pengasapan ikan
DESCRIPTION
Salah satu metode pengolahan hasil perikanan yaitu dengan pengasapan menghasilkan pengasapan basah dan keringTRANSCRIPT
A. PRINSIP PENGASAPAN
Tujuan pengasapan ikan, pertama untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan uap.
Tujuan kedua untuk memberikan aroma yang khas tanpa peduli kemampuan daya awetnya.
Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfatkan kombinasi
perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan
bakar alami. Melalui pembakaran akan terbentuk senyawa asap dalam bentuk uap dan
butiran-butiran tar serta dihasilkan panas. Senyawa asap tersebut menempel pada ikan dan
terlarut dalam lapisan air yang ada di permukaan tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan
rasa yang khas pada produk dan warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan.
1. Tujuan Pengasapan
Ikan asap sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Konon, terjadinya tanpa disengaja.
Ketika itu, umumnya orang mengawetkan daging dan ikan dengan cara dikeringkan di bawah
terik matahari. Namun, pada musim hujan dan musim dingin orang mengeringkannya dengan
bantuan api sehingga pengaruh asap pun tidak dapat dihindarkan.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu menyebabkan terjadinya proses pengeringan.
Selain akibat panas, proses pengeringan terjadi karena adanya proses penarikan air dari
jaringan tubuh ikan oleh penyerapan berbagai senyawa kimia yang berasal dari asap.
Pengasapan ikan merupakan cara pengawetan ikan dengan menggunakan asap yang
berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik lainnya. Pengasapan ikan dilakukan dengan
tujuan : 1. Untuk mengawetkan ikan dengan memanfaatkan bahan-bahan alam.
2. Untuk memberi rasa dan aroma yang khas.
2. Faktor yang Memengaruhi Pengasapan
Faktor yang memengaruhi proses pengasapan diantaranya suhu pengasapan. Agar
penempelan dan pelarutan asap berjalan efektif, suhu awal pengasapan sebaiknya rendah.
Jika pengasapan langsung dilakukan pada suhu tinggi, maka lapisan air pada permukaan
tubuh ikan akan cepat menguap dan daging ikan cepat matang sehingga akan menghambat
proses penempelan asap. Setelah warna dan aroma terbentuk dengan baik, suhu pengasapan
dapat dinaikan untuk membantu proses pengeringan dan pematangan ikan.
1
Faktor lain yang memengaruhi pengasapan adalah kelembapan udara, jenis kayu, jumlah
asap, ketebalan asap, dan kecepatan aliran asap di dalam alat pengasap. Faktor tersebut akan
memengaruhi banyaknya asap yang kontak dan menempel pada ikan.
a. Bahan Bakar dan Pembakaran
Bahan bakar yang lazim digunakan dalam pengasapan adalah kayu, dapat berupa serbuk
gergaji, sabut kelapa, merang, ampas tebu, dan lain sebagainya. Komponen bahan organik
yang dibakar mengandung komponen seperti selulosa, hemi selulosa, dan sebagainya. Jika
pembakaran tidak sempurna maka asap yang mengandung bahan organik akan bereaksi
dengan ikan dan menghasilkan aroma asap.
Saat dibakar, semua komponen itu berubah, air berubah menjadi uap dan butiran-butiran
air. Jika jumlah oksigen cukup banyak, maka hasil pembakaran tersebut akan berupa uap air,
gas asam arang dan abu hasil pembakaran tidak terbentuk asap. Apabila jumlah oksigen tidak
mencukupi, akan terbentuk asap yang terdiri dari CO2, alkohol, aldehid, asam organik, dan
lain sebagainya. Proses pembakaran berlangsung secara bertingkat :
Bahan bakar alkohol aldehid asam-asam organik CO2
Keterangan : = membutuhkan O2
Zat-zat tersebut dapat terjadi bersama-sama, karena api dan oksigen tidak merata sehingga
tingkat oksidasi berbeda pada tempat yang berlainan. Jadi, asap sesungguhnya merupakan
campuran dari cairan, gas, dan padatan yang terdiri atas :
1. CO2 dalam bentuk gas;
2. air dalam bentuk gas dan butiran-butiran;
3. zat-zat lain yang mudah menguap seperti alkohol dan aldehid dalam bentuk cairan dan gas;
4. zat-zat padat yang tidak terbakar yang ikut terbawa arus asap.
