proposal_tugas_akhir_rancang_bangun_sist.pdf

Upload: imam-romadhani

Post on 08-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    1/26

    I.  PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Pengawasan dan pemeliharaan persediaan adalah masalah dalam semua

    organisasi di setiap sektor ekonomi. Masalah persediaan tidak hanya terbatas

     pada perusahaan berdasarkan keuntungan saja, tetapi juga dialami oleh

    organisasi sosial (Yamit, 1999). Guna lebih dapat bersaing di dalam dunia

    usaha sekarang diperlukan efisiensi yang sangat tinggi. Suatu sistem yang

    terkomputerisasi dengan baik sangat diperlukan dalam pencapaian efisiensi

    tersebut, terutama pada suatu perusahaan yang mempunyai rutinitas transaksi

    yang tinggi dan memiliki banyak data yang harus diolah. Sehingga diperlukan

    manajemen persediaan pada setiap perusahaan tersebut.

    Tujuan utama manajemen persediaan adalah mengendalikan persediaan

    agar dapat melayani kebutuhan konsumen akan barang dari waktu ke waktu

    serta dapat meminimalkan total biaya operasi perusahaan (Mitra, 2004).

    Minimarket KopataMart adalah minimarket yang bergerak di dalam penjualan barang kebutuhan sehari-hari. Dalam operasional sehari-hari proses

    Minimarket tersebut sudah mempunyai sistem yang terkomputerisasi pada

     proses penjualan barang. Namun pada proses pendataan masih bersifat

    manual sehingga banyak terjadi kesalahan dari bagian-bagian yang

     bertanggung jawab seperti bagian penjualan. Tidak terdapatnya peramalan

    kebutuhan barang juga menjadi permasalahan untuk efisiensi biaya

    operasional minimarket.

    Proses pembelian barang pada Minimarket KopataMart dilakukan dengan

    dua cara. Cara pertama pembelian barang dilakukan kepada  supplier   yang

    datang menurut jadwal kedatangan  supplier , sedangkan cara kedua adalah

     pemilik datang langsung ke tempat distributor   barang. Proses pembelian

    tersebut akan memungkinan akan terjadinya kehabisan stok persediaan

     barang. Untuk menghindari hal tersebut pemilik minimarket memerlukan

    suatu alat yang dapat menginformasikan dan membantu dalam proses

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    2/26

     pengambilan keputusan persediaan barang secara tepat yang nantinya

     berpengaruh pada efisiensi dan optimasi keuntungan.

    Sistem pembelian barang tersebut digunakan untuk mengetahui kebutuhan

    dengan tiga kriteria untuk menjawab permasalahan utama yaitu prioritas

     pembelian, berapa jumlah yang akan dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk

     pembelian barang. Sehingga diharapkan sistem yang dibuat ini dapat

    diimplementasikan secara langsung oleh pemilik minimarket.

    Metode Analitycal Hierarchy Process akan digunakan dalam perancangan

    dan pembuatan sistem pendukung keputusan di minimarket KopataMart.

    Alasan penggunaan  Analitycal Hierarchy Process adalah kriteria dalam

     perancangan sistem yang akan dibuat sudah jelas. Kriteria tersebut adalah

     prioritas pembelian, berapa jumlah yang akan dibeli dan kapan waktu yang

    tepat untuk pembelian barang.

    1.2  Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

     berikut:

    1.  Bagaimana mekanisme inventory  minimarket, khususnya di KopataMart

    Purwokerto ?

    2.  Bagaimana cara merancang dan mengembangkan sistem pendukung

    keputusan menggunakan metode  Analitycal Hierarchy Process  pada

     proses inventory di KopataMart Purwokerto ? 

    1.3 

    Batasan Masalah

    Batasan masalah diperlukan supaya permasalahan yang dikaji tidak terlalu

    luas. Sehingga penelitian dapat lebih terarah sesuai dengan tujuan penulis.

    Adapun batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah:

    1. Perancangan sistem pendukung keputusan yang akan dibuat adalah sistem

     pendukung keputusan inventory  minimarket meliputi fungsi: pembuatan

    PO, retur pembelian, laporan, jumlah stok, transfer antar gudang,

     penerimaan dari PO dan arsip stok bulanan.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    3/26

    1.4  Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.4.1 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah maka dapat diketahui tujuan penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui dan menyempurnakan mekanisme inventory  minimarket,

    khususnya di KopataMart Purwokerto.

