proposalku skripsi

41
BAB I 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana postur pekerja pada bagian batching di warehouse 3 PT. Sari Husada ? b. Apakah postur pekerja bagian batching sudah aman berdasarkan metode REBA? c. Bagaimana postur kerja bagian batching yang aman berdasarkan metode REBA? d. Apakah kegiatan batching di warehouse 3 menimbulkan resiko penyakit atau cedera pada pekerja ? e. Bagaimana rekomendasi perbaikan untuk meminimalkan penyakit akibat kerja? 3. Batasan Masalah Untuk memperjelas serta membatasi ruang lingkup permasalahan sehingga menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis merasa perlu membuat batasan masalah yaitu: a.Pengamatan ini hanya menganalisis tingkat resiko cedera pada pekerja dengan menggunakan metode REBA. b. Lokasi pengamatan adalah di Departement Rantai Pasok ( Supply chance) khususnya di gudang 33 PT. Sari Husada 2.

Upload: riyant-hidayat

Post on 21-Oct-2015

108 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposalku skripsi

BAB I

1. Pendahuluan

1. Latar Belakang

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana postur pekerja pada bagian batching di warehouse 3 PT. Sari

Husada ?

b. Apakah postur pekerja bagian batching sudah aman berdasarkan metode

REBA?

c. Bagaimana postur kerja bagian batching yang aman berdasarkan metode

REBA?

d. Apakah kegiatan batching di warehouse 3 menimbulkan resiko penyakit atau

cedera pada pekerja ?

e. Bagaimana rekomendasi perbaikan untuk meminimalkan penyakit akibat

kerja?

3. Batasan Masalah

Untuk memperjelas serta membatasi ruang lingkup permasalahan sehingga

menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis merasa perlu membuat batasan

masalah yaitu:

a. Pengamatan ini hanya menganalisis tingkat resiko cedera pada pekerja dengan

menggunakan metode REBA.

b. Lokasi pengamatan adalah di Departement Rantai Pasok (Supply chance)

khususnya di gudang 33 PT. Sari Husada 2.

c. Waktu pengamatan adalah pada tanggal 22 Januari sampai dengan 22 Februari

2012.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah :

a. Menganalisa postur pekerja bagian batching di gudang 3.

Page 2: proposalku skripsi

b. Memberikan suatu usulan perbaikan metode kerja yang membuat postur kerja

menjadi ergonomis terhadap kategori pekerjaan bagian .. yang memiliki resiko

postur kerja tinggi dan sangat tinggi

c. Mengetahui adanya keluhan sakit akibat kerja yang dialami oleh pekerja

bagian

5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan tugas khusus ini adalah :

a. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai masukan pekerja untuk

menentukan postur kerja yang baik dan benar sehingga mengurangi

terjadinya muskuloskeletal.

b. Hasil penngamatan dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan agar

tempat dan kondisi lingkungan kerja dibuat menjadi se-ergonomi mungkin,

sehingga kenyamananpun tercapai.

c. Hasil usulan perbaikan dapat dipakai untuk pekerja sehingga mencegah

terjadinya penyakit akibat kerja dan menambah nilai produktivitas bagi

perusahaan.

Page 3: proposalku skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetian Ergonomi

Istilah ergonomi atau biasa pula dikenal dengan human factors mulai

dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah

bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu

Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefisinisikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan.

Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan manusia di tempat kerja. (Nurmianto, 2003)

Menurut Sutalaksana (1999), untuk menciptakan hasil yang optimal dalam

penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan

manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk mendapatkan

informasi-informasi ini, telah dilakukan penyelidikan. Penyelidikan tersebut

dilakukan menurut empat kelompok besar, yaitu :

1. Penyelidikan tentang display.

Penyelidikan tentang display adalah bagian lingkungan yang

mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai contoh, jika ingin

mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka

dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan mengetahui kecepatan

sepeda motor.

2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan

kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Dimana

penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika.

3. Penyelidikan mengenai tempat kerja.

Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan

dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi anthropometri

4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan fasilitas-

fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang

Page 4: proposalku skripsi

keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. Berdasarkan dengan

bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka melibatkan sejumlah disiplin dalam

ilmu ergonomi yaitu :

a. Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia.

b. Anthropometri : ukuran-ukuran tubuh manusia.

c. Fisiologi psikologi : sistem saraf otak.

d. Psikologi eksperimen : perilaku manusia.

1. Konsep dasar Ergonomi

Untuk dapat mempermudah pemahaman terhadap ergonomi, kita dapat

menggunakan konsep umum dari cara berfikir yang rasional yang biasa kita gunakan.