b. Asap sebagai Pengawen, Pembentuk Warna, Rasa, dan Aman
Jenis kayu yang baik untuk pengasapan adalah kayu yang lambat terbakar banyak
mengandung senyawa-senyawa mudah terbakar, dan menghasilkan asam. Jenis dan kondisi
kayu juga menentukan jumlah asap yang dihasilkan.
2
Asap memiliki sifat sebagai pengawet. Fenol yang dikandungnya memiliki sifat
bakteriostatik yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri tidak berkembang biak, fungisidial
sehingga jamur tidak tumbuh, dan antioksidan sehingga cukup berperan mencegah oksidasi
lemak pada ikan.
Pewarnaan, rasa dan aroma ikan asap tergantung pada komponen yang dihasilkan melalui
pembakaran. Hal itu juga tergantung pada jenis kayu yang digunakan. Senyawa asam organik
dalam asap akan memberikan warna. Fenol dan formaldehid membentuk lapisan damar
sehingga produk menjadi mengkilap. Namun fenol senyawa utama pembentu aroma asap
yang khas.
Komponen-komponen asap yang merupakan bahan pengawet adalah sebagai berikut.
1. Alkohol (metal alkohol dan etil alkohol)
2. Aldehid (formaldehid dan asetaldehid)
3. Asam-asam organik (asam semut dan asam cuka).
Beberapa komponen yang terdapat pada asap dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Komponen-komponen yang Terdapat pada Asap
Asam Fenol Karbonil Alkohol Hidrokarbon
Asam Formiat Siringols Formaldehid Etanol Benzperin
Asam asetat Guatakols Propionaldehid Metanol Benzateracen
Asam butirat Cresols Furfuraldehid Indene
Asam ovalik Xylenols Octal aldehid Napithalin
Asam vanilic Acrolein Sulbene
Asam fentalic Metil etil keton Phenanthren
Metil gioxal
Zat-zat pengawet tersebut hanya terdapat sangat kecil sehingga daya awet yang
ditimbulkan tidak begitu berarti. Pada umumnya ikan yang diawetkan digarami terlebih
dahulu, terutama yang akan dilakukan pengasapan dingin.
Bahan organik (kayu) yang akan digunakan dalam pembakaran, hendaknya dipilih dari
jenis kayu yang keras. Kayu yang mengandung damar tidak baik untuk pengasapan ikan
3
karena menimbulkan bau dan rasa yang kurang enak. Kayu yang rusak, lapuk, atau berjamur
juga tidak baik karena membawa bau organisme yang tumbuh dibahan tersebut. kayu yang
baik adalah yang keras, murah dan mudah didapat. Komposisi kimia kayu dapat dilihat pada
Tabel 1.2
Tabel 1.2
Komposisi Kimia Asap Kayu
Komposisi Kimia Kandungan mg/m3 asap
Formaldehid 30 – 50
Aldehid (termasuk furfura) 180 – 230
Keton termasuk aseton 190 – 200
Asam formiat 115 – 160
Asam asetat dan asam lainnya 600
Metil alkohol -
Tar 1.295
Fenol 25 – 40
3. Jenis-Jenis Pengasapan
Ada dua jenis pengasapan yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin semuanya
tergantung jumlah panas yang digunakan. Selain itu, berkembang pula cara pengasapan yang
tergolong baru berupa pengasapan elektrik dan pengasapan liquid yang dikenal dengan asap
cair. Perbedaan antara pengasapan panas dengan pengasapan cair dapat dilihat pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
Beberapa Perbedaan Pengasapan Panas dan Pengasapan Dingin
Jenis Pengasapan Temperatur Waktu Daya Awet
Pengasapan dingin 40 – 50oC 1 – 2 minggu 2 – 3 minggu sampai
beberapa bulan
Pengasapan panas 70 – 100oC beberapa jam Beberapa hari
Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi sehingga daging ikan menjadi
matang. Daya awet ikan yang diasap panas dikarenakan garam, asap, dan panas. Sedangkan
pada ikan yang diasap dingn dikarenakan garam, asam, dan pengeringan. Perngeringan
4
tersebut akan terjadi akibat aliran asap dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sangat penting
karena daya awet yang ditimbulkan oleh asap dan garam tidak mencukupi.
