proposal tugas akhir andi
TRANSCRIPT
PROPOSAL TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN LOCAL CONTROL UNIT ( LCU )
PRESSURE PADA MINIPLANT PROSES CONTROL PRESSURE
LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI
Oleh :
ANDI SAEHUL RIZAL
NRP : 2407 030 049
PROGRAM STUDI D3 INSTRUMENTASI
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INSTRUMENTASI
JURUSAN TEKNIK FISIKA FTI – ITS
1. Judul : Rancang Bangun Local Control Unit ( LCU )
Pressure Pada Miniplant Proses Control Pressure
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi
2. Bidang Minat : Instrumentasi
3. a. Nama Mahasiswa : Andi Saehul Rizal
b. NRP : 2407 030 049
c. Jenis Kelamin : Laki - laki
4. Jangka waktu TA : 1 semester
5. Pembimbing : Fitri Adi Iskandarianto ST,MT
6. Usulan proposal yang ke : I ( Satu )
7. Status : Baru
NRP. 2407 030 049
Pembimbing I
Fitri Adi Iskandarianto, ST. MT NIPN.197903252006041002
PembimbingII
Ir.Ya’umar, MTNIPN.19540406 198103 1 003
Pengusul
Andi Saehul Rizal
Mengetahui,Ka.Lab. Rekayasa Instrumentasi
Ir.Ya’umar, MTNIPN. 19540406 198103 1 003
I. Judul : Rancang Bangun Local Control Unit ( LCU ) Pressure
Pada Miniplant Proses Control Pressure
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi
II. Bidang Minat : Instrumentasi
III. Pembimbing I : Fitri Adi Iskandarianto ST,MT
Pembimbing II : Ir.Ya’umar, MT
IV. Abstrak
Pada system pengendalian proses terdapat variable-variabel yang harus
dikendaliakan seperti pressure, temperature, flow, dan level. Pada system
pengendalian proses secara umum terdiri dari alat ukur, pengontrol, dan pengendali
akhir. Pada setiap loop pengendalian diperlukan suatu pengontrol agar system
pengendalian dapat dikontrol. Local Control Unit (LCU) merupakan kombinasi
terkecil perangkat keras yang dirancang dalam sistem kontrol yang nantinya akan
dihubungkan dengan Human Machine Interface (HMI) . LCU mengambil input dari
alat ukur proses (transmitter) dan perintah operator, selanjutnya digunakan sebagai
data untuk menghitung sinyal output agar proses mengikuti perintah yang diinginkan.
Setelah perhitungan kontrol selesai dilakukan, LCU mengirim output kontrol ke
aktuator yang berfungsi untuk mengatur tekanan. Pada perancangan LCU ini
menggunakan mikrokontroller AT MEGA 8535 yang nantinya akan dihubungkan
dengan HMI sehingga dapat dimonitoring dan dikontrol dengan system control
terdistribusi.
V. Latar Belakang
Instrumentasi merupakan device atau peralatan yang digunakan untuk
menunjang sebuah sistem dalam menjalankan proses tertentu untuk tujuan tertentu
pula. Setiap kegiatan proses dalam sebuah system di industri senantiasa membutuhkan
peralatan–peralatan otomatis untuk mengendalikan parameter–parameter prosesnya.
Otomatisasi tidak saja diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi,
maupun mutu produk, tetapi lebih mengutamakan pada kepentingan penggunaan
manusia (user) sebagai kontrol manual, kecepatan, kualitas, serta kuantitas yang
dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan kontrol manual, dalam hal ini manusia
sebagai pengendali dan pelaku keputusan. Hampir semua proses industri dalam
menjalankan proses produksinya membutuhkan bantuan sistem pengendali, Ada
banyak pengendalian yang harus dikendalikan di dalam suatu proses. Diantaranya
yang paling umum, adalah tekanan (pressure) didalam sebuah vessel atau pipa, aliran
(flow) didalam pipa, suhu (temperature) di unit proses seperti heat exchanger, atau
permukaan zat cair (level) disebuah tangki. Ada beberapa parameter lain diluar
keempat elemen diatas yang cukup penting juga dan juga perlu dikendalikan karena
kebutuhan spesifik proses, diantaranya : pH, Velocity, berat, lain sebagainya.
Pengendalian pada umumnya menghendaki proses berjalan dengan stabil.
