ridwan budisatria
TRANSCRIPT
1
TESIS
PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
RIDWAN BUDISATRIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2011
2
TESIS
PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL
DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
RIDWAN BUDISATRIA NIM 0790761039
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
201
3
TESIS
PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL
DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
RIDWAN BUDISATRIA NIM 0790761039
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 201
4
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 10 Agustus 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.dr.I.Gusti Made Aman,SpFK Prof. Dr.dr. J.Alex Pangkahila, M.Sc, SpAnd NIP : 19460619 197602 1 001 NIP : 19440201 196409 1 001
Mengetahui
Ketua Program Magister Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas udayana
Universitas Udayana
Prof. Dr.dr. Wimpie I.Pangkahila, Sp.And.FAACS. Prof.Dr.dr.A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP : 19461213 197107 1 001 NIP : 19590215 198510 2 001
5
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 10 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No : 1334 /UN14.4/HK/2011
Tanggal 01 Agustus 2011
Ketua : Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK.
Anggota :
1. Prof. Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And.
2. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK.
3. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, M.sc, Ph.D.
4. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF.
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul “PEMBERIAN
PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH
PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA” dapat
diselesaikan.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang dijalani
Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu
Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK selaku pembimbing I, penguji dan Kepala
Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, serta penguji yang dengan penuh perhatian telah memberikan
dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program
magister, khususnya dalam penyusunan tesis ini.
2. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And selaku pembimbing II dan
Penasehat Akademik, yang telah banyak memberikan dorongan, semangat,
bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku ketua Program Studi
Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Universitas
7
Udayana yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan kepada
penulis selama penyusunan tesis ini.
4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK selaku penguji yang dengan sangat
bersemangat membimbing dan memberi masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini.
5. Prof. dr N. Tigeh Suryadhi, M.Sc, PhD selaku penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis
ini.
6. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF selaku penguji yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis
ini.
7. Drs. I. Ketut Tunas, Msi yang dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan,
pengarahan dan petunjuk dalam analisis statistik.
8. Pak Gede Wiranatha yang banyak membantu dan menjaga tikus peneliti selama
penelitian di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
9. Para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang selalu memberikan doa dan dorongan.
10. Keluarga tercinta yaitu istri termanis (YUNI), anak-anak tersayang (Volney,
Britney, Auldey) dan kedua orang tua yang saya kasihi atas doa, dukungan, dan
pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
8
Manusia tidak luput dari kesalahan karena tidak ada manusia yang sempurna, untuk
itu penulis berharap dengan semua kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini, tetap dapat
memberikan manfaat bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana., serta bagi pihak-
pihak lain yang berkepentingan.
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya kepada mereka semua, amin.
Denpasar, Agustus 2011
Penulis,
Ridwan
9
ABSTRAK
PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS JANTAN (ALBINO
RAT) YANG DISLIPIDEMIA
Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia ini akan menyebabkan aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab kematian utama. Obat sintesis untuk memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil harganya relatf mahal dan memiliki banyak efek samping. Oleh karena itu upaya penanganan Dislipidemia harus ditujukan ke pencegahan dan pengobatan sehingga tidak tumpang tindih dalam pemberian obat. Phentermine bekerja pada bagian hipothalamus di otak untuk melepaskan norepinephrine dan di luar otak phentermine juga bekerja melepaskan epinephrine atau adrenaline yang meyebabkan sel-sel lemak pecah dari timbunannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) yang telah dibuat menjadi dislipidemia. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan randomized pretest-posttest control group yang dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dalam penelitian ini digunakan 24 tikus putih jantan (albino rat) sebagai sampel. Selama 30 hari seluruh tikus putih jantan diberikan diet tinggi kolesterol. Setelah itu tikus putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing berjumlah 12 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aquadest selama 14 hari. Sedangkan kelompok perlakuan diberi diet tinggi kolesterol dan phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari selama 14 hari. Kedua kelompok data dianalisis secara deskriptif, diuji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, lalu uji homogenitas dengan uji Levene’s , uji komparasi dengan uji t-independent, dan uji perlakuan dengan uji t-Paired.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna dari 213,85 mg/dl menjadi 133,53 mg/dl (p<0,05), penurunan kolesterol LDL secara bermakna dari 139,33 mg/dl menjadi 39,59 mg/dl 2,76 (p<0,05), penurunan trigliserida secara bermakna dari 115 mg/dl 7,30 menjadi 78,69 mg/dl 5,02 (p<0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dari 50,97 mg/dl menjadi 78,21 mg/dl (p<0,05).
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia secara signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja phentermine yang lebih detail. Kata kunci : phentermine, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino rat), dislipidemia
10
ABSTRACT
ORAL PHENTERMINE ADMINISTRATION IMPROVED BLOOD LIPID PROFILE OF MALE RATS ( ALBINO RAT ) WITH
DYSLIPIDEMIA
Dyslipidemia is a blood fat metabolism disorder characterized by the increase in levels of total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides and the decrease in HDL cholesterol levels. Dyslipidemia can cause atherosclerosis which leads to cardiovascular disease as the leading cause of death. Anti-dyslipidemic synthetic drugs such as lovastatin, klofibrat, gemfibrozil are quiet expensive and have many side effects, therefore treatment must be preventing and treating So better not to use multidrugs. Phentermine works on hypothalamus in brain to release norepinephrine and also outside brain works to release epinephrine or adrenaline to break fat cells from deposits.
This research aims to determine the effects phentermine in improving blood lipid profile of male white rats (albino rat) with dyslipidemia. This experimental study with pretest-posttest randomized control group design was performed at Animal Unit Laboratory, department of Pharmacology Faculty of Medicine, Udayana University. This study conducted with 24 male white rats (albino rat) as sample which were chosen randomly and divided into 2 groups, i.e control group and intervention group, after 30 days had given high-cholesterol diet. Control group was given high-cholesterol diet and placebo in the form of aquadest for 14 days. Intervension group was given high-cholesterol diet and 0.18 mg/200g bw/day phentermine for 14 days. Data were analsysed descriptively, normaly test with Shapiro-Wilk test, homogenity test with Levene’s test, compare test with t-independent test, and treatment test with t-Paired test.
The results showed that Intervention group has significantly decrease of total cholesterol from 213.85 mg/dl to 133.53 mg/dl (p <0.05). LDL cholesterol decreased from 139,33 mg/dl to 39,59 mg/dl 2,76 (p <0.05). triglycerides decreased from 115 mg/dl 7.30 to 78.69 mg/dl 5.02 (p <0.05). and HDL cholesterol increased from 50.97 mg/dl to 78.21 mg/dl (p <0.05).
The study concluded that administration of phentermine 0,18 mg/200g bw/day can decrease total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides, and increase blood HDL cholesterol concentration significantly.. The result of this study is expected to be used for further research to determine the mechanism of action of phentermine in more detail.
Key words: phentermine, blood lipid profile, white male rats (albino rat), dyslipidemia
11
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xiii
DAFTAR LAMBANG ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.. .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Ilmiah ................................................................................ 7
1.4.2 Manfaat Aplikasi .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 8
2.1 Proses Aging .................................................................................. 8
12
2.2 Lipid. .............................................................................................. 9
2.2.1 Kolesterol ....................................................................................... 10
2.2.2 Trigliserida ..................................................................................... 12
2.2.3 Lipoprotein ...................................................................................... 12
2.2.3.1 Kilomikron ...................................................................................... 13
2.2.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) ........................................... 14
2.2.3.3 Low Density Lipoprotein (LDL) ...................................................... 14
2.2.3.4 High Density Lipoprotein (HDL) ..................................................... 16
2.2.4 Atherogenesis ................................................................................... 18
2.3 Transport lipid .................................................................................. 20
2.4 Metabolisme lipid .............................................................................. 23
2.4.1 Biosintesis kolesterol ......................................................................... 25
2.5 Dislipidemia ................................................................................... 26
2.5.1 Klasifikasi Dislipidemia ................................................................... 27
2.5.2 Penyebab Dislipidemia ...................................................................... 28
2.5.3 Penanganan Dislipidemia .................................................................. 29
2.6 Phentermine ...................................................................................... 32
2.6.1 Mekanisme kerja phentermine ........................................................... 33
2.6.2 Phentermine dan profil lipid .............................................................. 34
2.7 Dislipidemia dan proses penuaan ........................................................ 36
2.8 Peranan Phentermine Dalam Anti Aging Medicine ............................. 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ................................................................................. 38
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 38
3.2 Kerangka Konsep ............................................................................ 39
3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 41
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 41
13
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 42
4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 42
4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 42
4.3.2 Kriteria Subyek ............................................................................. 42
4.3.2.1 Kriteria penerimaan ....................................................................... 42
4.3.2.2 Kriteria drop out subyek penelitian ................................................ 42
4.4 Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel ............................. 43
4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal ................................................. 43
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 44
4.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 44
4.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 44
4.5.2 Klasifikasi Variabel ....................................................................... 45
4.5.3 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 45
4.6 Bahan Penelitian ........................................................................... 46
4.7 Prosedur Penelitian ....................................................................... 47
4.8 Alur Penelitian .............................................................................. 49
4.9 Analisis Data ................................................................................ 50
BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51
5.1 Uji Normalitas Data ......................................................................... 51
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ........................................... 51
5.3 Kolesterol Total ............................................................................. 52
