proses pengasapan dan kualitas ikan cakalang …

27
PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) ASAP DI DESA SINGA KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI SISKA PUTRI UTAMI L231 14 513 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

1

PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) ASAP DI DESA SINGA KECAMATAN HERLANG

KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

SISKA PUTRI UTAMI

L231 14 513

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2019

Page 2: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

2

PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) ASAP DI DESA SINGA KECAMATAN HERLANG

KABUPATEN BULUKUMBA

Oleh:

SISKA PUTRI UTAMI L231 14 513

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKNAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

Page 3: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

3

Page 4: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

4

RIWAYAT HIDUP

Siska Putri Utami, lahir di Tanah

Beru pada tanggal 26 September 1995 sebagai anak

pertama dari 3 bersaudara. Ayah bernama Jusman dan

ibu bernama Harlia. Penulis mulai memasuki

pendidikan formal pada tahun 2001 di TK Tokambang

Tanah Lemo dan lulus pada pada tahun 2002. Pada

tahun 2002 melanjutkan Sekolah Dasar di SD Negeri

179 Tanah Beru dan lulus pada tahun 2008, di tahun yang sama melanjutkan

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 32 Bulukumba dan lulus pada tahun

2011, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3

Bulukumba dan lulus pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis berhasil melanjutkan studinya di Universitas

Hasanuddin dalam Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan melalui jalur Non-

subsidi (JNS). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi

kampus Unit Kegiatan Mahasiswa Renang Universitas Hasanuddin.

Page 5: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

5

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang Maha

segala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang menjadi syarat untuk lulus sebagai sarjana S1 di

Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin.

Skripsi ini membahas tentang Proses Pengasapan dan Kualitas Ikan

Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)

Asap di Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini

dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei Tahun 2018.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak

kendala yang dihadapi yang cukup menguras tenaga dan fikiran. Akan tetapi,

berkat doa dan dukungan dari orang tercinta maka kesulitan dapat dilewati. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

orang tua tercinta Ayahanda Jusman dan Ibunda Harlia yang telah memberikan

semangat, motivasi, dan doa yang tiada hentinya serta memberikan tuntunan

hidup untuk memperoleh pendidikan yang terbaik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc selaku pembimbing utama dalam

penelitian yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak

pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam menulis skripsi

ini.

2. Ibu Dr. Nursinah Amir S.Pi, MP selaku pembimbing anggota yang telah

membimbing, memberikan banyak saran, kritik, arahan dan ilmu

pengetahuan kepada penulis.

Page 6: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

6

3. Bapak Dr. Ir. Faisal Amir, M.Si, Bapak Fahrul, S.Pi, M.Si dan Bapak Dr.

Syahrul, S.Pi, M.Si selaku tim penguji yang telah meluangkan waktunya dan

memberikan saran dan kritik yang sangat berguna untuk perbaikan skripsi.

4. Bapak Safruddin, S.Pi, MP, Ph.D selaku penasehat akademik yang telah

banyak memberikan bimbingan dan dorongan motivasi sehingga penulis

sampai pada tahap pembuatan skripsi ini.

5. Kakanda Indrawati Nur yang senantiasa menemani, membantu dan memberi

semangat selama penelitian.

6. Kakanda Nursia, SP, M.Si yang telah mengajari dan membantu penulis

dalam pengolahan data.

7. Sahabatku Mirnawati S.Pi dan Nur Aisyah selalu menyemangati penulis

selama penyusunan skripsi.

8. Saudara seperjuanganku, Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

angkatan 2014 untuk semua kebersamaan dan persahabatan yang tak

terlupakan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih

terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh

keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagi pihak yang sifatnya membangun

untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, 27 Februari 2019

Siska Putri Utami

Page 7: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

7

ABSTRAK

SISKA PUTRI UTAMI. Proses Pengasapan dan Kualitas Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Asap di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh METUSALACH dan NURSINAH AMIR.

Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai Mei 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengasapan ikan yang dilakukan oleh pengasap ikan di Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba dan menganalisis kualitas Ikan Cakalang dan Tuna Sirip Kuning Asap di Desa Singa Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan evaluasi. Survei dilakukan untuk mengetahui proses pengasapan dan melihat seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pengolah ikan asap yang ada di Desa Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Evaluasi untuk mengetahui kualitas organoleptik bahan baku dari produk ikan asap. Data hasil uji organoleptik dianalisa menggunakan uji-t, anova, dan uji tukey dengan menetapkan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan proses pengolahan ikan asap yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Singa menggunakan metode pengasapan panas yang dilakukan secara terbuka dan lama pengasapan yang singkat. Kualitas organoleptik bahan baku ikan cakalang dan tuna sirip kuning setelah dibeli dari penangkap/pelelangan dan sebelum diproses memiliki nilai 8,18 artinya mutu (sangat segar) sesuai dengan SNI 2729:2006, sedangkan kualitas organoleptik bahan baku ikan cakalang dan tuna sirip kuning sesudah pengasapan memiliki nilai 7,2 artinya mutu (segar) sesuai dengan SNI 2725:2013.Ikan cakalang dan tuna sirip kuning asap hanya dapat bertahan 18 - 20 jam disimpan pada suhu kamar, setelah itu produk sudah tidak layak konsumsi.

Kata kunci: Asap, Cakalang dan Tuna Sirip Kuning, kualitas, pengasapan, tradisional.

Page 8: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

8

ABSTRACT

SISKA PUTRI UTAMI. The Process of Smoking and Quality of Skipjack

(Katsuwonus pelamis) and Yellow Fin Tuna (Thunnus albacares) Smoke in Singa, Herlang District, Bulukumba Regency. Guided Metusalach and Nursinah Amir.

This research was conducted from April to May 2018. This study aimed to determine the process of fish fumigation carried out by fish smokers in Singa, Herlang District, Bulukumba Regency and analyze the quality of skipjack and smoke yellow fin tuna in Singa, Herlang District, Bulukumba Regency.

This research is a study cases survey and evaluation. The survey was conducted to find out the activities of the fumigation process and to see all the activities carried out by fish smokers in the Singa, Herlang District, Bulukumba Regency. Evaluation to know the quality of raw materials used, an organoleptic from smoke fish product. The organoleptic test data were analyzed using t-test, anova, and tukey test by setting a confidence level up to 95%.

Search result that the smoked fish processing carried out by the community in Singa, namely the method of fumigation which was carried out openly and the duration of fumigation was short so that it affected the quality and storability of the product. Processed smoked fish products are stored at room temperature and without packaging. The quality of raw materials used an organoleptic of skipjack and yellow fin tuna after being purchased from catchers or auctions and before processing has a value of more than 8,18 meaning quality (very fresh) in accordance with law unsures in SNI 2729:2006, while the quality of raw materials used an organoleptic of skipjack and yellow fin tuna after fumigation has a value 7,2 meaning quality (fresh) in accordance with law unsures in SNI 2725:2013. Skipjack and yellow fin tuna can only last 18 or 20 hours, after which the product is not suitable for consumption.

Keywords: Smoke, skipjack and yellow fin tuna, quality, fumigation, traditional.

Page 9: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

9

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3 C. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Pengolahan Ikan Dengan Pengasapan ................................ 4 B. Proses Pengasapan Ikan ................................................................. 7 C. Deskripsi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) .............................. 8 D. Deskripsi Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) .................. 9

E. Komponen yang Terkandung Dalam Ikan Asap .............................. 10 F. Kualitas Ikan Asap ............................................................................ 11 G. Pengujian Organoleptik .................................................................... 12

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 15 B. Alat dan Bahan ................................................................................. 15 C. Metode Penelitian ............................................................................. 17 D. Analisa Data ..................................................................................... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penerimaan Bahan Baku Ikan Segar .............................................. 20 B. Persiapan Peralatan dan Bahan ...................................................... 21 C. Fasilitas Pengolahan Ikan Asap di Desa Singa ............................... 22 D. Cara Pengolahan Ikan Asap ............................................................ 24 E. Sanitasi dan Higienis Pengolahan Ikan Asap di Desa Singa .......... 31 F. Uji Organoleptik Ikan Segar ............................................................. 33 G. Uji Organoleptik Ikan Asap ............................................................... 42 H. Cara Penanganan setelah Pengolahan ........................................... 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 57 B. Saran ............................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58

LAMPIRAN ................................................................................................ 61

Page 10: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

10

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Ikan Asap ........................ 12

