proposaltugasakhir tinjauankuatlenturbalokkompositkayubeton 130806194439 phpapp01

31
Teknik Sipil, FST, Undana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur komposit merupakan gabungan antara dua atau lebih bahan bangunan yang berbeda sehingga merupakan satu kesatuan dalam menahan gaya atau beban luar, dimana komposit menjadi salah satu alternatif bahan yang mampu membuat perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek teknik sipil menjadi lebih baik dan efisien. Struktur komposit memanfaatkan sifat fisik dan mekanik masing - masing bahan sehingga akan diperoleh komponen yang lebih baik dan mempunyai kelebihan- kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan bahan yang membentuknya. Perilaku komposit pada struktur dimaksudkan sebagai interaksi antara beberapa elemen struktur yang berbeda dan memungkinkan untuk dikembangkan dengan menggunakan perbedaan atau persamaan pada struktur material-material tersebut. Kayu mempunyai sifat cukup elastis, sehingga dapat menerima gaya tarik lebih baik, dengan kata lain kayu memiliki kuat tarik yang relatif besar. Beton merupakan bahan yang bersifat getas. Dari masing-masing sifat bahan tersebut apabila dikompositkan, maka diharapkan akan diperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari sifat komponen penyusunnya. Agar kedua bahan tersebut dapat disatukan, sehingga aksi komposit dapat tercipta dengan baik pada bidang kontak antara dua bahan penyusun komposit kayu beton, maka harus dipasang penghubung geser (shear connector). Penghubung geser ini berfungsi untuk mencegah terjadinya gelinciran (slip) dan pemisahan (uplift) antara kedua bahan tersebut. Berdasarkan pedoman teknis standar spesifikasi komponen struktur lantai tingkat komposit kayu beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C ) terdapat dua jenis konektor geser yang dipakai yaitu paku dan dowel dimana, dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penghubung geser paku (paku polos dan paku ulir). Paku polos hanya terdapat guratan pada leher paku dan penampang kepala paku polos berbeda dengan paku ulir yang memiliki struktur yang mirip sekrup hal ini membuat paku ulir memiliki kuat geser dan ikatan antara kayu beton lebih besar. Guratan pada kepala paku polos dan paku ulir berfungsi agar martil 1

Upload: eri-el-nino

Post on 09-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

teknik sipil

TRANSCRIPT

  • 1

    Teknik Sipil, FST, Undana

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Struktur komposit merupakan gabungan antara dua atau lebih bahan bangunan

    yang berbeda sehingga merupakan satu kesatuan dalam menahan gaya atau beban

    luar, dimana komposit menjadi salah satu alternatif bahan yang mampu membuat

    perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek teknik sipil menjadi lebih baik dan

    efisien. Struktur komposit memanfaatkan sifat fisik dan mekanik masing - masing

    bahan sehingga akan diperoleh komponen yang lebih baik dan mempunyai kelebihan-

    kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan bahan yang membentuknya. Perilaku

    komposit pada struktur dimaksudkan sebagai interaksi antara beberapa elemen

    struktur yang berbeda dan memungkinkan untuk dikembangkan dengan

    menggunakan perbedaan atau persamaan pada struktur material-material tersebut.

    Kayu mempunyai sifat cukup elastis, sehingga dapat menerima gaya tarik

    lebih baik, dengan kata lain kayu memiliki kuat tarik yang relatif besar. Beton

    merupakan bahan yang bersifat getas. Dari masing-masing sifat bahan tersebut

    apabila dikompositkan, maka diharapkan akan diperoleh sifat gabungan yang lebih

    baik dari sifat komponen penyusunnya.

    Agar kedua bahan tersebut dapat disatukan, sehingga aksi komposit dapat

    tercipta dengan baik pada bidang kontak antara dua bahan penyusun komposit kayu

    beton, maka harus dipasang penghubung geser (shear connector). Penghubung geser

    ini berfungsi untuk mencegah terjadinya gelinciran (slip) dan pemisahan (uplift)

    antara kedua bahan tersebut. Berdasarkan pedoman teknis standar spesifikasi

    komponen struktur lantai tingkat komposit kayu beton untuk gedung dan rumah ( Pt

    S-10-2000-C ) terdapat dua jenis konektor geser yang dipakai yaitu paku dan dowel

    dimana, dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penghubung geser paku (paku

    polos dan paku ulir). Paku polos hanya terdapat guratan pada leher paku dan

    penampang kepala paku polos berbeda dengan paku ulir yang memiliki struktur yang

    mirip sekrup hal ini membuat paku ulir memiliki kuat geser dan ikatan antara kayu

    beton lebih besar. Guratan pada kepala paku polos dan paku ulir berfungsi agar martil

    1

  • 2

    Teknik Sipil, FST, Undana

    tidak tergelincir pada waktu memasukkan paku dan guratan pada leher paku polos

    berfungsi untuk menambah daya ikat paku ke dalam kayu setelah seluruh badan paku

    terbenam sedangkan paku ulir yang pada prinsipnya sama, namun memiliki daya ikat

    yang lebih kuat. Aplikasi paku polos jauh lebih cepat daripada sekrup dengan daya

    ikat yang lebih rendah kecuali paku ulir. Dan dengan alat bantu tangan saat ini, dalam

    hitungan detik kita bisa membenamkan beberapa paku sekaligus. Tidak perlu dibuat

    lubang 'pre-drilling' karena paku lebih mudah dibenamkan. Kekurangan paku polos

    berada pada daya ikatnya terhadap kayu. Ketika terjadi penyusutan kayu, ikatan

    antara paku polos dan kayu menjadi berkurang sedangkan pada paku ulir hal ini tidak

    terjadi. Selain itu paku polos ketika dicabut dari kayu lebih mudah dibandingkan

    dengan paku ulir. Untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dan pekerjaan

    tersebut tidak akan ada perubahan, maka paku adalah alat pengikat yang paling tepat.