Pengasapan yang terlalu lama akan menghilangkan kelezatan ikan karena terlalu banyak
air yang hilang. Demikian pula pemakaian asap yang terlalu panas
Proses pengasapan berlangsung sebagai berikut. Penggaraman dilakukan dengan jumlah
garam yang bervariasi, tergantung pda tujuan, yaitu menggunakan garam sebanyak 10% -
40% selama 20 – 60 menit. Pencucian ikan bertujuan mengurangi kadar garam pada kulit dan
menghilangkan kristal-kristal garam pada permukaan daging ikan. Selanjutnya, ikan
digantung di tempat terbuka yang tertiup angin. Bertujuan untuk mengeringkan bagian
permukaan ikan hingga terbentuk pellice, yaitu permukaan ikan yang licin dan elastis,
terutama ikan-ikan yang tidak besisik. Alat penggantung ikan yang dipakai dalam
pengeringan tersebut biasanya penggantung ikan yang dipakai pada proses pengasapan.
Timbulnya pellice mempercepat penempelan partikeel-partikel asap pada ikan.
Penggantungan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan rusuk besi. Tali atau kait yang
dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1
Contoh cara penggantungan ikan dalam pengasapan
a. Pengasapan Dingin
Pengasapan dingin merupakan cara pengasapan pada suhu rendah, yaitu tidak lebih tinggi
dari suhu 33oC (sekitar 15-33oC). Waktu pengasapannya dapat mencapai 4-6 minggu.
Penggunaan suhu rendah dimaksudkan agar daging ikan tidak menjadi masak atau protein
5
didalamnya tidak terkoagulasi. Akibatnya, ikan asap yang dihasilkan masih tergolong
setengah masak sehingga sebelum ikan asap disantap masih perlu diolah kembali menjadi
produk siap santap.
b. Pengasapan Panas
Pengasapan panas dengan menggunakan suhu pengasapan yang cukup tinggi, yaitu 80-
90oC. Karena suhunya tinggi, waktu pengasapan pun lebih pendek, yaitu 3-8 jam dan bahkan
ada yang hanya 2 jam. Melalui suhu yang tinggi, daging ikan menjadi masak dan tidak perlu
diolah terlebih dahulu sebelum disantap.
Suhu pengasapan yang tinggi mengakibatkan enzim menjadi tidak aktif sehingga dapat
mencegah kebusukan. Proses pengawetan tersebut juga dikarenakan adanya asap. Jika suhu
digunakan 30-50oC, maka disebut pengasapan panas dengan suhu rendah dan jika suhunya
50-90oC, maka disebut pengasapan panas pada suhu tinggi.
c. Pengasapan Elektrik
Ikan asap dengan asap dari pembakarn gergaji (serbuk gergaji) yang dilewatkan medan
listrik untuk tegangan tinggi. Ikan pun mengalami tahap pengeringan untuk mempersiapkan
permukaan ikan menerima partikel asap, lalu tahap pengasapan, dan tahap pematangan. Pada
ruang pengasap dipasang kayu melintang dibagian atas dan dililiti kabel listrik. Ikan
digantung dengan kawat pada kayu berkabel listrik tersebut.
d. Pengasapan Cair
Asap liquid pada dasarnya merupakan asam cukanya (vinegar) kayu yang diperoleh dari
destilasi kering terhadap kayu. Pada destilasi kering tersebut, vinegar kayu dipisahkan dari
tar dan hasilnya diencerkan dengan air lalu ditambahkan garam dapur secukupnya, kemudian
ikan direndam dalam larutan asap tersebut selama beberapa jam. Faktor penting yang perlu
diperhatikan pada pengasapan liquid adalah konsentrasi, suhu larutan asap, serta waktu
perendaman. Setelah itu, ikan dikeringkan di tempat yang teduh.