2. Alat dan Kegunaan .............................................................................. 15

3. Bahan yang Digunakan dalam Pengasapan Ikan ............................... 16

4. Alat dalam pengolahan Ikan Asap Di Desa Singa .............................. 22

5. Bahan dalam pengolahan Ikan Asap Di Desa Singa .......................... 22

Page 11: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

11

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) .................................................. 9

2. Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) ....................................... 10

3. Peta Lokasi Penelitian........................................................................... 15

4. Bagan Alir Penelitian ............................................................................ 17

5. Kondisi Tempat Pembelian Bahan Baku Ikan Segar ........................... 20

6. Media Pengasapan Ikan ....................................................................... 22

7. Tempat Penyimpanan Ikan Sementara ................................................ 22

8. Keranjang Yang Digunakan Pengolah Ikan Asap ................................ 23

9. Sabut Kelapa Yang Digunakan Untuk Mengasapi Ikan ....................... 23

10. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) sebagai Bahan Baku Pengasapan Ikan Di Desa Singa .......................................................... 24

11. Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) sebagai Bahan Baku Pengasapan Ikan Di Desa Singa .......................................................... 24

12. Proses Pemotongan Ikan Sebelum Pengasapan................................. 25

13. Proses Pembelahan Ikan Sebelum Pengasapan ................................. 25

14. Proses Ikan Disayat Sebelum Pengasapan ......................................... 26

15. Pencucian Ikan Sebelum Pengasapan ................................................. 26

16. Penirisan Ikan Sebelum Pengasapan .................................................. 27

17. Penusukan Ikan Sebelum Pengasapan ............................................... 27

18. Proses Pengasapan Ikan yang Dilakukan Di Desa Singa ................... 28

19. Diagram Alir Pengasapan Ikan Cakalang dan Tuna Sirip Kuning Di Desa singa............................................................................ 29

20. Air yang Digunakan pada saat Proses Pengolahan Ikan Asap ........... 31

21. Kondisi Alat yang Digunakan pada Pengasapan Ikan ......................... 32

22. Nilai Organoleptik Mata Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Pengasapan ..................................................................... 33

23. Nilai Organoleptik Lendir Permukaan Tubuh Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Pengasapan ............................... 34

24. Nilai Organoleptik Bau Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Pengasapan ................................................................................ 35

25. Nilai Organoleptik Tekstur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Pengasapan ..................................................................... 36

26. Nilai Rata-rata Parameter Kualitas Organoleptik Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Pengasapan ............................... 37

Page 12: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

12

Halaman

27. Nilai Organoleptik Mata Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Pengasapan ................................... 38

28. Nilai Organoleptik Lendir Permukaan Tubuh Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Pengasapan ................................... 39

29. Nilai Organoleptik Bau Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Pengasapan ..................................................................... 40

30. Nilai Organoleptik Tekstur Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Pengasapan ................................................... 41

31. Nilai Rata-rata Parameter Kualitas Organoleptik Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Pengasapan ................. 42

32. Nilai Organoleptik Kenampakan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Ikan Asap ........................................................... 43

33. Nilai Organoleptik Bau Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Ikan Asap ........................................................................ 44

34. Nilai Organoleptik Rasa Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Ikan Asap ......................................................................... 45

35. Nilai Organoleptik Tekstur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Ikan Asap ......................................................................... 46

36. Nilai Rata-rata Parameter Kualitas Organoleptik Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Bahan Baku Ikan Asap .................................... 47

37. Nilai Organoleptik Kenampakan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Ikan Asap ....................................... 48

38. Nilai Organoleptik Bau Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Ikan Asap ......................................................................... 50

39. Nilai Organoleptik Rasa Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Ikan Asap ......................................................................... 51

40. Nilai Organoleptik Tekstur Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Ikan Asap ....................................... 52

41. Nilai Rata-rata Parameter Kualitas Organoleptik Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bahan Baku Ikan Asap .......................... 53

42. Penyimpanan Ikan Asap ....................................................................... 56

Page 13: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

13

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. a. Score Sheet Organoleptik Ikan Segar (SNI 01-2729.1-2006) ........ 63 b. Score Sheet Organoleptik Ikan Asap (SNI 2346:2011) .................. 65

2. Hasil Analisis Statistik Nilai Organoleptik Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Segar .................................................................................. 66

3. Hasil Analisis Statistik Nilai Organoleptik Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Asap ................................................................................... 72

