ridwan budisatria

99
1 TESIS PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA RIDWAN BUDISATRIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Upload: ledieu

Post on 14-Dec-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ridwan budisatria

1

TESIS

PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA

RIDWAN BUDISATRIA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 2: ridwan budisatria

2

TESIS

PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL

DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA

RIDWAN BUDISATRIA NIM 0790761039

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

201

Page 3: ridwan budisatria

3

TESIS

PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL

DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

RIDWAN BUDISATRIA NIM 0790761039

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 201

Page 4: ridwan budisatria

4

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 10 Agustus 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.dr.I.Gusti Made Aman,SpFK Prof. Dr.dr. J.Alex Pangkahila, M.Sc, SpAnd NIP : 19460619 197602 1 001 NIP : 19440201 196409 1 001

Mengetahui

Ketua Program Magister Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas udayana

Universitas Udayana

Prof. Dr.dr. Wimpie I.Pangkahila, Sp.And.FAACS. Prof.Dr.dr.A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP : 19461213 197107 1 001 NIP : 19590215 198510 2 001

Page 5: ridwan budisatria

5

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 10 Agustus 2011

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 1334 /UN14.4/HK/2011

Tanggal 01 Agustus 2011

Ketua : Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK.

Anggota :

1. Prof. Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And.

2. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK.

3. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, M.sc, Ph.D.

4. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF.

Page 6: ridwan budisatria

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul “PEMBERIAN

PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH

PADA TIKUS JANTAN (ALBINO RAT) YANG DISLIPIDEMIA” dapat

diselesaikan.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang dijalani

Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu

Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK selaku pembimbing I, penguji dan Kepala

Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana, serta penguji yang dengan penuh perhatian telah memberikan

dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program

magister, khususnya dalam penyusunan tesis ini.

2. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And selaku pembimbing II dan

Penasehat Akademik, yang telah banyak memberikan dorongan, semangat,

bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku ketua Program Studi

Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Universitas

Page 7: ridwan budisatria

7

Udayana yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan kepada

penulis selama penyusunan tesis ini.

4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK selaku penguji yang dengan sangat

bersemangat membimbing dan memberi masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini.

5. Prof. dr N. Tigeh Suryadhi, M.Sc, PhD selaku penguji yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis

ini.

6. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF selaku penguji yang telah banyak

memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis

ini.

7. Drs. I. Ketut Tunas, Msi yang dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan,

pengarahan dan petunjuk dalam analisis statistik.

8. Pak Gede Wiranatha yang banyak membantu dan menjaga tikus peneliti selama

penelitian di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

9. Para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang selalu memberikan doa dan dorongan.

10. Keluarga tercinta yaitu istri termanis (YUNI), anak-anak tersayang (Volney,

Britney, Auldey) dan kedua orang tua yang saya kasihi atas doa, dukungan, dan

pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Page 8: ridwan budisatria

8

Manusia tidak luput dari kesalahan karena tidak ada manusia yang sempurna, untuk

itu penulis berharap dengan semua kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini, tetap dapat

memberikan manfaat bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana., serta bagi pihak-

pihak lain yang berkepentingan.

Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat dan

rahmat-Nya kepada mereka semua, amin.

Denpasar, Agustus 2011

Penulis,

Ridwan

Page 9: ridwan budisatria

9

ABSTRAK

PEMBERIAN PHENTERMINE ORAL DAPAT MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS JANTAN (ALBINO

RAT) YANG DISLIPIDEMIA

Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai oleh kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia ini akan menyebabkan aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab kematian utama. Obat sintesis untuk memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil harganya relatf mahal dan memiliki banyak efek samping. Oleh karena itu upaya penanganan Dislipidemia harus ditujukan ke pencegahan dan pengobatan sehingga tidak tumpang tindih dalam pemberian obat. Phentermine bekerja pada bagian hipothalamus di otak untuk melepaskan norepinephrine dan di luar otak phentermine juga bekerja melepaskan epinephrine atau adrenaline yang meyebabkan sel-sel lemak pecah dari timbunannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah tikus putih jantan (albino rat) yang telah dibuat menjadi dislipidemia. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan randomized pretest-posttest control group yang dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dalam penelitian ini digunakan 24 tikus putih jantan (albino rat) sebagai sampel. Selama 30 hari seluruh tikus putih jantan diberikan diet tinggi kolesterol. Setelah itu tikus putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing berjumlah 12 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa aquadest selama 14 hari. Sedangkan kelompok perlakuan diberi diet tinggi kolesterol dan phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari selama 14 hari. Kedua kelompok data dianalisis secara deskriptif, diuji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, lalu uji homogenitas dengan uji Levene’s , uji komparasi dengan uji t-independent, dan uji perlakuan dengan uji t-Paired.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna dari 213,85 mg/dl menjadi 133,53 mg/dl (p<0,05), penurunan kolesterol LDL secara bermakna dari 139,33 mg/dl menjadi 39,59 mg/dl 2,76 (p<0,05), penurunan trigliserida secara bermakna dari 115 mg/dl 7,30 menjadi 78,69 mg/dl 5,02 (p<0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dari 50,97 mg/dl menjadi 78,21 mg/dl (p<0,05).

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia secara signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja phentermine yang lebih detail. Kata kunci : phentermine, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino rat), dislipidemia

Page 10: ridwan budisatria

10

ABSTRACT

ORAL PHENTERMINE ADMINISTRATION IMPROVED BLOOD LIPID PROFILE OF MALE RATS ( ALBINO RAT ) WITH

DYSLIPIDEMIA

Dyslipidemia is a blood fat metabolism disorder characterized by the increase in levels of total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides and the decrease in HDL cholesterol levels. Dyslipidemia can cause atherosclerosis which leads to cardiovascular disease as the leading cause of death. Anti-dyslipidemic synthetic drugs such as lovastatin, klofibrat, gemfibrozil are quiet expensive and have many side effects, therefore treatment must be preventing and treating So better not to use multidrugs. Phentermine works on hypothalamus in brain to release norepinephrine and also outside brain works to release epinephrine or adrenaline to break fat cells from deposits.