Proses yang stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya setpoint sama dengan
besarnya meassurment variabel, sehingga error sama dengan nol. Error yang sama
dengan nol ini dapat mengakibatkan tidak adanya manipulated variabel untuk
membuka atau menutup valve yang menjadikan sebuah proses yang berjalan secara
kontinyu tanpa gangguan. Untuk itu diperlukan suatu pengontrol pada system
pengendalian dimana controller akan didesain menjadi Local Control Unit ( LCU )
yang nantinya akan dihubungkan dengan Human Machine Interface ( HMI ) sehingga
system control dapat didistribusikan dan LCU akan mengontrol plant sehingga proses
pengendalian menjadi stabil.
VI. Permasalahan
Permasalahan yang muncul pada perancangan alat ini adalah bagaimana
merancang pressure controller yang berupa Local Control Unit ( LCU ) yang dapat
mengontrol pressure pada miniplant pressure control pressure unit yang nantinya akan
dihubungkan dengan Human Machine Interface ( HMI ).
VII. Batasan Permasalahan
Adapun batasan permasalahan dari sistem yang dirancang ini adalah :
Sistem ini dirancang dan dijalankan pada Local Control Unit ( LCU ) yang
berupa panel yang berhubungan langsung dengan plant di lapangan.
Sistem ini hanya mengontrol satu variabel yang berupa pressure pada loop
pengendaliannya.
VIII. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk merancang dan membuat sistem
pengendalian pressure yang berupa Local Control Unit ( LCU ) pressure yang dapat
mengontrol pressure dan dapat dihubungkan dengan Human Machine Interface ( HMI
) sebagai subsistem dari sistem control terdistribusi.
IX. Tinjauan Pustaka
Adapun sumber – sumber pustaka yang menunjang dalam pelaksanaan
pengerjaan tugas akhir ini adalah :
Gunterus.F, “Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 1994.
Malvino, “Prinsip – Prinsip Elektronika”, Erlangga.Jakarta, 1997.
Panduan Praktis Teknik Antar Muka dan Pemograman Mikrokontroler (Paulus
AN., 2003)
Sistem Pengukuran Aplikasi dan Perancangan (Ernest O. Doebelin)
X. Teori Penunjang
10.1 Sistem Pengendalian Proses
Hampir semua proses di industri membutuhkan peralatan – peralatan otomatis
untuk mengendalikan parameter – parameter prosesnya. Otomatisasi tidak hanya
diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi maupun mutu produk, tetapi
lebih merupakan kebutuhan pokok. Suatu proses industri tidak akan dapat dijalankan
tanpa bantuan sistem pengendalian. Parameter – parameter yang umum dikendalikan
dalam suatu proses adalah tekanan ( pressure ), laju aliran (flow), suhu ( temperature
) dan permukaan zat cair (level ). Gabungan serta alat – alat pengendalian otomatis
itulah yang disebut sistem pengendalian proses (process control system). Sedangkan
semua peralatan yang membentuk sistem pengendalian tersebut disebut instrumentasi
pengendalian proses (process control instrumentation).
Istilah – istilah yang perlu diketahui dalam sistem otomatis adalah sebagai berikut:
Proses : tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu, contohnya level
tangki.
Controlled Variable : besaran atau variabel yang dikendalikan. Besaran ini pada
diagram kotak disebut juga dengan output proses atau level tangki..
Manipulated Variable : input dari suatu proses yang dapat di manipulasi agar
controlled variable sesuai dengan set point-nya.
Disturbance : besaran lain (selain manipulated variable) yang dapat
menyebabkan berubahnya level tangki diatas dari tangki yang dikendalikan
Sensing Element : bagian paling ujung suatu sistem pengukuran, seperti sensor
level.
Transmitter : untuk membaca sinyal sensing element dan mengubah sinyal yang
dapat dipahami oleh kontroller seperti signal conditioning (SC).
Tranducer : unit pengalih sinyal.
Measurement Variable : sinyal yang keluar dari transmitter. Jika dalam
pengendalian level, sinyal yang keluar adalah berupa level.
Set Point : besar process variable (level) yang dikehendaki.
Controller : elemen yang melakukan tahapan mengukur - membandingkan –
menghitung – mengkoreksi. Proporsional Integral Derivatif (PID) salah satu
controller yang sering digunakan dalam industri.
Final Control Element : bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian
yang berfungsi untuk mengubah measurement variable dengan cara manipulated
variable, berdasarkan perintah pengendali. Salah satu final control element yang
digunakan dalam pengendalian level adalah motorized valve.