5.3.1 Uji komparabilitas ......................................................................... 52
5.3.2 Analisis efek perlakuan .................................................................. 53
5.4 Trigeliserida .................................................................................. 54
5.4.1 Uji komparabilitas ......................................................................... 54
5.4.2 Analisis efek perlakuan .................................................................. 55
5.5 HDL ............................................................................................... 57
5.5.1 Uji komparabilitas .......................................................................... 57
5.5.2 Analisis efek perlakuan ................................................................... 57
14
5.6 LDL ............................................................................................... 59
5.6.1 Uji komparabilitas .......................................................................... 59
5.6.2 Analisis efek perlakuan ................................................................... 59
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................... 62
6.1 Subjek Penelitian ............................................................................ 62
6.2. Diet Tinggi Kolestrol Merupakan Salah Satu Penyebab
Dislipidemia .................................................................................... 63
6.3. Displidemia Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempercepat Penuaan 64
6.4 Phentermine Memperbaiki Profil Lipid ........................................... 65
6.5 Manfaat Phentermine terhadap Perbaikan Profil Lipid Darah .......... 67
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 70
7.1 Simpulan ...................................................................................... 70
7.2 Saran ............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 76
15
DAFTAR TABEL
5.1 Rerata Kolesterol Total antar kelompok Pretest .................................... 52
5.2 Rerata Kolesterol Total antar kelompok Postest ................................. 53
5.3 Rerata Trigliserida antar kelompok Pretest .......................................... 55
5.4 Rerata Trigliserida antar kelompok Protest ........................................... 56
5.5 Rerata HDL antar kelompok Pretest ..................................................... 57
5.6 Rerata HDL antar kelompok Protest ..................................................... 58
5.7 Rerata LDL antar kelompok Pretest ..................................................... 59
5.8 RerataLDL antar kelompok Protest ...................................................... 60
16
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kolesterol ............................................................................................ 17
2.2 Skema Atherogenesis ........................................................................... 18
2.3 Aterosklerosis ...................................................................................... 20
2.4 Transport Lipid .................................................................................... 22
2.5 Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia ............................................ 26
2.6 Struktur Kimia Phentermine ................................................................. 32
2.7 Hipotalamus ........................................................................................ 34
2.8 Resistensi Insulin dan Dislipidemia ...................................................... 35
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 39
4.1 Bagan Rancangan Penelitian ................................................................ 41
4.2 Alur Penelitian ................................................................................. 49
5.1 Grafik Penurunan Kolesterol Total setelah pemberian Phentermine...... 54
5.2 Grafik Penurunan Trigliserida setelah pemberian Phentermine ............. 56
5.3 Grafik Peningkatan HDL setelah pemberian Phentermine .................... 58
5.4 Grafik Penurunan LDL setelah pemberian Phentermine ....................... 60
17
DAFTAR SINGKATAN
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
LDL : Low Density Lipoprotein
HDL : High Density Lipoprotein
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
LPL : Lipoprotein Lipase
HL : Hepatik Lipase
LCAT : Lecithin Cholesterol Acyl Transferase
FFA : Free Fatty Acid
CPT : Carnitine Palmitoyl Transferase
IPP : Isopentil pirofosfat
FPP : Farnesil Pirofosfat
HMG Ko-A : Hidroksi Metil Glutaril Koenzim A
NECP : National Cholesterol Education Program
PKV : Penyakit Kardio Vaskular
TLC : Therapeutic lifestyle Change
TAG : Tri Asil Gliserol
IRS : Insulin Receptor Substrat
CETP : Cholesterol Ester Transfer Protein
18
DAFTAR LAMBANG
α : Alfa
β : Beta
% : persen
19
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova dan Shapiro-Wilk
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
2. Uji t-independent profil lipid pre-post antar kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidup merupakan suatu lingkaran yaitu mulai kita dilahirkan, tumbuh dari anak-
anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, lanjut usia, dan akhirnya meninggal. Dengan
semakin bertambahnya usia, maka terjadi perubahan fisik dan penurunan berbagai
fungsi organ tubuh.
Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak
dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan
(Pangkahila, 2007). Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena
proses penuaan (Goldman dan Klatz, 2007). Anti-aging medicine menganggap dan
memperlakukan aging sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan
diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan semula. Dengan demikian manusia tidak
lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan, dan bila
perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan (Pangkahila, 2007).
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses
penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian.
Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormone yang berkurang,
proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor
eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi
lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007).
21
Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan,
tetapi pada dasarnya semua teori dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu, teori wear
dan tear dan teori program (Goldman dan Klatz, 2007).
Menurut teori wear dan tear (meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal
bebas) tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan
disalahgunakan. Fungsi organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lainnya,
menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak,
gula, kopi, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan
psikis. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat
sel. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang
tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan. Mekanismenya
dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan
mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007).
Menurut teori program (meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan
neuroendocrin theory) dalam tubuh manusia terdapat jam biologik, mulai dari proses
konsepsi sampai ke kematian dalam suatu model terprogram. Peristiwa ini terprogram
mulai dari sel, embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja, dewasa, manjadi tua,
dan akhirnya meninggal (Goldman dan Klatz, 2007). Sebagai contoh ketika anak-anak
menjadi remaja tanda tanda seks sekunder mulai keluar yang merupakan awal mula
sebagai remaja.
Hidup sehat adalah dambaan semua orang. Tetapi untuk melakukannya tidak
semuanya sanggup dalam pelaksanaannya sehari-hari. Selama beberapa tahun
22
belakangan ini kita menyaksikan semakin serius bertambahnya metabolik sindrom
dengan konsekuensi kualitas kesehatan yang buruk akibat pola hidup tidak sehat (Amos
dkk., 2001). Metabolik sindrom antara lain obesitas, hipertensi, dislipidemia (Okamoto
dkk., 2006).
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit, ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Astrup, 2010). Keadaan ini timbul
akibat pengaturan makan yang tidak baik, gaya hidup kurang aktivitas, dan faktor
keturunan/genetik. Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi secara kumulatif
akan ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh. Ketidak-seimbangan
antara energi yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan tubuh
membuat berat badan bertambah. Peranan genetik dalam kejadian obesitas terbukti dari
adanya risiko obesitas sekitar 2 -3 kali lebih tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga obesitas (Azwar, 2004).
Obesitas dapat berakibat hipertensi dan dislipidemia (Crespo dan Smit, 2003).
Prevalensinya meningkat tidak saja di negara-negara maju seperti Australia, New
Zealand dan Singapura tapi juga negara berkembang terutama pulau-pulau Pasifik dan
negara-negara Asia (WHO, 2000). Epidemik ini terjadi karena pola hidup modern
(WHO, 2000).
Hipertensi yang merupakan 90% hipertensi primer yang penyebabnya tidak
diketahui diduga karena kelainan genetic dan pola hidup atau kebiasaan suatu keluarga.
23
Akibatnya suatu keluarga mempunyai penyakit yang sama turun temurun dikarenakan
kebiasaan atau pola hidup yang sama yaitu pola hidup tidak sehat (Depkes, 2002).
Begitu pula dengan dislipidemia yang merupakan kelainan metabolisme lipid
yang ditandai oleh kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar
kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar kolsterol HDL.
Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan
selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (Brown dan Goldstein, 2001).
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya dislipidemia. Dapat disebabkan
oleh faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas,
makanan yang mengandung asam lemak jenuh, kurang olah raga, penggunaan alkohol.
merokok, penyakit, hormonal dan obat-obatan (Guyton dan Hall, 2006).
Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah lemak dan
kolesterol, olah raga secara teratur, menurunkan berat badan, dan mengatur cara hidup.
Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka di samping usaha
nonfarmakologis dapat dimulai dengan obat-obatan (Illingworth, 2003).
Terapi dengan obat-obat anti dislipidemia dapat dipertimbangkan
penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan risiko aterosklerosis dan
penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh dislipidemia. Tetapi, obat sintesis untuk
memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil
harganya mahal dan memiliki efek samping, seperti dapat merusak fungsi hati, miositis
dan lain-lain (Grag dan Grundy, 2001). Oleh karena itu upaya pengobatan harus
24
ditujukan ke pencegahan dan pengobatan sehingga dalam pengobatan tidak tumpang
tindih dalam pemberian obat (Best, 2007).
Penanganan dislipidemia yang benar selain menurunkan berat badan, melainkan
juga dengan penatalaksanaan yang baik. Penurunan berat badan harus disertai dengan
upaya mempertahankan hasilnya. Dimungkinkan penurunan 5-10 persen berat badan
bermanfaat menurunkan tekanan darah, perbaikan profil lipid, sehingga risiko diabetes
menurun, dan penurunan risiko penyakit jantung koroner (Noel, 2002).
Dalam usaha penurunan berat badan dan profil lipid diperlukan diet seimbang
sehingga tidak mengganggu keseimbangan dan kesehatan tubuh. Jadi tidaklah mudah
menurunkan berat badan dan profil lipid hanya dengan diet seimbang (Gurr, 2000).
Maka dari itu dibutuhkan bantuan obat-obatan penahan nafsu makan dan pembakar
lemak.
Penelitian yang dilakukan oleh Arthur Frank (2004) dengan judul “ The Long
Term Management of Obesity With Continuing Pharmacotherapy” mendapatkan hasil
dari 8 pasien obesitas yang diberi phentermine selama 10 tahun terdapat penurunan
berat badan yang signifikan sehingga mencapai atau mendekati BMI normal dan tidak
ada komplikasi yang fatal sehingga aman untuk digunakan dalam jangka panjang
dibandingkan sebelumnya mereka menggunakan obat-obat lain seperti diethypropion,
flenfluramine, amphetamine, phenylpropanolamine dan kaffein/ephedrin,
phendimetrazine, mazindol, sibutramine, orlistat yang ternyata mempunyai efek
samping yang berbahaya bila digunakan jangka panjang.
25
Phentermine adalah satu obat penahan nafsu makan yang bekerja di sentral(otak)
dan di luar otak terjadi merangsang pengeluaran adrenalin di Glanula Supraretalis
sehingga terjadi pemecahan sel-sel lemak dari timbunannya (Baumann dkk., 2000).
Pemberian Phentermine diharapkan dapat menurunkan profil lipid yang sejauh ini
belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.
Jadi dengan pemberian Phentermine diharapkan dapat efektif untuk
memperbaiki profil lipid sehingga sumber risiko berbagai penyakit metabolik yang
merupakan salah satu faktor penyebab penuaan dini dapat dikurangi.
Penelitian tentang fungsi phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah
masih dipelajari. Oleh karena itu perlu dilakukan lebih banyak lagi penelitian mengingat
fungsinya yang mencegah dan mengobati sekaligus dislipidemia sehingga dapat dipakai
sebagai upaya dalam Anti Aging Medicine.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus
putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ?
2. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus
putih jantan (albino rat) yang dislipidemia?
3. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih
jantan (albino rat) yang dislipidemia?
