bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

163
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BUKU PEDOMAN 3R Berbasis Masyarakat Di Kawasan Permukiman

Upload: samson-supeno

Post on 24-Jan-2015

988 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU PEDOMAN 3R Berbasis Masyarakat

Di Kawasan Permukiman

Page 2: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Kata Pengantar

Amanat UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP no.16 /2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum untuk melaksanakan program perlin-

dungan air baku telah ditindak lanjuti dengan suatu rumusan kebijakan nasional dalam

pengembangan pengelolaan persampahan di Indonesia (Permen PU 21/PRT/M/2006

tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persamapahan).

Untuk mengatasi berbagai permasalahan persampahan berkaitan dengan keterbatasan

lahan TPA (Tempat Pemrosesan akhir) dan buruknya kinerja TPA diberbagai kota di

Indonesia serta adanya potensi sampah diberbagai sumber daya, implementasi Ke-

bijakan Pertama (Pengurangan Sampah Sejak Dari sumbernya) perlu segera dilakukan

secara memadai.

Pelaksanaan stimulant Program 3R Berbasis Masyarakat merupakan dukungan nyata

dari Pemerintah (cq. Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) untuk memban-

tu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui

gerakan pengurangan dan pemanfaatan sampah yang ditargetkan sebesar 20% pada

tahun 2010. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam pola-pola berbasis

masyarakat, baik masyarakat sebagai penghasil sampah maupun sebagai actor pengel-

ola sampah.

Penyusunan buku “Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman” ini

merupakan upaya untuk memberikan informasi dan panduan pelaksanaan pengelolaan

sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada stakeholders terkait. Buku Pedoman

ini disusun berdasarkan hasil evaluasi best practice yang ada dilapangan dari berbagai

kota di Indonesia, dan terdiri dari beberapa buku, yaitu:

Buku I : Pedoman Umum 3R

Buku II : Pedoman Perencanaan 3R

Buku III : Pedoman Pelaksanaan 3R

Buku IV : Pedoman Monitoring dan Evalusai 3R

Akhirnya kami mengharapkan dukungan semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha

Esa senantiasa memberikan Rahmat Nya bagi sukses program 3R

Jakarta, Februari 2008

Direktur Jenderal Cipta Karya

Ir. Budi Yuwono.

Page 3: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Pedoman Umum 3 R

Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU I

Page 4: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

DAFTAR ISI BUKU I : PEDOMAN UMUM

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.3 SASARAN

1.4 PENGERTIAN

2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS

MASYARAKAT

2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN

PERMUKIMAN

2.2.1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA RUMAH TANGGA

2.2.2 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN

2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN

PERMUKIMAN

2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM

2.5 PEMBIAYAAN DAN INSENTIF

2.6 DUKUNGAN PERATURAN

3. PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT

DI KAWASAN PERMUKIMAN

4. KESIMPULAN DAN PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 PENUTUP

Page 5: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mengacu pada Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan

kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R

serta sasaran yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 20%, pada dasarnya

merupakan tugas berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut,

mengingat kondisi yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah yang dapat

dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan yang ada di

tingkat masyarakat baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah

kota/ kabupaten, telah banyak praktek-praktek unggulan (best practise) 3R yang

cukup sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan

20% bukan mustahil akan dapat dicapai.

Pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam

pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metoda

pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metoda tersebut lebih

menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran

terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk

sampah. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih

menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah,

atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka didalam

pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat ada dua kegiatan yang

harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan.

Page 6: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3

Dua kegiatan tersebut adalah (1) proses pengelolaan aliran sampah dari mulai akan

dikeluarkan oleh masyarakat dan (2) proses pemahaman masyarakat dalam

pengelolaan sampah dengan metoda 3R.

Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practise memang bukan

hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat

dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi

pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak

langsung, seperti antara lain:

Percontohan program 3R

Penyuluhan

Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat

Pendidikan

Sejak Pelita V, Departemen Pekerjaan Umum telah memberikan percontohan program

3R skala kawasan yang disebut UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) dan

lebih diintensifkan sejak TA 2007 yaitu dengan menerapkan program pengelolaan

sampah terpadu berbasis masyarakat melalui metode 3R ini di 25 provinsi (44 kota/

kabupaten).

Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK,

dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek. Sedangkan

pendekatan 3R yang baru adalah menggunakan pendekatan partisipatif,

pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga

diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari

sumbernya akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah terpadu

berbasis masyarakat secara lebih memadai dan diharapkan dapat menjadi gerakan

moral nasional.

Page 7: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

4

Dalam rangka memudahkan berbagai pihak untuk melaksanakan program

pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Pedoman Pengelolaan Sampah

Terpadu Berbasis Masyarakat (3R) untuk skala rumah tangga dan skala kawasan

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah membantu para

pelaksana di lapangan yang akan melakukan kegiatan pengurangan sampah sejak dari

sumbernya untuk memahami pola pendekatan berbasis masyarakat

Sedangkan tujuan dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah:

Memberikan penjelasan secara mendalam mengenali rencana pelaksanaan

kegiatan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Meningkatkan upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan metode

yang praktis dan telah dilaksanakan dalam best practise

1.3 SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah tersedianya panduan

pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Kawasan Permukiman/

Perumahan.

Page 8: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

5

1.4 PENGERTIAN

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang

berbentuk padat.

Sampah Organik, yaitu memiliki sifat mudah terurai secara alami contohnya : daun,

sayuran, dan buah serta sampah sisa makanan.

Sampah non-organik, yaitu sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami meli-

puti: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya.

Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasinya, dan/atau

jumlahnya memerlukan penanganan khusus.

Sumber Sampah adalah tempat awal/pertama dimana sampah timbul

Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbulan sampah.

Penanganan Sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah

mulai dari sumbernya.

Pengomposan adalah proses pengolahan sampah menjadi kompos

Pemberdayaan, Upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendi-

rikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki atas da-

sar prakarsa dan kreativitas

Persampahan, yang dimaksud dalam pedoman ini adalah Pengelolaan persampahan

Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan sampah.

Page 9: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

6

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan

yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan, dan

pemrosesan akhir sampah.

Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media

lingkungan secara aman.

Timbulan Sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan perorang perhari dalam satu-

an volume maupun berat

Reduce adalah upaya mengurangi volume sampah

Reuse adalah upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk untuk

kegiatan lain yang bermanfaat.

Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat

RKM (Rencana Kerja Masyarakat), Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai

anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengurus TKM sebagai wadah untuk

menampung aspirasi dari masyarakat desa / kampung atas kegiatan 3R

Evaluasi, Kegiatan untuk menilai, memperbaiki dan meningkatkan seberapa jauh

sebuah program kegiatan dapat berjalan secara efektif, efisien dan optimal seperti yang

telah dirumuskan bersama atau direncanakan

Fasilitator, Adalah “ Pelaku yang membantu, mendorong dan mengarahkan kegiatan

dilapangan”, dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam panduan

sehingga dapat membantu kelompok yang bekerjasama.

Page 10: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

7

Jasa pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan

kepada masyarakat oleh pemerintah daerah.

Komposter adalah alat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Forum musyawarah, tempat masyarakat

menyampaikan aspirasi

Operasi dan Pemeliharaan (O&P), Adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana

dan sarana secara optimal oleh masyarakat pengguna dengan pembinaan pemerintah

daerah secara berkesinambungan.

Organisasi persampahan adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan

keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang

pengelolaan sampah.

Page 11: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

8

BAB II

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3 R BERBASIS

MASYARAKAT

2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS

MASYARAKAT

Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua

tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang

berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong

barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi

(biodegradable), dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan.

Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut aspek teknis semata, namun jauh lebih

penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan

pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan

mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan

kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga

Recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru.

Untuk mewujudkan konsep 3R diatas, salah satu cara penerapannya adalah melalui

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur-

ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah

sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai

bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan

industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain.

Page 12: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

9

Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma

yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan

melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang

ke TPA (target 20% pada tahun 2010).

Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di

lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap

sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif,

yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/

efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk

merubah perilaku tersebut.

Reuse (R2)

Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa

melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali

botol bekas “minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

Recycle (R3)

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan

lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain

lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak

kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi

bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-

lain.

Page 13: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

10

2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PER-

MUKIMAN

Untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di kawa-

san permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah

yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan

Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk

mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah

3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat

Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan

prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat.

Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam

perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional ”kumpul-

angkut-buang” menjadi pola 3R.

Misalnya: penghijauan dulu kebersihan buang sampah di tempatnya

pemilahan daur ulang.

Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam

melaksanakan berbagai metode 3R.

Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses

pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.

Page 14: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

11

Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk

yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai

kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb

Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali

sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman

atau kemasan lainnya.

Upaya mendaur ulang sampah dapat

dilakukan dengan memilah sampah

menurut jenisnya baik yang memiliki

nilai ekonomi sebagai material daur

ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll)

maupun sampah B3 Rumah tangga

yang memerlukan penanganan khusus

(baterai, lampu neon, kaleng sisa insek-

tisida dll) dan sampah kemasan

(bungkus mie instan, plastik kemasan

minyak, dll)

Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah

tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sam-

pah pada tahap berikutnya.

Page 15: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

12

2.2.1. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga

Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.

Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan dapat menerapkan upaya

minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali , dan mendaur

ulang sampah yang dihasilkan.

Gambar 1. Penanganan Sampah 3R di Sumber

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

TPST

KOMPOS

MATERI DAUR

ULANG

RESIDU

PENANGANAN

B3 LANJUTAB

LAPAK

TPA

GEROBAK/

MOTOR 3R

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Page 16: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

13

1). Skenario Pemilahan Sampah Non Organik

Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu

dilakukan, yaitu dengan cara memisahkan sampah kertas, plastik dan

logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah

dilakukan oleh masyarakat, misal menggunakan kantong plastik besar atau

karung kecil.

Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang

pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan

Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas

yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.

Page 17: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

14

2). Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)

Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan

sampah organik dari dapur (nasi, daging, dst.)

Skenario pembuatan kompos secara individu

disumber harus dilakukan dengan cara

sederhana dan dapat mengacu pada best

practice yang telah ada, misal seperti yang

dilakukan di Sukunan Sleman DIY , Surabaya

atau wilayah lainnya.

Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya di Banjarsari dan

di Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah

yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), Gentong, Bin

Takakura atau metode lain sebagai “composter”.

Dengan “composter gentong” (alasnya dilubangi dan

diisi kerikil serta sekam), merupakan cara sederhana

karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan

dalam gentong).

Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas

karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan

sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik

terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses

pematangan kompos. Composter Takakura dapat

tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau)

Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan

penanaman bibit

Page 18: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

15

3). Skenario Daur Ulang

Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah,

sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh

masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah

menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau

langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng,

sampah B3 rumah tangga).

2.2.2. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Kawasan

Gambar 2. Metode Operasional Penanganan Sampah Skala Kawasan

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

TPST

KOMPOS

MATERI DAUR

ULANG

RESIDU

PENANGANAN

B3 LANJUTAB

LAPAK

TPA

GEROBAK/

MOTOR 3R

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Page 19: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

16

1). Landasan Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan baru

(cakupan pelayanan 1000 – 2000 unit rumah), kawasan perumahan

teratur/ non komplek (cakupan pelayanan 1 RW) dan kawasan

perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai

Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan

volume sampah.

Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari

sumber, pihak penerima bahan daur ulang (lapak) dan pengangkutan

residu ke TPA

Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang

disebut TPST (tempat pengolahan sampah terpadu)

Kegiatan pengelolaan sampah di TPST meliputi pemilahan sampah,

pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll

Pemisahan sampah di TPST dilakukan untuk beberapa jenis sampah

seperti sampah B3 Rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai

dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan

sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai

bahan baku kompos)

Pembuatan kompos di TPST dilakukan dengan metode Open Windrow

Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil

hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus.

Page 20: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

17

2). Metode Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

Pengumpulan Sampah

Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individ-

ual (door to door) maupun komunal (masyarakat membawa

sendiri sampahnya ke Wadah / Bin Komunal yang sudah diten-

tukan)

Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan

baru (cakupan luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan

menggunakan motor sampah (kapasitas 1,2 m3), sedangkan

untuk kawasan perumahan non komplek dan perumahan

kumuh/bantaran sungai cukup dilakukan dengan

menggunakan gerobak (1 m3).

Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/

kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih

tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali.

Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi

dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 unit atau sesuai dengan

jenis sampah).

Page 21: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

18

3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan

a. Lokasi

Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.

Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah)

diperlukan TPST dengan luas 1000 m². Sedangkan untuk cakupan

pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 – 500

TPST dengan luas 1000 m² dapat menampung sampah dengan atau tanpa

proses pemilahan sampah di sumber.

TPST dengan luas < 500 m² hanya dapat menampung sampah dalam

keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %.

TPST dengan luas < 200 m² sebaiknya hanya menampung sampah

tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %.

b. Fasilitas TPST

Fasilitas TPST meliputi wadah komunal,

areal pemilahan dan areal composting

dan juga dilengkapi dengan fasilitas

penunjang lain seperti saluran drainase,

air bersih, listrik, barier (pagar tanaman

hidup) dan gudang penyimpan bahan

daur ulang maupun produk kompos

serta biodigester (opsional)

Page 22: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

19

c. Daur Ulang

Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang

memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur

ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.

Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan

pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.

Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterei dan lampu

neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan pe-

rundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3).

Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie in-

stan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan

baku lain.

d. Pembuatan Kompos

Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah

dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman.

Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain dengan open windrow.

Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak

dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam

berat.

Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi

dan Dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dll)

Page 23: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

20

2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN

PERMUKIMAN

Untuk melaksanakan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, diperlukan

kegiatan pemberdayaan secara terprogram, terpadu, dan berkelanjutan sehingga

dapat dicapai perubahan perilaku masyarakat dalam program 3R. Proses pem-

berdayaan masyarakat meliputi antara lain sosialisasi /penyuluhan, pelatihan,

percontohan, pengembangan kegiatan dan lain-lain.

2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM

Aspek keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan

hal yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan proses pengelolaan yang

sudah terbina. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam beberapa aspek keberlanjutan

adalah sebagai berikut:

Adanya lembaga kelompok masyarakat sebagai organisasi pengelola yang tidak

formal namun terlegalisir serta sesuai dengan aspirasi masyarakat

Adanya dukungan peraturan setingkat kelurahan untuk pelaksanaan pengelolaan

sampah berbasis masyarakat

Adanya dana untuk operasional pengelolaan maupun biaya pemeliharaan atau

investasi penambahan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan. Dana

tersebut dapat berasal dari iuran masyarakat serta hasil penjualan kompos atau

material daur ulang dengan cash flow diketahui bersama secara transparan

Page 24: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

21

Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan

sarana persampahan skala kawasan sesuai kebutuhan masyarakat

Adanya peran aktif masyarakat untuk melaksanakan program 3R terutama yang

berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah sejak dari

sumbernya.

Adanya dukungan dari instansi pengelola sampah tingkat perkotaan untuk

pengangkutan residu, penyerapan produk kompos dan material daur ulang serta

penanganan lanjutan sampah B3 rumah tangga sesuai ketentuan yang berlaku

Adanya pola monitoring dan evaluasi dari instansi terkait baik ditingkat ke-

lurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu

provinsi dan pemerintah pusat. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan

sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diper-

lukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian pro-

gram 3R secara nasional

Page 25: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

22

2.5. PEMBIAYAAN DAN INSENTIF

Pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah

terpadu berbasis masyarakat, meliputi:

Kebutuhan biaya investasi pembelian prasarana dan sarana

Kebutuhan biaya operasi pengumpulan sampah dan operasional TPST dan

pemeliharaan prasarana/sarana

Perhitungan iuran warga/bulan yang besarnya dimusyawarahkan, sebaiknya

dapat memenuhi kebutuhan biayan investasi dan operasional.

Perhitungan biaya hasil penjualan kompos dan produk daur ulang yang

digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas

lingkungan permukiman

Insentif yang didapat adalah berupa hasil penjualan material daur ulang dan

produk kompos serta penjualan bibit tanaman

2.6 DUKUNGAN PERATURAN

Untuk pelaksanan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, perlu

didukung peraturan baik secara formal maupun non formal. Peraturan tersebut meli-

puti :

Ketentuan organisasi pengelola

Tata laksana kerja

Ketentuan teknis pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat

Page 26: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

23

BAB III

PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS

MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN

Proses pendekatan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dikawasan

permukiman secara garis besar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Tahap 5

(Bulan

Oktober)

PERSIAPAN

SELEKSI KOTA/

KABUPATEN

SELEKSI LOKASI

SELEKSI

FASILITATOR

SURVAI LAPANGAN

(SAMPAH DAN

SOSIAL)

PEMILIHAN METODA

DAN TEKNOLOGI 3R

PENYIAPAN

MASYARAKAT

PENYUSUNAN

RENCANA KERJA

MASYARAKAT

PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R

Sosialisasi 3R

Verifikasi Teknologi

Pengolahan

Pemilihan Lokasi TPST (utk

kawasan)

Pembentukan Kelompok

Swadaya Masyarakat

PELAKSANAAN

PENGELOLAAN SAMPAH 3R

BERBASIS MASYARAKAT

MONITORING DAN

EVALUASI

PENDAMPINGAN

PERENCANAAN SISTEM

PENGELOLAAN SAMPAH

3R BERBASIS

MASYARAKAT

Aspek Teknis

Operasional

Aspek

Kelembagaan

Aspek

Pengaturan

Aspek

Pendanaan

Aspek Peran

Serta

Masyarakat

PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R

KEBERLANJUTAN

PROGRAM

PENGEMBANGAN

DAN REPLIKASI

Tahap 1

( Bulan Februari)

Tahap 6

(Bulan

Desember)

Tahap 2

( Bulan Maret)

Tahap 3

(Bulan

April)

Tahap 7

Tahap 4

(Bulan Mei)

DED DAN RABSATKER

Page 27: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

24

Dalam pelaksanaannya, maka seperti pelaksanaan kegiatan pada umumnya dilakukan

dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R

berbasis masyarakat secara umum sebagai berikut:

1. Tahap Pertama

Tahap ini meliputi kegiatan:

Persiapan yang meliputi sosialisasi pengelolaan sampah dengan metoda 3R

kepada seluruh pemangku kepentingan tingkat pusat.

