proposal zohri terbaru

107
1 1. JUDUL : PENGARUH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH DENGAN KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2. PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Lahirnya reformasi di bidang keuangan sektor publik di Indonesia membawa perubahan dalam sistem dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Era reformasi keuangan saat ini tidak hanya menuntut penggunaan anggaran untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi juga pengelolaan yang sesuai dengan undang- undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah demi terwujudnya pengelolaan pemerintahan yang baik (good goverment governance). Dalam mewujudkan good government governance, dibutuhkan transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Menurut Halim (2004) akuntabilitas keuangan daerah merupakan proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban kepada DPRD dan masyarakat terkait dengan keberhasilannya dan kegagalan atas pengelolaan keuangan sebagai bahan evaluasi tahun berikutnya. Hal ini didasarkan pada teori keagenan dimana pemerintah daerah merupakan agen, sehingga masyarakat sebagai principal berhak untuk mengetahui pengelolaan keuangan atas penggunaan anggaran oleh

Upload: lailatul-zohri

Post on 11-Jul-2015

1.841 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal zohri terbaru

1

1. JUDUL : PENGARUH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH DENGAN

KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

2. PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Lahirnya reformasi di bidang keuangan sektor publik di Indonesia

membawa perubahan dalam sistem dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Era

reformasi keuangan saat ini tidak hanya menuntut penggunaan anggaran untuk

kesejahteraan masyarakat, tetapi juga pengelolaan yang sesuai dengan undang-

undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah demi terwujudnya

pengelolaan pemerintahan yang baik (good goverment governance). Dalam

mewujudkan good government governance, dibutuhkan transparansi dan

akuntabilitas keuangan pemerintah pusat maupun daerah.

Menurut Halim (2004) akuntabilitas keuangan daerah merupakan proses

pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pertanggungjawaban kepada DPRD dan masyarakat terkait

dengan keberhasilannya dan kegagalan atas pengelolaan keuangan sebagai bahan

evaluasi tahun berikutnya. Hal ini didasarkan pada teori keagenan dimana

pemerintah daerah merupakan agen, sehingga masyarakat sebagai principal

berhak untuk mengetahui pengelolaan keuangan atas penggunaan anggaran oleh

Page 2: Proposal zohri terbaru

2

pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus mempertanggungjawabkan

penggunaan uang yang diamanatkan oleh rakyat.

Menurut Kartika (2013) akuntabilitas keuangan pemerintah daerah

tercermin dari kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkannya. Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan sarana pertanggungjawaban

atas penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah. Pertanggungjawaban atas

penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah tersebut memerlukan suatu sistem

dan prosedur sehingga tercipta laporan pertanggungjwaban berupa laporan

keuangan pemerintah daerah yang baik dan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan istilah Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (SAKD).

Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) ditegaskan

dalam Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (perubahan kedua dari Permendagri 13/2006). Secara lebih

khusus sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah dijelaskan pula dalam

Surat Edaran BAKD Nomor 900/316/BAKD. Pelaksanaan sistem akuntansi

keuangan daerah (SAKD) yang sesuai dengan peraturan dan standar akuntansi

pemerintahan akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan dan

mewujudkan akuntabilitas keuangan yang sesuai dengan dengan PP No.

105/2000. Hasil penelitian Widyaningsih, dkk (2011) membuktikan bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah berpengaruh pada kualitas informasi laoporan

keuangan yang akan berimplikasi pada pencapaian akuntabilitas keuangan daerah.

Page 3: Proposal zohri terbaru

3

Selain Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), informasi laporan

keuangan yang berkualitas juga memerlukan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dalam proses penggunaannya. Peraturan tentang SPIP bagi

pemerintahan pusat/daerah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun

2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Unsur-unsur Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang wajib diselenggarakan pemerintah

daerah meliputi lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern.

Hasil penelitian Kartika (2013) menyebutkan dengan terciptanya penyelenggaraan

SPIP yang efektif akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan yang

dihasilkan, sehingga berimplikasi terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Selain

itu, SPIP juga merupakan objek pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK selain

pemeriksaan atas laporan keuangan.

Pemeriksaan BPK terkait unsur-unsur pengendalian intern dalam SPIP

umumnya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok temuan, yaitu: (1)

kelemahan SPI terkait sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; (2)

Kelemahan SPI terkait sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja; dan (3) Kelemahan SPI terkait struktur pengendalian intern (BPK, 2013).

Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(BPKRI) Pemerintah Daerah Lombok Timur memperoleh opini Wajar Dengan

Pengecualian (WDP). Pemberian opini WDP atas LKPD yang dilakukan BPK

dikarenakan masih terdapat kelemahan dalam aset tetap. Opini ini tetap tidak

berubah sejak tahun 2008 hingga tahun 2012. Menurut hasil wawancara

Page 4: Proposal zohri terbaru

4

Marsuwandi (Lombokkita, 28 mei 2013) dengan Kepala Dinas PPKA Lombok

Timur HM Napsi, dijelaskan bahwa permasalahan kurang validnya data-data aset

yang dimiliki setiap SKPD yang ada di Lombok Timur menyebabkan opini yang

diberikan BPK masih pada predikat WDP. Terkait dengan sistem akuntansi

keuangan daerah (SAKD), terkait pada permasalahan pada sistem dan prosedur

penatausahaan aset yang kurang baik. Permasalahan penatausahaan aset yang

masih menjadi masalah adalah pengalihan aset yang tidak dilengkapi dnegan

berita acara pengalihan/perpindahan aset. Permasalahan lainnya, bahwa masih

banyak terdapat aset-aset milik SKPD yang belum diketahui taksiran nilainnya

sehingga tentu akan berakibat pada kualitas informasi yang tertera di neraca

terkait aset belum sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Kendala lain juga terkait

invertarisasi dan pendataan aset masih memakai data lama dan belum

diperbaharui sehingga data aset tetap berupa tanah yang dulu kosong saat ini

sudah ada ditemukan bangunan milik Pemda.

Sementara itu terkait kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) seperti yang di muat dalam laporan BPK semester 1 tahun 2013, meliputi:

Tabel 1. Kelompok Temuan SPIP di Kabupaten Lombok Timur

No Sub Kelompok Temuan Jumlah Kasus

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

1 kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan

pelaporan

4

2 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

7

3 Kelemahan struktur pengendalian intern. 3

Sumber: Ikhtisar Hasil Periksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013

Page 5: Proposal zohri terbaru

5

Selain pemeriksaan terhadap SPIP, BPK juga melakukan pemeriksaan

atas ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan. Ketidakpatuhan terhadap

perundang-undagan akan menimbulkan kerugian daerah yang mencerminkan

bahwa pemerintah dalam melaksanakan amanah sebagai agen masyarakat tidak

akuntabel. Hasil pemeriksaan BPK di kabupaten lombok timur ditemukan 10

temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang berakibat pada

kerugian Negara sebesar 147,47 juta. Temuan BPK tersebut diringkas dalam tabel

berikut:

Tabel 2.Kelompok Temuan Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Perundang-Undangan Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tanun

2013

No Kelompok Temuan Jumlah Kasus

Nilai (juta Rp)

Ketidak patuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang

mengakibatkan:

1 Kerugian daerah 1 9,41

2 Potensi kerugian daerah - -

3 Kekurangan penerimaan 2 138,06

4 Admininstrasi 7 -

5 Ketidakhematan - -

6 Ketidakefesienan - -

7 Ketidakefektifan - -

Jumlah 10 147,47

Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013

Terkait dengan adanya temuan atas kelemahan SPI mengenai kelemahan

sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan serta terkait pengendalian

pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sudah dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah belum dilaksanakan

dengan maksimal sesuai permendagri No. 59 tahun 2007. Ketidakpatuhan

terhadap ketentuan perundang-undangan yang berakibat pada kerugian daerah,

kekurangan penerimaan dan administrasi, juga merupakan pencerminan bahwa

Page 6: Proposal zohri terbaru

6

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah di Lombok timur serta akuntabilitas

keuangan daerahnya belum baik sehingga berakibat pada kerugian Negara.

Berdasarkan uraian dari berbagai permasalahan di atas, penulis tertarik

untuk meneliti tentang bagaimana sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam membuat laporan keuangan

yang berkualitas dalam rangka mewujudkan akuntabilitas keuangan. Oleh karena

itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap

Akuntabilitas Keuangan Daerah Dengan Kualitas Informasi Laporan

Keuangan Sebagai Variabel Intervening”

2.2.Rumusan masalah

Berdasarkan urain dari latar belakang di atas, maka penelitian ini

mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap

akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur?

2. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mempengaruhi

akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur ?

3. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan di

Kabupaten Lombok Timur ?

4. Apakah kualitas informasi laporan keuangan mempengaruhi akuntabilitas

keuangan di Kabupaten Lombok Timur?

Page 7: Proposal zohri terbaru

7

5. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah mempengaruhi akuntabilitas keuangan melalui kualitas

informasi laporan keuangan di Kabupaten Lombok Timur?

2.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (SAKD) dengan undang-undang dan peraturan pemerintah,

bagaimana kesesuaian penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) dengan PP No.60/2008, dan menguji pengaruh SAKD dan SPIP tersebut

pada kualitas informasi laporan keuangan dan akuntabilitas keuangan daerah pada

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.

2.4. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai

berikut:

1. Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan

studi program strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi Universitas

Mataram.

2. Secara teoritis, sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan

peneliti yang diperoleh di bangku kuliah dalam pengaplikasian teori

dengan kenyataan yang ada di lapangan, dan hasil penelitian ini dapat

menjadi sumber referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya

Page 8: Proposal zohri terbaru

8

3. Secara praktik, berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah dan

impikasi permasalahan yang ada dan kaitan dengan hasil penelitian bahwa

terdapat pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas informasi

laporan keuangan yang akan berakibat akuntabilitas keuangan daerah,

maka pemerintah Kabupaten Lombok Timur perlu melakukan

pembenahan.

3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Penelitian Terdahulu.

Tania (2009) meneliti tentang pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah

terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah pemerintah Kota Bandung. Hasil

penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara sistem akuntansi keuangan daerah

dengan akuntabilitas laporan keuangan daerah dan sisanya dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak diteliti oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas laporan

keuangan daerah. Penelitian serupa juga dilakukan Febriani (2011) tentang

pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) Terhadap

Akuntabilitas Publik, hasil penelitianya bahwa pengaruh yang signifikan antara

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas publik.

Roviyantie (2010) juga meneliti tentang pengaruh sumber daya manusia

dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan

keuangan daerah di organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Tasikmalaya.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi SDM, dan sistem akuntansi

Page 9: Proposal zohri terbaru

9

keuangan daerah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kualitas

laporan keuangan daerah. Hal serupa dijelaskan oleh Firmansyah (2008) dalam

penelitianya tentang peran sistem akuntansi keuangan daerah dalam mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah ditemukan bahwa

dengan adanya penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka tercipta

transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah walaupun masih terdapat

kekurangan.

Penelitian terkait lainya, Permadi (2013) meneliti pengaruh sistem

akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah ditemukan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan

pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah. Senada dengan itu, Pradita (2010) meneliti pengaruh sistem

akuntansi keuangan daerah (SAKD) terhadap efektifitas pengelolaan keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis menemukan bahwa sistem akuntansi

keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas

pengelolaan keuangan.

Terkait dengan penelitian mengenai Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan pengaruhnya baik terhadap terhadap kualitas informasi

laporan keuangan maupun akuntablitas keuangan daerah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Kartika (2013) meneliti pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah

(SPIP) terhadap kualitas informasi laporan keuangan dam implikasinya terhadap

akuntabilitas keuangan (penelitian pada realisasi anggaran di pemerintah daerah

kabupaten wilayah Provinsi Jawa Barat). Hasil penelitian tersebut bahwa sistem

Page 10: Proposal zohri terbaru

10

pengendalian intern pemerintah (SPIP) berpengaruh positif terhadap kualitas

informasi laporan keuangan dan sistem pengendalian intern pemerintah, kualitas

informasi laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan.

Suprayogi (2010) juga meneliti tentang pengaruh sistem pengendalian intern

pemerintah terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah Dari hasil

pengolahan data dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh sistem

pengendalian intern pemerintah (SPIP) terhadap efektivitas pengelolaan keuangan

daerah. Penelitian serupa oleh Hasanah (2013) meneliti pengaruh sistem

pengendalian intern dan komptensi aparat terhdap akuntabilitas keuangan

penanggulangan bencana studi kasus pada penanggulangan bencana Sumatera

Barat ditemukan bahwa sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat

berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap akuntabilitas keuangan.

Penelitian berbeda dilakukan setiawan (2012) tentang pengaruh

akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Terhadap Tingkat

Korupsi Pemerintah Daerah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa

akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap

tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian berbeda juga dilakukan

Sukmaninggrum dan Harto (2012) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada

pemerintah kabupaten dan kota semarang. Penelitian ini menggunakan

pengendalian intern sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

informasi laporan keuangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel

Page 11: Proposal zohri terbaru

11

pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kualitas informasi laporan

keuangan.

Penelitian yang menggunakan variabel penelitian serupa dengan penelitian

ini dilakukan oleh Widyaningsih, dkk (2011) meneliti tentang hubungan

efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah dan pengendalian intern dengan

kualitas akuntanbilitas keuangan: kualitas informasi laporan keuangan sebagai

variabel intervening (penelitian pada laporan realisasi anggaran di pemda

kabupaten/ kota wilayah Propinsi Jawa Barat). Penelitian ini menggunakan

metode survei dengan periode waktu cross sectional. Sedangkan metode analisis

data yang digunakan adalah teknik analisis jalur dan pengujian hipotesis

menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat hubungan kausalitas efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah dan

sistem pengendalian intern dengan kualitas informasi laporan keuangan daerah

memiliki tingkat hubungan yang cukup berarti. Begitu juga dengan kualitas

akuntabilitas keuangan kabupaten/ kota di Jawa Barat termasuk kategori baik.

3.1.1.Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Persamaan penelitian ini dengan penetian terdahulu terletak dari kesamaan

variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Sistem Pengendalian Itern

Pemerintah (SPIP), kualitas informasi laporan keuangan daerah dan akuntabilitas

keuangan daerah.Namun, penelitian terdahulu tersebut tidak secara bersamaan

Page 12: Proposal zohri terbaru

12

meneliti semua variabel yang dipakai dalam penelitian ini kecuali,penelitian

widyaningsih,dkk (2011) dan penelitian Kartika (2013). Oleh karena itu,

penelitian ini mengacu pada penelitian tersebut yaitu sama-sama meneliti tentang

sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern terhadap

akuntabilitas keuangan daerah dengan kualitas informasi laporan keuangan

sebagai variabel intervening.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas secara garis

besar terletak pada tempat, waktu. Penelitian sebelumnya kebanyakan meneliti di

daerah pulau jawa sedangkan penelitian ini meneliti salah satu kabupaten di

propinsi nusa tenggara barat yaitu Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini lebih

mengacu pada penelitian Widyaningsih dan kartika namun, perbedaannya

penelitian sebelumnya yaitu terletak pada waktu dan tempat lokasi penelitian.

Perbedaan lain juga terletak pada unit observasi dan objek penelitian, penelitian

sebelumnya hanya meneliti pada laporan realisasi anggaran sehingga sistem

akuntansi dan pengendelaian itern terbatas pada laporan penerimaan,pengeluaran

dan pembiayaan semata sedangkan, penelitian ini mencakup semua kegiatan

sistem akuntansi keuangan dan pengendalian intern pemerintah. Responden yang

digunakan oleh widyaningsih dan Kartika hanya pada inspektorat saja sedangkan

penelitian ini, menggunakan seluruh SKPD sebagai responden.

Page 13: Proposal zohri terbaru

13

3.2. Tinjauan Teoritis

3.2.1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

3.2.1.1.Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 yang terdapat pada pasal 232

mendefinisikan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sebagai:

“Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara

manual atau menggunakan komputer”.

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) merupakan sistem akuntansi

yang terdiri dari seperangkat kebijakan, standar dan prosedur yang dapat

menghasilkan laporan yang relevan, andal dan tepat waktu untuk menghasilkan

informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan oleh pihak intern

dan ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi.

Akuntansi keuangan daerah dalam pelaksanaannya tidak bisa terlepas dari

suatu sistem akuntansi karena akuntansi keuangan daerah merupakan suatu

kesatuan akuntansi yang dalam prosesnya melibatkan berbagai pihak dalam

lingkup satuan kerja baik itu SKPD maupun SKPKD. Sistem akuntansi keuangan

daerah sudah mencakup semua prosedur dan mekanisme pengelolaan keuangan

daerah yang berasal dari APBD baik yang pada fungsi akuntansi untuk SKPD

maupun fungsi akuntansi SKPKD. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban hingga pelaporan terangkum

dalam suatu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). Pada penelitian tentang

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini lebih difokuskan pada prosedur

pelaksanaan akuntansi keuangan daerah apakah sudah sesuai alur yang ditetapkan

Page 14: Proposal zohri terbaru

14

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 pada SKPD di

Kabupaten Lombok Timur.