4. Data Mentah Uji Organoleptik Ikan Segar ........................................... 79

5. Data Mentah Uji Organoleptik Ikan Asap ............................................ 83

6. Klasifikasi Batas Kelayakan Konsumsi Produk Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Asap. .................................................................................. 87

7. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 88

Page 14: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

14

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi perikanan di Kabupaten Bulukumba terdiri dari perikanan tangkap

(perikanan laut), perikanan budidaya dan perikanan darat. Dari 10 kecamatan, 7

diantaranya mempunyai potensi kelautan sedangkan potensi perikanan darat

terdapat pada semua kecamatan. Produksi perikanan tangkap (perikanan laut) di

Kabupaten Bulukumba 5 tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan

seperti pada tahun 2012 sebesar 32.735 ton, tahun 2013 sebesar 33.094 ton,

tahun 2014 sebesar 53.612 ton, tahun 2015 sebesar 52.870 ton, tahun 2016

sebesar 50.072. Peningkatan penangkapan terjadi pada tahun 2012 sampai

tahun 2014, kecuali pada tahun 2015 dan 2016 yang mengalami penurunan

(DKP Kabupaten. Bulukumba, 2017).

Salah satu cara pengawetan ikan adalah pengasapan. Pengasapan

dilakukan melalui beberapa tahap yaitu penggaraman, pengeringan, dan

pemanasan. Tujuan pengasapan adalah mengolah ikan agar siap untuk

dikonsumsi langsung, memberi cita rasa yang khas agar lebih disukai konsumen,

dan memberikan daya awet melalui pemanasan, serta dapat disimpan lebih

lama. Pengasapan dapat mengurangi pertumbuhan bakteri, namun selama dan

setelah proses pengolahannya kemungkinan kontaminasi bakteri patogen dapat

terjadi. Dari catatan Direktorat Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI

menyebutkan penyebab terbanyak dari kasus keracunan makanan yang sering

terjadi pada jasa boga adalah dari ikan laut (Yuliawati, 2005).

Desa Singa merupakan salah satu desa di Kecamatan Herlang,

Kabupaten Bulukumba yang masyarakatnya menggantungkan hidup pada ikan.

Hal ini dikarenakan Desa Singa merupakan sentral pengolahan ikan asap. Usaha

ini terbentuk dalam kelompok industri rumah tangga (Home Industry) yang terdiri

Page 15: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

15

dari berbagai rumah produksi. Usaha ini dijalankan atas dasar kekeluargaan

dengan sumberdaya manusia (SDM) merupakan anggota keluarga mereka

sendiri.

Pengasapan ikan tersebar di kalangan masyarakat Desa Singa yang

dijadikan sebagai usaha. Sebagian penduduk melakukan usaha pengasapan

ikan sebagai mata pencaharian yang dilakukan secara turun temurun. Proses

pengasapan yang dilakukan masih tradisional dengan menggunakan rumah

pengasapan (tungku). Jenis ikan yang diasap yaitu Ikan Cakalang dan Tuna.

Namun pada proses pengasapan ikan yang dilakukan sering kali tidak sesuai

dengan prosedur yang baik sehingga menghasilkan ikan asap yang tidak

bertahan lama.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dilakukan penelitian mengenai

Proses Pengasapan dan Kualitas Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan

Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Asap di Desa Singa, Kecamatan

Herlang, Kabupaten Bulukumba.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pengasapan ikan yang dilakukan oleh pengasap ikan di

Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana kualitas Ikan Cakalang dan Tuna Sirip Kuning Asap di Desa

Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba?

Page 16: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

16

C. Tujuan Dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui proses pengasapan ikan yang dilakukan oleh pengasap ikan di

Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba.

2. Menganalisis kualitas Ikan Cakalang dan Tuna Sirip Kuning Asap di Desa

Singa Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam

proses pengasapan Ikan Cakalang dan Tuna Sirip Kuning oleh masyarakat di

Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba sehingga kualitas

produk ikan asapnya dapat ditingkatkan.

