sejarah turunnya al-quran

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Al-Quran bagi kaum Muslimin adalah verbum dei (kalãmu-Allãh) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun: “Seandainya Kami turunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah karena gentar kepada Allah” (59:21). Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan Nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum Muslimin dalam segala aspeknya. Bahkan, masyarakat Muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah al- Quran. Itulah sebabnya, al-Quran berada tepat di jantung kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap al-Quran, kehidupan, pemikiran dan kebudayaan kaum Muslimintentunya akan sulit dipahami. 1 1.2 RUMUSAN MASALAH 1 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, Divisi Muslim Demokrasi, Jakarta, 2011, hlm. 1. 1

Upload: mila-n-azizah

Post on 03-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Turunnya Al-quran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Al-Quran bagi kaum Muslimin adalah verbum dei (kalãmu-Allãh) yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang

lebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang

berada di luar kemampuan apapun: “Seandainya Kami turunkan al-Quran ini

kepada sebuah gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah

karena gentar kepada Allah” (59:21). Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan

Nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan

individual dan sosial kaum Muslimin dalam segala aspeknya. Bahkan, masyarakat

Muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan

merespon dakwah al-Quran. Itulah sebabnya, al-Quran berada tepat di jantung

kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya. Tanpa

pemahaman yang semestinya terhadap al-Quran, kehidupan, pemikiran dan

kebudayaan kaum Muslimintentunya akan sulit dipahami.1

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah al-Quran?

2. Bagaimana proses pengumpulan al-Quran?

3. Apa Tujuan Pokok Diturunkannya Al-Qur’an?

1.3 TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini tidak lain hanya untuk mengetahui, memperlajari

dan memhami lebih dalam mengenai sejarah al-Quran sebagai pedoman hidup

1 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, Divisi Muslim Demokrasi, Jakarta,  2011, hlm. 1.

1

Page 2: Sejarah Turunnya Al-quran

umat Islam. Selain itu juga menunjang kepada tugas mata kuliah ilmu

al-Quran/Tafsir sebagai sarana melengkapi tugas mata kuliah tersebut.

2

Page 3: Sejarah Turunnya Al-quran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH AL-QURAN

Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, dalam bahasa Arab �ر�ق adalah kitab (آن

suci agama Islam. Umat Islam memercayai bahwa Al-Qur'an merupakan puncak

dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.2

Kitab suci kaum Muslimin, yang berisi kumpulan wahyu Ilahi yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih 23 tahun, secara populer

dirujuk dengan nama “al-Qur’ãn” .(القران) Sebagian besar sarjana Muslim

memandang nama tersebut secara sederhana merupakan kata benda bentukan

(mashdar) dari kata kerja (fi‘l ) qara’a (قرأ), “membaca.” Dengan demikian al-

qur’ãn (القران) bermakna “bacaan” atau “yang dibaca” (maqrû’). 1 Dalam

manuskrip al-Quran beraksara kufi yang awal, kata ini ditulis tanpa menggunakan

hamzah – yakni al-qurãn – dan hal ini telah menyebabkan sejumlah kecil sarjana

Muslim memandang bahwa terma itu diturunkan dari akar kata qarana (قرن),

“menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain” atau “mengumpulkan,” dan

alqurãn (القران) berarti “kumpulan” atau “gabungan.”3

Al-Qur’an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang

terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari

3 ayat, yaitu Al-‘Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr. Sebagian ulama

menyatakan jumlah ayat di Al-Qur’an adalah 6.236, sebagian lagi

menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena

perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap

awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata

pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa

2 Adi Musyafak, Sejarah Al-Quran, diakses dari https://adimusyafak.files.wordpress.com/2014/05/sejarah_al-quran_wwwichan-romanblogspotcom_.pdf pada 22 Oktober 2015, 06:48 WIB3 Taufik Adnan Amal, op.cit hlm. 54.

3

Page 4: Sejarah Turunnya Al-quran

Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya

sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.

Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para

ulama membagi Al-Qur’an dalam 30 juz yang sama panjang, dan

dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur’an).

Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-

tanda ar-rub’ (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah

(tiga perempat). Selanjutnya Al-Qur’an dibagi pula dalam 554

ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu

ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di sebelah pinggirnya. Surat

yang panjang berisi beberapa ruku’, sedang surat yang pendek

hanya berisi satu ruku’. Nisf Al-Qur’an (tanda pertengahan Al-

Qur’an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal

walyatalattaf yang artinya: “hendaklah ia berlaku lemah

lembut”.4

Sehubungan dengan pewahyuan al-Quran, dikemukakan bahwa ia pertama

kali diturunkan pada malam al-qadr atau malam yang diberkahi Tuhan (97:1 dan

44:3-4). Malam ini, menurut penjelasan bagian al-Quran lainnya (2:185), terjadi

pada salah satu malam di bulan Ramadlan. Sejumlah besar mufassir berupaya

menginterpretasikan malam tersebut dengan merujuk 8:41, yang mengindikasikan

pewahyuan furqãn pada “hari bertemunya dua pasukan” – yakni bertemunya

pasukan Islam dengan bala tentara Quraisy dalam Perang Badr – dan menetapkan

tanggal 17 Ramadlan sebagai yang dimaksud oleh bagian-bagian al-Quran di atas.