Secara garis besar suatu rangkaian pengendalian proses dibagi menjadi 4
langkah, yaitu : mengukur – membandingkan - menghitung – mengkoreksi. Langkah
pertama yaitu mengukur , merupakan tugas dari sensor. Langkah berikutnya adalah
membandingkan apakah hasil pengukuran dari sensor sudah sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara set point dengan hasil pengukuran
maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan aksi apa yang dilakukan supaya
sesuai dengan set point yang diinginkan. Pada langkah kedua dan ketiga ini adalah
tugas dari pengendali. Langkah terakhir adalah melakukan pengkoreksian yang
merupakan tugas dari aktuator.
Gambar 10.1 Diagram Blok Aliran Proses Pengendalian
10.2 Local Control Panel
Local Control Panel atau Local Control Unit (LCU) merupakan kombinasi
terkecil perangkat keras dalam sistem kontrol terdistribusi seperti DCS yang
melakukan fungsi kontrol rangkaian tertutup. Local Control Panel mengambil input
dari alat ukur proses (transmitter) dan perintah operator, selanjutnya digunakan
sebagai data untuk menghitung sinyal output agar proses mengikuti perintah yang
diinginkan. Setelah perhitungan kontrol selesai dilakukan, Local Control Panel
mengirim output kontrol ke aktuator, penggerak (drive system), valve atau alat
mekanik lain yang berfungsi untuk mengatur aliran, temperatur, tekanan dan variabel
proses lainnya yang dikontrol.
Local Control Panel dapat bekerja secara mandiri pada proses pengontrolan
apabila sistem kontrol yang ada di pusat mengalami gangguan, begitu juga sebaliknya
apabila pada Local Control Panel mengalami gangguan maka dapat langsung
ditangani oleh sistem kontrol pusat dan lokal kontrol akan di shutdown, sehingga
sistem tetap berjalan sesuai dengan parameter yang diinginkan. Local Control Panel
memiliki rangkaian input/output (I/O) sehingga dapat berkomunikasi dengan dunia
luar dengan cara membaca atau menerima data analog dan data digital maupun
mengirim data serupa keluar panel.
Gambar 10.2 Komponen Dasar Local Control Panel[2]
Pada Gambar 2.2 merupakan konfigurasi minimum yang diperlukan untuk
melakukan fungsi kontrol dasar.
Unit Prosesor
- Melakukan komputasi fungsi kontrol
- Setting nomor domain dan nomor station
Unit Catu Daya
- Menerima daya dari power distribution board dan
mengkonversinya menjadi tegangan searah (DC).
- Mendistribusikan tegangan DC ke semua unit pada Local
Control Panel.
Modul Masukan/Keluaran (I/O Module)
- Modul Masukan/Keluaran mengubah sinyal analog atau
digital dari field equipment yang menuju Local Control
Panel atau sebaliknya.
Local Control Panel akan mengakuisisi data plant dari sensor. Mengontrol
proses mesin melalui modul keluaran menggunakan program.Program dieksekusi oleh
prosesor. Algoritma kontrol dapat dikodekan dalam bahasa assembly dan disimpan
didalam memory. Setelah kontroler dihidupkan, Local Control Panel segera membaca
data input, melaksanakan algoritma kontrol dan kemudian membangkitkan outputan
kontrol. Para pengguna dapat merubah program menggunakan suatu bahasa
pemrograman dan mnyimpannya dalam memori program di Local Control Panel.
Local Control Panel merupakan kontroler berbasis mikroprosesor yang
dilengkapi dengan bermacam-macam fungsi-fungsi kontrol yang berpusat di sekitar
kontrol umpan balik dan kontrol sekuensial, fleksibelitas dalam memberikan respons
terhadap operasi CRT dan panelboard serta berbagai fasilitas interfacing input/output
(I/O) yang memungkinkan pemrosesan bermacam-macam sinyal dapat digunakan
pada berbagai bidang dimulai dari pengontrolan proses kontinyu sampai dengan
proses batch.
10.3 Catu Daya
Sebagai sumber daya sebagian besar piranti elektronika membutuhkan tegangan
searah (Direct Current/DC). Penggunaan baterai sebagai sumber daya DC kurang
efektif, hal ini disebabkan daya yang dimiliki oleh baterai hanya mampu digunakan
dalam beberapa waktu saja (tidak tahan lama) dan harganya relatif mahal. Satu-
satunya sumber daya yang mudah didapat dan paling murah adalah tegangan listrik
dari jaringan PLN sebesar 220 volt dengan frekuensi 50 – 60 Hz.