    2. 

    Merancang dan Mengembangkan sistem pendukung keputusan

    menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process  pada proses inventory 

    di KopataMart Purwokerto.

    1.4.2 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini bermanfaat untuk

    1. 

    Bagi Minimarket Kopatamart:

    a.  Mempermudah proses inventory  barang dengan aplikasi berbasis

    desktop. 

     b. Mengembangkan kinerja KopataMart sebagai minimarket yang dapat

    memenuhi dan menyediakan kebutuhan masyarakat.

    c.  Memudahkan user   dalam menginventori barang serta mempermudah

    administrator  untuk mengelola data hasil penjualan.

    2. Bagi mahasiswa:

    a. 

    Menerapkan dan membandingkan pengetahuan yang diperoleh dalam

     perkuliahan dengan apa yang dilakukan pada penelitian.

     b. Menumbuhkan kesiapan mental mahasiswa untuk memasuki dunia

    kerja.

    c.  Mendapatkan data yang valid untuk kemudian sebagai bahan informasi

    untuk melaksanakan Tugas Akhir (TA).

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    4/26

    1.5  Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan ini disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat

     penelitian, serta sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Berisi tentang konsep dasar sistem, sistem pendukung keputusan, manajemen

     persediaan ( Inventory), metode analitycal hierarchy process (AHP), matriks,

    nilai dan vektor eigen, metode pengembangan sistem (Metode Waterfall ) , dan

     basisdata.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Berisi waktu dan tempat penelitian, data dan alat, metode pengambilan data,

    metode pengembangan sistem, dan jadwal penelitian (terlampir).

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    5/26

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Konsep Dasar Sistem

    Suatu sistem beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungannya untuk

    mencapai sasaran (objective) tertentu. Suatu sistem menunjukkan tingkah

    lakunya melalui interaksi diantara komponen-komponen di dalam sistem dan

    diantara lingkungannya (Frederick, 1984). Lingkungan sistem adalah apapun

    di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

    Suatu sistem yang memiliki komponen terdiri dari sejumlah komponen

    yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu

    kesatuan. Dengan adanya interaksi antara komponen dengan lingkungan

    tempat keberadaan sistem maka akan membentuk suatu sistem yang

    digunakan untuk mencapai sasaran tertentu. Jika suatu sistem tidak

    mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Suatu

    sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

    2.2  Sistem Pendukung Keputusan

    Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi

     berbasis komputer yang termasuk sistem berbasis pengetahuan atau

    manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan

    keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan

    sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk

    mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik (Suryadi,

    K. dan Ramdhani, MA. 1998).

    Menurut Moore (1980) SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang

     berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan,

     berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan

     pada saat-saat yang tidak biasa.

    Menurut Keen dan Scoot Morton (1978) SPK merupakan penggabungan

    sumber-sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    6/26

    memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga

    merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen

     pengambilan keputusan yang menangani masalah-masalah semistruktur . 

    Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa SPK bukan

    merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang

    membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan

    informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk

    membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat.

    Sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan

    dalam proses pembuatan keputusan.

    2.2.1 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan 

    Menurut Turban (2005), ada beberapa karakteristik dari SPK, di antaranya

    adalah sebagai berikut:

    1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi.

    2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi.

    3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan.

    4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model.

    5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal.

    6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis.

    7. Menggunakan beberapa model kuantitatif.

    Selain itu, Turban juga menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki oleh

    sebuah sistem pendukung keputusan, di antaranya adalah sebagai berikut:

    1.  Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah

    semi terstruktur dan tidak terstruktur.

    2.  Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari

    manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.

    3.  Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.

    4. 

    Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan

     berurutan.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    7/26

    5. 

    Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence,

    design, choice dan implementation.

    6.  Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis

    keputusan.

    7.  Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.

    8.  Kemudahan melakukan interaksi sistem.

    9. 

    Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada

    efisiensi.

    10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.

    11. 

    Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.

    12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.

    Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada

    kemampuan dari sebuah sistem berbasis komputer dan dapat melayani

     penyelesaian masalah.

    2.2.2 Keuntungan dan Komponen Sistem Pendukung Keputusan 

    SPK digunakan karena mempunyai keuntungan-keuntungan daripada sistem

    yang masih tradisional. Beberapa keuntungan penggunaan SPK adalah

    sebagai berikut (Turban, 2005):

    1. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam

    konsisi yang berubah-ubah.

    2. Pandangan dan pembelajaran baru.

    3. Sebagai fasilitator dalam komunikasi.

    4. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.

    5. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM).

    6. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat.

    7. Meningkatkan produktivitas analisis.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    8/26

    SPK mempunyai beberapa komponen utama. Adapun komponen-komponen

    dari SPK adalah sebagai berikut (Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998):

    1. 

    Data Management

    Mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh

     software yang disebut Database Management Sistem (DBMS).

    2. 

    Model Management

    Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau

     berbagai model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem

    suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan.

    3.  Communication 

    User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada SPK melalui

    subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.

    4.   Knowledge Management

    Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak

    atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.

    2.3  Manajemen Persediaan (Inventory )

    Setiap perusahaan, baik jasa maupun manufaktur, selalu memerlukan

     persediaan, tanpa persediaan perusahaan akan dihadapkan pada risiko jika

    suatu ketika tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan. Hal ini bisa terjadi

    karena tidak selamanya barang atau jasa selalu tersedia pada setiap saat, dan

     jika hal ini terjadi akan berakibat perusahaan akan kehilangan kesempatan

    memperoleh keuntungan. Tujuan manajemen persediaan adalah

    meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan analisis

    untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau

     paling ekonomis (Yamit, 1999).

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    9/26

    2.3.1 Pengertian Persediaan

    Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang

    disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Yamit,

    1999). Persediaan (inventory) dalam konteks produksi, dapat diartikan

    sebagai sumber daya tidak terpakai (idle resource). Sumber daya tidak

    terpakai ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang

    dimaksud proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti

    dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada

    sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah

    tangga.

    Keberadaan persediaan atau sumber daya tidak terpakai ini dalam suatu

    sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena

    sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut

    dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut

     perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan.

    2.3.2 Konsep Dasar Sistem Persediaan

    Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana

    mengelola masukan-masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi

    output , dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi

    standar tertentu (Yamit, 1999). Mekanisme sistem ini adalah pembuatan

    serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan

     persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar

     pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin

    tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, bahan baku secara

    optimal, dalam kuantitas yang optimal dan pada waktu yang optimal. Kriteria

    optimal adalah perhitungan biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu

     biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan persediaan.

    Variabel keputusan dalam pengendalian tradisional dapat diklasifikasikan

    ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif,

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    10/26

    10 

    variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai

     berikut:

    1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat.

    2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan.

    3. Berapa jumlah persediaan pengaman.

    Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem

     pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan

     persediaan adalah sebagai berikut:

    1. Jenis barang apa yang dimiliki.

    2. Dimana barang tersebut ditempatkan.

    3. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.

    Secara luas tujuan sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal

    terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan

    tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian persediaan

    seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Karena

     perusahaan memiliki banyak subsistem lain selain persediaan, maka

    mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total

    keuntungan bukan hal mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya

    diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu (Yamit, 1999).

    2.4  Metode Anali tycal H ierarchy Process  

     Analitycal Hierarchy Process  (AHP) merupakan suatu model pendukung

    keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

    keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang

    kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan

    sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam

    suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti

    level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level

    terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat

    diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    11/26

    11 

    suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan

    sistematis.

    AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan

    metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut (Saaty, 1993):

    1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,

    sampai pada subkriteria yang paling dalam.

    2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

     berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

    3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan

    keputusan.

    2.4.1 Kelebihan dan Kelemahan Anali tycal Hierarchy Process  

    Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan

    kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah

    (Saaty, 1993):1. Kesatuan (Unity)

    AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu

    model yang fleksibel dan mudah dipahami.

    2. Kompleksitas (Complexity)

    AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan

    sistem dan pengintegrasian secara deduktif.