Page 17: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Pengolahan Ikan dengan Pengasapan

Pengawetan dengan pengasapan sudah lama dilakukan manusia dengan

pemanggangan dan pengasapan sehingga ikan dapat disimpan lebih lama dan

memberikan cita rasa yang khas dan disukai. Istilah pengasapan (smoking)

diartikan untuk penyerapan bermacam-macam senyawa kimia yang berasal dari

asap kayu ke dalam ikan, disertai dengan setengah pengeringan dan biasanya

didahului dengan proses penggaraman. Jadi, istilah smoke curing meliputi

seluruh proses yang dimulai dari tahap persiapan bahan mentah sampai ke

pengasapan terakhir yang mengakibatkan perubahan warna, flavor dan tekstur

ikan. Tujuan pengasapan dalam pengawetan ikan adalah untuk mengawetkan

dan memberi warna serta rasa asap yang khusus pada ikan (Purnomo dan

Salasa, 2002).

1. Bahan Pengasapan Ikan

a. Bahan sumber asap

1) Kayu sebagai sumber asap pengasapan

Untuk mendapatkan ikan asap yang berkualitas baik, digunakan kayu keras

(non-resinous) sedangkan kayu lunak akan menghasilkan asap yang

mengandung senyawa yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak

diinginkan (Purnomo dan Salasa, 2002)

2) Tempurung kelapa

Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara

biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut

dengan ketebalan berkisar 3-6 mm. Apabila tempurung kelapa dibakar pada

temperatur tinggi dalam ruangan yang tidak berhubungan dengan udara maka

Page 18: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

18

akan terjadi rangkaian proses peruraian penyusun tempurung kelapa tersebut

dan akan menghasilkan arang (Pranata, 2007).

3) Sabut kelapa

Sebagai bahan bakar proses pengasapan merupakan bagian yang cukup

besar dari buah kelapa, yaitu 35% dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa

terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat

lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa

mengandung serat 525 gram (75% dari sabut), dan gabus 175 g (25% dari

sabut) (Pranata, 2004).

b. Bahan baku jenis ikan

Di Indonesia jenis-jenis ikan yang diolah dengan metode pengasapan di

antaranya adalah cakalang, tuna, tongkol, layang, dan bandeng. Jenis-jenis ikan

yang berkadar lemak rendah sangat mudah mengering sewaktu diasapi, akan

tetapi penampilannya kurang menarik, bau dan rasa kurang sedap.

Ikan yang berkadar lemak tinggi sulit mengering sewaktu diasapi dan

mudah mengalami ketengikan. Kadar lemak optimum ikan untuk produk

pengasapan adalah 7-10% untuk pengasapan dingin dan 10-15% untuk produk

pengasapan panas. Seperti halnya pengolahan ikan pada umumnya,

pengasapan ikan tidak dapat menyembunyikan karakteristik dari ikan yang sudah

mundur mutunya. Karena itu, untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu harus

menggunakan bahan mentah yang masih segar (Purnomo dan salasa, 2002).

2. Metode Pengasapan

Metode pengasapan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu

pengasapan dingin (cold smoking) dan pengasapan panas (hot smoking).

Klasifikasi ini didasarkan atas besarnya panas yang diterima. Perbedaan ini

Page 19: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

19

mengakibatkan beberapa perbedaan perlakuan dan hasil pengasapan yang

didapatkan.

a. Pengasapan dingin (cold smoking)

Pengasapan dingin merupakan metode pengasapan dengan meletakkan

ikan agak berjauhan dari sumber pengasapan dengan suhu berkisar antara 30oC

– 60oC. Pengasapan dingin umumnya dilakukan pada suhu 40oC – 50oC dengan

lama pengasapan 1 – 2 minggu. Waktu pengasapan yang dibutuhkan dalam

pengasapan dingin lebih lama dibandingkan dengan pengasapan panas.

Pengasapan dingin mengandalkan pengeringan, sehingga pengasapan dingin

menghasilkan ikan asap dengan umur simpan yang lama, yaitu beberapa bulan.

Pengeringan yang terjadi pada daging ikan asap menyebabkan kadar air ikan

mencapai 40% (Adawyah, 2007).

b. Pengasapan panas (hot smoking)

Pengasapan panas adalah pengasapan yang mengandalkan panas pada

prosesnya. Suhu yang digunakan pada jenis pengasapan ini berkisar antara

70oC – 100oC. Waktu yang dibutuhkan dalam pengasapan panas lebih singkat

dibandingkan dengan pengasapan dingin, yaitu berkisar antara 3 - 8 jam.

Namun, ikan asap hasil dari proses pengasapan jenis ini mudah rusak karena

masih tingginya kadar air yang terkandung di dalamnya (sekitar 60%). Daya

awet ikan asap ini hanya 2 – 3 hari (Adawyah, 2007).

