.

43Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 324.

44Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 324.

45Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 324.

Page 82: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

65

بش .12

Kata basyar berakar dengan huruf-huruf ba> ( ءب ), syi>n ( ي ش ) dan ra> ( اءر ), yang

bermakna pokok ´tampaknya sesuatu dengan baik dan indah´. Dari makna ini

terbentuk kata kerja basyara ( ش ب ) yang berarti ´bergembira´, ´menggembirakan´, dan

´menguliti´ (misalnya buah), dapat pula berarti ´memerhatikan´ dan ´mengurus

sesuatu´.46 Sementara menurut al-As}fah}a>ni>, kata basyar adalah jamak dari kata

basyarah ( ة ش ب ) yang berarti ´kulit´. Manusia disebut basyar karena kulit manusia

tampak jelas dan berbeda dibanding dengan kulit hewan lainnya. Oleh karena itu,

kata basyar di dalam al-Qur´an secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah

manusia.47

Al-basyar ( امبش) jamak dari Bani> A<dam (بن أدم) yang tidak ada bentuk

mufradnya, seperti kata al-Qaum (املوم) dan al-Khalq (امخلق). Al-Basyar ( امبش)

menunjukkan manusia baik berupa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan,

satu atau banyak.48

Al-Qur´an menggunakan kata basyar ( ش ب ) sebanyak 37 kali, yakni 36 kali di

dalam bentuk mufrad dan sekali di dalam bentuk mus\anna untuk menunjuk manusia

dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.49

Di samping itu, ditemukan pula kata ba>syiru>hunna ( نه ى و ش ب ), yang juga berakar

dari kata basyara ( ش ب ) dengan arti ´hubungan seksual´. Kata ba>syiru>hunna ( نه ى و ش ب )

46

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 137.

47Al-´Alla>mah al-Ra>gib al-As}fah}a>ni>, Mufrada>t Alfa>z} al-Qur´a>n, ditah}qi>q oleh S{afwa>n Adna>n

Dawu>di>, h. 124.

48Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-´Aqi>dah wa al-Syari>´ah wa al-Manhaj, Juz 3

(Cet. II; Damsyiq: Da>r al-Fikr, 1418 H), h. 274.

49Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 138.

Page 83: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

66

yang dimaksud disebutkan dua kali di dalam satu ayat, yakni QS. al-Baqarah/2:

187.50

Dengan demikian, tampak bahwa kata basyar ( ش ب ) dikaitkan dengan

kedewasaan di dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul

tanggung jawab. Selain itu, basyar ( ش ب ) juga memunyai kemampuan reproduksi

seksual. Hal ini menurut Abd. Muin Salim, sudah merupakan fenomena alami dan

dapat diketahui dari pengetahuan biologi. Kenyataan alami menunjukkan bahwa

reproduksi jenis manusia hanyalah dapat terjadi ketika manusia sudah dewasa, suatu

taraf di dalam kehidupan manusia dengan kemampuan fisik dan psikis yang siap

menerima beban keagamaan. Jadi, konsep yang terkandung di dalam kata basyar

( ش ب ) adalah manusia dewasa dan memasuki kehidupan bertanggung jawab.51

Secara harfiah, makna asli kata basyi>r ( ير ش ب ) adalah pemunculan sesuatu yang

baik dan indah sebagai gambaran dari keadaan batin. Biasanya, kondisi tersebut

tampak pada kulit, khususnya pada air muka manusia. Adapun pada hewan tidak

dijumpai keadaan tersebut karena adanya bulu yang membalut tubuh atau karena

kekenyalan kulitnya, sehingga tidak apresiatif jika terjadi perubahan yang

diakibatkan oleh sesuatu yang dialaminya. Apalagi hewan tidak memunyai perasaan

senang atau sedih sebagaimana halnya manusia, paling karena rasa takutnya, seperti

berlari. Dari pengertian tersebut, lantas dipahami bahwa basyi>r ( ير ش ب ) adalah berita

gembira karena orang yang menerima berita gembira, biasanya tampak di wajahnya

keceriaan yang berseri-seri.52

50

Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 138.

51Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 138.

52Sahabuddin, dkk., Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata, Jilid I, h. 138-139.

Page 84: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

67

Sejalan dengan itu, informasi yang jelas yang dapat menggambarkan suatu

peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi, juga merupakan suatu kabar gembira.

Seperti datangnya angin merupakan isyarat turunnya hujan yang menjadi rahmat

bagi semesta alam (QS. al-A´ra>f/7: 57, QS. al-Furqa>n/25: 48 dan QS. al-Naml/27:

63).

Di samping hal yang disebutkan di atas, secara umum kata basyi>r ( ير ش ب )

merupakan berita gembira menyangkut kehidupan di surga kelak yang disediakan

bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Berita yang dimaksud bersifat imani

dan menjadi tugas utama para Nabi untuk menyampaikan kepada umatnya, sekaligus

menjadi motivasi di dalam beramal dan wujud kemahaadilan Allah swt. Bersamaan

dengan hal itu, para Nabi juga sebagai naz}i>r ( هظير) yakni pemberi peringatan kepada

manusia tentang adanya ancaman dari Allah swt. berupa neraka yang disediakan

buat mereka yang kafir atau yang berbuat jahat di dalam kehidupan di dunia.

Secara lebih tajam dan spesifik, Ibn Jari>r al-T{abari> menyatakan bahwa menurut

tradisi bahasa Arab, kata al-Bisya>rah ( امبشارة) diartikan sebagai pemberitahuan

kepada seseorang tentang berita yang belum pernah diketahuinya dan dapat

membuatnya gembira, sebelum dia mendengar dan mengetahuinya dari oranglain.53

Demikian halnya juga dengan al-Qur´an dianggap merupakan berita gembira

karena kandungan isinya banyak memberikan informasi yang memungkinkan

manusia memeroleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

53

Abi> Ja´far Muh}ammad bin Jari>r al-T{abari>, Ja>mi´ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur´a>n, Juz II (Beirut: Da>r al-Kutub al-´Ilmiyyah, 2000), h. 393.

Page 85: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

68

D. Munasabah ayat

1. Hubungan surah al-Ru>m dengan surah Luqma>n

Dalam surah al-Ru>m disebutkan bahwa di dalam al-Qur´an Allah

membuat banyak tams|i>l iba>rat yang bermanfaat bagi manusia, sedang

dalam surah Luqma>n Allah mengisyaratkan juga yang demikian.

Pada bagian akhir surah al-Ru>m disebutkan bahwa keadaan orang kafir

itu bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat al-Qur´an, mereka selalu

membantah dan mendustakannya, sedang pada bahagian permulaan

surah Luqma>n diterangkan keadaan mereka yaitu selalu berpaling dan

bersifat sombong terhadap ayat-ayat al-Qur´an itu.

Pada surah al-Ru>m terdapat ketegasan bahwa Allah-lah yang memulai

penciptaan makhluk dan Dia pulalah yang menciptakannya pada kali

yang kedua. Hal itu amat mudah bagi-Nya. Dalam surah Luqma>n Allah

menegaskan bahwa penciptaan manusia dan membangkitkannya kembali

di akhirat adalah sesuatu yang amat mudah bagi Allah.

Pada surah al-Ru>m Allah menerangkan tabi´at manusia bahwa apabila

mereka ditimpa bahaya maka mereka berserah diri kepada Tuhannya dan

bila mendapat rahmat, sebahagian dari mereka kembali

mempersekutukan-Nya. Dalam surah Luqma>n diterangkan tentang watak

manusia itu dengan memberikan contoh, yaitu ketika manusia ditimpa

bahaya di tengah lautan dan ketika mereka telah selamat sampai di

darat.54

54

Al-Wali>d bin T{ala>l bin ´Abdul ´Azi>z A<li Sa´u>d, Al-Qur´a>n al-Kari>m dan Terjemahannya ke Dalam Bahasa Indonesia, diterjemah oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an, h. 651.

Page 86: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

69

2. Penyesuaian surah al-´Ankabu>t dengan surah al-Ru>m

Bagian permulaan surah al-´Ankabu>t menerangkan tentang jihad sebagai

ujian bagi orang-orang mu´min, bahwa manusia itu dijadikan Allah

bukan untuk bersenang-senang tetapi untuk berusaha dan berjihad di

jalan Allah serta perjuangan manusia terkadang mendapat halangan dan

rintangan, hanya orang-orang mu´minlah yang sanggup mengatasi

halangan dan rintangan itu sehingga mereka mendapat kesenangan.

Kemudian pada akhir surah al-´Ankabu>t ini diulangi lagi tentang

berjihad itu. Permulaan surah al-Ru>m mengandung arti bahwa orang

mu´min akan mengalahkan orang-orang musyrik dalam waktu yang

dekat. Maka ditinjau dari segi berjihad dan berusaha ini, surah al-Ru>m

adalah sebagai penyempurnaan dari apa yang dikemukakan dalam surah

al-´Ankabu>t.

Surah al-´Ankabu>t mengemukakan tentang keesaan Allah dan adanya

hari berbangkit secara garis besarnya, sedangkan surah al-Ru>m

mengemukakan bukti-buktinya secara terperinci.

Surah al-´Ankabu>t menyebutkan bahwa kewajiban rasul-rasul hanyalah

menyampaikan agama Allah, sedangkan dalam surah al-Ru>m

menyebutkan bahwa rasul-rasul tidak dapat memberi taufik dan

menjadikan seseorang menerima apa yang disampaikannya itu, hanyalah

Allah yang dapat berbuat demikian.55

55

Al-Wali>d bin T{ala>l bin ´Abdul ´Azi>z A<li Sa´u>d, Al-Qur´a>n al-Kari>m dan Terjemahannya ke Dalam Bahasa Indonesia, diterjemah oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an, h. 639.

Page 87: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

70

3. Hubungan dengan ayat sebelum dan ayat setelahnya

Kelompok ayat ini merupakan bagian ketiga dari firman Allah dalam surah al-

Ru>m yang berbicara tentang perbuatan-perbuatan-Nya yang membuktikan keesaan

Allah dan keniscayaan hari kiamat.

Ayat yang penulis teliti kembali berbicara tentang angin dan hujan, pembicaraan

yang disela oleh uraian tentang kedatangan para rasul dan sikap Allah terhadap para

pembangkang. Jika ayat sebelumnya menyinggung tentang fungsi angin sebagai

pembawa berita gembira tentang bakal turunnya hujan, maka pada ayat ini

menjelaskan tentang bagaimana kerja angin dalam konteks hujan serta proses

turunnya hujan itu.56

Penggunaan bentuk mudha>ri´/present tense (kata kerja masa kini dan datang)

yang menunjuk sekian banyak proses turunnya hujan, mengisyaratkan terjadinya hal-

hal tersebut dari saat ke saat dan berlanjut secara bersinambungan.

Adapun keterkaitan antara ayat ini dengan ayat setelahnya, bahwasanya pada

ayat ini berbicara tentang bagaimana kegembiraan hamba Allah ketika hujan turun.

Kemudian pada ayat setelahnya dijelaskan tentang pengulangan kata min

qabl/sebelum ( لب ك ن م ) pada ayat di atas yang pertama tidak disertai kata ganti dan

yang kedua dengan kata ganti min qablihi ( ل ب ك ن م ). Al-Zamakhsyari> berpendapat

bahwa pengulangan itu untuk mengisyaratkan bahwa penantian turunnya hujan

sudah demikian lama, sehingga mereka sungguh telah berputus asa. Tetapi begitu

hujan datang, kegembiraan mereka menjadi sebesar keputusasaan itu.57

56

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, h. 89.