Mengadopsi istilah (5W + 1H) dapat mempermudah kita berfikir secara sistematis di

dalam memahami dan menerapkan ergonomi (Tarwaka, dkk, 2004).

a. What is ergonomics?

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu

“ergos”berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas

ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.

b. Why is ergonomics ?

Setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara

ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan

penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat pada

penurunan efisien dan daya kerja.

c. Where is ergonomics?

Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan di lingkungan mana saja.

d. When is ergonomics ?

Ergonomi dapat diterapkan dimana saja dan kapan saja sehingga kita dapat

merasa sehat, aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas.

e. Who is ergonomics ?

Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja maupun masyarakat

sosial dalam upaya menciptakan kesehatan, kenyamanan, keselamatan dan

produktivitas kerja yang setingi-tingginya.

f. How is ergonomics applied ?

Untuk dapat menerapkan ergonomi secara benar dan tepat, maka kita harus

mempelajari dan memahami ergonomi secara detail

Page 5: proposalku skripsi

2. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada

suatu perusahaan atau organisasi. Ergonomi memberikan peranan penting dalam

meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem

kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka manusia dan

desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu untuk mengurangi

ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools)

untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem

pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan

dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan serta

supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat

metode kerja yang kurang tepat. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain

pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan

jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-

lain. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun

(desain) ataupun rancang ulang yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan juga

anatomy, psysiology dan industrial medicine (Luopajarvi,1990).

Secara umum tujuan dari penerapan ilmu ergonomi adalah (Tarwaka,2004) :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasaan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatkan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Berdasarkan penjabaran di atas dari berbagai sumber, maka dapat

disimpulkan baha ruang lingkup dari ergonomi berfokus pada perancangan

tugas, peralatan, area kerja, dan sistem kerja yang disesuaikan dengan

kapasitas pekerja (mempertimbangkan keterbatasan fisik pekerja) yang

bertujuan untuk menciptakan efesiensi serta kenyamanan dalam bekerja dan

mencegah dari kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja..

Page 6: proposalku skripsi

Pertimbangan ergonomi yang terkait dengan postur kerja dapat membantu

mendapatkan postur kerja yang nyaman dan aman bagi para pekerja, baik dalam

kondisi postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan

akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak nyaman. Kondisi kerja

seperti itu memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan

berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja

cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat

tubuh. Untuk menghindari postur kerja yang demikian, pertimbangan-pertimbangan

ergonomis antara lain (Nurmianto,1998) :

1. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja

membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka

waktu yang lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus

dirancang terutama sekali dengan memperhatikan fasilitas kerja seperti meja,

kursi, dan lain-lain yang sesuai dengan data anthropometri agar pekerja dapat

menjaga postur kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama

sekali ditekankan bilamana pekerjaan harus dilaksanakan dengan postur

berdiri.

2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum.

Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan

normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping itu pengaturan ini bisa

memberikan postur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertentu pekerja harus

mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja

yang lebih leluasa dalam bergerak.

3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu

yang lama, dengan kepala, leher,dada, atau kaki berada dalam postur kerja

miring.

4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode

waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level

siku yang normal.

Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal ini

dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang

bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih

produktif. Sedangkan posttur berdirimerupakan sikap siaga baik fisik maupun mental,

Page 7: proposalku skripsi

Performance 1. quality 2. Fatique 3. Accident 4. Discomfort 5. Diseasse 6. Stress

Material CharacteristicsTask/work place characteristics

Organizational characteristicsEnvironmental characteristics

TAKS DEMAND

Personal capacity Physicoogical capacity

Pysicological capacityBiomechanical capacity

WORK CAPACITY

sehingga aktifitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Berdiri lebih

melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15%

dibandingkan duduk (Nurmianto, 1998).

Beberapa masalah berkenaan dengan postur kerja yang sering terjadi sebagai berikut

(Santoso, 2004) :

1. Hindari kepala dan leher yang mendongak

2. Hindari tungkai yang menukik

3. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat

4. Hindari postur memutar atau asimetris

5. Sediakan sandaran bangku yang cukup di setiap bangku

Kerja seseorang dihasilkan dari tugas pekerjaan, rancangan tempat kerja dan

karakteristik individu seperti ukuran dan bentuk tubuh. Pertimbangan untuk semua

komponen dibutuhkan analisis postur dan perancangan tempat kerja.

3. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi

Konsep keseimbangan antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja tersebut

dapat diilustrasikan pada gambar 2.1.

1) Kemampuan Kerja (Work Capacity)

Gambar 2.1 Konsep Dasar Keseimbangan Dalam Ergonomi(Sumber :Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk 2004: 8 )

Page 8: proposalku skripsi

a. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor jenis kelamin, usia,

pendidikan, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan

kepercayaan

b. Physicologocal Capaicity (Kemampuan Fisiologis); meliputi kemampuan dan

daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, dan panca indera.

c. Biomechanical Capacity (Kemampuan Biomekanik) berkaitan dengan

kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.