Kelebihan penggunaan asap cair dalam pengasapan adalah
1. Beberapa aroma dapat dihasilkan dalam produk yang seragam dengan konsentrasi yang
lebih tinggi.
2. Lebih intensif dalam pemberian aroma.
6
3. Kontrol hilangnya aroma lebih mudah.
4. Dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan.
5. Dapat digunakan oleh konsumen pada level komersial.
6. Lebih hemat dalam pemakaian kayu sebagai sumber asap.
7. Polusi lingkungan dapat diperkecil.
8. Dapat diaplikasikan kedalam berbagai kehidupan seperti penyemprotan, pencelupan, atau
dicampur langsung ke dalam makanan.
Menurut Pakan (2005), alat pembuat asap cair dapat dibuat dari dua buah drum yang
dihubungkan oleh pipa, berfungsi mengalirkan asap dari drum tempat pembakaran kayu ke
drum yang berfungsi untuk mendinginkan asap sehingga dihasilkan asap cair. Drum yang
berfungsi sebagai pendingin diisi dengan air untuk membantu proses pendinginan asap.
Gambar 1.2 Alat untuk membuat asap cair
4. Karsinogenik
Perbincangan terhadap asap sebagai agen penyebab kanker (karsinogen) dan perubahan
gen (mutagen) semakin marak. Asap, tidak hanya asap rokok, tetapi juga asap pada daging
ikan yang dipanggang, dibakar, atau diasap, dicuragai sebagai agen kanker berbahaya. Ada
tiga kelompok senyawa utama yang diklaim sebagai biang kerok kanker, yaitu kelompok
senyawa piliciclic aromatic hydrocarbon (PAH), N-nitroso compound (NNC), dan
heterocyclic aromatic amine (HAA). Senyawa PAH biasanya ditemukan pada ikan asap,
NNC pada daging asap, dan HHA pada ikan dan daging bakar atau panggang.
7
5. Peralatan Pengasapan
Peralatan yang digunakan dalam industri pengasapan ikan antara lain alat pengasap, meja
pengolahan, peti insulasi, freezer, cold storage, mesin penghancur es, bak pencucian dan
perendaman dalam larutan garam, serta peralatan dan fasilitas lainnya.
Model alat pengasap yang biasa digunakan untuk pengasapan ikan, dari yang sederhana
hingga yang cukup baik desain dan kinerjanya. Berikut ini disajikan beberapa keterangan
mengenai alat pengasapan.
a. Alat Pengasapan Semi Konvensional
Alat pengasap tersebut berupa bangunan mirip rumah dengan kerangka kayu atau besi,
yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian tungku terletak dibagian bawah dan tempat
pengasapan dibagian atas. Dinding dan bagian atas alat pengasap dibiarkan terbuka dan
dibuat bersusun tiga, sedangkan dinding tungku ditutup seng dan dipasang pintu untuk
mengurangi asap dan panas yang terbuang. Di atas tungku ditempatkan pelat baja berlubang
untuk meratakan panas/asap. Sistem pemasangan yang digunakan adalah bongkar pasang
(knock down) agar mudah dipindahkan. Alat pengasap seperti itu boros karena banyak panas
dan asap yang terbuang.