57M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, h. 90-91.

Page 88: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

71

E. Penafsiran ayat QS. al-Ru>m/30: 48

Tant}awi> Jauhari> menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah yang mengirimkan

angin, kemudian angin itu menggerakkan awan dan membentangkannya dan

awannya itu saling tersambung antara awan yang satu dan yang lainnya di langit,

kemudian membentuk awan hitam sebagaimana yang dikehendaki Allah, mulai dari

awal sampai akhir, memiliki tingkatan yang sama, kemudian menyebar di

sekelilingnya baik sedikit ataupun banyak, dan menjadikannya bergumpal-gumpal

kemudian terkadang berhenti dan dilanjutkan pada waktu yang lain maka terlihatlah

al-Wadaqa yaitu hujan yang keluar di sekelilingnya, di tengah-tengahnya, dan

apabila Allah menimpakan hujan itu kepada hamba-Nya, dengan hujan itu kepada

yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya, maka mereka pun bergembira, maksudnya

adalah mereka digembirakan dengan hujan.58

Quraish Shihab menjelaskan dalam kitabnya bahwa hujan yang di turunkan oleh

Allah swt. ke bumi, melalui beberapa proses yaitu dengan mengirimkan angin yang

menggerakkan awan, kemudian melalui hukum-hukum alam yang telah ditetapkan-

Nya, awan tersebut membentang di langit dengan bentuk yang bergumpal-gumpal,

lalu dengan izin Allah keluarlah dari celah-celahnya air hujan kepada siapa yang

dikehendaki Allah.

Pada QS. al-Ru>m/30: 48 menggambarkan tentang proses terjadinya hujan yang

diawali dengan awan yang tebal dan bermula ketika angin menggiring kawanan

awan kecil ke zona convergence. Kemudian pengarakan awan tersebut menyebabkan

bertambahnya jumlah uap dalam perjalanannya. Apabila dua awan atau lebih

58

Al-Syaikh T{ant}a>wi> Jauhari>, al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur´a>n al-Kari>m, vol. xv (t.t. Da>r al-

Kutub al-‘Ilmiyyah, 1351 H), h. 78.

Page 89: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

72

menyatu, maka arus udara yang naik dalam awan akan bertambah secara umum, hal

tersebut menyebabkan datangnya tambahan uap air dari bagian bawah dasar awan

yang memiliki peran menambah potensi yang terpendam untuk berakumulasi. Awan

tebal akan bergerak ke mana saja yang Allah kehendaki, sedangkan faktor akumulasi

dan pembangunannya akan terus-menerus sepanjang arus udara yang naik mampu

membawa formasi awan dari titik-titik air atau butiran embun. Ketika angin tidak

lagi mampu membawa formasi tersebut maka proses akumulasi terhenti dan hujan

pun turun ke bumi.59

Sementara Ibnu Kas|ir menjelaskan dalam kitab tafsirnya, bagaimana proses

penciptaan awan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Lalu awan tersebut

mengeluarkan hujan dari celah-celahnya dan dengan turunnya hujan tersebut maka

hamba-hamba-Nya menjadi gembira karena kebutuhan mereka terhadapnya.60

Adapun penafsiran Hamka pada kata hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48 tersebut

ialah hujan yang turun ke bumi keluar dari celah-celah gumpalan tersebut dengan

proses terkumpulnya awan setelah bercerai-berai, awan yang berisikan uap itu

menjadi hitam pekat dan Allah jatuhkan sesuai dengan kehendak-Nya.61

Kemudian

kamu dapat melihat air hujan keluar dari celah-celahnya. Apabila hujan itu menimpa

59M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Jilid 9,

h.89-90.

60Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-

´Az}i>m, diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9

(Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2015), h. 384.

61Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 4 (Jakarta: Gema Insani Press, 2015), h. 77.

Page 90: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

73

sebagian hamba-hamba-Nya, maka mereka bersukaria karena hujan sangat mereka

butuhkan di dalam kehidupan mereka.62

Berkenaan dengan cara menurunkan hujan pada ayat ini, Allah mengirim angina

sesuai kehendak dan hikmah-Nya yang menggerakkan awan atau mendung terbentuk

dari uap air yang bertebaran di langit menjadi potongan terpisah dengan bentuk yang

berbeda-beda, ada yang tipis dan ada yang tebal, semuanya basah. Selanjutnya hujan

muncul dari tengah-tengah atau di sela-sela awan.

Saat hujan itu mengenai hamba Allah swt., maka mereka diliputi rasa senang

dan bahagia lantaran kebaikan dan nikmat yang sempurna. Sebelum turunnya hujan,

manusia merasa putus asa karena hujan tidak kunjung turun, kemudian rahmat dan

karunia Allah melimpah untuk mereka.63

Secara garis besar, penulis mengambil kesimpulan bahwa penafsiran dari

beberapa mufasir di atas terhadap ayat yang penulis teliti menjelaskan bahwa

turunnya hujan ke bumi tentunya dengan berbagai proses yang telah ditetapkan oleh

Allah swt., di antaranya ialah dengan angin yang menggerakkan awan untuk

menyatu dengan bergumpal-gumpal, maka dengan kehendak Allah keluarlah dari

gumpalan-gumpalan awan tersebut air hujan yang membasahi bumi.

Dari penjelasan di atas sudah jelas bahwa di dalam ayat dan penafsiran, ada

beberapa indikasi yang mengategorikan bahwa makna hujan pada QS. al-Ru>m/30: 48

tersebut ialah sebuah fenomena alam sebagai bentuk rahmat yang diturunkan Allah.

62

Ah}mad Must}afa> al-Mara>gi>, Tafsi>r al-Mara>gi>, diterjemah oleh Bahrun Abu Bakar

(Semarang: PT. Karya Toha Putra, t.th), h. 90-91.

63Wahbah al-Zuh}aili>, Tafsi>r al-Was}i>t}, diterjemah oleh Muhtadi, dkk, jilid III (Cet. I; Jakarta:

Gema Insani, 2013), h. 89.

Page 91: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

74

Perbedaan dari tiga mufasir tersebut terdapat pada tafsir al-Mishbah yang ketika

menjelaskan ayat tersebut, tampak lebih panjang dalam memaparkan proses

terjadinya hujan dari awal hingga turunnya air hujan tersebut. Akan tetapi tidak

terdapat perbedaan yang begitu menonjol dari pandangan para mufasir.

Page 92: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

75

BAB IV

ANALISIS TAFSIR TAH{LI<LI< TENTANG PROSES TURUNNYA HUJAN

DALAM QS. AL-RU<M/30: 48

A. Hakikat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48

1. Air hujan turun secara bertahap

Dalam proses turunnya hujan, sinar matahari merupakan kunci utama untuk

dapat terus berjalan. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam

bentuk hujan rintik-rintik atau gerimis, hujan es atau salju, hujan deras atau lebat.

Proses turunnya hujan secara bertahap telah di jelaskan dalam al-Qur´an, salah

satunya adalah pada ayat yang penulis teliti yaitu QS. al-Ru>m/30: 48 yang dengan

jelas mengungkapkan bahwa proses turunnya hujan dimulai dengan adanya angin

yang menggerakkan awan kemudian Allah membentang dan menjadikannya

bergumpal-gumpal, maka keluarlah hujan dari celah-celahnya. Maka dalam hal ini,

penulis akan menguraikannya di bawah ini:

a. يح ي يرسل امر اله .yaitu evaporasi الله

Angin merupakan gerakan udara mendatar atau sejajar dengan permukaan bumi

yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat

lain. Angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.1

Pada dasarnya, angin adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat, di

antaranya pembentukan awan yang menyebabkan turunnya hujan sehingga tanah

1Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat, Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer untuk

SMA/MA Kelas XI (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), h. 124.

Page 93: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

76

yang tandus menjadi subur serta tanaman yang terdapat pada wilayah tersebut dapat

tumbuh dengan sehat dan dengannya pula dapat menyebarkan hawa dingin. Namun

dengan demikian, hakikat yang ditunjukkannya ini merupakan suatu keajaiban dan

mampu menjadi pengantar terciptanya kajian yang lebih mendetail dalam ilmu

kontemporer yang mempelajari masalah ini secara khusus. Angin yang dijelaskan

dalam al-Qur´an dapat memberikan pemahaman terhadap manusia bahwa yang

mengendalikan angin, menurunkan hujan dan menghijaukan bumi setelah gersang

maka semuanya itu merupakan suatu bukti kekuasaan Allah swt.2

Pergerakan angin bekerja untuk melembutkan panasnya bumi.3 Hal itulah yang

menyebabkan angin terbentuk karena pemanasan air samudera oleh sinar matahari.

Panas matahari inilah yang menimbulkan tekanan udara sehingga bergerak menjadi

angin yang membawa dan menggiring uap air berkumpul ke atas menjadi awan

untuk kemudian berubah menjadi hujan.4

Yang dimaksud dalam ayat tersebut, angin yang membawa awan yang

mengandung air hujan yang ciri khasnya gelap karena berat, penuh dengan air dan

tidak jauh dari permukaan bumi.5

2Ahzami Samiun Jazali, Kehidupan Dalam Pandangan al-Qur´an (Cet 1; Jakarta: Gema

Insani Press, 2006), h. 59.

3Ahmad Khalid Allam, dkk., Al-Qur´an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan (London:

Cambridge University Press, 2005), h. 278.

4Asep Usman Ismail, Al-Qur´an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan Membangun

Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h.

338.

5Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-´Az}i>m,

diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9 (Jakarta:

Pustaka Ibnu Katsir, 2015), h. 364.

Page 94: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

77

Angin tidak hanya berfungsi membawa dan menggiring uap air tetapi juga

mengawinkan. Seperti firman Allah dalam QS. al-H{ijr/15: 22.

وما أهت ل بازهين ماء ماء فأسليياكو يح مواكح فأىزميا من امسه (22)وأرسويا امر

Terjemahnya:

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan

hujan dari langit, lalu Kami beri kamu minum dengan (air) itu dan bukanlah

kamu yang menyimpannya.6

Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang adanya peran angin yang berfungsi

untuk menyuburkan, mengembangkan dan mengawinkan tumbuhan. Sehingga kata

angin dalam al-Qur´an setidaknya mengandung tiga makna:

Pertama, angin yang telah Allah hembuskan akan membawa awan yang

mengandung hujan. Semakin lama awan yang dihembuskan itu maka semakin berat

dan hitam, hingga berubah menjadi mendung yang pekat. Setelah itu, angin akan

meniup awan tersebut sehingga menjadi hujan yang membasahi bumi dan

menghidupkan tanah yang mati. Dengan begitu maka akan menjadikan tanah

menjadi subur.

Kedua, angin akan menerbangkan tepung sari dari beragam bunga. Maka

hinggaplah tepung sari jantan pada putik bunga, sehingga terjadilah perkawinan

yang memunculkan bakal buah dan buah-buahan yang masak serta bijinya dapat

tumbuh.

Ketiga, hembusan angin dapat membersihkan kotoran debu yang hinggap pada

batang dan daun tumbuh-tumbuhan, sehingga tumbuh-tumbuhan itu mudah bernafas

6Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna (Jakarta: Madina

Quran, 2016), h. 264.