Produksi ikan asap yang selama ini digunakan umumnya masih bersifat

sederhana dengan skala kecil dan dilakukan secara tradisional dengan

menerapkan prinsip pengasapan panas yang dilkakukan secara terbuka. Bentuk

olahan pada umumnya merupakan hasil olahan tradisional yaitu asap yang

dihasilkan dari pembakaran kayu, sabut kelapa, dan serbuk kayu. Pengasapan

Page 20: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

20

tradisional paling mudah diterapkan oleh industri kecil/industri rumah tangga

(Adawyah, 2007).

Proses pengasapan tradisional khususnya hot-smoking sering terjadi

kasus-kasus kerusakan nutrisi karena proses pemanasan dan pengasapan yang

kurang terkontrol. Penggunaan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat mengurangi

kerusakan protein, sedangkan lamanya waktu pengasapan menyebabkan

penurunan pemanfaatan asam amino khususnya asam amino lisin. Selain itu

karbonil yang terkandung dalam asap atau yang berasal dari hasil oksidasi lemak

dapat bereaksi dengan amino yang berasal dari protein ikan. Reaksi ini juga

menyebabkan penurunan pemanfaatan protein (Swastawati, 2007).

B. Proses pengasapan

Secara umum proses pengasapan ikan adalah sebagai berikut:

1. Sumber asap

Tahap penting lain dalam pengasapan adalah memilih jenis sumber asap,

biasanya kayu yang akan digunakan.

2. Penataan

Penataan ikan diatur sedemikian rupa dalam ruang pengasapan bertujuan

untuk mendapatkan aliran asap dan panas yang merata dimana hal ini sangat

menentukan kualitas produk akhir. Untuk mendapatkan aliran asap dan panas

yang merata, jarak antara ikan-ikan pada rak pengasap dan jarak antara masing-

masing rak pengasapan dalam ruang pengasapan tidak boleh terlalu rapat.

3. Pengasapan

Tujuan pengasapan ikan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna

serta rasa asap yang khas pada ikan. Sebenarnya, daya awet yang ditimbulkan

oleh asap sangat terbatas. Supaya ikan dapat tahan lama maka pengasapan

harus diikuti atau didahului oleh cara pengawetan lain.

Page 21: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

21

4. Pengemasan

Setelah pengasapan selesai, ikan dibiarkan dingin hingga sama dengan

suhu ruangan. Sebaiknya tidak mengemas produk selagi masih panas atau

hangat karena air akan mengembun dan ikan cepat rusak karena ditumbuhi

jamur. Ikan asap harus dibiarkan dingin, misalnya dengan cara ditempatkan pada

ruangan terbuka dan bersih.

5. Penyimpanan

Penyimpanan ikan asap akan sangat berperan penting dalam distribusi

dan pemasarannya. Jika penyimpanan dan pengemasan tidak baik maka ikan

asap akan cepat rusak sehingga daya jangkau pasarnya rendah.

C. Deskripsi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu jenis ikan pelagis

besar. Cakalang memiliki tubuh yang padat, penampang bulat, lateral line

melengkung ke bawah tepat di bawah sirip punggung kedua, sirip dada pendek

dan berbentuk segitiga. Warna tubuh pada saat ikan masih hidup adalah biru

baja (steel blue), dengan lustrous violet di sepanjang permukaan punggung dan

intensitasnya menyusut di sisi tubuh hingga ketinggian pada pangkal sirip dada

(Saanin, 1984).

Menurut Saanin (1984) klasifikas Ikan Cakalang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Vertebrata

Sub Phylum : Craniata

Class : Teleostomi

Ordo : Ferciformes

Family : Scombridae

Genus : Katsowonus

Page 22: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

22

Spesies : Katsuwonus pelamis

Gambar 1. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis, Saanin 1984)

D. Deskripsi Ikan Tuna sirip kuning (Thunnus albacares)

Ikan Tuna adalah salah satu jenis ikan air laut yang banyak ditemukan di

lautan dalam. Ikan ini memiliki bentuk tubuh menyerupai terpedo dengan sedikit

pipih dan juga mulut meruncing. Ikan ini memiliki sirip punggung dua, pertama

berukuran kecil dan terpisah dengan sirip kedua. Ikan ini pada umumnya

berwarna perak dan keabu-abuan dibagian seluruh tubuh. Ikan tuna ini juga

memiliki kecepatan berenang yang sangat cepat dibandingkan dengan ikan

lainnya.