    3. Saling ketergantungan ( Inter Dependence)

    AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan

    tidak memerlukan hubungan linier.

    4. Struktur Hirarki ( Hierarchy Structuring )

    AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan

    elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi

    elemen yang serupa.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    12/26

    12 

    5. Pengukuran ( Measurement )

    AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan

     prioritas.

    6. Konsistensi (Consistency)

    AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang

    digunakan untuk menentukan prioritas.

    Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut (Saaty, 1993):

    1.  Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa

     persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas

    sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut

    memberikan penilaian yang keliru.

    2.  Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara

    statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang

    terbentuk.

    2.4.2 Tahapan Anali tycal H ierarchy Process  

    Setiap metode mempunyai tahapan tertentu yang harus dikerjakan mulai dari

    awal hingga akhir. Dalam metode AHP dilakukan tahapan sebagai berikut

    (Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998):

    1.  Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

    Dalam tahap ini dilakukan penentuan masalah yang akan dipecahkan

    secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada

    ditentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari

    masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya akan

    dikembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

    2.  Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.

    Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level

    hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk

    mempertimbangkan atau menilai alternatif yang diberikan dan

    menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    13/26

    13 

     berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin

    diperlukan).

    3.  Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan

    kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau

    kriteria yang setingkat di atasnya.

    Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat

    untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin

    dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu

    menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan

     pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda

    dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan

    dilakukan berdasarkan  judgment   dari pengambil keputusan dengan

    menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

    Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria

    dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di

     bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya

    E1,E2,E3,E4,E5.

    4.  Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh

     jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n

    adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

    Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1

    sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu

    elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan

    dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah

    terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.

    Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan

    elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan

     berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty yaitu seperti:

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    14/26

    14 

    Intensitas Kepentingan

    1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh

    yang sama besar

    3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga

    lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen

    dibandingkan elemen yang lainnya

    5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman

    dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan

    elemen yang lainnya

    7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu

    elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.

    9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang

    mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat

     penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

    2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang

     berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2

     pilihan

    Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding

    dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding

    dengan i.

    5.  Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.

    Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

    6.  Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

    7. 

    Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan

    berpasangan, yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan

     prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai

    tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap

    kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom

    yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan

    menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan

     jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    15/26

    15 

    8.  Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio

    konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang

    diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan

    keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang

    sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10

     persen. 

    2.5  Matriks

    Matriks adalah susunan elemen-elemen yang berbentuk persegi panjang

    yang terdiri dari baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda [ ] atau ( ).

    Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks.

    Jenis-jenis Matriks Matriks dapat dibedakan menurut jenisnya, antara lain:

    a) Matriks Nol Suatu matriks dikatakan sebagai matriks nol, jika semua

    elemennya sama dengan nol.

     b) Matriks Baris Suatu matriks dikatakan sebagai matriks baris, jika matriks

    tersebut hanya terdiri atas satu baris,

    c) Matriks Kolom Suatu matriks dikatakan sebagai matriks kolom, jika

    matriks tersebut hanya terdiri dari satu kolom.

    d) Matriks Persegi atau Matriks Kuadrat Suatu matriks dikatakan sebagai

    matriks persegi atau matriks kuadrat, jika jumlah baris pada matriks

    tersebut sama dengan jumlah kolomnya.

    e) Matriks Segitiga Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks segitiga

     jika elemenelemen yang ada di bawah atau di atas diagonal utamanya

    (salah satu, tidak kedua-duanya) bernilai nol. Jika elemen-elemen yang

    ada di bawah diagonal utama bernilai nol maka disebut sebagai matriks

    segitiga atas. Sebaliknya, jika elemen-elemen yang ada di atas diagonal

    utamanya bernilai nol maka disebut sebagai matriks segitiga bawah.

    f) Matriks Diagonal Suatu matriks persegi dikatakan sebagai matriks

    diagonal jika elemenelemen yang ada di bawah dan di atas diagonal

    utamanya bernilai nol, atau dengan kata lain elemen-elemen selain

    diagonal utamanya bernilai nol.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    16/26

    16 

    g) Matriks Skalar Suatu matriks diagonal dikatakan sebagai matriks skalar

     jika semua elemen-elemen yang terletak pada diagonal utamanya

    memiliki nilai yang sama,

    h) Matriks Identitas atau Matriks Satuan Suatu matriks skalar dikatakan

    sebagai matriks identitas jika semua elemen yang terletak pada diagonal

    utamanya bernilai satu, sehingga matriks identitas disebut juga matriks

    satuan.