Sosialisasi ini bertujuan menyatukan persepsi terhadap permasalahan sampah

secara umum serta visi untuk beberapa tahun kedepan.

Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan seminar atau workshop yang dihadiri oleh

pengambil keputusan tingkat pusat.

2. Tahap kedua

Tahap ini meliputi kegiatan:

Seleksi kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengelolaan sampah 3R

berbasis masyarakat dimaksudkan untuk memperoleh kota/kabupaten yang

berminat dengan disertai komitmen yang jelas dari pimpinan daerah.

Seleksi kota/kabupaten ini dilakukan karena dua alasan yaitu:

Anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat

seluruhnya atau sebagian berasal dari pusat

Diperlukan komitmen yang jelas dan tegas karena pengelolaan sampah 3R

berbasis masyarakat kemungkinan akan melibatkan beberapa institusi daerah

terkait dan diharapkan program dapat berkelanjutan serta berkembang.

Seleksi kota /kabupaten dilakukan dengan workshop yang sifatnya regional yang

dihadiri oleh perwakilan kota/kabupaten dalam regional tersebut.

Tujuan dari workshop ini adalah mengumpulkan kota yang berminat dan seleksi

dilakukan jika anggaran hanya diperuntukkan tidak untuk semua kota yang ada

dalam region tersebut.

Page 28: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

25

3. Tahap Ketiga

Tahap ini meliputi kegiatan:

Seleksi lokasi dilakukan hanya pada kota terpilih.

Tahap awal dari seleksi kota ini adalah memperoleh daftar panjang dari lokasi yang

sesuai kriteria pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.

Untuk memperoleh daftar pendek calon lokasi maka dilakukan tapisan awal dengan

memilih lokasi yang paling memenuhi kriteria pengelolaan 3R berbasis masyarakat.

Calon lokasi pada daftar pendek tersebut akan mengajukan proposal yang diikuti

dengan presentasi.

Dapat juga dilakukan survey cepat (Rapid Participatory Assessment) yang dilakukan

oleh masyarakat yang berminat dengan mempresentasikan kepada pemangku

kepentingan pada tingkat kampung.

4. Tahap Keempat

Tahap ini meliputi kegiatan:

Pemilihan fasilitator. Keberadaan fasilitator sangat diperlukan dalam pelaksanaan

pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.

Fasilitator bertugas menggalang masyarakat yang berminat melaksanakan pengelolaan

sampah 3R, bersama-sama mencari metoda penyelesaian masalah sampah, menggali

keinginan masyarakat, dan memberikan pelatihan serta pendampingan dalam

pelaksanaan pengelolaan sampah 3R.

Fasilitator dipilih sesuai kapabilitas dan tingkat pemahamannya terhadap lingkungan

umumnya dan sampah khususnya.

Fasilitaor direkrut dan digaji oleh penyelenggara program pengelolaan sampah berbasis

masyarakat 3R.

Penyiapan masyarakat dengan terpilihnya lokasi dan fasilitator, maka program

sosialisasi yang lebih intens dapat dilakukan dalam beberapa serial pertemuan yang

digalang oleh fasilitator dengan dibantu beberapa tenaga ahli lepas.

Pemilihan lokasi TPST untuk pengelolaan skala kawasan ataupun metoda pengolahan

sampah di rumah tangga ditentukan pada tahapan ini.

Kegiatan selanjutnya adalah survay lapangan baik dari komposisi dan timbulan

sampah serta sosial masyarakatnya.

Page 29: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

26

Survey ini dilakukan dalam mencari data dasar untuk pemilihan teknologi, program

penyuluhan, serta sebagai tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari program

yang akan dilaksanakan.

5. Tahap Kelima

Tahap ini meliputi kegiatan:

Pembuatan DED dan RAB yang dilakukan oleh KSM dan Fasilitator kemudian

diserahkan kepada Satker untuk kegiatan Pengadaan sarana dan Prasarana 3R yang

dilakukan dengan sistem Tender yang terbuka.

Pembangunan ataupun pelaksanaan operasi pengelolaan sampah 3R dilakukan

setelah masyarakat secara bulat menerima metoda yang akan dilakukan serta lokasi

dimana TPST akan dibangun.

Proses pembangunan harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sehingga

penolakan akibat sindrom NYMBY (Not in My Backyard) dapat ditekan seminim

mungkin.

6. Tahap Keenam

Tahap ini meliputi kegiatan:

Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap

sesuai dengan kesiapan masyarakat dan pendanaan.

Kegiatan pelaksanaan program didampingi oleh fasilitator dengan konsultan daerah

jika ada.

Monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

meliputi pengumpulan informasi, seperti pengukuran atau pengamat

Page 30: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

27

Kegiatan pemantauan dan pengukuran bermanfaat dalam suatu manajemen pengelolaan

seperti :

Menelusuri tahapan kemajuan dalam memenuhi perencanaan awal, mencapai tujuan

dan sasaran serta perbaikan berkelanjutan;

Mengembangkan informasi untuk mengidentifikasikan aspek dalam pengelolaan

sampah 3R yang penting;

Memantau pelaksanaan pengolahan sampah secara 3R sesuai dengan tujuan dan

sasaran;

Menyediakan data untuk mendukung atau mengevaluasi pengendalian operasional;

Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja organisasi;

Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja sistem manajemen persampahan

secara umum dan penyelenggaraan program 3R secara khusus.

7. Tahap Ketujuh

Tahap ini meliputi kegiatan:

Keberlanjutan program dilaksanakan dengan salah satunya replikasi dan pengembangan.

Pertemuan-pertemuan warga masih tetap dilakukan untuk membentuk komunitas yang

lebih memahami perlunya mengurangi sampah di sumbernya.

Dilakukan penguatan kapasitas pada seluruh pemangku kepentingan pada lokasi yang

sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu sehingga pengembangan

lebih mudah dilakukan.

Pada pelaksanaan program pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat diperlukan

panduan yang dapat memberi arahan kepada para pengelola di daerah. Pedoman tersebut

meliputi tahapan pelaksanaan seperti diatas yang tersusun dalam aspek perencanaannya,

aspek pelaksanaannya, dan aspek monitoring dan evaluasi.

Page 31: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

28

BAB IV

KESIMPULAN dan PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui masyarakat melalui meto-

de Reduce, Reuse, Recycle (3R) mulai saat ini sebaiknya sudah diterapkan karena

program ini berkaitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan penge-

lolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sam-

pah sejak dari sumbernya.

2. Proses pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat harus mengikuti

7 tahapan kegiatan sebagai berikut:

Tahap pertama ( Persiapan)

Tahap Kedua (Seleksi kabupaten/kota)

Tahap Ketiga (Seleksi Lokasi)

Tahap Keempat (Penyiapan Masyarakat, Survey lapangan,Pemilihan Teknologi,

Penyusunan RKM)

Tahap Relima ( Pembuatan DED & RAB, Pengadaan Sarana & Prasarana 3R)

Tahap Keenam ( Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R dan Monev)

Tahap Ketujuh (Keberlanjutan program dan replikasi).

4.2 PENUTUP

Buku 1 (satu) ini adalah pedoman umum yang akan dijelaskan lebih lanjut di buku 2 (dua)

tentang pedoman perencanaan, buku 3 (tiga) tentang pedoman pelaksanaan dan buku 4

(empat) tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan

Page 32: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Pedoman Perencanaan 3 R

Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU II

Page 33: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

DAFTAR ISI

BUKU II : PEDOMAN PERENCANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.3 SASARAN

2. PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT DI PERMUKIMAN

2.1 PENDAHULUAN

2.2 SELEKSI KOTA/KABUPATEN

2.3 SELEKSI LOKASI

2.3.1 KRITERIA UMUM

2.3.2 KRITERIA FISIK LINGKUNGAN

2.3.4 KRITERIA SOSIAL EKONOMI

2.4 PENYIAPAN MASYARAKAT

2.4.1 PEMILIHAN FASILITATOR

2.4.2 PENELITIAN SOSIAL

2.4.3 PENELITIAN KOMPOSISI DAN TIMBULAN

2.5 PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT

2.6 PEMILIHAN TEKNOLOGI

2.6.1 TEKNOLOGI PEWADAHAN

2.6.2 TEKNOLOGI PENGOMPOSAN DENGAN KOMPOSTER

2.6.3 TEKNOLOGI DAUR ULANG SAMPAH NON ORGANIK SKALA RT

2.6.4 TEKNOLOGI PENGUMPULAN SAMPAH

2.6.5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KAWASAN

Page 34: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2

2.7 PERANCANGAN MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT

2.7.1 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

SKALA RUMAH TANGGA 1000 JIWA (3R-1000 RUMAH TANGGA)

2.7.2 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

SKALA KAWASAN 1000 JIWA (3R-1000 KAWASAN)

2.8 PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

2.8.1 KELEMBAGAAN

2.8.2 PENGOPERASIAN TPST

2.8.3 PEMBIAYAAN

2.8.4 PENGATURAN

3. PENUTUP

Page 35: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah

awal dalam pelaksanaan kegiatan. Perencanaan ini merupakan dasar dalam

pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu perlu

disusun suatu pedoman perencaaan. Pedoman perencanaan ini meliputi seleksi

kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey lapangan, analisa, pemilihan teknologi,

pemilihan fasilitator, penyusunan rencana kerja, penyusunan peraturan,

kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat. Selain itu, pedoman

perencanaan ini meliputi juga pedoman perencanaan pembangunan, operasi dan

pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan dan replikasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya pedoman perencaraan 3R sampah berbasis masyarakat ini

adalah untuk membantu pelaku di lapangan yang akan melakukan kegiatan

perencanaan pengurangan sampah untuk skala rumah tangga maupun skala

kawasan.

Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan tentang tahapan

perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.

:

Page 36: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

4

1.3 SASARAN

Tersedianya pedoman perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat

meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.

Page 37: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

5

BAB II

PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R

BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN

2.1 Pendahuluan.

Pendekatan perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mengacu

pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan pada Buku Pedoman I.

Tahap 5

(Bulan

Oktober)

PERSIAPAN

SELEKSI KOTA/

KABUPATEN

SELEKSI LOKASI

SELEKSI

FASILITATOR

SURVAI LAPANGAN

(SAMPAH DAN

SOSIAL)

PEMILIHAN METODA

DAN TEKNOLOGI 3R

PENYIAPAN

MASYARAKAT

PENYUSUNAN

RENCANA KERJA

MASYARAKAT

PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R

· Sosialisasi 3R

· Verifikasi Teknologi

Pengolahan

· Pemilihan Lokasi TPST (utk

kawasan)

· Pembentukan Kelompok

Swadaya Masyarakat

PELAKSANAAN

PENGELOLAAN SAMPAH 3R

BERBASIS MASYARAKAT

MONITORING DAN

EVALUASI

PENDAMPINGAN

PERENCANAAN SISTEM

PENGELOLAAN SAMPAH

3R BERBASIS

MASYARAKAT

· Aspek Teknis

Operasional

· Aspek

Kelembagaan

· Aspek

Pengaturan

· Aspek

Pendanaan

· Aspek Peran

Serta

Masyarakat

PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R

KEBERLANJUTAN

PROGRAM

PENGEMBANGAN

DAN REPLIKASI

Tahap 1

( Bulan Februari)

Tahap 6

(Bulan

Desember)

Tahap 2

( Bulan Maret)

Tahap 3

(Bulan

April)

Tahap 7

Tahap 4

(Bulan Mei)

DED DAN RABSATKER

Page 38: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

6

2.2 Seleksi Kota/Kabupaten

Tahapan seleksi Kota/Kabupaten merupakan tahap ke 2 setelah dilakukan sosialisasi ten-

tang pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada seluruh provinsi, instan-

si terkait, dan pemangku kepentingan lainnya. Seleksi Kota/Kabupaten dilaksanakan pada

setiap provinsi di Indonesia. Pada perencanaan seleksi Kota/Kabupaten maka diperlukan

kriteria sebagai berikut :

· Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi

penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum

dilengkapi dengan persetujuan alokasi lahan TPST sesuai dengan Tata Ruang.

· Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai

Dinas penanggung jawab.

· Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.

· Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf

dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.

· Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator

Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya.

Dalam perencanaan pemilihan Kota/Kabupaten, maka dapat digunakan metode scoring

seperti berikut :

Page 39: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

7

Kota/Kabupaten dengan total score tertinggi yang akan masuk dalam daftar pendek untuk

tapisan berikutnya.

KRITERIA SCORE

Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk

implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang

ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum.

5

Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang

kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab.

5

Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. 5

Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana

kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.

5

Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga

Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman

3R sebelumnya.

5

TOTAL SCORE 20

Page 40: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

8

2.3 Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan

melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh

daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Dinas Terkait melaksanakan sosialisasi

kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan sampah di

wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah berupa daftar panjang dari

lokasi yang berminat untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat. Untuk memilih lokasi yang tepat maka digunakan kriteria sebagai berikut :

2.3.1. Kriteria Umum :

· Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area

pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

· Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan

bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R

berbasis masyarakat.

· Ukuran lahan antara 750 – 1000 m2

· Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.

· Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat.

Page 41: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

9

2.3..2. Kriteria Fisik lingkungan:

· Permukaan air tanah di TPST >10 m

· Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS

Sampah.

· Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS

Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum / taman.

· Bebas banjir.

· Berada di lahan datar.

· Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan

yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah.

· Jarak lokasi ke permukiman lebih dari 200 m dari permukiman.

· Terletak 500 m dari jalan raya

· Berdampak minimal terhadap tata guna lahan.

· Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar.

2.3.3. Kriteria Sosial Ekonomi

· Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK.

· Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat.

· Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran

masyarakat secara spontan.

· Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah.

· Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum kepedulian

terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club jantung sehat, club manula,

pengelola kebersihan/sampah, dll

Page 42: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

10

Dalam tapisan awal untuk memperoleh daftar pendek dari lokasi yang akan digunakan

untuk pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat digunakan metode

scoring seperi berikut :

KRITERIA

SCORE

Kriteria Umum :

25

· Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama

dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat.

5

· Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat

pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

5

· Ukuran lahan antara 500 – 1000 m2

5

· Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.

5

· Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat

5

Page 43: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

11

KRITERIA

SCORE

Kriteria Fisik lingkungan:

50

· Permukaan air tanah di TPST >10 m

5

· Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan

sebagai lokasi TPS Sampah.

5

· Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan

sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk

fasilitas umum / taman.

5

· Bebas banjir.

5

· Berada di lahan datar.

5

· Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik

dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/

gerobak sampah

5

· Jarak lokasi TPST 500 m ke permukiman

5

· Berdampak minimal terhadap tata guna lahan

5

· Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat

dari luar.

5

Page 44: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

12

Kriteria Sosial Ekonomi

25

· Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK.

5

· Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan

lingkungan yang kuat.

5

· Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan

kesadaran masyarakat secara spontan.

5

· Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah.

5

· Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum

kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club

jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll

5

TOTAL SCORE

100

KRITERIA

SCORE

Page 45: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

13

2.4 Penyiapan Masyarakat

Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah

terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi keber-

lanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari tahap

ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan metoda

atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R,

lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat.

Pada perencanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan

yaitu :

· Pemilihan fasilitator

· Penelitian sosial

· Penelitian komposisi dan timbulan sampah

· Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat melalui Focal Group

Discussion (FGD) untuk memperoleh kesepakatan dalam :

Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan

Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R

Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat

Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

· Pelatihan yang terdiri dari :

Materi umum :

Sosialisasi perencanaan program

Pengertian pengelolaan sampah 3R

Pemahaman tentang sampah dan dampaknya

Aspek pendukung seperti kelembagaan, pendanaan, pengaturan, dan

teknis operasional

Page 46: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

14

Materi Teknis :

Sistem pengelolaan sampah

Daur ulang sampah non organik

Pengkomposan sampah

Peserta pelatihan :

Anggota KSM

Warga yang terlibat

2.4.1 Pemilihan Fasilitator

Pemilihan fasilitator dilakukan oleh Satuan Kerja PU bersama-sama dengan konsultan

lokal dengan kriteria sebagai berikut :

· Memiliki kemampuan baca dan tulis

· Memahami karakteristik masyarakat di lokasi terpilih

· Sehat jasmani dan rohani

· Bisa berkomunikasi dengan baik

· Mempunyai pengalaman dalam pemberdayaan

· Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator

· Memiliki pengetahuan dasar tentang persampahan (3R)

· Bersedia tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih

TFL adalah tenaga pendamping dari daerah yang bersangkutan dan dilatih agar menjadi

terampil dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan,

merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Kampung terutama yang berkaitan

dengan kegiatan pengelolaan sampah 3R.

