proposal tesis ridwan keseluruhan siap print 181110

48
PROPOSAL RISET PEMASARAN MIE JAGUNG INSTAN Oleh RIDWAN ARIFIN H251090131 PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN

Upload: ridwan-arifin

Post on 26-Jun-2015

1.154 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

PROPOSAL RISET PEMASARAN

MIE JAGUNG INSTAN

Oleh

RIDWAN ARIFIN

H251090131

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN

PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

PROPOSAL RISET PEMASARAN

MIE JAGUNG INSTAN

Oleh

RIDWAN ARIFIN

H251090131

Proposal Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mengadakan penelitian

pada Program Studi Ilmu Manajemen

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 3: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

DAFTAR TABEL....................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

I. PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Penelitian.............................................................................1

1.2. Perumusan Masalah Penelitian.....................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................3

1.5. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4

2.1. Jagung...........................................................................................................4

2.2. Tepung Jagung..............................................................................................7

2.3. Mie Jagung...................................................................................................9

2.4. Riset Pemasaran..........................................................................................12

2.5. Positioning..................................................................................................13

2.6. Marketing Mix............................................................................................14

2.7. Pengembangan Produk Baru......................................................................15

2.8. Preferensi Konsumen..................................................................................15

2.9. Validitas dan Reabilitas..............................................................................17

2.10. Kajian Penelitian Terdahulu.....................................................................19

III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................21

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian...................................................................21

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................21

3.3. Jenis dan Sumber Data...............................................................................22

3.4. Jumlah dan Metode Pengambilan Sampel..................................................22

3.5. Metode pengumpulan data..........................................................................23

3.6. Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................23

IV. JADWAL PENELITIAN DAN ANGGARAN PENELITIAN.......................24

4.1. Jadwal Penelitian.........................................................................................24

4.2. Anggaran Penelitian....................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

i

Page 4: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Komposisi kimia jagung......................................................................................5

2. Kandungan amilosa dan amilopektin dari beberapa varietas jagung...................6

3. komposisi kimia tepung jagung………………………………………………...7

ii

Page 5: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Struktur biji jagung..............................................................................................5

2. Teknologi proses produksi mi............................................................................10

3. Prototipe mie jagung instan…………………………………………………...11

4. Life cycle of concept…………………………………………………………...15

iii

Page 6: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia. Seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan pangan meningkat pula

baik secara kualitas maupun kuantitas. Indonesia merupakan salah satu negara

yang memiliki ketahanan pangan yang kurang stabil. Ketergantungan terhadap

beras begitu tinggi sehingga kebijakan impor beras pun terus dilakukan karena

kurangnya suplai beras dari dalam negeri (Wijaya, 2010).

Masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan pola konsumsi karena

mie instan dijadikan sebagai pengganti lauk pauk dan juga sekaligus pengganti

nasi. Mie instan yang beredar di Indonesia menggunakan tepung terigu sebagai

bahan baku utama yang bukan merupakan produk hasil pertanian domestik.

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena tepung terigu merupakan produk

pangan impor. Tingkat konsumsi beras yang masih tinggi dan pola konsumsi

pangan kearah terigu berimplikasi sama bahayanya dan akan mengganggu

ketahanan pangan Indonesia (Suwandi,2006)

Pengembangan mie kering berbasis jagung merupakan salah satu program

difersifikasi pangan. Penggunaan bahan baku jagung dalam ingredient substitusi

maupun seluruhnya diharapkan mampu memberikan kontribusi pada masalah

terlalu tingginya ketergantungan bangsa Indonesia pada beras dan tepung terigu.

Survey yang dilakukan oleh Juniawati (2003) menunjukkan bahwa jagung

merupakan bahan pangan non-beras yang paling disukai oleh konsumen.

Sementara mie adalah produk pangan olahan non-beras yang paling sering

dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan potensi mie berbasis jagung

sangat potensial untuk dikembangkan dan dipasarkan di masyarakat. Meskipun

produk mie jagung di pasar Indonesia belum banyak tersedia. Dengan melihat

prospek pemasaran produk mie jagung yang bagus tersebut sudah semestinya

segera diluncurkan produk mie jagung secara komersial.

Page 7: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Dalam peluncuran suatu produk, diperlukan ukuran dan indikator

keberhasilan produk tersebut dalam pasar. Berdasarkan hasil survey salah satu

lembaga riset di Amerika, banyak merek yang gagal memasuki pasar. Tingkat

kegagalan dapat mencapai 95%. Menurut Philip Kotler, rata-rata sekitar 80%

produk consumer good baru gagal memasuki pasar dan 30% dari penawaran

bisnis baru mengalami kegagalan.

Dijelaskan bahwa kegagalan tersebut banyak terjadi dikarenakan adanya

kesalahan-kesalahan kecil yang tidak diantisipasi bahkan dianggap remeh.

Misalnya fitur produk tidak komunikatif, baik konteks dan kontennya. Pemasar

juga salah dalam memposisikan produk, penetapan harga, cara mempromosikan

maupun cara pendistribusian barang.

Riset pasar sangat diperlukan untuk penetapan strategi launching produk

baru agar sukses diterima pasar. Dimulai dari pencarian ide produk baru,

menciptakan kemasan yang menarik, strategi pengembangan merek baru,

segementasi pasar, penetapan harga, promosi, targeting dan juga positioning.

Oleh karena itu diperlukan identifikasi dan perumusan masalah yang muncul

sebagai upaya untuk melakukan riset pemasaran produk mie jagung instan, yaitu :

1. Bagaimanakah bentuk pasar industri dan pasar retail mie jagung instan?

2. Bagaimanakah gambaran peta persaingan produk mie jagung instan?

3. Bagaimanakah bentuk produk dan variannya?

4. Dimanakah lokasi pasar dan saluran distribusi yang efektif dan efisien?

5. Bagaimanakah potensi pasar mie jagung instan?

6. Bagaimanakah strategi pemasaran mie jagung instan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bentuk pasar industri dan pasar retail mie jagung instan

2. Mendapatkan gambaran peta persaingan produk mie jagung instan

3. Menetapkan pengembangan produk dan variannya

4. Pemilihan lokasi pasar dan saluran distribusi yang efektif dan efisien

5. Mengetahui potensi pasar mie jagung instan

6. Menghasilkan rekomendasi strategi pemasaran mie jagung instan

2

Page 8: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perusahaan dan industri di bidang mie instan, sebagai bahan pertimbangan dalam

perumusan strategi baru terhadap mie jagung instan yang efektif dan efisien.