    2.6  Nilai dan Vektor Eigen

    Misalkan  A adalah sebuah matriks bujur sangkar dengan orde n * n dan

    sebuah  X   adalah vektor kolom. Vektor  X   adalah vektor dalam ruang

     Euclidean  n R   yang dihubungkan dengan sebuah persamaan:

     X  AX        (2.1)

       adalah suatu skalar dan  X   adalah vektor yang tidak nol Skalar  

    dinamakan nilai Eigen dari matriks  A. Nilai eigen adalah nilai karakteristik

    dari suatu matriks bujur sangkar. Vektor  X   dalam persamaan (2.1) adalah

    suatu vektor yang tidak nol yang memenuhi persamaan (2.1) untuk nilai

    eigen yang sesuai dan disebut dengan vektor eigen. Jadi vektor  X  

    mempunyai nilai tertentu untuk nilai eigen tertentu.

    Contoh 2.1

    Misalkan Sebuah vektor

    2

    1 X    dan sebuah matriks bujur sangkar orde 2

    * 2

    24

    04 A , Apabila matriks A dikalikan dengan X  maka:

     AX   =

    24

    04 

    2

    1 =

    44

    04 =

    8

    Dimana:

    8

    4  =

    2

    14   =  X    

    Dengan konstanta 4   dan

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    17/26

    17 

    24

    04 

    2

    1 =

    2

    14  

    Memenuhi persamaan (2.1). Konstanta 4   dikatakan nilai eigen dari

    matriks bujur sangkar

    24

    04 A  

    Contoh 2.2

    Sebuah vektor

    1

    0 X   dan matriks

    28

    04 A  bila matriks  A  dikalikan

    dengan X  maka:

     AX   =

    28

    04 

    1

    =

    20

    00 

    =

    2

    Dimana:

    2

    0  =

    1

    02  =

    1

    0   dengan .2   

    2   adalah nilai eigen dari matriks

    28

    04 dan vektor

    1

    0 X   adalah

    vektor eigen dari matriks

    28

    04 yang bersesuaian dengan nilai eigen .2   

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    18/26

    18 

    2.7  Metode Pengembangan Sistem

    Metode Pengembangan Sistem yang akan dipakai untuk penelitian ini

    adalah metode waterfall.  Metode waterfall   merupakan metode yang sering

    digunakan oleh penganalisa sistem pada umumnya. Inti dari metode waterfall

    adalah pengerjaan dari suatu sistem dilakukan secara berurutan atau secara

    linear. Jadi jika langkah ke-1 belum dikerjakan, maka langkah 2 tidak dapat

    dikerjakan. Jika langkah ke-2 belum dikerjakan maka langkah ke-3 juga tidak

    dapat dikerjakan, begitu seterusnya. Secara otomatis langkah ke-3 akan bisa

    dilakukan jika langkah ke-1 dan ke-2 sudah dilakukan.

    Analisa Kebutuhan

    Desain Sistem

    Penulisan

    Kode Pogram

    Pengujian Program

    Penerapan Program

     

    Gambar 2.1 Tahapan Metode Waterfall (Kadir, 2003)

    Secara garis besar metode waterfall mempunyai langkah-langkah sebagai

     berikut : Analisa, Desain, Penulisan, Pengujian dan Penerapan.

    2.7.1  Tahapan Metode Waterfall  

    1. Analisa Kebutuhan

    Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.

    Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian,

    wawancara atau studi literatur. Sistem analis akan menggali informasi

    sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    19/26

    19 

    komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user

    tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirment atau

     bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user

    dalam pembuatan sistem. Dokumen ini lah yang akan menjadi acuan

    sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrogram.

    2. Desain Sistem

    Tahapan dimana dilakukan penuangan pikiran dan perancangan

    sistem terhadap solusi dari permasalahan yang ada dengan

    menggunakan perangkat pemodelan sistem seperti diagram alir data

    (data flow diagram), diagram hubungan entitas (entity relationship

    diagram) serta struktur dan bahasan data.