Page 47: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

15

Setiap Tenaga Fasilitator mempunyai tugas dan tugas jawab sebagai berikut :

· Memfasilitasi dan membantu masyarakat untuk dapat membentuk dan membantu

pemilihan anggota KSM secara demokratis dengan memperhatikan kesetaraan jender

dan kesetaraan kaya-miskin.

· Memfasilitasi penyusunan Rencana kerja masyarakat, periode pelaksanaan

pembangunan sarana 3R sesuai yang dibutuhkan masyarakat, dan pasca

pembangunan, yang meliputi :

Pelaksanaan pelatihan lanjutan tentang pelaksanaan kegiatan 3R khususnya tata

cara operasional peralatan di lokasi 3R terpilih, pemilihan metode pengomposan

dengan teknologi yang tepat guna, dan mudah.

Bantuan dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengidentifikasi masalah-masalah

kebersihan yang berhubungan dengan masalah persampahan yang dihadapi oleh

masyarakat dan merumuskan strategi untuk mengatasi masalah dengan

menggunakan metologi yang sesuai.

Pelaksanaan teknis persampahan yang dibutuhkan

· Pelaksanaan pelatihan dan supervisi dalam pelaksanaan pembangunan dengan

pendekatan teknis pada kelompok masyarakat pelaksana 3R.

· Pemberian dukungan dan bantuan teknis pada masyarakat.

· Pelaksanaan pelatihan dan supervisi untuk masalah operasional dan pemeliharaan

dan perbaikan sarana 3R

· Pemdampingin dan pelatihan kelompok masyarakat dalam mengelola dana untuk

pembangunan sarana 3R

· Bantuan kepada masyarakat dalam melaksanakan monitoring sendiri pada

pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R.

· Melaporkan hasil kegiatan ditingkat masyarakat secara periodik (bulanan) kepada PU

Kota/Kabupaten atau Leading Dinas.

Page 48: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

16

2.4.2 Penelitian Sosial

Kegiatan survey sosial ini dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang akan

mempengaruhi keberlanjutan program 3R ini. Setidaknya ada 3 aspek yang perlu diketahui

dari masyarakat untuk mendukung keberhasilan program persampahan 3R terpadu yaitu :

norma, persepsi dan perilaku masyarakat tehadap sampah dan pengelolaannya. Dari ketiga

aspek tersebut maka akan diperoleh antara lain :

· Wawasan masyarakat terhadap lingkungan secara umum terutama terhadap

pengelolaan sampah,

· Tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak

baik

· Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah saat ini

· Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah

· Penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah terpadu 3R

· Kesanggupan masyarakat dalam iuran sampah

Tahapan perencanaan survey sosial terdiri dari :

· Penentuan jumlah responden, yaitu menentukan jumlah warga yang akan dijadikan

responden dalam penelitian dengan cara sebagai berikut :

Menentukan populasi (jumlah seluruh warga) dari lokasi yang akan melaksanakan

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,

Menentukan jumlah populai per strata tingkat kemapanan ekonomi jika akan

dilakukan survey sosial per strata yaitu : strata tempat tinggal pendapatan tinggi,

sedang, dan rendah,

Menentukan jumlah responden sesuai kaidah ilmu statistik yang berlaku.

Pemberitahuan atau permintaan izin dari instansi terkait dan pengurus wilayah

(RT/RW/Lurah).

Page 49: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

17

· Penyusunan kuesioner, yaitu bahan acuan untuk melakukan pendataan yang dapat

dilakukan secara pasif dengan membagikan kuesioner kepada responden atau aktif

dengan wawancara langsung. Pada penyusunan kuesioener perlu diperhatikan :

Data tentang masyarakat yang ingin dikumpulkan,

Pertanyaan yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak

· Pengarahan surveyor yaitu memberikan pengarahan terhadap calon pewawancara jika

akan dilakukan survey dengan wawancara langsung. Beberapa persyaratan untuk

surveyor adalah :

Mengenal daerah yang akan disurvey

Memiliki latar belakang sosial (dari mahasiswa jurusan sosial)

Memiliki kemampuan wawancara.

· Pelaksanaan survey , pelaksanaan survey ini dilakukan sesuai jadwal yang telah

ditentukan dengan memperhatikan :

Waktu pelaksanaan yang tidak mengganggu responden

Bukan pada saat yang sama dengan kegiatan khusus misalnya pilkades, lebaran,

dan lain-lain

· Pengolahan dan analisa data survey

· Perumusan hasil pelaksanaan survey, yaitu kesimpulan survey yang dapat dirumuskan

melalui eberapa metoda :

Sosial mapping dari lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

Tingkat kemauan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R

Page 50: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

18

2.4.3 Penelitian Komposisi dan Timbulan Sampah

Komposisi sampah di berbagai kota di Indonesia pada umunya didominasi oleh sampah

organic yang dapat mencapai 70% dan non-organik 30%. Dari jumlah tersebut 75% sampah

tersebut dihasilkan dari kegiatan permukiman (SNI tentang Timbulan Sampah Kota Sedang

dan Kecil, 1977). Semakin maju tingkat ekonomi suatu kota/Negara, menunjukkan

kecenderungan semakin menurunnya komponen sampah organic dan meningkatnya

komponen sampah organic seperti kertas, plastik, logam.

Secara umum komposisi sampah dapat dibedakan dalam beberapa komponen yaitu:

a. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun

b. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran, dll.

c. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas kemasan, jerigen, dll.

d. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll

e. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll

f. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll

g. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll

h. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian bekas/rusak,dll

i. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang tidak

termasuk dalam kategori diatas

j. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas kemasan

insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray, obat-obatan kedaluarsa, dan

lain sebagainya.

Page 51: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

19

Tujuan dari survey timbulan dan komposisi sampah ini adalah untuk mendapatkan suatu

besaran nilai timbulan sampah yang selanjutnya digunakan dalam perencanaan dan

pengelolaan sampah

Perencanaan penelitian lapangan komposisi dan timbulan sampah dilakukan dalam

beberapa tahapan kegiatan yaitu :

· Menentukan wilayah yang akan diteliti

· Menentukan jumlah rumah yang akan diteliti,

· Mempersiapkan peralatan dan tenaga peneliti

· Mengurus perizinan dari instansi terkait

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari:

· Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter;

· Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm X 20 cm X 100 cm yang

dilengkapi dengan skala tinggi

· Timbangan (0 - 5 ) kg dan ( 0 – 100 ) Kg

· Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran ( 1,0 m X 0,5 m X 1,0 m) yang

dilengkapi dengan skala tinggi;

· Perlengkapan berupa alat pemindah ( seperti sekop) dan sarung tangan

2.5 Pemilihan Sistem Pengelolaan Sampah terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat terdiri dari dua alternatif

sesuai dengan lingkup pelayanannya yaitu :

· Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga

· Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Kawasan

Page 52: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

20

SKALA RUMAH TANGGA

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga adalah

sistem pengelolaan sampah yang menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam

mengurangi sampah di sumbernya yaitu rumah tangga.

Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut :

· Masyarakat di wilayah pelayanan bersedia melakukan pengolahan sampahnya secara

mandiri

· Tidak ada lokasi yang memadai untuk pengolahan sampah secara terpusat

· Dukungan dari tokoh masyarakat

· Dukungan dari pemerintah lokal setempat

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

TPST

KOMPOS

MATERI DAUR

ULANG

RESIDU

PENANGANAN

B3 LANJUTAB

LAPAK

TPA

GEROBAK/

MOTOR 3R

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Page 53: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

21

SKALA KAWASAN

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Skala Kawasan adalah sistem pengelolaan sampah

yang melakukan pengurangan sampah secara terpusat di lokasi tertentu.

Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut :

· Ada lokasi untuk TPST (mendekati 1000 m2) untuk pengolahan sampah secara

terpusat

· Dukungan dari masyarakat sekitar lokasi

· Dukungan tokoh masyarakat

· Adanya Kelompok Kerja Masyarakat sebagai pengelola

· Adanya pendanaan yang cukup

· Dukungan dari pemerintah lokal setempat

Pada penerapannya, dapat dilakukan kombinasi antara kedua sistem tersebut sesuai

dengan kemauan masyarakat setempat.

2.6 Pemilihan Teknologi

Teknologi atau metoda yang berkaitan dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarkat sangat terkait erat dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat yang pada umumnya terdiri dari subsistem pewadahan, subsistem komposter

rumah tangga, subsistem pengumpulan, dan subsistem pengolahan sampah terpusat untuk

kawasan.

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

TPST

KOMPOS

MATERI DAUR

ULANG

RESIDU

PENANGANAN

B3 LANJUTAB

LAPAK

TPA

GEROBAK/

MOTOR 3R

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Page 54: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

22

2.6.1 Teknologi Pewadahan

Subsistem pewadahan merupakan subsistem awal dalam sistem pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat yang merupakan subsistem yang bersentuhan langsung

dengan masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk peawadahan, maka ada beberapa

kriteria yang sebaiknya diikuti secara benar yaitu :

· Volume pewadahan minimal dapat menampung

sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3

hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk

sampah organik.

· Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah

untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari

pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan.

· Pada metoda pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R

maka setiap wadah dapat menyimpan sesuai jenis

sampah yang akan disimpan. Untuk itu pada

perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan

komposisi sampah setempat.

· Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara

lokal.

· Pada metoda pewadahan terpilah 3R, maka warna

wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah.

· Untuk menambah estetika yang lebih baik maka

wadah dilengkapi dengan tutup.

· Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun

pengosongan sampah.

· Mudah dalam perawatan.

Page 55: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

23

Perencanaan penentuan wadah sampah di sumbernya dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut :

· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan

sampah per orang per hari pada lokasi terpilih,

· Dari penelitian sosial, diperoleh :

Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga

Kebiasaan masyarakat membuang sampah.

· Untuk sampah campuran, volume wadah dihitung berdasarkan : (jumlah hunian rata-

rata) x 3 liter/orang/hari x 3 hari.

· Untuk program 3R, volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan

dipilah sebagai berikut :

Wadah sampah organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/

orang/hari x 1 hari.

Wadah sampah non organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non

organik/orang/hari x 3 hari.

· Pemilihan warna dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

Warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk

Warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu

tergantung jenis sampah yang dipilah)

Warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun.

2.6.2 Teknologi Pengkomposan dengan Komposter

Dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengolahan

sampah di rumah tangga merupakan salah satu kegiatan penting dalam daur ulang

sampah. Penggunaan komposter dalam proses pengkomposan sampah organik di rumah

tangga. Beberapa teknologi komposter rumah tangga yang sekarang ini banyak digunakan

antara lain :

Page 56: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

24

Keranjang Tatakura

Drum komposter statis. Drum komposter putar

Kriteria dalam pemilihan komposter rumah tangga adalah :

· Volume komposter minimal dapat menampung sampah organik dari dapur untuk

jangka waktu minimal 40 hari.

· Satu rumah minimal menyediakan 2 (dua) unit komposter.

· Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga

umur teknis dari komposter minimal dapat mencapai 1 tahun.

· Terdapat lubang pengudaraan yang cukup

· Bahan pembuatan komposter paling baik dapat diperoleh secara lokal.

· Harus dilengkapi dengan tutup.

· Mudah dalam operasi pemasukan maupun pengosongan sampah.

· Mudah dalam perawatan.

Page 57: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

25

Pada perencanaan pengkomposan sampah organik skala rumah tangga, maka dilakukan

beberapa tahapan antara lain :

· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan

timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, asumsi rata –rata 3 liter /

orang/hari

· Dari penelitian sosial, diperoleh :

Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga

Kebiasaan masyarakat membuang sampah.

· Volume komposter sampah organik dari dapur dapat ditentukan melalui perkiraan

sebagai berikut : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/orang/hari x

40 hari x 0,2. Rata-rata volume komposter 50 liter, jika tingkat hunian lebih dari 5

orang, maka dapat digunakan kelipatannya.

· Diperlukan minimal dua komposter untuk setiap rumah tangga, dengan tata cara

penggunaan, komposter yang sudah penuh perlu didiamkan selama sebulan lagi

dan dipanen jika komposter satunya sudah penuh.

2.6.3 Teknologi Daur Ulang Sampah Non Organik Skala Rumah Tangga

Daur ulang sampah non organik untuk kertas dan plastik dapat dilakukan di rumah tangga.

Dari best practice yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, daur

ulang sampah non organik kertas dan plastik biasanya untuk membuat barang seni seperti

kertas seni, tas plastik, hiasan plastik, dll.

Kriteria daur ulang sampah non organik :

· Tidak berbahaya bagi kesehatan

· Tidak menggunakan bahan kimia beracun

· Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan

· Mudah dilaksanakan

Page 58: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

26

Secara umum, perencanaan kegiatan daur ulang sampah non-organik dapat dilaksanakan

berdasarkan beberapa hal dibawah ini, antara lain:

Sampah yang akan didaur ulang sebaiknya berupa bahan yang terdiri dari kertas, plastik,

karet/kulit dan logam. Bahan ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun dalam

pelaksanaannya memerlukan penanganan khusus (pemilahan sesuai jenis dan bahan

penyusunnya), merupakan bahan daur ulang kualitas baik, dan dipilah sejak dari

sumbernya

Pemasaran produk daur ulang, dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama

dengan pihak lapak besar atau langsung dengan industri/organisasi pengguna bahan

tersebut (misal industri kertas daur ulang, industri pengolah logam, pengolah karet bekas,

dll)

Untuk limbah yang dikategorikan sebagai bahan B3, sebaiknya bahan ini hanya

dikumpulkan dalam wadah khusus yang tidak mudah bocor dan diberi label. Daur ulang

bahan B3 ini sebaiknya di koordinasikan dengan pihak pengumpul resmi yang memiliki ijin

atau dinas kebersihan kota/kabupaten.

2.6.4 Teknologi Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan sampah

dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau tidak langsung melalui

penggunaan gerobak atau motor sampah. Pada kasus sistem pengelolaan sampah terpadu

3R berbasis masyarakat maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan gerobak atau

motor sampah. Dalam perencanaan teknologi pengumpulan maka digunakan beberapa

kriteria sebagai berikut :

Page 59: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

27

· Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani

300 jiwa atau sekitar 60 kk untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Untuk timbulan

yang berbeda (sesuai hasil penelitian lapangan) maka cakupan pelayanan satu unit

pengumpul dapat diperkirakan sebagai berikut : 1000 liter/(timbulan sampah dlm liter/

orang/hari).

· Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah

· Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah.

· Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan :

Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan

sesuai hasil pemilahan

Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu

· Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun

· Menggunakan ban angin.

Perencanaan pengumpulan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Menggunakan

beberapa tahapan sebagai berikut :

· Pendataan jumlah warga pada lokasi terpilih

· Penentuan jumlah gerobak atau motor 3R yang dibutuhkan dengan cara :

((jumlah warga) x jumlah timbulan sampah/orang/hari)/1000 liter/rit per hari.

· Pemilihan jenis pengumpul dilihat dari topografi lokasi

· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat

· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :

Biaya tetap :

Pegawai

Asuransi

Pemeliharaan

Biaya variabel :

Bahan bakar

· Penyusunan jadwal pengumpulan

Page 60: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

28

2.6.5 Teknologi Pengolahan Sampah Skala Kawasan

Teknologi pengolahan sampah terpadu skala kawasan yang disebut juga dengan Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tempat pengolahan sampah terpadu berdasarkan

best practice yang ada biasanya terdiri dari proses pemilahan, pengkomposan dan proses

pengemasan bahan non organik untuk daur ulang. Dari TPST ini akan keluar produk berupa

kompos dan bahan lapak. Pada perencanaan teknologi pada TPST maka ada beberapa

kriteria antara lain :

· Fasilitas TPST terdiri dari :

Luas lahan yang paling baik mendekati 1.000 m2 untuk keperluan lahan

pengkomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan.

Bangunan pelindung untuk :

Areal pemilahan

Areal pengkomposan

Kantor pengendali

Gudang penyimpanan

Peralatan mesin pendukung :

Pencacah organik

Pengayak kompos

Pencacah plastik

Buffer Zone

Page 61: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

29

· Karakteristik proses pengkomposan :

Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open

windrows mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter

dan panjang minimal 2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan

yang ada).

Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan

metode caspary lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan tinggi 1

meter.

Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan

metode open bin : lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1

meter.

· Data yang dibutuhkan :

Jumlah warga yang terlayani

jumlah sampah yang akan diolah di TPST.

Tersedianya data komposisi sampah.

Page 62: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

30

Perencanaan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dilakukan pada beberapa

tahapan :

· Penentuan wilayah/jumlah warga yang akan dilayani

· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah

yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik.

· Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk

pengkomposan sampah ada beberapa pilihan : teknologi open windrows, teknologi

caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada.

· Menentukan layout dari TPST dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang

akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada.

· Menentukan organisasi pengelola

· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat

· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :

Biaya tetap :

Pegawai

Asuransi

Pemeliharaan

Biaya variabel :

Bahan bakar

Listrik

2.7 Perancangan Model Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Untuk perancangan model pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka

akan digunakan asumsi pengelolaan satu kawasan dengan jumlah jiwa dikelola 1.000

orang atau setara dengan 200 rumah (1 rumah diperkirakan 5 penghuni).

Page 63: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

31

2.7.1 Sistem Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga

Diagram alir pada sistem peneglolaan sampah skala rumah tangga adalah seperti Gambar

berikut :

Gambar 2.1. Diagram pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

TPST

KOMPOS

MATERI DAUR

ULANG

RESIDU

PENANGANAN

B3 LANJUTAB

LAPAK

TPA

GEROBAK/

MOTOR 3R

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Page 64: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

32

Modul 3R-1000 skala rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut :

· Melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk

· Tidak mempunyai lahan kosong.

· Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah

adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari

· Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian

timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya

40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik.

· Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan

karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah

tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter.

· Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga

membutuhkan 400 unit komposter.

· Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 2 unit.

Page 65: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

33

Spesifikasi dari pewadahan sampah non organik adalah sebagai berikut :

· Volume wadah 50 liter

· Bahan terbuat dari bahan tahan air

· Dilengkapi tutup

· Warna terang

Spesifiaksi komposter :

· Volume 50 liter

· Berlubang pada dinding dan dasar

· Dilengkapi tutup

· Bahan komposter terbuat dari bahan tahan air

Spesifikasi gerobak:

· Volume bak 1 m3

· Terbuat dari bahan tahan air

· Menggunakan ban angin

· Lebar maksimal 1 meter

· Mudah dalam mengoperasikan

Spesifikasi motor 3R :

· Volume bak 1,2—1 ,5 m3

· Terbuat dari bahan tahan air

· Menggunakan ban angin

· Mudah dalam mengoperasikan

Page 66: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

34

Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah

Gerobak Sampah Tercampur

Motor Sampah

Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah

Page 67: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

35

2.7.2 Modul Pengelolaan sampah Terpadu 3R berbasis masyarakat skala

kawasan 200 KK

Diagram alir pada sistem pengelolaan sampah skala kawasan di TPST adalah seperti pada

Gambar 2.2. Diagram alir ini dengan asumsi tidak ada pemilahan di rumah tangga.

Gambar 2.2. Diagram Alir Sistem Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

TPST

KOMPOS

MATERI DAUR

ULANG

RESIDU

PENANGANAN

B3 LANJUTAB

LAPAK

TPA

GEROBAK/

MOTOR 3R

SKALA SUMBER SKALA KAWASAN

Page 68: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

36

Modul 200 KK mempunyai karakteristik sebagai berikut :

· Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk

· Mempunyai lahan kosong

· Diasumsikan 50 % warga bersedia mengkomposkan.

· Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang

diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari

· Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil

penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best

practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik.

· Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan

karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah

tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter.

· Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga

membutuhkan 200 unit komposter.

· Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 3 unit.

· TPST dengan karakteristik :

Luas lahan keseluruhan 200 m2

Terdapat fasilitas pemilahan, pengkomposan dan penangan barang daur ulang.

Lahan pengkomposan 100 m2 dengan 8 tumpukan.

· Sampah non organik dikemas di TPST dan dikirim ke lapak.

Page 69: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

37

Spesifikasi TPST :

· Kapasitas 3 m3 per hari

· Melayani 200 kk atau 1000 jiwa

· Metode pengkomposan open windrows dengan ukuran lebar 1,5 meter, panjang 2

meter, tinggi 1,5 meter

· Pemilahan dilakukan manual tanpa ban berjalan

· Alat pengemas bahan non organik manual.

· Pembalikkan tumpukan dilakukan secara manual.

· Jumlah tumpukan (open windrows) 14 unit.

· Hasil kompos 1,2 ton per hari.

· Waktu panen 40 hari.

· Mesin pendukung :

Alat pengayak kompos

Alat pencacah organik

2.8 Perencanaan Peneglolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mencakup pengorganisasian,

pembiayaan, dan pengoperasian TPST.

Page 70: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

38

2.8.1 Kelembagaan.

Pengorganisasian pengelolaan TPST sesuai aliran proses pengolahan sampah. Struktur

organisasi TPST adalah sebagai berikut :

SDM yang diperlukan untuk seluruh kerja TPST diperkirakan 5 orang untuk pekerja

lapangan, 1 orang untuk bendahara merangkap sekretaris, dan satu kepala unit,.

KEPALA TPST

SEKSI

PEMILAHAN

BENDAHARASEKRETARIS

SEKSI

PENGKOMPOSAN

SEKSI

DAUR ULANG

SEKSI

PEMASARAN/

PEMANFAATAN

SEKSI

DIKLAT

Page 71: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

39

2.8.2 Pengoperasian TPST

Pengoperasian TPST dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

· Pemilahan sampah :

Pembongkaran sampah dari gerobak/motor sampah

Penyebaran sampah dipelataran pemilahan

Pemilahan sampah organik dan non organik secara manual

Pemilahan sampah non organik berdasar komponen

· Pengkomposan :

Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang ditentukan

Pembalikan tumpukan satu kali seminggu

Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan

Pematangan kompos

Pengeringan

Pengayakan

Pengemasan

· Daur ulang non organik

Pemilahan komponen non organik sesuai permintaan lapak

Pengemasan per komponen non organik terpilah

Pengiriman bahan lapak.

Page 72: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

40

2.8.3 Pembiayaan

Pembiayaan TPST terdiri dari biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap

dan biaya variabel.

Biaya Investasi.

Biaya investasi sebenarnya harus mengikuti harga satuan setempat. Untuk perkiraan maka

digunakan pengalaman dari Best Practice yaitu berkisar antara Rp. 100 juta – 250 juta per

ton kapasitas.

Biaya Operasi

Biaya operasi TPST yang terdiri dari :

· Biaya tetap :

Pegawai yang besarnya sesuai dengan Upah Minimum Regional setempat.

Asuransi yang berkisar 10 % dari biaya pegawai.

Pemeliharaan :

Bangunan sekitar 1 % dari investasi bangunan per tahun

Listrik sekitar 1,5 % dari investasi listrik per tahun

Mesin 3 % dari nilai investasi mesin per tahun.

· Biaya variabel :

Bahan bakar

Listrik

Page 73: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

41

2.8.4 Pengaturan

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman,

diperlukan beberapa surat keputusan untuk mengatur kelancaran operasi dari sistem yaitu :

· Surat keputusan mengenai pembentukkan organisasi pengelola (Kelompok Swadaya

Masyarakat yang dikeluarkan oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat)

· Surat Keputusan mengenai tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah

oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat)

· Surat Keputusan mengenai iuran pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/

Camat)

Page 74: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

42

BAB III

PENUTUP

Pedoman Perencanaan Kegiatan 3R Berbasis Masyarakat ini merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari ketiga buku pedoman lain. Pedoman ini merupakan dasar yang harus

ditindak lanjuti didalam buku 3 (tiga) tentang Pedoman Pelaksanaan dan buku 4 (empat)

tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan.

Pedoman perencanaan ini meliputi seleksi kota/kabupaten, seleksi lokasi, penyiapan

masyarakat, pengumpulan data, pemilihan teknologi, perancangan modul, dan

pengoperasian prasarana dan sarana.

Page 75: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Pedoman Pelaksanaan 3 R

Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU III

Page 76: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

DAFTAR ISI BUKU III : PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS

MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.3 SASARAN

2. PERSIAPAN PELAKSANAAN 3R

2.1 SELEKSI KOTA/KABUPATEN

2.2 SELEKSI LOKASI

2.3 PEMILIHAN FASILITATOR

2.4 SURVEY LAPANGAN

3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3.1 PENENTUAN KELEMBAGAAN

3.2 RENCANA KERJA MASYARAKAT

3.3 PENDAMPINGAN MASYARAKAT

3.4 PELATIHAN

3.5 ASPEK PEMBIAYAAN

4. PENGELOLAAN SAMPAH 3R SKALA INDIVIDUAL/ RUMAH TANGGA

4.1 PEMILIHAN TEKNOLOGI SKALA RUMAH TANGGA

4.2 CONTOH PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA

5. PENGELOLAAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN

5.1 PENENTUAN LOKASI TPST

5.2 PENENTUAN TEKNOLOGI SKALA KAWASAN

6. KEBERLANJUTAN PROGRAM

7. PENUTUP

Page 77: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah kedua

setelah dilaksanakannya perencanaan kegiatan. Pelaksanaan ini merupakan dasar

dalam pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu

perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan.

Pedoman pelaksanaan ini meliputi seleksi kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey

lapangan, analisa, pemilihan teknologi, pemilihan fasilitator, penyusunan rencana

kerja, penyusunan peraturan, kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat.

Selain itu, pedoman pelaksanaan ini meliputi juga pedoman pelaksanaan

pembangunan, operasi dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta

pengembangan dan replikasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya buku Pedoman pelaksanaan 3R sampah berbasis masyarakat

adalah untuk membantu secara teknis pelaku di lapangan dalam pelaksanaan

kegiatan 3R sampah mulai dari skala rumah tangga sampai skala kawasan.

Tujuannya adalah memberikan informasi secara mendalam mengenai uraian teknis

pelaksanaan 3R sampah mulai skala rumah tangga sampai skala kawasan.

Page 78: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3

1.3 SASARAN

Tersedianya pedoman pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat

meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.

Page 79: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

4

BAB II

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R

BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN

2.1 Pendahuluan

Pendekatan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di

permukiman mengacu pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan

pada Buku Pedoman I.

Tahap 5

(Bulan

Oktober)

PERSIAPAN

SELEKSI KOTA/

KABUPATEN

SELEKSI LOKASI

SELEKSI

FASILITATOR

SURVAI LAPANGAN

(SAMPAH DAN

SOSIAL)

PEMILIHAN METODA

DAN TEKNOLOGI 3R

PENYIAPAN

MASYARAKAT

PENYUSUNAN

RENCANA KERJA

MASYARAKAT

PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R

· Sosialisasi 3R

· Verifikasi Teknologi

Pengolahan

· Pemilihan Lokasi TPST (utk

kawasan)

· Pembentukan Kelompok

Swadaya Masyarakat

PELAKSANAAN

PENGELOLAAN SAMPAH 3R

BERBASIS MASYARAKAT

MONITORING DAN

EVALUASI

PENDAMPINGAN

PERENCANAAN SISTEM

PENGELOLAAN SAMPAH

3R BERBASIS

MASYARAKAT

· Aspek Teknis

Operasional

· Aspek

Kelembagaan

· Aspek

Pengaturan

· Aspek

Pendanaan

· Aspek Peran

Serta

Masyarakat

PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R

KEBERLANJUTAN

PROGRAM

PENGEMBANGAN

DAN REPLIKASI

Tahap 1

( Bulan Februari)

Tahap 6

(Bulan

Desember)

Tahap 2

( Bulan Maret)

Tahap 3

(Bulan

April)

Tahap 7

Tahap 4

(Bulan Mei)

DED DAN RABSATKER

Page 80: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

5

2.2 Seleksi Kota/Kabupaten

Untuk melaksanakan pemilihan kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengeolaan

sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

· Satuan kerja Departemen PU di provinsi bersama-sama dengan konsultan lokal,

konsultan pusat dan Dit PLP-PU pusat melaksanakan workshop satu hari dengan

materi:

Penjelasan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di

permukiman dari PLP-Dep PU Pusat.

Pemahaman mengenai sistem pengelolaan sampah oleh PLP-Dep PU Pusat

Pemahaman mengenai pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di

permukiman oleh tim pakar

Pengalaman pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman

(best practice) oleh praktisi lapangan.

· Peserta workshop adalah :

Dinas PU dari kota/kabupaten

Dinas yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dari kota/kabupaten

LSM

PROSES SELEKSI KOTA/KABUPATEN

DAFTAR KOTA

DALAM SATU PROPINSI

KOTA TERSELEKSI

SOSIALISASI 3R

&

PROGRAM PENGELOLAAN

SAMPAH 3R BERBASIS

MASYARAKAT

- Adanya surat minat yang ditanda-tangani

Walikota/Bupati

- Adanya Dinas Penanggung Jawab

- Berpengalaman dalam implementasi program

pembangunan masyarakat secara partisipatif

di wilayah kota

- Kontribusi biaya sarana fisik, sarana kantor,

dan staff dinas penanggung jawab sebagai

fasilitator

Page 81: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

6

· Membagikan format isian bagi kota/kabupaten yang berminat untuk melaksanakan

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman yang juga

berisi syarat-syarat untuk dipenuhi yaitu :

Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi

penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen

Pekerjaan Umum dilengkapi dengan persetujuan lahan TPST yang sesuai

dengan Tata Ruang.

Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan

sebagai Dinas penanggung jawab.

Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.

Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor

dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.

Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga

Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R

sebelumnya

· Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan kota/kabupaten yang berminat.

· Penerimaan format isian dan dokumen persyaratan yang harus diperunuhi (2

minggu setelah workshop).

· Tik teknis melakukan proses pemilihan :

Melakukan verifikasi data

Melakukan proses scoring

Melaporkan hasil pemilihan ke Satker

· Satker menghubungi kota terpilih dan melaporkan ke PLU-Dep PU Pusat.

Page 82: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

7

2.3 Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan

melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh

daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Leading Dinas Terkait melaksanakan

beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut :

Pemilihan Daftar Pendek (Short List) calon lokasi

· Satuan kerja Departemen PU di provinsi bersama-sama dengan konsultan lokal,

konsultan pusat , Leading Dinas dan Dit PLP-PU pusat melaksanakan workshop satu

hari dengan materi:

Penjelasan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di

permukiman dari PLP-Dep PU Pusat.

Pemahaman mengenai sistem pengelolaan sampah oleh PLP-Dep PU Pusat

Pemahaman mengenai pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di

permukiman oleh tim pakar

Pengalaman pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman

(best practice) oleh praktisi lapangan.

· Peserta Workshop adalah :

Dinas terkait pada kebersihan dan pengelolaan sampah kota

Perwakilan dari camat/lurah/kepala desa

Perwakilan warga dari kelurahan/desa

Kelompok aktif di masyarakat

LSM

Perwakilan perguruan tinggi setempat.

Page 83: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

8

· Membagikan format isian bagi wilayah yang berminat untuk melaksanakan pengelolaan

sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman.

· Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan lokasi yang berminat.

· Penerimaan format isian dan dokumen proposal singkat dari peminat (2 minggu

setelah workshop). Proposal singkat memuat data sesuai acuan kriteria lokasi pada

Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

di Permukiman

· Penyusunan daftar panjang lokasi yang berminat.

· Tim teknis melakukan proses pemilihan :

Melakukan verifikasi data

Melakukan proses scoring sesuai dengan acuan dari Buku II Pedoman

Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di

Permukiman

Menyusun daftar pendek lokasi yang berminat

Melaporkan hasil pemilihan ke Satker

Pemilihan Lokasi

Setelah diperoleh daftar pendek (short list) calon lokasi maka dilakukan beberapa tahapan

sebagai berikut :

Presentasi perwakilan Calon Lokasi pada daftar pendek

· Presentasi kepada beberapa kampung shorlist yang memenuhi syarat minimal

diruang pertemuan dinas / instasi penanggungjawab.

· Mengundang 3 – 5 orang wakil dari beberapa kampung shorlist.

· Presentasikan program PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

– oleh contoh – putar film (oleh Dinas penanggung jawab).

Page 84: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

9

Hasil yang diharapkan :

· Permintaan presentasi kepada stakeholder lokasi yang berminat di balai pertemuan

Kampung /Lingkungan / RT/RW.

· Surat Undangan dari masyarakat untuk melakukan survai cepat (Rapid Paticipatory-

RPA).

· Syarat untuk mengikuti seleksi lokasi.

RAPID PARTICIPATORY ASSESSMENT (RPA).

· Dilakukan di lokasi yang menyatakan minat terhadap program PENGELOLAAN SAMPAH

TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT dan melibatkan masyarakat kampung./desa.

· Pelaksanaan RPA adalah :

Persiapan tim fasilitator

Penyiapan logistik, materi dan alat-alat lainnya

Kontak dengan masyarakat

Menentukan waktu dan tempat

Melaksanakan pertemuan sesuai skedul dan kesepakatan

Komunikasi dan koordinasi dengan semuat pemangku kepentingan.

· Waktu dan tempat :

Keseluruhan waktu untuk pelaksanaan RPA biasanya sekitar 20 jam dengan 6

metoda.

Waktu pelaksanaan biasanya antara jam 19:00 – 23:00 dalam 2 – 3 kali

seminggu.

Tempat di balai desa atau ruang pertemuan warga

Wakil masyarakat mempresentasikan konsolidasi scoring hasil RPA.

Page 85: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

10

SELEKSI LOKASI TERPILIH.