3.2.1.2.Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di SKPD

Pemerintah daerah dalam pelaksanaan sistem akuntansinya melibatkan dua

sub-sistem akuntansi yaitu akuntansi satuan kerja dan akuntansi PPKD. Laporan

keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan hasil dari konsolidasi

dari kedua laporan akuntansi tersebut. Sistem dan prosedur akuntansi di tingkat

SKPD dijalankan oleh fungsi akuntansi yang disebut pejabat penatausahaan

keuangan (PPK). PPK-SKPD dalam menjalankan fungsi penatausahaan keuangan

dibantu oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Bendahara

penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam melaksakan tugasnya dibantu oleh

bendahara pembantu. Apabila kondisi geografis suatu pemerintahan daerah

tersebar luas maka pemerintah menunjuk Bank dan kantor pos sebagai pembantu

dalam menjalankan proses penerimaan maupun sebagai tempat membayar

pengeluaran daerah.

Prosedur dan sistem dari akuntansi keuangan daerah pada Tingkat Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari beberapa sub sistem dan prosedur

menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 Pasal 233 terdiri dari:

1. Prosedur akuntansi penerimaan kas 2. Prosedur akuntansi pengeluaran kas

3. Prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah 4. Prosedur akuntansi selain kas

Penjelasaan mengenai prosedur sistem akuntansi keuangan daerah di

SKPD mengacu pada beberapa sumber sebagai berikut:

Page 15: Proposal zohri terbaru

15

1. Peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang

pedoman pengelolaan keuangan daerah (perubahan ketiga Permendagri 13/2006).

3. Surat Edaran Ditjen Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor SE.900/316/BAKD tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah. 4. Surat Edaran Ditjen BAKD No.900/743/BAKD tentang Modul

Akuntansi Pemerintah daerah. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 7 tahun 2009

tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten

Lombok Timur.

a. Sistem Dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas di SKPD

Tekait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD telah

dijelaskan dalam Permendagri No 13 tahun 2006 pasal 241:

“Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan

keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara

manual atau menggunakan aplikasi komputer”.

Tidak semua kelompok pendapatan daerah dapat dipungut dan diterima

oleh Penerimaan yang dipungut oleh Bendahara Penerimaan dan diakui sebagai

pendapatan SKPD terdiri atas:

1. Kelompok pendapatan asli daerah, yaitu retribusi daerah.

2. Sebagian dari kelompok lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan.

b. Jasa giro (atas dana uang persediaan yang disimpan bendahara pengeluaran

dalam bentuk giro di bank). c. Bunga (atas dana yang disimpan bendahara pengeluaran maupun

penerimaan). d. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh SKPD.

e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah

Page 16: Proposal zohri terbaru

16

f. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 Tahun 2007 pasal 26,

pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis-jenis pendapatan yang terdiri atas:

a. Pajak daerah, b. Retribusi daerah, c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Fungsi akuntansi penerimaan di SKPD dijalankan oleh pejabat

penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD), dimana

dalam menjalankan fungsi akuntansi ini PPK-SKPD dibantu oleh bendahara

penerimaan dan pembantu bendahara penerimaan. Bendahara penerimaan dan

pembantu bendahara penerimaan harus menyampaikan Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) Administratif atas pengelolaan uang yang menjadi

tanggung jawabnya kepada pengguna anggaran/kepala SKPD melalui PPK-

SKPD. Dalam kegiatan pertanggungjwaban ini, PPK-SKPD bertugas untuk

menerima dan memverivikasi LPJ Administratif tesebutdan menyerahkannya

kepengguna anggaran. Sedangkan LPJ Fungsional atas pengelolaan uang yang

menjadi tanggung jawabnya kepada PPKD selaku BUD.

Menurut Permendagri No. 13/2006 dan dijelaskan dalam Surat Edaran

Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor SE.900/316/BAKD sistem dan

prosedur penerimaan daerah meliputi:

1. Penerimaan daerah melalui bendahara penerimaan. Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

Page 17: Proposal zohri terbaru

17

Secara administratif, bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada Pengguna Anggaran atas pengelolaan uang yang menjadi tugasnya namun secara fungsional, bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada

PPKD selaku BUD. 2. Penerimaan Daerah melalui Bendahara Penerimaan Pembantu.

Bendahara Penerimaan Pembantu dapat ditunjuk dalam keadaan objek pendapatan tersebar dan atas pertimbangan geografis, wajib pajak/retribusi tidak dapat membayar kewajibannya secara langsung pada badan/lembaga

keuangan/kantor pos yang terkait 3. Penerimaan Daerah melalui Bank Pemerintah yang ditunjuk, Bank Lain,

Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. Permendagri 13/2006 pasal 187 mengatur bahwa Penerimaan daerah dapat disetor ke rekening kas daerah dengan cara disetor langsung ke bank yang

ditunjuk. Bank tersebut merupakan bank sehat yang ditunjuk secara resmi dengan keputusan kepala daerah. Penyetoran tersebut dapat juga dilakukan

melalui Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. Bank/Lembaga Keuangan tersebut mempertanggungjawabkan uang kas yang diterimanya pada Kepala Daerah melalui BUD

Berdasarkan permendagri 13/2006 dan Surat Edaran Bina Daministrasi

Keuangan Daerah untuk sistem dan prosedur penerimaan kas melibatkan berbagai

pihak terkait yang diringkas pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Sistem Dan Prosedur Penerimaan Kas Dan Pihak-Pihak Yang Terlibat

No Sistem dan Prosedur Pihak-Pihak Terkait

Surat/Dokumen yang

digunakan

Laporan yang dihasilkan

1 Penerimaan daerah melalui bendahara penerimaan

- PPKD - Pengguna

Anggaran

- PPK-SKPD - Bendahara

penerimaan - PPKD selaku

BUD

- SKP-Daerah - SKR - STS

- Tanda Bukti Penerimaan

- Nota Kredit bank

- Buku Kas

Umum penerimaan

- Rekapitulasi Penerimaan Haraian

- LPJ kepada PPK-SKPD

Page 18: Proposal zohri terbaru

18

2 Penerimaan daerah

melalui bendahara penerimaan pembantu

- PPKD

- Pengguna Anggaran

- Bendahara Penerimaan Pembantu

- Bendahara penerimaan

- SKP-Daerah

- SKR - STS

- Tanda Bukti Penerimaan

- Nota Kredit

Bank - Buku Kas

Umum - Buku Kas

Penerimaan

Harian Pembantu

LPJ Kepada

Bendahara Penerimaan

3 Penerimaan daerah

melalui bank pemerintah yang ditunjuk, bank lain,

badan, lembaga keuangan, dan/atau

kantor pos.

- PPKD

- Pengguna Anggaran

- Bank yang

ditunjuk, Bank Lain, Badan,

Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor

Pos - Bendahara

penerimaan.

- SKP-daerah

- SKR - Slip setoran/

bukti lain

- Bukti Penerimaan

lain yang sah

LPJ kepada

Kepala daerah melalui BUD

Sumber: Diolah dari Permendagri No.13/2006 dan SE BAKD No 900/316/BAKD

Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas dapat digambarkan

melalaui flowchart berikut ini:

Page 19: Proposal zohri terbaru

19

1. Flowchart Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas Melalui Bendahara Penerimaan

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Bendahara Penerimaan

BankPPKD/Pengguna

AnggaranBendahara PenerimaanWP/RetribusiUraian

STS

STS

Uang

SKP Daerah /

SKR

Verifikasi

1. Pengguna Anggaran

menyerahkan SKP Daerah/SKR

kepada Bendahara Penerimaan

dan Wajib Pajak/Retribusi.

3. Wajib Pajak/Retribusi

membayarkan sejumlah uang

yang tertera dalam SKP Daerah/

SKR kepada Bendahara

Penerimaan.

4. Bendahara Penerimaan

memverifikasi kesesuaian

jumlah uang yang diterimanya

dengan dokumen SKP Daerah/

SKR yang diterimanya dari

Pengguna Anggaran.

5. Setelah diverifikasi, Bendahara

Penerimaan akan menerbitkan

STS dan Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti Lain yang

Sah.

6. Bendahara menyerahkan Tanda

Bukti Pembayaran/Bukti Lain

yang Sah kepada Wajib Pajak/

Retribusi dan menyerahkan

uang yang diterimanya tadi

beserta STS kepada Bank.

7. Bank membuat Nota Kredit

dan mengotorisasi STS. Bank

kemudian menyerahkan kembali

STS kepada Bendahara

Penerimaan. Nota Kredit

disampaikan kepada BUD

Nota

Kredit

Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti

Lain yang Sah

Uang

STS

SKP Daerah /

SKR

STS

SKP Daerah /

SKR

Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti

Lain yang SahUang

Uang

Page 20: Proposal zohri terbaru

20

2. Flowchart Sistem dan Prosedur Penerimaan Daerah Melalui Bendahara Penerimaan Pembantu

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Bendahara Penerimaan Pembantu

BANKPPKD/Pengguna

Anggaran

Bendahara Penerimaan

PembantuWP/RetribusiUraian

1. Pengguna Anggaran

menyerahkan SKP Daerah/SKR

kepada Wajib Pajak/Retribusi

dan Bendahara Penerimaan

Pembantu.

2. Wajib Pajak/Retribusi

membayarkan uang kepada

Bendahara Penerimaan

Pembantu sejumlah yang

tertera di SKP Daerah/SKR.

3. Bendahara Penerimaan

Pembantu memverifikasi uang

yang diterimanya dengan SKP

Daerah/SKR dari Pengguna

Anggaran.

4. Jika sesuai maka Bendahara

Penerimaan Pembantu

membuat dokumen STS dan

Surat Tanda Bukti Pembayaran/

Bukti Lain yang Sah.

5. Bendahara Penerimaan

Pembantu menyerahkan Surat

Tanda Bukti Pembayaran/Bukti

Lain yang Sah kepada Wajib

Pajak/Retribusi dan STS beserta

uang kepada Bank.

6. Bank mengotorisasi STS dan

menerbitkan Nota Kredit. Bank

mengembalikan STS Bendahara

Penerimaan Pembantu. Nota

Kredit disampaikan ke BUD

SKP Daerah / SKR

Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti

Lain yang Sah

STS

STS

SKP Daerah / SKR

Uang

STS

Uang

Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti

Lain yang Sah

Nota

Kredit

STS

Verifikasi

Uang

SKP Daerah / SKR

Uang

Page 21: Proposal zohri terbaru

21

3. Flow Chart Sistem dan Prosedur Penerimaan Daerah Melalui Bank Pemerintah yang ditunjuk, Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos.

Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Kas Daerah

BUDPPKD/Pengguna

Anggaran

Bendahara

PenerimaanKas Daerah WP/RetribusiUraian

SKP Daerah /

SKR

1. Pengguna Anggaran

menyerahkan SKP Daerah/SKR

kepada Wajib Pajak/Retribusi

dan Bendahara Penerimaan.

2. Wajib Pajak/Retribusi

membayarkan uang kepada

Kas Daerah sejumlah yang

tertera di SKP Daerah/SKR.

3. Kas Daerah menerbitkan Slip

Setoran/Bukti Lain yang Sah dan

Nota Kredit.

4. Kas Daerah menyerahkan Slip

Setoran/Bukti Lain yang Sah

kepada WP/Retribusi dan Nota

Kredit kepada BUD.

5. WP/Retribusi menyerahkan Slip

Setoran/Bukti Lain yang Sah

kepada Bendahara Penerimaan.

Uang

SKP Daerah /

SKR

SKP Daerah /

SKR

Slip Setoran/

Bukti Lain

yang Sah

Nota

Kredit

Nota

Kredit

Slip Setoran/

Bukti Lain

yang Sah

Slip Setoran/

Bukti Lain

yang Sah

Uang

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 22: Proposal zohri terbaru

22

b. Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 sebagai perubahan

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan prosedur akuntansi pengeluaran

kas sebagai berikut:

“Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer”

Menurut Tanjung (2009) penatausahaan belanja/pengeluaran kas dengan

menggunakan dana APBD pada SKPD melalui dua mekanisme, yaitu:

1. pembayaran dengan dana APBD dapat dilakukan melalui bendahara

pengeluaran dengan uang persediaaan yang menggunakan prosedur Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan/Ganti uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SPP-UP/GU/TU), Surat Perinath Membayar Uang

Persediaan/Ganti Uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SPM-UP/GU/TU), Surat Perintah Pencairan Dana Uang Persediaan/Ganti Uang

Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SP2D-UP/GU/TU). 2. Pembayaran dengan dana APBD dapat juga dilakukan melalui pembayaran

langsung kepada pihak ketiga dengan mengunakan prosedur SPP-LS, SPM-

LS, dan SP2D-LS.

Menurut Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

mekanisme penatausahaan pengeluaran kas, yaitu berdasarkan DPA-SKPD yang

sudah disahkan oleh PPKD, setiap SKPD menyusun anggaran kas SKPD,

Anggaran kas masing-masing SKPD menjadi dasar penyusunan anggaran kas

pemerintah daerah oleh BUD, berdasarkan anggaran kas pemerintah daerah yang

sudah dibuat, kuasa BUD membuat Surat Penyediaan Dana (SPD). Setelah SPD

untuk masing-masing SKPD telah dikeluarkan baru bendahara pengeluaran

Page 23: Proposal zohri terbaru

23

mengajukan surat permintaan pembayaran (SPP) baik itu SPP-UP/GU/TU/LS.

Langkah selanjutnya setelah SPP lengkap dan sah yaitu penerbitan Surat Perintah

Membayar (SPM) oleh kuasa pengguna anggaran (kepala SKPD), kemudian SPM

diajukan kepada BUD sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D). Penerbitan SP2D dilakukan setelah BUD meneliti kelengkapad SPM.

Penerbitan SP2D untuk keperluan UP/GU/TU diserahkan kepada pengguna

anggaran sedangkan untuk keperluan pembayaran langsung diserahkan langsung

kepada pihak ketiga oleh BUD.

Sistem dan prosedur pengeluaran daerah melalui pengeluaran UP/GU/TU

maupun LS melibatkan beberapa pihak terkait dan memerlukan beberapa

surat/dokumen untuk proses pengeluaran kas serta mebuat surat

pertanggungjawan Administratif dan Fungsional atas penggunaan dana.

Mekanisme pengeluaran kas dapat diringkas pada tabel beriku:

Tabel 2.2 Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Beserta Pihak-Pihak Yang Terlibat.

No Sistem dan Prosedur Pihak-Pihak

Terkait

Surat/Dokumen yang

digunakan

Laporan/Do

kumen Yang

Dihasilkan

1 Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD)

- Kuasa BUD - PPKD

- Pengguna Anggaran

- Aggaran Kas Pemerintah

Daerah. - DPA-SKPD

Surat penyediaan

dana (SPD) dilampiri dengan SPD

untuk belanja

langsung dan tidak langsung

Page 24: Proposal zohri terbaru

24

2 Pengajuan Surat

Permintaan Pembayaran (SPP)

- Uang Persediaan (UP). - Ganti Uang (GU) - Tambah Uang (TU)

- Langsung (LS)

- Bendahara

Pengeluaran - PPK_SKPD

- PPTK

- Surat Pengantar

SPP-UP/TU/GU/LS

- Ringkasan SPP-UP/TU/GU/LS

- Rincian SPP-

UP/TU/GU/LS - Salinan SPD

- Draf surat pernyataan

- Surat keterangan

untuk SPP-TU - Lampiran lain

yang diperlukan - Lampiran SPP-LS

Surat

Perintah Pembayaran

(SPP) yang diajukan kepada

Pengguna Anggaran/K

uasa Pengguna Anggaran

3 Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

- SPM-UP - SPM-GU - SPM-TU

- SPM-LS

- PPK-SKPD - Pengguna

Anggaran

- Register SPM-UP/GU/TU/LS

- Rgister Surat Penolakan Penerbitan SPM

Dokumen Surat

Perintah Membayar (SPM) yang

disahkan oleh

Pengguna Anggaran

4 Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

- Kuasa BUD - Pengguana

Anggaran - Bendahara

Pengeluaran SKPKD

- Register SP2D - Surat Penolakan

SP2D - Register Surat

Penolakan Penerbitan SP2D

- Buku Kas

Penerimaan dan Pengeluaran

Dokumen SP2D untuk

menjadi dasar

pelaksanaan belanja masing-

masing SKPD

5 Pelaksanaan Belanja

Untuk Penggunaan Uang Persediaan (UP)

- Pejabat

Pengelola Teknis Kegiatan

(PPTK) - Bendahara

Pengeluaran - PPK-SKPD - Pengguna

- Nota Pencairan

Dana (NPD) - Buku Kas Umun

Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan/Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu

Surat

Pertanggungjawaban (SPJ)

Bendahara Pengeluaran

kepada Pengguna Anggaran

Page 25: Proposal zohri terbaru

25

Anggaran Panjar

- Rekapitulasi Pengeluaran Per

Rincian Objek

melalui

PPK-SKPD.