Page 95: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

78

dan menjadi besar serta daunnya mudah menyerap sinar matahari yang menambah

kekokohan dan kesuburannya.

Dari ketiga makna tersebut, yang mendekati dengan makna siklus atau tahapan

turunnya air hujan adalah yang poin pertama yang berisi angin yang membawa

hujan. Hal itu secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa dipermukaan laut terbentuk

gelembung-gelembung udara kecil akibat pecahnya buih. Jumlah gelembung udara

ini tidak akan dapat dihitung karena sangat banyak jumlahnya. Pada saat

gelembung-gelembung itu pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperseratus

millimeter terlempar ke udara. Partikel-partikel itulah yang dikenal sebagai aerosol

dan akan bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin, selanjutnya

terbawa ke lapisan atas atmosfer.7

Secara tidak langsung, debu yang terbawa oleh angin merupakan salah satu

komponen pembentuk air hujan. Sehingga kawasan yang berdebu seperti halnya

daerah pabrik semen menjadi segar karena debu yang terdapat pada daerah itu

terbawa oleh angin.

b. ماء كيف يشاء ف امسه .yaitu kondensasi فتثير ساب فيبسط

Awan adalah kumpulan partikel air yang tampak di atmosfer.8 Di daratan,

manusia dapat melihatnya secara langsung, biasanya awan berwarna putih, abu-abu

ataupun merah yang letaknya seakan-akan menggantung di udara. Tetapi tidak

7Susilo Soekardi dan Tauhid Nur Azhar, Mengenal Allah, Air dan Samudra: Mengurai

Tanda-tanda Kebesaran Allah di Lautan (Solo: Tinta Medina, 2012), h. 33.

8Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat, Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer untuk

SMA/MA Kelas XI, h. 125.

Page 96: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

79

semua awan bisa mengakibatkan hujan, hanya beberapa jenis awan yang bisa

menurunkan hujan.9

Awan terbentuk karena adanya panas matahari. Ketika air yang ada di lautan

menerima pancaran energi dari sinar matahari, energi panas ini akan mengakibatkan

terjadinya proses penguapan molekul air.10

Dalam setiap tahap siklus hujan, maka sinar matahari mempunyai peran yang

sangat penting sebagai sumber energi, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-

Naba>´/78: 13-14.

اجا ) ه اجا و ات ماء ثهاجا )31وجؼويا س (31( وأىزميا من اممؼص

Terjemahnya:

Dan Kami menjadikan pelita yang terang benderang (matahari). Dan Kami

turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya.11

Yang dimaksud pelita yang amat terang yakni matahari yang amat terang lagi

menghasilkan panas. Berkaitan dengan matahari, penemuan ilmiah telah

membuktikan bahwa panas permukaan matahari mencapai 6000 derajat. Sedangkan

panas pusat matahari mencapai 30 juta derajat disebabkan oleh materi-materi

bertekanan tinggi yang ada pada matahari.

9Utamanya awan terdiri dari tiga jenis, yaitu awan Stratus (awan dengan bentuk berlapis-

lapis, tesebar luas dan menutupi langit secara merata), awan Sirrus (awan yang berbentuk seperti

serat halus, sering terdapat kristal-kristal es tetapi tidak menimbulkan hujan), awan Kumulus (awan

yang bergumpal dan bentuk dasarnya horizontal). Prihatin Nurlatifah, Saat Awan Menjadi Hujan (Banten: Talenta Pustaka Indonesia, 2011), h. 18.

10Tutun Nugraha dan Didik Sunardi, Seri Sains Energi Terbarukan: Energi Air (t.tt: PT.

Pelangi Ilmu Nusantara, 2013), h. 13.

11Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 583.

Page 97: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

80

Sinar matahari menghasilkan energi berupa ultraviolet 9% dan inframerah 45%.

Karena itulah ayat suci di atas menamai matahari sebagai sira>jan/pelita karena

mengandung cahaya dan panas secara bersamaan.12

Kami telah menurunkan dari awan air yang tercurah deras, dalam ayat tersebut

Allah menurunkan dari awan berupa air hujan yang bermanfaat, terutama untuk

menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia dan binatang.

Uap air yang naik ke atas disebabkan karena adanya bantuan dari angin. Ketika

uap air mencapai ketinggian di angkasa, suhu akan menurun dan uap air akan

berkondensasi, berubah wujud menjadi air (liquid). Molekul air yang telah mencair

ini akan menempel pada permukaan partikel-partikel padatan kecil yang sangat

kecil. Bermiliar-miliar tetesan air ini akan bergabung hingga menjadi awan

berukuran besar dan terlihat dari daratan sebagai sebuah gumpalan seperti kapas

yang menggantung di langit dan bergerak ketika tertiup angin. Bila posisi terjadinya

awan tersebut lebih tinggi, maka suhu udara akan semakin menurun. Tetesan air

yang membentuk awan akan berubah wujud lagi menjadi kristal es.13

Hal tersebut

senada dengan QS. al-Nu>r/24: 43 dan QS. al-Ru>m/30: 48.

c. رج من خلل ؼل كسفا فتى امودق ي .yaitu presipitasi وي

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan

yang terdapat di atmosfer, air hujan yang jatuh ke permukaan daratan sebagian akan

berinfiltrasi ke dalam tanah dan yang sebagiannya lagi akan mengalir di atas

12

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 15

(Ciputat: Lentera Hati, 2007), h. 11.

13Tutun Nugraha dan Didik Sunardi, Seri Sains Energi Terbarukan: Energi Air, h. 13.

Page 98: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

81

permukaan tanah sebagai aliran permukaan atau run off.14 Hal tersebut telah

dijelaskan oleh Allah dalam QS. al-H{ijr/15: 22.

ماء ما يح مواكح فأىزميا من امسه وما أهت ل بازهين )وأرسويا امر (22ء فأسليياكو

Terjemahnya:

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan

hujan dari langit, lalu Kami beri kamu minum dengan (air) itu dan bukanlah

kamu yang menyimpannya.15

Ayat tersebut menggambarkan bahwa sebelum hujan turun, angin beraneka

ragam atau banyak. Namun sedikit demi sedikit Allah mengarak dengan perlahan

partikel-partikel awan, kemudian digabungkan-Nya partikel-partikel itu, sehingga ia

tindih-menindih dan menyatu lalu turunlah hujan.16

Penyebab turunnya hujan juga didukung oleh udara di sekeliling awan yang

telah tersaturasi (jenuh) oleh uap air. Dalam kondisi saturasi ini, udara sudah tidak

mampu lagi menampung kadar uap air yang terkandung di dalamnya. Hal ini bisa

terjadi karena suhu udara yang menurun atau kadar air yang terus bertambah. Bila

salah satu dari kondisi ini muncul, presipitasi air di udara akan terjadi dan turunlah

hujan.

Jika presipitasi terjadi di daerah dingin, seperti musim dingin di Negara-negara

yang terletak di belahan bumi utara atau belahan bumi selatan, presipitasi tidak

14

A.G. Kartasapoetra dan Mul Mulyani Sutedjo, Teknologi Konservasi Tanah dan Air (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 42.

15Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 264.

16M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 7, h.

126.

Page 99: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

82

muncul sebagai air hujan, melainkan dalam bentuk kristal salju yang tidak lain

adalah air dalam wujud padatan.17

Tanaman di darat dan kehidupan di laut sangat membutuhkan garam-garam

mineral dan elemen lainnya untuk kelangsungan hidupnya. Garam dan logam berat

yang terdapat di dalam air hujan dapat meningkatkan produktivitas pada

pertumbuhan dan pembuahan tanaman.18

Proses turunnya hujan yang disebutkan dalam al-Qur´an di atas ternyata sejalan

dengan yang ditemukan oleh ilmuan. Pada perjalanan menuju bumi, beberapa

presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh kemudian

diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus

air hujan ini terus bergerak dalam tiga cara yang berbeda19

, yaitu:

Evaporasi/transpirasi, air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman

dan sebagainya. Kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan

kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air (awan) itu akan

menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam

bentuk cair, salju atau es.

Infiltrasi/perkolasi ke dalam tanah. Air bergerak ke dalam tanah melalui

celah-celah dan pori-pori tanah serta batuan menuju muka air tanah. Air

dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau

horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali

sistem air permukaan.

17

Tutun Nugraha dan Didik Sunardi, Seri Sains Energi Terbarukan: Energi Air, h. 14.

18Kementerian Agama RI, Al-Qur´an dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), h. 229.

19https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air, di akses pada 3 Agustus 2017, pukul 09:15 WIB.

Page 100: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

83

Air permukaan yaitu air yang bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan

aliran utama atau danau, semakin landai lahan dan semakin sedikit pori-pori

tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat

dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain

dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di

sekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Pada zaman dahulu, tahapan-tahapan terjadinya hujan belum diketahui oleh

manusia. Namun setelah ditemukannya radar udara, tahapan-tahapan tersebut mulai

ditemukan oleh para ilmuan sains dan mufasir. Berdasarkan penelitian, diketahui

terdapat tiga tahapan ketika hujan turun.20

Pertama, tahapan saat terjadinya penguapan air. Air yang ada di permukaan

bumi menguap dan terbawa angin ke langit. Air yang menguap itu tidak hanya yang

bersumber dari laut, tetapi juga dari air yang ada di darat, bahkan dari dedaunan

yang telah mati dan mengering. Uap tersebut terbawa oleh angin dan naik ke

atmosfer.

Kedua, tahapan ketika terjadinya awan. Uap-uap air tersebut berkumpul dan

menyatu, kemudian mengalami proses kondensasi (pemadatan) menjadi awan. Awan

tersebut terbawa oleh angin yang bergerak secara vertikal maupun horizontal.

Ketiga, saat terjadinya tetes-tetes air hujan. Saat awan tersebut terbawa secara

vertikal ke atas menyebabkan awan tersebut semakin menggumpal dan saling

tumpang tindih. Akhirnya, awan tersebut sampai ke atmosfer yang lebih dingin dan

20

Sema Gul, Serial Ilmu Pengetahuan Populer (Indonesia: Yudhistira, 2007), h. 23.

Page 101: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

84

berubah menjadi tetes-tetes air. Karena tetes-tetes air ini lebih berat dari udara,

maka mereka terpisah dari awan dan jatuh ke bumi.

Oleh karena itu, hujan mempunyai peranan yang sangat penting bagi

keberlangsungan kehidupan yang ada di bumi. Seandainya jika hujan tidak turun

(musim kering) dengan waktu yang sangat lama, maka dapat diperkirakan aktivitas

semua makhluk hidup akan terganggu.

Air yang terdapat di lapisan troposfer bumi (lapisan terbawah dari lapisan

atmosfer bumi) yang berbentuk buliran-buliran air ini menempel pada udara dengan

daya rekat dan kekuatan tensi permukaannya. Oleh karena itu, meski berada di awan

bisa digerakkan oleh angin, buliran-buliran air ini tetap tidak jatuh ke bumi menjadi

hujan kecuali setelah proses pembuahan.