Selain itu, penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan bagi penentu

kebijakan di pemerintahan terkait dengan strategi ketahanan pangan dan

diversifikasi pangan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada konsumen dan industri makanan dengan

bahan baku mie instan. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pada tinjauan

manajemen pemasaran terhadap produk baru, yaitu mie jagung instan. Hal

tersebut dikarena tahapan penelitian formulasi dan produksi mie jagung instan

telah dilakukan oleh para peneliti dari bagian Ilmu Pangan.

3

Page 9: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 JagungSecara struktural, biji jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian

utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip cap (Gambar 1). Perikarp

merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses

pembentukan biji. Pada waktu kariopsis muda, sel-selnya kecil dan tipis, tetapi

sel-sel itu berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf tertentu

lapisan ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau aleuron yang

secara morfologi adalah bagian endosperm. Bobot lapisan aleuron sekitar 3% dari

keseluruhan biji (Inglett 1987 diacu Suarni dan Widowati 2007).

Lembaga merupakan bagian yang cukup besar. Pada biji jagung tipe gigi

kuda, lembaga meliputi 11,5% dari bobot keseluruhan biji. Lembaga ini sendiri

sebenarnya tersusun atas dua bagian yaitu skutelum dan poros embrio (embryonic

axis). Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji jagung, yaitu sekitar 85%,

hampir seluruhnya terdiri atas karbohidrat dari bagian yang lunak (floury

endosperm) dan bagian yang keras (horny endosperm). Lembaga terdiri atas

plumula, radikel, dan skutelum, yaitu sekitar 10% dan perikarp 5%. Tip cap

adalah bagian yang menghubungkan biji dengan janggel. Lapisan aleuron,

perikarp, dan lembaga mengandung protein dengan kadar yang berbeda. (Inglett

1987 diacu Suarni dan Widowati 2007 ).

Gambar 1. Struktur biji jagung (Shukla dan Cheryn 2001)

Page 10: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Tabel 1 Komposisi kimia jagung

Komponen (%)

Jumlah (% bk)Biji utuh Endosperm Lembaga Kulit ari Tip cap

Protein 3.7 8.0 18.4 3.7 9.1Lemak 1.0 0.8 33.2 1.0 3.8Serat kasar 86.7 2.7 8.8 86.7 -Abu 0.8 0.3 10.5 0.8 1.6Pati 71.3 87.6 8.3 7.3 5.3Gula 0.34 0.62 10.8 0.34 1.6

Sumber: Inglett (1987) diacu Suarni dan Widowati (2007)

Analisis kimia biji jagung menunjukkan bahwa masing-masing fraksi

mempunyai sifat yang berbeda seperti yang ditunjukkan Tabel 1. Proses

pengolahan dengan menghilangkan sebagian dari fraksi biji jagung akan

mempengaruhi mutu gizi produk akhir. Informasi komposisi kimia tersebut

bermanfaat bagi industri pangan untuk menentukan jenis bahan dan proses yang

harus dilakukan agar diperoleh mutu produk yang sesuai dengan yang diinginkan.

Kulit ari jagung dicirikan oleh kandungan serat kasar yang tinggi, yaitu 86,7%

(Tabel 2), yang terdiri atas hemiselulosa (67%), selulosa (23%), dan lignin

(0,1%). Di sisi lain, endosperma kaya akan pati (87,6%) dan protein (8%),

sedangkan kadar lemaknya relatif rendah (0,8%). Lembaga dicirikan oleh

tingginya kadar lemak (33%), protein (18,4%), dan mineral (10,5%). Berdasarkan

data tersebut dapat ditentukan apakah produk yang akan diolah memerlukan biji

jagung utuh, atau yang kulit ari atau lembaganya dihilangkan.

Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji.

Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu glukosa, sukrosa dan

fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Pati terdiri atas dua jenis polimer glukosa, yaitu

amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai unit-unit D-glukosa yang

panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan a(1→4), sedangkan

amilopektin strukturnya bercabang. Ikatan glikosidik yang menggabungkan residu

glukosa yang berdekatan dalam rantai amilopektin adalah ikatan a(1→4), tetapi

titik percabangan amilopektin merupakan ikatan a(1→6). Bahan yang

mengandung amilosa tinggi, jika direbus amilosanya terekstrak oleh air panas,

sehingga terlihat warna putih seperti susu (Lehninger 1982 diacu Suarni dan

Widowati 2007). Amilopektin berpengaruh terhadap sifat sensoris jagung,

terutama tekstur dan rasa. Pada prinsipnya, semakin tinggi kandungan

5

Page 11: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

amilopektin, tekstur dan rasa jagung semakin lunak, pulen, dan enak. Komposisi

tersebut juga berpengaruh terhadap sifat amilografinya. Kandungan amilosa

beberapa varietas lokal dan unggul nasional dapat dilihat pada Tabel 2 (Suarni

2005 diacu Suarni dan Widowati 2007).