2) Tuntutan Tugas (Task Demand)

a. Task and Material haracteristic (Karakteristik tugas dan material): ditentukan

oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja.

b. Organization Characteristic: berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat,

shift kerja,cuti dan libur.

c. Environmental Characteristic; berkaitan dengan teman setugas, kondisi

lingkungan kerja fisik, norma, adat kebiasaan dan sosio budaya.

3) Performansi (Performance)

a. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) > Kpasitas kerja (Work Capacity),

maka hasil akhirnya berupa: ketidaknyamanan overstress,kelelahan,

kecelakaan, cidera, rasa sakit dan tidak produktif.

b. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) < Kapasitas kerja (Work Capacity),

maka hasil akhirnya berupa: undertress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit

dan tidak produktif.

c. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis

(task demand = Work capacity) sehingga tercapai kondisi lingkungan yang

sehat, aman, nyaman dan produktif.

4. Prinsip Ergonomi

Ergonomi berfokus kepada desain dari suatu sistem dimana manusia bekerja.

Semua sistem kerja tersebut terdiri atas komponen manusia, komponen mesin, dan

lingkungan yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Fungsi dasar

dari ergonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia akan desain kerja yang

memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi manusia yang bekerja di dalamnya

(Bridger, 2003).

Page 9: proposalku skripsi

Dalam upaya menciptakan suatu kondisi kerja yang aman dan nyaman, maka

diperlukan interaksi yang baik dari ketiga komponen yang telah disebutkan di atas,

yaitu manusia, mesin, dan lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia merupakan

komponen paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang

dimilikinya, karena manusia dalam hal ini yang menjadi operator dari pekerjaannya.

Ini berarti hal yang diperbaiki adalah mengenai workstation yang akan menyesuaikan

pekerjaannya. Sebagai contoh, dsain pembuatan kursi kerja berkisar antara 43-50 cm

(Oborne, 1995).

Kursi kerja yang didesain dengan menambahkan sandaran punggung

(backrest) dilakukan dengan tujuan agar memberikan kesempatan relaksasi pada otot

punggung secara berkala. Contoh lainnya adalah mengenai desain meja kerja. Tinggi

meja kerja disarankan untuk pekerjaan berat adalah sekitar 75-90 cm dari lantai

(untuk pria) dan 70-85 cm dari lantai (untuk wanita), untuk pekerjaan ringan bekisar

antara 90-95 cm dari lantai (untuk pria) dan 85-90 cm dari lantai (untuk wanita), serta

pekerjaan yang membutuhkan ketelitian berkisar 100-110 cm dari lantai (untuk pria)

dan 95-105 cm dari lantai (untuk wanita)(Kroemer, 1997).

5. Postur dan Pergerakan Pekerja

1) Postur Kerja

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang

berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya

postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera

muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila pekerja telah melakukan postur kerja yang

baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh

saat bekerja ( Tarwaka, 2004 ).

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat

bekerja. Pergerakan organ tubuh tersebut meliputi (Tayyari, 1997):

1. Flexion, yaitu gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

2. Extension, yaitu gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi

peningkatan sudut antara dua tulang.

3. Abduction, yaitu pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the

median plane) tubuh.

4. Adduction, yaitu pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).

5. Rotation, yaitu pergerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.

Page 10: proposalku skripsi

6. Pronation, yaitu perputaran bagian tengah (menuju ke dalam) dari anggota

tubuh.

7. Supination, yaitu perputaran ke arah samping (menuju ke luar) dari anggota

tubuh.

Pembagian postur kerja dalam ergonomi didasarkan atas posisi tubuh dan

pergerakan. Berdasarkan posisi tubuh, postur kerja dalam ergonomi terdiri dari

(Bridger, 2003) :

1. Postur Netral (Neutral Posture), yaitu postur dimana seluruh bagian tubuh

berada pada posisi yang sewajarnya atau seharusnya dan kontraksi otot tidak

berlebihan sehingga bagian organ tubuh, saraf jaringan lunak dan tulang

tidak mengalami pergeseran, penekanan, ataupun kontraksi yang berlebih.