    3. Penulisan Kode Program

    Penulisan kode program atau  coding merupakan penerjemahan

    design dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Dilakukan oleh

     programmer yang akan meterjemahkan transaksi yang diminta oleh

    user.  Tahapan ini lah yang merupakan tahapan secara nyata dalam

    mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer akan

    dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka

    akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan

    testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem

    tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.

    4. Pengujian Program

    Tahapan akhir dimana sistem yang baru diuji kemampuan dan

    keefektifannya sehingga didapatkan kekurangan dan kelemahan sistem

    yang kemudian dilakukan pengkajian ulang dan perbaikan terhadap

    aplikasi menjadi lebih baik dan sempurna.

    5. Penerapan Program dan Pemeliharaan

    Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti

    akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami

    kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    20/26

    20 

    lingkungan (periperal atau sistem operasi baru) baru, atau karena

     pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional.

    2.7.2  Keunggulan dan Kelemahan Metode Waterfall  

    Metode pengembangan waterfall   mempunyai keunggulan dalam

    membangun dan mengembangkan suatu sistem, antara lain:

    a. 

    Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh

     pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan

    tertentu.

     b. 

    Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase

    harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase

     berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen

    tertentu.

    Dalam proses membangun dan mengembangkan suatu sistem, metode

    waterfall  mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

    a.  Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak

    dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.. 

     b. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak

    awal pengembangan.

    c.  Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak

    dapat mengakomodasi ketidakpastian pada saat awal pengembangan.

    2.8  Basisdata

    Basisdata (database), adalah kumpulan informasi yang disimpan di

    dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan

    suatu  program komputer untuk memperoleh informasi dari basisdata

    tersebut (Nugroho, 2005). Perangkat lunak yang digunakan untuk

    mengelola dan memanggil kueri (query) basisdata disebut sistem

    manajemen basis data ( Database Management System). Sistem basisdata

    dipelajari dalam ilmu informasi. 

    http://id.wikipedia.org/wiki/Informasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Komputerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Program_komputerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_lunakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kuerihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_manajemen_basis_datahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_manajemen_basis_datahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_informasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_informasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_manajemen_basis_datahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_manajemen_basis_datahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kuerihttp://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_lunakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Program_komputerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Komputerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Informasi

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    21/26

    21 

    Konsep dasar dari basisdata adalah kumpulan dari catatan-catatan, atau

     potongan dari pengetahuan (Nugroho, 2005). Sebuah basisdata memiliki

     penjelasan terstruktur dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya:

     penjelasan ini disebut skema. Skema menggambarkan obyek yang diwakili

    suatu basisdata, dan hubungan di antara obyek tersebut. Ada banyak cara

    untuk mengorganisasi skema, atau memodelkan struktur basisdata yang

    dikenal sebagai model basisdata atau model data.

    Model yang umum digunakan sekarang adalah model relasional,  yang

    menurut istilah layanan mewakili semua informasi dalam bentuk tabel-tabel

    yang saling berhubungan dimana setiap tabel terdiri dari baris dan kolom

    (Definisi yang sebenarnya menggunakan terminologi matematika). Dalam

    model ini, hubungan antar tabel diwakili dengan menggunakan nilai yang

    sama antar tabel. Model yang lain seperti model hierarkis dan model

     jaringan menggunakan cara yang lebih eksplisit untuk mewakili hubungan

    antar tabel.

    Istilah basisdata mengacu pada koleksi dari data-data yang saling

     berhubungan, dan perangkat lunaknya seharusnya mengacu sebagai sistem

    manajemen basisdata (database management system/DBMS ). Jika

    konteksnya sudah jelas, banyak administrator   dan  programer  

    menggunakan istilah basisdata untuk kedua arti tersebut.

    Basisdata juga mempunyai keuntungan dalam penggunaannya, antara lain:

    1.  Mereduksi redundansi yang akibatnya mengurangi inkonsistensi.

    2.  Data dapat di- share antar aplikasi.

    3. 

    Standarisasi data dapat dilakukan.