Tegangan jaringan ini berupa tegangan bolak – balik (Alternate Current/AC),
oleh karena supaya dapat mencatu piranti elektronik yang membutuhkan tegangan
DC, maka diperlukan sebuah rangkaian yang bisa merubah tegangan bolak – balik
menjadi tegangan searah yang dinamakan rangkaian penyearah yang tidak
mengurangi tegangan DC – nya ketika arus beban yang lebih besar dialirkan dari
pencatu daya ini. Beberapa komponen penunjang dari rangkaian pencatu daya
meliputi :
10.3.1 Tranformator
Digunakan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik 110 / 220 volt
pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih rendah pada kumparan
sekundernya.
Gambar 10.3 Transformator Daya (step down) Tanpa CT (Center Tap)
Gambar 10.4 Transformator Daya (step down) Menggunakan CT (Center Tap)
Gambar 10.5 Sinyal output dari transformator step down.
10.3.2 Diode penyearah
Diode pada rangkaian catu daya ini berfungsi sebagai penyearah tegangan bolak
– balik (VAC) menjadi tegangan searah (VDC). Konfigurasi dari pemakaian diode
penyearah ini ada dua macam yaitu penyearah diode setengah gelombang dan
penyearah diode gelombang penuh. Dibawah ini merupakan rangkaian dioda
penyearah gelombang penuh.
Gambar 10.6 Penyearah dioda gelombang penuh.
Gambar 10.7 sinyal input dan output dari rangkaian dioda penyearah.(a)sinyal
input, (b)sinyal output
10.3.3 Regulator
Pemakaian regulator pada pencatu daya berfungsi sebagai stabilitas tegangan.
Komponen aktif ini mampu meregulasi tegangan menjadi stabil. Komponen ini sudah
dikemas dalam sebuah IC regulator tegangan tetap yang biasanya sudah dilengkapi
dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown).
Jenis IC regulator tegangan tetap yang sering dipakai adalah jenis 78xx atau 79xx. IC
regulator 78xx menghasilkan output tegangan dengan polaritas positif sedangkan
79xx menghasilkan output tegangan dengan polaritas negatif. Konstruksi dari
regulator ini dapat dilihat pada Gambar 2.6
Gambar 10.8 IC Regulator 78xx
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa
bekerja, tegangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya
perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet
kompenen tersebut. Pemakaian alumunium pendingin (heatsink) dianjurkan jika
komponen ini dipakai untuk mencatu arus yang besar
10.4 Diffrential Preassure Transmitter
Bila instrumen adalah impuls saluran pipa dengan berjalan dari sisi hulu dan
hilir dari lubang piring, proses tekanan dari masing-masing baris dikirim melalui
isolatingdiafrakma dan mengisi minyak Silicone cairan ke sensing diafrakma di
bagian tengah kapsul. Capacitance piring di kedua sisi sensing diafrakma
mendeteksi posisi yang diafrakma dan mengkonversikan diferensial tekanan menjadi
sinyal 4-20 mA. 8246-A yang berkomunikasi dengan 8246-C menggunakan
Antarmuka standar frekuensi shift keying, yang diterima secara luas komunikasi
teknik. Antarmuka yang menggunakan frekuensi tinggi sinyal dilapiskan keatasnya
pada 4-20 mA transmitter output untuk berkomunikasi atas lingkaran. Karena energi
bersih ditambahkan ke lingkaran kecil, komunikasi tidak mengganggu 4-20 mA sinyal
sama sekali. Instrumen yang dapat kembali berkisar dengan atau tanpa alat. Interface
unit jika tidak tersedia, kisaran dapat diatur dengan tombol yang terletak di bawah
label sertifikasi logam. Rentang pengaturan dapat mengambil tempat di baris yang
disediakan 8246-A-3M (3-katup, zeroing manifold) atau 8246-A-5M (5-katup, dan
zeroing baris blowdown manifold) digunakan untuk mengisolasi yang impuls baris
Dari proses
Dalam tahanan mentransfer aplikasi ini untuk umum
menggunakan lubang piring dikombinasikan dengan diferensial preassure (DP)
transmitters untuk menunjukkan volumetric arus dan untuk dijadikan sebagai "cash
register." Karena ini, pelanggan Emerson Process Management permintaan handal,
akurasi tinggi perangkat. Bergantung pada kualitas pengukuran perangkat, beberapa
sumber kesalahan ada di dalam pipa negatif yang mungkin mempengaruhi ketepatan
alur pengukuran. Dua Contoh-contoh termasuk Persen Square Root Error (%SRE)
Amerika dan melebihi Gas Association (Aga) denyut lingkungan disarankan batas.