Ukuran ruang asap dapat diatur sesuai dengan jumlah dan ukuran ikan yang diasap serta
cara penempatannya. Jika ikan disusun pada rak dengan posisi mendatar, maka jarak antarrak
cukup 10-15 cm. Namun, jika ikan disusun dengan cara digantung, maka jarak antarikan
diatur tidak saling bertindihan. Hal terpenting adalah jarak antara lapisan ikan paling bawah
dengan tungku cukup sehigga api tidak menyentuh ikan langsung.
b. Alat Pengasap Model Kabinet atau Rumah Pengasap
Konstruksi pengasap model kabinet tersebut mirip bentuk rumah sehingga sering disebut
rumah pengasap. Seperti pada pengasap konvensional, pengasap kabinet terdiri dari atas dua
bagian, yaitu bagian bawah untuk tungku dan bagian atas untuk ruang pengasapan.
Konstruksinya dapat berupa kerangka besi siku, dinding dan atap dari pelat besi tipis. Dapat
juga menggunakan kerangka kayu atau menggunakan dinding bata yang permanen.
Bagian tungku dan bagian pengasap dipasang pintu dan pada atap dipasang tutup yang
dapat diatur bukaannya. Di sekeliling tungku diberi lubang-lubang untuk ventilasi yang dapat
ditutup. Ventilasi serupa dipasang pada ruang pengasap. Seperti alat pengasap konvensional,
8
ruang pengasap dapat diatur disusun horizontal pada rak, maka jarak antarrak cukup 10-15
cm. Namun, jika ikan digantung, maka jarak antarikan perlu diatur sehingga tidak saling
bertindihan. Hal terpenting adalah jarak antara lapisan ikan paling bawah dengan tungku
cukup sehingga api tidak menyentuh ikan langsung.
c. Alat Pengasap Model Drum
Alat tersebut (terdiri atas dua bagian, yaitu bagian bawah untuk tungku dan bagian atas
untuk ruang pengasapan) dibuat dari drum bekas ukuran 200 liter. Tentu saja kapasitasnya
cukup kecil sehingga cocok untuk pengasapan berskala kecil. Dasar drum dibuat lubang-
lubang untuk pemasukan udara segar dan untuk sarana pembuangan abu, sedangkan di bagian
atas dipasang pipa sebagai cerobong. Antara tungku dan ruang pengasapan dibuat bersusun
dengan ukuran tergantung ukuran ikan dan cara penyusunan ikan. Biasanya jarak antara
pembatas berlubang dengan lapisan ikan terbawah diatur sekitar 10-15 cm.
d. Alat Pengasap dengan Penggerak Motor Listrik
Alat pengasap tersebut mungkin belum banyak digunakan. Bentuknya seperti bangunan
rumah atau kamar biasa yang seluruhnya digunakan sebagai ruang pengasap. Dinding dibuat
dari batu bata permanen atau kayu atau bahan lain, sedangkan atapnya dari kayu atau seng
atau asbes gelombang. Di bagian belakang bangunan dipasang tungku dengan model
bermacam-macam. Dapat dibuat dari drum bekas ukuran 200 liter atau dengan tungku batu
bata.
Bagian depan bangunan dipasang pintu lebar, sehingga jika dibuka seluruh bagian dalam
ruang pengasapan akan tampak. Di dalam ruang pengasap dipasang rak-rak yang dapat
diputar (dipasang motor listrik) dan dapat ditarik keluar (dipasang roda dibagian bawahnya)
untuk menempatkan ikan. Rak tersebut dibuat dari kerangka besi terbentuk kotak dengan
bagian tengah dipasang sumbu dari pipa besi. Sumbu itu kemudian dihubungkan dengan
motor listrik sehingga rak dapat diputar agar pengasapan lebih merata.
Rangka kerangka besi dipasang kait untuk menggantungkan ikan yang akan diasap. Ikan
yang akan diasap digantungkan pada penggantung berupa besi panjang berpengait, kemudian
digantungkan pada rak yang dapat berputar. Dengan desain seperti itu, alat pengasap dapat
dirancang berukuran besar sehingga kapasitasnya dapat diatur sesuai dengan skala usaha.