This research aims to determine the effects phentermine in improving blood lipid profile of male white rats (albino rat) with dyslipidemia. This experimental study with pretest-posttest randomized control group design was performed at Animal Unit Laboratory, department of Pharmacology Faculty of Medicine, Udayana University. This study conducted with 24 male white rats (albino rat) as sample which were chosen randomly and divided into 2 groups, i.e control group and intervention group, after 30 days had given high-cholesterol diet. Control group was given high-cholesterol diet and placebo in the form of aquadest for 14 days. Intervension group was given high-cholesterol diet and 0.18 mg/200g bw/day phentermine for 14 days. Data were analsysed descriptively, normaly test with Shapiro-Wilk test, homogenity test with Levene’s test, compare test with t-independent test, and treatment test with t-Paired test.

The results showed that Intervention group has significantly decrease of total cholesterol from 213.85 mg/dl to 133.53 mg/dl (p <0.05). LDL cholesterol decreased from 139,33 mg/dl to 39,59 mg/dl 2,76 (p <0.05). triglycerides decreased from 115 mg/dl 7.30 to 78.69 mg/dl 5.02 (p <0.05). and HDL cholesterol increased from 50.97 mg/dl to 78.21 mg/dl (p <0.05).

The study concluded that administration of phentermine 0,18 mg/200g bw/day can decrease total cholesterol, LDL cholesterol, triglycerides, and increase blood HDL cholesterol concentration significantly.. The result of this study is expected to be used for further research to determine the mechanism of action of phentermine in more detail.

Key words: phentermine, blood lipid profile, white male rats (albino rat), dyslipidemia

Page 11: ridwan budisatria

11

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ...................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... v

ABSTRAK .............................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xiii

DAFTAR LAMBANG ............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah.. .......................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 7

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

1.4.1 Manfaat Ilmiah ................................................................................ 7

1.4.2 Manfaat Aplikasi .............................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 8

2.1 Proses Aging .................................................................................. 8

Page 12: ridwan budisatria

12

2.2 Lipid. .............................................................................................. 9

2.2.1 Kolesterol ....................................................................................... 10

2.2.2 Trigliserida ..................................................................................... 12

2.2.3 Lipoprotein ...................................................................................... 12

2.2.3.1 Kilomikron ...................................................................................... 13

2.2.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) ........................................... 14

2.2.3.3 Low Density Lipoprotein (LDL) ...................................................... 14

2.2.3.4 High Density Lipoprotein (HDL) ..................................................... 16

2.2.4 Atherogenesis ................................................................................... 18

2.3 Transport lipid .................................................................................. 20

2.4 Metabolisme lipid .............................................................................. 23

2.4.1 Biosintesis kolesterol ......................................................................... 25

2.5 Dislipidemia ................................................................................... 26

2.5.1 Klasifikasi Dislipidemia ................................................................... 27

2.5.2 Penyebab Dislipidemia ...................................................................... 28

2.5.3 Penanganan Dislipidemia .................................................................. 29

2.6 Phentermine ...................................................................................... 32

2.6.1 Mekanisme kerja phentermine ........................................................... 33

2.6.2 Phentermine dan profil lipid .............................................................. 34

2.7 Dislipidemia dan proses penuaan ........................................................ 36

2.8 Peranan Phentermine Dalam Anti Aging Medicine ............................. 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ................................................................................. 38

3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 38

3.2 Kerangka Konsep ............................................................................ 39

3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 41

4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 41

Page 13: ridwan budisatria

13

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 42

4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 42

4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 42

4.3.2 Kriteria Subyek ............................................................................. 42

4.3.2.1 Kriteria penerimaan ....................................................................... 42

4.3.2.2 Kriteria drop out subyek penelitian ................................................ 42

4.4 Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel ............................. 43

4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal ................................................. 43

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 44

4.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 44

4.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 44

4.5.2 Klasifikasi Variabel ....................................................................... 45

4.5.3 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 45

4.6 Bahan Penelitian ........................................................................... 46

4.7 Prosedur Penelitian ....................................................................... 47

4.8 Alur Penelitian .............................................................................. 49

4.9 Analisis Data ................................................................................ 50

BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51

5.1 Uji Normalitas Data ......................................................................... 51

5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ........................................... 51

5.3 Kolesterol Total ............................................................................. 52

5.3.1 Uji komparabilitas ......................................................................... 52

5.3.2 Analisis efek perlakuan .................................................................. 53

5.4 Trigeliserida .................................................................................. 54

5.4.1 Uji komparabilitas ......................................................................... 54

5.4.2 Analisis efek perlakuan .................................................................. 55

5.5 HDL ............................................................................................... 57

5.5.1 Uji komparabilitas .......................................................................... 57

5.5.2 Analisis efek perlakuan ................................................................... 57

Page 14: ridwan budisatria

14

5.6 LDL ............................................................................................... 59

5.6.1 Uji komparabilitas .......................................................................... 59

5.6.2 Analisis efek perlakuan ................................................................... 59

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................... 62

6.1 Subjek Penelitian ............................................................................ 62

6.2. Diet Tinggi Kolestrol Merupakan Salah Satu Penyebab

Dislipidemia .................................................................................... 63

6.3. Displidemia Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempercepat Penuaan 64

6.4 Phentermine Memperbaiki Profil Lipid ........................................... 65

6.5 Manfaat Phentermine terhadap Perbaikan Profil Lipid Darah .......... 67

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 70

7.1 Simpulan ...................................................................................... 70

7.2 Saran ............................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 76

Page 15: ridwan budisatria

15

DAFTAR TABEL

5.1 Rerata Kolesterol Total antar kelompok Pretest .................................... 52

5.2 Rerata Kolesterol Total antar kelompok Postest ................................. 53

5.3 Rerata Trigliserida antar kelompok Pretest .......................................... 55

5.4 Rerata Trigliserida antar kelompok Protest ........................................... 56

5.5 Rerata HDL antar kelompok Pretest ..................................................... 57

5.6 Rerata HDL antar kelompok Protest ..................................................... 58

5.7 Rerata LDL antar kelompok Pretest ..................................................... 59

5.8 RerataLDL antar kelompok Protest ...................................................... 60

Page 16: ridwan budisatria

16

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kolesterol ............................................................................................ 17