26
4. Apakah phentermine dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol darah tikus
putih jantan (albino rat) yang dislipidemia?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui fungsi phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah
tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan
kadar kolesterol total. tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
2. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar
kolesterol LDL tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
3. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar
kolesterol Trigliserida tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
4. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang potensi
Phentermine oral dapat memperbaiki profil lipid darah pada tikus putih jantan (albino
rat) yang dislipidemia
27
1.4.2. Manfaat Aplikasi
Dapat di informasikan kepada masyarakat luas, bahwa phentermine di samping
sebagai penahan lapar juga dapat memperbaiki profil lipid.
28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proses Aging
Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya
tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen
tubuh pada tahap ini tidak dapat berkembang lagi, dan mulai terjadi penurunan fungsi
tubuh karena proses penuaan tersebut. Pada umumnya orang menganggap menjadi tua
memang harus terjadi dan membiarkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mulai
muncul.
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan,
yang kemudian menjadi sakit dan akhirnya membawa kepada kematian. Anti-aging
medicine menanggapi dan memperlakukan penuaan sebagai salah satu penyakit yang
dapat dihindari, diobati, dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat,dan kualitas
hidup dipertahankan. Faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal ialah
terbentuknya radikal bebas yang bersifat merusak sel, penurunan efisiensi mitokondria,
terjadinya ikatan glukosa-protein, penurunan kemampuan membran sel dan penurunan
sistem imun, hormon yang berkurang, proses glikolisis, metilasi, apoptosis dan gen.
Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, stress, polusi lingkungan
dan kemiskinan (Pangkahila, 2007).
Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses
penuaan,yang kesemuanya ini akan mengakibatkan timbulnya penyakit degeneratif dan
obesitas yang diakui sebagai salah satu faktor terhadap munculnya berbagai penyakit
29
seperti hiperkolesterol, diabetes, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan
kanker.Permasalahannya kelebihan komposisi lemak tubuh dan distribusi lemak dalam
tubuh sebagai ancaman terbesar dalam mempercepat penuaan (Goldman dan Klatz,
2007). Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan,
diantaranya teori radikal bebas, dan teori wear dan tear. Menurut teori radikal bebas,
suatu organisme menjadi tua karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel
sepanjang waktu. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh
radikal bebas tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel,
bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal
bebas adalah deoxy nucleic acid (DNA), lemak, dan protein (Goldman dan Klatz, 2007).
Sedangkan menurut teori wear dan tear, tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu
sering digunakan dan disalahgunakan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit
dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi
berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena
stres fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan
juga terjadi di tingkat sel. Teori ini menyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat
dan pengobatan yang tidak terlambat dapat mengembalikan proses
penuaan.Mekanismenya dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007).
2.2 Lipid
Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi
sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang
30
beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil
produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) sebagai
cadangan energi (Lichtenstein dan Jones, 2001). Lemak ditemukan pada banyak sel
dalam bentuk butir-butir lemak kecil.
Fungsi lemak adalah (Lichtenstein dan Jones, 2001) :
1. Sebagai penyusun struktur membran sel.
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-
material.
2. Sebagai bantalan lemak.
Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa.
3. Sebagai kelenjar endokrin.
Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi
proses-proses biologis. Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi,
pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut
vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai
pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Heymsfield, 2001).
2.2.1 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan
ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf
(Murray). Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh,
misalnya (Murray, 2009) :
31
1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.
2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak.
3. Untuk membuat vitamin D.
4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid atau
hormone yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot,
serta kekebalan tubuh.
Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan
oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi). Kolesterol
adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning
telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain. Kolesterol yang berasal dari
makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas, biasanya berbentuk kolesterol dengan
asam lemak atau sering disebut ester
kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat
pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray, 2009).
Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan berkembang
secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low Density Lipprotein).
Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima atau diserap oleh sel ada
batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan
kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan melayang-
layang dalam darah dengan resiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada
dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis (Sevanian
dkk., 2008).
32
2.2.2 Trigliserida
Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak
dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka
dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, dan
minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga
ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti
halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah .
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99 persen trigliserida. Lemak
disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi,
enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam
lemak bebas serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Lichtenstein dan Jones,
2001).
2.2.3 Lipoprotein
Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam
plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam
plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks
makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan
fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein (dari kata Lipo=lemak, dan protein)
(Horowitz, 2001).
Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan
menjadi kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), Intermediate Density
Lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).
33
Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan
cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).
2.2.3.1 Kilomikron
Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati.
Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari trigliserida.
Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya terdiri dari
trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang mengdanung trigliserida
dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester. Pada waktu mencapai darah,
kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada
permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat interaksi ini trigliserida
dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar untuk di
metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan
otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke hati (Metchinson dan Ball, 2005).
Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas, Apo
B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari
trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E ditransfer ke kilomikron
dari HDL sehingga membentuk kilomikron. Apo CII memediasi hidrolisis trigliserida
melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk kilomikron remnan yang kaya kolesterol
miskin trigliserida dan asam lemak bebas (Mahley dkk., 2003 ; Rader dan Hobbs,
2005).
Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E,
sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu,
34
disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu atau
membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs, 2005).
Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan untuk
disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energi atau digunakan kembali
di hepar untuk membentuk lipoprotein trigliserida (Mahley dkk., 2003 ; Rader dan
Hobbs, 2005).
2.2.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida endogen.
Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol.
Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai transpor
lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan bagian terbesar dari VLDL dan
ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005).
Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100. Trigliserida VLDL dihidrolisis
oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant (Mahley dkk., 2003).
VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau tetap dalam
sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh hepatik lipase
(HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005).
2.2.3.3 Low Density Lipoprotein (LDL)
Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan alat
transport kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari kolesterol total,
yang merupakan metabolit VLDL. Apolipoprotein utama LDL adalah Apo B100.
35
Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel
otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk
sintesis membran plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol
pada jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian proses
pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse cholesterol
transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Mayes
dan Botham, 2003).
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol 60
persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam
makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. Bila
kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka
kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding
sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan resiko penumpukan atau pengendapan
kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya
aterosklerosis.
Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula
LDL tersebut menyusup ke dalam intima. LDL demikian disebut LDL kecil padat
(small dense LDL). Oleh karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat.
Ambilan LDL terjadi karena adanya reseptor LDL. LDL mengalami katabolisme
melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan
oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer
berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol
36
sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells)
yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005).
2.2.3.4 High Density Lipoprotein (HDL)
Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari jaringan
perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu
sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang.
Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida dan 50
persen protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki dan perempuan sampai
pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20 persen lebih rendah daripada
kadar pada perempuan.
Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap
sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL
penting untuk bersihan trigliserida dan kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme
ester kolesterol dalam plasma. Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan
insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis (Bahri, 2004).
Oleh karena itu, HDL disebut kolesterol baik. Mekanisme proteksi HDL
terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas. Kadar HDL menurun
pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian
kombinasi estrogen-progestin. HDL mengdanung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI
dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan
menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Metchinson
dan Ball, 2005).
37
Fungsi HDL antara lain adalah :
1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel
pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT
(Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDL-
remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.
2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron
remnan.
3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti
trombosis.
4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL. Inti HDL adalah kolesterol ester yang
dibentuk dalam sirkulasi melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer
dengan pertolongan enzim LCAT (Metchinson dan Ball, 2005).
Gambar 2.1 Kolesterol
38
2.2.4 Atherogenesis
Gambar 2.2 schema atherogenesis (Dikutip dari : Baynesh dan Dominiczak, 2005).
Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah. Karena Rokok, hipertensi, Dislipidemia menyebabkan
kerusakan Endotolial sehingga LDL akan masuk dinding pembuluh darah melalui
lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu
intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding
pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat
karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup
ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang
39
teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan
dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan
masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang
dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag.
Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL
yang teroksidasi sempurna dimana Apo B 100 ikut rusak sehingga LDL dimakan habis-
habisan membuat makrofag berbuih-buih yang disebut sel busa (foam cell)
(Metchinson dan Ball, 2005).
Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan
yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan
penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL
akan teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah
yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan
membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam
lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi
sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh
darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh
darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah
sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah
ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan
aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005).
Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka
bisa terjadi infark. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner),
bisa terjadi serangan infark (Metchinson dan Ball, 2005).
40
Gambar 2.3 Aterosklerosis
(Dikutip dari: Deddy 2009).
2.3Transport Lipid
Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur
endogen (Lichtenstein dan Jones, 2001).
1. Jalur eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan
diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus. Di dalam
jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh
lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka
akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan.
Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam jaringan
lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan atau
dioksidasi menjadi energi. Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah
41
dihilangkan sebagian trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester
kolesterolnya tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi
dengan mekanisme endositosis oleh lisosom.
Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk
sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dan sebagainya),
disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi disekresi ke empedu (sebagai
kolesterol atau asam empedu) yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti
detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari
kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam
empedu. Kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh
lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya
telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.
2. Jalur endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen
dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi
oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan.
VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi IDL (Intermediate Density
Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati atau mengalami pemecahan lebih
lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati
dan mengalami katabolisme.
42
HDL tugasnya mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas
di dalam HDL diesterifikasi oleh enzim LCAT menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester
ini akan mengalami perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, sehingga dengan
demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari
perifer menuju hati, sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kdanung
empedu sebagai asam ( cairan ) empedu,sehingga penimbunan kolesterol di perifer
berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik (Depkes, 2001).
Gambar 2.4 Transport Lipid
43
Dikutip dari : Lichtenstein dan Jones, 2001.
2.4 Metabolisme Lipid
Lipid yang diabsorpsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hepar dan
jaringan adiposa, dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi dan/atau disimpan sebagai cadangan lemak. Lipid
disimpan sebagai triasilgliserol (trigliserida) yang sebagian besar terdapat dalam
jaringan adiposa, dapat juga ditemukan dalam otot rangka dan plasma (Klein dan
Romijn, 2003 ; Mayes dan Botham, 2003).
Hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga
yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal
(vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka
diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel
epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk
menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut
kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan
bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah (Gordon, 2003).
Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa
(Methinson dan Ball, 2005). Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron
segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak
44
dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses
pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi.
Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk
dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis.
Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan
disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang
(Guyton dan Hall, 2006). Tidak semua asam lemak bebas yang dihasilkan melalui
lipolisis digunakan sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan
mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun hepar,
atau disimpan dalam trigliserida intramuskuler.
Bila laju reesterifikasi tidak mampu mengimbangi laju lipolitik, terjadi
peningkatan konsentrasi asam lemak bebas plasma, sehingga dapat menimbulkan
berbagai penyakit yang berhubungan dengan lipid. Asam lemak bebas yang digunakan
untuk energi diaktifkan oleh enzim asil-KoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam
mitokondria dan diubah oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) menjadi Asil-
KoA. Asil-KoA mengalami oksidasi β menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA masuk ke dalam
siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi.
Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida (Guyton dan Hall, 2006).
45
Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya
kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil
oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat,
hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis
metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian (Guyton dan Hall, 2006).
2.4.1 Biosintesis Kolesterol
Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukaryota. Biosintesis kolesterol
dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di
peroksisom (Guyton dan Hall, 2006).
Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu :
1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA).
2. Konversi HMG KoA menjadi mevalonat.
3. Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat (IPP)
bersamaan dengan hilangnya CO2.
4. Konversi IPP menjadi squalene.
5. Konversi squalene menjadi kolesterol.
Dalam sintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam enzim yaitu
asetoasetil-KoA (thiolase), HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat kinase,
fosfomevalonat kinase, fosfomevalonat dekarboksilase, isopentenilpirofosfat isomerase
46
(IPP isomerase), farnesil-pirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase dan
squalene epoksidase (Guyton dan Hall, 2006).
Gambar 2.5 Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia
(Dikutip dari : Guyton dan Hall, 2006).
2.5 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan
(peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, kenaikan
47
kadar trigliserida serta penurunan kadar kolsterol HDL. Dislipidemia ini kemudian akan
berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit
kardiovaskuler (Brown dan Goldstein, 2001).
2.5.1 Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut Murphy
(2002) dan Forum Studi Aterosklerosis dan Penyakit Vaskuler Indonesia (1995) adalah
sebagai berikut : dalam hubungannya dengan Penyakit Jantung Koroner (Grundy,
2006):
1. Dislipidemia Primer
Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan
kadar lipid dalam darah.
2. Dislipidemia Sekunder
Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu
seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit
hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan porfiria akut intermiten.
Hipertrigliseridemia disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal
kronik, infark miokard, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan
kehamilan. Dan dislipidemia campuran yang dapat disebabkan oleh karena
hipotiroidisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, penyakit hati, dan akromegali.
48
2.5.2 Penyebab Dislipidemia
Penyebab dislipidemia (Grundy, 2006) :
1. Penyebab primer, yaitu faktor keturunan (genetik)
2. Penyebab sekunder, seperti:
a. Usia
Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia.
b. Jenis kelamin
Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah
menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat.
c. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
d. Obesitas / kegemukan
e. Menu makanan yang mengdanung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin,
whole milk, es krim, keju, daging berlemak.
f. Kurang melakukan olah raga
g. Penggunaan alkohol
h. Merokok
i. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik
j. Gagal ginjal
k. Kelenjar tiroid yang kurang aktif.
49
l. Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen,
pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu).
Berdasarkan rekomendasi yang berasal dari NECP (National Cholesterol
Education Program), Amerika Serikat untuk menghindari terjadinya PKV, seseorang
dianjurkan untuk memiliki kadar trigliserida kurang dari 200 mg/100 ml, kolesterol total
kurang dari 200 mg/100 ml, kolesterol LDL kurang dari 130 mg/100 ml, dan kolesterol
HDL lebih dari 45 mg/100 ml darah (NECP ATP III, 2000).
2.5.3 Penanganan Dislipidemia
Penanganan dislipidemia dibagi 2 yaitu (Grundy, 2006) :
A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan terapi diet.
Terapi diet bertujuan untuk menurunkan intake lemak total, asam lemak jenuh,
dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan yang diinginkan. Diet
kolesterol dan asam lemak jenuh memicu penurunan pengeluaran LDL di hati.
2. Memperbaiki gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change).
Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan
asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang
berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol
serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan
peningkatan aktivitas fisik.
Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia,
kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara bawaan/genetik
50
mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan
yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan
terapi dengan obat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006).
B. Terapi Farmakologi
Obat antidislipidemik adalah obat yang ditujukan untuk
menurunkan/meningkatkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian obat
antidislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan
terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsive (Illingworth, 2003).
Obat antidislipidemik yang beredar di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:
1. Asam Fibrat
Obat antidislipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah : Gemfibrozil,
Fenofibrate dan Ciprofibrate.
Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma,
sehinggaproduksi VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun. Gemfibrozil
meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserid
meningkat. Kadar kolesterol HDL juga meningkat pada pemberian Gemfibrozil. Fibrate
menurunkan produksi LDL dan meningkatkan kadar HDL.
LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung,
sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukan itu. Fibrate juga menurunkan
produksi dan meningkatkan pemecahan trigliserida. Efek samping : karena tidak
diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi (Illingworth, 2003).
51
2. Resin
Obat antidislipidemik yang termasuk golongan resin adalah : Kolestiramin
(Chlolestyramine), Kolestipol. Obat antidislipidemik ini bekerja dengan cara mengikat
asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah.
Kolestiramin menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara menurunkan LDL.
Penurunan kadar LDL biasanya nyata setelah 4-7 hari dan mencapai 90 persen efek
maksimal dalam 2 minggu terapi. Efek obat tergantung besarnya dosis, tetapi banyak
pasien tidak tahan karena efek sampingnya pada saluran cerna. Efek samping : karena
tidak diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi (Best, 2007).
3. Penghambat HMG-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril Ko - Enzim A
Reduktase Inhibitor).
Obat antidislipidemik yang termasuk golongan ini adalah : Pravastatin,
Simvastatin, Rosavastatin, Fluvastatin, Atorvastatin. Golongan ini menghambat
pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim HMG-KoA Reduktase
yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, suatu molekul kecil yang
digunakan untuk mensintesa kolesterol dan derivat mevalonat. Selain itu meningkatkan
pembuangan LDL dari aliran darah. Golongan ini dapat menurunkan kolesterol total dan
LDL, juga meningkatkan HDL. Efek samping : miositis, test fungsi hati meningkat,
diare (Grag dan Grundy, 2001).
4. Asam nikotinat
52
Asam nikotinat (nicotinic acid) atau Niasin / vitamin B3 larut dalam air. Dengan
dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL dalam darah untuk
mencegah serangan jantung. Efek samping : flushing akibat pengaruh prostaglandin,
kadang-kadang gastritis, ulkus peptikum, hiperurisemia, hiperglikemia, test fungsi hati
meningkat (Best, 2007).
5. Ezetimibe
Ezetimibe dapat menurunkan kolesterol total dan LDL juga meningkatkan HDL.
Ezetimibe bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus Ezetimibe
dapat digunakan sendiri jika antidislipidemik lain tidak bisa ditoleransi tubuh atau
dikombinasi dengan golongan statin (penghambat HMG-KoA reduktase) jika golongan
statin tidak dapat menurunkan kadar lipid darah sendirian (Best, 2007).
2.6 Phentermine
Phentermine hydrochloride, USP mempunyai nama kimia :
α, α-Dimethylphenethylamine hydrochloride. Formula structural nya adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.6. Stuktur Kimia Phentermine
53
Phentermine hydrochloride ialah bubuk berwarna putih, tidak berbau,
higroskopik, kristal dimana larut dalam air dan alkohol kadar rendah, masih bisa larut
dalam kloroform dan tidak larut dalam lainnya (Rothman dkk., 2000).
Phentermine hydrochloride, penahan nafsu makan dan pembakar lemak yang
diminum, tersedia dalam bentuk tablet / capsul berisi 37,5 mg Phentermine
hydrochloride (equivalent to 30 mg of Phentermine base).
Phentermine hydrochloride tablet/ capsul berisi bahan bahan yang tidak aktif ;
corn starch, FD&C Blue #1, lactose monohydrate, magnesium stearate, povidone,
pregelatinized starch, stearic acid dan sucrose.
2.6.1 Mekanisme kerja phentermine
Phentermine bekerja pada bagian hipothalamus di otak untuk melepaskan
norepinephrine, suatu neurotransmitter atau messenger kimia yang memberi signal
fight-or-flight respon. Di luar otak phentermine merangsang pelepasan epinephrine atau
adrenaline di Glandula Suprarenalis yang meyebabkan sel-sel lemak pecah dari
timbunannya (Samanin dkk., 2002).
Reaksi “Fight or Flight” ini adalah suatu mekanisme bertahan tubuh dari situasi
bahaya dan stress. Reaksi ini menonaktifkan fungsi-fungsi tubuh yang yang tidak
penting pada waktu itu dan mengaktifkan fungsi-fungsi yang penting untuk bertahan
(Samanin dkk., 2002) :
54
Meningkatkan aktivitas fisik dan kekuatan otot.
Menurunkan nafsu makan (Noradrenaline meningkatkan kadar gula darah dan
otak berpikir sudah kenyang).
Melambatkan sistem pencernaan
Gambar 2.7. Hypothalamus
2.6.2 Phentermine dan profil lipid
Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasilgliserol) di jaringan adipose akan
menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar
meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar
sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin
dengan merangsang serin fosforilase dari reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga
menggagalkan pengenalan insulin yang disebut Insulin Resistance (Kersshaw dan Flier,
2004).
Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein
lipase, sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah
55
meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida,
sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke
hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi
hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP
(Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan menukarkan trigliserida dari VLDL,
ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terjadi
VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan LDL menjadi kaya akan trigliserida
atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan
diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma,
melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol
transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun (Barzilai dan Rudin, 2005).
ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga
mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar
HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi
small dense LDL (Shulman, 2000).
Gambar 2.8 Resistensi Insulin dan Dislipidemia
(Dikutip dari : Shulman, 2000).
56
Phentermine merangsang pengeluaran epinephrine lalu Ikatan epinephrine
dengan resptor β-Adrenergik akan meningkatkan lipolisis jaringan, sehingga akan
meningkatkan oksidasi asam lemak pada hepar, menghambat sintesis kolesterol oleh sel
hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan
meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta
menghambat aktivitas CETP.