    Atau sebagai alat pengikat sementara, paku bekerja sangat baik dan praktis. Untuk

    konstruksi yang membutuhkan daya ikat lebih baik maka paku ulir adalah pilihan

    yang lebih baik daripada paku polos. Kerapihan hasil kerja bisa dibilang sama karena

    jika melihat dari lubang yang dihasilkan paku justru lebih kecil dan lebih mudah

    ditutupi dengan wood filler (Tentangkayu.com, 2008). Paku tersedia dalam berbagai

    bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari

    panjang paku dan diameter paku (crayonpedia.org, 2011). Jumlah dan penempatan

    harus disesuaikan dengan besar gaya geser yang akan timbul pada bidang kontak

    kayu dan beton. Panjang penghubung geser yang tertanam dalam kayu, dua kali

    panjang penghubung geser yang tertanam dalam sayap beton ( Suwandojo dan

    Zubaidah, 1987). Dengan demikian balok komposit tersebut merupakan satu kesatuan

    yang monolit yang mampu bereaksi terhadap beban kerja dan juga diharapkan dapat

    menahan gaya lentur dengan baik.

    Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya penelitian tentang pemanfaatan

    bahan struktural kayu beton sebagai bahan komposit dengan judul Tinjauan Kuat

    Lentur Balok Komposit Kayu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Polos Dan

    Paku Ulir.

  • 3

    Teknik Sipil, FST, Undana

    1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah

    1.2.1 Perumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu:

    1) Seberapa besar kekuatan lentur balok komposit kayu beton dengan

    penghubung geser paku polos.

    2) Seberapa besar kekuatan lentur balok komposit kayu beton dengan

    penghubung geser paku ulir.

    1.2.2 Pembatasan Masalah

    Untuk memperkecil ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini dilakukan

    dengan beberapa batasan masalah sebagai berikut :

    1) Bahan balok yang digunakan adalah kayu jati dan plat beton bertulang dengan

    tulangan minimum. Tulangan minimum pada plat ini tidak diperhitungkan

    menahan tarik lentur pada balok.

    2) Rencana campuran beton menggunakan cara ACI dengan fas 0,5.

    3) Penghubung geser dipakai paku polos dan paku ulir dengan ketentuan sebagai

    berikut :

    a. Paku polos diameter 3,2 mm panjang 77 mm.

    b. Paku ulir diameter 3,4 mm panjang 78 mm.

    4) Kedalaman penghubung geser pada kayu minimal 2/3 dari tebal kayu.

    5) Benda uji dibuat masing-masing 3 sampel, pengujian kuat lentur balok

    komposit pada saat beton berumur 28 hari.

    6) Variasi penghubung geser ada 2 macam, yaitu :

    a. Balok komposit dengan penghubung geser paku polos.

    b. Balok komposit dengan penghubung geser paku ulir.

  • 4

    Teknik Sipil, FST, Undana

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai

    dari penelitian ini adalah :

    1) Untuk mengetahui kuat lentur balok komposit kayu-beton dengan penghubung

    geser paku polos.

    2) Untuk mengetahui kuat lentur balok komposit kayu-beton dengan penghubung

    geser paku ulir.

    1.3.2 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    masukan pada para pelaksana dan perencana proyek mengenai balok komposit kayu-

    beton. Selain itu diharapkan dapat dipakai sebagai bahan alternatif yang tepat untuk

    lantai tingkat bangunan gedung bertingkat rendah 2 4 lantai, khususnya bangunan

    rumah susun biaya rendah dengan kriteria : kuat, kaku, ringan, kedap suara, mudah

    dibuat dan ekonomis.

    1.4 Definisi Operasional Konsep

    Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan judul dan untuk

    memberikan kesamaan pengertian akan konsep yang akan diangkat dalam penelitian

    ini, maka definisi operasional konsepnya sebagai berikut :

    1) Tinjauan : hasil meninjau; pengamatan; pandangan; pendapat (sesudah

    menyelidiki, mempelajari, dsb)

    2) Kuat Lentur : kemampuan suatu balok atau plat benda uji untuk melawan

    kegagalan patah (building)

    3) Balok : batang dengan bentuk penampang persegi empat yang dapat

    berupa batang kayu yg telah dirimbas, tetapi belum dijadikan

    papan, beton hasil cetakan dengan bekisting persegi empat, dsb

  • 5

    Teknik Sipil, FST, Undana

    4) Komposit : gabungan dua macam atau lebih bahan bangunan yang

    berbeda, yang mampu beraksi terhadap beban kerja secara satu

    kesatuan

    5) Kayu : suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-

    pohon di hutan, sebagai bagian dari pohon

    6) Beton : material yang dibuat dari campuran agregat halus (pasir),

    agregat kasar (batu pecah), air dan semen portland atau bahan

    pengikat hidrolis lain yang sejenis, dengan menggunakan atau

    tidak menggunakan bahan tambahan lain.

    7) Penghubung Geser : alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai

    penahan gaya geser dan gaya angkat yang timbul pada bidang

    kampuh dari bahan bahan yang membentuk komponen

    komposit (Suwandojo dan Zubaidah, 1987).

    8) Paku (polos atau ulir) : sejenis alat yang digunakan untuk menyambung,

    merapatkan, mengencangkan serta mengikat bagian -bagian

    atau elemen-elemen dari suatu konstruksi (PUBI, 1982).

    Jadi, dari definisi operasional di atas maka defenisi umum dari Tinjauan Kuat

    Lentur Balok Komposit Kayu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Polos Dan

    Paku Ulir adalah hasil pengamatan kuat lentur balok dari dua macam bahan

    bangunan kayu dan beton dengan menggunakan alat sambung mekanik penahan gaya

    geser paku polos dan paku ulir.

  • 6

    Teknik Sipil, FST, Undana

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Diskripsi Kayu

    Kayu merupakan hasil hutan dan sumber kekayaan alam yang masih berupa

    bahan mentah dan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat digunakan sesuai dengan

    kebutuhan manusia. Kayu yang dimaksud di sini adalah kayu yang dipergunakan

    sebagai bahan konstruksi bangunan, yaitu kayu olahan yang diperoleh dengan

    memproses kayu bulat (gelondongan) menjadi kayu berbentuk balok, papan dan

    bentuk-bentuk lain sesuai dengan tujuan penggunaannya.

    Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

    rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat

    dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat

    dalam waktu singkat ( Felix, 1965 ).

    Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi alternatif

    pengganti besi dan beton bertulang. Rata rata konstruksi kayu dengan daya dukung

    yang sama, harganya 25 % sampai 40 % lebih murah dari pada konstruksi baja dan

    beton bertulang ( Wiryomartono, 1976 ).

    Menurut Suwandojo dan Zubaidah (1987), kayu untuk bahan komposit harus

    memenuhi persyaratan antara lain :

    1) Berat jenis kayu kering udara adalah 0,5 0,8. Jika diketahui Bj = 0,4 0,5

    maka kayu harus diawetkan;

    2) Jenis dan mutu kayu yang digunakan memiliki nilai tegangan geser searah serat;

    3) TS > 12 kg / cm2;

    4) Batang kayu harus lurus dan ukuran penampang seragam;

    5) Batang kayu harus bebas dari cacat yang dapat membahayakan struktur;

    6) Modulus elastis kayu mendekati sama dengan modulus elastisitas beton;

    7) Kuat lentur patah kayu atau Modulus Of Rupture ( MOR ) dan modulus

    elastisitas kayu ditentukan dengan pengujian lentur kayu.

    6

  • 7

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2.2 Pengertian Beton

    Beton didapat dengan mencampurkan semen, agregat halus, agregat kasar, air

    dan kadang kadang campuran lain. Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor,

    antara lain : proporsi dari campuran, kondisi temperatur, kelembaban dari tempat

    dimana campuran diletakan dan mengeras. Rasio air terhadap semen merupakan

    faktor utama dalam penentuan kuat tekan beton. Semakin rendah perbandingan air

    semen, kuat tekan beton semakin tinggi. Rasio air tertentu diperlukan untuk

    memberikan aksi kimiawi didalam pengerasan beton. Kelebihan air meningkatkan

    kemampuan pengerjaan, akan tetapi menurunkan kekuatan ( Wang & Salmon, 1985

    dalam Prakosa, 2008).

    Beton mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi kuat tariknya sangat rendah.

    Untuk mengatasinya, pada elemen struktur yang betonnya mengalami tegangan tarik

    diperkuat dengan batang baja tulangan sehingga terbentuk suatu struktur komposit,

    yang kemudian disebut dengan sebutan beton bertulang (Tjokrodimuljo, 1996). Kuat

    tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu kuat tarik beton antara

    9 15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahan yang bersifat getas

    (Kadir, 2000 dalam Prakosa, 2008).

    Untuk penetapan modulus elastisitas beton, penerapannya digunakan rumus

    rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat tekan beton. SK SNI

    T15199103 memberikan nilai modulus elastisitas beton tersebut, yaitu untuk

    beton ringan dan beton normal ( Istimawan, 1994 dalam Prakosa, 2008 ).

    2.3 Komposit Kayu Beton

    2.3.1 Pengertian Komposit Kayu Beton

    Balok merupakan bagian struktur yang menerima beban dengan arah tegak

    lurus memanjang batang. Balok-balok yang dibangun lebih dari satu bahan disebut

    balok komposit (composite beams) (Timoshenko dan Gere, 1996). Sedangkan

    struktur komposit adalah gabungan dua jenis bahan atau lebih yang disusun

    sedemikian rupa sehingga dapat bekerja sama dalam memikul beban. Struktur

  • 8

    Teknik Sipil, FST, Undana

    komposit ini dibuat untuk memperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari sifat

    masing-masing komponen penyusunnya (Morisco, 1991 dalam Fityastutik, 2002).

    Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan balok komposit kayu beton

    adalah balok kayu yang di atasnya diberi plat bertulang. Kedua komponen tersebut

    dihubungkan dengan paku polos dan paku ulir yang berfungsi sebagai penghubung

    geser (shear connector). Aksi komposit timbul bila dua batang struktural memikul

    beban seperti konstruksi pelat/lantai beton dan balok kayu disambung secara integral

    dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung

    pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linier tunggal dari atas plat

    beton sampai muka bawah penampang kayu.

    Pada balok kayu tidak komposit (Gambar 2.1.a), jika gesekan antara plat dan

    balok diabaikan, balok dan plat masing-masing memikul suatu bagian beban secara

    terpisah. Bila plat mengalami deformasi beban vertikal, permukaan bawahnya akan

    tertarik dan memanjang, sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek. Bila

    suatu sistem bekerja secara komposit (Gambar 2.1.b), plat dan balok tidak akan

    menggelincir relatif dengan lainnya. Gaya horisontal (geser) bekerja pada permukaan

    bawah plat dan permukaan atas balok sehingga plat tertekan dan memendek dan

    balok memanjang.

    Gambar.2.1. Perbandingan antara balok komposit dan balok tak komposit yang

    melendut

  • 9

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2.3.2 Komponen Pembentuk Komposit

    Komponen pembentuk Balok Komposit terdiri dari kayu, plat beton bertulang

    dan penghubung geser. Keterangan mengenai masing-masing bahan tersebut

    dijelaskan sebagai berikut :

    1) Kayu Jati (Tectona grandis L.f)

    Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia kayu

    jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos,

    kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu kayu terbaik di dunia.

    Berdasarkan PPKI 1961 termasuk kayu dengan tingkat pemakaian I, tingkat

    kekuatan II dan tingkat keawetan I (Setyawan, 2006).

    Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang

    mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah

    dengan musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm

    per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat,

    Maluku dan Lampung. Pohon jati dapat tumbuh mencapai tinggi 45 m dengan

    panjang batang bebas cabang 15-20 m dan diameter batang 50-220 mm dengan

    bentuk batang beralur dan tidak teratur (Setyawan, 2006).

    2) Plat beton bertulang

    Pada umumnya plat beton bertulang dipakai sebagai lantai, atap dan

    dinding dari gedung-gedung, serta sebagai pelat lantai (decks) dari jembatan.

    Beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan yaitu beton dan batang

    tulangan yang ditanam di dalam beton.

    Beton bertulang terbentuk dari 4 (empat) jenis bahan, yaitu :

    a. Semen Portland

    Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihaluskan dengan cara

    menghaluskan clincer, yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang

    bersifat hidrolis dengan gips sebagai tambahan (PUBI,1982). Semen Portland

    merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan .

    Fungsi semen untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa

    yang kompak dan padat. Kekuatan semen yang telah mengeras bergantung

  • 10

    Teknik Sipil, FST, Undana

    pada jumlah air yang dipakai pada waktu proses hidrasi berlangsung.

    Sedangkan jenis-jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya dibagi

    menjadi lima jenis, yaitu (Tjokrodimuljo, 1996) :

    Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan yang tidak memerlukan

    persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain;

    Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

    ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang;

    Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

    kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi;

    Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

    panas hidrasi yang rendah dan

    Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

    sangat tahan terhadap sulfat.

    b. Agregat

    Agregat yang mempunyai ukuran butir besar disebut agregat kasar, sedangkan

    agregat yang berbutir kecil disebut agregat halus. Sebagai batas antara ukuran

    butir yang kasar dan yang halus umumnya dipakai ukuran ayakan 4,75 mm

    atau 4,80 mm. Agregat yang lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat kasar,

    dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4,80 mm disebut agregat halus

    (Tjokrodimuljo,1996).

    c. Air

    Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting. Air diperlukan

    untuk bereaksi dengan semen serta sebagai bahan pelumas antara butir-butir

    agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Pengerasan beton dipengaruhi

    reaksi semen dan air, maka air yang digunakan harus memenuhi syarat

    tertentu, dan sebaiknya air yang digunakan adalah air yang dapat diminum.

    d. Baja Tulangan

    Baja mempunyai kekuatan yang tinggi dan merata, dibuat di pabrik dengan

    peralatan yang canggih, sehingga pengawasan mutu baja dapat

    dipertanggungjawabkan. Kekuatan tarik yang cukup besar dijadikan bahan

  • 11

    Teknik Sipil, FST, Undana

    untuk menahan regangan beton sehingga dipakai bersama-sama dengan beton,

    yang masing-masing mempunyai sifat saling mendukung, yaitu baja tulangan

    diutamakan untuk menahan beban tarik dan beton bekerja menahan beban

    tekan.

    2.3.3 Analisis Penampang Balok Komposit

    Untuk menganalisis balok komposit digunakan metode penampang

    transformasi (tranformed section method), yaitu mentransformasikan penampang

    yang terdiri dari lebih satu bahan ke dalam suatu penampang ekivalen yang disusun

    dari satu bahan. Tampang transformasi tersebut dianalisis dengan cara yang biasanya

    dipergunakan untuk balok satu bahan (Timoshenko dan Gere, 1996).

    Tahap perhitungannya sebagai berikut :

    1) Direncanakan balok komposit dengan ukuran tertentu

    Gambar 2.2. Penampang balok komposit

    2) Dihitung faktor transformasi

    =

    ........................................................................................................ (2.1)

    3) Dihitung luas penampang

    A beton = n . beff . hf ........................................................................................... (2.2)

    AKayu = bw . h .................................................................................................. (2.3)

    4) Dihitung arah garis netral terhadap sisi bawah

    = . +

    2 + . .

    2

    . + . ................................................................... (2.4)

    c = ( hf + h) y ............................................................................................... (2.5)

    h

    hf

    n x beff

    y

    c

    bw

  • 12

    Teknik Sipil, FST, Undana

    5) Dihitung momen Inersia

    It = n.1/12.beef.hf3+1/12bw.h

    3+n.beef.hf(c-hf/2)

    2+bw.h(y-h/2)

    2 .......................... (2.6)

    6) Dihitung tegangan-tegangan

    a. Tegangan maksimal beton

    = ..

    ............................................................................................ (2.7)

    b. Tegangan maksimal kayu

    = .

    ................................................................................................. (2.8)

    c. Tegangan geser maksimal

    =.

    . ......................................................................................................... (2.9)

    2.4 Penghubung Geser

    2.4.1 Pengertian Penghubung Geser

    Penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai

    penahan gaya geser dan gaya angkat yang timbul pada bidang kampuh dari bahan

    bahan yang membentuk komponen komposit ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987).

    Gaya geser horisontal yang timbul antara plat beton dan balok selama

    pembebanan harus ditahan agar penampang komposit bekerja secara monolit.

    Walaupun lekatan yang timbul antara plat beton dan balok mungkin cukup besar,

    lekatan ini tidak dapat diandalkan untuk memberi interaksi yang diperlukan. Gaya

    gesek antara plat beton dan balok juga tidak mampu mengembangkan interaksi ini.

    Sebagai gantinya penghubung geser mekanis yang disambung di puncak balok harus

    dipasang (Salmon, 1991).

    Beton dan kayu merupakan dua bahan bangunan yang berbeda sifat mekanis

    dan fisiknya. Beton merupakan bahan konstruksi anorganis material yang kuat

    menahan gaya desak tetapi lemah terhadap gaya tarik, sedangkan kayu merupakan

    organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang dikandungnya, dan

    mempunyai kuat tarik dan tekan yang hampir sama. Bila dua bahan tersebut disatukan

    dengan cara tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai,

    maka keduanya akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur

  • 13

    Teknik Sipil, FST, Undana

    komposit. Agar aksi komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka pada kampuh

    atau bidang kontak antara dua bahan kayu dan beton tidak boleh terjadi geser (slip),

    dan atau pemisahan (uplift). Untuk itu pada bidang kampuh harus dipasang alat

    sambung ( shear connector ) yang mampu menahan slip dan uplift. Jumlah dan

    penempatan penghubung geser harus disesuaikan dengan besar gaya geser yang akan

    timbul pada bidang kampuh kayu dan beton. Panjang penghubung geser yang

    tertanam dalam kayu, dua kali panjang penghubung geser yang tertanam dalam sayap

    beton ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987).

    2.4.2 Perencanaan Penghubung Geser

    Pada penelitian ini penghubung geser yang dipakai adalah paku polos dan

    paku ulir. Rumus yang dipakai untuk kapasitas batas penghubung geser pada beton

    adalah sebagai berikut :

    qult = 0,0004.ds2. . ................................................................................... (2.10)

    Sedangkan pada kayu menggunakan rumus :

    Untuk paku qult = 0,5.b.d. kd untuk b < 7d ............................. (2.11)

    qult = 3,5.d2. kd untuk b > 7d ............................ (2.12)

    dimana : b = tebal kayu, cm

    d = diameter paku, cm

    kd = kuat desak kayu, kg/cm2

    Untuk perencanaan pada beban kerja, menggunakan rumus :

    Vh =

    2 =

    0,85. .