Tabel 2. Kandungan amilosa dan amilopektin dari beberapa varietas jagung

Varietas Amilosa (%) Amilopektin (%)Srikandi putih 31.05 68.95Srikandi kuning 30.14 69.86Anoman 29.92 70.08Lokal nonpulut 28.50 71.50Lokal pulut 4.25 95.75Sukmaraga 34.55 64.45

Protein utama dalam jagung adalah glutelin, yang juga dikenal dengan

nama glutenin. Glutelin merupakan protein yang berberat molekul tinggi yang

larut dalam alkali. Fraksi glutelin merupakan protein endosperma yang tersisa

setelah ekstraksi protein larut garam dan alkohol (zein). Protein lain dalam jagung

adalah zein yang merupakan protein yang tidak larut dalam air. Ketidaklarutan

zein dalam air disebabkan karena adanya asam amino hidrofobik seperti leusin,

prolin dan alanin. Selain faktor tersebut, tingginya proporsi dari sisi rantai grup

hidrokarbon dan tingginya persentase grup amida yang ada dengan jumlah grup

asam karboksilat bebas yang relatif rendah (Johnson 1991). Berdasarkan pada

kelarutan, ada dua jenis protein zein yaitu α-zein yang larut pada etanol 95% dan

β-zein yang larut pada etanol 60%. α-zein mengandung lebih banyak histidin,

arginin, prolin, dan metionin daripada β-zein (Laszity 1986). Lemak pada jagung

terutama terdapat pada bagian lembaga yaitu sekitar 85% dari total lemak jagung.

Dengan tingginya kandungan lemak pada lembaga, dalam pembuatan mi jagung

bagian lembaga dipisah karena lemak dapat menyebabkan ketengikan sehingga

memperpendek daya simpan mi.

Komposisi kimia jagung bervariasi tergantung varietas, cara menanam,

iklim dan tingkat kematangan, sehingga diperlukan seleksi untuk mendapatkan

varietas jagung yang memiliki komposisi kimia yang tepat untuk dibuat mi.

Komposisi kimia jagung putih tidak berbeda dengan jagung kuning, tetapi tidak

6

Page 12: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

mengandung vitamin A. komposisi kimia tersebut tidak menyebar merata pada

bagian-bagian biji jagung (Utomo 1982 diacu Suarni dan Widowati 2007).

2.2 Tepung Jagung

Tepung jagung didefinisikan sebagai tepung yang diperoleh dari

penggilingan atau penumbukan biji jagung (Zea mays Linn) dari berbagai varietas

(putih dan kuning). Kadar air tidak lebih dari 10% dengan kehalusan, minimal

99% lolos ayakan 60 mesh dan min 80% lolos ayakan 80 mesh. Sedangkan

menurut SNI 01-3727-1995, tepung jagung adalah tepung yang diperoleh dengan

cara menggiling biji jagung (Zea mays) yang bersih dan baik. Penggilingan biji

jagung ke dalam bentuk tepung merupakan suatu proses memisahkan kulit,

endosperm, lembaga dan tip cap. Endosperm merupakan bagian biji jagung yang

digiling menjadi tepung dan memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Kulit

memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga dalam pembuatan tepung jagung,

kulit harus dipisahkan dari endosperm karena batas maksimal jumlah serat kasar

dalam tepung jagung adalah 1.5%. Lembaga merupakan bagian dari biji yang

mengandung lemak tertinggi (Tabel 1), sehingga harus dipisahkan untuk

mencegah tepung cepat rusak karena reaksi oksidasi lemak. Tip cap harus

dipisahkan dalam pembuatan tepung jagung karena dapat menyebabkan adanya

butir-butir hitam pada tepung jagung yang mengakibatkan kontaminasi produk.

Kandungan komposisi kimia tepung jagung ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia tepung jagung

Komposisi kimia Kadar (%)Air 10.9Abu 0.4Protein 5.8Lemak 0.9Karbohidrat (by difference) 82.0Pati 68.2Serat makanan 7.8

Sumber: Juniawati (2003)

Proses pembuatan tepung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

penggilingan kering (dry milling) dan penggilingan basah (wet milling).

7

Page 13: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Penggilingan kering adalah penggilingan jagung kering dengan dua kali

penggilingan yaitu penggilingan kasar dan penggilingan halus. Penggilingan

dengan metode kering menggunakana alat hammer mill untuk penggilingan kasar

dan disc mill untuk penggilingan halus. Pada penggilingan basah, jagung digiling

dengan menggunakan penggilingan batu yang biasa digunakan untuk menggiling

kedelai pada pembuatan tahu. Keuntungan proses penggilingan basah adalah

kemudahan untuk mencapai derajat kehalusan yang tinggi, mencegah kenaikan

suhu bahan yang terlalu tinggi, dan memperkecil kerugian akibat oksidasi bahan

baku. Penggilingan basah terutama digunakan untuk mendapatkan tepung yang

halus dan biasanya membutuhkan air dalam jumlah besar (Pratama 2008).

Penggilingan jagung dengan metode kering akan menghasilkan rendemen

tepung jagung yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan penggilingan metode

basah. Hal ini disebabkan pada penggilingan basah banyak komponen jagung

yang terbuang pada saat pembersihan dan pencucian. Selain itu tepung jagung dari

penggilingan kering dapat menghasilkan tepung yang bisa disimpan dalam bentuk

kering dengan kadar air 14% (kadar air yang aman dari kerusakan mikrobiologis)

(Nobel dan Andrizal 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) dengan menggunakan metode

penggilingan kering pada jagung menghasilkan tepung jagung sebanyak 2.9 kg

dari 10 kg jagung pipil atau rendemen sekitar 29%. Tepung jagung yang dibuat

dengan menggunakan penggilingan kering dilakukan dengan beberapa tahap yaitu

penggilingan awal, pencucian dan perendaman, penggilingan tahap akhir, serta

pengayakan.

Penggilingan tahap awal dilakukan dengan menggunakan hammer mill

yang akan menghasilkan penggilingan kasar berupa grits, kulit, lembaga dan tip

cap. Pemisahan kulit, lembaga, dan tip cap dilakukan dengan cara pencucian dan

perendaman, grits akan mengendap dan kulit serta lembaga akan mengapung.

Grits jagung dikering-anginkan selama 2 jam (hingga kadar air ±17%) untuk

mempermudah ke tahap penggilingan selanjutnya. Kadar air grits yang tinggi

dapat menyebabkan bahan menempel pada disc mill sehingga menimbulkan

kemacetan pada alat, sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan

partikel tepung setelah penggilingan lebih besar (tidak halus).