Menurut Saanin (1984) Klasifikasi ikan tuna sirip kuning sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Scombridae

Genus : Thunnus

Spesie : Thunnus albacares

Page 23: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

23

Gambar 2. Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares, Saanin 1984)

E. Komponen yang terkandung dalam ikan asap

1. Protein

Perubahan nilai protein ikan disebabkan oleh adanya proses pengolahan

terutama menggunakan panas. Kadar protein dapat menurun karena adanya

proses pengolahan, dengan terjadinya denaturasi protein selama pemanasan

(Swastawati, 2012).

2. Lemak

Lemak merupakan bagian dari kandungan ikan yang memiliki nilai lebih

sedikit dibandingkan dengan protein. Akan tetapi lemak merupakan faktor

pendukung dalam menghasilkan rasa dan aroma pada ikan asap (Swastawati,

2012).

3. Air

Air merupakan kandungan yang terbesar dalam ikan. Air merupakan

sarana mikroorganisme untuk berkembang sehingga, proses pengasapan,

memiliki tujuan untuk mengurangi kadar air dalam ikan, dan diharapkan dapat

memperpanjang umur simpan ikan asap. Tingginya kadar air dalam ikan asap

yang diolah menggunakan smoking cabinet dan tungku dapat mempengaruhi

kualitas ikan asap yang dihasilkan (Linggarwati, 2016).

Page 24: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

24

4. Abu

Abu merupakan parameter nilai gizi suatu bahan produk yang dihasilkan

oleh komponen zat anorganik yang terdapat dalam ikan. Kadar abu berhubungan

dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan dapat

merupakan dua macam garam, yaitu garam organik dan anorganik. Komponen

mineral dalam bahan dapat ditentukan jumlahnya dengan cara menentukan sisa-

sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan

(Linggarwati, 2016).

F. Kualitas Ikan Asap

Menurut Nastiti (2006), pengelolaan mutu dalam suatu proses pasca

panen sangat penting. Tujuannya adalah untuk mengontrol keamanan produk

sehingga tidak berbahaya bagi konsumen. Bahaya pada produk pangan dapat

dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1) Bahaya terhadap bahan pangan itu sendiri (Food safety)

2) Bahaya akan kemunduran mutu (Wholesomeness)

3) Kerugian ekonomi (Economic lost)

Penentuan kualitas ikan asap dapat dilakukan dengan pengujian mutu

fisik, kimiawi dan mikrobiologis. Hal ini merujuk pada standar obyektif layak

tidaknya suatu produk dipasarkan. Di Indonesia, baik tidaknya kualitas ikan asap

memiliki standar tersendiri yang telah diatur secara nasional melalui suatu badan

yang disebut dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN). Acuan mengenai

standar kualitas ikan asap terdapat dalam SNI 2725.1:2009 (Tabel 1).

Persyaratan mutu ikan asap menurut SNI harus sesuai dengan persyaratan

sanitasi dan higenis dalam unit pengolahan hasil perikanan.

Page 25: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

25

Tabel 1. Persyaratan keamanan dan kualitas ikan asap (SNI 2725.1:2009)