2.7 Dislipidemia dan Proses Penuaan
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan,
yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada
dasarnya berbagai factor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormone yang berkurang, proses
glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun. Faktor eksternal yang
utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress dan
kemiskinan (Pangkahila, 2007).
Dislipidemia dapat dikatakan merupakan salah satu 56nsure yang dapat
mempercepat proses penuaan, yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
termasuk pola makan, menyebabkan asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan
aktivitas fisik makin berkurang (sedentary lifestyle), sehingga akan menyebabkan
gangguan kadar lemak dalam darah, yang kemudian berdampak pada terjadinya
aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan
merupakan penyebab kematian yang utama (Brown dan Goldstein, 2001).
2.8 Peranan Phentermine Dalam Anti Aging Medicine
Kita mengetahui dalam keadaan dislipidemia proses penuaan dipercepat, dan dalam
upaya mengatasi dislipidemia banyak sekali obat-obatan yang dapat kita gunakan.
Dalam penggunaan obat-obatan kita harus selektif dalam memilih obat sehingga tidak
57
terjadi multidrugs terapi yang merugikan penderita baik dari segi kesehatan dan
ekonomi. Karena phentermine mempunyai manfaat cukup baik yaitu menahan nafsu
makan bekerja secara sentral dan bekerja di luar sentral dengan merangsang adrenal
mengeluarkan epinephrine yang dapat memperbaiki profil lipid disamping harus disertai
perubahan pola hidup sehingga angka kematian karena penyakit kardiovaskuler dapat
dikurangi (James dkk., 2010). Hal ini dapat disimpulkan bahwa phentermine merupakan
upaya anti-aging medicine dalam mencegah, menghambat atau bahkan memperlambat
proses penuaan.
58
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KERANGKA BERPIKIR
Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadinya kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah. Keadaan ini bukanlah penyakit, tetapi lebih tepat disebut sebagai
kekacauan metabolik yang mungkin adalah akibat sekunder dari beberapa macam
penyakit dan dapat berperan serta dalam terjadinya berbagai macam penyakit, terutama
penyakit kardiovaskular.
Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh berbagai macan faktor
terutama dipengaruhi oleh faktor eksogen yang meliputi pola makan, aktvitas fisik, gaya
hidup, supplementasi, obat-obatan, sedang faktor endogen yaitu fisiologi, hormonal,
familial genetik, stres, status gizi, umur, dan lain-lain.
Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat
unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Sedangkan
karbohidrat oleh hati diubah menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida,
trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein
(VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi
IDL (Intermediate Density Lipoprotein). IDL melalui serangkaian proses akan berubah
menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. LDL bertugas
menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan
dilepaskan ke dalam darah, dimana pembuluh darah akan berikatan dengan HDL (High
Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh.
Phentermine adalah senyawa kimia yang bekerja pada bagian hipothalamus di
otak untuk melepaskan norepinephrine, suatu neurotransmitter atau messenger kimia
yang memberi signal fight-or-flight respon. Di luar otak phentermine merangsang
kelenjar medula adrenal melepaskan epinephrine atau adrenaline yang menyebabkan
59
sel-sel lemak pecah dari timbunannya. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan
efektivitas phentermine dalam membantu penurunan profil lipid.
3.2 KERANGKA KONSEP
Gambar 3.1 Kerangka konsep
Faktor Internal
Genetic Psikis Hormonal Metabolisme tubuh
Faktor External
Aktivitas Diet
Phentermine 0,18 mg
Tikus yang Dislipidemia
Kadar kolesterol total Kadar kolesterol LDL Kadar trigliserida Kadar kolestrol HDL
60
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut
1. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah
tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
2. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah
tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
3. Pemberian phentermine mgoral dapat menurunkan kadar trigliserida darah
tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
4. Pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah
tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre-test
post-test control group design (Pocock, 2008). Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut :
P0
O1 O2
R R
P1
O3 O4
Gambar 4.1 Bagan rancangan penelitian
Keterangan : P = populasi S = sampel R = rdanom O1 = Data sebelum perlakuan pada kelompok kontrol ( pretest). O2 = Data sesudah perlakuan pada kelompok kontrol (posttest). O3 = Data sebelum perlakuan pada kelompok uji I (pretest). O4 = Data sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I (posttest).
P0 = Perlakuan pada kelompok kontrol dengan plasebo yang berupa aquadest P2 = Perlakuan dengan phentermine 0,18 mg/200gr bb/ hari.
P S
41
62
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Unud.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan dalam waktu 60 hari dengan perincian sebagai berikut :
1. Sepuluh hari untuk adaptasi
2. Tigapuluh hari pemberian makanan tinggi kolesterol lalu pemeriksaan profil lipid
(pretest).
3. Empat belas hari untuk pemberian makanan tinggi kolesterol+ placebo / phentermine.
4. Enam hari untuk pemeriksaan profil lipid, analisis data dan penyusunan laporan.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Tikus putih jantan (Ratus Norvegicus) Galur Wistar berumur 3 – 4 bulan, berat
180 - 200 gram.
4.3.2 Kriteria Subyek :
4.3.2.1 kriteria penerimaan :
1. Tikus putih jantan (Ratus Norvegicus) Galur Wistar yang Dislipidemia
2 .Umur 3 – 4 bulan.
3. Berat tikus 180 - 200 gram.
4.3.2.2 kriteria drop out subyek penelitian :
1. Tikus mati ketika sedang penelitian.
63
4.4. Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel
4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) :
2 σ2
n = ----------------- X ƒ (α,β )
(μ2 - μ1)2
Keterangan :
n = Besar sampel
μ2 = Rerata hasil pada kelompok perlakuan
μ1 = Rerata hasil pada kelompok kontrol
σ = Simpangan baku kontrol
ƒ (α,β) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock
Berdasarkan data penelitian yang sudah ada diperoleh data (Murillo, 1992) :
1. Untuk kolesterol HDL :
Rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol = 42,6 dan simpangan baku
kontrol = 7,8 Rerata kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan = 57
2(7,8)2
n = __________ x 10,5
(57-42,6)2
= 6,1 dibulatkan menjadi 7 ekor
64
2. Untuk kolesterol LDL :
Rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol = 12,5 dan simpangan baku
kontrol = 1,6 Rerata kadar kolesterol LDL kelompok perlakuan = 9,6
2(1,6)2
n = ___________ x 10,5
(9,6-12,5)2
= 7,3 dibulatkan menjadi 8 ekor
Pada penelitian digunakan sampel yang lebih besar yaitu 8 ekor, dan untuk
cadangan bila terjadi kematian saat dilakukan penelitian, maka jumlah sample ditambah
minimal 20 persen, sehingga masing-masing kelompok 12 ekor.
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel
Diambil 24 ekor tikus putih jantan (Ratus Norvegicus) Galur Wistar yang
Dislipidemia yang berumur 3 – 4 bulan dengan berat 180 - 200 gram, kemudian
dikelompokkan menjadi 2 kelompok secara random.
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas
b. Variabel tergantung
c. Variabel kendali
65
4.5.2 Klasifikasi Variabel
a. Variabel bebas : Phentermine
b. Variabel tergantung : kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol HDL, trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat).
c. Variabel Kendali : jenis kelamin tikus, makanan, temparatur ruangan.
4.5.3 Definisi Operasional Variabel
a. Phentermine merupakan obat yang bekerja di otak dan di medula adrenal
untuk merangsang adrenalin sehingga dapat menurunkan profil lipid. Dosis
Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah dosis yang diberikan setiap hari
selama 14 hari merupakan konversi dari manusia ke tikus.
b. Kolesterol total adalah kadar lemak yang terdapat di dalam sel tubuh manusia
dan hewan, terutama sel saraf dan otak, mempunyai peranan penting dalam
pengangkutan lemak dan pembuatan hormon.
Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.
Diambil dari darah vena suborbita. Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dl
c. Kolesterol LDL adalah kadar suatu lipoprotein.
Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.
Diambil dari darah vena suborbita. Kadar normal pada tikus : 20,39 mg/dl.
d. Kolesterol HDL adalah kadar suatu lipoprotein.
Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.
Diambil dari darah vena suborbita. Kadar normal pada tikus : 82,47 mg/dl.
66
e. Trigliserida adalah kadar lemak netral untuk disimpan dalam sel lemak.
Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudahperlakuan.
Diambil dari darah medial cantus sinus orbitalis. Kadar normal pada tikus :
69,63 mg/dl.
f. Profil lipid adalah kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan
trigliserida darah.
g. Plasebo adalah cairan yang terdiri dari aquabidest yang diberikan pada
kelompok kontrol dengan jumlah yang sama dengan jumlah cc phentermine.
Diberikan 1x sehari selama 14 hari, dengan memakai sonde.
h. Tikus putih jantan adalah hewan percobaan yang berupa tikus (Ratus
Norvegicus) Galur Wistar berat badan 180-200 gr, umur 3-4 bulan.
i. Makanan tinggi kolesterol adalah makanan yang terdiri dari kolesterol 1%,
kuning telur 5%, lemak babi 10%, minyak goreng 1%, makanan standar
sampai 100% + air minum matang yang diberi propiltiourasil 0,01%.
j. Dislipidemia adalah kadar kolestrol total > 200 mg /dl / berat badan lebih dari
20%
4.6 Bahan Penelitian
1. Phentermine 0,18 mg
2. Aquabidest
3. Makanan tinggi kolesterol yang terdiri dari (Pengembangan dan
Pemanfaatan Obat Bahan Alam, 1991) :
67
a. Kolesterol 1 %
b. Kuning telur 5 %
c. Lemak babi 10 %
d. Minyak goreng 1 %
e. Makanan stdanar sampai 100 %
5. Dipersiapkan juga air minum yang matang dan yang diberi
propiltiourasil 0,01 %.
6. Sonde
4.7 Prosedur Penelitian
1. Dipilih 24 ekor tikus putih jantan jenis Ratus (albino rat) yang berumur 3 – 4
bulan dengan berat sekitar 180 - 200 gram.
2. Tikus diadaptasikan selama kurang lebih 10 hari
3. Setelah adaptasi kemudian diberi makanan tinggi kolesterol selama 30 hari.
3. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm.