6 Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran

- Bendahara Pengeluaran

- PPK-SKPD

- Pengguna Anggaran

- Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara

Pengeluaran (SPJ Belanja)

- Register Penerimaan Laporan

Pertanggungjawaban Pengeluaran

- Register Pengesahan Laporan

Pertanggungjawaban Pengeluaran

- Register Penolakan Laporan Pertanggungjawab

an Pengeluaran

LPJ Bendahara Pengeluaran

kepada PA/KPA

melalui PPK-SKPD

Sumber: Permendagri No.13/2006 dan SE BAKD No 900/316/BAKD

Berdasarkan hasil ringkasan sistem dan prosedur pengeluaran kas beserta

dokumen dan pihak terkait pada sistem dan prosedur tersebut dapat dibuat

flowchart sebagai berikut:

Page 26: Proposal zohri terbaru

26

1. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Terkait Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD)

Penyediaan Dana

PPKDKuasa BUDPA/Kuasa PAUraian

Anggaran Kas

Pemerintah

Deerah

Anggaran Kas

Pemerintah

Deerah

DPA-SKPDDPA-SKPD

Rancangan

SPD

Rancangan

SPD

SPD

Otorisasi

1. PPKD menyerahkan dokumen Anggaran Kas

Pemerintah Daerah dan DPA-SKPD kepada

Kuasa BUD.

2. Bedasarkan 2 (dua) dokumen tersebut, Kuasa

BUD menyiapkan Rancangan SPD.

3. Kuasa BUD menyerahkan Rancangan SPD

kepada PPKD.

4. PPKD mengotorisasi Rancangan SPD dan

menyerahkan SPD kepada Pengguna Anggaran/

Kuasa Pengguna Anggaran.

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 27: Proposal zohri terbaru

27

2. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Pengajuan Surat Perintah Pembayaran (SPP)

a. Flowchart SPP-UP

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPP-UP

Pengguna

AnggaranPPK SKPD

Bendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

SPD

Penelitian

SPP UP

SPD

SPM

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara dan PPK SKPD.

2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara

membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya,

yang terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-UP

- Ringkasan SPP-UP

- Rincian SPP-UP

- Salinan SPD

- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

- Lampiran lain (daftar rincian rencana

penggunaan dana s.d. jenis belanja)

3. Bendahara menyerahkan SPP-UP beserta

dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-UP dan kesesuaiannya dengan SPD dan

DPA-SKPD.

5. SPP UP yang dinyatakan lengkap akan

dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD.

Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja

sejak SPP-UP diterima.

6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-

SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk

diotorisasi

7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja

sejak SPP-UP diterima.

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara agar Bendahara melakukan

penyempurnaan SPP-UP. Kemudian

diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti

kembali.

SPP-UP dan

Dokumen Lain

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPP-UP dan

Dokumen Lain

DPA

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPP-UP dan

Dokumen Lain

SPP-UP dan

Dokumen Lain

Rancangan

SPM

1 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPD

Tidak

Lengkap

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

Page 28: Proposal zohri terbaru

28

b. Flowchart SPP-GU

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPP-GU

Pengguna

AnggaranPPK SKPD

Bendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

SPD

SPP-GU dan

Dokumen Lain

SPD1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara dan PPK SKPD.

2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara

membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya,

yang terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-GU

- Ringkasan SPP-GU

- Rincian SPP-GU

- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan

dana SPP-GU sebelumnya

- Salinan SPD

- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

- Lampiran lain

3. Bendahara menyerahkan SPP-GU beserta

dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-GU berdasar SPD dan DPA-SKPD.

5. SPP GU yang dinyatakan lengkap akan

dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD.

Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja

sejak SPP-UP diterima.

6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-

SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk

diotorisasi

7. Jika SPP-GU dinyatakan tidak lengkap, PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja

sejak SPP-GU diterima.

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara agar Bendahara melakukan

penyempurnaan SPP-GU. Kemudian

diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti

kembali.

1 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPD

SPP-GU dan

Dokumen Lain

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

DPA

Penelitian

SPP GU

SPP-GU dan

Dokumen Lain

Tidak

Lengkap

Rancangan

SPM

SPM

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPP-GU dan

Dokumen Lain

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPJ

Page 29: Proposal zohri terbaru

29

c. Flowchart SPP-TU

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPP-TU

Pengguna

AnggaranPPK SKPD

Bendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

SPD

SPJ

SPD

SPP-TU dan

Dokumen Lain

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

1 hari kerja

sejak SPP

diterima

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara dan PPK SKPD.

2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara

membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya,

yang terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-TU

- Ringkasan SPP-TU

- Rincian SPP-TU

- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan

dana SPP-TUsebelumnya

- Salinan SPD

- Surat Keterangan penjelasan keperluan

pengisian TU

- Lampiran lain

3. Bendahara menyerahkan SPP-TU beserta

dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-TU berdasar SPD dan DPA-SKPD.

5. SPP-TU yang dinyatakan lengkap akan

dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD.

Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja

sejak SPP-TU diterima.

6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-

SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk

diotorisasi

7. Jika SPP-TU dinyatakan tidak lengkap, PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja

sejak SPP-TU diterima.

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara agar Bendahara melakukan

penyempurnaan SPP-GU. Kemudian

diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti

kembali.

SPP-TU dan

Dokumen Lain

SPP-TU dan

Dokumen Lain

Rancangan

SPM

SPD

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPM

DPA

Penelitian

SPP TU

SPP-TU dan

Dokumen Lain

Tidak

Lengkap

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

Page 30: Proposal zohri terbaru

30

d. Flowchart SPP-LS Gaji dan Tunjangan

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPP-LS Gaji dan Tunjangan

Pengguna

AnggaranPPK SKPD

Bendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

DPA

SPM

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

Rancangan

SPM

SPP-LS dan

Dokumen Lain

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPD

1 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPP-LS dan

Dokumen Lain

SPD

SPP-LS dan

Dokumen Lain

Penelitian

SPP LS Gaji

SPP-LS dan

Dokumen Lain

SPD

Tidak

Lengkap

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara dan PPK SKPD.

2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara

membuat SPP-LS beserta dokumen lainnya,

yang terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-LS Gaji

- Ringkasan SPP-LS Gaji

- Rincian SPP-LS Gaji

- Lampiran yang terdiri dari :

- Pembayaran Gaji Induk

- Gaji Susulan

- Kekurangan Gaji

- Gaji Terusan

- Dll.

3. Bendahara menyerahkan SPP-LS Gaji beserta

dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD.

5. SPP-LS Gaji yang dinyatakan lengkap akan

dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD.

Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja

sejak SPP-TU diterima.

6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna

Anggaran untuk diotorisasi

7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap, PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja

sejak SPP-LS Gaji diterima.

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara agar Bendahara melakukan

penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian

diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti

kembali.

Page 31: Proposal zohri terbaru

31

e. Flowchart SPP-LS Subsidi, Bunga, Hibah, Bagi Hasil Dan Pembiayaan

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPP-LS Subsidi, Bunga, Hibah, Bantuan, Bagi Hasil dan Pembiayaan

PPKDPPK SKPDBendahara Pengeluaran

SKPKDUraian

Lengkap

DPA

SPP-LS dan

Dokumen Lain

SPD1. PPKD menyerahkan SPD dan Keputusan KDH

Subsidi, Bunga, Hibah kepada Bendahara

Pengeluaran SKPKD

2. Berdasarkan Kedua dokumen ini, Bendahara

Pengeluaran SKPKD membuat SPP-LS &

dokumen lainnya yang terdiri dari :

- Surat Pengantar SPP-LS

- Ringkasan SPP-LS

- Rincian SPP-LS

- Lampiran yang terdiri dari :

- Salinan SPD

- Salinan Surat Rekomendasi dari SKPD

terkait.

- SSP disertai faktur pajak yang

ditandatangani WP.

- Dll

3. Bendahara PengeluaranSKPKD menyerahkan

SPP-LS beserta dokumen lain kepada PPK

SKPKD untuk diteliti.

4. PPK-SKPD meneliti SPP-LS beserta

dokumenlain berdasar SPD yang diterima dari

Pengguna Anggaran dan DPA-SKPD.

5. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap, PPK-

SKPKD membuat SPM, paling lambat 2 hari

kerja sejak diterimanya SPP.

6. PPK-SKPKD menyerahkan SPM kepada PPKD

untuk diotorisasi.

7. Jika SPP-LS dinyatakan tidak lengkap, PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja

sejak SPP-LS Gaji diterima.

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara agar Bendahara melakukan

penyempurnaan SPP-LS. Kemudian

diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti

kembali.

SPM

SPD

Rancangan

SPM

SPP-LS dan

Dokumen Lain

Penelitian

SPP LS Gaji

1 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPP-LS dan

Dokumen Lain

Keputusan KDH-Subsidi,

Bunga, Hibah

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

Keputusan KDH-Subsidi,

Bunga, Hibah

SPP-LS dan

Dokumen Lain

Tidak Lengkap

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

Page 32: Proposal zohri terbaru

32

3. Flowchart sistem dan prosedur pengeluaran Kas terkait penerbitan surat perintah membayar (SPM)

a. Flowchart SPM-UP

Pengajuan SPM-UP

PPK-SKPD

Rancangan

SPM

Pengguna AnggaranBendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

Rancangan

SPM

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD.

2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran

membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya,

yang terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-UP

- Ringkasan SPP-UP

- Rincian SPP-UP

- Salinan SPD

- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

- Lampiran lain (daftar rincian rencana

penggunaan dana s.d jenis belanja)

3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-UP

beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-UP dan kesesuaiannya dengan SPD dan

DPA-SKPD.

5. SPP UP yang dinyatakan lengkap akan

dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK-SKPD.

Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak

SPP-UP diterima

6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-

SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk

diotorisasi

DPA

SPP-UP dan

Dokumen Lain

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPP-UP dan

Dokumen Lain

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPP-UP dan

Dokumen Lain

SPM1 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPD SPD

SPP-UP dan

Dokumen Lain

SPD

Penelitian

SPP-UP

Tidak

Lengkap

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan

penyempurnaan SPP-UP. Kemudian diserahkan

kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali.

7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK-

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak

SPP-UP diterima.

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 33: Proposal zohri terbaru

33

b. Flowchart SPM-GU

Pengajuan SPM-GU

PPK-SKPD

Rancangan

SPM

Pengguna AnggaranBendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD.

2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran

membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, yang

terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-GU

- Ringkasan SPP-GU

- Rincian SPP-GU

- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana

SPP-GU sebelumnya

- Salinan SPD

- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

- Lampiran lain

3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-GU

beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-GU berdasar SPD dan DPA-SKPD.

5. Apabila SPP-GU dinyatakan lengkap maka

PPK-SKPD membuat Rancangan SPM, paling

lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima.

6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna

Anggaran untuk diotorisasi

Rancangan

SPM

Penelitian

SPP GU

SPP-GU dan

Dokumen Lain

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPD

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPP-GU dan

Dokumen Lain

SPD

SPP-GU dan

Dokumen Lain

SPD

1 hari kerja

sejak SPP

diterima

DPA

SPM

Tidak

Lengkap

SPP-GU dan

Dokumen Lain

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

SPJ

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan

penyempurnaan SPP-GU. Kemudian diserahkan

kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali.

7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM.

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak

SPP-GU diterima.

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 34: Proposal zohri terbaru

34

c. Flowchart SPM-TU

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPM-TU

PPK-SKPD

Rancangan

SPM

Pengguna AnggaranBendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

SPM

DPA

SPJ

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD.

2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran

membuat SPP-TU beserta dokumen lainnya , yang

terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-TU

- Ringkasan SPP-TU

- Rincian SPP-TU

- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana

SPP-GU sebelumnya

- Salinan SPD

- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

- Lampiran lain

3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP -TU

beserta dokumen lain kepada PPK -SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-TU berdasar SPD dan DPA-SKPD.

5. Apabila SPP-TU dinyatakan lengkap maka

PPK-SKPD membuat Rancangan SPM, paling

lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima.

6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna

Anggaran untuk diotorisasi 1 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPD

SPP-TU dan

Dokumen Lain

SPD

Rancangan

SPM

SPD

SPP-TU dan

Dokumen Lain

SPP-TU dan

Dokumen Lain

Penelitian

SPP TU

2 hari kerja

sejak SPP

diterima

SPP-TU dan

Dokumen Lain

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

Tidak

Lengkap

Surat Penolakan Penerbitan SPM

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan

penyempurnaan SPP-TU. Kemudian diserahkan

kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali .

7. Jika SPP-TU dinyatakan tidak lengkap , PPK

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM .

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak

SPP-TU diterima.

Page 35: Proposal zohri terbaru

35

d. Flow Chart SPM-LS Gaji dan Tunjangan

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pengajuan SPM-LS Gaji dan Tunjangan

PPK-SKPD

Rancangan SPM

Pengguna AnggaranBendahara

PengeluaranUraian

Lengkap

SPP-LS Gaji dan

Dokumen Lain

DPA

SPP-LS Gaji dan

Dokumen Lain

SPM1 hari kerja

sejak SPP

diterima

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada

Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD.

2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran

membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya , yang

terdiri dari:

- Surat Pengantar SPP-LS Gaji

- Ringkasan SPP-LS Gaji

- Rincian SPP-LS Gaji

- Lampiran yang terdiri dari :

- Pembayaran Gaji Induk

- Gaji Susulan

- Kekurangan Gaji

- Gaji Terusan

- Dll

3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP -LS Gaji

beserta dokumen lain kepada PPK -SKPD.

4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen

SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD.

5. Apabila SPP-LS Gaji dinyatakan lengkap maka

PPK SKPD membuat Rancangan SPM , paling

lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima.

Rancangan

SPM

2 hari kerja sejak SPP

diterima

SPD

SPP-LS Gaji dan

Dokumen Lain

SPP-LS Gaji dan

Dokumen Lain

SPDSPD

Penelitian

SPP- LS

Surat Penolakan

Penerbitan SPM

Surat Penolakan Penerbitan SPM

Tidak

Lengkap

8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan

penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian

diserahkan kepada PPK-SKPD untuk diteliti

kembali.

7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap , PPK-

SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM .

Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak

SPP-LS Gaji diterima.

6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna

Anggaran untuk diotorisasi

Page 36: Proposal zohri terbaru

36

4. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

a. Flowchart SP2D-UP

Penerbitan SP2D-UP

BankKuasa BUDPengguna

Anggaran

Bendahara

PengeluaranUraian

Tidak Lengkap

Lengkap

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada

Kuasa BUD

2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang

diajukan

3. Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja

sejak

diterimanya pengajuan SPM

4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna

Anggaran

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan

Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen

Penatausahaan, yang terdiri dari :

- Buku Kas Penerimaan

- Buku Kas Pengeluaran

6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D

kepada

Bendahara Pengeluaran

7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument

Penatausahaan, yang terdiri atas :

- BKU Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

- Buku Rekapitulasi Pengeluaran

Perincian Objek

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa

BUD

menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D

paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.

9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan

kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan

penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan

kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti.

SP2D

SPM

Nota Debet

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

Dokumen

Penatausahaan

Dokumen

Penatausahaan

SP2D

SPM

2 hari kerja

sejak SPM

diterima

1 hari kerja

sejak SPM

diterima

SP2D

Penelitian

Kelengkapan

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

SP2D

SP2DSP2D

SP2D

1

23

4

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 37: Proposal zohri terbaru

37

b. Flowchart SP2D-GU

Penerbitan SP2D-GU

Bank/Pihak

KetigaKuasa BUD

Pengguna

AnggaranBendahara Pengeluaran/

SKPKDUraian

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada

Kuasa BUD

2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang

diajukan

3. Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan SPM

Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D

yaitu :

- Surat Pengesahan SPJ Bendahara

Pengeluaran Periode sebelumnya.

- Ringkasan pengeluaran perincian objek

disertai bukti pengeluaran yang sah dan

kelengkapan.

- Bukti atas penyetoran PPN/PPh.