Parameter uji Satuan Persyaratan

a. Organoleptik Angka (1-9) Minimal 7

b. Cemaran Mikroba*

- ALT Koloni/g Maksimal 1,0x105

- Escherichia coli APM/g Maksimal < 3

- Salmonella sp. per 25 g Negatif

- Vibrio cholerae* per 25 g Negatif

- Staphylococcus aureus* Koloni/g Maksimal 1,0x103

c. Kimia*

- Kadar air % fraksi massa

Maksimal 60

- Kadar histamin mg/kg Maksimal 100

- Kadar garam % fraksi massa

Maksimal 4

d. Cemaran logam*

- Arsen (AS) mg/kg Maksimal 1,0

- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 0,1

mg/kg Maksimal 0,55**

- Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0,5

mg/kg Maksimal 1,0**

- Timah (Sn) mg/kg Maksimal 40,0

- Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 0,3

mg/kg Maksimal 0,4**

e. Residu kimia*

- Kloramfenikol - Tidak boleh ada

- Jumlah malachite green - Tidak boleh ada

dan leuchomalachite

- Metabolit nitofuran (SEM, - Tidak boleh ada

AHD, AOS, AMOZ) f. Cemaran kimia*

- Benzo[a]piren mg/kg Maksimal 5

Catatan * Bila diperlukan

** Untuk ikan predator *** jika diperlukan untuk ikan scromboid, clupidae,

pomatomidae, coryphaenedae

Page 26: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

26

G. Pengujian Organoleptik

Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penelaahan

mutu karena banyak faktor yang ada dalam makanan yang tidak diukur dengan

uji mikrobiologi dan kimia. Metode ini pun dapat digunakan untuk mengetahui

penyimpangan-penyimpangan serta perubahan-perubahan dalam prduk

perikanan. Di samping itu, pelaksaan metodenya dapat dilakukan dengan cepat

dan memakai peralatan sederhana (DKP Sulsel, 2002).

Hadiwiyoto (1992) dalam Ramlah (1993) mengemukakan bahwa

pengujian organoleptik paling banyak dilakukan karena lebih mudah, lebih cepat

dikerjakan, tidak memerlukan banyak peralatan dan murah. Cara ini

menggunakan panelis atau penguji dan parameter yang digunakan sebagai

faktor tolak ukur adalah kenampakan, warna, cita rasa atau bau, keadaan

jaringan dan keseragaman. Panelis memberikan penilaian dan skor (nilai) pada

faktor-faktor tersebut. Semakin tinggi skor yang diberikan menunjukkan makin

segar keadaan ikannya atau makin baik mutu produk yang dinilai tersebut.

Menurut Murniyati dan Sunarman (2000) cara organoleptik dapat juga

disebut cara sensorik. Cara ini sangat cepat, murah dan praktis untuk dikerjakan,

tetapi ketelitiannya sangat tergantung pada tingkat kepandaian orang yang

melaksanakannya. Jadi, cara pemeriksaan organoleptik ini bersifat subyektif.

Berbagai persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh para panelis

sebelum melakukan pengujian organoleptik terhadap sampel ikan asap

diantaranya adalah sebagai berikut (DKP Sulsel, 2002):

1). Panelis harus tertarik terhadap uji organoleptik dan mau berpartisipasi

2). Panelis harus terampil dan konsisten dalam mengambil keputusan

3). Panelis harus diuji kemampuannya melakukan uji organoleptik

4). Panelis harus siap sedia saat dibutuhkan dalam pengujian

Page 27: PROSES PENGASAPAN DAN KUALITAS IKAN CAKALANG …

27

5). Panelis harus berbadan sehat, bebas dari .penyakit THT, buta warna, dan

gangguan psikologis

6). Panelis tidak menolak terhadap makanan yang mau diuji (tidak alergi)

7). Kebiasaan merokok, minum minuman keras dan makan permen karet harus

dihentikan minimal 1 jam sebelum pengujian.

Nuraini dan Nawansih (2006) menyatakan bahwa Panelis dapat

didefinisikan sebagai panel atau orang yang terlibat dalam penilaian. Jenis-jenis

panelis menurut jumlah panelisnya dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Panel perseorangan

Merupakan jenis panel tradisional atau panel yang belum menggunakan

metode yang baku. Panel ini memiliki kepekaan yang istimewa dan kemampuan

diatas rata-rata yang berasal dari bakat dan diasah dengan latihan bertahun-

tahun. Ciri khas panel perorangan adalah dapat menilai produk dengan cepat

dan tepat. Kekurangan dari panel adalah kepekaan yang terbatas pada komoditi

tertentu.

2. Panelis semi terlatih

jenis panelis semi terlatih dengan jumlah anggota 15 – 25 panelis. Jenis

panel ini biasanya digunakan pada uji pembedaan atau uji yang sulit. Panel semi

terlatih merupakan jenis panel yang telah mendapat pelatihan mengenai cara

melakuan pengujian sensori secara umum.

3. Panel tidak terlatih

Merupakan panel yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata dan tidak

mendapatkan pelatihan secara formal. Panel jenis ini beranggotakan 25 – 100

panelis. Pemilihan panel biasanya didasarkan atas perwakilan suatu komonitas.

Panel jenis ini biasanya digunakan untuk pengujian yang bersifat sederhana

seperti uji hedonik.