Tetapi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pemberian furqãn dalam Perang

Badr lebih merefleksikan “penyelamatan” atau pertolongan Tuhan berupa

penganugerahan kemenangan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran yang

tidak seimbang itu. Lebih jauh, beberapa hadits memberi penjelasan lain

tentangnya. Sebagian hadits mengemukakan laylatu-l-qadr terjadi pada malam

4 Pustaka Ilmu Tafsir, Kenapa Al-Quran Tidak Dibukukan dalam Satu Mushaf, diakses dari http://www.cybermq.com/pustaka/detail/ilmu-tafsir/54/kenapa-al-quran-tidak-dibukukan-dalam-satu-mushhaf pada 21 Oktober 2015, 06:50 WIB

4

Page 5: Sejarah Turunnya Al-quran

ganjil di bulan Ramadlan, sementara hadits lain menjelaskannya terjadi pada

malam ganjil di pertigaan terakhir bulan tersebut.5

Penurunan pertama al-Quran ini setidak-tidaknya dalam bentuk embrionik

dari lawh al-mahfûdz ke bayt al-‘izzah di langit dunia – atau hati Nabi,

sebagaimana dikemukakan sejumlah pemikir seperti Al-Gazali dan Syah Wali

Allah al-Dihlawi.53 Dari bentuk embrionik ini kemudian berkembang rincian-

rincian al-Quran selama kurang lebih 20 (atau 23 atau 25) tahun,54 selaras dengan

perkembangan misi kenabian Muhammad. Ibn Abbas, salah seorang sahabat Nabi

yang memiliki otoritas dalam studi al-Quran, misalnya, mengemukakan bahwa al-

Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada laylat al-qadr, setelah itu bagian

demi bagiannya diturunkan secara berangsurangsur kepada Muhammad dari

waktu ke waktu.6

Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah

firman Allah:

HقH ل Hخ OذMي ال HكR ب Hر M م Mاس� ب� أ Hاق�ر

YقH عHل مMن� Hان Hس� اإلن HقHلHخ

م� Hر� األك Hكb ب HرHو� أ Hاق�ر

M Hم �قHل Mال ب HمO عHل OذMي ال

Hم� Hع�ل ي Hم� ل مHا Hان Hس� اإلن HمO عHل

Terjemah:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq

96: 1-5).5 Taufik Adnan Amal, op.cit. hlm. 78-79.6 Ibid., hlm. 79.

5

Page 6: Sejarah Turunnya Al-quran

Pendapat ini didasarkan pada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari dan Muslim serta yang lainnya, dari Aisyah r.a., yang mengatakan:

“Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah s.a.w. adalah mimpi

benar di waktu tidur. Beliau melihat dalam mimpi itu datangnya bagaikan

terangnya pagi hari. Kemudian dia suka menyendiri. Dia pergi ke gua Hira untuk

beribadah beberapa malam. Untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia pulang

kepada Khadidjah r.a., maka Khadidjah pun membekalinya seperti bekal

terdahulu. Di gua Hira dia dikejutkan oleh suatu kebenaran. Sesosok malaikat

datang kepadanya dan mengatakan: “Bacalah!” Rasulullah berkata, maka aku

menjawab: “Aku tidak pandai membaca”. Lalu Dia (Malaikat) memelukku

sehingga aku merasa amat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi:

“bacalah!” Aku pun menjawab: “Aku tidak pandai membaca”. Lalu dia

merangkulku yang kedua kalinya sampai aku kepayahan. Kemudian dia lepaskan

lagi dan dia berkata: “Bacalah!” Aku menjawab: “Aku tidak pandai membaca”

maka dia merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan. Kemudian

dia berkata: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah ..... sampai

dengan ...apa yang tidak diketahuinya”, (Hadis). 2) Dikatakan pula, bahwa yang

pertama kali turun adalah firman Allah: yaa ayyuhal muddatsir (wahai orang-

orang yang berselmut) (QS. Al-Mudatsir). Ini didasarkan pada hadits yang

diriwayatkan oleh dua syaikh hadits (Imam Bukhari dan Muslim): Dari Salmah

bin Abdurrahman; dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin Abdulah:

Yang manakah diantara Qur’an itu yang turun pertama kali? Dia menjawab: “Yaa

ayyuhal muddatsir”. Aku bertanya lagi: Ataukah Iqra’ bismi rabbik? Dia

menjawab: aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah s.a.w. kepada

kami: “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka ketika habis masa

diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku lihat ke depan dan belakang,

kekanan dan kekiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat

menakutkan. Maka aku pulang ke Khadidjah memerintahkan dia untuk

menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan: “Wahai orang yang berselimut;

bangkitlah, lalu berilah peringatan (QS. Al-Mudatsir)” Jabir berpendapat bahwa

surat Al-Mudatsir-lah yang pertama diturunkan. Karena surat ini diturunkan

6

Page 7: Sejarah Turunnya Al-quran

secara utuh, sedangkan surat Al-Alaq hanya diturunkan sebagian saja yaitu 1-5.