4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna

Anggaran

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota

Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan,

yang terdiri dari :

- Buku Kas Penerimaan

- Buku Kas Pengeluaran

6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada

Bendahara

7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument

Penatausahaan, yang terdiri atas :

- BKU Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per

Rincian Objek

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D

paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.

9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan

kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan

penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan

kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti.

2 hari kerja

sejak SPM

diterima

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

Penelitian

Kelengkapan

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

SPM SPM

SP2D

1 hari kerja

sejak SPM

diterima

Dokumen

Penatausahaan

SP2DSP2D

SP2D

Dokumen

Penatausahaan

Tidak Lengkap

Lengkap

SP2DSP2D

Nota Debet

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 38: Proposal zohri terbaru

38

c. Flowchart SP2D-TU

Penerbitan SP2D-TU

Pengguna

Anggaran

SPP-TU dan

Dokumen lain

Bank/Pihak

KetigaKuasa BUD

Bendahara Pengeluaran/

SKPKDUraian

Tidak Lengkap

Lengkap

SP2D

SPM

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

Dokumen

Penatausahaan

SP2D

SPM

Dokumen

Penatausahaan

2 hari kerja

sejak SPM

diterima

Penelitian

Kelengkapan

1 hari kerja

sejak SPM

diterima

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada

Kuasa BUD

2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang

diajukan

3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan SPM

Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D

yaitu :

- Surat Pernyataan tanggung jawab

pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran

4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna

Anggaran

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota

Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan,

yang terdiri dari :

- Buku Kas Penerimaan

- Buku Kas Pengeluaran

6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada

Bendahara

7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument

Penatausahaan, yang terdiri atas :

- BKU Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per

Rincian Objek

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D

paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.

9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan

kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan

penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan

kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali.

SP2D

SP2D

SPP-TU dan

Dokumen lain

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

SP2DSP2D

SP2D

Nota Debet

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 39: Proposal zohri terbaru

39

d. Flowchart SP2D-LS Gaji dan Tunjangan

Penerbitan SP2D-LS Gaji dan Tunjangan

Kuasa BUDPengguna

AnggaranBendahara Pengeluaran/

SKPKDUraian

Tidak Lengkap

Lengkap

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada

Kuasa BUD

2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang

diajukan

3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan SPM

Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D

yaitu :

- Surat Pernyataan tanggung jawab

pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran

- Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan

lengkap

4. SP2D diserahkan kepada Pengguna Anggaran

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota

Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan,

yang terdiri dari :

- Buku Kas Penerimaan

- Buku Kas Pengeluaran

6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada

Bendahara

7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument

Penatausahaan, yang terdiri atas :

- BKU Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per

Rincian Objek

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D

paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.

9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan

kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan

penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan

kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali.

Nota Debet

SP2D

2 hari kerja

sejak SPM

diterima

SPM

Penelitian

Kelengkapan

Dokumen

Penatausahaan

SP2D

1 hari kerja

sejak SPM

diterima

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

SP2D

Dokumen

Penatausahaan

SPM

SP2DSP2D

SP2D

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 40: Proposal zohri terbaru

40

e. Flowchart SP2D Barang dan Jasa

Penerbitan SP2D-LS Barang dan Jasa

Bank/Pihak

KetigaKuasa BUD

Pengguna

AnggaranBendahara Pengeluaran/

SKPKDUraian

Lengkap

SP2D

SPM

SP2D

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

Penelitian

Kelengkapan

2 hari kerja

sejak SPM

diterima

SP2D

SPM

Dokumen

Penatausahaan

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada

Kuasa BUD

2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang

diajukan

3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan SPM

Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D

yaitu :

- Surat Pernyataan tanggung jawab

pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran.

- Bukti-Bukti pengeluaran yang sah dan

lengkap.

4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Bank dan

Pengguna Anggaran.

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota

Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan.

6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada

Bendahara Pengeluaran

7. Bendahara Pengeluaran mencatat SP2D ke dalam

Dokumen Penatausahaan, yang terdiri atas :

- BKU Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan/Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per

Rincian Objek

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD

menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D

paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.

9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan

kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan

penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan

kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali.

1 hari kerja

sejak SPM

diterima

SP2D

Dokumen

Penatausahaan

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

Nota Debet

Tidak Lengkap

SP2DSP2DSP2D

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 41: Proposal zohri terbaru

41

f. Flowchart SP2D-LS Barang dan Jasa-Non Pihak ketiga

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Penerbitan SP2D-LS Barang dan Jasa – Non Pihak Ketiga

Kuasa BUDPengguna

Anggaran

Bendahara Pengeluaran/

SKPKDUraian

Tidak Lengkap

Lengkap

SP2D

Surat Penolakan

Penerbitan SP2D

SP2D

DokumenPenatausahaan

1 hari kerja sejak SPM

diterima

Penelitian

Kelengkapan

1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada

Kuasa BUD

2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang

diajukan

3. Bila SPM dinyatakan lengkap , Kuasa BUD

menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak

diterimanya pengajuan SPM

Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP 2D

yaitu :

- Surat Pernyataan tanggung jawab

pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran

- Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan

lengkap.

4. Kuasa BUD menyerahkan SP 2D kepada Pengguna

Anggaran

5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP 2D dan Nota

Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan.

6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP 2D kepada

Bendahara Pengeluran.

7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument

Penatausahaan, yang terdiri atas :

- BKU Pengeluaran

- Buku Pembantu Simpanan Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per

Rincian Objek

8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap , Kuasa BUD

menerbitkan surat penolakan penerbitanSP 2D

paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima .

9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan

kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan

penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan

kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali .

SPM

Surat Penolakan Penerbitan SP2D

SPM

SP2D

Nota Debet

DokumenPenatausahaan

2 hari kerja

sejak SPM diterima

SP2DSP2DSP2D

Page 42: Proposal zohri terbaru

42

5. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Pelaksanaan Belanja Untuk Penggunaan Uang Persediaan (UP)

Pelaksanaan Belanja

PPTK PA/Kuasa PABendahara

PengeluaranUraian

1. PPTK mengajukan nota permintaan dana untuk

melaksanakan kegiatan kepada Pengguna Anggaran

atau Kuasa Pengguna Anggaran

2. Pengguna Anggaran memverifikasi Nota Permintaan

Dana terhadap kebenaran dan kewajibannya

3. Pengguna Anggaran membuat memo persetujuan

atas Nota Permintaan Dana tersebut, dan

memberikannya kepada bendahara pengeluaran

4. Bendahara Pengeluaran memberikan uang sesuai

dengan jumlah yang tercantum dalam memo

persetujuan

5. Bendahara Pengeluaran mencatat pengeluaran

tersebut pada Buku Pembantu Panjar.

Nota

Permintaan

Dana (NPD)

Nota

Permintaan

Dana (NPD)

Verifikasi

Memo

Persetujuan

Memo

Persetujuan

Buku

Pembantu

Panjar

UangUang

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 43: Proposal zohri terbaru

43

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Pelaksanaan Belanja (Lanjutan)

Bendahara

PengeluaranPAPPTKUraian

Dokumen Belanja

Dokumen Belanja

Buku Pembantu Pengeluaran Per

Rincian Objek

BKU Pengeluaran

Buku

Pembantu Kas Tunai

Buku

Pembantu Simpanan/

Bank

Buku

Pembantu Pajak

Buku Pembantu

Panjar

Verifikasi

1. PPTK mengarsip dokumen-dokumen terkait dengan pengeluaran belanja lalu menyerahkannya ke Bendahara Pengeluaran

2. Bendahara Pengeluaran memverifikasi dokumen-dokumen belanja terhadap kebenaran dan kewajarannya.

3. Bendahara Pengeluaran mencatat pelaksanaan belanja pada:

a. Buku Kas Umum Pengeluaran, digunakan untuk

mencatat transaksi belanja

b. Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Obyek,

digunakan untuk mendetailkan item pengeluaran yang

dilakukan selama satu bulan.

c. Buku Pembantu Kas Tunai, digunakan untuk mencatat

saldo SP2D yang telah dicairkan dan belum

dibelanjakan dan berada di kas tunai bendahara

pengeluaran

d. Buku Pembantu Simpanan/Bank, digunakan untuk

mencatat saldo SP2D yang telah dicairkan dan belum

dibelanjakan dan berada di rekening bendahara

pengeluaran

e. Buku Pembantu Panjar, digunakan untuk mencatat

jumlah yang telah dibelanjakan untuk membayar jasa

yang telah dilaksanakan pihak ketiga (LS barang dan

jasa pihak ketiga)

f. Buku Pembantu Pajak, digunakan untuk mencatat

pajakPPn yang dibayar pada saat membeli barang,

atau mencatat PPh yang dipotong pada saat

pembayarangaji pegawai negeri

Page 44: Proposal zohri terbaru

44

6. Flowchart Sistem Dan Prosedur Terkait Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran.

Pembuatan SPJ

Kepala SKPDBendahara

Pengeluaran

SPJ

Pengeluaran

SPJ

Pengeluaran

SPJ

Pengeluaran

PPK-SKPDUraian

Bukti Transaksi UP/

GU/TU

BKU

Buku Pembantu

Rekap Pengeluaran

per Objek

Buku Pembantu

Simpanan/Bank

Buku Pembantu

Pajak

Buku Pembantu

Panjar

SPJ

Pengeluaran

Pembantu

SPJ

Pengeluaran

BUD

SPJ

Pengeluaran

Verifikasi

SPJ

Pengeluaran

SPJ

Pengeluaran

Surat

Pengesahan

SPJ

Surat

Pengesahan

SPJ

1. Bendahara Pengeluaran melakukan pencatatan bukti-

bukti pembelanjaan dana

2. Dari proses pencatatan ini dihasilkan dokumen

sebagai berikut :

- BKU Pengeluaran

- Buku Rekap Pengeluaran Per Objek

- Buku Pembantu Simpanan Bank

- Buku Pembantu Pajak

- Buku Pembantu Panjar

3. Berdasarkan lima dokumen tersebut ditambah

dokumen SPJ Pengeluaran Pembantu, Bendahara

Pengeluaran membuat SPJ Pengeluaran.

Dokumen SPJ :

a. Buku Kas Umum

b. Ringkasan pengeluaran per rincian objek disertai

bukti-bukti yang sah

c. Bukti atas penyetoran PPN/PPh

d. Register penutupan kas.

4. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPJ

Pengeluaran kepada PPK-SKPD. Bendahara

Pengeluaran juga harus menyerahkan SPJ Pengeluaran

kepada BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

5. PPK-SKPD memverifikasi SPJ Pengeluaran

6. Apabila disetujui, PPK-SKPD menyampaikan SPJ

Pengeluaran kepada Kepala SKPD paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya.

7. Kepala SKPD mengesahkan SPJ Pengeluaran.

8. Kepala SKPD menyerahkan Surat Pengesahan SPJ

kepada Bendahara Pengeluaran

Tgl 10 bln

berikutnya

Tgl 10 bln

berikutnya

Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

Page 45: Proposal zohri terbaru

45

c. Sistem dan Prosedur Akuntansi Aset Tetap/ Barang Milik Daerah

Menurut permendagri no 13 tahun 2006 pasal 253 prosedur akuntansi Aet

pada SKPD di definisikan sebagai berikut:

“Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan

terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD”

Prosedur akuntansi asset hanya terkait dengan prosedur akuntansi asset

tetap dan prosedur akuntansi asset lainnya. Sedangkan asset lancer sudah

mencakup prosedur akuntansi pendapatan,penerimaan dan akuntansi piutang.

Tapap-tahap prosedur penatausahaan Aset dan Barang Milik Daerah sebagai

berikut:

1. Prosedur Akuntansi Aset Tetap di SKPD

Aet tetap menuut PSAP nomor 07 paragraf 5 adalah aset berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam

kegiatan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap seperti; tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap

lainnya; konstruksi dalam pengerjaan.

Beberapa dokumen yang diperlukan dalam prosedur akuntansi aset tetap di

SKPD adalah sebagai berikut:

a. Berita acara penerimaan barang, dan atau b. Berita acara serah terima barang, dan atau c. Berita acara penyelesaian pekerjaan

Sedangkan pihak-pihak yang terlibat dalam prosedur akuntansi aset terap

adalah:

a. PPK-SKPD

Page 46: Proposal zohri terbaru

46

b. Penyimpan Barang Milik Daerah c. Pengurus Barang SKPD d. Kuasa BUD

e. Bendahara Pengeluaran

Sedangkan beberapa buku yang diperlukan dalam penatausahaan

akuntansi aset tetap di SKPD adalah sebagai berikut:

a. Buku jurnal umum

b. Buku besar c. Buku besar pembantu (kalau diperlukan)

Prosedur akuntansi aset tetap diperlukan untuk menyeragamkan perlakuan

akuntansi atas transaksi penambahan maupun pengurangan aset tetap. Prosedur

akuntansi aset tetap yang dilakukan PPK-SKPD dapat diringkas melalui flowchart

berikut:

Page 47: Proposal zohri terbaru

47

Flowchart sistem dan prosedur akuntansi aset tetap di SKPD

Uraian Kuasa BUD Bendahara

Pengeluaran SKPD

Penyimpan

Barang

Pengurus

Barang

PPK-SKPD

1. Kuasa BUD

menerbitkan san menyampaikan SP2D-

LS kepada PPK-SKPD

2. Bendahara pengeluaran

menyampaikan LPJ-

UP dan LPJ-TU ke Pengguna Anggaran

melalui PPK-SKPD

3. Penyimpan barang

menyampaikan laporan

atau berita acara penerimaan barang ke

PPK-SKPD

4. Pengurus barang

menyampaikan usulan

penghapusan barang milik daerah yang

rusak atau tidak

digunakna lagi;LBPS;

dan LBPT ke PPK-

SKPD 5. PPK-SKPD melakukan

verivikasi atas SP2D:

LPJ-UP;LPJ-TU dan

usulan penghapusan

BMD, serta melakukan rekonsiliasi antara

catatan set tetap yang

ada padanya dg LBPS

dan LBPT

6. PPK-SKPD memerlukan bukti

memorial kedalam

buku jurnal umum

7. Secara periodik, PPK-

SKPD memposting jurnal ke buku besar

8. PPK-SKPD membuat

neraca saldo& laporan

keuangan pad aakhir

periode tertentu

Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

SP2D-

LS LPJ-UP

LPJ-TU

BAP

Barang

Usulan

penghap

usan

LBPS;

LBPT

SP2D-LS, LPJ-

UP, LPJ-TU,

BAP, Usulan

penhapusan,LB

PS,LBPT

Verivikasi;r

ekonsiliasi;

membuat

bukti

memorial

Bukti

memorial

Membuat

jurnal

Jurnal

korolari

posting

Buku

besar

Membuat

NS& LK

NS

LK

Page 48: Proposal zohri terbaru

48

2. Prosedur akuntansi aset lainnya di SKPD

Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka

panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya yang ada dalam neraca

SKPD, menurut PP Nomor 8 Tahun 2006, meliputi:

1) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan. 2) Tuntutan Ganti Rugi yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan.

3) Aset Kerjasama dengan Fihak Ketiga (Kemitraan). 4) Aset Tak Berwujud. 5) Aset Lain-Lain

Dokumen-dokumen yang dipergunakna dalam penatausahaan akuntansi

aset lainnya adalah sebagai berikut:

a. Surat Jual Beli Barang Milik Daerah (BMD), yaitu untuk akun Tagihan

Penjualan Angsuran. b. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM), yaitu untuk akun

Tuntutan Ganti Rugi. c. Berita acara penerimaan barang, dan atau Berita acara serah terima barang,

dan atau Berita acara penyelesaian pekerjaan, misalnya untuk perolehan aset

tak berwujud berupa software. d. Surat usulan penghapusan BMD yang rusak/tidak digunakan lagi, yaitu untuk

akun aset lain-lain.

Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi aset lainnya di SKPD

adalah beberpa bagian seperti; kuasa BUD, Bendahara pengeluaran, Bagian

Keuangan, Pengurus Barang SKPD, PPK-SKPD. Prosedur akuntansi aset lainnya

merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan agar transaksi-transaksi terkait

dengan penambahan atau pengurangan aset lainnya dapat dibukukan dan

dilaporkan di neraca secara seragam. Sistem dan prosedur akuntansi tersebut

dilaksanakan oleh PPK-SKPD dapat diringkas dalam flowchart berikut:

Page 49: Proposal zohri terbaru

49

Flowchart Sistem Dan Prosedur Akuntansi Aset Lainnya di SKPD Uraian Kuasa

BUD

Bendahara

Pengeluaran

SKPD

Penyimpan

Barang

Pengurus

Barang

PPK-SKPD

1. Kuasa BUD

menerbitkan san

menyampaikan SP2D-

LS kepada PPK-SKPD

2. Bendahara pengeluaran menyampaikan LPJ-

UP dan LPJ-TU ke

Pengguna Anggaran

melalui PPK-SKPD

3. Penyimpan barang menyampaikan laporan

atau berita acara

penerimaan barang ke

PPK-SKPD

4. Pengurus barang menyampaikan usulan

penghapusan barang

milik daerah yang

rusak atau tidak

digunakna lagi;LBPS; dan LBPT ke PPK-

SKPD

5. PPK-SKPD melakukan

verivikasi atas SP2D:

LPJ-UP;LPJ-TU dan usulan penghapusan

BMD, serta melakukan

rekonsiliasi antara

catatan set tetap yang

ada padanya dg LBPS dan LBPT

6. PPK-SKPD

memerlukan bukti

memorial kedalam

buku jurnal umum 7. Secara periodik, PPK-

SKPD memposting

jurnal ke buku besar

8. PPK-SKPD membuat neraca saldo& laporan

keuangan pad aakhir

periode tertentu

Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

SP2D-

LS LPJ-UP

LPJ-TU

SKTM/

srt.jual

beli

Usulan

penghap

usan

SP2D-LS, LPJ-

UP, LPJ-TU,

SKTM/srt.jual

beli,Usulan

penghapusan,

Verivikasi;

membuat

bukti

memorial

Bukti

memorial

Membuat

jurnal

Jurnal

korolari

posting

Buku

besar

Membuat

NS& LK

NS

LK

Page 50: Proposal zohri terbaru

50

d. Sistem dan Prosedur Akuntansi Selain Kas

Transaksi selain kas adalah kejadian-kejadian yang memiliki nilai

ekonomi yang tidak melibatkan kas, namun bisa terjadi sebagai ikutan dari adanya

transaksi kas. Oleh karena kejadian-kejadian tersebut mempunyai sifat ekonomi,

maka diperlukan pembukuan ketika kejadian tersebut timbul. Akuntansi selain kas

terutama bertujuan agar neraca dapat disajikan dengan menggunakan basis akrual.

Akuntansi selain kas di SKPD biasanya terjadi atas kegiatan meliputi

pembukuan koreksi kesalahna pencatatan, pembukuan atas transaksi yang bersifat

akrual pada akhir tahun, penyesuaian terhadap akun dalam rangka menyusun

laporan keuagan pada akhir tahun, dan jurnal penutup. Prosedur akuntansi non kas

di SKPD dibuat agar terdapat keseragaman perlakuan akuntansi terhadap

transaksi-transaksi non kas yang terjadi. Prosedurprosedur akuntansi non kas di

SKPD meliputi:

1. Prosedur akuntansi koreksi kesalahan.

Prosedur akuntansi koreksi kesalahan dimaksudkan untuk membukukan

tindakan pembetulan akuntansi agar agar pos-pos yang tersaji dalam laporan

keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Prosedur akuntansi

koreksi kesalahan dilaksanakan oleh PPK-SKPD, yang meliputi proses-proses

yang dapat diringkas dalam flow chart berikut:

Page 51: Proposal zohri terbaru

51

Flow chart sistem dan prosedur akuntansi koreksi kesalahan di SKPD

Uraian Kuasa BUD

Bendahara Pengeluar

an SKPD

Penyimpan

Barang

Pengurus Barang

PPK-SKPD

1. Kuasa BUD menyampaikan SP2D ke

PPK-SKPD bahwa

RKUD telah

mengembalikan

kelebihan pendapatan yang diterima SKPD

2. Bendahara pengeluaran

menyampaikan LPJ-UP

,LPJ-TU dan SPJ

administratif ke Pengguna Anggaran

melalui PPK-SKPD

3. Bendahara Penerimaan

menyampaikan LPJ

Administratif ke Pengguna Anggaran

melalui PPk-SKPD

4. Pengurus barang

menyampaikan LBPS;

dan LBPT ke PPK-SKPD

5. PPK-SKPD melakukan

verivikasi dan

identifikasi LPJ

Administratif; LPJ-UP;LPJ-TU, SPJ

Administratif, LBPS dan

LBPT terkait dengan

kemungkinan

adanyanpenerimaan atas pengembalian kelebihan

belanja atau kekurangan

pendapatan; pengeluaran

atas kekurangan belanja

atau kelebihan menerima pendapatan, kemudian

membuat bukti

memorialnya

6. PPK-SKPD

membukukan bukti memorial kedalam buku

jurnal umum

7. Secara periodik, PPK-

SKPD memposting

jurnal ke buku besar

8. PPK-SKPD membuat

neraca saldo& laporan

keuangan pad aakhir periode tertentu

Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD

SP2D-

LS

LPJ-UP

LPJ-TU

SKTM/

srt.jual

beli

Usulan

penghap

usan

SP2D-LS, LPJ-

UP, LPJ-TU,

SKTM/srt.jual

beli,Usulan

penghapusan,

Verivikasi;

membuat

bukti

memorial

Bukti

memorial

Membuat

jurnal

Jurnal

korolari

posting

Buku

besar

Membuat

NS& LK

NS

LK

Page 52: Proposal zohri terbaru

52

2. Prosedur Akuntansi atas Transaksi yang Bersifat Akrual.

Prosedur akuntansi atas transaksi yang bersifat akrual dimaksudkan untuk

membukukan hak (aset) atau kewajiban pada neraca SKPD yang sudah timbul,

meskipun transaksi pengeluaran atau penerimaan kas belum terjadi. Pembukuan

transaksi yang bersifat akrual tersebut meliputi pencatatan persediaan, pencatatan

piutang yang akan diterima pada tahun yang akan dating, pencatatan kewajiban

yang akan dibayar pada tahun yang akan datang.

Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD saja berdasarkan

data-data yang ada, yang meliputi langkah- langkah berikut:

a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti bahwa telah timbul hak dan kewajiban yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meskipun

pengeluaran atau penerimaan kas belum terealisasi. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi, kode akun, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah.

b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum untuk membukukan transaksi-transaksi yang bersifat akrual.

c. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat bantu untuk menyusun Laporan Keuangan. Penggunaan kertas kerja ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi hanya merupakan alat bantu untuk memudahkan

proses pembuatan laporan keuangan manual. d. Membuat neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di

kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja. e. Memindahkan jurnal transaksi yang bersifat akrual dari jurnal umum ke kolom

“Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja.

f. Menyesuaikan neraca saldo dengan memperhitungkan jurnal tersebut di atas, sehingga menjadi ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada

kolom tersendiri di Kertas Kerja. g. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan

Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi

Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja. h. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD

mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja.

i. Menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi

Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena PPKSKPD belum membuat Jurnal Penutup

Page 53: Proposal zohri terbaru

53

3. Prosedur Akuntansi Penyesuaian Terhadap Akun Tertentu dalam Rangka

Menyusun Laporan Keuangan pada Akhir Tahun.

Prosedur akuntansi penyesuaian akhir tahun dimaksudkan untuk

melakukan penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu dalam rangka menyusun

laporan keuangan pada akhir tahun. Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan

PPK-SKPD berdasarkan data-data yang ada, yang meliputi langkah-langkah

berikut:

a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti-bukti yang ada, yaitu bahwa

terdapat bagian TPA/TGR yang akan diterima di tahun depan. b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum (dalam bentuk jurnal

penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu).

c. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat bantu untuk menyusun Laporan Keuangan.

d. Membuat neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja.

e. Memindahkan jurnal penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu dari jurnal

umum ke kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja. f. Menyesuaikan neraca saldo dengan memperhitungkan jurnal tersebut di atas,

sehingga menjadi ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada kolom tersendiri di Kertas Kerja.

g. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan

Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja.

h. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja.

i. Menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena

PPKSKPD belum membuat Jurnal Penutup. 4. Prosedur Akuntansi Jurnal Penutup

Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal

menjadi nol (0) pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan

yang digunakan unutk laporan realisasi anggaran, yaiut pendapatan, belanja, dan

pembiayaan. Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA di neraca menjadi

Page 54: Proposal zohri terbaru

54

jumlah yang benar. Prosedur akuntansi jurnal penutup dimaksudkan untuk

menutup saldo nominal menjadi nol (0) pada akhir periode akuntansi. Prosedur

akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD saja berdasarkan data-data yang ada,

yang meliputi langkah- langkah berikut:

a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti-bukti yang ada. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi,

kode akun, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum (dalam bentuk jurnal

penutup).

c. Menyusun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (sebelum jurnal penutup). d. Memposting jurnal penutup ke dalam buku besar sesuai akun-akun nominal

yang terkait. e. Menyusun neraca setelah jurnal penutup

3.2.2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

3.2.2.1.Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mendefenisikan sistem pengendalian

intern sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.

Sedangkan pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

menurut PP No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah”.

Page 55: Proposal zohri terbaru

55

Berdasarkan beberapa definisi sistem pengendalian intern di atas maka

dapat diinterpretasikan beberapa konsep dasar pengendalian intern yaitu:

1. Pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian

tindakan yang mempengaruhi dan menyatu dengan infrastruktur

organisasi.

2. Pengendalian intern berfungsi efektif karena manusia.

3. Pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk memberi jaminan yang

mutlak tetapi memberikan jaminan yang memadai karena adanya

kelemahan inheren.

4. Pengendalian intern diharapkan dapat mencapai tujuan yang meliputi

keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Implementasi mengenai sistem pengendalian intern di ruang lingkup

pemerintahan sebenarnya sudah berjalan cukup lama, hanya saja pemberian istilah

yang berbeda menimbulkan anggapan bahwa sistem ini baru akan diterapkan

setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah.

SPIP merupakan suatu sitem pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintah untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan dan akuntable. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang

memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Page 56: Proposal zohri terbaru

56

3.2.2.2.Unsur –Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah menurut Peraturan

Pemerintah No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko

3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi

5. Pemantauan pengendalian intern.

Penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah

dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi

pemerintah.

1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pengendalian yang mempengaruhi

keseluruhan organisasi dan menjadi “atmosfir individu organisasi di dalam

melakukan aktivitas dan melaksanakan tanggungjawab atas pengendalian yang

menjadi bagiannya. Dengan kata lain, Lingkungan Pengendalian merupakan

pondasi dasar yang mendasari suatu sistem pengendalian intern pemerintah.

Apabila Lingkungan Pengendalian menunjukan kondisi yang baik,maka

dapat memberi pengaruh yang cukup baik bagi suatu organisasi, namun

sebaliknya, apabila lingkungan pengendalian jelek, mengindikasikan bahwa

organisasi tersebut tidak sehat.

Pimpinan Instansi Pemerintah daerah harus menciptakan dan memelihara

lingkungan pengendalian yang dapat menimbulkan perilaku positif dan kondusif

untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam lingkungan

Page 57: Proposal zohri terbaru

57

kerjanya. Lingkunagn pengendalian telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 60 tahun 2008 seperti berikut:

a. Penegakan integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi c. kepemimpinan yang kondusif d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber

daya manusia. g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait

2. Penilaian risiko

Menurut PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) penilaian resiko terdiri dari:

1. Identifikasi resiko

2. Analisis risiko

Penilaian resiko terkait dengann aktivitas bagaimana entitas

mengidentifikasikan dan mengelola resiko sehingga entitas dapat meminimalisasi

terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui proses penilaian

resiko ini, maka setiap entitas dapat mengantisipasi setiap kejadian yang dapat

menghambat pencapaian tujuan organisasi secara optimal.

Lebih lanjut lagi PP No. 60/2008 menjelaskan dalam rangka penilaian

risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan:

1) Tujuan instansi pemerintah Tujuan instansi pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan terikat waktu dan wajib dikomunikasikan

kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan instansi pemerintah pimpinan instansi pemerintah

menetapkan: a) Strategi operasional yang konsisten, dan b) Strategi manajemen terintegrasi dan penilaian risiko

Page 58: Proposal zohri terbaru

58

2) Tujuan pada tingkatan kegiatan Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

a) Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis instansi pemerintah, b) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan

yang lainnya, c) Relevan dengan seluruh kegiatan utama instansi pemerintah, d) Mendukung unsur kriteria pengukuran,

e) Didukung sumber daya instansi pemerintah yang cukup, dan f) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

3) Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan: a) Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan instansi pemerintah

dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif,

b) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal, dan

c) Menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

4) Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Pimpinan

instansi pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.

3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dapat

membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah

untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko.

Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian

sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi

pemerintah yang bersangkutan.

Menurut PP 60/2008, Kegiatan pengendalian terdiri atas:

a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan b. Pembinaan sumber daya manusia c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi

d. Pengendalian fisik atas asset e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja

f. Pemisahan fungsi g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

Page 59: Proposal zohri terbaru

59

i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan

kejadian penting.

4. Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi mengandung arti dalam setiap organisasi harus

mengidentifikasikan seluruh informasi yang dibutuhkan dan dikomunikasikan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan sesuai kewenangannya. Untuk itu

dibutuhkan suatu sistem informasi yang handal yang dapat memberikan informasi

terkait operasional, keuangan serta perbandingan informasi dalam organisasi.

Sistem Informasi harus dapat membantu manajemen dalam menjalankan dan

mengendalikan operasinya.

Menurut PP No.60/2008 komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan

secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan

Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya:

a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara

terus menerus.

5. Pemantauan/monitoring

Monitoring mengandung makna sebagai suatu proses yang menilai

kualitas dari kinerja system pengendalian. Hal ini dapat berupa monitoring saat

kegiatan berjalan (on going), evaluasi terpisah atau kombinasi keduanya.

Menurut peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang sistem

pengendalian intern pemerintah (SPIP), pemantauan dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

Page 60: Proposal zohri terbaru

60

a. Pemantauan berkelanjutan, diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

b. Evaluasi tepisah, diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern.

c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya

3.2.3. Kualitas Informasi Laporan Keuangan

3.2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan Daerah

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstuktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Tujuan umum laporan keuangan adaslah menyajikan informasi mengenai posisi

keuangan,realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas

pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,tujuan

pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna

untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akutabilitas entitas

pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan

sumber daya ekonomi.

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran.

Page 61: Proposal zohri terbaru

61

5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan

entitas

8. pelaporan dalam menandai aktivitasnya.

3.2.3.2. Komponen –komponen laporan keuangan daerah

Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok

adalah:

1. Laporan realiasi anggaran

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakian sumber daya ekonomi

yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara

anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pelaporan mencerminkan

kegiatan keuangan pemerintah ]daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap

pelaksanaan APBD. Dengan demikian, laporan realisasi anggaran menyajikan

pendapatan pemerintah daerah dalam satu periode, belanja, surplus/defisit,

pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan.

2. Neraca

Neraca adalah keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas

ekonomi pada suatu saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan

Page 62: Proposal zohri terbaru

62

informasi kuangan yang dapat dipercaya mengenai asset, kewajiban dan ekuitas

dana.

3. Laporan Arus Kas

Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas dan

setara kas, selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada

tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan

aktivitas operasi, investasi dan non-anggaran.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Disajikan secara sistematis sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan,

dimana setiap pos dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas,

harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan atas

laporan keuangan. Disamping itu, juga mencakup informasi tentang kebijakan

akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntasi

pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan

penyajian laporan keuagan secara wajar.

3.2.3.3. Dimensi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Daerah

Huang, et al (1999) dalam sukmaninggrum (2012) mendefinisikan 15

dimensi kualitas informasi yang dikelompokkan menjadi empat kelas :

1. kualitas intrinsik: akurasi, obyektivitas, believability, dan reputasi, 2. kualitas aksesibilitas: akses, dan keamanan,

3. kualitas kontekstual: relevansi, nilai tambah, ketepatan waktu, kelengkapan dan jumlah data, dan

Page 63: Proposal zohri terbaru

63

4. kualitas representasi: interpretasi, kemudahan pemahaman, representasi ringkas, dan perwakilan konsisten.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi

pemerintahan (SAP) menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah

ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi

sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini

merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah

dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

a. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di

dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu

mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi

masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa

lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat

dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Informasi yang relevan :

1) Memiliki manfaat umpan batik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi

ekspektasi mereka di masa lalu.

2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan

datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

3) Tepat waktu

Page 64: Proposal zohri terbaru

64

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna

dalam pengambilan keputusan.

4) Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin yaitu

mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi utama

yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar

kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

b. Andal

Informasi Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan

dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat

diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya

tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial

dapat menyesatkan.

Informasi yang andal memenuhi karekteristik :

1) Penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya

yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk

disajikan

2) Dapat diverifikasi (verifiability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila

pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya

tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.