    4.  Batasan security dapat diterapkan.

    5.  Mengelola integritas (Keterjaminan Akurasi) data.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Skema&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_basis_data&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_relasional&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_hierarkis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_jaringan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_jaringan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_jaringan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_jaringan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_hierarkis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_relasional&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Model_basis_data&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Skema&action=edit&redlink=1

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    22/26

    22 

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di KopataMart Purwokerto selama 4 bulan

    yaitu dari bulan Mei 2012 sampai bulan September 2012.

    3.2 Data dan Alat

    3.2.1 Data

    Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inventory,

    data penjualan, data administrator , dan data barang.

    3.2.2 Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat keras dan

     perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari sistem komputer dengan

    spesifikasi  Processor   AMD Dual Core, RAM 2 GB, monitor   dengan

    resolusi 1280 x 800  pixel   32 bit,  printer   Canon iP1900. Perangkat lunakyang digunakan antara lain sistem operasi Microsoft Windows 7 Ultimate 32

     bit, Microsoft Visual Basic 6, database Microsoft Access 2010, Microsoft

    Visio 2010, Adobe Photoshop CS4, CorelDRAW Graphics Suite X4,

    Microsoft Word 2010, Microsoft Project 2010.

    3.3  Metode Pengambilan Data

    Pengambilan data dan informasi dilakukan dengan beberapa metode,

    antara lain:

    a. Studi Pustaka dan Dokumentasi 

    Studi Pustaka 

    Studi pustaka adalah metode yang dilakukan untuk memperoleh

    informasi tentang materi yang dibutuhkan dengan bantuan bermacam-

    macam materi yang ada di perpustakaan, seperti buku, dokumen dan

    catatan. Diantaranya buku-buku tentang sistem persediaan, buku sistem

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    23/26

    23 

     pengambil keputusan, buku tentang pembahasan Microsoft Visual Basic 6

    dan buku tentang basis data. 

    -  Dokumentasi 

    Metode pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data

    langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku relevan, peraturan-

     peraturan, laporan kegiatan dan data yang relevan untuk penelitian. Buku

    dokumentasi yang digunakan antara lain buku pedoman kerja untuk

    masing-masing karyawan dan laporan harian/mingguan/bulanan

    minimarket.

     b. Wawancara dan Observasi 

    Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan beberapa

    metode, antara lain: 

    Wawancara 

    Wawancara (interview) yaitu suatu model data dengan mengajukan

     pertanyaan-pertanyaan atau tanya jawab secara langsung kepada karyawan

     perusahaan/instansi. Wawancara dilakukan dengan karyawan minimarket

    KopataMart Purwokerto untuk mengetahui permasalahan-permasalahan

     proses inventory  dan pembelian barang/produk. Wawancara juga

    dilakukan pada pemilik minimarket dengan tujuan untuk mengetahui data

    apa saja yang nantinya bisa dimonitoring. (Wawancara Terlampir) 

    Observasi 

    Metode observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode

     pengumpulan data/fakta yang cukup efektif. Observasi merupakan

     pengamatan langsung yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk

    memperoleh informasi yang diperlukan dengan cara melakukan

     pengamatan dan pencatatan dengan peninjauan langsung ke perusahaan

    atau instansi. Hal-hal yang diobservasi antara lain cara penjualan barang

    kepada konsumen, cara pembeliaan/pemesanan barang kepada distributor

    dan juga cara penyimpanan barang pada minimarket tersebut.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    24/26

    24 

    3.4  Metode Pengembangan Sistem

    3.4.1 Analisa Kebutuhan

    Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem. Di dalam

    analisa kebutuhan akan dilakukan penentuan kriteria dan subkriteria yang

    dipakai pada sistem inventory  yang kemudian dibuat sistem pendukung

    keputusannya dan menentukan software yang akan digunakan.

    3.4.2 Desain Sistem

    Pemodelan sistem yang digunakan adalah pembuatan diagram alir data

    (data flow diagram) dari form-form user interface  sistem, dan fungsi  form 

    sistem pendukung keputusan. Diagram hubungan entitas (entity relationship

    diagram) meliputi form-form user interface  sistem, dan fungsi  form  sistem

     pendukung keputusan.