4. Lalu diukur kadar profil lipid darahnya sebagai data pretest yang sebelum
diukur dipuasakan dahulu, yang Dislipidemia dipakai sebagai sample.
5. Tikus dibagi menjadi 2 kelompok secara random.
6. Diberikan perlakuan :
a. P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo yang
berupa aquadest selama 14 hari.
68
b. P1 : Perlakuan pada kelompok perlakuan I yang diberi phentermine
0,18 mg/200gr bb/ hari melalui sonde selama 14 hari.
7. Setelah 14 hari ketiga kelompok tikus diperiksa kembali kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida dalam darah sebagai data
posttest.
8. Pengambilan darah sebanyak 1 cc melalui medial cantus sinus orbitalis dan di
sentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Serum yang didapat
disimpan dalam suhu -21 derajat Celcius
69
4.8 Alur Penelitian
Bagan 4.2 Alur Penelitian
Yang Kolesterol >200mg/dl dipakai sampel
Kelompok Pelakuan Kelompok kontrol
Phentermine 0,18/14 hari mg
Placebo 14 hari
Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida
Tikus jantan (Albino rat)
Adaptasi 10 hari lalu diberi makanan tinggi kolesterol 30 hari
Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida Pretest
ANALISIS DATA
Post test
L A P O R A N
70
4.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif.
Semua data dianalisis secara deskriptif.
2. Uji Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk. Di dapat data berdistribusi normal
(p> 0,05)
3. Uji Homogenitas.
Data diuji homogenitas karena terdapat dua kelompok sampel. Uji
homogenitas dilakukan dengan homogenity of variance test dengan Levene’s
Test (Uji F). di dapat varian data homogen ( p > 0.05 )
4. Uji komparasi.
Karena data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan
Uji t-independent antar kelompok
5. Uji Efek Perlakuan
Untuk menguji perbaikan profil lipid pada kelompok Pretest dan Postest
digunakan uji t-Paired.
6. Dalam analisis data, digunakan tingkat kepercayaan 95%
Pengambilan Keputusan : Jika p < 0,05 maka Ho ditolak
Taraf kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95% (α = 0,05). Ho ditolak
jika p < 0,05.
7. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows.
71
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 24 tikus putih jantan jenis Wistar
(albino rat) dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok
masing-masing berjumlah 12 ekor tikus, yaitu kelompk kontrol (placebo dengan
aquadest) dan kelompok phentermine 0,18 mg/ 200 gr bb/hari . Dalam pembahasan ini
akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek
perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida baik sebelum perlakuan
maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal
(p>0,05), disajikan pada Lampiran 1.
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida antar kelompok baik
sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan
menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05),
disajikan pada Lampiran 2.
51
72
5.3 Kolesterol Total
5.3.1 Uji komparabilitas
Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata kolesterol total antara
kelompok control dengan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan
dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Pretest
Kelompok Subjek n Rerata
Kolesterol Total mg/dl
SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
213,37
213,85
6,22
8,02 0,164 0,872
Tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol
adalah 213,376,22 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200 gr bb/hari adalah
213,858,02. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai
t = 0,164 dan nilai p = 0,872. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata
kolesterol totalnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
73
5.3.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol total antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa phentermine. Hasil analisis kemaknaan dengan uji
t-independent disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2
Rerata Kolesterol Total antar kelompok Postest
Kelompok Subjek n Rerata
Kolesterol Total mg/dl
SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
216,14
133,53
5,49
6,02 35,13 0,001
Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol
adalah 216,145,49 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah
133,536,02. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t
= 35,13 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada kedua
kelompok Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).
74
Gambar 5.1 Grafik Penurunan Kolesterol Total setelah Pemberian phentermine dalam mg/dl
Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan
dosis 0,18 mg/200gr bb/hari dapat menurunkan kolesterol total dibandingkan dengan
Kontrol.
5.4 Trigeliserida
5.4.1 Uji komparabilitas
Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata trigeliserida antara kelompok
control dngan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-
independent disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Kontrol Phentermine
Pre
Post
75
Tabel 5.3 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Pretest
Kelompok Subjek n Rerata
Trigeliserida mg/dl
SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
111,40
115,08
3,14
7,30 1,602 0,123
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigeliserida kelompok kontrol
adalah 111,403,14 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah
115,087,30. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai
t = 1,602 dan nilai p = 0,123. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata
trigeliseridanya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
5.4.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata trigeliserida antar kelompok
Postest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4
berikut.
76
Tabel 5.4 Rerata Trigeliserida antar kelompok Postest
Kelompok Subjek n Rerata
Trigeliserida mg/dl
SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
113,63
78,69
3,09
5,02 20,53 0,001
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigeliserida kelompok kontrol
adalah 113,633,09 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah
78,695,02. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t
= 20,53 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata trigeliserida pada kedua
kelompok Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).
Gambar 5.2 Grafik Penurunan Trigeliserida setelah Pemberian phentermine
dalam mg/dl
Gambar 5.2 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan
dosis 0,18 mg dapat menurunkan trigeliserida dibandingkan dengan Kontrol.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Kontrol Phentermine
Pre
Post
77
5.5 HDL
5.5.1 Uji komparabilitas
Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata HDL antara kelompok control
dengan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Rerata HDL antar Kelompok Pretest
Kelompok Subjek n Rerata HDL mg/dl SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
51,35
50,97
2,82
3,01 0,318 0,753
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata HDL kelompok kontrol adalah
51,352,82 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah 50,973,01.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,318 dan
nilai p = 0,753. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata HDLnya tidak
berbeda secara bermakna (p > 0,05).
5.5.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata HDL antar kelompok Postest.
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.6 berikut.
78
Tabel 5.6 Rerata HDL antar kelompok Postest
Kelompok Subjek n Rerata HDL mg/dl SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
49,78
78,21
2,65
5,01 17,36 0,001
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata HDL kelompok kontrol adalah
49,782,65 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah
78,215,01. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t
= 17,36 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata HDL pada kedua kelompok
Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).
Gambar 5.3 Grafik Penurunan HDL setelah Pemberian phentermine dalam mg/dl
Gambar 5.3 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan
dosis 0,18 mg dapat meningkatkan HDL dibandingkan dengan kontrol.
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00
Kontrol Phentermine
Pre
Post
79
5.6 LDL
5.6.1 Uji komparabilitas
Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata LDL antara kelompok control
dengan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7 Rerata LDL antar Kelompok Pretest
Kelompok Subjek n Rerata LDL mg/dl SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
140,79
139,33
7,56
7,40 0,476 0,639
Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata LDL kelompok kontrol adalah
140,797,56 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah
139,337,40. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai
t = 0,476 dan nilai p = 0,639. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata
LDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
5.6.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata LDL antar kelompok Postest.
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
80
Tabel 5.8 Rerata LDL antar kelompok Postest
Kelompok Subjek n Rerata LDL mg/dl SB t p
Kontrol
Phentermine
12
12
143,62
39,59
5,67
2,76 63,03 0,001
Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata LDL kelompok kontrol adalah
143,625,67 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah
39,592,76. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t
= 63,03 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata LDL pada kedua kelompok
Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).
Gambar 5.4 Grafik Penurunan LDL setelah Pemberian phentermine dalam mg/dl
Gambar 5.4 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan
dosis 0,18 mg dapat menurunkan LDL dibandingkan dengan Kontrol.
0.0020.0040.0060.0080.00
100.00120.00140.00160.00
Kontrol Phentermine
Pre
Post
81
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pada kelompok Phentermine 0,18
mg/200gr/hari terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 213,858,02 menjadi
133,536,02 atau sebesar 37,56 persen, penurunan kadar kolesterol LDL dari
139,337,40 menjadi 39,592,76 atau sebesar 71,59 persen, penurunan kadar
trigliserida dari 115,087,30 menjadi 78,695,02 atau sebesar 31,63 persen, serta
peningkatan kadar kolesterol HDL dari 50,973,01 menjadi 78,215,01 atau sebesar
34,83 persen Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid darah tikus putih jantan
dislipidemia secara bermakna pada kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari
(p < 0,05).
82
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian phentermine per oral terhadap perbaikan profil lipid
darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia, maka dilakukan penelitian pada
tikus putih jantan sehat yang diberikan diet tinggi kolesterol sehingga terjadi
dislipidemia, kemudian diberikan phentermine per oral.
Untuk terjadinya dislipidemia, hewan coba diberi diet tinggi kolesterol + air minum
matang yang diberi propiltiourasil 0,01%. Pemberian propiltiourasil dimaksudkan untuk
menghambat sintesis hormon tiroksin pada kelenjar tiroid, sehingga menghambat laju
metabolisme (Cooper, 2005). Dosis phentermine yang digunakan adalah 0,18
mg/200gr/hari. Dosis 0,18mg/200gr/hari berdasarkan dosis konversi manusia ke tikus.
Sebagai hewan coba digunakan tikus putih jantan sehat berumur 3-4 bulan,
dengan berat badan 180-200 gram. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini
berjumlah 24 ekor, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol P0 (aquadest)
dan kelompok P1 (phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari). Penelitian dilakukan selama 60
hari, 10 hari adaptasi lalu 30 hari diberikan makanan tinggi kolesterol, kemudian
dilakukan pemeriksaan profil lipid sebagai pretest dan yang Dislipidemia diambil
sebagai sampel yang dilanjutkan dengan pemberian makanan tinggi kolesterol +
phentermine, selama 2 minggu berikutnya.
62
83
Pengambilan waktu 2 minggu didasarkan atas bahwa dalam waktu 2 minggu
telah terjadi perubahan profil lipid yang signifikan (Murillo, 1992; Trimeks, 2003), juga
berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis, bahwa didapatkan
perubahan profil lipid yang signifikan dalam waktu dua minggu.
6.2 Diet Tinggi Kolesterol Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia
Dislipidemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain asupan lemak
yang tinggi. Menurut Diet-Heart hypotesis asupan tinggi lemak, kolesterol, dan asupan
rendah lemak tidak jenuh akan meningkatkan kadar total kolesterol (Willett, 2001).
Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar peluangnya untuk
menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Peningkatan
asupan lemak jenuh berhubungan dengan tingginya total kolesterol dan kematian akibat
PKV (Kromhout dkk., 2002). Lemak tak jenuh tunggal dapat membantu munurunkan
kadar kolesterol LDL dan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam darah
(De Lorgeril dkk., 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi kolesterol selama
tiga puluh hari terjadi kenaikan kadar kolesterol total menjadi 213,61 mg/dl, kadar
kolesterol LDL menjadi 140,06 mg/dl, kadar trigliserida menjadi 113,24 mg/dl, dan
penurunan kadar kolesterol HDL menjadi 51,16 mg/dl. Hal ini disebabkan karena diet
tinggi lemak akan menstimulasi pelepasan TNF-α. Kadarnya yang meningkat akan
menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar
meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar
sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin
84
(Kersshaw and Flier, 2004 ; Barzilai and Rudin, 2005). Resistensi insulin pada adiposit
dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL
menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin
dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan
masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang
sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan
meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan
menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada
HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan
LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida
(TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini
segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL
untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun.LDL
kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL(Shulman, 2000).
6.3 Dislipidemia Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempercepat Penuaan
Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan,
yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada
dasarnya berbagai faktor itu dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal
(Pangkahila, 2007). Dislipidemia dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat
mempercepat proses penuaan. Dislipidemia ini akan menyebabkan aterosklerosis dan
selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (PKV) yang merupakan
penyebab kematian utama ( Isser dkk., (2001) menemukan bahwa kenaikan secara
85
signifikan kadar trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kadar kolesterol HDL
terdapat pada semua pasien PKV. Di Indonesia, angka kejadian dislipidemia pada
penelitian MONICA (Multinational Monitoring of Trends Determinants in
Cardiovascular Diseases) I didapatkan meningkat menjadi 16,2 persen untuk wanita
dan 14 persen pria (Bahri, 2004). Angka kejadian PKV juga cenderung semakin
meningkat. Hasil Sensus Kesehatan Masyarakat 2001 menunjukkan angka kejadian
PKV meningkat menjadi 26,4 persen (Departemen Kesehatan, 2001).
6.4 Phentermine Memperbaiki Profil Lipid
Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan
homogenitas (Levene’s test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-masing
kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).
Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol antara kedua
kelompok menggunakan uji t-independent. Rerata kolesterol total kelompok kontrol
adalah 213,376,22 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah
213,858,02. Rerata trigeliserida kelompok kontrol adalah 111,403,14 dan rerata
kelompok phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 115,087,30. Rerata HDL kelompok
kontrol adalah 51,352,82 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah
50,973,01. Rerata LDL kelompok kontrol adalah 140,797,56 dan rerata kelompok
phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 139,337,40. Uji perbandingan pre test antara
kedua kelompok dengan t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
86
perlakuan P1 ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid pada kedua kelompok adalah
sama atau dengan kata lain kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan profil
lipidnya tidak berbeda (p > 0,05).
Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan phentermine
antara kedua kelompok menggunakan t-independent. Rerata kolesterol total kelompok
kontrol adalah 216,145,49 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr/hari
adalah 133,536,02. Rerata trigeliserida kelompok kontrol adalah 113,633,09 dan
rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 78,695,02. Rerata HDL
kelompok kontrol adalah 49,782,65 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg adalah
78,215,01. Rerata LDL kelompok kontrol adalah 143,625,67 dan rerata kelompok
Phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 39,592,76. Uji perbandingan post test antara
kedua kelompok dengan t-independent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan P1. Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid secara bermakna pada
kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa phentermine per oral selama 2
minggu (p < 0,05).
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pada kelompok Phentermine 0,18
mg/200gr/hari terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 213,858,02 menjadi
133,536,02 atau sebesar 37,56 persen, penurunan kadar kolesterol LDL dari
139,337,40 menjadi 39,592,76 atau sebesar 71,59 persen, penurunan kadar
trigliserida dari 115,087,30 menjadi 78,695,02 atau sebesar 31,63 persen, serta
peningkatan kadar kolesterol HDL dari 50,973,01 menjadi 78,215,01 atau sebesar
87
34,83 persen Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid darah tikus putih jantan
dislipidemia secara bermakna pada kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr/hari
(p < 0,05). Hal ini membuktikan bahwa perbedaan terjadi akibat perlakuan.
Hal ini disebabkan karena Phentermine merupakan satu obat penahan nafsu
makan yang bekerja di central (otak) dan juga bersifat termogenik serta dapat membakar
lemak yang menimbun (Baumann dkk, 2000). Mengingat fungsinya sebagai penahan
nafsu makan maka Phentermine mampu menahan agar tidak terlalu sering makan.
Phentermine bekerja pada bagian hipothalamus di otak untuk melepaskan
norepinephrine, suatu neurotransmitter atau messenger kimia yang memberi signal
fight-or-flight respon. Di luar otak phentermine juga bekerja melepaskan epinephrine
atau adrenaline yang meyebabkan sel-sel lemak pecah dari timbunannya (Samanin dkk,
2002).
6.5 Manfaat Phentermine terhadap Perbaikan Profil Lipid Darah
Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasilgliserol) di jaringan adipose akan
menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar
meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar
sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin
dengan merangsang serin fosforilase dari reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga
menggagalkan pengenalan insulin (Kersshaw dan Flier, 2004). Resistensi insulin pada
adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL
menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin
dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan
88
masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang
sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan
meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan
menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada
HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan
LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida
(TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini
segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL
untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun
(Barzilai dan Rudin, 2005).
ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga
mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar
HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi
small dense LDL (Shulman, 2000). Phentermine akan merangsang pengeluaran
epinephrine lalu ikatan epinephrine dengan resptor β-Adrenergik akan meningkatkan
lipolisis jaringan adiposa, sehingga akan meningkatkan oksidasi asam lemak pada
hepar, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas
insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim
lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP.
Disadari bahwa dalam keadaan dislipidemia proses penuaan dipercepat, dan dalam
upaya mengatasi dislipidemia banyak sekali obat-obatan yang dapat digunakan. Dalam
penggunaan obat-obatan diharapkan selektif dalam memilih obat sehingga tidak terjadi
89
multidrugs terapi yang merugikan penderita baik dari segi kesehatan dan ekonomi.
Karena phentermine mempunyai manfaat cukup baik yaitu menahan nafsu makan
bekerja secara sentral dan bekerja di luar sentral dengan merangsang adrenal
mengeluarkan epinephrine yang dapat memperbaiki profil lipid disamping harus disertai
perubahan pola hidup sehingga angka kematian karena penyakit kardiovaskuler dapat
dikurangi (James dkk, 2010). Hal ini dapat disimpulkan bahwa phentermine merupakan
upaya anti-aging medicine dalam mencegah, menghambat atau bahkan memperlambat
proses penuaan.
90
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian Phentermine 0,18 mg/200gr/hari pada
Tikus putih jantan Galur Wistar (Ratus Norvegicus) yang Dislipidemia selama 2
minggu didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah
tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
2. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah
tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
3. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus
putih jantan (albino rat) dislipidemia.
4. Pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL
darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Menurut hasil penelitian kami dalam hal Phentermine memperbaiki profil lipid
sangat baik maka diusulkan ke badan berwenang untuk melegalkan pemakaian
phentermine di Indonesia.
2. Disarankan untuk berhati-hati bila mengkonsumsi phentermine bila terdapat
riwayat hipertensi mengingat cara kerjanya merangsang pengeluaran adrenalin.
70
91
DAFTAR PUSTAKA
Amos, A., McCarty, D., Zimmet, P. 2001. The rising global burden of diabetes dan its
complications: Estimates dan projections to the year 2010. Diabetic Med 2001;
(Suppl 5): S1-S85.
Arthur, Frank., 2004. The Long-Term Management of Obesity With Continuing
Pharmacotherapy. The George Washington University Weight Management
Program, Department of Medicine, George Washington University School of
Medicine, Washington, DC (Obesity Research 12: 1821-1827).
Astrup, A. 2010. Drug Management in Obesity-Efficacy Versus Safety, New England
Journal of Medicine. 363;3, 288-290.
Azwar, A. 2004. “Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.” Dalam: Seminar Kesehatan
Obesitas. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen
Kesehatan RI.
Bahri, A. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU
Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from :
http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizibahri3. pdf. Accesed 16-10-2009.
Barzilai, N., Rudin, E. 2005. Inflamatory Peptides Derived from Adipose Tissue.
Imunity & Ageing, 21. Available from :
http://www.immunityageing.com/content/2/1/1. Accessed 19-4-2010.
Baumann, MH., Ayestas, M.A., Dersch, C.M., Brockington, A., Rice, K.C., Rothman,
RB. 2000. Effects of phentermine and fenfluramine on extracellular dopamine and
serotonin in rat nucleus accumbens: therapeutic implications. P ; 36: 102113.
Best, J.D. 2007. Disorders of Lipid Metabolism and Diabetes : Pathophysiology and
therapeutic approach. Medicographia 10(4) :16-9.
Brown, M.S., and Goldstein, J.l. 2001. The Hyperlipidemia and Other Disorders of
Lipid Metabolism, dalam E. Braunwald, KJ/Isselbacher & R.G. Petersdorf (eds,)
71
92
: Harrison’s Principles of Internal Medicine 2, 11th., pp. 1650-61. McGraw-Hill
Intemat.Ed., New York.
Crespo, C.J., Smit, E. 2003. Obesity: Etiology, Assesment. Treatment and Prevention. In
Andersen. Champaign: Human Kinetics. 3-15.
Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan Nasional 2001: Laporan Studi Mortalitas
2001: Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Jakarta; 2003; hal 76.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei terpadu mendukung Indonesia
Sehat 2010. Jakarta. Litbangkes Depkes R.I.
Dulloo, A.G., 2005. Energy balance and body weight homeostasis, in “Clinical Obesity
in adults and children”, Second Edition, Kopelman, Caterson, and Diets (Eds).
pp 67-79.
Eckel, R.H. 2008. Nonsurgical Management of Obesity in Adults. New England Journal
of Medicine. 358; 18: 1941-50.