ini diperkuat oleh hadits Abu Salamah dari Jabir yang terdapat dari Shahih

Bukhari dan Muslim. Jabir berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w.

ketika ia berbicara mengenai terputusnya wahyu, maka katanya dalam

pembicaraan itu: “Ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari langit. Lalu aku

angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat malaikat yang mendatangi aku di gua Hira

itu duduk diatas kursi antara langit dan bumi, lalu aku pulang dan aku katakan:

“Selimuti aku!” Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan: “yaa

ayyuhal muddatsir”.7

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua pendapat yang

sebenarnya tidak bertentangan, yaitu pendapat dari hadis Aisyah, dan hadis Jabir.

Perbedaanya yaitu terletak pada penyebutan ayat pertama yang turun dengan surat

pertama yang turun. Hadits dari Aisyah menyebutkan ayat yang pertama kali

turun ialah Al-Alaq 1-5. Sedangkan hadis dari Jabir mengatakan surat yang

pertama turun adalah surat Al-Mudatsir.8

2.2 PROSES PENGUMPULAN AL-QURAN

Ada tiga fase dalam pengumpulan al-Qur’an, yaitu pada masa Rasulullah,

masa khalifah Abu Bakar al-Siddiq, dan masa khalifah Utsman bin Affan. Berikut

akan dijelaskan proses pengumpulan al-Qur’an dari tiap-tiap fase tersebut.9

2.2.1 Pengumpulan AI-Qur'an pada Masa Rasulullah

Kita telah mengetahui Al-Qur'an itu diturunkan secara berangsur-angsur.

Rasulullah menerima A1-Qur'an melalui malaikat Jibril kemudian beliau mem-

bacakan serta mendiktekannya kepada para sahabat yang mendengarkannya. Pada

periode pertama sejarah pengumpulan Al-Qur'an dapat dikatakan bahwa setiap

ayat yang diturunkan kepada Rasulullah selain beliau hafal sendiri juga dihafal

7 Adi Musyafak, Sejarah Al-Quran, diakses dari https://adimusyafak.files.wordpress.com/2014/05/sejarah_al-quran_wwwichan-romanblogspotcom_.pdf pada 22 Oktober 2015, 06:48 WIB8 Ibid,.9 Zulkifli Sekarbela, Mei 2012, Sejarah Pengumpulan Al-Quran diakses dari http://zulkifli-sekarbela.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-pengumpulan-al-quran.html pada 21 Oktober 2015, 07.20 WIB

7

Page 8: Sejarah Turunnya Al-quran

dan dicatat oleh para sahabat. Dengan cara tersebut Al-Qur'an terpelihara di dalam

dada dan ingatan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.

Pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah dikelompokkan menjadi dua

kategori, yaitu: pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan

penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.10

Berkaitan dengan kondisi Nabi yang ummi, maka perhatian utama beliau adalah

menghafal dan menghayati ayat-ayat yang diturunkan. Ibnu Abbas meriwayatkan,

karena besarnya konsentrasi Rasul kepada hafalan, hingga ketika wahyu belum

selesai disampaikan malaikat Jibril, Rasulullah menggerak-gerakkan kedua

bibirnya agar dapat menghafalnya. Karena itu turunlah ayat: 

. . . إن ثم قرءانه فاتبع قرأناه فإذا وقرءانه جمعه علينا إن به لتعجل لسانك به تحرك ال

بيانه   .علينا

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak

cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila

Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,

Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”11

Nabi Muhammad Saw setelah menerima wahyu langsung menyampaikan

wahyu tersebut kepada para sahabat agar mereka menghafalnya sesuai dengan

hafalan Nabi, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-

Qur’an, selain ditempuh lewat jalur hafalan, juga dilengkapi dengan tulisan. Fakta

sejarah menginformasikan bahwa segera setelah menerima ayat al-Qur’an, Nabi

Saw memanggil para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat yang

baru saja diterimanya disertai informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam

suratnya. Ayat-ayat tersebut ditulis di pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-

kulit atau tulang-tulang.12

10 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 11811 QS. Al-Qiyaamah (75): 17.12 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 123.

8

Page 9: Sejarah Turunnya Al-quran

Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan

beberapa faktor, yakni: pertama, tidak adanya faktor pendorong untuk

membukukan al-Qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah masih hidup,

dan sama sekali tidak ada unsur-unsur yang diduga akan mengganggu kelestarian

al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur, maka suatu hal yang

logis bila al-Qur’an baru bisa dikumpulkan dalam satu mushaf setelah Nabi Saw

wafat. Ketiga, selama proses turun al-Qur’an, masih terdapat kemungkinan

adanya ayat-ayat al-Qur’an yang mansukh.13

2.2.2 Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar Al-Shiddiq

Kaum muslimin melakukan konsensus untuk mengangkat Abu Bakar al-

Shiddiq sebagai khalifah sepeninggal Nabi Saw. Pada awal pemerintahan Abu

Bakar, terjadi kekacauan akibat ulah Musailamah al-Kazzab beserta pengikut-

pengikutnya. Mereka menolak membayar zakat dan murtad dari Islam. Pasukan

Islam yang dipimpin Khalid bin al-Walid segera menumpas gerakan itu. Peristiwa

tersebut terjadi di Yamamah tahun 12 H. Akibatnya, banyak sahabat yang gugur,

termasuk 70 orang yang diyakini telah hafal al-Qur’an.