    2 ....................................................................................... (2.13)

    Vh =

    2 =

    ./

    2 ............................................................................................ (2.14)

    Jumlah penghubung geser yang diperlukan, diperoleh dengan membagi

    harga Vh terkecil dengan gaya geser yang diizinkan pada satu penghubung geser.

    N =

    ............................................................................................................ (2.15)

    Jumlah penghubung geser total yang diperlukan disebar secara merata

    sepanjang daerah balok.

  • 14

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2.5 Perencanaan Adukan Beton

    Perhitungan rencana adukan beton yang digunakan adalah menurut American

    Concreate Institute (ACI) dengan langkah - langkah sebagai berikut :

    1) Menghitung kuat tekan rata-rata beton berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan

    (dulu disebut kuat tekan karakteristik) dan nilai margin yang tergantung tingkat

    pengawasan mutunya. Nilai margin adalah :

    m = 1,64 sd ............................................................................................. (2.16)

    dimana, sd : nilai deviasi standar yang diambil dari Lampiran Tabel 1.

    Kuat tekan rata-rata dihitung dari kuat tekan yang disyaratkan ditambah margin :

    fcr = fc + m ........................................................................................... (2.17)

    dimana : fcr = kuat tekan rata-rata, MPa

    fc = kuat tekan yang disyaratkan, MPa

    m = nilai margin, MPa

    2) Tetapkan faktor air semen berdasarkan kuat tekan rata-rata pada umur yang

    dikehendaki (lihat Lampiran Tabel 2) dan keawetannya (berdasarkan jenis

    struktur dan kondisi lingkungan (lihat Lampiran Tabel 3).

    3) Berdasarkan jenis strukturnya, tetapkan nilai slump dan ukuran maksimum

    agregatnya, diambil dari Lampiran Tabel 4 dan Lampiran Tabel 5.

    4) Tetapkan jumlah air yang diperlukan, berdasarkan ukuran maksimum agregat dan

    nilai slump yang diinginkan (lihat Lampiran Tabel 6)

    5) Hitung semen yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah 2 dan 4 di atas.

    6) Tetapkan volume agregat yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan

    ukuran maksimum agregat dan nilai modulus kehalusan agregat halusnya (lihat

    Lampiran Tabel 7).

    7) Hitung volume agregat halus yang diperlukan, berdasarkan jumlah air, semen, dan

    agregat kasar yang diperlukan, serta udara yang terperangkap dalam adukan,

    dengan cara hitungan volume absolut yang ditulis sebagai berikut :

  • 15

    Teknik Sipil, FST, Undana

    Volume agregat halus = 1 ( Va + Vk + Vs + Vu ) ................................. (2.18)

    dimana :

    Va = Volume air, m3

    Vk = Volume kerikil, m3

    Vs = Volume semen, m3

    Vu = Volume udara, m3

    2.6 Pengujian Balok Komposit

    2.6.1 Pengujian kuat tarik baja

    1) Pengujian kuat tarik tulangan

    Besi tulangan berfungsi sebagai penahan gaya tarik dan lentur akibat

    momen yang berkerja pada konstruksi beton. Agar dapat menjadi baja tulangan

    dalam konstruksi, maka besi tersebut tidak boleh menunjukkan retak-retak,

    bergelombang, lipatan dan lain-lain dalam jangka waktu mengerjakan

    pengangkutan, pembengkokan maupun pemotongan. Beton kuat terhadap tekan,

    tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu, perlu tulangan untuk menahan gaya

    tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Tulangan baja

    tersebut perlu untuk beban-beban berat dalam hal untuk mengurangi lendutan

    jangka panjang. Dalam hal ini beton bertulang komposit yang mampu menahan

    tarik maupun gaya tekan. Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989.

    Besarnya kuat tarik dari baja tulangan dihitung dengan rumus :

    fy =

    0.25 2 .......................................................................................... (2.19)

    fu =

    0.25 2 .......................................................................................... (2.20)

    dimana :

    fy = tegangan leleh tarik baja tulangan, Mpa

    fu = tegangan tarik maksimum baja tulangan, Mpa

    Pleleh = Beban leleh tarik, kgf

    Ptarik = Beban ultimit tarik, kgf

    D = diameter tulangan, mm

  • 16

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2) Pengujian kuat tarik paku

    Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai,

    dinding atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku

    polos dan paku ulir. Paku polos kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena

    koefisien gesekan paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar.

    Diameter paku dipasaran antara 2,75mm sampai 8mm dengan panjang 40mm

    sampai 200mm. Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20mm sampai

    40mm. Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai

    tingkat komposit kayu- beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C )

    panjang paku yang tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku

    dan 1/3 tertanam didalam beton.

    Besarnya kuat tarik dari baja tulangan dihitung dengan rumus :

    fu =

    =

    0.252 ................................................................................... (2.21)

    dimana :

    fu = tegangan tarik maksimum baja tulangan, Mpa

    P = Beban tarik, kgf

    D = diameter tulangan, mm

    2.6.2 Pengujian kuat tekan beton

    Menurut Murdock dan K.M. Brook (1981), beton dapat mencapai kuat tekan

    hancur sampai 80 MPa atau lebih, tergantung pada perbandingan air dengan semen,

    kualitas agregat, efisiensi perawatan, suhu dan umur beton. Menurut Sagel dkk

    (1994). Besarnya kuat tekan dari benda uji dihitung dengan rumus :

    =

    ................................................................................................... (2.22)

    dengan : fc = kuat tekan beton, N /mm2

    P = beban maksimum, N

    A = luas permukaan benda uji yang ditekan, mm2

  • 17

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2.6.3 Pengujian kuat lentur balok kayu

    Apabila sebuah balok kayu di atas dua perletakan, dibebani dengan gaya P

    maka pada serat-serat tepi atas balok akan mengalami gaya desak dan pada tepi

    bawah mengalami gaya tarik. Karena serat tepi atas saling desak maka pada serat tepi

    atas terjadi tegangan tekan, sebaliknya pada serat-serat tepi bawah akan terjadi

    tegangan tarik. Tegangan demikan ini disebut tegangan lentur ( lt ).