2.2 Skema Atherogenesis ........................................................................... 18

2.3 Aterosklerosis ...................................................................................... 20

2.4 Transport Lipid .................................................................................... 22

2.5 Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia ............................................ 26

2.6 Struktur Kimia Phentermine ................................................................. 32

2.7 Hipotalamus ........................................................................................ 34

2.8 Resistensi Insulin dan Dislipidemia ...................................................... 35

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 39

4.1 Bagan Rancangan Penelitian ................................................................ 41

4.2 Alur Penelitian ................................................................................. 49

5.1 Grafik Penurunan Kolesterol Total setelah pemberian Phentermine...... 54

5.2 Grafik Penurunan Trigliserida setelah pemberian Phentermine ............. 56

5.3 Grafik Peningkatan HDL setelah pemberian Phentermine .................... 58

5.4 Grafik Penurunan LDL setelah pemberian Phentermine ....................... 60

Page 17: ridwan budisatria

17

DAFTAR SINGKATAN

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

IDL : Intermediate Density Lipoprotein

LPL : Lipoprotein Lipase

HL : Hepatik Lipase

LCAT : Lecithin Cholesterol Acyl Transferase

FFA : Free Fatty Acid

CPT : Carnitine Palmitoyl Transferase

IPP : Isopentil pirofosfat

FPP : Farnesil Pirofosfat

HMG Ko-A : Hidroksi Metil Glutaril Koenzim A

NECP : National Cholesterol Education Program

PKV : Penyakit Kardio Vaskular

TLC : Therapeutic lifestyle Change

TAG : Tri Asil Gliserol

IRS : Insulin Receptor Substrat

CETP : Cholesterol Ester Transfer Protein

Page 18: ridwan budisatria

18

DAFTAR LAMBANG

α : Alfa

β : Beta

% : persen

Page 19: ridwan budisatria

19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova dan Shapiro-Wilk

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

2. Uji t-independent profil lipid pre-post antar kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan

Page 20: ridwan budisatria

20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidup merupakan suatu lingkaran yaitu mulai kita dilahirkan, tumbuh dari anak-

anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, lanjut usia, dan akhirnya meninggal. Dengan

semakin bertambahnya usia, maka terjadi perubahan fisik dan penurunan berbagai

fungsi organ tubuh.

Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak

dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan

(Pangkahila, 2007). Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena

proses penuaan (Goldman dan Klatz, 2007). Anti-aging medicine menganggap dan

memperlakukan aging sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan

diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan semula. Dengan demikian manusia tidak

lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan, dan bila

perlu mendapatkan pengobatan atau perawatan (Pangkahila, 2007).

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses

penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian.

Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan

faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormone yang berkurang,

proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor

eksternal yang utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi

lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007).

Page 21: ridwan budisatria

21

Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan,

tetapi pada dasarnya semua teori dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu, teori wear

dan tear dan teori program (Goldman dan Klatz, 2007).

Menurut teori wear dan tear (meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal

bebas) tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan dan

disalahgunakan. Fungsi organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lainnya,

menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak,

gula, kopi, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan

psikis. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat

sel. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang

tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan. Mekanismenya

dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan

mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007).

Menurut teori program (meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan

neuroendocrin theory) dalam tubuh manusia terdapat jam biologik, mulai dari proses

konsepsi sampai ke kematian dalam suatu model terprogram. Peristiwa ini terprogram

mulai dari sel, embrio, janin, masa bayi dan anak-anak, remaja, dewasa, manjadi tua,

dan akhirnya meninggal (Goldman dan Klatz, 2007). Sebagai contoh ketika anak-anak

menjadi remaja tanda tanda seks sekunder mulai keluar yang merupakan awal mula

sebagai remaja.

Hidup sehat adalah dambaan semua orang. Tetapi untuk melakukannya tidak

semuanya sanggup dalam pelaksanaannya sehari-hari. Selama beberapa tahun

Page 22: ridwan budisatria

22

belakangan ini kita menyaksikan semakin serius bertambahnya metabolik sindrom

dengan konsekuensi kualitas kesehatan yang buruk akibat pola hidup tidak sehat (Amos

dkk., 2001). Metabolik sindrom antara lain obesitas, hipertensi, dislipidemia (Okamoto

dkk., 2006).

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit, ditandai dengan

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Astrup, 2010). Keadaan ini timbul

akibat pengaturan makan yang tidak baik, gaya hidup kurang aktivitas, dan faktor

keturunan/genetik. Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi secara kumulatif

akan ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh. Ketidak-seimbangan

antara energi yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan tubuh

membuat berat badan bertambah. Peranan genetik dalam kejadian obesitas terbukti dari

adanya risiko obesitas sekitar 2 -3 kali lebih tinggi pada individu dengan riwayat

keluarga obesitas (Azwar, 2004).

Obesitas dapat berakibat hipertensi dan dislipidemia (Crespo dan Smit, 2003).

Prevalensinya meningkat tidak saja di negara-negara maju seperti Australia, New

Zealand dan Singapura tapi juga negara berkembang terutama pulau-pulau Pasifik dan

negara-negara Asia (WHO, 2000). Epidemik ini terjadi karena pola hidup modern

(WHO, 2000).

Hipertensi yang merupakan 90% hipertensi primer yang penyebabnya tidak

diketahui diduga karena kelainan genetic dan pola hidup atau kebiasaan suatu keluarga.