Page 65: Proposal zohri terbaru

65

3) Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada

kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat

dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan

keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat

dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat

dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari

tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas

yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila

entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik

daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut

diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

d. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan

batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas

pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang

dimaksud.

Page 66: Proposal zohri terbaru

66

3.2.4. Akuntabilitas Keuangan Daerah

3.2.4.1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan

accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau

dalam kata sifat disebut sebagai accountable.

Menurut abdul Halim (2007 ) akuntabilitas adalah:

“kewajiban-kewajiban dari induvidu atas penguasa yang dipercayakan untuk

mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban pegawai pemerintahan kepada publik yang konsumen layanannya”.

Menurut Sudarmayanti (2003) seperti yang dikutip oleh Hasanah (2012)

menyebutkan bahwa Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan

kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara priodik

secara vertical ataupun horizontal.

Sedangkan menurut Standar Akuntansi Pemeritah Tahun 2005

Akuntabilitas adalah:

“mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara priodik. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai

dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur”.

Page 67: Proposal zohri terbaru

67

Dari beberapa definisi akuntabilitas diatas dapat disimpulkan bahwa

akuntabilitas merupakan suatu kewajiban organisasi atau instansi dalam hal ini

pemerintah untuk mempertanggungajawabkan keberhasilan atau kegagalan misi

instansi yang bersangkutan.

Akuntabilitas yang dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri dari

beberapa dimensi, seperti dikemukakan mardiasmo (2002) menjelaskan terdapat

beberapa dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh oraganisasi sektor

publik,yaitu :

1. Akuntabilitas Keuangan 2. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabiltas Hukum

3. Akuntabilitas Proses 4. Akuntabilitas Program

5. Akuntabilitas Kebijakan

3.2.4.2.Akuntabilitas Keuangan Daerah

Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good

governance yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia. Pemerintah diminta

untuk melaporkan hasil dari program yang telah dilaksanakan sehingga

masyarakat dapat menilai apakah pemerintah telah bekerja dengan ekonomis,

efisien dan efektif. Akuntabilitas dapat dilihat dari perspektif akuntansi, perspektif

fungsional dan perspektif sistem akuntabilitas (Halim, 2004).

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah tidak

dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang

informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana

masyarakat beserta penggunaannya.Syahrudin (2003) dalam Zeyn (2011),

Page 68: Proposal zohri terbaru

68

mengemukakan salah satu akuntabilitas publik adalah akuntabilitas financial

(keuangan) dimana mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat

laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada

pihak luar.

Pemerintah daerah melaksanakan amanah dari masyarakat dalam bentuk

pengelolaan keuangan daerah dituntut untuk dapat transparan dan akuntabel

dalam pentanggungjawabannya. Transparansi informasi terutama informasi

keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah

dipahami. Salah satu akuntabilitas yang penting berkaitan dengan pengelolaan

keuangan daerah adalah akuntabilitas keuangan.

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban lembaga-

lembaga publik untuk menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis,

efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi.

Akuntabilitas keuangan ini sangat penting karena menjadi sorotan utama

masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk

membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial organisasi

kepada pihak luar. Akuntabilitas keuangan terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan dana publik (Mardiasmo, 2002:21).

Tahap-tahap dalam Akuntabilitas keuangan, mulai dari perumusan rencana

keuangan (proses penganggaran), pelaksanaan dan pembiayaan kegiatan, evaluasi

atas kinerja keuangan, dan pelaksanaan pelaporannya (LAN, 2001 dalam Zeyn,

2011). Dengan kata lain akuntabilitas terkandung kewajiban menyajikan dan

melaporkan pengelolaan keuangan daerah kedalam laporan keuangan daerah.

Page 69: Proposal zohri terbaru

69

Laporan keuangan salah satu alat untuk menfasilitasi terciptanya transparansi dan

akuntabilitas publik. Laporan keuangan pemerintah daerah disajikan secara

komprehensif. Laporan keuangan salah satu alat untuk menfasilitasi terciptanya

transparansi dan akuntabilitas publik. Laporan keuangan pemerintah daerah

disajikan secara komprehensif (Mardiasmo, 2002).

3.2.5. Kerangka Konseptual Dan Perumusan Hipotesis Penelitian.

3.2.5.1. Kerangka konseptual.

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, penelitian ini

menggunakan 2 (dua) independen variabel (X) yang diperkirakan baik secara

langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap dependent variabel

(X) akuntabilitas keuangan daerah melalui varibel intervening (Y) Kualitas

informasi laporan keuangan. Model penelitian ini dapat seperti gambar berikut ini

Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependent

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

(X1)

Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (X2)

Kualitas Informasi Laporan

Keuangan

(Y)

Akuntabilitas Keuangan

(Z)

Page 70: Proposal zohri terbaru

70

3.2.5.2. Perumusan Hipotesis

3.2.5.2.1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah Dengan Akuntabilitas Keuangan Daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2008) membuktikan

bahwa sistem akuntansi keuangan daerah mempangaruhi terciptanya

akuntabilitas keuangan. Hal itu diperkuat dengan temuan Tania (2009)

bahwa sistem akuntansi akuntansi keuangan daerah mempunyai hubungan

yang signifikan dan positif dengan akuntabilitas laporan keuangan daerah.

Penelitian Febriani (2011) juga menemukan bahwa sistem akuntansi

keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas

publik yang didalamnya mengandung akuntabilitas keuangan juga.

Sedangkan penelitian tentang pengaruh sistem pengendalian intern

pemerintah terhadap akuntanbilitas keuangan daerah dilakukan oleh

Hasanah (2013) menemukan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh

secara parsial dan simultan terhadap akuntabilitas keuangan. Hasil serupa

didapat oleh Kartika (2013) bahwa sistem pengendalian intern pemerintah

mempunyai pengaruh positif terhadap akuntanbilitas keuangan baik secara

langsung atau melalui kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan hasil dari beberapa peneliian diatas menunjukan bahwa

sangat besar pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem

pengendalian intern pemerintah dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan

daerah yang berkualitas sehingga terwujud pemerintahan yang bersih dan

Page 71: Proposal zohri terbaru

71

berwibawa sesuai harapan masyarakat. Hipotesis penelitian yang dapat

dirumuskan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya sebagai berikut:

H1: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mempunyai pengaruh

yang signifikan dan positif terhadap Akuntabilitas Keuangan

Daerah.

3.2.5.2.2. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Sistem Pegendalian

Intern Pemerintah Dengan Kualitas Informasi Laporan

Tujuan pengembangan sistem akuntansi tidak lain adalah untuk

memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk

memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk

menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan

kekayaan perusahaan. Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian

intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan (Mardiasmo, 2004).

Hasil penelitian Permadi (2013) menemukan bahwa sistem akuntansi

keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah. Pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah

terhadap kualitas informasi laporan keuangan daerah juga diteliti oleh

widyaningsih, dkk (2011) bahwa semakin efektif SAKD akan meningkatkan

kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah.

Page 72: Proposal zohri terbaru

72

Menurut hasil penelitian Kartika (2013) menemukan bahwa sistem

pengendalian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas informasi

laporan keuangan daerah. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian

Sukmaninggrum dan Harto (2011) bahwa salah satu indikator yang

mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan adalah pengendalian intern.

Hasil penelitian Widyaningsih, dkk (2011) memperkuat bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah dan pengendalian intern yang semakin efektif akan

meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas

maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan :

H2: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah mempunyai pengaruh signifikan dan positif

terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan.

3.2.5.2.3. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah, Kualitas Informasi Laporan Keuangan Dengan

Akuntabilitas Keuangan Daerah.

Tujuan pelaporan keuangan pemerintah dalam sistem akuntansi keuangan

daerah menurut tim pokja evalusasi pembiayaan dan informasi keuangan daerah

(2000) adalah:

a. Akuntabilitas Mempertanggungjwabakan peneloalaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemrintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

melalui laporan keaungan pemerintah secara periodic b. Manajerial

Inforamsi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan

keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh asset, hutang, dan ekuitas dana.

Page 73: Proposal zohri terbaru

73

c. Transparansi Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang baik.

Akuntabilitas keuangan merupakan suatu kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,

melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilakukan secara periodik.

Pertanggungjawaban secara periodik ini biasanya dalam pemerintah daerah

terwujud dalam laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah. Laporan

keuangan yang berkualialitas dan mengandung informasi yang handal dan relevan

merupakan sarana dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan.

Hasil penelitian Widyaningsih, dkk (2011) menemukan bahwa dengan

sistem akuntansi yang telah berjalan efektif akan menyebabkan pengendalian

intern berjalan semakin baik sehingga diharapkan dapat memunculkan informasi

laporan keuangan yang berkualitas, dan tentu saja hal tersebut akan mendorong

meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban pemerintah terhadap masyarakat. Hal serupa ditemukan oleh

Kartika (2013) bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan dan mempuyai dampak

yang positif terhadap terwujudnya akuntabilitas keuangan daerah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka hipotesis yang selanjutnya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H3: Kualitas Informasi Laporan Keuangan mempunyai pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah.

Page 74: Proposal zohri terbaru

74

H4: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah mempunyai pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah melalui Kualitas

Informasi Laporan Keuangan.

4. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yang mencari hubungan

antara dua variabel atau lebih.Hubungan yang digunakan adalah hubungan kausal,

yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat di mana terdapat variabel-variabel

yang mempengaruhi (independen) dan variabel yang dipengaruhi (dependen).

(Sugiyono, 2011:37). Dalam penelitian ini sistem akuntansi keuangan daerah,

sistem pengendalian intern menpunyai hubungan yang signifikan dan positif

terhadap akuntanbilitas keuangan dengan kualitas informasi laporan keuangan

sebagai varibel intervening.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur

sebagai objek penelitiaan dengan unit obsevasi pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD). Alasan dipilihnya kabupaten Lombok timur sebagai lokasi

penelitian tidak terlepas dari permasalahan terkait dengan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (SAKD) dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Page 75: Proposal zohri terbaru

75

seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang dan perumusan masalah pada

bab sebelumnya.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dengan

jumlah 30 SKPD, yang terdiri dari 2 Sekretariat, 13 Dinas, 11 Badan, 4 Kantor.

Masing-masing SKPD akan diberikan 4 (empat) kuesioner yang akan diisi oleh

Kepala SKPD/Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Penatausahaan Keuangan

di masing-masing SKPD, sehingga total subjek penelitian yang akan diberikan

kuesioner sebanyak 200 responden.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81).Dalam penelitian ini tekhnik penentuan

sampel dilakukan dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai

responden/sampel.Sehingga penelitian seperti ini disebut juga dengan istilah

sampling jenuh.Sampling jenuh adalah tekhnik penentuan sampel apabila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah

sensus. Tekhnik ini digunakan apabila anggota populasi relatif kecil

(Sugiyono,2011:85).Sampel dalam penelitian ini yaitu pegawai atau karyawan

pada Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten Lombok Timur karena memiliki

keterkaitan dengan sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas pengendalian.

Responden dari penelitian ini adalah kepala SKPD, dan karyawan bagian

Page 76: Proposal zohri terbaru

76

akuntansinya. Untuk lebih detail mengenai Gambaran sampel dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Gambaran Sampel Penelitian

No. Lokasi Penelitian Sampel

Jumlah

Sampel

(Orang)

1 Dinas Kesehatan/Dikes Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

2 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga/ Dikpora

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

3 Dinas Pekerjaan Umum/PU

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

4

Dinas Koperasi dan UKM/ Diskopukm

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

5

5

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika/ Dishubkominfo

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

6 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata/Disbudpar

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

7 Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil/Dispencapil

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

8 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi/

Disnakertrans

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

9 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Asset

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

10 Dinas Pertanian dan Peternakan/ Dispertanak

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

11 Dinas Kehutanan dan Perkebunan/Dishutbun

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

12 Dinas Kelautan dan Perikanan/Diskanlaut

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

13 Dinas Esdm dan Perindustri dan Perdagangan

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

Page 77: Proposal zohri terbaru

77

14

Badan Lingkungan Hidup

dan Penanaman Modal (BPMLH)

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

15 Badan Pelayanan Perijinan

Terpadu (BPPT)

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

16 Badan Ketahanan Pangan Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

17 Bakesbang Poldagri Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

18

Badan Pelaksana Penyuluh

Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K)

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

19 Badan Prencanaan Pembangunan Daerah

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

20

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pembangunan Desa

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

21 Badan Penanggulangan

Bencana Daerah

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

22

Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

23 Badan Kepegawaian dan Diklat

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

24 Kantor Arsip Perpustakaan dan Dokumentasi

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

25 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

26 RSUD Selong Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan 3

27 Kantor Kebesihan dan Tata Kota

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

28 Kantor KPU Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

29 Sekretariat Daerah Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan 3

30 Sekretariat DPRD Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

31 Kantor Camat Selong Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan 3

32 Kantor Camat Sukamulia Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

Page 78: Proposal zohri terbaru

78

33 Kantor Camat Sakra Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

34 Kantor Camat Sakra Barat Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan 3

35 Kantor Camat Sakra

Timur

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

36 Kantor Camat Keruak Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan 3

37 Kantor Camat Jerowaru Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

38 Kantor Camat Sikur Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan 3

39 Kantor Camat Terara Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

40 Kantor Camat Montong Gading

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

41 Kantor Camat Masbagik Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

42 Kantor Camat Pringgsela Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

43 Kantor Camat Aikmel Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

44 Kantor Camat Suralaga Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

45 Kantor Camat Wanasaba Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

46 Kantor Camat Pringgabaya

Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

47 Kantor Camat Sembalia Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

48 Kantor Camat Suela Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

49 Kantor Camat Sembalun Kepala SKPD, karyawan bagian penatausahaan keuangan

3

50 Kantor Camat Labuhan

Haji

Kepala SKPD, karyawan bagian

penatausahaan keuangan

3

Jumlah Sampel 150

Sumber: Website resmi Kabupaten Lombok Timur

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa cara pengumpulan data antara

lain:

Page 79: Proposal zohri terbaru

79

a. Kuisioner

Yaitu daftar atau list pernyataan yang berisi berbagai macam pernyataan

yang berkaitan dengan data-data atau variabel yang dibutuhkan dalam

penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara

memberikan serangkaian pernyataan melalui angket kepada responden.

Responden dalam penelitian ini adalah kepala SKPD/Kuasa Pengguna

Anggaran Pejabat Penatausahaan Keuangan di masing-masing SKPD

Kabupaten Lombok Timur. Untuk menguji tentang Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah digunakan responden pada bagian keuangan dan untuk

menguji Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dipilih Kepala

SKPD/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai responden.

b. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini terkait pada pengamatan terhadap

laporan keuangan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

penatausahaan keuangan daerah seperti berikut:

1) Dokumentasi terkait penerimaan kas/pendapatan daerah.

Dokumentasi terkait penerimaan kas yaitu pengamatan terhadap beberapa

dokumen-dokumen yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan

daerah pada tingkat SKPD sehingga terbentuk laporan keuangan, sebagai

berikut:

- Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)

- Surat Ketetapan Retribusi (SKR)

- Surat Tanda Setoran (STS)

Page 80: Proposal zohri terbaru

80

- Tanda bukti pembayaran

- Slip Setoran Bank

- Buku Kas Umum Penerimaan/Buku Jurnal Umum Pendapatan

- Buku Kas Umum Penerimaan Pembantu

- Buku Pembantu per Rincian Objek Penerimaan/Buku Jurnal Khusus

Pendapatan

- Buku Jurnal Khusus Penyetoran Pendapatan

- Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian

- Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian Pembantu

- Buku Besar Pendapatan

- Buku Besar Pembantu

- Surat Pertanggungjawaban Penerimaan

- Surat Pertanggungjawaban-Administratif

- Surat Pertanggungjawaban- Fungsional

2) Dokumentasi terkait pengeluaran kas/belanja daerah

Dokumentasi terkait pengeluaran kas yaitu pengamatan terhadap beberapa

dokumen-dokumen yang digunakan dalam penatausahaan pengeluaran

daerah hingga terbentuknya laporan keuangan, sebagai berikut:

- Surat Penyediaan Dana (SPD)

- Surat Permintaan Pembayaran (SPP); SPP-UP/GU/TU/LS.

- Surat Penerbitan Membayar (SPM); SPM-UP/GU/TU/LS

- Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

- Buku Kas Umum pengeluaran/Jurnal Umum

Page 81: Proposal zohri terbaru

81

- Buku Jurnal Khusus Belanja UP/GU/TU/LS

- Buku pembantu kas tunai

- Buku pembantu simpanan/bank

- Buku pembantu panjar

- Buku pembantu pajak

- Nota Pencairan Dana (NPD)

- Laporan Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran

- Laporan Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran Pembantu.