Seleksi Kampung dan Lokasi terpilih sebagai berikut :

· Memfasilitasi masyarakat dalam melakukan seleksi yang dilakukan secara sendiri

· Masyarakat kampong yang ikut seleksi mempretansikan kondisi kampung/desanya.

· Masyarakat menghitung dan menentukan sendiri kampung/desa yang paling siap

untuk tempat implementasi program PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT.

· Penandatanganan Berita Acara/BAP hasil Seleksi Kampung/desa adalah :

· Memberi waktu untuk konfirmasi lahan dsb kepada pemenang kampung ke – 1 (satu)

dengan tenggat waktu tertentu.

· Bila pemenang ke-1 bermasalah , beri kesempatan kepada pemenang kampung ke-2.

· Penetapan lokasi oleh Bupati/Walikota sesuai dengan Tata Ruang

PROSES SELEKSI LOKASI

DAFTAR LOKASI

LOKASI TERPILIH

PROSES PEMILIHAN

LOKASI

LOKASI BERMINAT

SOSIALISASI 3R & PROGRAM

PENGELOLAAN SAMPAH 3R

BERBASIS MASYARAKAT

KRITERIA :

- Telah dan sedang melakukan kegiatan pelestarian

lingkungan seperti penghijauan lingkungan

- Adanya kelompok aktif di masyarakat

- Adanya tokoh masyarakat yang disegani

- Adanya permasalahan sampah

- Terdapat sejumlah rumah tangga yang berminat atau

mempunyai lahan kosong

- Dalam batas administrasi yang jelas (RT, RW, Kelurahan)

Page 86: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

11

2.4 Penyiapan Masyarakat

Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah

terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi

keberlanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari

tahap ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan

metoda atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah

terpadu 3R, lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat.

Pada pelaksanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan

yaitu :

Pemilihan fasilitator

Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih

Penelitian sosial

Penelitian komposisi dan timbulan sampah

Sosialisasi kepada masyarakat

Pemilihan lokasi, sistem dan teknologi pengelolaan sampah terpadu 3R

Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Pendampingan masyarakat

pelatihan

Page 87: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

12

2.4.1 Pemilihan Fasilitator

· Satuan kerja Dep. PU provinsi bersama konsultan daerah membuat pengumuman di

mass media mengenai kebutuhan fasilitator daerah dalam rangka pengelolaan sampah

tepadu 3R berbasis masyarakat di permukiman.

· Penerimaan dokumen lamaran dari fasilitator

· Penyusunan daftar panjang calon fasilitator

· Penyusunan daftar pendek calon fasilitator dengan tapisan awal sesuai kriteria pada

Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

di Permukiman tentang kriteria fasilitator.

· Melakukan wawancara kepada daftar pendek calon fasilitator yang berisikan :

Pemahaman terhadap karakteristik masyarakat di lokasi terpilih

Pengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat

Kesiapan untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman

Pengetahuan dasar tentang persampahan dan program 3R

Kesediaan tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih

· Pelatihan fasilitator tentang pengelolaan sampah terpadu 3R.

PROSES SELEKSI FASILITATOR

DAFTAR PEMINAT

FASILITATOR

TERPILIH

DAFTAR PENDEK

CALON

PROSES PEMILIHAN

FINAL

PENAPISAN AWAL

- Memiliki kemampuan baca tulis

- Sehat jasmani dan rohani

- Berpengalaman dalam pemberdayaan

- Memahami karakteristik masyarakat lokal

- Mampu berkomunikasi dengan baik

- Memiliki waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas sebagai fasilitator

- Memiliki pengetahuan dasar tentang

persampahan

- Bersedia tinggal dan bekerja sama dengan

masyarakat di lokasi terpilih

Page 88: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

13

Tugas fasilitator antara lain :

· Menyiapkan daftar panjang wilayah

· Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan teknis minimal

· Mengisi form daftar pendek kampung berdasarkan hasil pengecekan lapangan

dan meminta pengesahan dari kepala dinas.

· Mengundang stakeholder masyarakat yang masuk dalam daftar pendek untuk

sosialisasi 3R

· Menindak lanjuti penjelasan kepada masyarakat sesuai permintaan

· Melakukan kegiatan Rapid Participatory Assessment (RPA) dikampung yang

mengirim undangan

· Memfasilitasi pertemuan warga

· Membuat berita acara seleksi kampung

· Mengikuti pelatihan/training yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan

Propinsi dan menyampaikan hasil pelatihan pada masyarakat.

Page 89: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

14

2.4.2 Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih.

Satuan kerja Dep PU Provinsi, konsultan daerah dan fasilitator bersama-sama melakukan

pengumpulan data dasar melalui penelitian lapangan, untuk digunakan dalam pelaksanaan

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang terdiri dari :

· Data sosial

· Data timbulan dan komposisi sampah

Page 90: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

15

2.4.3 Penelitian Sosial

· Pelaksanaan penelitian sosial dilakukan dengan tahapan :

· Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang

diperlukan.

· Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu :

Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah terpadu

3R berbasis masyarakat.

Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat

ekonomi tinggi, menengah dan rendah.

Penentuan jumlah warga yang akan dijadikan responden sesuai kaidah penelitian

sosial yang berlaku, misalnya 5 % dari populasi. Untuk penelitian per strata tingkat

ekonomi, maka penentuan jumlah responden dilakukan proporsional.

Penentuan responden yang akan di wawancara secara acak (random).

Membuat daftar responden dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT

untuk pelaksanaan penelitian.

Mengirim surat pemberitahuan kepada responden.

· Penyusunan kuesioner terstruktur

· Pemilhan surveyor untuk pewawancara yang dapat diambila dari perguruan tinggi

setempat pada bidang sosial atau personil LSM/Kelompok aktif di masyarakat dengan

kemampuan bidang sosial.

· Penyusunan jadwal pelaksanaan penelitian lapangan

· Pengarahan surveyor

· Pelaksanaan survey

· Tim konsultan daerah melaksanakan pengawasan

· Pengolahan dan analisa data oleh tim konsultan daerah

· Pembuatan peta sosial (social mapping) dari lokasi tempat pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat.

Page 91: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

16

2.4.4 Penelitian Komposisi dan timbulan sampah.

· Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang

diperlukan.

· Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu :

Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat.

Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat

ekonomi tinggi, menengah dan rendah.

Penentuan rumah yang akan dijadikan pengambilan contoh sampah. Volume

sampah untuk penelitian komposisi minimal 0,5 m3 atau 500 liter sehingga

jumlah rumah untuk pengambilan contoh minimal 40 rumah.

Membuat daftar rumah dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT

untuk pelaksanaan penelitian.

Mengirim surat pemberitahuan kepada warga.

· Menentukan lokasi pemilahan dan penimbangan untuk penelitian komposisi sampah

· Persiapan logistik penelitian mengacu kepada Buku II Pedoman Perencanaan

Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman tentang

penelitian komposisi sampah berupa :

Kantong plastik untuk pengambilan sampel dari rumah

ATK untuk pencatatan

Ember, garu, terpal, dll., untuk penelitian komposisi sampah

Alat timbangan skala 100 kg dan 5 kg

Page 92: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

17

· Pelaksanaan penelitian lapangan, dilakukan selama 8 hari berturut-turut (dari

Senin ke Senin), atau lebih kecil frekuensinya sesuai biaya yang ada dengan

sebelumnya konsultasi kepada ahli sampah dengan cara :

Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah

1 hari sebelum pelaksanaan

Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah

Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah

Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran

Menimbang kotak pengukur

Menuangkankan secara bergiliran conto sampah ke kotak pengukur 40 liter

Menghentakan 3 kali kotak conto dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm

lalu dijatuhkan ke tanah

Mengukur dan mencatat volume sampah ( Vs)

Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs)

Menimbang bak pengukur 500 liter

Mencampur seluruh conto dari setiap lokasi pengambilan dalam bak

pengukur

Mengukur dan mencatat volume sampah total dan sampah terpisah

berdasarkan jenisnya

· Pengolahan dan analisa data.

· Pelaporan

Page 93: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

18

2.4.5 Sosialisi Kepada Masyarakat

Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat bertujuan untuk

memperoleh kesepakatan dalam :

· Pemilihan lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

· Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan

· Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R

· Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat

· Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

2.4.6 Pemilihan Lokasi, Sistem dan Teknologi Pengelolaan sampah terpadu 3R

Pelaksanaan sosialisasi 3R kepada masyarakat terutama dalam pemilihan lokasi, metoda

dan teknologi dapat dilakukan dengan metoda ”metaplan” dimana faktor diskusi sangat

minimal. Metode ini memungkinkan setiap peserta dapat mengungkapkan keinginan

tanpa dipengaruhi peserta lainnya. Pelaksanaan dari metode ini adalah sebagai berikut :

· Konsultan daerah dan Fasilitator membentuk panitia pelaksana

· Penyiapan alat berupa :

Spidol

Kertas metaplan tiga warna

Whiteboard

· Pelaksanaan dapat di balai desa atau ruang pertemuan warga

· Sesion pertama pemaparan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di

permukiman oleh tenaga ahli.

Page 94: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

19

· Sesion kedua adalah membagikan kertas ”metaplan” kepada peserta masing-masing

berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini

dilakukan :

Identifikasi masalah pengelolaan sampah lokal

Identifikasi kemungkinan cara pengelolaannya

Penggabungan pendapat dari peserta

Pengelompokan masalah

Pengelompokan cara pengelolaannya

· Sesion ke tiga adalah membagikan kertas ”metaplan” kepada peserta masing-masing

berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini

dilakukan :

Pemilihan masalah pengelolaan sampah yang paling penting untuk segera di

tangani sesuai hasil pengelompokkan pada sesion kedua.

Pemilihan cara pengelolaannya sesuai hasil pengelompokan pada sesion kedua

Sesion ke empatadalah penentuan cara pengelolaan yang paling banyak

diminati peserta yang mencakup sistem, lokasi dan pemilihan teknologi.

2.4.7 Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

Untuk pembentukan Rencana Kerja Masyarakat dari hasil yang telah diperoleh pada proses

metaplan maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut :

· Fasilitator bersama-sama masyarakat melaksanakan penyusunan kegiatan utama 3R

yang akan dilakukan didalam kegiatan pertemuan warga (misalnya: rembug warga,

FGD, pertemuan rutin warga, dll.). FASILITATOR bertindak sebagai fasilitator yang

bertugas mengarahkan proses diskusi penentuan kegiatan utama yang akan

dilaksanakan oleh warga dilokasi 3R. FASILITATOR sebelumnya mempersiapkan format

tabel isian seluruh kegiatan dan sub kegiatan 3R yang akan dilakukan.

Page 95: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

20

· Setelah didapatkan daftar kegiatan dan sub kegiatan, FASILITATOR bersama-sama

warga menentukan detail informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

tersebut, antara lain:

menetapkan periode pelaksanaan serta tahapannya yang dibutuhkan untuk

melaksanakan kegiatan/sub-kegiatan

menentukan penanggung jawab pelaksanaan setiap kegiatan sesuai dengan yang

akan dilaksanakan. Penentuan penanggung jawab ini sebaiknya melibatkan peran

serta warga yang ditentukan melalui musyawarah warga

menetapkan waktu awal dan akhir pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan

menetapkan anggota pelaksana kegiatan/sub kegiatan

menetapkan daftar kebutuhaan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk setiap

kegiatan/sub kegiatan

menetapkan alokasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan / sub-

kegiatan

menetapkan perkiraan target akhir penyelesaian kegiatan / sub-kegiatan beserta

indikator monitoring dan evaluasinya bagi setiap kegiatan/sub-kegiatan yang

dianggap telah selesai

· Setelah daftar kegiatan dan sub-kegiatan dianggap selesai, FASILITATOR bersama

warga melaksanakan pemeriksaan akhir dengan memfokuskan pada:

konsistensi pelaksanaan kegiatan/sub-kegiatan yang didasarkan pada alokasi

pembiayaan dan ketersediaan sumber daya dilapangan

beban kerja masing-masing anggota tim yang ditugaskan / penanggung jawab

kegiatan

konsisten dengan alokasi penetapan waktu yang telah direncanakan.

Pelaksanaan program 3R didasarkan atas azas kebutuhan masyarakat. Dalam

pelaksanaan pengelolaan sampah skala rumah tangga perlu dibuatkan jadwal kegiatan,

berdasarkan perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Page 96: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

21

2.4.8 Pendampingan Masyarakat

Kegiatan pendampingan merupakan langkah pemantauan atas pelaksanaan/terapan dari

seluruh rencana kegiatan. Kegiatan ini lebih difokuskan pada kelancaran teknis

pengelolaan sampah di sumber maupun di TPST. Dalam kegiatan ini tetap dilakukan

sosialisasi / kampanye program dalam upaya melakukan pengembangan atau Replikasi

ditempat lain.

2.4.9 Pelatihan

Pelatihan merupakan proses pembekalan atas pilihan teknologi yang akan dipakai,

sarana sosialisasi dan advokasi kepedulian warga terhadap program. Materi pelatihan

dimulai dari sistem pengolahan sampah skala rumah tangga, sampai terapan

pengolahan sampah skala kawasan.

Materi Pelatihan

Materi umum :

· Sosialisasi perencanaan program

· Pengertian Pengelolaan sampah 3R

· Pemahaman tentang sampah dan dampaknya

· Aspek Kelembagaan

· Aspek keuangan secara umum

Materi Teknis:

a. Pengelolaan sampah skala rumah tangga, meliputi:

· Proses pengumpulan

· proses pewadahan

· proses pemilahan

· proses pengolahan sampah organik

· proses pengolahan sampah non-organik

· proses pengolahan residu

· proses pemanfaatan hasil

Page 97: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

22

b. Pengelolaan sampah skala kawasan, meliputi:

· proses pengangkutan terpilah dari sumber

· proses pengumpulan

· proses pemilahan

· proses pengolahan sampah organik

· proses pengolahan sampah non-organik

· proses pengolahan residu

· proses pengolahan lindi

· proses penanganan B3

· proses pemanfaatan hasil

Jenis Pelatihan

· Pelatihan Untuk Pelatih (TOT)

· Pelatihan Untuk warga skala rumah tangga

· Pelatihan Untuk pelaksana pengelola skala kawasan

Peserta Pelatihan

· Fasilitator

· Organisasi Masyarakat 3R (KSM)

· Satker

· Warga yang terlibat langsung di lokasi 3R

· warga yang tidak terlibat langsung (dari lain lokasi)

Waktu Pelatihan

· Pelatihan TOT : 2 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)

· Pelatihan Pengelola 3R skala rumah tangga : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)

· Pelatihan Pengelola 3R skala kawasan : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori)

Metoda Pelatihan

· Ceramah (tutorial)

· Tanya jawab

· Diskusi Kelompok

· Kunjungan lapangan (studi banding)

Page 98: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

23

2.5 Aspek Pembiayaan

Aspek pembiayaan dalam kegiatan pengelolaan sampah 3R ini diperlukan untuk mem-

berikan panduan khususnya skala rumah tangga dan kawasan.

Pembiayaan skala rumah tangga dan kawasan ;

· pembelian/pengadaan sarana pewadahan

· pelatihan warga tentang pemilahan skala rumah tangga

· pembiayaan studi banding / benchmarking

· penguatan kelembagaan

· kunjungan

· pameran

· kampanye peranserta

· pembangunan TPST

· sarana pengolahan sampah organik –nonorganik

· sewa lahan

· tenaga kerja

· Listrik

· Suku cadang

Page 99: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

24

Bab III

PENGELOLAAN SAMPAH 3R

3.1. SKALA RUMAH TANGGA

Pada prinsipnya teknologi yang dipilih adalah tepat guna dan ramah lingkungan. Dalam

pengelolaan sampah skala rumah tangga melibatkan seluruh penghuni rumah, meliputi

kegiatan pengurangan (minimasi) dan penanganan sampah. Proses pengurangan dimulai

sejak sampah belum terbentuk, seperti menghemat penggunaan bahan, membatasi

konsumsi sesuai kebutuhan, memilih barang yang sedikit mengandung sampah dsb.

Penanganan adalah proses pengelolaan mulai dari pewadahan, pemilahan dan pengolahan.

Komponen pemilahan minimal dilakukan terhadap sampah yang mudah terurai, tidak

mudah terurai dan sampah B3. Pengelolaan dilakukan melalui upaya pemanfaatan kembali

sampah dan mendaur ulang, sesuai fungsinya seperti penggunaan botol minuman dan

kemesan lainnnya. Mendaur ulang dilakukan dengan memilih sampah menurut jenisnya

baik yang memiliki nilai ekonomi seperti plastik, kertas, gelas, logam dll, dikreasi menjadi

hasta karya. Adapun sampah material kompos yang mudah terurai diolah melalui

pengomposan. Pengolahan sampah material kompos harus dilakukan setiap hari.Dalam

mengolah sampah anorganik perlu dipertimbangkan kegiatan tersebut tidak berbahaya bagi

lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia beracun dan tidak menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan. Untuk limbah B3 ditangani secara khusus melalui pewadahan

tersendiri dan terpisah dari jenis sampah lain.

Pelaksanaan pemilihan teknologi dilakukan dengan sesuai dengan hasil survai sampah dan

sosial, satuan kerja PU bersama-sama dengan konsultan daerah membuat analisis dan

menentukan alternatif teknologi pengolahan yang akan diterapkan.