Page 23: ridwan budisatria

23

Akibatnya suatu keluarga mempunyai penyakit yang sama turun temurun dikarenakan

kebiasaan atau pola hidup yang sama yaitu pola hidup tidak sehat (Depkes, 2002).

Begitu pula dengan dislipidemia yang merupakan kelainan metabolisme lipid

yang ditandai oleh kelainan (peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma.

Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar

kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar kolsterol HDL.

Dislipidemia ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan

selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (Brown dan Goldstein, 2001).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya dislipidemia. Dapat disebabkan

oleh faktor keturunan (genetik), usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas,

makanan yang mengandung asam lemak jenuh, kurang olah raga, penggunaan alkohol.

merokok, penyakit, hormonal dan obat-obatan (Guyton dan Hall, 2006).

Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah diet ketat rendah lemak dan

kolesterol, olah raga secara teratur, menurunkan berat badan, dan mengatur cara hidup.

Jika semua intervensi nonfarmakologis tidak berhasil, maka di samping usaha

nonfarmakologis dapat dimulai dengan obat-obatan (Illingworth, 2003).

Terapi dengan obat-obat anti dislipidemia dapat dipertimbangkan

penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan risiko aterosklerosis dan

penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh dislipidemia. Tetapi, obat sintesis untuk

memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat, gemfibrozil

harganya mahal dan memiliki efek samping, seperti dapat merusak fungsi hati, miositis

dan lain-lain (Grag dan Grundy, 2001). Oleh karena itu upaya pengobatan harus

Page 24: ridwan budisatria

24

ditujukan ke pencegahan dan pengobatan sehingga dalam pengobatan tidak tumpang

tindih dalam pemberian obat (Best, 2007).

Penanganan dislipidemia yang benar selain menurunkan berat badan, melainkan

juga dengan penatalaksanaan yang baik. Penurunan berat badan harus disertai dengan

upaya mempertahankan hasilnya. Dimungkinkan penurunan 5-10 persen berat badan

bermanfaat menurunkan tekanan darah, perbaikan profil lipid, sehingga risiko diabetes

menurun, dan penurunan risiko penyakit jantung koroner (Noel, 2002).

Dalam usaha penurunan berat badan dan profil lipid diperlukan diet seimbang

sehingga tidak mengganggu keseimbangan dan kesehatan tubuh. Jadi tidaklah mudah

menurunkan berat badan dan profil lipid hanya dengan diet seimbang (Gurr, 2000).

Maka dari itu dibutuhkan bantuan obat-obatan penahan nafsu makan dan pembakar

lemak.

Penelitian yang dilakukan oleh Arthur Frank (2004) dengan judul “ The Long

Term Management of Obesity With Continuing Pharmacotherapy” mendapatkan hasil

dari 8 pasien obesitas yang diberi phentermine selama 10 tahun terdapat penurunan

berat badan yang signifikan sehingga mencapai atau mendekati BMI normal dan tidak

ada komplikasi yang fatal sehingga aman untuk digunakan dalam jangka panjang

dibandingkan sebelumnya mereka menggunakan obat-obat lain seperti diethypropion,

flenfluramine, amphetamine, phenylpropanolamine dan kaffein/ephedrin,

phendimetrazine, mazindol, sibutramine, orlistat yang ternyata mempunyai efek

samping yang berbahaya bila digunakan jangka panjang.

Page 25: ridwan budisatria

25

Phentermine adalah satu obat penahan nafsu makan yang bekerja di sentral(otak)

dan di luar otak terjadi merangsang pengeluaran adrenalin di Glanula Supraretalis

sehingga terjadi pemecahan sel-sel lemak dari timbunannya (Baumann dkk., 2000).

Pemberian Phentermine diharapkan dapat menurunkan profil lipid yang sejauh ini

belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

Jadi dengan pemberian Phentermine diharapkan dapat efektif untuk

memperbaiki profil lipid sehingga sumber risiko berbagai penyakit metabolik yang

merupakan salah satu faktor penyebab penuaan dini dapat dikurangi.

Penelitian tentang fungsi phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah

masih dipelajari. Oleh karena itu perlu dilakukan lebih banyak lagi penelitian mengingat

fungsinya yang mencegah dan mengobati sekaligus dislipidemia sehingga dapat dipakai

sebagai upaya dalam Anti Aging Medicine.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus

putih jantan (albino rat) yang dislipidemia ?

2. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus

putih jantan (albino rat) yang dislipidemia?

3. Apakah phentermine dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus putih

jantan (albino rat) yang dislipidemia?

Page 26: ridwan budisatria

26

4. Apakah phentermine dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol darah tikus

putih jantan (albino rat) yang dislipidemia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui fungsi phentermine dalam memperbaiki profil lipid darah

tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan

kadar kolesterol total. tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.

2. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar

kolesterol LDL tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.

3. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar

kolesterol Trigliserida tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.

4. Untuk mengetahui pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar

kolesterol HDL tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang potensi

Phentermine oral dapat memperbaiki profil lipid darah pada tikus putih jantan (albino

rat) yang dislipidemia

Page 27: ridwan budisatria

27

1.4.2. Manfaat Aplikasi

Dapat di informasikan kepada masyarakat luas, bahwa phentermine di samping

sebagai penahan lapar juga dapat memperbaiki profil lipid.

Page 28: ridwan budisatria

28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proses Aging

Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya

tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen

tubuh pada tahap ini tidak dapat berkembang lagi, dan mulai terjadi penurunan fungsi

tubuh karena proses penuaan tersebut. Pada umumnya orang menganggap menjadi tua

memang harus terjadi dan membiarkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mulai

muncul.

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan,

yang kemudian menjadi sakit dan akhirnya membawa kepada kematian. Anti-aging

medicine menanggapi dan memperlakukan penuaan sebagai salah satu penyakit yang

dapat dihindari, diobati, dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat,dan kualitas

hidup dipertahankan. Faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal ialah

terbentuknya radikal bebas yang bersifat merusak sel, penurunan efisiensi mitokondria,

terjadinya ikatan glukosa-protein, penurunan kemampuan membran sel dan penurunan

sistem imun, hormon yang berkurang, proses glikolisis, metilasi, apoptosis dan gen.

Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, stress, polusi lingkungan

dan kemiskinan (Pangkahila, 2007).

Perubahan terjadi pada tingkat seluler, organ, maupun sistem karena proses

penuaan,yang kesemuanya ini akan mengakibatkan timbulnya penyakit degeneratif dan

obesitas yang diakui sebagai salah satu faktor terhadap munculnya berbagai penyakit

Page 29: ridwan budisatria

29

seperti hiperkolesterol, diabetes, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan

kanker.Permasalahannya kelebihan komposisi lemak tubuh dan distribusi lemak dalam

tubuh sebagai ancaman terbesar dalam mempercepat penuaan (Goldman dan Klatz,

2007). Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan,

diantaranya teori radikal bebas, dan teori wear dan tear. Menurut teori radikal bebas,

suatu organisme menjadi tua karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel

sepanjang waktu. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh

radikal bebas tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel,

bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal

bebas adalah deoxy nucleic acid (DNA), lemak, dan protein (Goldman dan Klatz, 2007).

Sedangkan menurut teori wear dan tear, tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu

sering digunakan dan disalahgunakan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit

dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi

berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena

stres fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ, melainkan

juga terjadi di tingkat sel. Teori ini menyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat

dan pengobatan yang tidak terlambat dapat mengembalikan proses

penuaan.Mekanismenya dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel (Pangkahila, 2007).

2.2 Lipid

Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi

sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang

Page 30: ridwan budisatria

30

beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil

produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) sebagai

cadangan energi (Lichtenstein dan Jones, 2001). Lemak ditemukan pada banyak sel

dalam bentuk butir-butir lemak kecil.

Fungsi lemak adalah (Lichtenstein dan Jones, 2001) :

1. Sebagai penyusun struktur membran sel.

Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-

material.

2. Sebagai bantalan lemak.

Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa.

3. Sebagai kelenjar endokrin.

Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi

proses-proses biologis. Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi,

pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut

vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai

pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Heymsfield, 2001).

2.2.1 Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan

ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf

(Murray). Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh,

misalnya (Murray, 2009) :

Page 31: ridwan budisatria

31

1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.

2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak.

3. Untuk membuat vitamin D.

4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid atau

hormone yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot,

serta kekebalan tubuh.

Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan

oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi). Kolesterol

adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning

telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain. Kolesterol yang berasal dari

makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas, biasanya berbentuk kolesterol dengan

asam lemak atau sering disebut ester

kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat

pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray, 2009).

Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan berkembang

secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low Density Lipprotein).

Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima atau diserap oleh sel ada

batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan

kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan melayang-

layang dalam darah dengan resiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada

dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis (Sevanian

dkk., 2008).

Page 32: ridwan budisatria

32

2.2.2 Trigliserida

Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak

dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka

dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, dan

minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga

ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti

halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah .

Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99 persen trigliserida. Lemak

disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi,

enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam

lemak bebas serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Lichtenstein dan Jones,

2001).

2.2.3 Lipoprotein

Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam

plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam

plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks

makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan

fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein (dari kata Lipo=lemak, dan protein)

(Horowitz, 2001).

Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan

menjadi kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), Intermediate Density

Lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).

Page 33: ridwan budisatria

33

Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan

cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).

2.2.3.1 Kilomikron

Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati.

Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari trigliserida.

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya terdiri dari

trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang mengdanung trigliserida

dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester. Pada waktu mencapai darah,

kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada

permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat interaksi ini trigliserida

dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar untuk di

metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan

otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke hati (Metchinson dan Ball, 2005).

Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas, Apo

B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari

trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E ditransfer ke kilomikron

dari HDL sehingga membentuk kilomikron. Apo CII memediasi hidrolisis trigliserida

melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk kilomikron remnan yang kaya kolesterol

miskin trigliserida dan asam lemak bebas (Mahley dkk., 2003 ; Rader dan Hobbs,

2005).

Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E,

sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu,

Page 34: ridwan budisatria

34

disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu atau

membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs, 2005).

Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan untuk

disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energi atau digunakan kembali

di hepar untuk membentuk lipoprotein trigliserida (Mahley dkk., 2003 ; Rader dan

Hobbs, 2005).

2.2.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida endogen.

Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol.

Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai transpor

lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan bagian terbesar dari VLDL dan

ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005).

Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100. Trigliserida VLDL dihidrolisis

oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant (Mahley dkk., 2003).

VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau tetap dalam

sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh hepatik lipase

(HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005).

2.2.3.3 Low Density Lipoprotein (LDL)

Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan alat

transport kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari kolesterol total,

yang merupakan metabolit VLDL. Apolipoprotein utama LDL adalah Apo B100.

Page 35: ridwan budisatria

35

Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel

otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk

sintesis membran plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol

pada jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian proses

pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse cholesterol

transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Mayes

dan Botham, 2003).

Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol 60

persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam

makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. Bila

kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka

kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding

sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan resiko penumpukan atau pengendapan

kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya

aterosklerosis.

Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula

LDL tersebut menyusup ke dalam intima. LDL demikian disebut LDL kecil padat

(small dense LDL). Oleh karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat.

Ambilan LDL terjadi karena adanya reseptor LDL. LDL mengalami katabolisme

melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan

oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer

berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol

Page 36: ridwan budisatria

36

sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells)

yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005).

2.2.3.4 High Density Lipoprotein (HDL)

Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari jaringan

perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu

sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang.

Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida dan 50

persen protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki dan perempuan sampai

pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20 persen lebih rendah daripada

kadar pada perempuan.

Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap

sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL

penting untuk bersihan trigliserida dan kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme

ester kolesterol dalam plasma. Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan

insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis (Bahri, 2004).