8

Page 14: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Penggilingan tahap akhir adalah penggilingan grits jagung dengan

menggunakan disc mill (penggiling halus) untuk menghasilkan tepung yang lebih

kecil ukurannya. Tepung jagung dari penggilingan tahap akhir kemudian diayak

dengan menggunakan pengayak berukuran 100 mesh. Pengayakan ini bertujuan

agar ukuran partikel tepung seragam, karena menurut Faridi dan Faubion (1995),

perbedaan ukuran partikel tersebut dapat menyebabkan terbentuknya specks

(noda) berwarna putih karena ukuran partikel yang lebih besar membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk menyerap air, sehingga bagian yang tidak menyerap

air tersebut akan membentuk noda berwarna putih.

2.3 Mie Jagung

Mie merupakan salah satu jenis produk pasta yang sudah dikenal oleh

masyarakat dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Produk mie

menurut Suyatni (2008) terdiri dari empat jenis yaitu mie segar, mie basah, mie

kering dan mie instan. Mie segar adalah mie dari pemotongan lembaran adonan

dengan kadar air 35% dengan daya simpan 50-60 jam dalam refrigerator. Mie

basah adalah mie yang mengalami perebusan setelah pemotongan. Kadar mie ini

mencapai 52% sehingga masa simpannya sangat singkat (40 jam) pada suhu 28-

30 oC. Mi kering adalah mie segar yang dikeringkan dengan kadar air sekitar 8-

10%, sedangkan mie instan (instant fried noodle) adalah mie matang yang

dikeringkan dengan cara digoreng maupun dengan aliran udara panas.

Proses produksi mie segar, mie basah, mie kering dan mie instan dapat

dilihat pada Gambar 2. Proses produksi mie kering mencakup tahapan proses

formulasi bahan (terigu dan bahan tambahan berupa air, garam, telur dan larutan

alkali), pembentukan lembaran adonan (sheeting), pembentukan untaian mi,

pengukusan, pemotongan, dan pengeringan. SNI mie kering adalah SNI 01-2974-

1996. Untuk produksi mie instan, proses pengeringan diganti dengan proses

penggorengan, sedangkan untuk mie segar tidak dilakukan proses pengeringan

setelah pembentukan untaian mie, tetapi biasanya langsung dikemas. SNI mie

instan adalah SNI 01-3551-1996.

9

Page 15: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Bahan tambahan (garam, air, telur,dan alkali)Pencampuran dan

pengistirahatan adonanTerigu

Pembentukan lembaran (sheeting)

Pemotongan(slitting)

Perebusan Pengukusan

PengeringanPenggorengan

PendinginanPendinginan

Mie instan Mie kering

Pendinginan

Pemberian minyak

Mie basahMie segar

Gambar 2. Teknologi proses produksi mie (Suyatni 2008)

Keunggulan tepung jagung sebagai bahan baku untuk menggantikan

sebagian (substitusi) atau semua tepung terigu dalam produksi mie yaitu: 1)

mengurangi biaya bahan baku dan produksi; 2) mengurangi ketergantungan

terhadap bahan baku impor; 3) memberikan keunggulan terhadap produk mie

yang dihasilkan, tanpa penggunaan warna sintesis dan adanya kandungan beta

karoten. Mie jagung yang dihasilkan dari 100% tepung jagung berwarna lebih

kuning dibandingkan mie terigu atau mie substitusi, karena kandungan beta

karoten dalam mie jagung lebih banyak (Kusnandar 1998).

10

Page 16: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Penggunaan tepung jagung dalam mie akan dibatasi oleh karakteristik

fungsional tepung jagung, terutama disebabkan oleh kandungan protein gluten

yang rendah dan karakteristik protein tepung jagung tidak mengandung protein

gliadin dan glutenin sebagaimana pada tepung gandum yang bertindak sebagai

pengikat untuk membentuk tekstur adonan yang elastic-cohesive (Juniawati 2003;

Budiyah 2005).

Teknologi proses pembuatan mie jagung hampir sama dengan proses

produksi mie secara umum, akan tetapi ada beberapa proses yang harus dilakukan

dan tidak dilakukan pada mie terigu. Pada proses pembuatan mie jagung 100%,

tahap yang harus dilakukan pertama adalah berupa pengukusan sebagian tepung

jagung (70%), dimana menghasilkan karakteristik adonan mie jagung yang tidak

lengket pada roller mesin sheeting. Secara umum, proses produksi mie jagung

dengan teknologi sheeting mencakup tahapan formulasi bahan, pengukusan untuk

menggelatinisasi sebagian tepung jagung (70% dari total tepung), pencampuran

antara formulasi bahan yang tidak digelatinisasi dengan tepung gelatinisasi

(mixing), pembentukan lembaran adonan dan untaian mie (sheeting dan slitting),

pengukusan dan pengeringan.

Parameter mutu mie dapat dilihat dari mutu fisik, kimia dan organoleptik.

Mi kering yang bermutu baik (sebelum dimasak) memiliki tekstur yang kuat

(tidak rapuh/mudah patah), permukaan yang halus dan warna kuning yang

seragam. Apabila dimasak (direbus dalam air), mie cepat mengalami rehidrasi

(untuk mie instan kurang dari 3 menit), tidak hancur/larut dalam air rebusan

(cooking loss rendah, yaitu <2%), tidak lengket, cukup elastik, dan tidak terlalu

mengembang (Putra 2008; Chen et al. 2003).

Gambar 3. Prototipe Mie Jagung Instan

11

Page 17: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Berbeda dengan mie kering, pada mie jagung instan mengandung nilai gizi

yang baik yaitu mampu menyumbangkan sekitar 360 kalori/kemasan. Tingginya

energi yang terdapat pada mie jagung instan menunjukkan bahwa produk tersebut

dapat dijadikan bahan pangan alternatif pengganti nasi. Selain itu keunggulan mie

jagung instan adalah warna mie yang lebih menarik (kuning) dibandingkan mie

terigu walaupun tidak menggunakan pewarna seperti mie terigu. Pewarna kuning

yang umum digunakan dalam pembuatan mie terigu instan adalah tartrazine.