2. Postur Janggal (Awkward Posture), yaitu postur dimana posisi tubuh

(tungkai, sendi dan punggung) secara signifikan menyimpang dari posisi

netral pada saat melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan

tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur

janggal akan menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan

persendian ssehingga menyebabkan rasa sakit pada otot rangka. Selain itu,

postur janggal membutuhkan energi yang lebih besar pada beberapa bagian

otot, sehingga meningkatkan kerja jantung dan paru-paru untuk

menghasilkan energi. Semakin lama bekerja dengan postur janggal, maka

semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi

tersebut, sehingga dampak kerusakan otot rangka yang ditimbulkan semakin

kuat. Beberapa bentuk postur janggal antara lain :

a. Postur janggal pada tulang belakang

1. Membungkuk (bent forward), yaitu punggung dan dada lebih

condong ke depan membentuk ≥ 20° terhadap garis vertikal.

2. Berputar (twisted), yaitu posisi tubuh yang berputar ke kanan dan

dimana garis vertikal menjadi sumbu tanpa memperhitungkan

beberapa derajat besarnya rotasi yang dilakukan

3. Miring (bent sideway), yaitu setiap deviasi bidang median tubuh

dari garis vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang

dibentuk. Terjadi fleksi pada bagian tubuh, biasanya ke depan atau

ke samping.

Page 11: proposalku skripsi

Gambar

Sumber : lontar.ui.ac.id

Selain itu, terdapat postur janggal pada tulang punggung saat mengangkat

seperti pada gambar berikut ini

Gambar

Sumber : Bridger, 2003

b. Postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan (kiri dan kanan)

Faktor resiko pada tangan dan pergelangan tangan adalah melakukan

pekerjaan dengan posisi memegang benda dengan cara mencubit (pinch

grip), tekanan pada jari terhadap objek (finger press), menggenggam

dengan kuat (power grip), posisi pergelangan tangan yang fleksi dan

ekstensi dengan sudut ≥45°, serta posisi pergelangan tangan yang deviasi

selama lebih dari 10 detik dan frekuensi > 30/ menit (Humantech, 1989).

Gambar Postur Janggal Tangan dan Pergelangan Tangan

Sumber : Humantech, 1995

Page 12: proposalku skripsi

Gambar

Sumber : http://anatomystudybuddy.wordpress.com

c. Postur janggal pada bahu (kiri dan kanan)

Postur bahu yang merupakan kator resiko adalah melakukan pekerjaan

lengan atas membentuk sudut ≥45° ke arah samping atau ke arah depan

terhadap badan selama lebih dari 10 detik dengan frekuensi lebih dari atau

sama dengan 2 kali per menit dan beban ≥45kg (Humantech, 1995).

Lengan ke samping depan Lengan debelakang badan

Gambar Postur Janggal Bahu

Sumber : Humantech, 1995

d. Postur Janggal Pada Lengan Bawah (Kiri dan Kanan)

Postur lengan bawah yang menjadi faktor resiko adalah posisi siku sebesar

135° dan jika menggunakan gerakan penuh dalam bekerja (Humantech,

1995).

Page 13: proposalku skripsi

Gambar Postur Janggal Lengan Bawah

Sumber : Humantech, 1995

e. Postur Janggal Pada Leher

Postur leher yang menjadi faktor resiko adalah melakukan pekerjaan

(membengkokkan leher ≥20° terhadap vertikal), menekukkan kepala atau

menoleh ke samping kiri atau kanan, serta menengadah (Humantech,

1995).

Gambat Postur Janggal Leher

Sumber : Humantech, 1995

f. Postur janggal Pada Kaki

1. Jongkok (squatting0, yaitu posisi tubuh dimana perut menemel

pada paha dimana terjadi fleksi maksimal pada daerah lutut,

pangkal paha, dan tulang lumbal.

2. Berlutut (kneeling), yaitu posisi tubuh dimana sendi lutut

menekuk, permukan lutut menyentuh lantai dan berat tubuh

bertumpu pada lutut dan jari-jari kaki.

3. Berdirir pada satu kaki (stand on one leg), yaitu posisi tubuh

dimana tubuh bertumpu pada satu kaki.

Sedangkan berdasarkan pergerakan postur kerja dalam ergonomi terdiri dari :

1) Postur Statis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar tubuh tidak

aktif atau hanya sedikit sekali terjadi pergerakan. Postur satis dalam

jangka waktu lama sehingga otot berkontraksi secara terus-menerus dan

Page 14: proposalku skripsi

dapt menyebabkan tekanan atau stress pada bagian tubuh (Bridger, 2003).