3) Dokumentasi terkait akuntansi aset pada SKPD

Proses dokumentasi terhadap penatausahaan aset pada SKPD sebagai

berikut:

- Berita acara penerimaan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penyelesaian pekerjaan.

c. Wawancara

Yaitu cara pengumpulan data dengan langsung tanya jawab kepada objek

yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan terkait

dengan objek yang diteliti. Dalam peneltian ini wawancara dilakukan

apabila dokumentasi terhadap penerapan sistem akuntansi keuangan

daerah terdapat kendala sehingga peneliti menggantinya dengan

wawancara pada responden terkait di Kabupaten Lombok Timur.

Page 82: Proposal zohri terbaru

82

4.5. Jenis dan Sumber Data

4.5.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

yaitu data dalam bentuk informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi

dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan memberikan skor

dari jawaban kuisioner dari responden yang dinyatakan dalam bentuk angka dan

dapat diukur dengan satuan hitung.

4.5.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara

langsung dari jawaban responden terhadap kuisioner yang diberikan. Data juga

diperoleh melalui proses wawancara langsung dengan Kepala SKPD maupun

dengan pegawai bagian penatausahaan keuangan daerah di lingkup Satuan Kerja

tersebut.

4.6. Identifikasi Variabel

Berdasarkan perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan, maka

variabel-variabel yang akan dianalisa dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

a. Variabel Dependen (Z)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

nilainya mengalami perubahan dengan adanya perubahan nilai variabel

lainnya. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel dependen

adalah Akuntabilitas Keuangan Daerah

Page 83: Proposal zohri terbaru

83

b. Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel-variabel

yang secara bebas berpengaruh pada variabel dependen atau terikat.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sistem akuntansi

keungan daerah (SAKD) dan sistem pengendalian intern pemerintah

(SPIP)

c. Variabel Intervening (Y)

Variabel Intervening adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi

(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen, tetapi tidak diamati dan diukur. Variabel

intervening dalam penelitian ini adalah Kualitas Informasi Laporan

Keuangan.

4.7. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang telah diidentifikasi perlu diberikan definisi secara

operasional untuk memperjelas arah penelitian. Berikut adalah definisi

operasional masing-masing variable pada penelitian ini.

1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1)

Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah adalah serangkaian prosedur

mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai

dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi

computer.

Page 84: Proposal zohri terbaru

84

2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X2)

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah adalah proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan

keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan yang diselenggarakan di lingkungan pemerintah pusat

maupun daerah.

3. Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y)

Kualitas informasi laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang

perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif

yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas

yang dikehendaki adalah relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat

dipahami.

4. Akuntabilitas Keuangan (Z)

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas

keuangan, pengangkatan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan.

Sasaran pertanggung jawaban ini adalah laporan keuangan yang disajikan dan

peraturan perundangan yang berlaku yang mencakup penerimaan,

penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.Komponen

pembentuk akuntabilitas keuangan terdiri atas entegritas keuangan,

pengungkapan dan ketaatan terhadap perundang-undangan.

Page 85: Proposal zohri terbaru

85

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator-

indikator yang terangkum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Konsep Subvariabel Indikator Nomor Pertanyaan

skala

Sistem

Akuntansi

Keuangan

Daerah

(X1)

Serangkaian

prosedur mulai dari proses

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,

sampai dengan pelaporan

keuangan dalam rangka peranggungjawa

ban pelaksanaan APBD yang

dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi

komputer. (Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah)

Penerapan

SAKD pada tingkat

SKPD. (Permendagri 59 Tahun

2007)

1. Prosedur

penerimaan kas pada SKPD

2. Prosedur pengeluaran kas pada SKPD

3. Prosedur aset pada SKPD

4. Prosedur Non-kas pada SKPD

1 s/d 6

7 s/d 14

15 s/d 17

18 s/d 19

Likert

Aplikasi

Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah. (Firmansyah,

2008 dan Permadi,

2013)

1. Kemudahan dalam

implementasi SAKD.

2. Adanya pemisahan fungsi dalam penerapan SAKD.

3. Prosedur pencatatan transaksi dilakukan

berdasarkan standar pencatatan akuntansi pada umumnya

4. Periode penyusunan laporan keuangan

20 s/d 22

23

24 s/d 26

27

Sistem

Pengendalia

n Intern

Pemerintah

Sistem

pengendalian Internal Pemerintah

adalah proses yang integral

Unsur-unsur

Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah: 1. Lingkungan

a. Penegakan

1, 2

Likert

Page 86: Proposal zohri terbaru

86

(x2)

pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas

keuangan, pengamanan

asset negara dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-

undangan yang diselenggarakan di lingkungan

pemerintah pusat maupun daerah.

(PP No. 60 tahun 2008)

pengendalia

n

integritas dan nilai

etika b. Komitmen terhadap

kompetensi c. Kepemimpinan

yang kondusif

d. Struktur organisasi yang sesuai dengan

kebutuhan e. Pendelegasian

wewenang dan

tanggungjawab. f. Penyusunan dan

penerapan kebijakan yang sehat tentang

pembinaan SDM g. Perwujudan Peran

aparat pengawasan yang efektif.

h. Hubungan kerja

yang baik.

3, 4

5- 7

8, 9

10-12

13, 14

15, 16

17

2. Penilaian

risiko

a. Identifikasi resiko b. Analisis resiko

18,19 20, 21

3. Kegiatan

pengendalian

a. Reviu kinerja

pemerintah daerah yang bersangkutan.

b. Pembinaan SDM. c. Pengendalian

pengelolaan sistem

informasi yang dilakukan untuk

memastikan akurasidan kelengkapan

informasi. d. Pengendalian fisik

atas asaet. e. Penetapan dan

reviuw atas

indikator dan ukuran kinerja.

f. Pemisahan fungsi.

22

23, 24 25

26 27, 28

Page 87: Proposal zohri terbaru

87

g. Otorisasi atas

transaksi dan kejadian

h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi

dan kejadian i. Pembatasan akses

atas sumber daya dan pencatatan.

j. Akuntabilitas

terhadap susmber daya dan

pencatatannya k. Dokumentasi

sistem

pengendalian intern serta transaksi dan

kejadian penting.

29

30

31

32

33

34

4. Informasi dan

komunikasi

a. Menyediakan dan memanfaastkan

berbagai bentuk sarana komunikasi

b. Mengelola

mengembangkan dan mempebaharui

sistem informasi secara terus menerus

35

36

5. Pemantauan a. Pemantauan

berkelanjutan b. Evaluasi terpisah

c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu

lainnya.

37

38

39

Kualitas

Informasi

Laporan

Keuangan

Ukuran-ukuran

normatif yang

perlu diwujudkan

dalam inforamsi

Karekteristik Kuliatif

Laporan Keungan: 1. Relevan

a. Memiliki manfaat

umpan balik.

b. Memiliki manfaat prediktif.

1

2

Likert

Page 88: Proposal zohri terbaru

88

(Y)

akuntansi

sehingga dapat

memenuhi tujuan

(PP No. 71 tahun

2010)

c. Tepat waktu

d. lengkap

3

4

2. Andal a. Penyajian jujur

b. Dapat divertifikasi c. Netralitas.

5

6 7

3. Dapat

dibandingkan

a. Konsistensi

penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan

keuangan antar periode

b. Identifikasi kecendrungan (trend) posisi

keuangan dan kinerja dalam suatu

organisasi.

8

9

4. Dapat

dipahami

a. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

harus dapat dipahami oleh

pengguna b. Dinyatakan dalam

bentuk serta istilah

yang disesuaikan dengan batas

pemahaman para pengguna.

10

11

Akuntabilita

s Keuangan

(Z)

Mempertanggu

ngjawabkan

pengelolaan

sumber daya

serta

pelaksanaan

kebijakan yang

dipercayakan

kepada entitias

pelaporan

1. Penyajian a. Informasi menggambarkan

transaksi secara jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang

secara wajar dapat diharapkan untuk

disajikan b. Laporan keunagan

untuk tu uan umum

disusun dan disajikan dengan

basis akrual. c. Penyajian Laporan

1, 2

3

Likert

Page 89: Proposal zohri terbaru

89

dalam

mencapai

tujuan yang

telah

ditetapkan

secara periodik

(PP Nomor 71

Tahun 2012,

Mardiasmo,

2004:33)

Realisasi Anggaran

tetap berdasarkan basis kas.

4

2. Pelaporan

.

a. Laporan disusun

berdasrakna Standar Akuntansi Pemrintahan yang

berlaku b. Laporan keuangan

memenuhi peranan dan tujuan-tujuan laporan keuangan

5

6

3. Pengungkapan

a. Laporan keuangan mengungkapkan secara lengkap

informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna b. Informasi yang

dibutuhkan oleh

pengguna laporan keuangan

ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan

keuangan atau catatan atas lapoan kuangan.

7-9

10

4.8. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuisioner yang masing-

masing kuisioner mencakup: variabel sistem akuntansi keuangan daerah terdiri 6

indikator dengan 6 butir pertanyaan, variabel SPIP terdiri 26 butir indikator

dengan 39 butir pertanyaan, variabel kualitas informasi laporan keuangan terdiri

11 butir indikator peryataan dengan 11 butir pertanyaan, akuntabilitas keuangan

dari 3 butir indikator pernyataan dengan 7 butir pertanyaan.

Page 90: Proposal zohri terbaru

90

4.9. Prosedur Analisis Data

4.9.1. Uji Kualitas Data

Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan pengukuran

kualitas data melalui pengukuran kuesioner sebagai indikator variabel. Adapun

pengukuran tersebut menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

4.9.1.1.Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Pengertian validitas menurut Sekaran (2003:206-207) adalah suatu

skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya

dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala

pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak

mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Uji validitas

dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pernyataan dengan

total konstruk atau variabel menggunakan korelasi Pearson Product

Moment. Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung

dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, yang dalam hal ini adalah

jumlah sampel. Jika nilai nilai rhitung lebih besar dari rtabel dan bersifat

positif maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid. Pada penelitian ini

lebih menekankan pada Uji Validitas Isi (Content validity). Validitas isi

menggambarkan sejauh mana suatu tes dapat mengukur tingkar

penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai

sesuai dengan tujuan pengajaran. . Menurut Sugiyono (2014) secara teknis

Page 91: Proposal zohri terbaru

91

pengujian validititas isi dapat dibantu dengamn menggunakan kisi-kisi

instrumen. Dalam kisis-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator

sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau peryataan yang

telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka

pengujian validitas dapat dilakuakn dengan mudah dan sistematis.

b. Uji Realibilitas

Pengertian reliabilitas adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu

pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu

pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya.

Instrument yang reliable adalah yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono, 2007:110). Uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal

consistency. Reliabilitas instrumen penelitian diuji menggunakan rumus

koefisien Cronbach’s Alpha. Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari

0,60 maka disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut handal atau

reliabel.

4.9.1.2.Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Page 92: Proposal zohri terbaru

92

Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data

memiliki disribusi normal atau dengan kata lain sampel yang diambil

berasal dari populasi yang sama. Sebaran data harus dianalisis untuk

mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga dapat diolah

lebih lanjut menggunakan analisis jalur.

Menurut Sugiyono (2007) uji normalitas berdasarkan dari

histogram yang berdistribusi normal ditunjukan dengan bentuk yang

menyerupai lonceng atau diagram dahan daun. Uji normalitas diolah

dengan melihat Q-Q plot atau plot juga disebut plot kenormalan. Jika data

berdistribusi normal, titik plotny harus berada pada suatu garis lurus.

Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk huruf S, maka menunjukan

data kita menjulur.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan alat test

klogmornov-smirnov yang terdapat pada software SPSS dengan tingkat

signifikansi 0,05.

Dasar pengambilan keputusan sebagaiberikut :

Jika nilai sig ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal.

Jika nilai sig < 0,05 maka data tidak berdisribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Page 93: Proposal zohri terbaru

93

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara

variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain. Uji

Multikolonieritas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan melihat VIF

(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai

tolerance< 0,10 maka terjadi gejala Multikolonieritas (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamataan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Deteksi terhadap

masalah heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji glejser, yaitu untuk meregresi nilai absolute residual

terhadap variabel independen, jika variabel independen signifikan secara

statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya

4.9.2. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

4.9.2.1.Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2005:142) analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data

tiap variabel yang diteliti, melakuakn perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah, dan melakuakn perhitungan untuk menguji hipotesisyang telah diajukan.

Page 94: Proposal zohri terbaru

94

Analisis yang dilakukan dnegan metode statistic tergantung pada skala

pengukuran variable. Metode statistk yang digunakan untuk menguji hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan Path Analysis atau Analisis Jalur. Penelitian ini

mengukur empat bagian yaitu, (1) pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Akuntabilitas Keuangan, (2)

pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan, (3) pengaruh

Kualitas Informasi Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah,

(4) pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah melalui Kualitas Informasi

Laporan Keuangan.

4.9.2.2.Statistik Deskriptif.

Statistik deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data. Menurut

Sugiyono (2007:206),

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

dikumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umumatau generalisasi”.

Perumusan masalah deskriptif denga tujuan untuk menjelaskan distribusi

data dari variabel yang diteliti dan sekaligus mengukur sistem akuntansi keuangan

daerah, sistem pengendalian intern pemerintah, kualitas informasi laporan

keuangan dan akuntabilitas pada seluruh SKPD di Kabupaten Lombok Timur.

Berikut adalah langkah-langkah untuk memperoleh gambaran keempat

variabel tersebut baik secara keseluruhan maupun berdasarkan subvaribelnya:

Page 95: Proposal zohri terbaru

95

a. Mentabulasi jawaban responden untuk setiap kuisioner kedalam format

berikut:

Tabel 3.3

Format Tabulasi Jawaban

Nomor Responden

Dimensi 1 Dimensi 2 Dimensi … Skor Total

1 2 3 ∑ 1 2 3 ∑ 1 2 3 … ∑ ∑1-…

b. Menentukan kreteria penilaian untuk setiap variabel dengan terlebih dahulu

menetapkan :

1) Menentukan skor tertinggi dan terendah berdasarkan hasil dari tabulasi

jawaban responden secara keseluruhan maupun setiap subvariabelnya.

2) Mencari rentang kelas interval

R= skor tertinggi- skor terendah

3) Terdapat dua kelas interval, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kelas Interval

Page 96: Proposal zohri terbaru

96

Sistem

Akuntansi Keuangan

Daerah

Sistem

Pengedalian Intern Pemerintah

Kualitas

Informasi Laporan

Keuangan

Akuntabilitas

Keuangan Daerah

Baik Baik Tinggi Baik

Tidak Baik Tidak Baik Rendah Tidak Baik

4) Mencari panjang kelas interval dengan rumus

Panjang kelas interval = rentang kelas

2

5) Menetapkann distribusi frekuensi baik untuk gambaran umum maupun

indikator- indikator dari setiap variabel dengan format sebagai berikut:

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Variabel/Subvariabel

Kreteria Penilai Interval Frekuensi Persentase

Baik/Tinggi

Tidak Baik/Rendah

Jumlah

6) Menginterprestasikan distribusi frekuensi baik untuk gambaran dari setiap

variabel baik secara keseluruhan maupun untuk setiap dimensi

4.9.2.3.Analisis Jalur

Menurut sugiyono (2014:297) Analisis jalur (path analysis) merupakan

pengembangan dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan

sebagai bentuk khusus dari analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk

melukiskan dan menguji model hubungan sebab akibat (bukan bentuk hubungan

interaktif /reciprocal). Dengan demikian pada analisis jalur harus ada variabel

independen (variabel eksogeneus) dan variabel dependen (variabel endogeneus).

Page 97: Proposal zohri terbaru

97

Sebelum peneliti menggunakan analisis jalur dalam proses penelitiannya,

maka harus terlebih dahulu disusun model hubungan antar variabel yang dalam

hali ini disebut diagram jalur. Diagram jalur pada penelitian ini disusun

berdasarkan kerangka berpikir yang merupakan pengembangan dari teori yang

ada. Dengan adanya diagram jalur maka peneliti lebih mudah untuk menentukan

hubungan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu, Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah yang dinyatakan dalam variabel (X1), Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah yang dinyatakan dalam variabel (X2), Kualitas Informasi Laporan

Keuangan yang dinyatakan dalam variabel (Y),dan Akuntabilitas Keuangan yang

dinyatakan dalam variabel (Z).