Setelah syahidnya 70 huffazh, sahabat Umar ibn Khattab meminta kepada

khalifah Abu Bakar, agar al-Qur’an segera dikumpulkan dalam satu mushaf.

Dikhawatirkan al-Qur’an itu secara berangsur-angsur hilang, seandainya al-

Qur’an itu hanya dihafal saja, karena para penghafalnya semakin berkurang.14

Semula khalifah Abu Bakar itu ragu-ragu untuk mengumpulkan  dan

membukukan ayat-ayat al-Qur’an, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi

Saw. Tapi setelah beliau shalat istikharah, kemudian beliau mendapat kesesuaian

pendapat dengan usul sahabat Umar bin Khattab.

Pada waktu munaqasyah antara khalifah Abu Bakar dengan sahabat Umar

diundang pula penulis wahyu pada zaman Rasul yang paling ahli yaitu Zaid bin

Tsabit. Kemudian ia menyetujui pula akan gagasan itu. lalu dibentuklah sebuah

tim yang dipimpin Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas

13 Muhammad Abd al-Azim al-Zarqani, al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an, h. 248.14 Muchotob Hamzah, Studi al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gema Media, 2003), h. 125.

9

Page 10: Sejarah Turunnya Al-quran

suci tersebut. Pada mulanya, Zaid keberatan, tetapi akhirnya juga dapat

diyakinkan.15 Abu Bakar memilih Zaid bin Tsabit, mengingat kedudukannya

dalam qira’at, penulisan, pemahaman, dan kecerdasan serta kehadirannya pada

masa pembacaan Rasulullah Saw yang terakhir kalinya.16

Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas yang berat dan mulia tersebut dengan

sangat hati-hati di bawah petunjuk Abu Bakar dan Umar. Sumber utama dalam

penulisan tersebut adalah ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis dan dicatat di hadapan

Nabi Saw dan hafalan para sahabat.17 Di samping itu, untuk lebih hati-hati,

catatan-catatan dan tulisan al-Qur’an tersebut baru benar-benar diakui berasal dari

Nabi Saw bila disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.

Dalam rentang waktu kerja tim Zaid pernah suatu kali menjumpai kesulitan,

mereka tidak menemukan naskah ayat 128-129 surah at-Taubah:

  رءوف بالمؤمنين عليكم حريص عنتم ما عليه عزيز أنفسكم من رسول جاءكم لقد

العظيم. العرش رب وهو تكولت عليه هو إال إله ال الله حسبي فقل تولوا فإن رحيم

Padahal, banyak sahabat penghafal al-Qur’an termasuk Zaid sendiri jelas-

jelas menghafal ayat tersebut. Akhirnya, naskah ayat tersebut ditemukan juga di

tangan seorang yang bernama Abu Khuzaimah al-Anshari.

Hasil kerja Zaid yang telah berupa mushaf al-Qur’an disimpan oleh Abu

Bakar sampai akhir hayatnya. Setelah itu berpindah ke tangan Umar ibn Khattab.

Sepeninggal Umar mushaf disimpan oleh Hafshah binti Umar.

Dari rekaman sejarah di atas, diketahui bahwa Abu Bakar adalah orang

pertama yang memerintahkan penghimpunan al-Qur’an. Umar bin al-Khattab

adalah pelontar idenya serta Zaid bin Tsabit adalah pelaksana pertama yang

melakukan kerja besar penulisan al-Qur’an secara utuh dna sekaligus

menghimpunnya ke dalam satu mushaf.

15 Shubhi Shalih, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 74 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 18.16 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 124.17 Muhammad Abd al-Azim al-Zarqani, al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an, h. 252 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 18.

10

Page 11: Sejarah Turunnya Al-quran

Dalam masalah pengumpulan al-Qur’an ini, sedikitnya ada tiga pertanyaan

yang perlu mendapat perhatian18:

1.      Mengapa Abu Bakar ragu-ragu dalam masalah pengumpulan al-Qur’an padahal

masalahnya sudah jelas baik dan diwajibkan oleh Islam?

Hal ini karena Abu Bakar khawatir kalau-kalau orang mempermudah terhadap

usaha menghayati dan menghafal al-Qur’an, dan mencukupkan diri dengan

hafalan yang tidak mantap. Dan dikhawatirkan mereka hanya berpegang dengan

apa yang ditulis pada mushaf, sehingga akhirnya mereka lemah untuk menghafal

al-Qur’an.