Sedangkan pada mie jagung instan warna kuning yang dihasilkan merupakan

warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen kuning jagung yaitu berupa

beta karoten, lutein, dan xanthin (Juniawati 2003)

2.4 Riset Pemasaran

Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan Asosiasi

Pemasaran Amerika dalam Kotler (2000) mendefinisikan pemasaran sebagai

proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi,serta

penyaluran gagasan, barang dan jasa unruk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Riset pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang

dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian,

pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Proses riset

pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau tahapan yang dilakukan dalam

melaksanakan riset pemasaran. Kegiatan ini meliputi: (1) penentuan masalah; (2)

merumuskan kerangka teori; (3) formulasi desain riset; (4) kegiatan lapangan dan

pengumpulan data; (5) persiapan dan analisis data; serta (6) pembuatan laporan

dan presentasi (Rangkuti,1997).

Riset pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu riset

eksploratif, konklusif dan pemantauan prestasi (umpan balik). Riset eksplorasi

dirancang untuk mengadakan penyelidikan awal dari suatu masalah. Desain riset

mempunyai fleksibiltas yang tinggi dan lebih peka terhadap hal-hal yang tidak

12

Page 18: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

terduga. Rancangan riset bersifat luas dan serbaguna. Data yang digunakan dapat

berupa data sekunder ataupun hasil wawancara dengan para ahli atau kelompok.

Riset ini cocok untuk menganalisis masalah dan peluang. Riset konklusif

memberikan infyormasi yang dapat mengevaluasi dan menyeleksi rangkaian

tindakan. Prosedur riset bersifat formal dan sasaran riset serta kebutuhan

informasi didefinisikan dengan jelas. Riset pemantauan prestasi adalah riset yang

dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian program pemasaran yang telah

dijalankan telah sesuai dengan tujuan ataukah sebaliknya (Kinnear dan

Taylor,1988).

2.5 Positioning

Positioning dikenal sebagai strategi untuk menguasai pikiran konsumen

dengan penawaran perusahaan kita. Positioning juga merupakan strategi untuk

mengarahkan para pelanggan atau dengan kata lain positioning adalah upaya

untuk membangun kesan di benak konsumen bahwa perusahaan kita layak

dipercaya dan kompeten.

Menurut Kertajaya (2001), positioning adalah cara menempatkan diri agar

dipersepsikan oleh orang yang berada pada pasar yang dituju. Positioning adalah

janji yang diberikan produk, merek dan perusahaan kepada pelanggannya. Untuk

memenuhi janji tersebut, penjual harus membangun diferensiasi yang solid.

Selanjutnya, agar diferensiasi yang dibangun kokoh, penjual harus memback up

diferensiasi tersebut dengan marketing mix (strategi produk, harga, distribusi dan

promosi) yang kokoh pula. Setelah marketing mix, selanjutnya penjual juga harus

menyusun strategi selling dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan

pelanggan.

Menurut Kotler (2002), hasil akhir dari suatu penentuan posisi adalah

keberhasilan penciptaan suatu usulan nilai yang terfokus pada pasar, berupa suatu

pernyataan sederhana yang jelas mengapa pasar sasaran harus membeli produk

tersebut. Strategi penentuan posisi dapat diupayakan melalui berbagai cara, yaitu:

1. Penentuan posisi menurut atribut: ini terjadi bila suatu perusahaan

memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama

keberadaannya.

13

Page 19: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

2. Penentuan posisi menurut manfaat: di sini produk diposisikan sebagai

pemimpin dalam suatu manfaat terteentu

3. Penentuan posisi menurut penggunaan: ini berarti memposisikan produk

sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan dan penerapan

4. Penentuan posisi menurut pemakai: ini berarti memposisikan produk

sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai

5. Penentuan posisi menurut pesaing: di sini produk memposisikan diri

sebagai labih baik dari pesaing

6. Penentuan posisi menurut kategori produk: di sini produk diposisikan

sebagai pemimpin di suatu kategori produk

7. Penentuan posisi mutu: di sini produk diposisikan sebagai yang

menawarkan nilai terbaik

2.6 Marketing Mix

Marekting mix atau bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujaun pemasarannya

di pasar sasaran (Kotler,2003). Mc Charty dalam Kotler (2005),

mengklasifikasikan alat-alat tersebut menjadi empat kelompok yang luas, yang

disebut dengan 4P, yaitu:

1. Produk (Product): segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

memuaskan kebutuhan konsumen. Produk dapat berupa barang fisik, jasa,

pengelaman, orang, tempat, ide, pengetahuan dan lainnya

2. Harga (Price): nilai barang dan jasa dalam bentuk uang. Harga juga

mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan oleh perusahaan

kepada pasar tentang produk dan mereknya (Kotler,2005). Harga

merupakan unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,

sedangkan unsur lainnya menghasilkan biaya, selain harga juga merupakan

bauran pemasaran yang paling mudah untuk disesuaikan

3. Tempat (Place): Saluran distribusi merupakan serangkain organisasi yang

saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk

siap untuk dikonsumsi oleh konsumen (Kotler,2005)

14

Page 20: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

4. Promosi (Promotion): Belch dan Belch (2001), mendefinisikan promosi

sebagai kordinasi semua penjual dalam memulai suatu usaha untuk

menyediakan saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan

jasa atau mempromosikan sebuah ide

2.7 Pengembangan Produk Baru

Tahapan pengembangan produk baru digambarkan oleh Crawford dan

Benedetto (2008) sebagai berikut:

1. Opportunity Concept

2. Idea Concept

3. Stated Concept

4. Tested Concept

5. Full Screened Concept

6. Prototype Concept

7. Batch Concept

8. Proccess Concept

9. Pilot Concept

10. Marketed Concept

11. Successful Concept

Gambar 4. Life Cycle of Concept (Crawford & Benedetto 2008)

15

Page 21: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Mie jagung instan sudah sampai pada tahap Prototype. Pada tahap concept

generation diperlukan pendekatan analisis atribut dan analisis persaingan untuk

menjawab pasar mana yang akan diisi oleh produk baru tersebut dan juga kondisi

persaingan dengan produk sejenis. Teknik yang digunakan antara lain

Determinant Gap Analysis, AR (Atribut Rating) perceptual gap map dan OS

(Overall Similiarities) perceptual gap map. Kemudian dirumuskan stated concept

(Commercialized Concept).