Page 100: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

25

RUMAH

TANGGA

ORGANIK

BAHAN

KOMPOS

ORGANIK

RESIDU

B3

NON

ORGANIK

KERAJINAN

TANGAN

NON

ORGANIK

RESIDU

KOMPOSTER KOMPOS

SAMPAH

CAMPUR

SKALA SUMBER

GEROBAK/

MOTOR 3R

Page 101: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

26

CONTOH PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Operasional Komposter Drum

Alat dan Bahan

Komposter dari drum plastik volume 30 liter. Drum dilubangi pada setiap sisi dan bagian

bawah drum. Jarak antar lubang pada bagian sisi drum sekitar 2 cm ke samping dan ke

atas membentuk jalur ke bawah. Jarak antar jalur sekitar 5 cm. Lubang pada bagian bawah

drum diletakan pada tempat aliran air.

1. Alat pengaduk

2. Sampah

3. KOMPOS sebagai aktivator

Cara Kerja

1. Sampah dicacah berukuran 2 – 3 cm

2. Cacahan sampah dicampur kompos 50% : 50%

3. Campuran sampah dan kompos dimasukan dalam drum

4. Setiap hari dimasukan cacahan sampah dilapisi kompos setebal 1cm. Setiap tujuh hari

sekali sampah diaduk. Jika terlihat kering disiram dan tetesan air siraman ditampung

untuk dipakai kembali menyiram sampah.

5. Sekiatar 30 hari sampah yang sudah jadi kompos diambil langsung di dalam drum, atau

ditumpahkan kemudian disaring. Sampah yang belum jadi dimasukan kembali ke da-

lam drum. Kompos yang matang sebagian dimanfaatkan sesuai keperluan dan sebagi-

an disisihkan sebagai aktivator.

6. Jika drum disimpan menggantung maka cara panen bisa dilakukan dengan menggo-

yang drum dan menampung kompos di bagian bawah drum.

Page 102: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

27

Operasional Komposter Takakura

Alat dan Bahan

1. Keranjang berlubang

2. Bantal sekam padi 2 bh

3. Kain kasa hitam

4. Kardus

5. Kompos

6. Sampah

Cara Kerja

· Keranjang dilapisi kardus seluruh bagian tepinya

· Sampah dirajang ukuran 2-3cm

· Bantalan sekam dimasukan pada dasar keranjang

· Rajangan sampah diaduk dengan kompos kemudian dimasukan dalam keranjang.

· Bantalan sekam disimpan diatas tumpukan campuran kompos dan sampah. Diatas

bantalan ditutup kain hitam, kemudian tutup keranjang ditutup.

· Sampah dapur yang sudah di rajang dimasukan kedalam keranjang setiap hari dan

diaduk dengan kompos.

· Setelah keranjang penuh dengan sampah, keranjang ditutup dan dibiarkan sampai

kompos matang.

· Setelah kompos matang, kompos dituangkan kemudian dikeringkan.

· Kompos dimanfaatkan sesui dengan keperluan

Page 103: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

28

3.2. SKALA KAWASAN

Pengelolaan sampah skala kawasan adalah merupakan kegiatan lanjutan terhadap sampah

yang tidak terolah di sumber, atau merupakan pengolahan langsung dari seluruh sampah

warga pada area sendiri sesuai dengan volume dan karakteristik sampah. Lingkup kawasan

sebaiknya memiliki batasan administratif misalnya 1 RT.

Page 104: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

29

PROSES 3R DI TPST

Pada prinsipnya teknologi skala kawasan yang dipilih adalah tepat-guna dan ramah

lingkungan. Lingkup pengelolaan sampah skala kawasan minimal meliputi wilayah satu

Rukun Tetangga (RT). Jumlah penghuni sebanyak 40 KK atau sekitar 200 jiwa. Dengan rata-

rata produksi sampah 1 KK sebanyak 3 liter perhari, maka jumlah sampah 1 RT sekitar 600

liter atau 0,6 meter kubik.

Pengelolaan sampah TPST meliputi kegiatan :

A. Penampungan Sampah

Sampah yang masuk merupakan sampah yang sudah terpilah di warga. Pengangkutan

sampah dari sumber menggunakan alat angkut yang sudah terpilah sesuai jenisnya. .

B. Pemilahan Sampah

Pemilahan dilakukan dengan memilih dan menempatkan sampah sesuai jenisnya.

Umumnya dibedakan atas sampah kertas,plastic, gelas,kaca,karet,kulit dll, serta sam-

pah material kompos dan sampah organic yang tidak dapat dikomposkan seperti sabut

dan batok kelapa.

C. Pengepakan Sampah Non Organik

Pengepakan dilakukan sebagai pemadatan sampah agar volumenya berkurang.

Pengepakan dilakukan terhadap sampah kertas,plastic dan kaleng serta material

organic yang tidak dapat dikomposkan.

Pengepakan dilakukan secara manual atau mekanik. Pengepakan secara manual

dilakukan dengan cara memasukan sampah dalam kotak kayu. Kedalam kotak kayu

tersebut dimasuakn kantong plastic dan pada keempat sisi kotak diluar plastic

dipasang tali rapia. Sampah diinjak merata sampai penuh satu kotak. Plastik bagian

atas dilipat kemudian diikat. Sampah dikeluarkan dari kotak berbentuk seperti bala

pres. Untuk pengepakan secara manual sampah kaleng dan botol minuman dipipihkan

terlebih dahulu.

Page 105: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

30

Pengepakan secara mekanik dilakukan menggunakan mesin pres. Sampah terpilah

dimasukan langsung dalam mesin mesin pres. Jika sudah padat sampah tercetak

dikeluarkan kemudian ditutup plastic dan diikat.

D. Penempatan sampah terpilah

Sampah yang sudah di pres ditempatkan tersendiri sesuai jenisnya. Ditempatkan dalam

gudang atau diluar gudang pada tempat beratap.

E. Pembuatan Kompos

Sampah material kompos adalah sampah mudah membusuk. Pengomposan dilakukan

secara aerobic melalui metoda OPEN BIN, OPEN WINDROW dan CASPARY.

F. Pengolahan Residu

Sampah yang tidak terolah dianggap sebagai residu dan diangkut ke TPA.

Pengolahannya dilakukan secara landfill.

METODA PEMBUATAN KOMPOS

Metoda pembuatan kompos meliputi

kegiatan: Pemilahan, Pencetakan, Pembali-

kan, Penyiraman, Pengeringan, Penyarin-

gan, Pengemaan dan Pengolahan lindi

PROSES PENGOMPOSAN

Page 106: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

31

Open Bin

Adalah cara pengomposan yang dilakukan dengan menem-

patkan sampah dalam kotak permanen. Kotak dibuat

sesuai dengan volume sampah yang akan dikomposkan.

Dibuat parallel atau kotak-kotak pengomposan diletakan

dalam satu kotak besar kemudian dibuat sekat menjadi

kotak kecil pengomposan.

Sistem pengudaraan, selain diperoleh dengan

melakukan pembalikan, diperoleh pula

dengan menempatkan lubang-lubang pada

bagian tepi kotak. Pengomposan ini lebih dia-

rahkan untuk pengomposan sampah dengan

tekstur yang sangat halus seperti kotoran he-

wan.

Open Windrow,

adalah pengomposan dengan melakukan

penumpukan sampah tanpa alat pencetak.

Tumpukan bisa berbentuk persegi panjang

atau trapesium. Sistem pengudaraan selain

dari proses pembalikan, diperoleh pula dari

proses penganginan dari setiap sisi tumpukan

sampah.

Page 107: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

32

Caspary

adalah melakukan pengomosan dengan

menumpuk sampah menggunakan alat

pencetak. Ukuran kotak kecil 1x1x0,5 m dan

kotak besar 2x1x0,5 m. Tinggi tumpukan

sampah antara 1 sampai 1,5m. Sistem

pengudaraan sama seperti metoda open

windrow.

Tatalaksananya Metoda Caspary adalah sebagai berikut:

Pemilahan

Sampah dipilah antara material kompos dengan sampah yang sulit membusuk.

Pencetakan

Sampah material kompos dimasukan dalam kotak pencetak. Sampah diinjak-injak terutama

pada bagian tepi kotak. Dibuat tinggi tumpukan minimal 1 m. Jika tinggi kotak hanya 0,5 m

maka setelah mencapai tinggi 0,5 m kotak dinaikan kemudian diisi sampah kembali.

Selesai mencetak kotak dibersihkan dan dan disimpan.

Penyiraman

Peniraman dilakukan pada saat mencetak yaitu pada saat ketinggian 50 cm dan 100 cm.

penyiraman dilakukan pula pada saat pembalikan dan pada saat tumpukan sampah terlihat

kering. Kadar air tumpukan sampah adalah antara 50 – 60 %.

Pembalikan

Pembalikan dilakukan dengan interval waktu sebagai berikut: Pembalikan pertama dil-

akukan pada hari kesebelas sedangkan pembalikan berikutnya setiap lima hari sekali. Pem-

balikan seluruhnya sebanyak 7 kali. Pada saat pembalikan dapat dilakukan pula peng-

gabungan antar tumpukan, yaitu setelah pembalikan ketiga.

Page 108: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

33

Pengeringan

Pengeringan dilakukan melalui proses penganginan. Kompos disebarpada suatu ruang

dengan ketinggian 20 cm, kemudian dibalik-balik.

Penyaringan

Kompos kering disaring melalui pengayakan. Tekstur kompos ditentukan oleh ukuran mess

kawat yang digunakan. Biasanya digunakan mess 0,5 cm untuk tekstur sangat halus, mess

1 cm untuk tekstur halus dan kompos yang tidak lolos dari mess 1 cm dimasukan dalam

tekstur kasar.

Pengemasan

Sesuai dengan ukuran teksturnya kompos dimasukan dalam kemasan. Kemasan bisa

dalam plastic atau karung. Agar kompos tidak mudah rusak disimpan di dalam gudang yang

kering. Pada bagian dasar tumpukan diberi alas kayu agar terjaga dari kelembaban yang

tinggi. Untuk setiap 1 m persegi dapat menampung kompos sekitar 600 kg dengan tinggi

tumpukan 1m.

Pemanfaatan

Kompos sangat baik untuk media tanam berbagai jenis tanaman. Kompos mengandung

unsr hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga terjadi keseimbangan

sediaan unsur hara di dalam tanah. Kompos lebih bersifat pemulih kondisi tanah.

Hasil Pengomposan

Proses pengomposan sangat efektif dalam mengolah sampah, karena mencapai susut bo-

bot sampai 70% dan susut volume sampai 82 %. Kompos sendiri merupakan nilai tambah

dariproses pengomposan.

Pengolahan Air Lindi

Air lindi dari proses pengomposan harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan

air. Pengolahan air lindi biasanya dilakukan melalui kolam penyaringan. Untuk memu-

dahkan pengolahan air lindi tempat pengomposan alasnya disemen dan dibuat miring untuk

mengarahkan air lindi dan memudahkan dalam pengolahannya. Untuk itu keseluruhan are-

al pengomposan sebaiknya ternaungi.

Page 109: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

34

KUALITAS KOMPOS

Parameter Pengkomposan Secara Umum

· Kadar air (50 – 60%)

· Aerasi ( > 50% oksigen diudara)

· Rasio C/N (20 -40)

· Ukuran partikel (aerasi alami 5 cm, aerasi buatan 1 cm)

· Tingkat keasaman (5 – 8)

· Ukuran petak (tinggi 1,5 meter, lebar 2,5 meter, panjang bervariasi)

· Ketersdiaan populasi mikroba

· Kondisi Cuaca

Spesifikasi Kompos

· Kematangan Kompos

Berwarna hitam seperti warna tanah

Tidak berbau

Temperatur sekitar 28 – 34 derajat Celcius

Bentuknya sudah hancur

C/N rasio 15-20

· Kemurnian kompos

Tidak mengandung logam, gelas, plastik dan karet lebih besar dari 2 mm

Tidak mengandung logam berat dan kimia organik seperti pestisida

Tidak mengandung benda tajam yang dapat melukai manusia.

· Organisme Pathogen

Fecal Coli < 1000 MPN/gr total solid dalam keadaan kering

Salmonella sp. < 3 MPN/4 gr total solid dalam keadaan kering

· Pencemar Organik

Pestisida organo klorin

Insektisida dan herbisida

Dioksin dan Furan

Page 110: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

35

MANFAAT DAN POTENSI KOMPOS

· Mengandung unsur hara mkrodan mikro serta mineral penting yang dibutuhkan oleh

tanaman

· Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap serta menahan air dan unsur hara

· Meningkatkan porositas,aerasi dan komposisi keanekaragaman mikroorganisme tanah

· Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air

· Memperbaiki struktur dan tekstur tanah (soil conditioner)

· Meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik

· Penyubur peraiaran,meningkatkan sediaan pakan alami perairan, seperti tambak

· Reklamasi lahan, sebagai pelapis tanah yang sudah tidak produktif dan penutup lubang

bekas galian tambang

· Media tanam pembibitan berbagai jenis tanaman termasuk tanaman HTI

· Tanah Penutup TPA

Page 111: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

36

Metoda Kelebihan Kekurangan

Open

Bin

· Sampah tidak terlihat dari

luar

· Areal pengomposan terlihat

rapih

· Volume sampah terolah sama

· Padat modal

· Tinggi kotak terbatas

· Ruang gerak pekerja

terbatas

· Penggunaan lahan

terbatas

Open

Windrow

· Modal lebih ringan dari

metoda openbin

· Tumpukan sampah bisa

mencapai tinggi oftimal 1,5

· Penggunaan lahan fleksibel

· Proses pembalikan lebih

mudah dibanding metoda

open bin dan caspary

· Volume sampah tercetak

tidak sama untuk setiap

tumpukan

· Tumpukan sampah rentan

tiupan angin

· Tumpukan sampah mudah

roboh

Caspary · Tumpukan sampah terlihat

rapih

· Volume sampah tercetak

lebih banyak dan seragam

· Tumpukan sampah tidak

mudah roboh dan tahan

tiupan angin

· Pengunaan lahan lebih

hemat dan Fleksibel

· Padat Karya

· Proses pembalikan lebih

rumit dari open-bin atau

open windrow

Page 112: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

37

BAB IV

KEBERLANJUTAN PROGRAM

Keberlanjutan program sangat ditentukan oleh keseriusan warga dalam menjalankan

program yang sudah disepakati dan diilakukan bersama. Melalui kelembagaan yang ada

dibuatkan suatu pengaturan yang jelas dan disepakati oleh seluruh warga. Pengaturan ini

meliputi aspek pendanaan, aspek peran serta warga dan aspek teknologi yang dipilih

seperti terlihat pada gambar sebagai berikut:

KELEMBAGAANKELEMBAGAAN TEKNIK DAN OPERASIONALTEKNIK DAN OPERASIONAL

PENDANAANPENDANAAN PERANSERTA MASYARAKATPERANSERTA MASYARAKAT

PERATURAN HUKUMPERATURAN HUKUM

SISTEM PENGELOLAAN

SAMPAH 3 R BERBASIS

MASYARAKAT DI KAWASAN

PERMUKIMAN

GAMBAR DIAGRAM KEBERLANJUTAN PROGRAMGAMBAR DIAGRAM KEBERLANJUTAN PROGRAM

Page 113: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

38

Keberlanjutan program terdiri dari:

1. Pengembangan

Pengembangan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat dimasukkan

dalam perencanaan jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang sesuai kebutuhan.

Pengembangan dapat dilakukan sebagai :

Pengembangan system pengolahan termasuk teknologi pengolahan

Perluasan kegiatan 3R yang sedang berjalan

Penambahan kapasitas olah untuk skala kawasan

Pengembangan dapat dilakukan atas permintaan masyarakat atau sudah masuk dalam

perencanaan awal. Dalam proses pengembangan perlu diperhatikan :

Perlu dilakukan perencanaan target pengurangan sampah sampai waktu tertentu

(misalnya 2015) sehingga proses pengembangan dapat dilakukan lebih terarah.

Jumlah warga yang terlibat didata dan dipilih karakteristik yang hampir mirip dengan

warga yang sedang melaksanakan pengelolaan sampah 3R dan dilakukan tahapan

kegiatan seperti proses perencanaan sebelumnya seperti pengenalan, sosialisasi, dll.

Pada skala kawasan, pengembangan tergantung dari luas lahan yang ada atau

perubahan teknologi pengolahan untuk memperoleh target pengurangan sampah.

Pengembangan dapat dilakukan :

Jika ada permintaan dari masyarakat disekitar kawasan

Jika lahan masih memungkinkan (untuk skala kawasan)

Perencanaan pengembangan meliputi perkiraan jumlah warga yang akan dilibatkan dalam

pengembangan pengelolaan sampah 3R terpadu.

Page 114: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

39

2. Replikasi

Kegiatan replikasi adalah melakukan kegiatan sejenis dalam suatu program yang sama pada

lokasi yang berbeda. Kegiatan merupakan modifikasi dari kegiatan di daerah lain yang telah

berhasil. Dalam memilih lokasi perlu di dukung dengan kesiapan dan kemauan masyarakat.