 2.      Mengapa Abu Bakar memilih Zaid bin Tsabit sebagai ketua?

Karena Zaid adalah orang yang betul-betul mempunyai pembawaan dan

kemampuan yang tidak dimiliki sahabat yang lain, dalam hal mengumpulkan al-

Qur’an. Ia adalah sahabat yang hafidz, ber-IQ tinggi, sekretaris wahyu yang

menyaksikan sajian akhir wahyu, wara’ serta besar tanggung jawabnya, lagi

sangat teliti.

3.      Apakah maksud kata-kata Zaid bin Tsabit: “Sampai aku menemukan akhir surat

at-Taubah dari Abu Khuzaimah al-Anshari yang tidak ada pada orang lain.”

Hal tersebut tidak berarti bahwa ayat ini tidak ada pada hafalan Zaid dan sahabat-

sahabat yang lain, karena mereka menghafalnya. Akan tetapi, beliau bermaksud

hendak mengkompromikan antara hafalan dan tulisan serta dalam rangka kehati-

hatian. Dan karena langkah lurus itulah, sempurna pulalah al-Qur’an.

Adapun karakteristik penulisan al-Qur’an pada masa Abu Bakar ini

adalah19:

1. Seluruh ayat al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf

berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.

2. Meniadakan ayat-ayat al-Qur’an yang telah mansukh.

3. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.

18 Muchotob Hamzah, Studi al-Qur’an Komprehensif, h. 127-128.19 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 19.

11

Page 12: Sejarah Turunnya Al-quran

4. Dialek Arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qira’at)

sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa Rasulullah.

2.2.3 Pengumpulan al-Qur’an pada Masa Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan Utsman, wilayah negara Islam telah meluas

sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu, Islam sudah

tersebar ke beberapa wilayah di Afrika, Syiria dan Persia. Para penghafal al-

Qur’an pun akhirnya menjadi tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru,

yaitu silang pendapat di kalangan kaum muslimin mengenai bacaan (qira’at) al-

Qur’an.20

Para pemeluk Islam di masing-masing daerah mempelajari dan menerima

bacaan al-Qur’an dari sahabat ahli qira’at di daerah yang bersangkutan. Penduduk

Syam misalnya, belajar al-Qur’an pada Ubay bin Ka’ab. Warga Kufah berguru

pada Abdullah bin Mas’ud sementara penduduk yang tinggal di Basrah berguru

dan membaca al-Qur’an dengan qira’at Abu Musa al-Asy’ari.21

Versi qira’at yang dimiliki dan diajarkan oleh masing-masing ahli qira’at

satu sama lain berlainan. Hal ini rupanya menimbulkan dampak negatif di

kalangan umat Islam waktu itu. Masing-masing saling membanggakan versi

qira’at mereka dan saling mengakui bahwa versi qira’at mereka yang paling baik

dan benar.

Melihat kenyataan yang memprihatinkan ini Utsman segera mengundang

para sahabat dari Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari jalan keluar dari

masalah serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar mushaf Abu

Bakar disalin kembali menjadi beberapa mushaf. Mushaf-mushaf itu nantinya

dikirim ke berbagai kota atau daerah untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin

terutama manakala terjadi perselisihan qira’at al-Qur’an antar mereka.

20 Ibrahim al-Ibyari, Tarikh al-Qur’an (Kairo: Daar al-Qalam, 1965), h. 81 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 20.21 Hasanuddin AF, Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam al-Qur’an (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), h. 56 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,  h. 20.

12

Page 13: Sejarah Turunnya Al-quran

Untuk terlaksananya tugas tersebut, khalifah Utsman menunjuk satu tim

yang terdiri dari empat orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah ibn Zubair,

Sa’id ibn al-‘As dan Abdurrahman ibn al-Haris ibn Hisyam. Keempat orang ini

adalah para penulis wahyu. Tim ini bertugas menyalin mushaf al-Qur’an yang

tersimpan di rumah Hafsah, karena dipandang sebagai mushaf standar.

Hasil kerja tim tersebut berjudul empat mushaf al-Qur’an standar. Tiga

diantaranya dikirim ke Syam, Kufah, dan Basrah dan satu mushaf ditinggalkan di

Madinah untuk Utsman sendiri yang nantinya dikenal sebagai al-Mushaf al-

Imam.22 Adapun mushaf yang semula dari Hafsah dikembalikan lagi kepadanya.

Ada juga riwayat yang mengatakan jumlah pengadaan mushaf  sebanyak 5 buah,

ada lagi yang menyebut 7 buah dan dikirim selain tiga tempat di atas ke Mekkah,

Yaman, dan Bahrain. Agar persoalan silang pendapat mengenai bacaan al-Qur’an

dapat diselesaikan secara tuntas, Utsman memerintahkan semua mushaf al-Qur’an

yang berbeda dengan hasil kerja “panitia empat” ini segera dibakar.23

Tentang jumlah mushaf yang ditulis, berapapun jumlahnya tidak menjadi

persoalan. Yang pasti, upaya tersebut telah berhasil melahirkan mushaf baku

sebagai rujukan kaum muslimin dan menghilangkan perselisihan serta perpecahan

di antara mereka. Beberapa karakteristik mushaf al-Qur’an yang ditulis pada masa

Utsman ibn ‘Affan antara lain24:

1. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat yang

mutawatir.

2. Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh.

3. Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib sebagaimana al-

Qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf al-Qur’an yang ditulis

pada masa Abu Bakar yang hanya disusun menurut tertib ayat, sementara

surat-suratnya disusun menurut urutan turun wahyu.

22 adr al-Din Muhammad ibn Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an (Mesir: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1957), Jilid I, h. 240 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 21.23 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 21.24 Ibid, h. 21-22.

13

Page 14: Sejarah Turunnya Al-quran

4. Tidak memuat sesuatu yang tidak tergolong al-Qur’an, seperti yang ditulis

sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing mushafnya, sebagai penjelasan

atau keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu.

5. Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisyi sekalipun pada

mulanya diizinkan membacanya dengan menggunakan dialek lain.

Bila kita cermati tujuan pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar

ialah mengumpulkan seluruh al-Qur’an menjadi satu, supaya sesuatu darinya tidak

ada yang hilang. Sementara tujuan penyalinan Utsman ke dalam beberapa mushaf

adalah membikin mushaf yang disepakati oleh seluruh ummat untuk

penyeragaman mushaf dan pembatasan bacaan. Karena dikhawatirkan nanti di

kemudian hari ada penyelewengan. Bentuk tulisan Utsmani ini adalah sesuai dan

persis dengan bentuk tulisan mushaf kumpulan Abu Bakar dan tulisan di zaman

Nabi Saw.25

Setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan

Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu

penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum

Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan

setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan

sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Para Ulama telah meneliti surah-surah Makki dah Madani; dan

menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan

ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ

mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri berikut.

Ketentuan Makkiah Ciri Khas Temanya

1. Setiap surat yang didalamnya mengandung ayat “sajdah”,

2. Setiap surat yang mengandung lafal kalla (hanya terdapat separuh

terakhir al-Qur‟an = 33x dalam 15 surat),

25 Maftuh Basthul Birri, Mari Memakai al-Qur’an Rasm Utsmaniy (PP. Lirboyo Kediri, Madrasah Murottilil Qur’anil Karim), h. 39.

14

Page 15: Sejarah Turunnya Al-quran

3. Setiap surat mengandung “ya ayyuhan Naas” dan tidak mengandung

“ya ayyuha ladzina amanu”,

4. Setiap surat yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu,

5. Mengandung kisah Adam dan Iblis, kecuali al-Baqarah,

6. Setiap surat dibuka dengan huruf-huruf singkatan seperti alif lam mim,

alif lam ra dan lainya,

7. Berisi ajakan kepada Tauhid dan beribadah hanya kepada Allah,

pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari

kiamat dan kenegriannya, neraka, surga, ayat-ayat kauniah,

8. Berisi dasar-dasar hukum bagi perundang-undangan dan akhlak,

9. Ayat dan suku katanya pendek-pendek disertai dengan kata-kata yang

mengesankan sekali, pernyataan singkat, keras dengan diperkuat lafal-

lafal sumpah.

Ketentuan Madaniah Ciri Khas Temanya

1. Berisi kewajiban atau had (sanksi),

2. Disebutkan tentang orang-orang munafik,

3. Terdapat dialog dengan ahli kitab,

4. Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad,

hubungan sosial, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.

5. Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani, dan

ajakan untuk masuk islam, penyimpangan mereka terhadap agama

Allah, permusuhan terhadap kebenaran dan perselisihan setelah datang

ilmu kepada mereka.

6. Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dengan gaya bahasa yang

memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan sasarannya.26

2.3 Tujuan Pokok Diturunkannya Al-Quran

Allah menurunkan al-Quran melalui Malaikat Jibril. Firman Allah yang

bermaksud: "Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan

26 Adi Musyafak, Sejarah Al-Quran, diakses dari https://adimusyafak.files.wordpress.com/2014/05/sejarah_al-quran_wwwichan-romanblogspotcom_.pdf pada 22 Oktober 2015, 06:48 WIB

15

Page 16: Sejarah Turunnya Al-quran

secara teperinci yang diturunkan di sisi Allah Yang Maha Bijaksana lagi maha

Mengetahui." (Hud, ayat 1)

Mه� Hي عHل �ا �مMن وHم�هHي MابH �كMت ال HنMم Mه� HدHي ي Hن� Hي ب RمHا ل م�صHدRق�ا RقHح� Mال ب HابH �كMت ال Hك� Hي Mل إ Hا �ن ل HنزH Hه�م   وHأ �ن Hي ب �م فHاح�ك

ه� Oـ الل Hل HنزH أ MمHا �حHقR   ب ال HنMم HكHاءHج عHمOا Hه�وHاءHه�م� أ Mع� Oب Hت ت HالHة�   وHع ر� Mش �م� مMنك Hا �ن جHعHل �ل� Mك ل