Proses pembuahan awan berlangsung dengan berpadunya dua awan, dimana

salah satunya panas dan yang lain dingin atau awan yang satu mengandung arus

listrik positif dan yang lain mengandung arus listrik negatif. Selain itu dapat juga

melalui sejumlah partikel debu yang kecil dan keras yang digerakkan oleh angin dari

permukaan bumi dan dibuahkannya pada awan sehingga membantu pengumpulan

uap air di atasnya dan membantu penurunannya sebagai hujan dengan izin dan

kehendak Allah swt.21

Siklus air hujan yang terjadi merupakan sebuah siklus yang menakjubkan dan

membuktikan kekuasaan serta kehebatan ciptaan Allah swt. Setiap air yang turun ke

bumi telah terukur sesuai dengan kebutuhan hidup di bumi. Siklus antara uap air dan

21

Zaghlul An-Najjar, Sains dalam Hadis: Mengungkap Fakta Ilmiah atas Kemukjizatan Hadis Nabi, diterjemah oleh Zainal Abidin, dkk. (Jakarta: Amzah, 2011), h. 83.

Page 102: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

85

hujan sendiri salah satunya berfungsi memurnikan air di bumi sebagai tempat

makhluk hidup.

2. Air hujan turun sesuai dengan kadar

Kadar merupakan ketepatan suatu pelaksanaan mengikuti dan mematuhi

undang-undang dengan disiplin yang dikenakan dari luar atau dengan kerelaan

sendiri. Kadar juga bermakna kesanggupan suatu pelaksanaan itu bekerja atau

membuat sesuatu dengan cukup tertib, kesanggupan saling menghormati antara

individu, kesanggupan mengamalkan tingkah laku yang baik dan tidak mengganggu

kepentingan yang lain.22

Proses sirkulasi air (hidrologi) yang ada di bumi merupakan proses yang tanpa

henti, secara teratur dan tetap. Air yang ada di bumi tidak bertambah dan berkurang.

Ketika membahas tentang proses turunnya hujan, diketahui bahwa hujan diturunkan

ke bumi dalam kadar tertentu. Kuantitas hujan yang sudah ditentukan ini telah

ditemukan melalui penelitian modern.

Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi.

Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun.

Ini berarti bahwa air senantiasa berputar dalam siklus yang seimbang menurut kadar

tertentu. Satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan

ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi.23

22

Marihot Tua Efendi Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Grasindo,

2007), h. 300.

23Harun Yahya, Al-Qur´an dan Sains (Bandung: Dzikra, 2004), h. 101-102.

Page 103: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

86

Pemenuhan syarat-syarat tentang proses terjadinya hujan membutuhkan

perhitungan awal yang tidak mungkin dilakukan secara kebetulan. Dari sini tampak

bahwa terjadinya hujan merupakan salah satu rahasia alam yang tidak mungkin

dipahami dan diketahui kecuali setelah mendapatkan pemahaman yang

komprehensif.24

Namun, kekuasaan Allah terlihat sangat jelas. Hal itu tampak lebih

mencengangkan dalam distribusi pemerataan hujan di muka bumi dengan kehendak

Allah swt.

Dalam al-Qur´an, kadar merupakan posisi yang tepat berdasarkan aturan yang

sudah ditentukan oleh Allah. Hal ini telah dijelaskan dalam QS. al-Zukhruf/43: 11.

ة ميتا بل ن ب ماء ماء بلدر فأوش ل من امسه ي ىزه رجون )واله (33كذل ت

Terjemahnya:

Dan yang menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan), lalu

dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu

akan dikeluarkan (dari kubur).25

3. Krisis air hujan yang berkepanjangan menjadi bencana dalam kehidupan

Di samping memiliki manfaat yang penting dan beragam, air hujan yang turun

sering kita jumpai membawa masalah, bahkan bencana. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan hal itu terjadi, antara lain mekanisme pada alam yang tidak dipahami

atau diantisipasi dengan baik oleh manusia namun pada umumnya terjadi karena

ulah manusia sendiri.26

24

Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunah (Jakarta: Amzah, 2006), h. 72.

25Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 491.

26Kementerian Agama RI., Tafsir Ilmi: Air dalam Perspektif al-Qur´an dan Sains (Cet. I;

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an, 2011), h. 89.

Page 104: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

87

Permasalahan sangat mendasar yang sering terjadi selama ini adalah ketika

musim kemarau, tanah langsung kering dan tandus. Namun apabila hujan sangat

cepat terjadi maka akan mengakibatkan kelebihan air dan terjadinya banjir.

Fenomena ini dalam istilah lain disebutkan krisis air yang merupakan suatu

permasalahan yang perlu dipandang serius bukan hanya semasa berlakunya krisis,

bahkan tumpuan juga perlu diberikan terutama dalam mengenal dengan jelas atas

dasar dan penyelesaian jangka pendek dan panjang yang perlu diambil untuk

mengantisipasi terjadi bencana dari krisis air di masa mendatang.

Krisis air yang biasanya berlaku terutama melibatkan kawasan-kawasan di

sekitar wilayah pesisir yang jauh dengan aliran sungai. Sebenarnya ini menjadi tugas

untuk lebih menghargai dan mensyukuri nikmat sumber air yang dinikmati selama

ini. Dalam menghargai nikmat ini, disarankan untuk menggunakannya secara

beraturan yang terstruktur dan bijaksana agar tidak terjadi pe-mubazir-an atau

kemerosotan terhadap mutu air yang digunakan. Hal ini disebabkan karena air

merupakan sumber alam yang sangat penting dan menjadi nadi utama bukan saja

kepada kehidupan manusia, tetapi juga untuk kelangsungan hidup makhluk-makhluk

lain di atas muka bumi. Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam QS. al-

Nah}l/16: 10.

يمون ) تس شر في اب وم ش ماء ماء مك م ي أىزل من امسه و اله 31)

Terjemahnya:

Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu,

sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan,

padanya kamu menggembalakan ternakmu.27

27

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 269.

Page 105: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

88

Menurut pemahaman dari Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan

bahwa ayat ini dan bersambung dengan ayat-ayat berikutnya adalah tentang rincian

argumentasi keesaan Allah sekaligus tentang aneka nikmat-Nya. Ayat ini juga

menguraikan tentang tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan pangan serta

kebutuhan manusia dan binatang. Ayat ini mengingatkan manusia untuk bersyukur

kepada Allah dan memanfaatkan dengan baik anugerah-Nya yaitu bahwa Dia yang

maha kuasa itulah yang telah menurunkan dari arah langit yakni awan air hujan

untuk kamu manfaatkan. Sebagiannya menjadi air minum yang segar dan sebagian

lainnya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yakni di tempat kamu mengembalakan

ternak sehingga binatang itu dapat makan dan pada gilirannya dapat menjadi

penghasilan baginya.28

Dijelaskan lagi manfaat air pada ayat selanjutnya yaitu air hujan juga

menumbuhkan berbagai tanaman-tanaman, baik yang cepat layu dan juga bertahan

lama serta panjang usianya dan banyak manfaatnya. Adapun di antara yang panjang

usianya seperti zaitun, kurma, juga anggur dan berbagai macam buah-buahan

lainnya. Berdasarkan penyebab turunnya hujan yang sangat berpengaruh bagi

kehidupan, hal ini benar-benar terdapat tanda bagi orang yang memikirkannya.

Betapa tidak, dengan tempat tumbuh yang sama, dengan air yang sama tetapi dapat

tumbuh berbagai macam tumbuhan dengan rasa yang berbeda-beda.29

Adapun menurut Abi Muhammad ´Abd al-H{aq ibn ´At}iyyah al-Andalusi>

dijelaskan dalam Tafsirnya dari ayat tersebut dapat dipahami yaitu dengan adanya

28

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 7, h.

194.

29M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 7, h.

195.

Page 106: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

89

air hujan ke atas bumi menjadi penyebab tumbuhnya pohon dan tanaman di muka

bumi.30

Hal ini dapat menunjukkan bahwa manfaat hujan kepada tumbuhan

sangatlah penting, karena berpotensi hidup atau tidak hidupnya tumbuhan, bukan

hanya pada bidang kesuburannya saja. Maka air hujan dalam hal proses penggunaan

air perlu diatur secara benar, karena menjadi manfaat bukan hanya untuk manusia

saja, tetapi juga untuk benda hidup lainnya yang ada di bumi.

Perlu disadari bahwa hakikat air merupakan elemen penting kehidupan dan

sumber yang sangat sensitif kepada pencemaran, maka sewajarnya perlu mengambil

inisatif yang semaksimal mungkin untuk mengatasi kerusakan. Salah satu strategi

penting yaitu memastikan sumber air dijaga oleh semua pihak dengan meningkatkan

tahap kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap alam sekitar.

Begitu besarnya manfaat air sehingga perlu diatur dengan sebaik-baiknya dalam

penggunaan tersebut. Hal ini disebabkan kegunaan air sangat diperlukan oleh seluruh

alam. Begitu juga dalam al-Qur´an banyak ayat yang menyeru agar memperhatikan

air, sebagaimana memperhatikan bahwa air hujan berguna untuk menghidupkan

negeri (tanah) yang mati.

30

Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul Haqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi>, Al-Muh}arrar al-Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 3 (Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub al-´Ilmiyyah, 1993), h. 382.

Page 107: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

90

B. Wujud turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48

Air hujan tidak hanya berupa cair atau embun, namun bisa berbentuk padat

berupa es atau salju yang akan turun di mana saja sesuai dengan kehendak Allah

swt. Untuk itu, hujan bisa turun di laut, daratan ataupun di pemukiman manusia,

sehingga kita sering menemui genangan di pinggir jalan. Hal tersebut telah di atur

oleh Allah swt. dalam QS. al-Mu´minu>n/23: 18.

ملادرون ) اب ب نه ػل ذ ف الرض وا ماء ماء بلدر فأسكها (31وأىزميا من امسه

Terjemahnya:

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu Kami jadikan air

itu menetap di bumi dan Kami pasti berkuasa melenyapkan-Nya.31

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa air yang turun ke bumi dengan kadar yang

diperlukan sehingga tidak menimbulkan bencana. Ada tanah yang memerlukan

banyak tetapi tidak tahan menerima hujan yang lebat, sehingga air yang diperlukan

itu datang dari sungai-sungai yang mengalir. Air juga dapat tersimpan di laut dan

danau, bahkan sebagian tersimpan dalam bumi sebagai air tanah.

Allah telah menghendaki tersimpannya air dalam jumlah tertentu di bumi ini.

Dia membaginya dengan sangat teliti dan bijaksana antara lautan dan samudera,

sungai dan danau serta menyimpan sebagiannya lagi di dalam bumi atau

menahannya dalam bentuk salju padat di puncak-puncak gunung dan di atas dua

kutub bumi atau menjadikannya gas untuk menjaga kelembapan bumi.

Semua hal yang berkaitan dengan proses turunnya hujan telah terukur untuk

memenuhi kebutuhan hidup di bumi dan menjaga keseimbangan suhu di permukaan

31

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 344.

Page 108: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

91

bumi dari satu tempat ke tempat lainnya. Jika kadar air yang sudah terukur ini agak

berlebihan, maka bumi akan tergenang banjir. Namun jika kadarnya kurang,

kebutuhan bumi tidak dapat terpenuhi.

Jika ditinjau dari ukuran butirannya, maka hujan dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu:

1. Hujan rintik-rintik atau gerimis

وتثبيتا من أهفسم كثل جهة بر ين ييفلون أموامم ابتغاء مرضات الله ا ومثل اله أك ا وابل فأت ا بوة أ

بما تؼموون بصير )562( ن مم يصبا وابل فطل والله ضؼفين فا

Terjemahnya:

Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida

Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang

terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu

menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak

menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan.32

(QS. al-Baqarah/2: 265).