Pergerakan otot statis menyebabkan aliran darah ke otot berkurang dan

glikogen otot diubah menjadi asam laktat yang mengakibatkan rasa lelah

(Humantech, 1995). Berikut ini contoh postur statis, yaitu :

a. Berdiri, yaitu kepala, punggung dan kaki tegak lurus sejajar dengan

sumbu vertikal.

b. Duduk, yaitu pantat menyentuh suatu permukaan dan terjadi fleksi

pada lutut 90°. Posisi duduk memerlukan lebih sedkit energi daripada

berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis

pada kaki (Nurmianto, 2004). Pada posisi duduk, jaringan lunak pada

tulang punggung antara anterior dan posterior tertekan sehingga

menyebabkan kesakitan (Bridger, 1995). Selain itu, sikap duduk yang

tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang

(Nurmianto, 2004).

c. Berbaring, yaitu kepala, punggung dan kaki sejajar dengan sumbu

horizontal.

2) Postur dinamis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar anggota

tubuh bergerak. Jenisnya adalah :

a. Carrying, yaitu aktivitas mengangkat beban sambil berjalan.

b. Pulling, yaitu tarikan pada benda agar benda bergerak.

c. Ushing, yaitu memindahkan benda dengan memberikan gaya agar

benda berpindah.

2) Frekuensi

Postur yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat

mengakibatkan tubuh kekurangan suplai darah, asam laktat yang terakumulasi,

inflamasi, tekanan pada otot, dan trauma mekanis. Frekuensi terjadinya postur

janggal terkait dengan terjadinya repetitive motion dalam melakukan pekerjaan.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus-

menerus tanpa melakukan relaksasi (Bridger, 2003). Secara umum, semakin

banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan

mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan secara

repetitif dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan resiko MSDs apalagi

bila ditambah dengan gaya atau beban dan postur janggal (OHSCO, 2007)

Page 15: proposalku skripsi

3) Durasi

Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor resiko. Durasi dapat dlihat sebagai

menit-menit dari jam kerja/hari pekerja terpajan resiko. Durasi juga dapat dilihat

sebagai pajanan faktor resiko atau karakteristik pekerjaan berdasarkan faktor

resikonya. Secara umum, semakin besar pajanan durasi pada faktor resiko,

semakin besar pula tingkat esikonya. Durasi diklasifikasikan sebagai berikut

(Kroemer & Grandjean, 1997) :

a. Durasi singkat : < 1 jam/hari

b. Durasi sedang : 1-2 jam/hari

c. Durasi lama : > 2 jam

Pada posisi kerja statis yang membutuhkan 50% dari kekuatan maksimum

tidak dapat bertahan lebih dari satu menit, jika kekuatan digunakan kurang dari

20% kekuatan maksimum maka konsentrasi akan berlangsung terus untuk

beberapa waktu. Sedangkan untuk durasi aktivitas dinamis selama 4 menit atau

kurang seseorang dapat bekerja dengan intensitas sama dengan kapasitas aerobik

sebelum beristirahat.

4) Force atau beban

Force merupakan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan.

Pekerjaan yang menuntut penggunaan tenaga besar, maka akan memberikan

beban pada otot, tendon, ligamen, dan sendi. Objek merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Beban maksimum yang

diperolehkan untuk diangkat oleh seseorang adalah 23-25 kg. Bentuk dan ukuran

objek juga ikut mempengaruhi hal tersebut. Ukuran objek harus cukup kecil agar

dapat diletakkan sedekat mungkin dari tubuh. Lebar objek yang besar yang dapat

membebani otot pundak/bahu adalah lebih dari 300-400. Cara menangani beban

yang baik yaitu, (Suma’mur, 1989) :

1. Pegangan harus tepat. Memegan diusahakan dengan penuh dan

memegangdengan hanya beberapa jari dapat menyebabkan ketegangan

statis lokal pada jari dan pergelangan tangan.

2. Lengan harus berada di dekat tubuh dengan posisi lurus. Fleksi pada

lengan untuk mengangkat dan membawa menyebabkan ketegangan otot

statis pada lengan yang melelahkan.

Page 16: proposalku skripsi

3. Punggung harus diluruskan. Posisi deviasi punggung membebani tulang

belakang. Untuk menghindari punggung membungkuk, mula-mula lutut

harus bengkok (fleksi) sehingga tubuh tetap berada pada posisi dengan

punggung lurus.

4. Posisi leher tegak sehingga seluruh tulang belakang diluruskan.

5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa agar mampu mengimbangi momentum

yang terjadi dalam posisi mengangkat dan menurunkan. Kedua kaki

ditempatkan untuk membantu mendorong tubuh.

6. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak

mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari

pembebanan.

7. Beban yang ditangani diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis

vertikalatau pusat gravitasi tubuh. Posisi tubuh yang menahan beban

cenderung mengikuti beban sedangkan posisi tubuh yang menjauhi pusat

gravitasi t ubuh lebih beresiko MSDs.