Bila menggunakan DP untuk menentukan arus menilai, maka persegi akar DP adalah
proporsional dan mengalir dianggap sangat akurat pengukuran saat operasi di bawah
steadystate kondisi. Bila proses ini tidak stabil, untuk contoh ini karena disebabkan
oleh pulsations pompa, Kompresor atau kontrol katup, maka akan menunjukkan hasil
yang lebih tinggi daripada arus menilai sebenarnya. Sebelum bekerja pada
mengidentifikasi% SRE yang telah diambil bentuk metode signifikan untuk
meningkatkan tingkat yang di DP adalah sampel untuk mencapai virtual seketika DP
membaca. Teknik ini efektif menghilangkan the square root kesalahan melalui
kemampuan untuk melaporkan rata-rata seketika persegi akar DP, dianggap oleh
industri menjadi akurat keterwakilan benar arus tinggi. Sebelumnya telah ada
perangkat tersedia baik untuk memberikan yang handal dan akurat tekanan
pengukuran serta menawarkan indikasi adanya proses denyutan sampai sekarang.
3051S yang dilengkapi dengan diagnosa fitur papan memenuhi kedua kebutuhan.
Khas aliran aplikasi akan mengambil persegi akar rata-rata dari beberapa DP
pembacaan sebagai artifact dari sampel menilai bila menggunakan Distributed
Control System (DCS) atau arus komputer. Selain itu, pengurangan, rata-rata selama
periode waktu, sering digunakan untuk memperlunakkan overreaction singkat untuk
proses anomalies. Ini, namun akan meningkatkan kerentanan ke atas laporan arus
ketika harga terkena tekanan pulsations ditinggikan. Menggambarkan bagaimana
equation 1% SRE adalah dihitung. Aga yang standar untuk sebuah denyut lingkungan
yang dapat diterima akan muncul di Equation 2..
Gambar 10.9 Wiring DP Transmitter
Gambar 10.10 gambar dan bagian DP transmitte
r
10.5 Control Valve
Control valve atau proportional valve adalah alat yang digunakan untuk
memodifikasi aliran fluida atau laju tekanan pada sebuah sistem proses dengan
menggunakan daya untuk operasinya. Valve ini digunakan oleh industri dalam banyak
aplikasi. Control valve adalah elemen kontrol akhir yang paling umum digunakan
untuk mengatur aliran bahan dalam sebuah proses. Pada suatu lup proses, hanya ada
resistansi variable yang dikontrol, sedangkan resistansi berubah-ubah karena
perubahan aliran pada sistem atau karena lapisan pipa dan permukaan dinding
peralatan. Variasi resistansi ini tidak diinginkan dan harus dikompensasi dengan
menggunakan control valve.
Pada sebagain besar kasus, control valve diinginkan berubah secara kontinyu
berdasarkan sinyal kontrol untuk mempertahankan kondisi mantap dari variable
proses. Karena kemampuan jangkauan yang lebar sudah menjadi sifat bawaan dalam
memilih ukuran control valve, maka terdapat beberapa pilihan yang dibuat,
bergantung pada:
- desain bodi
- karakteristik aliran
- jenis actuator
- desain trim.
Gambar 10.11 Struktur Control Valve Tipikal
Jenis Aktuator
Fungsi dari aktuator katup adalah menggerakkan katup pengatur (plug) terhadap
logam saluran pada body valve dimana fluida mengalir. Berdasarkan transmisinya
aktuator dapat berupa :
Pneumatik Diafragma
Pneumatik Piston
Hydrolik Piston
Elektrik Motor
Dari beberapa jenis aktuator diatas jenis pneumatik diafragma yang paling
banyak ditemui. Aktuator terdiri atas elemen-elemen pendukungnya, diantaranya:
a. Cases
Sebagai ruangan penampung sinyal dari kontroller untuk menekan diafragma.
b. Stopper
Merupakan plat pembatas/penentu posisi awal dari diafragma.
c. Diafragma
Penangkap tekanan sinyal pneumatik yang diterima dari kontroller dan akan
dirubah menjadi gaya tekan sebesar luas diafragma dikalikan dengan tekanan yang
akan melawan gaya tekan dari spring dan tekanan fluida kali luas aktual dari plug.