Selain itu, produk yang dihasilkan lebih baik karena pengasapan berjalan merata dan efisien.
9
e. Pengasapan Tidak Langsung
Alat pengasap yang telah diungkapkan di atas semuanya dengan model pengasapan
langsung, yaitu tungku ditempatkan langsung di bagian bawah alat pengasap sehingga asap
dan pans langsung masuk ke dalam ruang pengasap. Untuk pengasapan dingin, modem
seperti itu kurang sesuai karena suhu pengasapan biasanya tinggi.
Model alat pengasap lain adalah dengan menempatkan tungku terpisah dari ruang
pengasap. Asap dari tungku dialirkan masuk ke dalam ruang melalui pipa. Melalui cara itu,
masuknya panas dari tungku ke dalam ruang pengasap lebih mudah diatur sehingga
pengaturan suhunya lebih mudah dilakukan. Di sisi lain, asap yang masuk ruang pengasap
dapat diatur lebih tebal atau tipisnya asap. Melalui kondisi seperti itu, alat pengasap model
tersebut cocok untuk pemgasapan dingin atau pengasapan yang memerlukan suhu tidak tinggi
atau yang memerlukan jumlah asap tebal.
6. Teknik Pengasapan Ikan
Di dalam praktik, pengasapan ikan dilakukan dengan cara berbeda-beda tergantung
kebiasaan, jenis ikan yang diasap, produk yang diinginkan, proses yang digunakan, dan
sabagainya.
a. Ikan Segar dan Penanganannya
Ikan yang digunakan untuk pengasapan hendaknya benar-benar masih segar, tidak cacat
fisik, dan bermutu tinggi. Satu hal yang perlu diingat, tidak ada satu cara apapun, betapapun
hebatnya cara dan peralatannya, yang mampu mencegah terjadi kerusakan.
b. Preparasi Ikan
Ada banyak jenis ikan yang biasa diasap, mulai dari bandeng hingga ikan Salmon, dari
Belut hingga ikan lele. Ikan yang berlemak tinggi, misalnya Lemuru kurang cocok diasap dan
menghasilkan produk bermutu rendah, cepat rusak, dan tidak tahan lama. Adapun proses
pada tahap preparasi ikan sebagai berikut.
1) Pencucian dan penyiangan
Sebelum diasap, ikan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran, sisik-sisik
yang lepas, dan juga lendir. Kemudian ikan disiangi dengan cara membelah bagian perut
sampai dekat anus. Apabila diperlukan, kepala ikan dipotong. Kalau ukuran ikan cukup
10
besar dan berdaging tebal, sebaiknya ikan dibelah membentunk kupu-kupu, diambil
dagingnya saja, atau dibentuk sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan untuk mencirikan
produk.
2) Penggaraman
Perendaman dalam larutan garam atau penggaraman sering kali memang diperlukan
karena memiliki banyak fungsi, diantaranya membantu memudahkan pencucian dan
penghilangan lendir, memberikan cita rasa produk yang lebih lezat, membantu
pengawetan, membantu pengeringan, dan menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lebih
kompak.
c. Proses Pengasapan
Proses pengasapan meliputi pemilihan bahan bakar, penggantungan dan penyusunan ikan,
serta pengasapan.
1) Bahan bakar.
Tahap penting lain dalam pengasapan adalah memilih jenis bahan bakar biasanya kayu
yang akan digunakan. Bahan bakar lain sebagai alternatif berupa seebuk gergaji, serutan
kayu, tempurung, sabut kelapa, dan sebagainya. Kayu, serutan dan serbuk gergaji
merupakan pilihan yang baik asalkan jenis kayu keras, tidak banyak mengandung resin,
getah atau damar.
2) Penggantungan dan penyusunan ikan
Ikan yang sudah ditiris disusun di dalam alat pengasap. Cara penyusunan ikan, misalnya
mendatar di atas rak, akan menentukan ikan asap yang dihasilkan. Cara tersebut cocok
untuk ikan-ikan kecil atau fillet ikan. Namun, dengan posisi itu kontak antarasap dan ikan
kurang merata. Bagian bawah akan lebih banyak menerima panas dan asap sehingga ikan
perlu dibalik.