ا �هHاج� �م�   وHمMن Hاك آت مHا فMي �م� �وHك �ل Hب Rي ل �كMن Hـ وHل وHاحMدHة� مOة�� أ �م� Hك عHل HجH ل ه� Oـ الل Hاء Hش Hو� Mق�وا  وHل Hب ت فHاس�

Mات Hر� ي Hخ� Mف�ونH   ال Hل ت Hخ� ت MيهMف �م� �نت ك MمHا ب �م �ك Rئ Hب �ن فHي جHمMيع�ا �م� جMع�ك مHر� Mه Oـ الل MلHى إ

“Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan

membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah

diturunkan sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. Maka

jalankanlah hukum di antara mereka (Ahli Kitab) itu dengan apa yang telah

diturunkan oleh Allah (kepadamu), dan janganlah engkau mengikut kehendak

hawa nafsu mereka (dengan menyeleweng) dari apa yang telah datang kepadamu

dari kebenaran. Bagi tiap-tiap umat yang ada di antara kamu, Kami jadikan

(tetapkan) suatu Syariat dan jalan ugama (yang wajib diikuti oleh masing-

masing). Dan kalau Allah menghendaki nescaya Ia menjadikan kamu satu umat

(yang bersatu dalam ugama yang satu), tetapi Ia hendak menguji kamu (dalam

menjalankan) apa yang telah disampaikan kepada kamu. Oleh itu berlumba-

lumbalah kamu membuat kebaikan (beriman dan beramal soleh). Kepada Allah

jualah tempat kembali kamu semuanya, maka Ia akan memberitahu kamu apa

yang kamu berselisihan padanya.”(Surah Al-Maidah 5: Ayat 48)27

Al-Qur’an tidak diturunkan Allah sekedar untuk mencari berkah dari

membacanya, menjadi hiasan dinding rumah, atau dibacakan kepada orang yang

meninggal dunia agar mendapat rahmat dari Allah.

Sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur’an untuk memastikan petunjuk-

Nya bagi perjalanan hidup manusia, sehingga kehidupan mereka dapat diatur

dengan petunjuk dan agama yang diturunkan-Nya. Dengan cahaya petunjuk-Nya,

Allah memberikan petunjuk kepada umat manusia untuk menuju jalan yang lebih

27 Huda-Hudaazizahcaem, Maret 2012, Tujuan Diturunkannya Al-Quran, diakses dari: http://huda-hudaazizahcaem.blogspot.co.id/2012/03/tujuan-al-quran-diturunkan.html, pada 22 Oktober 2015, 07.25 WIB.

16

Page 17: Sejarah Turunnya Al-quran

lurus, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang

benderang.

Al-Qur’an tidak diturunkan oleh Allah untuk dibacakan kepada orang-

orang yang meninggal dunia, tetapi untuk dijadikan sumber hukum bagi orang-

orang yang hidup. Ia tidak diturunkan untuk menjadi hiasan dinding, tetapi untuk

menjadi hiasan bagi manusia itu sendiri.

Berkah yang diberikan oleh Al-Qur’an akan muncul ketika kita mengikuti

dan mengamalkannya, sebagaimana difirmankan oleh Allah:

“Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,

maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.” (Al An’am:155)  

Al-Qur’an itu menunjukkan sendiri berbagai tujuan diturunkannya Al-

Qur’an oleh Allah; yaitu diamalkan dalam kehidupan umat manusia. Sebuah

penjelasan yang lebih jelas dari fajar yang menyingsing di pagi hari. Misalnya

firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan

membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang

telah Allah wahyukan kepadamu…” (An-Nisaa’: 102)

 “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran

dari Tuhanmu, (Muhammad dan mukjizatnya) dan telah kami turunkan kepadamu

cahaya yang terang-benderang (Al Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman

kepada Allah dan berpegang teguh (agama)-Nya, niscaya Allah akan

memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari pada-Nya (surga) dan

limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk

sampai) kepada-Nya.” (An Nisaa’: 174-175)

“…Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab

yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang

17

Page 18: Sejarah Turunnya Al-quran

mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah

mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang

benderang dengan seizing-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang kurus.” (Al

Maa’idah: 15-16)  

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut

apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.

Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan

kamu dari sebagian apa yang telah Allah turunkan kepadamu…” (Al

Maa’idah:49)

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al Qur’an dengan berbahasa Arab,

agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 2)

“…Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu

mengeluarkan manusia kepada gelap gulita kepada cahya yang terang-benderang

dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 1)

“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang

lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang

mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. Dan

sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami

sediakan bagi mereka azab yang pedih.” (Al Israa’: 9-10)