Oleh karena itu, HDL disebut kolesterol baik. Mekanisme proteksi HDL

terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas. Kadar HDL menurun

pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian

kombinasi estrogen-progestin. HDL mengdanung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI

dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan

menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Metchinson

dan Ball, 2005).

Page 37: ridwan budisatria

37

Fungsi HDL antara lain adalah :

1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel

pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT

(Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDL-

remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.

2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron

remnan.

3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti

trombosis.

4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL. Inti HDL adalah kolesterol ester yang

dibentuk dalam sirkulasi melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer

dengan pertolongan enzim LCAT (Metchinson dan Ball, 2005).

Gambar 2.1 Kolesterol

Page 38: ridwan budisatria

38

2.2.4 Atherogenesis

Gambar 2.2 schema atherogenesis (Dikutip dari : Baynesh dan Dominiczak, 2005).

Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah

dalam pembuluh darah. Karena Rokok, hipertensi, Dislipidemia menyebabkan

kerusakan Endotolial sehingga LDL akan masuk dinding pembuluh darah melalui

lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu

intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding

pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat

karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup

ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang

Page 39: ridwan budisatria

39

teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan

dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan

masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang

dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag.

Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL

yang teroksidasi sempurna dimana Apo B 100 ikut rusak sehingga LDL dimakan habis-

habisan membuat makrofag berbuih-buih yang disebut sel busa (foam cell)

(Metchinson dan Ball, 2005).

Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan

yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan

penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL

akan teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah

yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan

membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam

lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi

sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh

darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh

darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah

sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah

ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan

aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005).

Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka

bisa terjadi infark. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner),

bisa terjadi serangan infark (Metchinson dan Ball, 2005).

Page 40: ridwan budisatria

40

Gambar 2.3 Aterosklerosis

(Dikutip dari: Deddy 2009).

2.3Transport Lipid

Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur

endogen (Lichtenstein dan Jones, 2001).

1. Jalur eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas

dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan

diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus. Di dalam

jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh

lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka

akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan.

Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam jaringan

lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan atau

dioksidasi menjadi energi. Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah

Page 41: ridwan budisatria

41

dihilangkan sebagian trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester

kolesterolnya tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi

dengan mekanisme endositosis oleh lisosom.

Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk

sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dan sebagainya),

disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi disekresi ke empedu (sebagai

kolesterol atau asam empedu) yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti

detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari

kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam

empedu. Kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh

lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya

telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.

2. Jalur endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen

dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi

oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan.

VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi IDL (Intermediate Density

Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati atau mengalami pemecahan lebih

lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati

dan mengalami katabolisme.

Page 42: ridwan budisatria

42

HDL tugasnya mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas

di dalam HDL diesterifikasi oleh enzim LCAT menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester

ini akan mengalami perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, sehingga dengan

demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari

perifer menuju hati, sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kdanung

empedu sebagai asam ( cairan ) empedu,sehingga penimbunan kolesterol di perifer

berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik (Depkes, 2001).

Gambar 2.4 Transport Lipid

Page 43: ridwan budisatria

43

Dikutip dari : Lichtenstein dan Jones, 2001.

2.4 Metabolisme Lipid

Lipid yang diabsorpsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hepar dan

jaringan adiposa, dibawa oleh darah ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk

digunakan sebagai sumber energi dan/atau disimpan sebagai cadangan lemak. Lipid

disimpan sebagai triasilgliserol (trigliserida) yang sebagian besar terdapat dalam

jaringan adiposa, dapat juga ditemukan dalam otot rangka dan plasma (Klein dan

Romijn, 2003 ; Mayes dan Botham, 2003).

Hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga

yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal

(vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.

Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka

diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel

epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk

menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut

kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan

bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah (Gordon, 2003).

Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa

(Methinson dan Ball, 2005). Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron

segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak

Page 44: ridwan budisatria

44

dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses

pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi.

Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk

dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis.

Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan

disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).

Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang

(Guyton dan Hall, 2006). Tidak semua asam lemak bebas yang dihasilkan melalui

lipolisis digunakan sebagai energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan

mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun hepar,

atau disimpan dalam trigliserida intramuskuler.

Bila laju reesterifikasi tidak mampu mengimbangi laju lipolitik, terjadi

peningkatan konsentrasi asam lemak bebas plasma, sehingga dapat menimbulkan

berbagai penyakit yang berhubungan dengan lipid. Asam lemak bebas yang digunakan

untuk energi diaktifkan oleh enzim asil-KoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam

mitokondria dan diubah oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) menjadi Asil-

KoA. Asil-KoA mengalami oksidasi β menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA masuk ke dalam

siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi.

Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat

mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai

trigliserida (Guyton dan Hall, 2006).

Page 45: ridwan budisatria

45

Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya

kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil

oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat,

hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis

metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian (Guyton dan Hall, 2006).

2.4.1 Biosintesis Kolesterol

Biosintesis kolesterol terjadi pada sel-sel eukaryota. Biosintesis kolesterol

dimulai dari perpindahan asetil-KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di

peroksisom (Guyton dan Hall, 2006).

Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu :

1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA).

2. Konversi HMG KoA menjadi mevalonat.

3. Konversi mevalonat menjadi suatu molekul isopren yaitu isopentil pirofosfat (IPP)

bersamaan dengan hilangnya CO2.

4. Konversi IPP menjadi squalene.

5. Konversi squalene menjadi kolesterol.

Dalam sintesis kolesterol dilibatkan sebanyak sepuluh macam enzim yaitu

asetoasetil-KoA (thiolase), HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat kinase,

fosfomevalonat kinase, fosfomevalonat dekarboksilase, isopentenilpirofosfat isomerase

Page 46: ridwan budisatria

46

(IPP isomerase), farnesil-pirofosfat transferase (FPP transferase), squalene sintase dan

squalene epoksidase (Guyton dan Hall, 2006).