Sedangkan bentuk objek yang baik harus memiliki pegangan, tidak ada sudut

tajam dan tidak dingin atau panas saat diangkat.mengangkat objek tidak boleh

hanya dengan mengandalkan kekuatan jari, karena kemampuan otot jari terbatas

sehingga dapat cidera pada jari. Semakin berat objek yang ditangani, tenaga yang

dibutuhkan akan meningkat. Dapat disimpulkan, semakin besar gaya yang

dikeluarkan untuk menangani suatu objek, maka semakin tinggi resiko terkait

dengan gangguan otot rangka apabila hal tersebut dilakukan dengan postur yang

salah dan berat objek melampaui batas maksimum yang diperbolehkan (Kumar,

1996).

Pajanan terkait MSDs tersebut tidak hanya disebabkan oleh salah satu faktor

saja, melalaikanadanya keterkaitan atau gabungan dari berbagai faktor resiko

ergonomi yang ada serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya.

Gangguan terhadap muskulosketal tersebut akan timbul semakin cepat apabila

suatu aktivitas kerja yang dilakukan dengan postur yang tidak tepat dengan beban

yang berat dan dilakukan secara repetitif dalam janga waktu yang cukup lama

(Kumar, 1996).

Page 17: proposalku skripsi

B. Sistem Kerangka Otot

1. Sistem kerangka otot manusia

Sistem kerangka otot manusia melibatkan bagian-bagian tubuh yang

berkolaborasi untuk mengahsilkan gerakan yang akan dilakukan oleh organ tubuh

yaitu tulang. Otot terdiri atas sel-sel berbentuk serat yang panjang dan lembut, bersifat

dapat mengencang (contraction) ke satu arah ada otot sukarela (voluntary muscles)

yang menyediakan gerakan sukarela asal mendapat perintah, ada otot non sukarela

(involuntary muscles) yang bergerak terus tanpa diperintah, ada otot lembut yang

membentuk organ internal dan ada pula otot yang khas untuk jantung yaitu otot

kardiak cardiac muscles). Otot tidak melekat pada tulang, melainkan ujung- ujungnya

saja yang berubah menjadi serat kolagen (collagen fibres) dan membundel lagi jadi

urat daging dan olehnya otot diletakkan pada tulang. Apabila otot itu mengencang,

serat otott akan mengkerut sampai separuh panjang awal otot dan rentag gerakan otot

itu akan bergantung pada panjangnya masing-masing serat (Suyatno, 1985).

2. Kerja Otot Statis dan Dinamis

Pada kerja otot dinamis, kerutan dan pengenduran suatu otot terjadi silih

berganti sedangkan pada kerja otot statis suatu otot menetap berkontraksi untuk suatu

periode waktu secara kontinyu. Untuk kerja otot dinamis, energi kerja adalah hasil

perkalian diantara selisih panjang ototsebelum dan pada keadaan maksimum kontraksi

dengan besarnya kekuatan. Pada pekerjaan statis, panjang otot tetap dan seolah-olah

tidak kelihatan kerja luar sehingga energi tidak bisa diperhitungkan dari besarnya

kekuatan (Suma’mur, 1984).

Sistem kerangka otot manusia melibatkan bagian-bagian tubuh yang

berkolaborasi untuk mengahsilkan gerakan yang akan dilakukan oleh organ tubuh

yaitu tulang. Otot terdiri atas sel-sel berbentuk serat yang panjang dan lembut, bersifat

dapat mengencang (contraction) ke satu arah ada otot sukarela (voluntary muscles)

yang menyediakan gerakan sukarela asal mendapat perintah, ada otot non sukarela

(involuntary muscles) yang bergerak terus tanpa diperintah, ada otot lembut yang

membentuk organ internal dan ada pula otot yang khas untuk jantung yaitu otot

kardiak cardiac muscles). Otot tidak melekat pada tulang, melainkan ujungujungnya

saja yang berubah menjadi serat kolagen (collagen fibres) dan membundel lagi jadi

urat daging dan olehnya otot diletakkan pada tulang. Apabila otot itu mengencang,

Page 18: proposalku skripsi

serat otott akan mengkerut sampai separuh panjang awal otot dan rentang gerakan otot

itu akan bergantung pada panjangnya masing-masing serat (Suyatno, 1985).

3. Keluhan Musculosketal

Keluhan Musculosketal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila

otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan

dan kerusakan inilah yang dinamakan dengan keluhan muskulosketal disorders

(MDSS) atau keluhan pada sistem muskulosketal. Secara garis besar keluhan otot

dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2004) :

a. Keluhan sementara (reversible)

Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun

demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent)

Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah

dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan muskulosketal adalah sikap kerja

yang tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih banyak

disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan

ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. Postur kerja yang tidak

alami tersebut juga dapat disebabkan oleh hal-hal berikut (Nurmianto, 1998) :

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering

dikeluhkan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan

tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan

menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena

pengarahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila

hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan

otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus

seperti pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan

mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya. Keluhan otot

Page 19: proposalku skripsi

terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus

tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan

tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan

sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka

semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak

alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan

stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan kerja.