Dilanjutkan dengan Concept Evaluation. Pendekatan yang digunakan

menggunakan konsep A-T-A-R (Awarnnes-Trial-Availability-Repeat) untuk

mengestimasi penjualan. Teknik lain yang digunakan adalah analisis konjoin

untuk melihat presepsi konsumen terhadap produk baru. Dilanjutkan dengan Full

Screenning untuk memilih variasi produk. Teknik yang digunakan adalah AHP

(Analytic Hierarchy Process).

Selanjutnya dirumuskan Concept Protocol produk, meliputi manfaat

utama produk, produk formal dan tambahan. Setelah diintergrasikan,produk

didesign sesuai dengan keinginan pasar kemudian dilakukan test pasar. Ada tiga

bentuk strategi test pasar, yaitu Pseudo Sale Methode (Simulated Test Market),

Controlled Sale Methodes dan Full sale Methodes. Test pasar mie jagung instan

dilakukan melalui strategi kombinasi.

2.8 Preferensi Konsumen

Konsumen menurut Kotler (2005) merupakan individu atau kelompok

yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang dan jasa untuk

kebutuhan pribadi atau kelompoknya. Menurut Nicholson (1995), hubungan

preferensi biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu kelengkapan

(completeness), transivitas (transitivity), dan berkelanjutan (continuity).

Sifat kelengkapan (completeness) memberikan asumsi bahwa setiap orang

selalu dapat menentukan pilihan dengan dua alternatif. Sebagai contoh, jika A dan

B merupakan dua kondisi, maka setiap orang harus selalu bisa menentukan salah

satu dari tiga hal. Pertama, A lebih disukai daripada B. Kedua, B lebih disukai

daripada A. Ketiga, A dan B sama-sama disukai.

16

Page 22: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Sifat transivitas (transitivity) memberikan asumsi bahwa seseorang yang

membandingkan beberapa kondisi yang saling berhubungan akan menunjukkan

sikap yang sesuai dan konsisten. Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan

bahwa ia lebih menyukai A daripada B dan lebih menyukai B daripada C, maka ia

harus lebih menyukai A daripada C.

Sifat berkelanjutan (continuity) memiliki asumsi dasar yang hampir sama

dengan sifat transivitas, bahwa kesesuaian dan konsistensi sikap seseorang akan

terjaga pada saat membandingkan dua kondisi pada situasi yang berbeda. Sebagai

contoh, jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B, maka kondisi lain

yang serupa dengan A lebih disukai daripada B (Nicholson, 1995).

Cardello (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya pangan dapat disebut

sebagai stimulus sensori, yaitu karakteristik fisiko-kimia yang ditentukan oleh

variabel komposisi¸ proses, dan penyimpanannya. Namun seiring dengan

berkembangnya wilayah kajian ilmu dan teknologi pangan, diketahui bahwa

karakteristik fisiko-kimia pangan dapat berinteraksi dengan indra manusia dan

membentuk pengalaman mengenai penampakan, rasa, aroma, tekstur, dan lain

sebagainya. Berbagai teori dan kajian lebih lanjut dari hal ini adalah lahirnya

bidang ilmu baru yang disebut psiko-fisika yang melatarbelakangi lahirnya istilah

preferensi pangan. Preferensi pangan adalah derajat kesukaan terhadap makanan

yang akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Conner (1994) menyatakan

bahwa sebagian besar konsumen mengetahui dan mampu menyatakan rasa suka

dan tidak suka terhadap suatu produk pangan tertentu, meskipun terkadang

mereka kesulitan untuk mengutarakan alasannya.

Menurut Stepherd dan Spark (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi

preferensi pangan dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu faktor intrinsik,

faktor ekstrinsik, faktor biologis, fisik, dan psikologis, faktor personal, faktor

sosial dan ekonomi, faktor pendidikan, serta faktor kultur, agama, dan daerah.

Faktor intrinsik merupakan faktor yang bersumber dari dalam produk yang

meliputi penampakan, aroma, temperatur, tekstur, kualitas, kuantitas, dan cara

penyajian pangan. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan sosial, iklan produk, dan

waktu penyajian. Faktor biologis, fisik, dan psikologis meliputi umur, jenis

kelamin, keadaan psikis, aspek psikologi dan biologis. Faktor personal meliputi

17

Page 23: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

tingkat pendugaan, pengaruh dari orang lain, prioritas, selera, mood, dan emosi.

Faktor sosial dan ekonomi meliputi pendapatan keluarga, harga pangan, status

sosial, dan keamanan. Faktor pendidikan meliputi status pengetahuan individu dan

keluarga serta pengetahuan tentang gizi. Terakhir, faktor kultur, agama, dan

daerah meliputi asal kultur, latar belakang agama, kepercayaan, tradisi, serta letak

daerah.

Shepherd dan Sparks (1994) menjelaskan bahwa preferensi pangan,

sebagaimana banyak karakter rumit manusia lainnya, akan dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang saling berhubungan. Cardello (1994) menyebutkan bahwa

tekstur dan flavor merupakan faktor utama disukai atau tidak disukainya makanan.