    (a). Penampang memanjang balok kayu (b). Penampang melintang balok kayu

    (c). Penampang serat (d). Diagram tegangan elastis (e). Diagram tegangan ultimate

    Gambar 2.4. Diagram tegangan pada penampang balok kayu

    Jika tegangan yang terjadi telah mencapai tegangan ijin ( ) maka dianggap

    garis netral berada pada setengah tinggi balok (0,5.h). Pada saat ini masih terjadi

    keseimbangan yaitu tegangan tekan sama dengan tegangan tarik.

    C = T = 0,5 . .

    2 = 0,25. . . ...................................................... (2.23)

    Akibat gaya tarik dan gaya tekan, dapat menimbulkan momen.

    M = C x 2/3.h = 1/6.b.h2. .................................................................. (2.24)

    W = 1/6.b.h2 ........................................................................................... (2.25)

    = M/W = ...................................................................................... (2.26)

    6cm

    8cm

    45cm7.5cm 7.5cm

    Serat Tarik

    Garis Netral

    c c

    b

    h

    Serat TekanT

    h/2

    2/3 h

    slt

    lts

    stk //

    str //

    T

    y

    2/5 . x

    1/3(h-x)

    x

    Tekan

    Tarik

  • 18

    Teknik Sipil, FST, Undana

    dimana :

    = tegangan ijin lentur kayu, kg/cm2

    M = momen, kg/cm

    W = tahanan momen, cm3

    = tegangan lentur yang terjadi, kg/cm2

    b = lebar kayu benda uji, cm

    h = tinggi kayu benda uji, cm

    // = kuat tarik sejajar serat, kg/cm2

    x = tinggi diagram tegangan tekan ultimate, cm

    y = jarak antara gaya tekan dan gaya tarik, cm

    c = gaya tekan, kg

    T = gaya tarik, kg

    // = kuat tekan sejajar serat, kg/cm2

  • 19

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2.6.4 Pengujian balok komposit

    Pada penelitian ini benda uji berbentuk balok T dengan balok berupa kayu

    meranti 6/8 dan plat beton bertulang dengan tulangan minimum.

    (a). Penampang memanjang alat pengujian (b). Penampang melintang alat pengujian

    Gambar 2.5. Skema pengujian kuat lentur balok komposit

    Keterangan :

    1. Loading Frame 6. Tumpuan Pembebanan Dua Titik

    2. Load cell 7. Benda Uji Balok Komposit

    3. Pompa Hidrolis 8. Tumpuan Perletakan

    4. Hydraulic Jack 9. Pelat Lantai

    5. Pelat Tumpuan Pembebanan

    Besarnya momen maksimal akibat beban titik dapat diuraikan sebagai berikut:

    Mmax = 1/6 PL + 1/8 qL2 ..................................................................... (2.27)

    dimana :

    P = beban terpusat, kN

    q = berat sendiri balok komposit, kg/m

    L = panjang bentang, m

    1

    3

    2

    4

    7

    98

    65

    1

    2

    4

    56

    7

    8

    9

    3

  • 20

    Teknik Sipil, FST, Undana

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    3.1.1 Tempat penelitian

    Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil

    Universitas Nusa Cendana Kupang NTT dan Laboratorium Beton Jurusan Teknik

    Sipil Politeknik Negeri Kupang NTT.

    3.1.2 Waktu penelitian

    Penelitian ini berjalan selama 3 bulan, yakni dimulai pada bulan Desember

    2012 sampai dengan Februari 2013.

    3.2 Data Primer dan Sekunder

    3.2.1 Data primer

    Data primer untuk penelitian ini diperoleh dari hasil pengujian di

    laboratorium.

    3.2.2 Data sekunder

    Data sekunder diambil dari literaturliteratur yang berhubungan dengan

    penelitian ini.

    3.3 Teknik Pengambilan Data

    Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan

    teknik-teknik sebagai berikut:

    3.3.1 Teknik Pengukuran/Pengujian

    Data yang diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dengan mengadakan

    pengujian di laboratorium. Pengujian-pengujian yang akan dilakukan di laboratorium

    antara lain :

    1) Pemeriksaan dan pengujian terhadap agregat halus (pasir) meliputi : pengujian

    berat jenis pasir sesuai SNI 1970 : 1990, pengujian gradasi pasir sesuai SNI 03-

    1968-1990, pengujian kadar air pasir sesuai SNI 03-1971-1990 dan pengujian

    kadar lumpur pasir sesuai SNI 13-6669-2002.

    20

  • 21

    Teknik Sipil, FST, Undana

    2) Pemeriksaan dan pengujian agregat kasar (Batu pecah) meliputi pengujian berat

    jenis batu pecah sesuai SNI 03-1969-1990, pengujian gradasi batu pecah sesuai

    SNI 03-1968-1990, pengujian kadar air batu pecah sesuai SNI 03-1971-1990,

    pengujian berat satuan volume sesuai SNI 03-4804-1998, pengujian keausan

    agregat kasar sesuai SNI 03-2417-1991

    3) Pemeriksaan dan pengujian baja tulangan, yaitu uji tarik.

    4) Pemeriksaan dan pengujian penghubung geser berupa paku polos dan paku ulir,

    yaitu uji tarik dan uji geser.

    5) Pemeriksaan dan pengujian lentur balok kayu jati.

    3.3.2 Teknik dokumentasi

    Data-data penunjang lainnya diperoleh dari buku-buku literatur yang

    berhubungan dan mendukung penelitian ini.

    3.3.3 Teknik observasi

    Teknik pengambilan data penelitian melalui observasi secara langsung yang

    dilakukan di laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana

    Kupang dan Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang.