d. Diafragma Plat
Sebagai dudukan diafragma, pada bagian tengah ini dijadikan satu dengan stem
dan diafragma.
e. Stem
Penerus gerak lurus dari diafragma ke plug.
f. Yoke
Berfungsi sebagai penghubung antara aktuator dengan valve body dari copntrol
valve dan juga sebagai pelindung dari aktuator. Yoke memiliki kekakuan yang
cukup agar hubungan aktuator dengan valve body tetap lurus, sehingga mencegah
pembengkokan pada stem. Untuk suatu proses yang bersifat ekstrim (pada suhu
sangat rendah/suhu sangat tinggi) biasanya pada sambungan antara valve body
dengan yoke dipasang ekstension bonnet untuk proses pada suhu sangat tinggi.
Hal ini dimaksudkan agar yoke tidak mengalami kerusakan akibat proses tersebut.
g. Spring
Biasanya berupa spring tekan untuk menyimpan tenaga yang akan melawan gaya
tekan dari diafragma dan akan mengembalikan/menyesuaikan posisi plug sesuai
dengan perubahan tekanan yang masuk dalam chamber. Kekuatan spring
menentukan karakteristik dari pada gerak plug untuk membuka dan menutup
dapat diatur dari adjusting screw.
h. Adjusting Screw
Dipakai untuk mengatur kekuatan spring, agar kerja valve menghasilkan sinyal
output 3 sampai 15 psi.
i. Travel Indicator
Plat yang menunjukkan berapa besar pergerakan plug (Indicating Plug) biasanya
dalam prosen (%).
Berdasarkan letak aktuatornya, aksi control valve dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Direct Acting
Pada aksi ini tekanan udara diberikan pada bagian atas diafragma yang kemudian
menggerakkan stem kearah bawah menekan spring dan stem ini mendesak kearah
atas apabila tekanannya berkurang.
Gambar 10.12 Direct Acting Actuator
Reverse Acting
Pada aksi ini tekan udara diberikan dari bawah diafragma aktuator dan
menggerakkan stem kearah atas untuk menekan spring. Stem aktuator akan
bergerak kebawah jika tekanannya berkurang.
Gambar 10.13 Reverse Acting Actuator
10.6 Mikrokontroller AVR ATMEGA 8535
Mikrokontroller merupakan suatu rangkaian terintegrasi (IC) dengan
kepadatan yang sangat tinggi dan semua bagian yang diperlukan oleh suatu kontroler
sudah dikemas dalam satu keping yang didalamnya terdiri dari pusat pemroses
(Central Processing Unit), RAM (Random Access Memory), EEPROM / EPROM /
PROM, unit input/output, antarmuka serial dan parallel, timer dan counter, serta
interup kontroler. Mikrokontroler tersedia dalam beberapa pilihan, tergantung dari
keperluan dan kemampuan yang diinginkan. Mikrokontroler yang banyak beredar
biasanya terdiri dari 4, 8, 16 atau 32 bit.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 Bit, sehingga semua instruksi
dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi
dalam satu siklus instruksi clock. Dan ini sangat membedakan sekali dengan instruksi
MCS-51 (Berarsitektur CISC) yang membutuhkan siklus 12 clock. RISC adalah
Reduced Instruction Set Computing sedangkan CISC adalah Complex Instruction Set
Computing.
AVR dikelompokkan kedalam 4 kelas, yaitu ATtiny, keluarga AT90Sxx,
keluarga ATMega, dan keluarga AT86RFxx. Dari kesemua kelas yang membedakan
satu sama lain adalah ukuran onboard memori, on-board peripheral dan fungsinya.
Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan mereka bisa dikatakan hampir sama.
Arsitektur ATMega8535
Saluran IO sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D
ADC 10 bit sebanyak 8 Channel
Tiga buah timer / counter
32 register
Watchdog Timer dengan oscilator internal
SRAM sebanyak 512 byte
Memori Flash sebesar 8 kb
Sumber Interrupt internal dan eksternal
Port SPI (Serial Pheriperal Interface)
EEPROM on board sebanyak 512 byte
Komparator analog
Port USART (Universal Shynchronous Ashynchronous Receiver Transmitter)
Fitur ATMega8535
Sistem processor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
Ukuran memory flash 8KB, SRAM sebesar 512 byte, EEPROM sebesar 512
byte.