Hujan yang kita lihat selama ini tidak begitu saja jatuh dari langit. Ada

beberapa proses panjang sebelum air dari awan tersebut turun ke bumi dalam bentuk

cair atau padat. Salah satu di antara bentuk tersebut adalah rintik-rintik atau

gerimis.

Hujan ini menghasilkan butiran-butiran air yang tidak terlalu tebal dari langit.

Terkadang hujan rintik-rintik hanya terjadi pada awan yang memiliki lapisan rendah

dengan permukaan bumi.33

32

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 46.

33https://afikrubik.com/pengertian-jenis-proses-terjadinya-hujan/ diakses pada tanggal 1 Juli

2018.

Page 109: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

92

2. Hujan es atau salju

رج من ؼل ركما فتى امودق ي ثه ي ف بي يزج ساب ثه يؤم ماء من أمم تر أنه الله خلل وينل من امسه

ب بلبصار )11( يذ يا برك غن من يشاء يكد س من يشاء ويصف جبال فيها من برد فيصيب ب

Terjemahnya:

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan,

kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk,

lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan

(butiran-butiran es) dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan

seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran es) itu kepada

siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia

kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.34

(QS. al-Nu>r/24: 43).

Ayat ini dinilai oleh sementara pakar muslim sebagai telah mendahului

penemuan ilmiah modern tentang fase-fase pembentukan awan cumulus dan ciri-

cirinya serta yang berkaitan dengan hal tersebut. Disebutkan bahwa awan yang

menurunkan hujan dimulai dari atas awan yang berbentuk onggokan yang disebut

cumulus yaitu awan yang timbulnya ke atas.

Dalam penemuan ilmu pengetahuan modern, cumulus yang menghasilkan hujan

mengalami tiga fase, yaitu: fase koherensi dan pertumbuhan, fase penurunan hujan

dan fase penghabisan. Di samping itu, awan kumulus inilah satu-satunya awan yang

menghasilkan dingin dan mengandung aliran listrik.35

Salju (snow) sudah biasa terjadi terutama pada musim dingin (winter), akhir

musim gugur (fall) dan awal musim semi (spring) di daerah yang mempunyai lintang

tinggi dan menengah. Hal ini disebabkan dinginnya suhu permukaan (di bawah 0

34

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 356.

35M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 9, h.

369-370.

Page 110: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

93

derajat celcius) sehingga butir hujan membeku (bila saat keluar dari awan berbentuk

cair) atau bahkan tidak sempat mencair karena suhu antara dasar awan dan

permukaan juga sudah di bawah 0 derajat celcius.

Salju biasanya turun dari awan jenis stratus sehingga mampu terjadi hujan salju

dalam waktu yang cukup panjang seperti halnya hujan yang turun dari awan jenis

stratus di wilayah Indonesia. Sedangkan hujan es (hail) hanya akan terbentuk pada

awan Cumulonimbus (Cb) yang topnya melewati freezing level (ketinggian di mana

suhu udaranya 0 derajat celcius atau sekitar 16.000 kaki di wilayah Indonesia).36

Hujan es terjadi karena udara panas yang mengandung uap air, naik pada

ketinggian 1000-1200 meter dan bertemu dengan arus udara dingin, kemudian secara

tiba-tiba menjadi dingin. Arus udara panas yang bertemu dengan arus udara dingin

secara tiba-tiba menyebabkan panasnya menjadi hilang sehingga uap air yang

terdapat di dalamnya menjadi membeku dan berubah menjadi butiran-butiran es.

Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga butiran-butiran es yang terbang di udara

akan turun dengan cepat.37

3. Hujan deras atau lebat

واغق حذر امموت والله م من امصه ابؼم ف أذان ؼوون أ ظومات ورػد وبرق ي ماء في ب من امسه أو ك صي

(32محيط بمكفرين )

Terjemahnya:

Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai

kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya,

36

Mimin Karmini, Hujan Es atau Hail di Jakarta, Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 1 (t.tt: t.p, 2000), h. 27-28.

37Sema Gul, Serial Ilmu Pengetahuan Populer , h. 24.

Page 111: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

94

menghindari suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang

yang kafir.38

(QS. al-Baqarah/2: 19).

Dalam ayat ini dijelaskan tentang bagaimana perumpamaan yang Allah

misalkan mengenai orang-orang munafik. Mereka adalah orang-orang yang

terkadang melihat kebenaran dan dilain waktu mereka ragu. Hati mereka yang

berada dalam keraguan, kekufuran dan rasa bimbang itu diumpamakan seperti hujan

lebat.39

Menurut pendapat yang masyhur, al-S{ayyib (يب adalah hujan lebat yang (امصه

turun dari langit dalam keadaan gelap gulita. Kegelapan itu adalah keraguan,

kekufuran dan kemunafikan.

Hujan lebat terjadi pada awan hangat dan awan dingin. Proses terjadinya hujan

lebat pada awan hangat dimulai pada saat partikel air jatuh ke dalam awan dan

saling bertabrakan sehingga membentuk tetesan air yang lebih besar. Tetesan air ini

saat turun ke bumi dapat bergabung dengan tetesan air lainnya sehingga terjadilah

hujan lebat yang mengguyur.

Selain terjadi di awan hangat, hujan lebat juga bisa terjadi dari awan dingin.

Awan dingin terbentuk dari kristal es dan titik air yang tinggi di angkasa pada

daerah yang beriklim dingin. Uap air yang menempel pada kristal es ini akan ikut

membeku, maka jika kristal es semakin besar dan berat, ia akan jatuh ke bumi. Udara

yang hangat akan mencairkan kristal es sehingga turunlah hujan yang lebat.40

Dari ketiga bentuk wujud hujan yang penulis paparkan di atas sejalan dengan

ayat yang peneliti bahas yang menjelaskan bahwa hujan yang turun ke permukaan

38

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 5.

39Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur´a>n al-

´Az}i>m, diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9, h.

156-157.

40http://harian.analisadaily.com/mobile/ilmiah-populer/news/proses-terjadinya-awan-dan-

hujan-lebat/492617 diakses pada hari kamis, 25 januari 2018.

Page 112: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

95

bumi melalui beberapa proses. Adapun yang menjadi sebab beragamnya wujud hujan

ketika turun, maka tergantung dari proses yang terjadi sebelum air hujan sampai ke

permukaan bumi yang dapat menghasilkan hujan dalam bentuk cair atau padat,

sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-Ru>m/30: 48.

C. Manfaat turunnya hujan dalam QS. al-Ru>m/30: 48

ماء ي أىزل من امسه و اله يمون ) تس شر في اب وم ش (01ماء مك م

Terjemahnya:

Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu,

sebagiannya menjadi minuman, dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan,

padanya kamu mengembalakan ternakmu.41

(QS. al-Nah}l/16: 10).

Meski pemakaian terbesar air oleh manusia bukan untuk proses metabolisme

tubuhnya, tapi sebagaimana makhluk hidup lainnya, hidup dan kesehatan manusia

sangat tergantung pada air. Ketergantungan hidup manusia pada air tercermin pada

besarnya kandungan air dalam tubuh manusia.42

1. Air hujan sebagai sumber kehidupan

Dalam kenyataan sehari-hari, tanaman atau tumbuhan bahkan seluruh makhluk

hidup tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Hubungan antara hujan, kesuburan tanah

dan pertumbuhan tanaman telah diamati dan dipelajari manusia sejak zaman awal

peradaban yang menghasilkan teknologi pertanian dan irigasi. Pada saat ini

diperkirakan sekitar 69% dari persediaan air tawar yang ada dipermukaan bumi

digunakan untuk mengairi tanaman.43

41

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 269.

42Kementerian Agama RI., Tafsir Ilmi: Air dalam Perspektif al-Qur´an dan Sains, h. 77.

43Kementerian Agama RI., Tafsir Ilmi: Air dalam Perspektif al-Qur´an dan Sains, h. 75.

Page 113: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

96

Adapun maksud sumber kehidupan di sini merupakan elemen yang

menyebabkan sesuatu menjadi hidup, bukan berarti sumber sebagai asas hidup

karena sumber hidup yang hakikatnya adalah dari Allah swt. Hal ini menyebutkan

air sebagai sumber kehidupan di sini bukan menafikan asasnya, tetapi sebagai

elemen yang mempunyai proses untuk dapat menghidupkan. Sebagaimana yang

telah dijelaskan dalam QS. al-Anbiya> /21: 30.

ء ح ... ... وجؼويا من امماء كه ش

Terjemahnya:

… dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air …44

Ayat ini menerangkan secara umum tentang segala sesuatu yang hidup dijadikan

dari pada air, sehingga semua kehidupan bersumber dari air. Maka dapat dipahami

bahwa air menjadi asas bagi kehidupan. Jika hukum alam meniadakan air dan yang

ada hanya zat padat dan gas saja, maka tidak akan pernah ada kehidupan. Alasannya

adalah bahwa atom-atom zat padat berikatan terlalu rapat dan terlalu statis dan

sama sekali tidak memungkinkan proses molekuler dinamis yang penting bagi

terjadinya kehidupan. Sebaliknya dalam gas, atom-atom bergerak bebas dan acak

sehingga mekanisme kompleks bentuk kehidupan tidak mungkin berfungsi dalam

struktur seperti itu.45

Kata al-fatq ( فتق) pada ayat ini berarti ´pemisahan´ yaitu pemisahan bumi dari

langit yang sebelumnya menyatu. Ini juga yang kemudian ditemukan oleh ilmu

pengetahuan modern. Ada beberapa teori yang dapat mengungkap sejumlah gejala

44

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 325.

45Harun Yahya, Penciptaan Alam Semesta (Bandung: Dzikra, 2004), h. 107.

Page 114: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

97

berkaitan dengan hal ini tetapi tidak dapat mengungkapkan beberapa gejala yang

lain.46

Para penulis tafsir juga memberikan komentar bahwa telah dibuktikan melalui

penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi misalnya, menyatakan

bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan

satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan.

Sedangkan biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada

setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat

berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi atau bahkan

hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa

air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik.

Hilangnya fungsi itu akan berujung pada kematian.47

Menurut Abi Muhammad ´Abd al-H{aq ibn ´At}iyyah al-Andalusi> bahwa ayat

tersebut menunjukkan secara nyata terhadap penunjukan penciptaan dari pada air,

namun sebutan ini tidak umum karena tidak termasuk penciptaan malaikat dan jin.

Sedangkan dari sisi boleh umum yaitu dari sisi penciptaan semua hewan dan

tumbuh-tumbuhan karena penghidupan mereka ini yang dimaksudkan pada

penjelasan ayat tersebut. Namun ada juga yang berpendapat bahwa kata al-ma> (ماء )

adalah sperma pada semua hewan.48

46

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 8, h.

443.

47M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 8, h.

445.

48Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul Haqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi>, Al-Muh}arrar al-

Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 4, h. 80.