    Data obyek penelitian berupa hasil pengujian berat jenis pasir dan batu pecah, gradasi

    pasir dan batu pecah, kadar air pasir dan batu pecah, kadar lumpur pasir, berat satuan

    volume batu pecah, keausan batu pecah, kuat tarik baja tulangan dan paku (polos dan

    ulir), kuat geser paku polos dan paku ulir, kuat lentur balok kayu jati, kuat tekan

    silinder beton serta kuat lentur balok komposit kayu beton.

    3.4 Bahan dan Alat Penelitian

    3.4.1 Bahan penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kayu

    yang digunakan adalah kayu Jati yang sudah berbentuk batangan dengan dimensi 6/8.

    Semen Tiga Roda dengan berat 40 kg, pasir Takari, batu pecah Sumlili dengan

    ukuran butiran maksimum 20 mm, air bersih dari penampungan Lab. Beton Jurusan

  • 22

    Teknik Sipil, FST, Undana

    Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana, baja tulangan polos diameter 5,8 mm dan 7,3

    mm, Paku polos diameter 3,2 mm dan Paku ulir diameter 3,4 mm.

    3.4.2 Alat Penelitian

    Ayakan / Saringan yang digunakan untuk agregat kasar terdiri dari lubang

    ayakan yang berukuran 19,0 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,35 mm; 1,18 mm; 0,85 mm;

    0,3 mm; 0,15 mm; dan pan, Sedangkan agregat halus menggunakan ayakan ukuran

    9,5 mm; 4,75 mm; 2,35 mm; 1,18 mm; 0,85 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan pan. Mesin

    penggetar ayakan (siever) Alat ini dipakai untuk menggetarkan ayakan yang berisi

    agregat agar terpisah sesuai dengan ukuran butirnya. Timbangan dipakai untuk

    menimbang berat bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton dan

    untuk menimbang berat benda uji. Oven digunakan untuk mengeringkan agregat pada

    waktu pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat, Oven yang digunakan

    dengan kemampuan suhu 240 . Desicator digunakan untuk mendinginkan bahan

    setelah dioven agar sesuai dengan suhu kamar dan dipakai pada waktu pemeriksaan

    berat jenis dan penyerapan agregat. Kerucut Abrams digunakan untuk pengujian

    slump pada waktu pembuatan adukan beton untuk benda uji, alat ini mempunyai

    ukuran diameter lubang atas 10 cm, diameter lubang bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm.

    Tongkat baja mempunyai diameter 16 mm, panjang 60 cm. Papan begesting terbuat

    dari kayu, digunakan untuk mencetak beton pada waktu pengecoran benda uji agar

    adukan beton tidak tumpah. Cetakan silinder beton terbuat dari baja dengan diameter

    15 cm dan tinggi 30 cm, alat ini digunakan pada waktu pemeriksaan berat satuan

    volume agregat dan untuk mencetak benda uji silinder beton. Mesin Los Angeles

    berbentuk silinder putar yang di dalamnya berisi bola baja dan digunakan untuk

    menguji ketahanan aus agregat kasar yang diteliti. Mesin uji kuat tekan beton

    digunakan untuk menguji kuat tekan silinder beton. Mesin uji tarik baja digunakan

    untuk menguji kuat tarik baja tulangan. Mesin uji lentur digunakan untuk menguji

    kuat lentur balok. Peralatan penunjang lain yang digunakan misalnya : alat getar

    cetakan (form vibrator), cetok, ember, meteran, penggaris siku, meteran, kaliper,

    gergaji dan lain lain.

  • 23

    Teknik Sipil, FST, Undana

    3.5 Langkah-Langkah Penelitian

    3.5.1 Tahap pemeriksaan dan persiapan bahan

    Persiapan dan pemeriksaan bahan susun beton dilakukan Laboratorium

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana. Bahan

    dan tahapan pemeriksaan meliputi pemeriksaan semen secara visual, uji kadar lumpur

    pasir, pemeriksaan berat satuan volume batu pecah, pemeriksaan keausan batu pecah,

    pemeriksaan berat jenis pasir, pemeriksaan gradasi pasir, pemeriksaan berat jenis batu

    pecah, pemeriksaan gradasi batu pecah, pemeriksaan kadar air batu pecah,

    pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual, pemeriksaan dan pengujian baja

    tulangan, yaitu uji tarik (Lab. Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang

    NTT), Pemeriksaan dan pengujian penghubung geser berupa paku polos dan paku

    ulir, yaitu uji tarik dan uji geser (Lab. Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

    Kupang NTT), Pemeriksaan dan pengujian lentur balok kayu Jati.

    3.5.2 Pembuatan dan perawatan benda uji

    1) Pembuatan benda uji

    Langkah langkah yang dilakukan dalam pembuatan benda uji adalah

    sebagai berikut :

    a. Pemotongan balok kayu sesuai dimensi yang direncanakan.

    b. Pemasangan penghubung geser pada balok kayu.

    c. Pembuatan begesting plat beton diatas balok kayu yang telah dipasangi

    penghubung geser.

    d. Pembuatan adukan beton dengan proporsi campuran yang telah

    direncanakan.

    e. Pemeriksaan nilai slump, syarat nilai slump yang direncanakan dalam

    penelitian ini antara 7,5-15 cm.

    f. Pengecoran beton pada cetakan silinder dan begesting plat beton.

    2) Perawatan benda Uji

    Prosedur Perawatan, setelah beton segar dituang dalam cetakan dan dibiarkan

    selama 24 jam, selanjutnya cetakan dibuka dan dilaksanakan perawatan

  • 24

    Teknik Sipil, FST, Undana

    selama 28 hari dengan cara direndam dalam bak perendaman untuk silinder

    beton dan dengan penyiraman terhadap permukaan plat beton agar

    kelembabannya terjaga, sedangkan pada balok kayu diusahakan agar tetap

    kering, agar kekuatannya tidak menurun.