4. Faktor Penyebab Sekunder terjadi keluhan muskolosketal, antara lain :

a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai

contoh, pada saat tangan harus memegang alat maka jaringan otot tangan

yang lunak akan menerima tekanan langsung dari npegangan alat dan

apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang

menetap.

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot

bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri pada

otot.

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,

kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban,

sulit bergerak yang disertai dengan menurunya kekuatan otot. Demikia juga

dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu

tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam

tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan

tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi pasokan energ yang cukup, maka

akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran

darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

Page 20: proposalku skripsi

karbohidra terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri pada otot.

5. Kelelahan

Pada dasarnya kelelahan menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan

lelah, perubahan fisiologis tubuh dan pengurangan keemampan elakukan kerja.

Kelelahan merupakan suatu pertanda yang bersifat sebagai pengaman yang

memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah melewati batas

maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan suatu keadaan

yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dibiarkan terus menerus

akan berakibat buruk dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (Barnes,

1980).

Kelelahan otot yang merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam

bekerja akibat konstraksi tulang. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya

kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi

serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 1990).

4. Metode Penilaian Postur Kerja

Penilaian postur kerja diperlukan ketika didapati bahwa postur kerja pekerja

memiliki resiko yang menimbulkan cedera musculosketal yang diketahui secara visual

atau melaluikeluhan dari pekerja itu sendiri. Dengan adanya penilaian dan analisis

perbaikan postur kerja, diharapkan dapat diterapkan untuk mengurangi atau

menghilangkan resiko cedera musculosketal yang dialami pekerja.

A. OWAS (Ovako Working Posture Analysis System)

OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) merupakan metode

analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung,

lengan, kaki dan beban berat yang diangkat. Masing-masing anggota tubuh

tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja. Berikut ini merupakan klasifikasi

sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa (Karhu, 1981):

1. Sikap lengan (kedua lengan berada di bawah bahu, satu lengan berada pada

atau di atas bahu, kedua lengan pada atau di atas bahu).

2. Sikap punggung (lurus, membungkuk, memutar atau miring ke samping,

membungkuk & memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping).

Page 21: proposalku skripsi

3. Sikap kaki (duduk, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, berdiri bertumpu

pada satu kaki lurus, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk,

berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, berlutut pada satu atau

kedua lutut, berjalan).

4. Berat beban (< 10 kg, 10-20 kg, >20 kg).

B. RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode

penelitian untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas.

Metode ini dirancang oleh Lynn Mc Atamney yang menyediakan sebuah

perhitungan tingkat beban musculosketal di dalam sebuah pekerjaan yang

memiliki resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota

badan bagian atas (Mc Atamney, 1993).

Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan

penilaian postur leher, punggung dan lengan atas. Setiap pergerakan di beri

skor yang telah ditetapkan. Rula dikembangkan sebagai suatu metode untuk

mendeteksi postur kerja yang merupakan faktor resiko. Metode didesain

untuk menilai para pekerja dan mengetahui beban musculosketal yang

kemungkinan menimbulkan gangguan pada anggota badan atas.

Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan tiga tabel skor

dalam menetapkan evaluasi faktor resiko. Faktor resiko yang telah

diinvestigasi dijelaskan oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal yaitu

(McPhee, 1987) :

a. Jumlah pergerakan

b. Kerja otot statik

c. Tenaga/kekuatan

d. Penentuan postur kerja oleh peralatan

e. Waktu kerja tanpa istirahat

Dalam usaha untuk penilaian 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan,

kerja otot statis, tenaga kekuatan dan postur), RULA dikembangkan untuk

(Mc Atamney, 1993) :

1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja dengan

cepat, yang berhubungan dengan kerja yang beresiko yang

menyebabkan gangguan pada anggota badan bagian atas.

Page 22: proposalku skripsi

2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postir kerja,

penggunaan tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang dapat

menimbulkan kelelahan otot.

3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode

penilaian ergonomi yaitu epidomiologi, fisik, mental, lingkungan dan

faktor organisasi.

Pengembangan dari RULA terdiri atas tiga tahapan yaitu :

1. Mengidentifikasi postur kerja

2. Sistem pemberian skor

3. Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat

resiko yang ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang

melebihi detai berkaitan dengan analisis yang didapat.

Ada empat hal yang menjadi aplikasi utama dari RULA, yaitu untuk :

1. Mengukur resiko musculosketal, biasanya sebagai bagian dari

perbaikan yang lebih luas dari ergonomi.