Page 115: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

98

Air adalah unsur mutlak yang diperlukan oleh semua makhluk hidup. Tidak

peduli jenis atau ukuran tubuhnya, mulai dari makhluk hidup yang paling kecil

hingga yang paling besar, mulai dari mikroba yang berukuran mikroskopis sampai

hewan yang besar sekalipun. Tanpa air yang Allah berikan, maka tidak akan ada

kehidupan di darat dan di dasar laut sekalipun. Oleh karena itu, tidaklah menjadi

heran apabila para astronom yang meneliti tentang kehidupan di planet-planet lain,

yang pertama dicari adalah keberadaan air pada planet tersebut. Urgensi air yang

demikian besar ini disebabkan oleh fungsi-fungsi vitalnya. Misalnya menjaga

keseimbangan temperatur tubuh, pembentukan sel-sel tubuh dan membantu

pencernaan makanan.49

Hal ini sebenarnya dapat dipahami betapa pentingnya posisi air dalam

kehidupan. Dari semua penjelasan tersebut di atas, sebenarnya sangat jelas bahwa air

merupakan sebuah unsur yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, bahkan

ada yang berpendapat air sebagai vital kehidupan, air sebagai dasar dari segala

kehidupan dan bahkan ada yang berpendapat bahwa jika tidak ada air, maka tidak

akan ada kehidupan. Ini menjadi sebuah bukti nyata bahwa air sangatlah dibutuhkan.

Oleh karena itu, perlu diperhatikan apabila air dijadikan sebagai unsur yang sangat

dibutuhkan, maka perlu adanya hubungan yang jelas untuk dapat digunakan oleh

manusia agar menjadi manfaat yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

49

Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam al-Qur´an (Cet. II; Jakarta:

Akbar Media, 2003), h. 183.

Page 116: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

99

2. Air hujan sebagai rezki dan rahmat dari Allah swt.

جهات وحبه ماء ماء مبارك فأهبتا ب ميا من امسه (2امحصيد )وىزه

Terjemahnya:

Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami

tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang

dapat di panen.50

(QS. Qa>f/50: 9).

Menurut Quraish Shihab dapat dipahami bahwa ayat tersebut merupakan

lanjutan tentang pemaparan bukti-bukti kekuasaan Allah swt. Di sini lebih

menekankan tentang dampak yang dihasilkan dari proses penciptaan langit dan

bumi. Adapun dampak tersebut antara lain yang dihasilkan bersama oleh langit dan

bumi yaitu air hujan yang bersumber dari laut dan sungai yang terhampar di bumi,

lalu air itu menguap ke angkasa akibat panas yang dipancarkan dari matahari yang

berada di langit.

Dapat dipahami bahwa Allah menyebutkan karunianya kepada makhuk dengan

menurunkan air hujan yang merupakan sumber kehidupan mereka di pentas bumi ini.

Air hujan yang turun tersebut merupakan sebuah rahmat yang dapat menjadi sumber

kehidupan bagi makhluk hidup. Hal ini disebabkan karena dalam air hujan

mengandung berbagai unsur lain, seperti nilai garam, kalori, energi dan lain

sebagainya yang semuanya menjadi manfaat paling besar bagi manusia.

Adapun menurut pemahaman Ibn ´At}iyyah, dapat dipahami bahwa semua hujan

memiliki keberkahan, meskipun ada sebahagian dipahami dapat membawa

kemudaratan bagi kehidupan. Namun mudarat di sini sangat sedikit dan terkhusus

saja, sedangkan keberkahannya sangat banyak dan menyeluruh mengambil manfaat.

50

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 519.

Page 117: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

100

Namun sebahagian mufasir menyatakan bahwa air yang berkah itu adalah air yang

bersih karena diturunkan oleh Allah pada tiap-tiap tahun dan tidak setiap hujan

memiliki keberkahan yang dimaksudkan ini.51

Hujan yang seringkali terjadi dan kita rasakan nikmatnya dari Allah swt. dan

menjadi pembicaraan banyak orang, mengandung banyak manfaat untuk makhluk-

makhluk yang bermukim di bumi. Beberapa ayat menjelaskan tentang manfaat air

hujan dalam rasa tawar serta menjadi rahmat. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah

yang menarik perhatian kita dengan menyatakan bahwa air hujan adalah tawar.

Allah swt. berfirman dalam QS. al-Wa>qi´ah/56: 68-70.

بون ) ي تش ن اممنمون )81أفرأيت امماء اله من اممزن أم ن أكجاجا فوول 82( أأهت أىزمتمو ( مو وشاء جؼويا

(01تشكرون )

Terjemahnya:

Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang

menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami

menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak

bersyukur?52

Quraish Shihab menyebutkan bahwa ayat tersebut berkaitan dengan ayat-ayat

sebelumnya yaitu tentang mempertanyakan kemampuan manusia dan menyuruh

untuk memperhatikan kekuasaan Allah. Maka pada ayat ini mempertanyakan

tentang kekuasaan mereka menurunkan hujan, dengan menjelaskan:

Allah swt. berfirman: Maka apakah kamu melihat dengan mata kepala atau

hati, keadaan yang sungguh menakjubkan. Terangkanlah kepada-Ku tentang

air yang dari saat ke saat kamu minum! Kamukah yang menciptakannya atau

mengatur prosesnya, sehingga menjadi tawar lalu menurunkannya dari awan

51

Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul Haqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi>, Al-Muh}arrar al-Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 5, h. 158.

52Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 537.

Page 118: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

101

dalam keadaan enak diminum ataukah Kamu para Penurunnya? Kalau Kami menghendaki niscaya Kami menjadikannya yakni air yang turun itu asin lagi

sangat pahit membakar perut, serupa rasanya sebelum menguap dari laut

sehingga tidak dapat kamu minum, maka mengapakah kamu tidak terus-

menerus bersyukur kepada Allah yang menjadikannya tawar dan enak

diminum.53

Adapun penggunaan kata al-muzn (اممزن) sebagaimana dipahami dalam Tafsir al-

Mishbah adalah bentuk jamak dari kata al-muznah ( ةاممزه ) yaitu bermakna awan yang

mengandung air. Ada juga yang mengartikan awan putih yang mengandung air. Ini

menurut mereka adalah air yang paling jernih dan sedap. Apapun maknanya, yang

jelas ayat ini mengisyaratkan bahwa tidak semua awan dapat mengakibatkan

turunnya hujan, tetapi hanya awan tertentu yang mengandung benih-benih airnya.

Sedangkan penggunaan kata jamak al-munzilu>n (اممنمون) di samping menunjukkan

kuasa dan kebesaran Allah, juga untuk mengisyaratkan bahwa ada malaikat yang

ditugaskan oleh Allah untuk mengatur turunnya hujan serta terdapat juga sistem dan

hukum-hukum alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk maksud tersebut.

Dipahami dalam kitab Tafsir Ibn ´At}iyyah bahwa ayat ini hanya menjelaskan

kadar yang sangat asin dalam kandungan air laut yang hijau. Namun untuk

memahami tentang manfaat air yang lebih dalam tidak dijelaskan dalam penafsiran

tentang ayat ini.54

Seharusnya ayat ini juga dipahami untuk terjadinya hujan

diperlukan keadaan cuaca tertentu di luar kemampuan manusia, seperti adanya angin

dingin yang berhembus di atas angin panas atau keadaan cuaca yang tidak stabil.

53

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an, Vol. 13, h.

569.

54Al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul Haqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah al-Andalusi>, Al-Muh}arrar al-

Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 5, h. 249.

Page 119: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

102

Adapun sebagaimana perkembangan teknologi sekarang seperti membuat hujan

buatan yang sedang dikembangkan. Teknologi inipun sampai saat ini masih

merupakan percobaan yang persentase keberhasilannya masih sangat kecil, di

samping masih memerlukan beberapa kondisi alam tertentu juga.

3. Air hujan sebagai sarana ibadah

Ketersediaan air di bumi dalam jumlah yang besar memang multiguna sebab

keseimbangan alam sangat ditentukan oleh faktor air. Manusia termasuk makhluk

yang paling banyak menggunakan air dalam segala aspek kehidupan baik secara

internal maupun eksternal. Adapun fungsi air sebagai sarana bersuci dijelaskan

dalam QS. al-Maidah/5: 6.

ل اممرافق وام ك وأيديك ا لة فاغسووا وجو ل امصه

ذا كمت ا

ين أموا ا ا اله ل يأيه

سحوا برءوسك وأرجوك ا

ن كيت جبا فاطه ساء امكؼبين وا ت ام ن كيت مرض أو ػل سفر أو جاء أحد مك من امغائط أو لمس

هروا وا

مي ما يريد الله ك وأيديك م با فامسحوا بوجو ؼيدا طي موا دوا ماء فتيمه يك من حرج ومكن جؼل ػو فل ت

ػويك مؼوهك تشكرون ) (8يريد ميطرك وميته هؼمت

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan

shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah

kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu

junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau

kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika

kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik

(suci), usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin

menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan

menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.55

Air dijadikan sebagai sarana untuk bersuci atau membersihkan diri dari lahir

dan batin. Adapun bagi seorang muslim, air bersih atau air suci yang menyucikan itu

55

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 109.

Page 120: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

103

dapat digunakan bukan hanya untuk mandi dan mencuci, tetapi air ini dapat juga

digunakan untuk wudhu dan mandi wajib. Penggunaan air secara umum dilakukan

oleh manusia untuk membersihkan dan menyucikan diri dan lainnya, seperti mencuci

benda-benda dan berbagai peralatan serta untuk mandi dan memandikan hewan

ternak, menyucikan kaki, tangan dan membersihkan segala anggota badan.56

Dijelaskan dalam pembahasan fiqh bahwa ada tujuh sumber air minum, salah

satunya yakni air bersih atau suci yang dapat membersihkan dan menyucikan. Air ini

sangat baik digunakan untuk kepentingan kehidupan segala jenis makhluk hidup

termasuk untuk kepentingan pelaksanaan ibadah. Ketujuh sumber air tersebut adalah

air hujan, air laut, air sungai, air sumur, mata air, salju dan embun.57

Siapapun berkewajiban untuk menjaga, memelihara dan melindungi kemurnian

air ini dari berbagai macam kerusakan karena dengan adanya air, segala kebutuhan

hidup manusia akan terpenuhi, termasuk dalam hal ibadah yang menjadikan air

sebagai sarana utama dalam bersuci.

4. Air hujan sebagai sarana pemberdayaan lingkungan

Air juga berfungsi sebagai sarana kesejahteraan pemberdayaan lingkungan

dalam kehidupan sehari-hari. Air terbukti sebagai sarana utama dalam kehidupan

seperti menggunakan laut sebagai prasarana transportasi air, juga menggunakan air

untuk menyirami tanaman dan lainnya. Semua hal ini dijadikan air benar-benar

menjadi sumber rezeki dalam budi daya lingkungan hidup. Pernyataan ini telah

dijelaskan dalam QS. Ibra>him/14: 32.

56

Kementerian Agama RI, Tafsir al-Qur´an Tematik, Jilid 4 (Cet. I; Jakarta: Kamil Pustaka,

2014), h. 57.

57Ali Yafie, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup (Jakarta: Ufuk Press, 2006), h. 193.