Adalah penting bagi kita agar kita mengamalkan Al Qur’an dan mengikuti

petunjuknya dengan baim untuk memahami dengan jelas apa yang dikehendaki

oleh Allah dari kita di dalam kitab suci-Nya itu. Dan hal ini sangat bergantung

kepada baiknya pemahaman kita terhadap Al-Quran, kebenaran kita dalam

menafsirkan ayat-ayat dan hukum-hukumnya, sehingga kita tidak mengada-

adakan suatu perkataan yang tidak dikatakan olehnya, dan tidak memberikan

beban yang tidak mampu ditanggung olehnya, menambahkan sesuatu yang tidak

ada padanya, mengurangi sesuatu yang telah ada padanya, atau mengakhirkan

sesuatu yang mestinya didahulukan dan mendahulukan sesuatu yang mestinya

18

Page 19: Sejarah Turunnya Al-quran

diakhirkan. Pemahaman yang baik seperti ini memerlukan kaidah dan aturan yang

mampu mencegah permainan orang-orang yang tidak benar, penakwilan orang-

orang yang bodoh, dan kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang

menyimpang.28

28 Tripod, Mengapa Allah Menurunkan Al-Quran, diakses dari: http://kkmmss2000.tripod.com/mengapaAllahmenurunkan.htm, pada 22 Oktober 2015, 09.00 WIB.

19

Page 20: Sejarah Turunnya Al-quran

BAB III

PENUTUP

Sesuai dengan yang telah diuraikan di dalam penyusunan makalah ini,

maka dapat disimpulkan, bahwasanya Al-Quran adalah pedoman umat manusia

muslim sebagai wahyu Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW

melalui malaikat Jibril. Kemudian, berangsur-angsur ayat demi ayat turun dan

surat demi surat turun pula. Al-Quran merupakan hujjah yang tidak bisa begitu

saja semena-mena dipegang, dibaca dan diamalkan. Seluruh manusia harus tahu

sejarah tentang Al-Quran.

Melalui sejarah ini, manusia akan mempergunakan Al-Quran sesuai

dengan tujuan Allah menurunkannya. Sebagai sumber dari segala sumber yang

mampu memantik segala argumen yang mustahil. Bahwa Al-Quran melalui

sejarahnya menunjukkan keesaan dan keagungan Sang Maha Kuasa.

20

Page 21: Sejarah Turunnya Al-quran

DAFTAR PUSTAKA

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, Divisi Muslim Demokrasi, Jakarta,  2011.Adi Musyafak, Sejarah Al-Quran, diakses dari https://adimusyafak.files.wordpress.com/2014/05/sejarah_al-quran_wwwichan-romanblogspotcom_.pdf pada 22 Oktober 2015, 06:48 WIBustaka Ilmu Tafsir, Kenapa Al-Quran Tidak Dibukukan dalam Satu Mushaf, diakses dari http://www.cybermq.com/pustaka/detail/ilmu-tafsir/54/kenapa-al-quran-tidak-dibukukan-dalam-satu-mushhaf pada 21 Oktober 2015, 06:50 WIBTaufik Adnan Amal, op.cit. hlm. 78-79.Adi Musyafak, Sejarah Al-Quran, diakses dari https://adimusyafak.files.wordpress.com/2014/05/sejarah_al-quran_wwwichan-romanblogspotcom_.pdf pada 22 Oktober 2015, 06:48 WIBZulkifli Sekarbela, Mei 2012, Sejarah Pengumpulan Al-Quran diakses dari http://zulkifli-sekarbela.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-pengumpulan-al-quran.html pada 21 Oktober 2015, 07.20 WIBQS. Al-Qiyaamah (75): 17.Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 123.Muhammad Abd al-Azim al-Zarqani, al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an, h. 248.Muchotob Hamzah, Studi al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gema Media, 2003), h. 125.Shubhi Shalih, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 74 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 18.Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ulum al-Qur’an, h. 124.Muhammad Abd al-Azim al-Zarqani, al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an, h. 252 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 18.Muchotob Hamzah, Studi al-Qur’an Komprehensif, h. 127-128.Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 19.Ibrahim al-Ibyari, Tarikh al-Qur’an (Kairo: Daar al-Qalam, 1965), h. 81 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 20.Hasanuddin AF, Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam al-Qur’an (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), h. 56 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,  h. 20.adr al-Din Muhammad ibn Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an (Mesir: ‘Isa al-Babi al-Halabi, 1957), Jilid I, h. 240 dalam Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 21.Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 21.Maftuh Basthul Birri, Mari Memakai al-Qur’an Rasm Utsmaniy (PP. Lirboyo Kediri, Madrasah Murottilil Qur’anil Karim), h. 39.Adi Musyafak, Sejarah Al-Quran, diakses dari https://adimusyafak.files.wordpress.com/2014/05/sejarah_al-quran_wwwichan-romanblogspotcom_.pdf pada 22 Oktober 2015, 06:48 WIBHuda-Hudaazizahcaem, Maret 2012, Tujuan Diturunkannya Al-Quran, diakses dari: http://huda-hudaazizahcaem.blogspot.co.id/2012/03/tujuan-al-quran-diturunkan.html, pada 22 Oktober 2015, 07.25 WIB.Tripod, Mengapa Allah Menurunkan Al-Quran, diakses dari: http://kkmmss2000.tripod.com/mengapaAllahmenurunkan.htm, pada 22 Oktober 2015, 09.00 WIB.

21