ADC internal dengan resolusi 10 bit sebanyak 8 channel
Port komunikasi serial USART dengan kecepatan maksimal 2.5 Mbps
Mode Sleep untuk penghematan penggunaan daya listrik
Keterangan:
Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program
hasil buatan manusia yang harus dijalankan oleh mikrokontroler.
RAM (Random Acces Memory) merupakan memori yang membantu CPU untuk
penyimpanan data sementara dan pengolahan data ketika program sedang
running.
EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) adalah
memori untuk penyimpanan data secara permanen oleh program yang sedang
running.
Port I/O adalah kaki untuk jalur keluar atau masuk sinyal sebagai hasil keluaran
ataupun masukan bagi program.
Timer adalah modul dalam hardware yang bekerja untuk menghitung waktu/pulsa.
UART (Universal Asynchronous Receive Transmit) adalah jalur komunikasi data
khusus secara serial asynchronous.
PWM (Pulse Width Modulation) adalah fasilitas untuk membuat modulasi pulsa.
ADC (Analog to Digital Converter) adalah fasilitas untuk dapat menerima sinyal
analog dalam range tertentu untuk kemudian dikonversi menjadi suatu nilai
digital dalam range tertentu.
SPI (Serial Peripheral Interface) adalah jalur komunikasi data khusus secara serial
secara serial synchronous.
ISP (In System Programming) adalah kemampuan khusus mikrokontroler untuk
dapat diprogram langsung dalam sistem rangkaiannya dengan membutuhkan
jumlah pin yang minimal
Konfigurasi Pin ATMega8535
VCC merupakan Pin yang berfungsi sebagai pin masukan catudaya
GND merupakan Pin Ground
Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC
Port B (PB0...PB7) merupakan pin I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus
yaitu Timer/Counter, komparator Analog dan SPI
Port C (PC0...PC7) merupakan port I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus,
yaitu komparator analog dan Timer Oscillator
Port D (PD0...PD1) merupakan port I/O dan pin fungsi khusus yaitu komparator
analog dan interrupt eksternal serta komunikasi serial
RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler
XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal
AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC
AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC
Mikrokontroler ATMEGA 8535 memiliki 40 pin dengan susunan seperti pada gambar
2.10 di bawah ini :
Gambar 10.14 Konfigurasi Pin IC ATMEGA 8535
10.6 LCD 2 x 16
Untuk menampilkan hasil dari pengukuran kecepatan, inputan setpoint kecepatan
yang kita inginkan kita membutuhkan tampilan (display), LCD (Liquid Cristal
Display) merupakan sejenis crystal yang akan berpendar jika diberi tegangan tertentu,
sehingga perpendaran tersebut dapat diatur untuk membentuk angka, huruf dan lain
sebagainya. LCD yang digunakan dalam percobaan ini adalah menggunakan LCD
dengan banyak baris dan karakter adalah 2 x 16.
Gambar 10.15. LCD 2 x 16
Operasi – operasi yang terdapat pada LCD yaitu :
Operasi Write
Operasi Write adalah waktu penulisan data pada saat data dimasukkan ke LCD.
Pada Gambar 2.16 dapat dilihat diagram pada waktu pengisian data ke
Mikrokontroller.
Gambar 10.16 Timing Diagram Data Write
Operasi Read
Sedangkan Operasi read adalah pembacaan pada saat data masuk ke dalam LCD
Gambar 2.17 Timing Diagram Data Read
10.7 Software Yang Digunakan Sebagai HMI.
Dalam proyek akhir ini digunakan Visual Basic 6.0 sebagai software untuk
membuat software kirim , terima dan baca SMS secara otomatis.
o Visual Basic.
Microsoft Visual Basic (VB) merupakan pengembangan dari bahasa BASIC,
dalam VB memungkinkan pembuatan aplikasi Graphical User Interface
(pemrograman yang menggunakan tampilan grafis sebagai alat komunikasi dengan
pemakainya ). Jenis aplikasi yang dapat dibuat dengan VB antara lain aplikasi data
base, aplikasi yang memanfaatkan fasilitas dari aplikasi lain seperti pengolah kata
Microsoft Word,aplikasi yang menggunakan run time dynamic-link library, aplikasi
umum seperti games, animasi.