Sehingga model diagram alur (path diagram) dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram Jalur

𝜀3

ɛ1

Page 98: Proposal zohri terbaru

98

𝜌𝑥1𝑥2

Keterangan :

X1,X2 = menyatakan variabel eksogen (variabel bebas)

Y, Z = menyatakan variabel endogen (variabel terikat)

ɛ = menyatakan error

ρ = menyatakan besarnya hubungan pengaruh langsung atau biasa

disebut juga koefesien jalur (path coefficient)

𝜌𝑦𝑥1 = menyatakan besarnya pengaruh lansung variabel X1 terhadap

Variabel Y, dan sama juga untuk 𝜌𝑦𝑥2 , 𝜌𝑧𝑥1, 𝜌𝑦𝑧𝑥2 , dan 𝜌𝑧𝑦

Setelah diagram jalur terbentuk maka langkah selanjutnya adalah membuat

persamaan untuk menguji hipotesis yang ada. Berdasarkan diagram jalur tersebut

dapat disusun persamaan berikut:

a. Y= 𝜌𝑦𝑥1 X1 + 𝜌𝑦𝑥2 X2 + ɛ3

Sistem

Akuntansi

Keuangan

Daerah

(X1)

Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah

(X2)

Kualitas Informasi Laporan

Keuangan

(Y)

Akuntabilitas

Keuangan

(Z)

𝜌𝑦𝑥2

𝜌𝑦𝑥1

𝜌𝑧𝑥2

𝜌𝑧𝑥1

𝜌𝑧𝑦

𝜀4

𝜀2

Page 99: Proposal zohri terbaru

99

Persamaan diatas menunjukan bahwa variabel X1 dan X2

mempengaruhi variabel Y secara simultan dan parsial. Selain itu, dari

persamaan tersebut dapat ditarik beberapa hipotesis penelitian sebagai

berikut:

Ha ≠ 0 Sistem akuntansi keuangan daerah bepengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan

Ha≠ 0 Sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan.

Ha≠ 0 Sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian

intern pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas

Informasi Laporan Keuangan secara simultan.

b. Z= 𝜌𝑧𝑥1X1 +𝜌𝑧𝑥2X2+ 𝜌𝑧𝑦 Y+ ɛ4

Persamaan kedua dari diagram jalur tersebut menunjukan bahwa

variabel Z dipengaruhi oleh variabel X1, X2, dan Y secara simultan

dan parsial. Oleh karena itu, dari persamaan tersebut mengandung

beberapa hipotesis sebagai berikut:

Ha≠0 Sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian

intern pemerintah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

akuntabilitas keuangan daerah.

Ha≠0 sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian

intern pemerintah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

akuntabilitas keuangan daerah melalui kualitas informasi laporan

keungan.

Page 100: Proposal zohri terbaru

100

Ha≠0 kualitas informasi laporan keuangan mempunyai pengaruh secara

positif dan signifikan terhadap akuntabilitas keuangan daerah.

Setelah diagram jalur dan persamaan terbentuk, maka langkah selanjutnya

adalah mencari koefesien jalur dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel

eksogen/independen yaitu X1 dan X2, dimana kedua variabel tersebut hanya

dinyatakan oleh suku residual ɛ1 dan ɛ2 . Variabel Y yang tergantung pada

varaibel X1 dan X2, juga tergantung dengan residual ɛ3 dengan koefesien

jalur𝜌𝑦𝑥1 dan 𝜌𝑦𝑥2 sehingga persamaan yang terbentuk adalah Y= 𝜌𝑦𝑥1 X1

+ 𝜌𝑦𝑥2X2 + ɛ3. Jika ini diteruskan maka akan terbentuk persamaan sebagai

berikut.

X1 dan X2 = ɛ1 dan ɛ2 .

Y = 𝜌𝑦𝑥1 X1 + 𝜌𝑦𝑥2X2 + ɛ3

Z = 𝜌𝑧𝑥1X1 + 𝜌𝑧𝑥2X2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4

Hal pertama yang dilakukan dalam menghitung koefesien jalur/ρ (rho)

adalah menghitung koefesien korelasi (r), karena nilai koefesien korelasi akan

dimasukan kedalam persamaan untuk menentukan koefesien jalur dari persamaan

di atas.

Rumus untuk menghitung koefesien korelasi dari korelasi 𝑟𝑥1𝑦 , 𝑟𝑥2𝑦 ,

𝑟𝑥1𝑧 , 𝑟𝑥2𝑧 dan 𝑟𝑦𝑧 menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑟ij =n ∑ XiYi − (∑ Xi)(∑Yi)

√(n ∑ Xi2 − (∑Xi)

2)(n ∑ Yi2 − (∑ Yi)

2)

Page 101: Proposal zohri terbaru

101

Langkah selanjutnya adalah menentukan persamaan untuk memasukan

nilai koefesien korelasi tersebut sehingga didapat nilai untuk koefesien jalurnya.

Menurut Sugiyono (2014;303) untuk menentukan persamaan korelasi yang di

gunakan untuk menghitung koefesien jalur dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝑟𝑖𝑗 =1

𝑛∑𝑍𝑖 𝑍𝑗 Rumus 3.1

(sugiyono, 2014)

Dimana Z adalah variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1),

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X2), Kualitas Informasi Laporan

Keuangan (Y) dan Akuntabulitas Keuangan Daerah (Z).

Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung harga-harga ρ dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mencari harga 𝜌𝑦𝑥1 dengan rumus 3.1

𝑟𝑥1𝑦=1

𝑛∑𝑋1𝑌 di mana Y= 𝜌𝑦𝑥1 X1 + 𝜌𝑦𝑥2X2 + ɛ3.

𝑟𝑥1𝑦 = 1

𝑛∑𝑥1(𝜌𝑦𝑥1X1 + 𝜌𝑦𝑥2 X 2 + ɛ3. )

𝑟𝑥1𝑦 =1

𝑛∑𝑋1

2 + 𝜌𝑦𝑥2 .1

𝑛∑X1X 2 +

1

𝑛∑X1ɛ3

Karena 1

𝑛∑X1

2 = 1, 1

𝑛∑X1 X 2 = 𝑟𝑥1𝑥2 dan ∑X1ɛ3 = 0 (syarat ɛ3 tidak

berkorelasi dengan variabel dalam persamaan), maka

𝑟𝑥1𝑦 = 𝜌𝑦𝑥1 + 𝜌𝑦𝑥2.𝑟𝑥1𝑥2 Persamaan (1)

b. Mencari harga 𝜌𝑦𝑥2 dengan rumus 3.1

𝑟𝑥2𝑦= 1

𝑛∑X 2𝑌 dimana Y= 𝜌𝑦𝑥1 X1 + 𝜌𝑦𝑥2X 2 + ɛ3

Page 102: Proposal zohri terbaru

102

𝑟𝑥2𝑦 =1

𝑛∑X 2(𝜌𝑦𝑥1 X1 + 𝜌𝑦𝑥2 X 2 + ɛ3 . )

𝑟𝑥2𝑦 =1

𝑛∑X 2X1 + 𝜌𝑦𝑥2.

1

𝑛∑X 2

2 + 1

𝑛∑X 2ɛ3

Karena 1

𝑛∑X 2

2 = 1, 1

𝑛∑X1X 2 = 𝑟𝑥1𝑥2 dan ∑X 2ɛ3 = 0 (syarat ɛ3 tidak

berkorelasi dengan variabel dalam persamaan), maka

𝑟𝑥2𝑦 = 𝜌𝑦𝑥1 𝑟𝑥1𝑥2 + 𝜌𝑦𝑥2. Persamaan (2)

c. Mencari harga 𝜌𝑧𝑥1 dengan rumus 3.1

𝑟𝑥1𝑧= 1

𝑛∑X1Z, dimana Z= 𝜌𝑧𝑥1X1 + 𝜌𝑧𝑥2X 2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4

𝑟𝑥1𝑧= 1

𝑛∑X1 (𝜌𝑧𝑥1 X1 + 𝜌𝑧𝑥2 X 2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4)

𝑟𝑥1𝑧=𝜌𝑧𝑥11

𝑛∑X1

2 + 𝜌𝑧𝑥21

𝑛∑X1X 2 + 𝜌𝑧𝑦

1

𝑛∑X1𝑌 +

1

𝑛∑X1ɛ4

Karena 1

𝑛∑X1

2= 1, 1

𝑛∑X1 X 2 = 𝑟𝑥1𝑥2 ,

1

𝑛∑X1 𝑌 = 𝑟𝑥1𝑦 dan ∑X1ɛ4 =

0 (syarat ɛ4 tidak berkorelasi dengan variabel dalam persamaan), maka

diperoleh.

𝑟𝑥1𝑧 = 𝜌𝑧𝑥1 + 𝜌𝑧𝑥2 + 𝜌𝑧𝑦 . 𝑟𝑥1𝑦 Persamaan (3)

d. Mencari harga 𝜌𝑧𝑥2 dengan rumus 3.1

𝑟𝑥2𝑧 = 1

𝑛∑X 2Z, dimana Z= 𝜌𝑧𝑥1X1 + 𝜌𝑧𝑥2X 2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4

𝑟𝑥2𝑧 = 1

𝑛∑X1 (𝜌𝑧𝑥1 X1+ 𝜌𝑧𝑥2 X 2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4)

𝑟𝑥2𝑧 =𝜌𝑧𝑥11

𝑛∑X 2X1 + 𝜌𝑧𝑥2

1

𝑛∑X 2

2 + 𝜌𝑧𝑦1

𝑛∑X 2𝑌 +

1

𝑛∑X 2ɛ4

Karena 1

𝑛∑X 2

2 = 1, 1

𝑛∑X 2X1 = 𝑟𝑥1𝑥2 ,

1

𝑛∑X 2𝑌 = 𝑟𝑥2𝑦 dan ∑X 2ɛ4 =

0 (syarat ɛ4 tidak berkorelasi dengan variabel dalam persamaan), maka

diperoleh.

Page 103: Proposal zohri terbaru

103

𝑟𝑥2𝑧 = 𝜌𝑧𝑥1 𝑟𝑥1𝑥2 + 𝜌𝑧𝑥2 + 𝜌𝑧𝑦 . 𝑟𝑥2𝑦 Persamaan (4)

e. Mencari harga 𝜌𝑧𝑦 dengan rumus 3.1

𝑟𝑦𝑧= 1

𝑛∑YZ, dimana Z= 𝜌𝑧𝑥1X1 + 𝜌𝑧𝑥2X 2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4

𝑟𝑦𝑧= 1

𝑛∑Y (𝜌𝑧𝑥1 X1 + 𝜌𝑧𝑥2 X 2 + 𝜌𝑧𝑦 Y + ɛ4)

𝑟𝑦𝑧=𝜌𝑧𝑥11

𝑛∑𝑌X1 + 𝜌𝑧𝑥2

1

𝑛∑𝑌X 2 + 𝜌𝑧𝑦

1

𝑛∑𝑧2 +

1

𝑛∑𝑌ɛ4

Karena 1

𝑛∑𝑧2= 1,

1

𝑛∑𝑌X1 = 𝑟𝑥1𝑦 ,

1

𝑛∑𝑌X 2 = 𝑟𝑥2𝑦 dan

∑𝑌ɛ4 = 0 (syarat ɛ4 tidak berkorelasi dengan variabel dalam

persamaan), maka diperoleh.

𝑟𝑦𝑧 = 𝜌𝑧𝑥1 𝑟𝑥1𝑦 + 𝜌𝑧𝑥2 𝑟𝑥2𝑦 + 𝜌𝑧𝑦 Persamaan (5)

Keterangan dari persamaan 1 s/d 5:

𝑟𝑥1𝑥2 = korelasi antar variabel X1 dan X2 ( hubungan reciprocal/saling

mempengaruhi)

𝑟𝑥1𝑦 = koefesien korelasi dari varaibel X1 terhadap variabel Y

𝑟𝑥2𝑦 = korelasi dari variabel X2 terhadap Y

𝑟𝑥1𝑧 = korelasi variabel X1 terhadap variabel Z

𝑟𝑥2𝑧 = korelasi variabel X2 terhadap variabel Z

𝑟𝑦𝑧 = korelasi variabel Y terhadap variabel Z

Langkah selanjutnya dari analisis jalur ini adalah memasukan harga-harga

korelasi (𝑟𝑖𝑗) kedalam persamaan 1 s/d 5 di atas sehingga diperoleh nilai

koefesien jalurnya yang menunjukan kuat atau tidaknya pengaruh dari

masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen, jika nilai

Page 104: Proposal zohri terbaru

104

koefesien jalur lebih kecil dari 0,50 artinya varibel tersebut tidak

mempunyai hubungan langsung, maka jalur tersebut dapat dihilangkan.

4.9.2.4.Uji Kebaikan Model

Menurut Sugiyono (2014:339) uji kelayakan model digunakan untuk

mengukur teori yang digunakan dalam model bahwa tidak ada perbedaan atau

layaknya suatu model (goodness of fit) dengan data empiri. Kelayakan model

analisis jalur dapat diuji dengan menggunakan beberapan uji statistika. Metode

untuk melihat kebaikan model secara menyeluruh yaitu: (1) Uji Statistika Chi

Squares, (2) Root Mean Squares Error of Approximiation (RMSEA), (3) Goodnes

of Fit Index (GFI), (4) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), (5) Root Mean

Squares Residual (RMSR). Dari beberapa uji kelayakan model tersebut, model

dikatakan layak jika paling tidak salah satu metode uji kelayakan model terpenuhi.

Dalam penelitian ini, uji kelayakan model yang dipergunakan adalah:

1. Uji Statistika Chi Squares

Uji statistika Chi Squares (λ2) digunakan untuk menguji kelayakan

model analisis faktor konfirmatori. Jika nilai Chi Squares lebih besar

dari Chi Squares kritis maka kita menolak hipotesis nol dan sebaliknya

jika nilai Chi Squares lebih kecil dari Chi Squares kritisnya maka kita

menerima hipotesis nol, atau kita bisa menerima atau menolak

hipotesis nol dengan membandingkan antara p-value dengan besarnya

α yaitu derajat kepercayaan yang kita pilih. Jika nilai p-value lebih

kecil dari α maka kita menolak hipotesis nol dan sebaliknya jika pvalue

lebih besar dari α maka kita menerima hiputesis nol. Jika kita

Page 105: Proposal zohri terbaru

105

menerima hipotesis nol atau menolak hipotesis alternatif maka model

yang kita pilih adalah layak.

2. Root Mean Squares Error of Approximiation (RMSEA)

Kelemahan uji Chi Squares adalah sensitif terhadap jumlah sampel,

sehingga digunakan alternatif lain seperti RMSEA. Sebagai rule of

tumb melihat kelayakan model, cut off value adalah bila RMSEA ≤

0,08. Jika nilai RMSEA besarnya 0,08 atau lebih kecil maka model

dianggap layak.

3. Goodnessn of Fit Index (GFI)

Uji kelayakan GFI ini seperti nilai koefisien determinasi (R2) di dalam

uji kelayakan atau kebaikan hasil regresi, nilainya 0≤GFI≤1. Semakin

tinggi nilai GFI atau mendekati 1 maka semakin layak model. Sebagai

rule of thumb biasanya model dianggap layak bila nilai GFI≥0,90

sebagai cut off value-nya.

4. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Uji kelayakan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan uji

kelayakan GFI yang disesuaikan. Nilainya terletak antara 0≤GFI≤1.

Sebagaimana uji kelayakan GFI, semakin nilainya mendekati 1 maka

semakin baik model dan sebaliknya semakin baik model dan

sebaliknya semakin mendekati angka 0 maka semakin tidak layak

model. Sebagai rule of tumb, cut off value adalah bila AGFI≥0,80

sebagai model yang layak (goodness of fit).

5. Root Mean Squares Residual (RMSR)

Page 106: Proposal zohri terbaru

106

RMSR ini merupakan akar dari rata-rata pangkat residual. Semakin

kecil nilai RMSR model semakin sesuai (FIT) atau layak karena ada

keseuaian antara model dan data dan sebaliknya semakin besar nilai

RMSR model semakin tidak sesuai atau kurang layak. Jika nilai RMSR

sama atau kurang dari 0,05 maka model adalah baik (fit) sedangkan

kalau nilainya lebih dari 0,05 maka model kurang baik

4.9.2.5.Uji Parsial (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara thitung

dengan ttabel. Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan dengan tingkat signifikasi

5% dengan derajat kebebasan df= (n-k-1) di mana n adalah jumlah responden dan

k adalah jumlah variabel (Ghozali, 2006).

Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

a. Jika thitung > ttabel (n-k-1) maka H0 ditolak

Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa

semua variabel independen (X1 dan X2) berpengaruh terhadap nilai

variabel dependen (Y), dan variabel intervening (Y) berpengaruh terhadap

variabel endogen (Z)

b. Jika thitung< ttabel(n-k-1)maka H0 diterima.

Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa

semua variabel independen (X1dan X2) tidak berpengaruh terhadap nilai

Page 107: Proposal zohri terbaru

107

variabel dependen (Y), dan variabel intervening (Y) tidak berpengaruh

terhadap variabel endogen (Z)