Gambar 2.5 Sintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia

(Dikutip dari : Guyton dan Hall, 2006).

2.5 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan

(peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, kenaikan

Page 47: ridwan budisatria

47

kadar trigliserida serta penurunan kadar kolsterol HDL. Dislipidemia ini kemudian akan

berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit

kardiovaskuler (Brown dan Goldstein, 2001).

2.5.1 Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut Murphy

(2002) dan Forum Studi Aterosklerosis dan Penyakit Vaskuler Indonesia (1995) adalah

sebagai berikut : dalam hubungannya dengan Penyakit Jantung Koroner (Grundy,

2006):

1. Dislipidemia Primer

Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan

kadar lipid dalam darah.

2. Dislipidemia Sekunder

Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu

seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit

hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan porfiria akut intermiten.

Hipertrigliseridemia disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal

kronik, infark miokard, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan

kehamilan. Dan dislipidemia campuran yang dapat disebabkan oleh karena

hipotiroidisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, penyakit hati, dan akromegali.

Page 48: ridwan budisatria

48

2.5.2 Penyebab Dislipidemia

Penyebab dislipidemia (Grundy, 2006) :

1. Penyebab primer, yaitu faktor keturunan (genetik)

2. Penyebab sekunder, seperti:

a. Usia

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia.

b. Jenis kelamin

Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah

menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat.

c. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

d. Obesitas / kegemukan

e. Menu makanan yang mengdanung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin,

whole milk, es krim, keju, daging berlemak.

f. Kurang melakukan olah raga

g. Penggunaan alkohol

h. Merokok

i. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik

j. Gagal ginjal

k. Kelenjar tiroid yang kurang aktif.

Page 49: ridwan budisatria

49

l. Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen,

pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu).

Berdasarkan rekomendasi yang berasal dari NECP (National Cholesterol

Education Program), Amerika Serikat untuk menghindari terjadinya PKV, seseorang

dianjurkan untuk memiliki kadar trigliserida kurang dari 200 mg/100 ml, kolesterol total

kurang dari 200 mg/100 ml, kolesterol LDL kurang dari 130 mg/100 ml, dan kolesterol

HDL lebih dari 45 mg/100 ml darah (NECP ATP III, 2000).

2.5.3 Penanganan Dislipidemia

Penanganan dislipidemia dibagi 2 yaitu (Grundy, 2006) :

A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan :

1. Melakukan terapi diet.

Terapi diet bertujuan untuk menurunkan intake lemak total, asam lemak jenuh,

dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan yang diinginkan. Diet

kolesterol dan asam lemak jenuh memicu penurunan pengeluaran LDL di hati.

2. Memperbaiki gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change).

Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan

asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang

berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol

serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan

peningkatan aktivitas fisik.

Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia,

kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara bawaan/genetik

Page 50: ridwan budisatria

50

mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan

yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan

terapi dengan obat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006).

B. Terapi Farmakologi

Obat antidislipidemik adalah obat yang ditujukan untuk

menurunkan/meningkatkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian obat

antidislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan

terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsive (Illingworth, 2003).

Obat antidislipidemik yang beredar di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:

1. Asam Fibrat

Obat antidislipidemik yang termasuk golongan asam fibrat adalah : Gemfibrozil,

Fenofibrate dan Ciprofibrate.

Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma,

sehinggaproduksi VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun. Gemfibrozil

meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase sehingga bersihan partikel kaya trigliserid

meningkat. Kadar kolesterol HDL juga meningkat pada pemberian Gemfibrozil. Fibrate

menurunkan produksi LDL dan meningkatkan kadar HDL.

LDL ditumpuk di arteri sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung,

sedangkan HDL memproteksi arteri atas penumpukan itu. Fibrate juga menurunkan

produksi dan meningkatkan pemecahan trigliserida. Efek samping : karena tidak

diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi (Illingworth, 2003).

Page 51: ridwan budisatria

51

2. Resin

Obat antidislipidemik yang termasuk golongan resin adalah : Kolestiramin

(Chlolestyramine), Kolestipol. Obat antidislipidemik ini bekerja dengan cara mengikat

asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah.

Kolestiramin menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara menurunkan LDL.

Penurunan kadar LDL biasanya nyata setelah 4-7 hari dan mencapai 90 persen efek

maksimal dalam 2 minggu terapi. Efek obat tergantung besarnya dosis, tetapi banyak

pasien tidak tahan karena efek sampingnya pada saluran cerna. Efek samping : karena

tidak diabsorbsi maka dapat timbul kembung, mual, dan konstipasi (Best, 2007).

3. Penghambat HMG-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril Ko - Enzim A

Reduktase Inhibitor).

Obat antidislipidemik yang termasuk golongan ini adalah : Pravastatin,

Simvastatin, Rosavastatin, Fluvastatin, Atorvastatin. Golongan ini menghambat

pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim HMG-KoA Reduktase

yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, suatu molekul kecil yang

digunakan untuk mensintesa kolesterol dan derivat mevalonat. Selain itu meningkatkan

pembuangan LDL dari aliran darah. Golongan ini dapat menurunkan kolesterol total dan

LDL, juga meningkatkan HDL. Efek samping : miositis, test fungsi hati meningkat,

diare (Grag dan Grundy, 2001).

4. Asam nikotinat

Page 52: ridwan budisatria

52

Asam nikotinat (nicotinic acid) atau Niasin / vitamin B3 larut dalam air. Dengan

dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL dalam darah untuk

mencegah serangan jantung. Efek samping : flushing akibat pengaruh prostaglandin,

kadang-kadang gastritis, ulkus peptikum, hiperurisemia, hiperglikemia, test fungsi hati

meningkat (Best, 2007).

5. Ezetimibe

Ezetimibe dapat menurunkan kolesterol total dan LDL juga meningkatkan HDL.