Namun, preferensi pangan tetap dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang

(Stepherd dan Spark, 1994). Conner (1994) menyatakan bahwa penilaian terhadap

atribut sensori dapat dipengaruhi oleh promosi dan informasi dampak kesehatan

dari produk pangan yang bersangkutan.

Pemasaran sering dikaitkan dengan kegiatan penjualan, promosi,

periklanan dan publikasi. Hal tersebut merupakan bagian dari kegiatan pemasaran.

Namun begitu, pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan seperti menjual dan

mempromosikan sesuatu. Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu

sikap mental. Kegiatan pemasaran harus sudah dimulai sebelum produk

dihasilkan. Produk harus dibuat berdasarkan pemikiran yang matang tentang

kesediaan konsumen membelinya, bukan sebaliknya, barang dibuat lalu

pemasaran dibuat kemudian (Kasali, 1998).

2.9 Validitas dan Reabilitas

. Validitas dapat diartikan sebagai suatu alat ukur yang dapat mengukur apa

yang hendak diukur (Husein dalam Novriadi, 2004). Dalam penelitian ini

dilakukan pengujian validitas terhadap item pertanyaan mengenai faktor-faktor

yang terkait konsumen dalam proses keputusan pembelian. Sebuah item

pertanyaan dapat dikatakan sahih, jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap

skor total (jumlah keseluruhan item). Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan

dikatakan mempunyai validitas tinggi, jika terdapat skor kesejajaran (korelasi

tinggi) yang terdapat skor total item.

18

Page 24: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang terkait konsumen

dalam proses keputusan pembelian mobil tersebut merupakan data ordinal, maka

digunakan skala Likert yang mempunyai urutan tingkat kepentingan berikut : (a)

sangat tidak penting diberi skor 1, (b) tidak penting diberi skor 2, (c) biasa diberi

skor 3, (d) penting diberi skor 4, dan (e) sangat penting diberi skor 5. Oleh karena

data tersebut ordinal, maka untuk menguji validitas data ini menggunakan metode

Product Moment Pearson dengan bantuan software SPSS 13.

Uji keabsahan menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu

mengukur apa saja yang ingin diukur (Umar, 2003). Hubungan pernyataan dalam

penelitian di uji dengan rumus teknik korelasi product moment Pearson , yaitu

r=n (∑ XY )−(∑ X ∑Y )

√ [n∑ X2−(∑ X )2 ] [n∑Y 2−(∑ Y )2 ] ......................................................(1)

Uji keandalan adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana

suatu pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau

lebih. Uji keandalan untuk instrumen berupa rentangan antara 1-5 menggunakan

rumus Cronbach’s Alpha (α ) (Umar, 2003).

r11=( k

k−1 )(1−∑ σb

2

σ t2 )

………...........……………….....(2)

Keterangan :

r11 = keandalan instrumen

k = banyak butir pertanyaan

σ t2

= ragam total

∑ σb2 = jumlah ragam butir

Rumus ragam yang digunakan (Umar, 2003) adalah :

σ 2=

∑ x2 (∑ x )2

nn ……………………......…….………............(3)

Keterangan :

σ 2= ragam

n = jumlah contoh

19

Page 25: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

x = nilai skor yang dipilih

2.10.Kajian Penelitian Terdahulu

Syukri (2003) melakukan penelitian tentang pola pengambilan keputusan

dalam pemilihan jenis kerupuk berdasarkan daya terima, preferensi dan

keterpilihan produk. Teknik yang digunakan mengadopsi teknik cognitive-

conceptual aspect of food acceptance dengan skala likert. Food preference

menggunakan analisis uji rank dan pemilihan produk menggunakan intensitas

konsumen dan interaksi antar factor atribut produk.

Yusriana (2004) melakukan penelitian tentang profil dan preferensi

konsumen terhadap mutu abon ikan di Kotamadya Banda Aceh. Kemudian tingkat

kepuasan terhadap bauran pemasaran dan strategi pemasaran terkait preferensi.

Sampel yang diambil menggunakan purposive sampling yaitu para pengunjung

yang sedang membeli abon ke toko abon. Sampel berjumlah 150 orang

menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif

untuk menggambarkan profil konsumen, analisis indeks untuk kepuasan

pelanggan dan analisis SWOT untuk strategi pemasaran. Hasilnya adalah 42%

sangat suka,33% suka dan sisanya lainnya. Strategi pemasaran untuk bauran harga

adalah harga sesuai kualitas, lokasi terutama kenyaman. Promosi yang menjadi

pertimbangan adalah iklan, hadiah dan potongan harga.

Nasution (2005) melakukan penelitian tentang analisis strategi pemasaran

produk baru yaitu pestisida. Penelitian tersebut bertujuan mengidentifikasi strategi

pemasaran yang dilakukan oleh Agricon Ltd. Dan merumuskan bauran pemasaran

yang paling tepat. Alat analisis yang digunakan adalah AHP (Ananlitic Hierarchy

Proces). Hasil bauran pemasaran yang tepat sesuai prioritas adalah

promosi,harga,produk dan distributor.

Bardhani (2009), meneliti persepi konsumen terhadap minyak sawit merah

sebagai minyak kesehatan. Pemasaran dilakukan door to door kemudian dilakukan

identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam pembelian serta

mengkaji strategi pemasaran. Sampel yang digunakan adalah accidental sampling,

dengan jumlah reponden 35 orang. Analisa menggunakan regresi berganda

dengan 4 faktor peubah yaitu harga, warna, kandungan gizi dan kemudahan

20

Page 26: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

mendapatkan produk. Variable yang berpengaruh adalah produk (higienis,warna

dan gizi), Harga (potongan harga), Promosi (brosur) dan Tempat (Siap antar,

kontinouitas dan ketersediaan)

21

Page 27: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian dilakukan pada tahap evaluasi konsep, tahap pengembangan

konsep dan tahap peluncuran. Penelitian ini akan difokuskan kepada dua

kelompok pasar yang berbeda, yaitu pasar industri dan pasar konsumen. Pada

dasarnya pemisahan kedua pasar ini didasarkan pada fakta bahwa masing-masing

segmen pasar memerlukan mie dengan karakteristik yang berbeda.