3) Pengasapan
Pengasapan ikan pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan. Tahap pertama merupakan tahap
pengeringan awal yang berlangsung sedikit di atas suhu ruang. Tahap kedua merupakan
tahap pematangan pertama, sedangkan tahap ketiga merupakan pematangan akhir. Perlu
diperhatikan bahwa sebaiknya tidak mengasap ikan secara langsung pada suhu tinggi
11
sebab daging ikan cepat matang, sehingga teksturnya masih lunak. Akibatnya,
pengeringan berjalan lambat dan ikan mudah patah.
d. Pengemasan
Setelah pengasapan selesai, ikan dibiarkan dingin hingga sama dengan suhu ruangan.
Sebaiknya tidak mengemas produk selagi masih panas atau hangat karena akan mengembun
dan ikan cepat rusak ditumbuhi jamur. Ikan asap harus dibiarkan dingin, misalnya dengan
cara ditempatkan pada ruangan terbuka dan bersih. Kipas angin dapat digunakan untuk
membantu mendinginkan ikan asap, asalkan terjadinya kontaminasi oleh kotoran dapat
dicegah. Melalui cara itu, ikan asap sudah cukup dingin dalam waktu 1-2 jam.
e. Penyimpanan
Penyimpanan ikan asap akan sangat berperan penting dalam distribusi dan pemasarannya.
Jika penyimpanan juga pengemasan tidak baik maka ikan asap akan cepat rusak sehingga
daya jangkau pasarnya rendah. Untuk jangkauan distribusi yang luas, penggunaan suhu
rendah selama penyimpanan tampaknya sudah saatnya diterapkan dan tidak dapat
dihindarkan lagi.
7. Mutu, Sanitasi, dan Higenitas Ikan Asap
Cara paling mudah untuk menilai mutu ikan asap, yaitu dengan menilai mutu sensoris atau
mutu organoleptiknya. Cara lain dengan pengujian fisik, kimiawi, dan mikrobiologis yang
tentu saja memerlukan teknik, peralatan, dan tenaga khusus yang tidak mudah dan tidak
murah. Penilaian mutu secara sensoris sudah sangat memadai jika dilakukan dengan baik dan
benar. Mutu berfungsi ikan yang diasapkan dapat dilihat di Tabel 1.4.
Tabel 1.4
Komponen Kimawi Beberapa Produk Ikan Asap
Jenis Ikan Asap Air
(%)
Protein
(%)
Lemak
(%)
Abu
(%)
Garam
(%)
Bandeng segar 70,45 22,84 1,51 2,15 1,58
Pindang bandeng 65,5 21,7 6,16 6,10 1,92
Bandeng asap 54-59 27-40 2,5-6,0 - -
Sidat asap 60,9 26,4 7,5 6,0 -
12
Teripang asap 18,3-53,6 19,3-79,5 0,6-2,3 25,6-16,7 -
Ada lima paramaeter sensoris utama yang perlu dinilai, yaitu penampakan, warna, rasa,
bau, dan tekstur. Adanya jamur dan lendir juga perlu diamati. Kriteria dan deskripsi mutu
sensoris ikan asap seperti pada Tabel 1.5 di bawah ini.
Parameter Deskripsi Mutu Ikan Asap
Penampakan Permukaan mutu ikan asap cerah, cemerlang,
dan mengkilap. Apabila kusam dan suram
menunjukan bahwa ikan yang diasap sudah
kurang bagus mutunya atau karena perlakuan
dan proses pengasapan tidak dilakukan
dengan baik dan benar.
Tidak tampak adanya kotoran berupa darah
yang mengering, sisa isi perut, abu, atau
kototan lainnya. Adanya kotoran semacam
itu menjadi indikasi kalau pengolahan
pengasapan tidak baik. Apabila ada
permukaan ikan terdapat deposit kristal
garam maka hal itu menunjukan bahwa
penggaraman terlalu berat dan tentu rasanya
sangat asin.