Page 121: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

104

من امثهمرات رزكا م ماء ماء فأخرج ب ماوات والرض وأىزل من امسه ي خوق امسه اله هر مك الله امفل ك و

هر مك النار ) و (12متجري ف امبحر بأمر

Terjemahnya:

Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air (hujan)

dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu, Dia mengeluarkan berbagai

buah-buahan sebagai rezeki untukmu dan Dia telah menundukkan kapal

bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya dan Dia telah

menundukkan sungai-sungai bagimu.58

Air difungsikan untuk pengembangan pemberdayaan lingkungan, seperti budi

daya pertanian dan lain sebagainya yang tujuan penggunaan air yaitu untuk

pengembangan budi daya usaha dalam masyarakat. Dalam bidang pertanian

contohnya, air selalu menjadi faktor yang menentukan tingkat keberhasilan

pertanian. Oleh sebab itu, orang berusaha keras mengawasi sumber air untuk

keperluan pertanian. Apalagi di daerah padang tandus, air lebih penting lagi dalam

penjagaannya karena sifat tanahnya yang kering dan gersang. Dalam hal ini, al-

Qur´an senantiasa memberi dorongan untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya

air dengan baik.59

Dorongan ini menjadi inspirasi untuk menciptakan berbagai teknologi untuk

dapat mengelola air, seperti menciptakan sistem irigasi yang menopang tingkat

keberhasilan pertanian serta mengembangkan daya air bagi kemaslahatan hidup

orang banyak. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada pasal 1 ayat 6 yang bunyinya:

Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air atau sumber air yang dapat

58

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 260.

59Kementerian Agama RI, Tafsir al-Qur´an Tematik, Jilid 4 (Cet. I; Jakarta: Kamil Pustaka,

2014), h. 59.

Page 122: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

105

memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia

serta lingkungannya.

5. Air hujan sebagai sarana pembangkit energi

Fungsi air dalam kehidupan sangat berperan dalam pembangunan energi.

Buktinya dapat dilihat bahwa hampir semua teknologi menggunakan air sebagai

penyeimbang, seperti pendingin radiator pada mesin, pembangkit listrik tenaga air

dan pengembangan tenaga nuklir yang juga sangat utama dalam penggunaan air

ketika uranium diaktifkan. Penggunaan air sebagai sarana pembangkit energi telah

dijelaskan dalam QS. al-Baqarah/2: 164.

ري ف امبحر بم هت ت ار وامفل ام ماوات والرض واختلف انوهيل واهنه نه ف خوق امسها ييفع اميهاس وما أىزل ا

الرض بؼد موتا وبثه ماء من ماء فأحيا ب من امسه ر الله حاب اممسخه يح وامسه هة وتصيف امر فيها من ك داب

ماء والرض ليت ملوم يؼلوون ) (381بين امسه

Terjemahnya:

Sesungguhnya pada pencitaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,

kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia,

apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-

Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-

macam binatang, dan perkisaran angina dan awan yang dikendalikan antara

langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi orang-orang yang mengerti.60

Ayat ini mengarahkan kita untuk berpikir dan memahami dengan sebenar-

benarnya terhadap manfaat air dalam kehidupan. Air dapat dimanfaatkan juga untuk

pengembangan sumber pembangkit energi. Salah satu contohnya yaitu Pembangkit

Listrik Tenaga Air (PLTA). Potensi ini terutama di daerah aliran sungai yang

topografis tanahnya berbukit. Adapun yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai

60

Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 26.

Page 123: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

106

adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

anak-anak sungai yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang

berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami.61

Sebagaimana yang

tersebut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air pasal 1 ayat 11.

Adapun di sisi lain perlu dipahami juga yaitu manfaat air bagi tubuh manusia

sendiri. Perlu disadari bahwa air adalah komponen yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh, bukan hanya sekedar untuk menghilangkan haus. Minum air 8-10 gelas setiap

hari secara rutin dapat membuat berbagai sistem yang terdapat dalam tubuh manusia

untuk bekerja secara optimal, antara lain sebagai berikut:

o Kulit sehat.

o Melindungi dan melumasi gerakan sendi otot.

o Menjaga kestabilan suhu tubuh.

o Membersihkan racun.

o Menstabilkan pembuangan.62

Secara ilmiah, air merupakan nutrien yang paling penting dalam kehidupan

karena tanpa air, kelangsungan hidup tidak akan bertahan. Tubuh manusia

sebahagian besar terdiri atas cairan, sekitar 54% dari berat badan orang dewasa

terdiri atas cairan, sedangkan pada anak-anak kurang lebih 70% dari berat badannya.

Fungsi air dalam tubuh manusia antara lain adalah sebagai pelarut zat-zat gizi dalam

proses pencernaan dan penyerapan oleh dinding usus. Selanjutnya air berperan

61

Kementerian Agama RI., Tafsir al-Qur´an Tematik, Jilid 4 (Cet. I; Jakarta: Kamil Pustaka,

2014), h. 60.

62Kementerian Agama RI., Tafsir al-Qur´an Tematik, Jilid 4, h. 58.

Page 124: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

107

sebagai alat pengangkut bahan-bahan nutrien dan zat-zat gizi itu dalam saluran

darah untuk didistribusikan ke seluruh sel-sel jaringan tubuh.63

Pengeluaran cairan dari tubuh berlangsung melalui keringat, penguapan air

melalui saluran pernafasan, melalui urin dan pembuangan kotoran. Untuk

memelihara keseimbangan cairan tubuh yang baik agar tubuh tetap segar, maka

pengeluaran cairan harus diimbangi dengan pemasukan cairan yang setara. Apabila

pengeluaran lebih banyak daripada pemasukan, maka tubuh akan kekurangan cairan

yang disebut dengan dehidrasi.64

6. Air hujan sebagai azab atas para pelaku maksiat

Selain daripada hujan bermanfaat sebagai rahmat, ternyata di sisi lain hujan juga

dapat digunakan sebagai azab bagi para pelaku maksiat, sebagaimana dapat kita

lihat pada firman Allah dalam QS. Hu>d/11: 44 tentang azab pada kaum Nabi Nuh as.

توت ػل امجودي و اء أكوؼي وغيض امماء وكض المر واس بؼدا نولوم كيل وكيل يأرض ابوؼي ماءك ويس

اممين ) (11امظه

Terjemahnya:

Dan difirmankan, Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan)!

Berhentilah. Dan airpun disurutkan, dan perintahpun diselesaikan dan kapal

itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, “Binasalah orang-orang

zalim”.65

Musibah yang terjadi menimpa umat manusia ada dua bentuk penyebabnya,

yaitu sebagai hukuman dan sebagai penebus dosa. Jika merupakan hukuman, maka

63

Alejandro Junger, Clean: Program Revolusioner Mengembalikan Kemampuan Alami Tubuh untuk Menyembuhkan Diri (Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka, 2011), h. 128.

64Kementerian Agama RI., Tafsir Al-Qur´an Tematik, Jilid 4, h. 59.

65Kementerian Agama RI, Al-Qur´an al-Kari>m: Terjemah Tajwid Warna, h. 227.

Page 125: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

108

itu adalah hukuman atas maksiat. Tetapi jika merupakan penebus dosa, maka

sebagai penebus dosa terhadap pelaku maksiat.66

Sehingga dapat dipahami bahwa

maksiat menjadi salah satu penyebab musibah-musibah yang menimpa umat.

Dari beberapa manfaat hujan tersebut yang telah penulis paparkan di atas,

bahwa hasil dari bumi dan langit yang diciptakan oleh Allah swt. yaitu berupa proses

turunnya hujan yang bersumber dari laut, darat dan sungai yang terhampar di bumi,

lalu kandungan air itu menguap ke angkasa akibat panas yang terpancar dari

matahari.

Oleh karena itu, Allah menyebutkan karunia-Nya kepada makhluk dengan

menurunkan air hujan yang merupakan sumber kehidupan mereka di bumi. Air hujan

yang turun tersebut merupakan sebuah rahmat yang dapat menjadi sumber

kehidupan bagi makhluk hidup. Hal ini disebabkan karena dalam air hujan

mengandung berbagai unsur lain sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,

seperti garam, kalori, energi dan lain sebagainya yang semuanya menjadi manfaat

paling besar bagi manusia.

66

http://www.harianislam.id/2018/01/benarkah-musibah-berasal-dari.html?=1 diakses pada

tanggal 12 januari 2018.

Page 126: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

109

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah penulis paparkan di atas melalui metode tafsir

tah}li>li> dalam QS. al-Ru>m/30: 48 terhadap proses turunnya hujan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut.

1. Hakikat turunnya hujan dalam al-Qur´an terbagi menjadi 3, yaitu: Pertama,

air hujan turun secara bertahap. Kedua, air hujan turun sesuai dengan kadar.

Ketiga, krisis air hujan yang berkepanjangan menjadi bencana dalam

kehidupan.

2. Air hujan yang turun ke permukaan bumi tidak selamanya berbentuk cair

atau embun, namun dapat berbentuk padat berupa es atau salju. Oleh karena

itu, peneliti dalam hal ini membagi wujud hujan ke dalam beberapa bagian.

Ditinjau dari ukuran butirannya, maka wujud hujan dalam al-Qur´an dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu hujan rintik-rintik atau gerimis, hujan salju atau es

dan hujan deras atau lebat.

3. Air hujan mengandung berbagai unsur seperti: H2O, asam nitrat, karbon,

asam sulfat dan garam yang semuanya mempunyai manfaat besar dalam

kehidupan manusia di permukaan bumi, di antaranya: air hujan sebagai

sumber kehidupan, air hujan sebagai rezki dan rahmat dari Allah swt., air

hujan sebagai sarana beribadah, air hujan sebagai sarana pemberdayaan

lingkungan, air hujan sebagai sarana pembangkit energi dan air hujan sebagai

azab atas para pelaku maksiat.

Page 127: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

110

B. Implikasi dan saran

Proses turunnya hujan dalam al-Qur´an sangat penting untuk kita pahami,

dihayati dalam kehidupan. Mengingat begitu buruk dampak yang ditimbulkan dari

perilaku sebahagian besar orang yang senantiasa mengingkari nikmat Allah. Selain

itu, tahapan terjadinya hujan juga mengajarkan kita untuk merenungi tentang nikmat

Allah yang dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan baik berupa rahmat, azab

maupun fenomena alam agar manusia dapat mengambil pelajaran dan memikirkan

tentang kekuasaan Allah melalui ciptaan alam semesta yang tidak hanya berkisar

pada langit dan bumi, akan tetapi terletak juga di antara keduanya.

Dari skripsi ini tentunya masih banyak hal yang perlu dikembangkan dengan

melihat begitu banyaknya ayat dalam al-Qur´an yang menyinggung tentang hujan

dan segala yang berkaitan dengannya. Selain itu, penelitian-penelitian lain yang

membahas tentang hujan dalam al-Qur´an pun masih sangat minim, khususnya yang

berkenaan dengan proses turunnya hujan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan tulisan ini dapat menjadi inspirasi

kepada seluruh kalangan, khususnya kalangan akademisi untuk terus melakukan

kajian terhadap al-Qur´an dalam segala aspek dan tidak meninggalkan satu aspek

yang lainnya, salah satu di antaranya yaitu yang berhubungan dengan alam untuk

memberi manfaat kepada manusia, sekaligus membuktikan kepada dunia kebenaran

dan komprehensifitas Islam dan al-Qur´an yang rahmatan li al-´a>lami>n dan s}a>lih} li

kulli zama>n wa maka>n.

Page 128: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

111

DAFTAR PUSTAKA

KEPUSTAKAAN:

Al-Qur´a>n al-Kari>m.