Egger, G., Binns, A. 2001. The Experts’ Weight Loss Guide, Allen & Unwin, Australia.
FDA (Food and Drug Administration) website accessed at 20.40 on 2010,
June 9.
Flier, J.S. 2001. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 15th Ed. Vol 1. Newyork:
McGraw-Hill. pp 479-486.
Frayn, K.N. and Blaak, E.E. 2005. Metabolic fuels and obesity: carbohydrate and lipid
metabolism in skeletal muscle and adipose tissue, in Clinical Obesity in Adults
and Children, Kopelman PG, Caterson ID, Dietz WH (Eds), Blackwell, pp 102-
122.
Grag, A., and Grundy, S. M. 2001. Lovastatin for Lowering Cholesterol. New Engl. J.
Med. 318 : 81-6.
Grundy,S.M.2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum Lipids and
Lipoprotein. In Modern Nutrition in Health and Disease. 10th Ed. p 1076-1094.
Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore.
93
Goldman, R., and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate
Sdn. Bhd. p. 19-25.
Gordon, P. M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK et al. Clinical
Exercise Physiology. Champaign : Human Kinetics. 2003, 169-184.
Gurr, M.I. 2000. Fats, in Human Nutrition and Dietetics, Garrow JS, James WPT,
Ralph A (Eds), Churchill Livingstone, pp.97-120
Guyton, A.C., and Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiolofy. 11th Ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. p. 996-1010.
Heymsfield, S. 2001. Evaluation of human adiposity. In: Bjorntorp, editor. International
textbook of obesity. New York: John Wiley and Sons, Ltd. P. 85-97.
Horowitz, J.F. 2001. Regulation of Lipid Mobilization and Oxidation. P : 45-50.
Illingworth, D.R. 2003. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and
Optimum Theraupeutic Use. Drugs 33 : 259-79.
Ikeuchi, M., Koyama, T., Takahashi, J., Yazawa, K. 2007. Effects of Phenterminein
Obese Mice Fed a Hight-Fat Diet. Jurnal Biosci, Biotechnol, Biochem. 71(4):
893-899.
James, W.P.T. 2010, Effects of Phentermine on Cardiovascular Outcome in Overweight
and Obese Subjects, NEJM 363(10): 905-17.
Kathleen, M.B., and Peter, A.M. 2006. In Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th
edition. McGraw Hill. New York. P. 194-198.
Kersshaw, E.E., Flier J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism 89, pp 2548 - 2556.
Lichtenstein, A.H., Jones, P.J.H. 2001. Lipids absorption and transport. In Present
Knowledge in Nutrtion. 8th Ed. p 93-103/ ISLI Press, Washington DC.
Lohman, T.G., Milliken, L. 2003. Body Composition Assesment in The Obese. In
Andersen Obesity: Etiology, Assesment, Treatment, Prevention. Champaign:
Human Kinetics. 73-84.
Mahley, R.W., Weisgraber, K.H., Farese, R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In
Williams Textbook of Endocrinology. 10th Ed. p 1642-1680. Saunders,
Philadephia.
94
Mantzoros, C. 1999. The role of leptin in human obesity and disease: a review of
current evidence. Ann Intern Med. 130(8):671-80.
Mayes, P.A., Botham, K.M. 2003. Lipid transport & storage. In Muray RK et al.
Harper’s illustrated biochemistry. 26th Ed. new York : Lange Medical Books/
McGraw-Hill. p 205-218.
Mc Ardle, W.D., Katch, F.L., Katch, V.L. 1996. Exercise Physiology: Energy,
Nutrition, and Human Performance. 4th Ed. Baltimore: Williamsand Wilkins.
Metchinson, M.J., and Ball, R.Y. 2005. Macrophages and Atherogenesis. Lancet 2 :
146-50.
Murray, R.K. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA. Mac Graw Hill Company
28: 101.
National Task Force on the Prevention and Treatment of Obesity (NTFPTO). 2000.
Overweight, obesity, and health risk. Arch Intern Med. 160:898-904 .
Nelson, D.L., Gehlert, D.R. (February 2006). "Central nervous system biogenic amine
targets for control of appetite and energy expenditure". Endocrine 29 (1): 49–60.
doi:10.1385/ENDO:29:1:149. PMID 16622292.
Noel, P.H., Pugh, J.A. 2002. Body Mass Indeks. Management of Overweight and
Obesity in Adults. 325: 757-761.
Okamoto, Y., Kihara, S., Funahashi, J., Matsuzawa, Y., Libby, P. 2006. Adiponectin: a
key adipocytokine in metabolic syndrome. Clin Sci;110: 267–7.
Pangkahila, W. 2007. Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Anti
Aging Medicine, cetakan ke-1, Jakarta, penerbit buku Kompas, 13-23.
Pocock, S.J. 2008, The size of a Clinical Trial, Clinical Trials, A Practical Approach, p
123-127.
Rader, D.J., And Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th
Ed. p 2286-2298. McGraw-Hill. New York.
Rothman, R.B., Redmon, J.B., Raatz, S.K., Kwong, C.A., Swanson, J.E., Bantle, J.P.
2000. Chronic treatment with phentermine combined with fenfluramine lowers
plasma serotonin. Am J Cardiol. P ; 85: 913915.
95
Samanin, R., Bernasconi, S., Garattini, S. 2002 The effect of selective lesioning of brain
catecholamine-containing neurons on the activity of various anorectics in the rat.
Eur J Pharmac. C ; 34., p : 373375.
Sevanian, A.R., Duncan, J., Hwang, H.N., Hodis. 2008. Human LDL Oxidation,
Atherosclerosis dan Cardiovascular Disease. AOCS Press. Champaign, Illinois.
Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran and Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada.2003: 23.
Sohal, R., Mockett ,R., Orr, W. 2002. Mechanisms of aging: an appraisal of the
oxidative stress hypothesis. Free Radic Biol Med 33(5): 575–86..
Ulus, I.H., Maher, T.J,, Wurtman, R.J. 2000. Characterization of phentermine and
related compounds as monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Biochem Pharmac.
P ; 59: 16111621.
WHO Techinal Report Series 894. 2000. Obesity: Preventing and managing the global
epidemic. Geneva: World Health Organization.
Wirahadikusumah, M. 2001. Biokimia Protein, Enzim, and Asam Nukleat. Bandung.
Penerbit ITB Bandung. 53-54.
96
Lampiran 1 UJi Normalitas
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. TC_pre Kontrol .184 12 .200* .916 12 .252
Perlakuan .142 12 .200* .978 12 .972 TRG_pre Kontrol .151 12 .200* .954 12 .691
Perlakuan .158 12 .200* .958 12 .758 HDL_pre Kontrol .227 12 .087 .931 12 .392
Perlakuan .140 12 .200* .949 12 .623 LDL_pre Kontrol .184 12 .200* .924 12 .320
Perlakuan .134 12 .200* .962 12 .813 TC_post Kontrol .184 12 .200* .924 12 .319
Perlakuan .134 12 .200* .973 12 .938 TRG_post Kontrol .098 12 .200* .964 12 .833
Perlakuan .153 12 .200* .931 12 .386 HDL_post Kontrol .111 12 .200* .971 12 .922
Perlakuan .094 12 .200* .989 12 .999 LDL_post Kontrol .122 12 .200* .946 12 .578
Perlakuan .097 12 .200* .987 12 .999 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
76
97
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean TC_pre Kontrol 12 2.1337E2 6.21659 1.79457
Perlakuan 12 2.1385E2 8.02095 2.31545 TRG_pre Kontrol 12 1.1140E2 3.13688 .90554
Perlakuan 12 1.1508E2 7.30261 2.10808 HDL_pre Kontrol 12 51.3500 2.81885 .81373
Perlakuan 12 50.9708 3.01178 .86942 LDL_pre Kontrol 12 1.4079E2 7.55528 2.18102
Perlakuan 12 1.3933E2 7.39588 2.13501 TC_post Kontrol 12 2.1614E2 5.49175 1.58533
Perlakuan 12 1.3353E2 6.01689 1.73693 TRG_post Kontrol 12 1.1363E2 3.08872 .89164
Perlakuan 12 78.6867 5.02175 1.44966 HDL_post Kontrol 12 49.7842 2.65415 .76619
Perlakuan 12 78.2100 5.01349 1.44727 LDL_post Kontrol 12 1.4362E2 5.66751 1.63607
Perlakuan 12 39.5867 2.75743 .21865
98
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper TC_pre Equal
variances assumed
.582 .454 -.164 22 .872 -.47917 2.92947 -6.55452 5.59619
Equal variances not assumed
-.164 20.711 .872 -.47917 2.92947 -6.57651 5.61818
TRG_pre Equal variances assumed
3.954 .059 -1.602 22 .123 -3.67500 2.29434 -8.43318 1.08318
Equal variances not assumed
-1.602 14.926 .130 -3.67500 2.29434 -8.56740 1.21740
HDL_pre Equal variances assumed
.293 .594 .318 22 .753 .37917 1.19082 -2.09045 2.84878
Equal variances not assumed
.318 21.904 .753 .37917 1.19082 -2.09107 2.84941
LDL_pre Equal variances assumed
.085 .774 .476 22 .639 1.45333 3.05207 -4.87627 7.78293
Equal variances not assumed
.476 21.990 .639 1.45333 3.05207 -4.87644 7.78310
TC_post Equal variances assumed
.051 .823 35.126 22 .000 82.60417 2.35164 77.72717 87.48116
Equal variances not assumed
35.126 21.819 .000 82.60417 2.35164 77.72483 87.48351
TRG_post Equal variances assumed
1.016 .324 20.532 22 .000 34.94417 1.70192 31.41461 38.47372
78
99
Equal variances not assumed
20.532 18.281 .000 34.94417 1.70192 31.37251 38.51583
HDL_post Equal variances assumed
4.265 .051 -17.359 22 .000 -28.42583 1.63757 -31.82195 -25.02972
Equal variances not assumed
-
17.359 16.717 .000 -28.42583 1.63757 -31.88527 -24.96640
LDL_post Equal variances assumed
31.489 .056 63.030 22 .000 104.03833 1.65062 100.61517 107.46150
Equal variances not assumed
63.030 11.393 .000 104.03833 1.65062 100.42058 107.65609