Pada ikan asap tidak tampak tanda-tanda
adanya jamur atau lendir.
Warna Ikan asap berwarna cokelat keemasan,
cokelat kekuningan, atau cokelat agak gelap.
Warna ikan asap tersebar merata. Adanya
warna kemerahan di sekitar tulang atau
berwarna gelap di bagian perut menunjukan
bahwa ikan yang diasap sudah bermutu
rendah.
Bau Bau asap lembut sampai cukup tajam atau
tajam, tidak tengik, tanpa bau busuk, tanpa
bau asing, tanpa bau asam, dan tanpa bau
apek.
13
Rasa Rasa lezat, enak, rasa asap terasa lembut
sampai tajam, tanpa rasa getir atau pahit, dan
tidak berasa tengik.
Tekstur Tekstur kompak, cukup elastis, tidak terlalu
keras (kecuali produk tertentu seperti ikan
kayu), tidak lembek, tidak rapuh, dan tidak
lengket. Hendaknya kulit ikan tidak mudah
dikelupas dari dagingnya.
Masalah sanitasi dan higienitas sering menjadi “anak tiri” dalam industri perikanan di
Indoneisa, terutama industri skala rumah tangga atau skala kecil. Akan tetapi, untuk
mendapatkan produk bermutu tinggi yang higienis, masalah itu tidak dapat diabaikan.
B. KESIMPULAN
Ikan asap sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Konon terjadi tanpa disengaja. Ada
beberapa cara pengasapan, yaitu pengasapan dingin, pengasapan panas, dan pengasapan
langsung atau tidak langsung. Jenis ikan yang diasap pun beraneka ragam, mulai dari ikan
bandeng hingga ikan salmon.
Pengasapan merupakan suatu cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan
kombinassi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil
pembakaran bahan bakar alami. Ada banyak faktor yang memengaruhi proses pengasapan,
diantaranya suhu pengasapan. Agar penempelan dan pelarutan asap berjalan efektif, suhu
awal pengasapan sebaiknya rendah.
Bahan bakar yang lazim digunakan dalam pengasapan adalah kayu yang pada dasarnya
tersusun atas banyak komponen kimia, seperti selulosa, hemi selulosa, dan sebagainya. Asap
memiliki sifat sebagai pengawet. Fenol yang dikandungnya memiliki sifat bakteristatis yang
tinggi sehingga menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak, fungisidal, sehingga
jamur tidak tumbuh, antioksidan sehingga cukup berperan mencegah oksidasi lemak pada
ikan.
Pada dasarnya ada dua pengasapan, yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin,
tergantung jumlah panas yang digunakan. Selain itu, berkembang pula cara pengasapan yang
tergolong baru yaitu pengasapan elektrik dan pengasapan liquid.
14
Model alat pengasapn yang biasa digunakan untuk pengasapan ikan, mulai dari yang
sederhana hingga yang cukup baik desain dan kinerjanya, antara lain
a. alat pengasap semi konvensional
b. alat pengasap model kabinet atau rumah pengasap
c. alat pengasap model drum
d. alat pengasap dengan penggerak motor listrik
e. pengasapan tidak langsung
C. DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 88-102
Harris, R. S. and E. Karmas. 1989. Evaluasi Pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung: Penerbit ITB.
15
Irianto, H.E. dan S. Giyatmi. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kadir, L. 2004. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap jumlah kandungan bakteri dan kualitas fisik dan ikan Tongkol asap (Euthynnus afinis). Journal of Biological Physics. Volume 6, No. 2, Mei 2004
Martin, A.M. 1994. Fisheries Processing-Biotechnological applications. London: Chapman and Hall.
Okuzumi, M. and T. Fuji. 2000. Nutritional and functional properties of squid and cuttlefish. Tokyo: National Cooperative Association of Squid Processors.
16