Abdushshamad, Muhammad Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam al-Qur´an. Cet. II;

Jakarta: Akbar Media, 2003.

Ahmad, Yusuf al-Hajj. Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa. Cet. I; Solo:

Aqwam, 2016.

Allam, Ahmad Khalid, dkk. Al-Qur´an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan. London: Cambridge University Press, 2005.

al-Andalusi>, al-Qa>d}i> Abi> Muh}ammad ´Abdul H{aqq Ibn Ga>lib Ibn ´At}iyyah. Al-Muh}arrar al-Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-´Azi>z, Juz 4. Cet. I; Beirut: Da>r Al-

Kita>b Al-´Ilmiyyah, 1993.

An-Najjar, Zaghlul. Mengungkap Fakta Ilmiah atas Kemukjizatan Hadis Nabi, diterjemah oleh Zainal Abidin, dkk. Jakarta: Amzah, 2011.

-------. Pembuktian Sains dalam Sunah. Jakarta: Amzah, 2006.

al-As}fah}a>ni>, al-´Alla>mah al-Ra>gib. Mufrada>t Alfa>z} al-Qur´a>n, ditah}qi>q oleh S{afwa>n

Adna>n Dawu>di>. Dimasyqi: Da>r Al-Qalam, 1982.

-------. Al-Mufrada>t fi> Gari>b al-Qur´a>n, diterjemah oleh Ahmad Zaini Dahlan, Kamus al-Qur´an, Jilid 3. Cet. I; Jawa Barat: Khazanah Fawa´id, 2017.

As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur´an. Cet. X; Jakarta: t.p., 2008.

Asy´ari, Ajhar. Al-Ma>´ dalam al-Qur´an (Perspektif Sains), Skripsi. Yogyakarta:

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2017.

Ba>qi>, Muh}ammad Fua>d ´Abdul. Al-Mu´jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur´a>n al-Kari>m. Cet. III; Kairo: Da>r Al-H{adi>s|, 1991.

Baidan, Nashruddin. Metode Penafsiran al-Qur´an: Kajian Kritis terhadap Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

-------. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Cet. II; Jakarta: Pustaka Pelajar, 2011 M.

al-Dimasyqi>, Abi> al-Fida> Isma>´i>l Ibn ´Umar Ibn Kas|i>r al-Quraisyi>. Tafsi>r al-Qur´a>n al-´Az}i>m, diterjemah oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2015.

El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Qur´an tentang Alam Semesta. Jakarta:

Amzah, 2000.

Emoto, Masaru. The Hidden Messages in Water. Korea: Atria Books, 2001.

Page 129: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

112

al-Farmawi, Abdul Hayy. Al-Bida>yah fi> al-Tafsir al-Maud}u> i<<< <, diterjemah oleh

Rosihon Anwar, Metode Tafsir Maudhu´i dan Cara Penerapannya. Cet. I;

Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Firdaus, Feris. Alam Semesta: Sumber Ilmu, Hukum, dan Informasi Ketiga Setelah al-Qur´an dan al-Sunnah. Yogyakarta: Insania Citra Press, 2004.

Gul, Sema. Serial Ilmu Pengetahuan Populer. Indonesia: Yudhistira, 2007.

Hamka. Tafsir al-Azhar. Jilid 3. Jakarta: Gema Insani Press, 2015.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Grasindo, 2007.

Iskandar, Rezki Apriliya. Sandiago Uno: Allah Lagi Kirim Hujan, Harusnya Jadi Berkah. Liputan 6, diakses pada 16 Desember 2017.

Ismail, Asep Usman. Al-Qur´an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan Membangun Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan. Tangerang: Lentera Hati, 2012.

Jauhari>, al-Syaikh T{ant}a>wi>. al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur´a>n al-Kari>m, vol. xv . t.t. Da>r

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1351 H.

Jazali, Ahzami Samiun. Kehidupan Dalam Pandangan al-Qur´an. Cet 1; Jakarta:

Gema Insani Press, 2006.

Junger, Alejandro. Clean: Program Revolusioner Mengembalikan Kemampuan Alami Tubuh untuk Menyembuhkan Diri. Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka,

2011.

Karmini, Mimin. Hujan Es atau Hail di Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. Vol. 1. t.tt: t.p, 2000.

Kartasapoetra, A.G. dan Mul Mulyani Sutedjo. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Kementerian Agama RI. Air dalam Perspektif al-Qur´an dan Sains. Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Qur´an, 2011.

-------. Mushaf dan Terjemah Tajwid Warna. Jakarta: Madina Quran, 2016.

-------. al-Tafsi>r al-Waji>z li al-Qur´a>n al-Kari>m: Tafsir Ringkas al-Qur´an al-Karim, Jilid II. Cet. I; Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur´an, 2016.

-------. Tafsir al-Qur´an Tematik. Jilid 4. Cet. I; Jakarta: Kamil Pustaka, 2014.

Khalla>f, ´Abdul Wahha>b. ´Ilmu Ushu>l al-Fiqh. Cet. VIII; Kairo: Maktabah al-

Dakwah al-Islamiyyah, 1968.

al-Mara>gi>, Ah}mad Must}afa>. Tafsi>r al-Mara>gi>, diterjemah oleh Bahrun Abu Bakar.

Semarang: PT. Karya Toha Putra, t.th.

Page 130: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

113

Mauliddin, Arif Iman. Telaah Kritis Makna Hujan dalam al-Qur´an, Jurnal. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018.

Muharram, Ahmad Taufiq. Proses Turunnya Hujan dalam al-Qur´an (Telaah

Penafsiran Tant}a>wi> Jauhari> dalam Tafsi>r al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur´a>n al-

Kari>m). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga, 2008.

Munawwir, Achmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet.

XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur´an: Studi Aliran-aliran Tafsir dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer. Yogyakarta: Idea

Press, 2012.

Naufal, Abdul Rozzaq. Mengenal Allah Lewat Sains Modern. Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2007.

Nugraha, Tutun dan Didik Sunardi. Seri Sains Energi Terbarukan: Energi Air. t.tt: PT. Pelangi Ilmu Nusantara, 2013.

Nurlatifah, Prihatin. Saat Awan Menjadi Hujan. Banten: Talenta Pustaka Indonesia,

2011.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Pusat Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

al-Qat}t}a>n, Manna>´ Khali>l. Maba>h}is| fi> ´Ulu>m al-Qur´a>n, diterjemah oleh Mudzakir

AS. Cet. XVI; Bogor: Litera AntarNusa, 2013.

Rahman, Fazlur. Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual. Bandung:

Pustaka, 2005.

Sa´u>d, al-Wali>d bin T{ala>l bin ´Abdul ´Azi>z A<li. Al-Qur´a>n al-Kari>m dan Terjemahannya ke Dalam Bahasa Indonesia, diterjemah oleh Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Qur´an. Jakarta: Kementerian Agama, Waqaf,

Da´wah dan Bimbingan Islam, 1990.

Sabry, Muhammad Sadik. Menyelami Rahasia Langit Melalui Term al-Sama>´ dalam al-Qur´an. Makassar: Alauddin University Press, 2012.

Salim, Abd. Muin dkk. Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u> i>. Yogyakarta: Pustaka

Al-Zikra, 2011.

Sani, Ridwan Abdullah. Sains Berbasis al-Qur´an. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Saputro, Anip Dwi. Keajaiban Hujan dalam Perspektif Sains dan Islam. Jurnal. Ponorogo: Fakultas Agama Islam Muhammadiyah, 2015.

Page 131: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

114

Satori, Djam´am dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. III;

Bandung: Alfabeta, 2011.

al-S{a>bu>ni>, Muh}ammad ´Ali>. Al-Tibya>n fi> ´Ulu>m al-Qur´a>n. Cet. I; t.tt.: Da>r Al-

Kutu>b Al-Isla>miyyah, 1424 H/2003 M.

Shihab, M. Quraish dkk. Ensiklopedia al-Qur´an: Kajian Kosakata. Jilid 1. Cet. I;

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

-------. Mukjizat al-Qur´an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 2007.

-------. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur´an. Vol. 15. Ciputat:

Lentera Hati, 2007.

-------, al-Qur´an dan Maknanya. Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2010.

Simatupang, Oktolina. Pesan tentang Edukasi Bencana dalam Film ‚Nyanyian

Musim Hujan‛. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, no. 2 (2016), h. 89.

Soekardi, Susilo dan Tauhid Nur Azhar. Mengenal Allah, Air dan Samudra: Mengurai Tanda-Tanda Kebesaran Allah di Lautan. Solo: Tinta Medina,

2012.

Sugono, Dendy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2008.

Sutarni dan Sukardi. Bahasa Indonesia 2. Cet. I; Jakarta: Quadra, 2008.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2010.

al-T{abari, Abi> Ja´far Muh}ammad bin Jari>r >. Ja>mi´ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur´a>n, Juz

II. Beirut: Da>r al-Kutub al-´Ilmiyyah, 2000.

Thayyarah, Nadiah. Buku Pintar Sains dalam al-Qur´an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah. Cet. III; Jakarta: Zaman, 2014.

Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Cet. V; Jakarta: PT.

Media Pustaka Phoenix, 2010.

Yafie, Ali. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Jakarta: Ufuk Press, 2006.

Yahya, Harun. Al-Qur´an dan Sains. Bandung: Dzikra, 2004.

-------. Keajaiban al-Qur´an. t.t.: Sygma Group Publishing, 2008.

-------. Penciptaan Alam Semesta. Bandung: Dzikra, 2004.

Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer untuk SMA/MA Kelas XI. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007.

Page 132: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

115

Yulianti, Eny dan Elok Kamilah Hayati. Kasih Sayang Allah dalam Air Hujan. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Zakariya>, Abi> al-H{usain Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn. Mu´jam Maqa>yi>s al-Lugah, ditah}qi>q

oleh Abdul Sala>m Muh}ammad Ha>run. t.tt: Da>r Al-Fikri, 1979.

al-Zarkasyi>, al-Ima>m Badruddin Muh}ammad bin ´Abdullah. Al-Burha>n fi> ´Ulu>m al-Qur´a>n, ditah}qi>q oleh Abi> al-Fad}l al-Dimya>t}i>, Jilid I. Kairo: Da>r al-H}adi>s|,

1957.

al-Zarqa>ni>, Muh}ammad ´Abdul ´Az}i>m. Mana>hil al-´Irfa>n fi> ´Ulu>m al-Qur´a>n, Jilid I.

Beirut: Da>r al-Fikr, 1988.

al-Zuh}aili>, Wahbah. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-´Aqi>dah wa al-Syari>´ah wa al-Manhaj. Juz 3. Cet. II; Damsyiq: Da>r al-Fikr, 1418 H.

-------. Tafsi>r al-Was}i>t}, diterjemah oleh Muhtadi, dkk, jilid III. Cet. I; Jakarta: Gema

Insani, 2013.

Page 133: PROSES TURUNNYA HUJAN DALAM AL-QUR´AN

116

INTERNET:

https://afikrubik.com/pengertian-jenis-proses-terjadinya-hujan/ diakses pada tanggal

1 Juli 2018.

http://harian.analisadaily.com/mobile/ilmiah-populer/news/proses-terjadinya-awan-

dan-hujan-lebat/492617 diakses pada hari kamis, 25 januari 2018.

https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air, di akses pada 3 Agustus 2017, pukul 09:15

WIB.