Konsep dasar pemrograman Visual Basic 6.0 dari segi teknis hanya terdiri atas
properti, metode dan event,VB juga merupakan permrograman yang berbasiskan
obyek. Perbedaan mendasar antara teknik pemrograman BASIC (terstruktur) dengan
VB adalah fokus dalam rangka memberikan suatu solusi. Dengan kata lain, teknik
OOP lebih fokus pada elemen dari suatu problem, sedangkan teknik terstruktur lebih
fokus pada metode/cara untuk mencapai solusi dari problem tersebut. Sebagai contoh,
teknik terstruktur akan memandang seluruh fungsi inventory sistem dari sebuah pabrik
ice cream, sedangkan teknik OOP lebih memandang ke setiap objek yang berkaitan
dengan pabrik ice cream (cetakan ice cream, freezer, truk pengangkut, dll),yang jelas,
untuk setiap objek dalam Visual Basic pasti memiliki sebagian/semua dari komponen
di bawah ini.
PROPERTI :
Suatu properti didefinisikan sebagai elemen dari suatu object yang bisa diubah,
baik secara langsung (melalui kode), maupun tidak langsung (melalui property
explorer). Properti cenderung untuk tetap, tidak berubah (selama tidak ada
tindakan unuk mengubahnya, baik via kode maupun dari properti explorer),
selama aplikasi berjalan. Tidak seperti variabel, yang hanya berlaku selama
masa hidup prosedur atau modul tempat variabel tersebut dideklarasikan.
Sebagai contoh, Command Button control. Objek ini memiliki poroperti seperti
Weight, Height, dan Caption.
Metode
Metode yang biasa kita sebut method merupakan suatu cara dari programmer
yang membuat control bereaksi.
Event
Event bisa dikatakan sebagai suatu yang terjadi selama program berjalan,
sebagai contoh saat Command Button kita klik maka akan muncul event. Tiap
event yang bisa digabungkan dengan kode disebut event procedure. Program
dalam VB dikatakan sebagai event – driven karena kode yang menjalankan
fungsinya – biasanya terikat oleh GUI (Graphical User Interface), cenderung
dipicu oleh berbagai event. Ada salah satu ukuran umum yang berlaku (meski
tidak mutlak) bahwa kekuatan dan kehandalan dari suatu control berbanding
lurus dengan jumlah event yang dimilikinya. Dengan kata lain, semakin handal
suatu kontrol, semakin banyak event yang dimilikinya.
XI. Metodologi Penelitian
Receive Line
Mikrokontroller LCU PRESSURE
MikrokontrollerLCU TEMPERATURE
RS232
Human Machine Interface
Transmit Line
MAX 232
Untuk mencapai tujuan penyelesaian tugas akhir yang direncanakan, maka
perlu dilakukan suatu langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun
langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
Merancang sistem yang dibutuhkan dalam pembuatan Local Control Unit ( LCU ) presuure. .
Gambar 11.1 Skema Rangkaian Komunikasi Interface
Mendesain semua komponen – komponen dari sistem yang ada.
Pembuatan sistem dari rancang bangun LCU pressure
- Membuat mekanik dari perancangan hardware.
- Membuat rangkaian pembentuk sistem keseluruhan.
- Membuat software aplikasi sebagai display.
- Mengintegrasikan rangkaian dari alat ke mikrokontroller.
Pengujian sistem dari rancang bangun yang telah dibuat dengan menguji
rangkaian dari perancangan alat untuk mengetahui performasi alat, baik
keakuratan dan keoptimalan alat
Penyusunan Laporan.
XII. Jadwal Kerja
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
No. KEGIATANBULAN
1 2 3 4 5 6
1. Studi Literatur
2.Pembuatan hardware dan
software
3. Pengambilan data
4. Pengolahan dan analisa data
5. Penulisan laporan
Daftar pustaka
Gunterus.F, “Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 1994.
Malvino, “Prinsip – Prinsip Elektronika”, Erlangga.Jakarta, 1997.
Panduan Praktis Teknik Antar Muka dan Pemograman Mikrokontroler (Paulus
AN., 2003)
Sistem Pengukuran Aplikasi dan Perancangan (Ernest O. Doebelin)
XII. Hasil Proposal Tugas Akhir
Proposal ini harus ditandatangani oleh mahasiswa yang bersangkutan dari
pembimbiongnya dengan format sebagai berikut :
Proposal ini : * )
a. Ditolak
b. Diterima
c. Diterima dengan revisi
Proposal ini harus dilampirkan pada proposal hasil revisi
Surabaya, 04 Februari 2010
Menyetujui,
Pembimbing
Fitri Adi Iskandarianto ST, MT
NIPN.197903252006041002
Pengusul
Andi Saehul Rizal
NRP.2406 030 049
* Lingkari yang dipilih