2. Membandingkan beban musculosketal antara rancangan stasiun kerja

yang sekarang dengan yang telah dimodifikasi.

3. Mengevaluasi keluaran misalnya produktivitas atau kesesuaian

penggunaan peralatan

4. Melatih pekerja tentang beban musculosketal yang diakibatkan

perbedaan postur kerja.

C. Quick Exposure Check (QEC)

Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu metode penilaian

postur kerja yang digunakan untuk menilai postur kerja pekerja yang

berhubungan dengan gangguan otor (work related musculodketal disorders).

Metode ini diciptakan oleh Guangyan Li dan PeterBuckle pada tahun 1999.

QEC didasarkan kepada riset dan penelitian para praktisi jenis pekerjaan

yang beresiko menimbulkan gangguan otot.

Penelitian postur kerja dengan menggunakan QEC dilakukan dari dus

sisi. Penilaian pertama didasarkan kepada penilaian pengamat (Observer’s

Assesment) dengan mengisi Observer’s Assesment Checklist dan penilaian

Page 23: proposalku skripsi

kedua didasarkan kepada penilaian pekerja (Worker’s Assesment) dengan

mengisi Worker’s Assesment Checklist. QEC menilai gangguan resiko yang

terjadi pada bagian punggung (back), bahu atau lengan (shoulder/arm),

pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck). Selanjutnya menghitung

skor penilaian untuk masing-masing bagian tubuh yang dinilai dengan tabel

skor penilaian sebagai skor akhir QEC untuk diwujudkan dalam empat

tindakan.

D. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue

Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari

universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of

Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah

metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan

secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan

pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga

dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta

aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan

waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada

daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang

diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney, 2000).

Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan

faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang–

ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor

resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi

menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk

dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin

pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan

untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan

sesegera mungkin (Mc Atamney, 2000).

REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini

memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan

pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat

dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan

Page 24: proposalku skripsi

REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data

postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua

adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah

penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan

aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai

REBA untuk postur yang bersangkutan. (Luopajarvi, 1990).

Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko

dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.

Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau group

yaitu group A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari batang tubuh

(Trunk), leher (Neck), dan kaki (Legs). Sedangkan gup B terdiri atas postur

kerja tubuh kanan, kiri dan lengan atas (Upper Arm), lengan bawah (Lower

Arm) dan pergelangan tangan (Wirst). Dalam masing-masing grup diberikan

penilaian postur tubuh, faktor beban dan pegangan. REBA dapat digunakan

ketika penilaian postur kerja diperlukann dan dalam sebuah kegiatan

pekerjaan (Lueder, 1996):

1. Keseluruhan bagian badan digunakan

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, tidak stabil

3. Melakukan pembebanan dan

4. Perubahan dari tempat kerja, dan peralatan.

Proses penilaian skor REBA ini terdapat pada gambar

Page 25: proposalku skripsi

1) Penilaian Skor REBA

Pertama-tama nilai range semua pergerakan dari leher (gambar ) sampai

dengan pergerakan pergelangan tangan (gambar dengan mencocokkan

foto aktivitas dengan gambar yang ada pada form REBA untuk

memperoleh skor postur.

a. Badan (trunk)

Penilaian skor REBA pada bagian badan :

Gambar

Tabel Range untuk pergerakan badan

Pergerakan Skor Perubahan Skor

Tegak / alamiah 1

+1 Jika sambil memutar / memiring ke samping

0 - 20 flexion⁰ ⁰0 - 20 extention⁰ ⁰ 2

20 -60 flexion⁰ ⁰20 -60 extention⁰ ⁰ 3

>60 flextion⁰ 4

Sumber : Mc. Atamney L. 2000

b. Leher (neck)

Penilaian skor REBA pada bagian leher :

Gambar

Tabel Skor pergerakan leher

Page 26: proposalku skripsi

Pergerakan Skor Perubahan Skor

0 -20 ⁰ ⁰ flexion 1+1 Jika memutar / miring

kesamping>20 ⁰ flexion atau extension

2

Sumber : Mc. Atamney L. 2000

c. Kaki (Leg)Penilaian skor REBA pada bagian kaki :

GambarTabel Untuk posisi dan pergerakan kaki

Pergerakan Skor Perubahan SkorKaki tertopang, bobot tersebar merata, jalan atauDuduk.

1

+1 Jika memutar /miring kesamping

+2 Jika lutut >600 flexion (tidak ketikaKaki tidak tertopang, duduk)

Kaki tidak tertopang, bobot tersebar merata /postur tidak stabil

2

Sumber : Mc. Atamney L. 2000