    3.4.3 Penulisan Kode Program

    Penulisan kode program antara lain untuk pembuatan sistem pendukung

    keputusan, perancangan tampilan form-form user interface  sistem, dan

     perancangan fungsi  form sistem pendukung keputusan dengan sebelumnya

    melakukan perancangan database sistem inventory.

    3.4.4 Pengujian Program

    Pengujian dilakukan pada sistem inventory yang sudah diaplikasikan di

    minimarket. User yang akan ikut menguji sistem pendukung keputusan

    tersebut antara lain pegawai,  supervisor  dan pemilik minimarket. Hal yang

     perlu diperhatikan saat pengujian adalah, apakah sistem tersebut sudah

    sesuai dengan keinginan user. Sistem pendukung keputusan tersebut dipakai

    saat akan menentukan keputusan perlunya pembelian suatu barang kepada

    distributor . Selain sebagai sistem pendukung keputusan, sistem juga

    digunakan sebagai sistem inventory minimarket.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    25/26

    25 

    3.4.5 Penerapan Program

    Penerapan sistem pada tempat penelitian dilakukan untuk melakukan

    adaptasi daripada sistem terhadap lingkungan yang ada. Dilakukan selama

     beberapa waktu, untuk mengetahui kinerja dari sistem tersebut.

    3.4.6 Pemeliharaan Program

    Pada saat melakukan pemeliharaan, hal yang dilakukan antara lain

     prioritas pembelian, berapa jumlah dibeli dan kapan waktu yang tepat untuk

     pembelian barang.  Maintenance  sistem dilakukan dua bulan sekali setelah

     pertama kali sistem diterapkan di minimarket sehingga apabila ditemukan

    kelemahan dapat segera diperbaiki.

  • 8/19/2019 PROPOSAL_TUGAS_AKHIR_RANCANG_BANGUN_SIST.pdf

    26/26

    26 

    DAFTAR PUSTAKA

    Turban, E.  Decision Support Systems and Intelligent Systems, edisi Bahasa

    Indonesia jilid 1, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2005

    Frederick, H. Wu. 1984.  Accounting Information System Theory and Practice.

    McGraw-Hill Book Company Japan, International Student Edition. Tokyo.

    Jogiyanto, H.M. 2008.  Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Andi.

    Yogyakarta.

    Kadir, A. 2003, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta.

    Keen, P.G.W., and Morton, M.S. Scott. (1978).  Decision Support

    Systems:  An  Organizational  Perspective. Reading, MA: Addison-Wesley.

    McLeod, Jr. R. 1995. Sistem Informasi Jilid I . Edisi Bahasa Indonesia. Salemba

    Empat. Jakarta.

    Mitra, B. 2004.  Manajemen Persediaan. Ekonisia. Yogyakarta.

    Moore, J.H. (1980).  Design of Decision Support Systems. Database.

    Vol.l2.  Nos. I and2.

     Nugroho, B. 2005.  Database Relasional dengan MySQL. Informatika.Bandung. 

    Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998.  Sistem Pendukung Keputusan. PTRemaja Rosdakarya, Bandung. 

    Saaty, T.L. The Hierarchon: A Dictionary of Hierarchies. Forman, Vol. V, AHP

    Series, 496 pp., RWS Publ., 1993.

    Yamit, Z. 1993.  Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis (Operations Research). 

    BPFE : Yogyakarta. 

    http://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/koleksidetail.asp?j=BK&l=100&b=I&n=004219http://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/koleksidetail.asp?j=BK&l=100&b=I&n=004219http://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/cariadv.asp?kd_penerbit=E0000153&submit=Autohttp://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/koleksidetail.asp?j=BK&l=310&b=I&n=000342http://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/koleksidetail.asp?j=BK&l=310&b=I&n=000342http://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/cariadv.asp?kd_penerbit=D0000363&submit=Autohttp://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/cariadv.asp?kd_penerbit=D0000363&submit=Autohttp://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/koleksidetail.asp?j=BK&l=310&b=I&n=000342http://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/cariadv.asp?kd_penerbit=E0000153&submit=Autohttp://unisys.uii.ac.id/uii-perpus/koleksidetail.asp?j=BK&l=100&b=I&n=004219