    3.5.3 Pengujian benda uji

    Pengujian terhadap benda uji yang akan dilakukan di laboratorium antara lain:

    1) Pengujian kuat tarik tulangan dan paku (polos dan ulir)

    (a). Tampak depan Alat (b). Detail uji tarik

    Gambar 3.1. Skema pengujian kuat tarik tulangan dan paku (polos dan ulir)

    2) Pengujian kuat geser paku polos dan paku ulir

    (a). Tampak depan Alat (b). Detail uji geser (c). Detail pot. A A

    Gambar 3.2. Skema pengujian kuat geser paku (polos dan ulir)

    P

    P

    7cm

    0.32cm

    2.5cm

    0.5cm

    1.5cm

    10cm

    10cm

    5cm

    0.5cm0.5cm

    P P

    P

    A A

  • 25

    Teknik Sipil, FST, Undana

    3) Pengujian kuat lentur balok kayu jati

    (a). Penampang memanjang balok kayu (b). Pot. melintang A-A balok kayu

    Gambar 3.3. Skema pengujian kuat lentur balok kayu jati

    4) Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan setelah beton berumur 28 hari.

    Gambar 3.4. Skema pengujian kuat tekan beton

    5) Pengujian kuat lentur balok komposit kayu beton dilakukan setelah beton

    berumur 28 hari.

    (a). Pot. melintang A-A balok komposit (b). Penampang memanjang balok komposit

    Gambar 3.4. Skema Pengujian kuat lentur balok komposit

    A

    A 6cm

    8cm

    45cm7.5cm 7.5cm

    30cm

    P

    15cm

    P

    6cm

    5cm

    8cm

    20cm

    10cm 75cm 10cm

    A

    A

  • 26

    Teknik Sipil, FST, Undana

    Gambar 3.5. Skema dimensi paku yang tertanam dalam kayu

    3.6 Teknik Analisa Data

    Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa

    Kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian

    dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian ditabelkan dan

    diolah secara sistematis. Dimulai dari observasi, mengedit, mengklasifikasi,

    mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data

    (tizarrahmawan.wordpress.com, 2009).

    Dengan demikian, dalam penelitian ini analisa terhadap data-data yang

    diperoleh dari hasil penelitian yaitu untuk mengetahui seberapa besar kekuatan lentur

    balok komposit kayu beton dengan penghubung geser paku polos dan paku ulir

    melalui pengamatan kondisi fisik benda uji, analisis data dan pembahasan. Dari

    pembahasan tersebut kemudian ditarik kesimpulan.

    13 h

    23 h

    h

    b

  • 27

    Teknik Sipil, FST, Undana

    3.7 Diagram Alir Penelitian

    Gambar 3.6. Flowchart Metode Penelitian

    Persiapan alat dan penyediaan bahan

    Paku

    polos

    Paku

    ulir

    Uji kuat tarik

    Uji kuat geser

    Pembuatan Benda uji

    silinder Beton dan Balok

    komposit Kayu - Beton

    Tes

    slump

    Air Agregat Semen Tulangan Balok Kayu Jati

    Uji kuat TarikUji kuat lentur

    Diperbaiki

    Uji Bahan

    Rencana Proporsi Adukan Beton

    Pembuatan Adukan Beton

    Tidak

    Ya

    Tidak

    Ya

    Perawatan

    Pengujian Kuat Tekan Beton dan

    Kuat Lentur Balok Komposit Kayu - Beton

    Analisis Data dan

    Pembahasan

    Kesimpulan

    SELESAI

    MULAI

  • 28

    Teknik Sipil, FST, Undana

    3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    Bulan Desember Januari Februari

    Minggu IV I II III IV I II III IV

    Jenis

    Pekerjaan

    1 1

    2

    3 3 3 3

    4

    5 5

    Keterangan :

    1 = Pengujian Bahan

    2 = Pembuatan Benda Uji

    3 = Perendaman dan Perawatan Benda Uji

    4 = Pengujian Benda Uji

    5 = Pengolahan Data Hasil Pengujian

  • 29

    Teknik Sipil, FST, Undana

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI 5, Departemen

    Pekerjaan Umum Indonesia, Bandung.

    Asroni, A, 1997, Struktur beton I (Balok dan Plat Beton Bertulang), Jurusan Teknik

    Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

    Asroni, A, 2003, Perbandingan Kuat Tekan, Kuat Lentur Dan Kuat Geser, Jurnal

    Teknik Gelagar Vol. 14, 01, 9-15.

    Departemen Pemukiman Dan Pengembangan Wilayah, 2000, Pedoman Teknis

    Standar Spesifikasi Komponen Struktur Lantai Tingkat Komposit Kayu

    Beton Untuk Gedung Dan Rumah (Pt S-10-2000-C), LPMB: Bandung.

    Fityastutik, A.P, 2002, Tinjauan Kuat Lentur Balok Komposit Kayu Mahoni Dengan

    Bambu, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

    Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

    Grandi, R. 2000. Uji Penghubung Geser Balok Komposit Kayu-Beton terhadap

    Lentur, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas

    Sebelas Maret, Surakarta.

    Prakosa, U. 2008. Perilaku Komposit Kayu GluguBeton Dengan Penghubung

    Geser Pasak Terhadap Komponen Struktur Lantai Balok T, Tugas Akhir,

    Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas

    Islam Indonesia, Yogyarta.

    Setyawan, Muh Ibnu Budi. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati

    (Tectona Grandis L.F) Pada Mortar Semen Ditinjau Dari Kuat Tekan, Kuat

    Tarik Dan Daya Serap Air, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas

    Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

    Sina, Dantje, 2010, Pedoman Praktikum Beton, Laboratorium Beton Jurusan Teknik

    Sipil Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa Cendana : Kupang.

    Tjokrodimuljo K, 1996, Teknologi Beton, PT. Nafiri, Yogyakarta.

  • 30

    Teknik Sipil, FST, Undana

    LAMPIRAN

    Tabel 1. Nilai deviasi standar, kg/cm2

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996

    Tabel 2. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan rata-rata beton pada umur

    28 hari

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996

    Tabel 3. Faktor air semen maksimum

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996

  • 31

    Teknik Sipil, FST, Undana

    Tabel 4. Nilai slump, cm

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996

    Tabel 5. Ukuran maksimum agregat, mm

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996

    Tabel 6. Perkiraan kebutuhan air (liter) berdasarkan nilai slump dan ukuran

    maksimum agregat

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996

    Tabel 7. Perkiraan kebutuhan agregat kasar per meter kubik beton, berdasarkan

    ukuran maksimum agregat dan modulus halus pasirnya, dalam m3

    Sumber : Tjokrodimuljo,1996