Pelaksanaannya perlu penyesuaian dengan kondisi dan kebiasaan masyarakat setempat.

Tahapan paling penting dalam melakukan replikasi adalah:

Penelusuran kemauan masyarakat lokasi terpilih yang dicerminkan dalam surat

permintaan dari pemuka masyrakat atau RT/RW atau Pejabat Strukural Penguasa

Daerah.

Survey lokasi, diutamakan lokasi dengan kondisi yang mirip atau hampir mirip dengan

lokasi yang sudah berhasil menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat.

Melakukan prosedur pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

seperti yang dilakukan pada lokasi contoh.

Page 115: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

40

BAB V

PENUTUP

· Pedoman pelaksanaan dapat digunakan sebagai acuan bagi pengelola 3R di lokasi yang

sama dan atau replikasi di tempat lain dengan ketentuan yang sama.

· Pedoman Pelaksanaan 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman ini, merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari tiga buku pedoman yang lain. Pedoman ini harus

ditindaklanjuti dalam buku empat (pedoman Monev).

Page 116: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

41

Page 117: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Pedoman Monitoring Dan Evaluasi 3 R

Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BUKU IV

Page 118: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

DAFTAR ISI

BUKU IV : PEDOMAN MONEV KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.3 SASARAN

2. PEMANTAUAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT

2.1 UMUM

2.2 PEMANTAUAN DI TINGKAT PUSAT

2.3 PEMANTAUAN DI TINGKAT PROVINSI

2.4 PEMANTAUAN DI TINGKAT KOTA/KABUPATEN

2.5 PEMANTAUAN EKSTERNAL

3. EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT

4. REPLIKASI DAN PENGEMBANGAN

4.1 UMUM

4.2 PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT

5. PENUTUP

Page 119: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pengembangan merupakan pedoman teknis

pelaksanaan monitoring dan evaluasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari pedoman

perencanaan dan pedoman pelaksanaan. Monitoring dan evaluasi pengelolaan

sampah 3R berbasis masyarakat meliputi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

program yang meliputi perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat serta pelaksanaan kegiatan yang meliputi aspek teknis operasional,

kelembagaan, pendanaan, pengaturan (legal), dan peran serta masyarakat.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya pedoman monitoring, evaluasi dan pengembangan adalah

untuk arahan bagi pelaksana lapangan dalam memonitor dan mengevaluasi

pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

Sedangkan tujuannya adalah:

Menelusuri tahapan kemajuan dalam pengelolaan sampah 3R

Mengevaluasi kinerja sistem

Menyediakan data untuk pengembangan dan replikasi program

Page 120: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

1.3 SASARAN

Diperolehnya pedoman monitoring dan evaluasi yang komprehensif mencakup

seluruh aspek dalam pengelolaan sampah 3R terpadu berbasis masyarakat

Page 121: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

4

BAB II

PEMANTAUAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R

BERBASIS MASYARAKAT

2.1 UMUM

Pemantauan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah proses yang

dilakukan secara berkala mulai dari persiapan, perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan,

keberlanjutan program, sampai dengan pengembangan dan replikasi. Hasil dari kegiatan

pemantauan digunakan untuk perbaikan kualitas pelaksanaan dan perbaikan

perencanaan. Hasil kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk input evaluasi

pelaksanaan program maupun dasar untuk keberlanjutan program, pengembangan serta

replikasi.

Pemantauan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

dilakukan secara :

Pemantauan internal dilakukan oleh seluruh unit pelaksana didalam sistem

pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat,

Pemantauan eksternal dilakukan oleh unit diluar pelaksana kegiatan seperti LSM,

Perguruan tinggi.

2.2. PEMANTAUAN DI TINGKAT PUSAT

Ditingkat Pusat, pemantauan dilakukan oleh Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya,

Departemen PU dan Tim Koordinasi Pusat. Pemantauan ditekankan kepada :

Page 122: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

1. Jumlah provinsi yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat

2. Perencanaan Pengelolaaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di tingkat

provinsi

3. Jumlah kota yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

4. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu pada masing-masing provinsi.

2.3. PEMANTAUAN DI TINGKAT PROVINSI

Pemantauan di Tingkat Propinsi dilaksanakan melalui kunjungan ke kota/kabupaten

terpilih. Pemantauan dilakukan pada beberapa hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan sosialisasi pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat di kota/

kabupaten

2. Pelaksanaan seleksi kota yang berminat melaksanakan pengelolaan sampah terpadu

3R berbasis masyarakat.

3. Pelaksanaan pemilihan lokasi pada lokasi terpilih

4. Pelaksanaan Survai Lapangan mengenai timbulan dan komposisi sampah serta

kondisi masyarakat dan pemilihan teknologi pengelolaan sampah 3R berbasis

masyarakat.

5. Pelaksanaan pemilihan fasilitator

6. Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri dari sosialisasi 3R, verifikasi teknologi

ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPST, pembentukan Tim Kerja Masyarakat

(TKM), dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat.

7. Perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R di lokasi terpilih

8. Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan

sampah 3R berbasis masyarakat

9. Pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

Page 123: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

6

2.4. PEMANTAUAN DI TINGKAT KOTA/KABUPATEN.

Pemantauan di Tingkat Kota/Kabupaten dilakukan terhadap pelaksanaan program

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang meliputi :

1. Proses sosialisasi kepada seluruh lokasi yang berpotensi mengelola sampah terpadu

3R berbasis masyarakat.

2. Proses seleksi lokasi berminat di kota/kabupaten.

3. Pelaksanaan Survai Lapangan mengenai timbulan dan komposisi sampah serta

kondisi masyarakat dan pemilihan teknologi pengelolaan sampah 3R berbasis

masyarakat.

4. Pelaksanaan pemilihan fasilitator

5. Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri dari sosialisasi 3R, verifikasi teknologi

ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPST, pembentukan Tim Kerja Masyarakat

(TKM), dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat.

6. Perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R di lokasi terpilih

7. Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan

sampah 3R berbasis masyarakat

8. Pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang meliputi :

Teknis operasional

Pembentukkan kelembagaan

Pendanaan

Pengaturan dan Perundangan

Peran Serta Masyarakat

Page 124: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5 Program Pemantauan

2.5.1 Lokasi 3 R

Program pemantauan dilakukan dengan alat bantu pantau yang terukur seperti tabel berikut

ini:

Beri tanda (X) pada kondisi yang ada dilapangan

Umum :

Letak Lokasi :

< 50 m dari rumah terdekat

Antara 50 – 100 m dari rumah

Antara 100 – 500 m dari rumah

> 500 m dari rumah terdekat

Status lahan :

Milik Pemerintah

Milik Perorangan

Milik Perusahaan Swasta

Tanah Wakaf

Tidak diketahui

Luas Lokasi :

Sama dengan atau lebih dari 1000 m2

Antara 500 – 1000 m2

Antara 200 – 500 m2

Kurang dari 200 m2

Page 125: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

8

Fisik :

Topografi :

Lereng

Berbukit

Datar

Hidrologi :

Kurang 100 m dari badan air

Antara 100 – 300 m dari badan air

Lebih 300 m dari badan air

Sumber air :

Air sungai

Air danau

Air tanah

Lainnya ............................................

Penggunaan lahan sebelumnya :

Jalur hijau

Tegalan

Sawah

Rawa

Danau

Rumah

Tanah tidak terurus

Lainnya...............................

Page 126: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5.2 Sarana dan Prasarana

2.5.2.1 Pewadahan

Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal :

Satu jenis pewadahan untuk semua sampah

Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik

Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah B3

Pewadahan dengan warna gelap untuk sampah mudah terurai secara alamiah

seperti daun, sisa makanan, sayuran

Pewadahan dengan warna terang untuk sampah tidak mudah membusuk seperti

plastik, gelas, kertas, logam, kain. Jumlah pewadahan lebih dari satu dengan warna

berbeda dapat dilakukan sesuai dengan jenis komponen yang dipilah.

Pewadahan dengan warna merah dengan tanda berbahaya untuk sampah B3 rumah

tangga seperti bekas kemasan obat, kemasan pestisida, kemasan obat

pemeberantas serangga, dll.

Penempatan wadah, berlaku untuk individual dan komunal :

Ditempatkan dekat dengan sumber sampah :

Didekat dapur untuk sampah organik mudah membusuk

Diarea ruang bersih untuk sampah non organik tidak mudah membusuk dan

kering

Tidak menganggu aktifitas lalu lalang penghuni

Mudah dalam aksesibilitas untuk pengisian dan pengosongan.

Page 127: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

10

Bahan wadah :

Plastik

Logam

Kayu

Rotan

Lainnya sebutkan........................

Bentuk pewadahan :

Kotak

Silinder

Lainnya sebutkan..................

Metoda pewadahan :

Ada tutup

Tidak ada tutup

Ukuran Wadah :

Lebih kecil dari 10 liter

Antara 10 liter – 30 liter

Antara 30 liter – 60 liter

Diatas 60 liter

Page 128: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5.2.2 Pengolahan Skala Rumah Tangga

Jenis peralalatan komposter yang digunakan :

Tong dari plastik yang berlubang

Keranjang Tatakura

Bak dari kayu

Drum setengah berlubang

Lainnya sebutkan...........................

Volume komposter :

Diatas atau sama dengan 60 liter

Antara 30 – 60 liter

Dibawah 30 liter

Jumlah komposter :

Diatas 3 unit per rumah

2 unit per rumah

1 unit per rumah

Lainnya sebutkan....................

Warna hasil kompos :

Hitam seperti tanah

Coklat tua

Lainnya sebutkan...........

Page 129: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

12

Bau hasil kompos :

Berbau seperti humus

Berbau busuk

Tidak berbau

Lainnya sebutkan...........

Bentuk kompos :

Mempunyai tekstur yang halus

Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur

Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :

Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan

Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah

Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan)

Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam

Produk daur ulang :

Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya

Plastik untuk barang seni kerajinan tangan

Lainnya sebutkan................

Page 130: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5.2.3 Pengumpulan

Jenis alat pengumpulan :

Gerobak/motor sampah biasa

Gerobak sampah 3R

Motor sampah 3R

Lainnya sebutkan................

Pola pengumpulan :

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu gerobak

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah 3R

(bak terpilah untuk beberapa jenis sampah)

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah

beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah

tertentu pada hari yang sama.

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah

beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah

tertentu pada hari yang berbeda

Lainnya sebutkan................................

Page 131: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

14

Operasional pengumpulan :

Frekuensi pengumpulan :

Setiap hari

Tiga hari sekali

Seminggu sekali

Lainnya sebutkan....................

Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah:

Sampah mudah membusuk :

Setiap hari

Tiga hari sekali

Seminggu sekali

Lainnya sebutkan....................

Untuk sampak kering ;

Setiap hari

Tiga hari sekali

Seminggu sekali

Lainnya sebutkan....................

Untuk sampah B3 dikumpulkan :

Setiap hari

Tiga hari sekali

Seminggu sekali

Lainnya sebutkan....................

Daerah pelayanan mencakup :

Lebih dari 500 kk

300- 500 kk

100 – 300 kk

50 – 100 kk

Kurang dari 50 kk

Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh :

Dinas Kebersihan atau sejenis

Petugas khusus dari RW/Kelurahan

Swadaya masyarakat oleh KSM

Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll

Lainnya sebutkan............

Page 132: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5.2.4 Tempat Pengolahan Sampat Terpadu Skala Kawasan

Jenis teknologi yang digunakan :

Pengkomposan sampah organik

Pengolahan sampah kertas

Pengolahan sampah plastik

Lainnya sebutkan

Teknologi Pengkomposan yang digunakan :

Open Windrows

Caspary

Open Bin

Lainnya sebutkan..........................

Peralatan Bantu Pengkomposan :

Alat Penghancur Sampah Organik

Cairan aktivator seperti EM4, dll.

Lainnya sebutkan.............

Kapasitas TPST :

Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari

Antara 1 ton – 2 ton per hari

Kurang dari 1 ton per hari

Page 133: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

16

Cakupan Layanan :

Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga

Antara 750 – 1000 kepala keuarga

Antara 500 – 750 kepala keluarga

Antara 250 – 500 kepala keluarga

Antara 100 – 250 kepala keluarga

Antara 40 – 100 kepala keluarga

Dibawah 40 kepala keluarga

Warna hasil kompos

Hitam seperti tanah

Coklat tua

Lainnya sebutkan...........

Bau hasil kompos :

Berbau seperti humus

Berbau busuk

Tidak berbau

Lainnya sebutkan...........

Bentuk kompos :

Mempunyai tekstur yang halus

Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur

Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :

Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan

Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah

Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan)

Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam

Produk daur ulang :

Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya

Plastik untuk barang seni kerajinan tangan

Bahan baku pabrik

Lainnya sebutkan................

Page 134: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5.3 Kelembagaan

Bentuk lembaga :

Kelompok Swadaya Masyarakat

Bagian dari kepengurusan RT/RW

Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan)

Lembaga diluar lingkungan (LSM)

Lainnya sebutkan .............................

Struktur Organisasi :

pembina

ketua

Sekretaris

Bendahara

Unit Monitoring dan Evaluasi

Unit kerajinan daur ulang

Unit produksi kompos

Unit penjualan produk

Unit pemeliharaan

Unit Diklat

Unit penyuluhan

Legalitas pembentukan :

Surat Keputusan RT/RW

Surat Keputusan Lurah

Surat Keputusan Camat

Surat Keputusan Walikota

Lainnya sebutkan.....................

Page 135: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

18

2.5.4 Pendanaan

Biaya Investasi :

Pewadahan :

Kurang dari Rp. 25.000,- per kk

Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk

Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk

Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk

Diatas Rp. 300.000,- per kk

Komposter Rumah Tangga :

Kurang dari Rp. 25.000,- per kk

Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk

Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk

Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk

Diatas Rp. 300.000,- per kk

Pengumpulan :

Kurang dari Rp. 100.000,- per unit

Antara Rp. 100.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit

Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit

Diatas Rp. 2.500.000,- per unit

TPST :

Kurang dari Rp. 200 juta

Antara 200 juta – 1 milyard

Diatas 1 milyard.

Page 136: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Biaya operasional per tahun :

Pengumpulan :

Kurang dari Rp. 5.000.000,-

Antara Rp. 5.000.000,- - Rp. 10.000.000,-

Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,-

Diatas Rp. 15.000.000,-

Biaya Pengolahan di TPST :

Kurang dari Rp. 50.000.000,-

Antara Rp. 50.000.000,- - Rp. 100.000.000,-

Antara Rp. 100.000.000,- - Rp. 150.000.000,-

Diatas Rp. 150.000.000,-

Sumber Dana :

Dana Mandiri dari masyarakat

Sharing antara masyarakat dan pihak lain

Dana APBD pemerintah daerah

Dana LSM Lokal

Dana LSM Luar Negeri

Lainnya sebutkan

Alokasi dana meliputi :

Operasional :

Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam sarasehan, Focus Group Discussion, dll

Pelatihan

Kunjungan lapangan

Pameran produk-produk daur ulang

Lain-lain sebutkan..............

Pemeliharaan

Penggantian komposter yang rusak

Pemeliharaan alat pengumpul

Pemeliharaan TPST

Lainnya sebutkan..................

Page 137: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

20

Pelaporan keuangan :

Pembukuan

Laporan keuangan triwulan

Laporan keuangan tahunan

Lainnya sebutkan...................

2.5.5 Peran Serta Masyarakat

Keterlibatan Warga :

Seluruh warga 1 kelurahan terlibat

Seluruh warga 1 RW terlibat

Seluruh warga 1 RT terlibat

50 % warga 1 RT terlibat

25 % warga 1 RT terlibat

Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan

Lainnya sebutkan.................

Kelompok aktif di masyarakat yang terlibat :

PKK

Karang Taruna

Jantung Sehat

Kelompok agama

Arisan

Lainnya sebutkan................

Frekuensi pertemuan warga tentang pengelolaan sampah terpadu 3R :

Seminggu sekali

Dua minggu sekali

Sebulan sekali

3 bulan sekali

6 bulan sekali

1 tahun sekali

Lebih dari 1 tahun sekali

Tidak pernah

Lainnya sebutkan....................

Page 138: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

2.5.6 Pengaturan

Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai :

Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R terpadu berbasis

masyarakat – TKM (Sk Lurah, RW, atau RT)

Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan sampah

surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan lingkungan dan

pengelolaan sampah

Lainnya sebutkan.............

2.5.7 Operasional

Tingkat operaional saat pemantauan :

Sudah berjalan 100 % mencakup sesuai perencanaan

Berjalan antara 75 % - 100 %

Antara 50 % - 75 %

Dibawah 50 %

Page 139: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

22

BAB III

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS

MASYARAKAT

Evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan

pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dan juga identifikasi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk melakukan evaluasi diperlukan indikator-

indikator yang penting dan mempengaruhi dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R

berbasis masyarakat.

3.1 Indikator

Indikator-indikator penting dalam pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

adalah :

1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam keterlibatannya pada program

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. (Diukur berdasarkan jumlah

masyarakat yang terlibat)

2. Terbentuknya lembaga (Kelompok Swadaya Masyarakat) dalam pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat, (Diukur dari jumlah lokasi yang mempunyai KSM)

3. Adanya dana yang mendukung keberlanjutan program. (Diukur berdasarkan adanya

sumber dana)

4. Adanya teknologi pengolahan sampah yang berkelanjutan dalam mendukung

pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat (Diukur berdasarkan jumlah

masyarakat yang menerapkannya secara keberlanjutan dan mandiri).