Penelitian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu : peta persaingan,

analisis preferensi konsumen, pemilihan jalur distribusi dan potensi pasar. Peta

persaingan produk digunakan untuk memetakan posisi produk mie jagung instan

dengan produk mie instan lainnya. Analisis preferensi konsumen digunakan untuk

memilih variasi produk yang relatif disukai oleh konsumen. Variasi ini dapat

berupa harga, kemasan, ukuran dan juga design produk. Sedangkan untuk pasar

industri, variasinya relatife sedikit karena akan lebih banyak befokus pada

kualitas,kontinouitas dan manfaat dibandingkan dengan tampilan.

Pemilihan saluran distribusi mempertimbangkan atribut-atribut penting

yang berpengaruh dalam pembelian konsumen. Alternatifnya berupa pasar

modern dan pasar tradisional. Beberapa kriteria yang dapat dibangun antara lain :

jarak dan komunitas, keramaian, respon pelanggan, pendapatan masyarakat,

ketersediaan dan kemudahan mengakses. Sedangkan untuk pasar industri bisa

ditelusuri melalui aliran rantai pasok yang mengantarkan produk hingga ke pasar

industry.

Pengukuran potensi pasar menggunakan konsep ATAR (Awarness, Trial,

Avaibility dan Repeat). Konsep ini bisa digunakan dalam mengestimasi potensi

pasar suatu produk. Potensi pasar meliputi pasar industry dan pasar konsumen.

Pada pasar konsumen menggunakan cross location test maksudnya aktivitas

marketing test dan survey dilakukan di beberapa tempat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja),

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 20011.

Page 28: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

Lokasi kegiatan penelitian pemasaran produk mie jagung instan ini meliputi

beberapa daerah berkembang di Indonesia, antara lain :

1. Provinsi Sumatera Utara – Medan

2. Provinsi DKI Jakarta

3. Provinsi Jawa Barat – Bogor

4. Provinsi Sulawesi Selatan – Makasar

Waktu efektif pelaksanaan penelitian adalah selama tujuh bulan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan

data sekunder sebagai berikut :

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dalam

hal ini konsumen dan industri makanan berbahan baku mie jagung instan

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber literatur,

seperti laporan penelitian terdahulu, buku-buku, majalah, jurnal, internet, dan

sebagainya.

3.4 Jumlah dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi data adalah pelaku industri dan konsumen yang bersentuhan

dengan produk pangan dalam bentuk mie instan. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah Purposive Sampling. Ukuran sample dalam penelitian ini

berlandaskan pada Crawford dan Benedetto (2008), yang menyarankan adanya

experts berjumlah tiga hingga enam orang, dan konsumen 20 hingga jutaan.

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus Slovin. Adapun rumus Slovin adalah seperti berikut ini :

n= N

1+Ne2

Keterangan :

n = Jumlah contoh yang diambil

N = Jumlah populasi

e = Taraf nyata

23

Page 29: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

3.5 Metode pengumpulan data

Data didapat dengan cara wawancara dan kuesioner yang terdiri dari

pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa

pertanyaan yang alternatif jawaban sudah tersedia, sehingga konsumen hanya

memilih satu dari alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah

jenis pertanyaan memberikan pilihan dan juga menyediakan tempat untuk

menjawab berdasarkan pendapat responden atau bersifat bebas jika terdapat

jawaban responden diluar alternatif pilihan yang tersedia. Sebelum kuesioner

digunakan, kuesioner diuji validitas dan reabilitasnya.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan software SPSS 13.

Program Micosoft Excel untuk tabulasi deskriptif dari data kuesioner yang

diperoleh.

24

Page 30: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

IV. JADWAL PENELITIAN DAN ANGGARAN PENELITIAN

4.1. Jadwal Penelitian

KegiatanBULAN

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan proposalSidang Komisi 1KolokiumPengambilan DataPengolahan DataPenulisan Hasil PenelitianSeminarSidang Komisi 2SidangPerbaikan TesisLulus

37

Page 31: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

4.2. Anggaran PenelitianKegiatan Jumlah

Transportasi Rp 20.000.000Penginapan Rp 2.000.000Kertas Rp 250.000Tinta Rp 500.000Konsumsi (Rp30.000 x 30hari x 7 bulan) Rp 2.100.000Fotokopi Rp 500.000Jilid (8 x Rp 25.000) + (10 x Rp 15.000) Rp 350.000Gift Rp 5.000.000Diskusi,Seminar dan Sidang Rp 1.500.000Total Rp 32.200.000

26

Page 32: Proposal Tesis Ridwan Keseluruhan Siap Print 181110

DAFTAR PUSTAKA

Budiyah. 2005. Pemanfaatan Pati dan Protein Jagung (Corn Gluen Meal) Dalam Pembuatan Mi Jagung Instan. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Crawford, M., A.D. Benetton.2008. New Products Management. McGraw-Hill

Juniawati. 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mi Jagung Instan Berdasarkan Kajian Preferensi Konsumen. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Kotler, P dan KL Keller. 2008. Manajemen Pemasaran edisi 12. Jilid 1 dan 2. PT. Indeks

Kusnandar F. 1998. Effect of Processing, Additives, and Starch Substitution on The Quality of Starch Noodle. [Tesis]. Universiti Putra Malaysia. Malaysia

Pratama GG. 2008. Teknologi Untuk Memproduksi Mi jagung Dengan Bahan Baku Tepung Jagung. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia

Suwandi.2006. Pergeseran pola konsumsi Masyarakat Jatim.http://64.203.71.11/kompas-cetak/0610/jatim/57717.htm. (19 Mei 2008)

Suarni NA, S Widowati. 2007. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.

Wijaya.2010. Kajian Pengembangan Mi Jagung Instan dengan Teknik Pengeringan Oven.Skripsi.Fakultas Teknologi Pertanian,IPB.Bogor.

27