Page 140: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

5. Adanya pengaturan yang jelas dalam melaksanakan pengelolaan sampah terpadu

3R bebasis masyarakat (diukur berdasarkan surat keputusan, surat edaran, tentang

tata cara pengelolaan sampah dari pimpinan wilayah seperti RT, RW dan kelurahan).

Evaluasi pelaksanaan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat

dilakukan oleh Tingkat Pusat, Propinsi dan Kota/Kabupaten.

3.2 Evaluasi Tingkat Pusat.

Evaluasi tingkat pusat dilakukan oleh Tim Pusat . Indikator yang perlu diperhatikan dalam

evaluasi tingkat pusat adalah sebagai berikut :

Jumlah kota/kabupaten melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat.

Jumlah warga masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah terpadu 3R

berbasis masyarakat.

Jumlah kota/kabupaten yang sudah memiliki Tim Kerja Masyarakat.

Jumlah kota/kabupaten yang memiliki sumber dana mandiri.

3.3 Evaluasi Tingkat Propinsi.

Evaluasi program tingkat propinsi dilaksanakan dengan mempertimbangkan masukan dari

hasil monitoring/pemantauan yang dilakukan di lapangan ditambah dengan hasil laporan

di tingkat kabupaten. Indikator yang perlu diperhatikan adalah :

Jumlah kota/kabupaten yang melaksanakan program pengelolaan sampah terpadu 3R

berbasis masyarakat

Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah 3R bebasis masyarakat

Page 141: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

24

Jumlah lokasi yang terlibat dalam pengelolaan sampah 3R

Jumlah lokasi yang sudah mempunyai TKM (Tim Kerja Masyarakat)

Jumlah sampah terkurangi

3.4 Evaluasi Tingkat Kota/Kabupaten.

Evaluasi pelaksanaan kegiatan di tingkat Kota/Kabupaten dilakukan dengan

mempertimbangkan masukan dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh fasilitator dan

Kepala Desa/Lurah. Indikator dalam evaluasi tingkat Kabupaten adalah :

Jumlah masyarakat pada lokasi terpilih yang terlibat dalam pengelolaan sampah

terpadu 3R berbasis masyarakat.

Jumlah Kepala Keluarga yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan

pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.

Jumlah sampah terkurangi

Jenis produk daur ulang sampah

Kesesuaian pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.

3.5 Program Evaluasi

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis

masyarakat digunakan metoda scoring sperti pada Tabel berikut.

Page 142: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3.5.1 Lokasi 3 R

Umum :

Pemantauan Score

Letak Lokasi :

< 50 m dari rumah terdekat 1

Antara 50 – 100 m dari rumah 2

Antara 100 – 500 m dari rumah 3

> 500 m dari rumah terdekat 1

Status lahan :

Milik Pemerintah 5

Milik Perorangan 4

Milik Perusahaan Swasta 3

Tanah Wakaf 2

Tidak diketahui 1

Luas Lokasi : (Sampah tertangani (m3)/0,25) x 500)/luas lahan yang

ada.

Lebih besar atau sama dengan 1 4

Antara 0,75 - 1 3

Antara 0,5 – 0,75 2

Kurang dari 0,5 1

Page 143: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

26

Fisik :

Pemantauan Score

Topografi :

Lereng 1

Berbukit 2

Datar 3

Hidrologi :

Kurang 100 m dari badan air 1

Antara 100 – 300 m dari badan air 2

Lebih 300 m dari badan air 3

Sumber air :

Air sungai 3

Air danau 3

Air tanah 2

Lainnya ............................................

Penggunaan lahan sebelumnya :

Jalur hijau 1

Tegalan 7

Sawah 4

Rawa 2

Danau 3

Rumah 5

Tanah tidak terurus 6

Lainnya...............................

Page 144: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3.5.2 Sarana dan Prasarana

3.5.2.1 Pewadahan

Pemantauan Score

Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal :

Satu jenis pewadahan untuk semua sampah 1

Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik 2

Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah

B3

3

Warna Pewadahan :

Sampah Organik :

Warna Gelap 3

Warna Terang 2

Warna Merah 1

Lainnya sebutkan…………

Sampah Non Organik :

Warna Gelap 2

Warna Terang 3

Warna Merah 1

Lainnya sebutkan…………

Sampah B3 :

Warna Gelap 2

Warna Terang 1

Warna Merah 3

Lainnya sebutkan…………

Page 145: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

28

Pemantauan Score

Penempatan wadah, berlaku untuk individual dan komunal :

Ditempatkan dekat dengan sumber sampah :

Sampah Organik :

Di atau dekat dapur 3

Diluar Rumah 2

Diruang Tamu 1

Sampah Non Organik :

Di atau dekat dapur 1

Diluar Rumah 2

Diruang Tamu 3

Letak Pewadahan :

Tidak mengganggu aktifitas penghuni 5

Mengganggu aktifitas penghuni 3

Mudah dalam pengosongan 5

Sulit dalam pengosongan 3

Bahan wadah :

Plastik 4

Logam 3

Kayu 1

Rotan 2

Lainnya sebutkan........................

Metoda pewadahan :

Ada tutup 5

Tidak ada tutup 3

Ukuran Wadah : (Jumlah penghuni x 3 x3)/45

Lebih besar atau sama dengan 1 4

Antara 0,75 - 1 3

Antara 0,5 – 0, 75 2

Lebih kecil atau sama dengan 0,5 1

Page 146: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3.5.2.2 Pengolahan Skala Rumah Tangga

Pemantauan Score

Jenis peralalatan komposter yang digunakan :

Tong dari plastik yang berlubang 5

Keranjang Tatakura 5

Bak dari kayu berlubang 5

Drum setengah berlubang 5

Lainnya sebutkan...........................

Volume komposter : (Jumlah penghuni x 1,5 x50)/2

Diatas atau sama dengan 60 liter 3

Antara 30 – 60 liter 2

Dibawah 30 liter

1

Jumlah komposter :

Diatas 3 unit per rumah 3

2 unit per rumah 2

1 unit per rumah 1

Lainnya sebutkan....................

Page 147: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

30

Pemantauan Score

Warna hasil kompos :

Hitam seperti tanah 3

Coklat tua 2

Lainnya sebutkan...........

1

Bau hasil kompos :

Berbau seperti humus 3

Berbau busuk 1

Tidak berbau 2

Lainnya sebutkan...........

Bentuk kompos :

Mempunyai tekstur yang halus 3

Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur 2

Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :

Tidak menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan 3

Tidak menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak

tanah

3

Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air

buangan)

3

Tidak memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang

awam

3

Produk daur ulang :

Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya 5

Plastik untuk barang seni kerajinan tangan 5

Lainnya sebutkan................

Page 148: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3.5.2.3 Pengumpulan

Pemantauan Score

Jenis alat pengumpulan :

Gerobak/motor sampah biasa 1

Gerobak sampah 3R 2

Motor sampah 3R 3

Lainnya sebutkan................

Pola pengumpulan :

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu

gerobak

1

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau

motor sampah 3R (bak terpilah untuk beberapa jenis sampah)

3

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau

motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak

mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang sama.

3

Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau

motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak

mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang berbeda

4

Lainnya sebutkan................................

Page 149: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

32

Operasional pengumpulan :

Frekuensi pengumpulan :

Setiap hari 3

Tiga hari sekali 2

Seminggu sekali 1

Lainnya sebutkan....................

Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah:

Sampah mudah membusuk :

Setiap hari 3

Tiga hari sekali 2

Seminggu sekali 1

Lainnya sebutkan....................

Untuk sampak kering ;

Setiap hari 3

Tiga hari sekali 2

Seminggu sekali

1

Untuk sampah B3 dikumpulkan :

Setiap hari 3

Tiga hari sekali 2

Seminggu sekali 1

Lainnya sebutkan....................

Pemantauan Score

Page 150: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Daerah pelayanan mencakup :

o Lebih dari 500 kk 5

o 300- 500 kk 4

o 100 – 300 kk 3

o 50 – 100 kk 2

o Kurang dari 50 kk

1

Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh :

o Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll 1

o Dinas Kebersihan atau sejenis 2

o Petugas khusus dari RW/Kelurahan 3

o Swadaya masyarakat oleh KSM 4

o Lainnya sebutkan.................

Pemantauan Score

Page 151: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

34

3.5.2.4 Tempat Pengolahan Sampat Terpadu Skala Kawasan

Pemantauan Score

Jenis teknologi yang digunakan :

Pengkomposan sampah organik 5

Pengolahan sampah kertas 5

Pengolahan sampah plastik 5

Lainnya sebutkan

Teknologi Pengkomposan yang digunakan :

Open Windrows 5

Caspary 5

Open Bin 5

Lainnya sebutkan..........................

Peralatan Bantu Pengkomposan :

Alat Penghancur Sampah Organik 5

Kapasitas TPST :

Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari 3

Antara 1 ton – 2 ton per hari 2

Kurang dari 1 ton per hari 1

Page 152: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Cakupan Layanan :

Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga 7

Antara 750 – 1000 kepala keuarga 6

Antara 500 – 750 kepala keluarga 5

Antara 250 – 500 kepala keluarga 4

Antara 100 – 250 kepala keluarga 3

Antara 40 – 100 kepala keluarga 2

Dibawah 40 kepala keluarga

1

Warna hasil kompos

Hitam seperti tanah 3

Coklat tua 2

Lainnya sebutkan...........

Bau hasil kompos :

Berbau seperti humus 3

Berbau busuk 1

Tidak berbau 2

Lainnya sebutkan...........

Aspek Score

Page 153: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

36

Bentuk kompos :

Mempunyai tekstur yang halus 3

Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur 2

Lainnya sebutkan.............

Daur ulang sampah non organik :

Tidak Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan 5

Tidak Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah 5

Tidak Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air

buangan)

5

Tidak Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang

awam

5

Produk daur ulang :

Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya 5

Plastik untuk barang seni kerajinan tangan 5

Bahan baku pabrik 5

Lainnya sebutkan................

Aspek Score

Page 154: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3.5.3 Kelembagaan

Aspek Score

Bentuk lembaga :

Kelompok Swadaya Masyarakat 5

Bagian dari kepengurusan RT/RW 4

Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan) 3

Lembaga diluar lingkungan (LSM) 2

Lainnya sebutkan .............................

Struktur Organisasi :

pembina 3

ketua 3

Sekretaris 3

Bendahara 3

Unit Monitoring dan Evaluasi 3

Unit kerajinan daur ulang 3

Unit produksi kompos 3

Unit penjualan produk 3

Unit pemeliharaan 3

Unit Diklat 3

Unit penyuluhan

3

Legalitas pembentukan :

Surat Keputusan RT/RW 1

Surat Keputusan Lurah 2

Surat Keputusan Camat 3

Surat Keputusan Walikota 4

Lainnya sebutkan.....................

Page 155: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

38

3.5.4 Pendanaan

Aspek Score

Biaya Investasi :

Pewadahan :

Kurang dari Rp. 25.000,- per kk 5

Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk 4

Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk 3

Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk 2

Diatas Rp. 300.000,- per kk

1

Komposter Rumah Tangga :

Kurang dari Rp. 25.000,- per kk 5

Antara Rp. 25.000 – 50.000,- per kk 4

Antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000,- per kk 3

Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk 2

Diatas Rp. 300.000,- per kk

1

Pengumpulan Gerobak:

Kurang dari Rp. 1.000.000,- per unit 4

Antara Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit 3

Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit 2

Diatas Rp. 2.500.000,- per unit 1

Pengumpulan Motor:

Kurang dari Rp. 10.000.000,- per unit 4

Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,- per unit 3

Antara Rp. 15.000.000,- - Rp. 25.000.000,- per unit 2

Diatas Rp. 25.000.000,- per unit 1

Page 156: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

TPST :

o Kurang dari Rp. 200 juta 3

o Antara 200 juta – 1 milyard 2

o Diatas 1 milyard.

1

Biaya operasional per tahun :

Pengumpulan :

o Kurang dari Rp. 36.000.000,- 1

o Antara Rp. 36.000.000,- - Rp. 75.000.000,- 3

o Antara Rp. 75.000.000,- - Rp. 100.000.000,- 4

o Diatas Rp. 100.000.000,- 1

Biaya Pengolahan di TPST :

o Kurang dari Rp. 50.000.000,- 2

o Antara Rp. 50.000.000,- - Rp. 100.000.000,- (tanpa mesin pencacah) 4

o Antara Rp. 100.000.000,- - Rp. 150.000.000,-(dengan mesin pencacah) 4

o Diatas Rp. 150.000.000,- 2

Page 157: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

40

Sumber Dana :

Dana Mandiri dari masyarakat 5

Sharing antara masyarakat dan pihak lain 4

Dana APBD pemerintah daerah 3

Dana LSM 2

·Lainnya sebutkan

Alokasi dana meliputi :

Operasional :

Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam sarasehan,

Focus Group Discussion, dll

5

Pelatihan 5

Kunjungan lapangan 5

Pameran produk-produk daur ulang 5

Lain-lain sebutkan.............. 5

Pemeliharaan

Penggantian komposter yang rusak 5

Pemeliharaan alat pengumpul 5

Pemeliharaan TPST 5

Lainnya sebutkan..................

Pelaporan keuangan :

Pembukuan 5

Laporan keuangan triwulan 5

Laporan keuangan tahunan 5

Aspek Score

Page 158: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

3.5.5 Peran Serta Masyarakat

Aspek Score

Keterlibatan Warga :

Seluruh warga 1 kelurahan terlibat 6

Seluruh warga 1 RW terlibat 5

Seluruh warga 1 RT terlibat 4

50 % warga 1 RT terlibat 3

25 % warga 1 RT terlibat 2

Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan 1

Lainnya sebutkan.................

Kelompok aktif di masyarakat yang terlibat :

PKK 3

Karang Taruna 3

Jantung Sehat 3

Kelompok agama 3

Arisan 3

Lainnya sebutkan................

Frekuensi pertemuan warga tentang pengelolaan sampah terpadu 3R :

Seminggu sekali 8

Dua minggu sekali 7

Sebulan sekali 6

3 bulan sekali 5

6 bulan sekali 4

1 tahun sekali 3

Lebih dari 1 tahun sekali 2

Tidak pernah 1

Lainnya sebutkan....................

Page 159: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

42

3.5.6 Pengaturan

3.5.7 Operasional

Aspek Score

Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai :

Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R

terpadu berbasis masyarakat – TKM (Sk Lurah, RW, atau RT)

Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan

sampah

surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan

lingkungan dan pengelolaan sampah

Lainnya sebutkan.............

5

5

5

Aspek Score

Tingkat operasional saat pemantauan :

Sudah berjalan 100 % sesuai perencanaan

Berjalan antara 75 % - 100 %

Antara 50 % - 75 %

Dibawah 50 %

4

3

2

1

Page 160: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

BAB IV

PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman 4 Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Pengelolaan

Sampah 3R berbasis masyarakat diharapkan dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan

3R yang berkelanjutan sesuai dengan perencanaan awal dan sasaran pengurangan sampah

20 % ditahun 2010.

Hasil monitoring dan evaluasi seperti yang tertera pada pedoman ini dapat dijadikan acuan

untuk pengembangan maupun replikasi ke daerah sekitarnya.

Kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna lebih melengkapi pedoman ini.

Page 161: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

44

DAFTAR PUSTAKA

1. UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

3. UU No. 32 tahun 2006 tentang Pemerintah Daerah

4. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan Permukiman

5. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

6. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2005-2009;

8. Peraturan Menteri PU No. 21/ PRT / M / 2006 tentang Kebijakan Strategi Pengelolaan

Persampahan

9. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-3964-1994, Metode Pengambilan dan Pengukuran

10. Standar Nasional Indonesia, SNI T-13-1990-F, Tata cara Pengelolaan Teknik Sampah

Perkotaan, Departemn Pekerjaan Umum, 1990.

11. Standar Nasional Indonesia, SNI S 04 1991 03, Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk

Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, 1991.

12. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-2454-2002, Tata Cara Teknik Operasional

Pengelolaan Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, 2002.

13. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di

Pemukiman,

14. Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Pedoman Pengelolaan Persampahan

perkotaan, Departemen PLP Wilayah, , 2003.

15. Departemen PLP Wilayah, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Pedoman

Pengelolaan Persampahan perkotaan bagi pelaksana, , 2003.

16. Badan Standarisasi Nasional – BSN, Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah

Perkotaan,

17. CPIS, Panduan Persiapan Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos, 1992

18. Sri Murniati Djamaludin dan Sri Wahyono, Pengomposan Sampah Skala Rumah Tangga

Page 162: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

PENASEHAT Direktur Jenderal Cipta Karya

Susmono

Kati Andraini Darto

PENYUSUN Endang Setyaningrum

Widhi Handoko

Sri Bebassari

Djoko Heru Martono

Maskana

EDITOR PT. WASECO TIRTA

Page 163: Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01

Dicetak Untuk

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN

LINGKUNGAN PERMUKIMAN

EDISI I MARET 2008