Ezetimibe bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus Ezetimibe

dapat digunakan sendiri jika antidislipidemik lain tidak bisa ditoleransi tubuh atau

dikombinasi dengan golongan statin (penghambat HMG-KoA reduktase) jika golongan

statin tidak dapat menurunkan kadar lipid darah sendirian (Best, 2007).

2.6 Phentermine

Phentermine hydrochloride, USP mempunyai nama kimia :

α, α-Dimethylphenethylamine hydrochloride. Formula structural nya adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.6. Stuktur Kimia Phentermine

Page 53: ridwan budisatria

53

Phentermine hydrochloride ialah bubuk berwarna putih, tidak berbau,

higroskopik, kristal dimana larut dalam air dan alkohol kadar rendah, masih bisa larut

dalam kloroform dan tidak larut dalam lainnya (Rothman dkk., 2000).

Phentermine hydrochloride, penahan nafsu makan dan pembakar lemak yang

diminum, tersedia dalam bentuk tablet / capsul berisi 37,5 mg Phentermine

hydrochloride (equivalent to 30 mg of Phentermine base).

Phentermine hydrochloride tablet/ capsul berisi bahan bahan yang tidak aktif ;

corn starch, FD&C Blue #1, lactose monohydrate, magnesium stearate, povidone,

pregelatinized starch, stearic acid dan sucrose.

2.6.1 Mekanisme kerja phentermine

Phentermine bekerja pada bagian hipothalamus di otak untuk melepaskan

norepinephrine, suatu neurotransmitter atau messenger kimia yang memberi signal

fight-or-flight respon. Di luar otak phentermine merangsang pelepasan epinephrine atau

adrenaline di Glandula Suprarenalis yang meyebabkan sel-sel lemak pecah dari

timbunannya (Samanin dkk., 2002).

Reaksi “Fight or Flight” ini adalah suatu mekanisme bertahan tubuh dari situasi

bahaya dan stress. Reaksi ini menonaktifkan fungsi-fungsi tubuh yang yang tidak

penting pada waktu itu dan mengaktifkan fungsi-fungsi yang penting untuk bertahan

(Samanin dkk., 2002) :

Page 54: ridwan budisatria

54

Meningkatkan aktivitas fisik dan kekuatan otot.

Menurunkan nafsu makan (Noradrenaline meningkatkan kadar gula darah dan

otak berpikir sudah kenyang).

Melambatkan sistem pencernaan

Gambar 2.7. Hypothalamus

2.6.2 Phentermine dan profil lipid

Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasilgliserol) di jaringan adipose akan

menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar

meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar

sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin

dengan merangsang serin fosforilase dari reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga

menggagalkan pengenalan insulin yang disebut Insulin Resistance (Kersshaw dan Flier,

2004).

Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein

lipase, sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah

Page 55: ridwan budisatria

55

meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida,

sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke

hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi

hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP

(Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan menukarkan trigliserida dari VLDL,

ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terjadi

VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan LDL menjadi kaya akan trigliserida

atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan

diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma,

melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol

transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun (Barzilai dan Rudin, 2005).

ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga

mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar

HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi

small dense LDL (Shulman, 2000).

Gambar 2.8 Resistensi Insulin dan Dislipidemia

(Dikutip dari : Shulman, 2000).

Page 56: ridwan budisatria

56

Phentermine merangsang pengeluaran epinephrine lalu Ikatan epinephrine

dengan resptor β-Adrenergik akan meningkatkan lipolisis jaringan, sehingga akan

meningkatkan oksidasi asam lemak pada hepar, menghambat sintesis kolesterol oleh sel

hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan

meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta

menghambat aktivitas CETP.

2.7 Dislipidemia dan Proses Penuaan

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan,

yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada

dasarnya berbagai factor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor

eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormone yang berkurang, proses

glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun. Faktor eksternal yang

utama ialah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress dan

kemiskinan (Pangkahila, 2007).

Dislipidemia dapat dikatakan merupakan salah satu 56nsure yang dapat

mempercepat proses penuaan, yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat

termasuk pola makan, menyebabkan asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan

aktivitas fisik makin berkurang (sedentary lifestyle), sehingga akan menyebabkan

gangguan kadar lemak dalam darah, yang kemudian berdampak pada terjadinya

aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan

merupakan penyebab kematian yang utama (Brown dan Goldstein, 2001).

2.8 Peranan Phentermine Dalam Anti Aging Medicine

Kita mengetahui dalam keadaan dislipidemia proses penuaan dipercepat, dan dalam

upaya mengatasi dislipidemia banyak sekali obat-obatan yang dapat kita gunakan.

Dalam penggunaan obat-obatan kita harus selektif dalam memilih obat sehingga tidak

Page 57: ridwan budisatria

57

terjadi multidrugs terapi yang merugikan penderita baik dari segi kesehatan dan

ekonomi. Karena phentermine mempunyai manfaat cukup baik yaitu menahan nafsu

makan bekerja secara sentral dan bekerja di luar sentral dengan merangsang adrenal

mengeluarkan epinephrine yang dapat memperbaiki profil lipid disamping harus disertai

perubahan pola hidup sehingga angka kematian karena penyakit kardiovaskuler dapat

dikurangi (James dkk., 2010). Hal ini dapat disimpulkan bahwa phentermine merupakan

upaya anti-aging medicine dalam mencegah, menghambat atau bahkan memperlambat

proses penuaan.

Page 58: ridwan budisatria

58

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 KERANGKA BERPIKIR

Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadinya kadar kolesterol yang tinggi

dalam darah. Keadaan ini bukanlah penyakit, tetapi lebih tepat disebut sebagai

kekacauan metabolik yang mungkin adalah akibat sekunder dari beberapa macam

penyakit dan dapat berperan serta dalam terjadinya berbagai macam penyakit, terutama

penyakit kardiovaskular.

Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh berbagai macan faktor

terutama dipengaruhi oleh faktor eksogen yang meliputi pola makan, aktvitas fisik, gaya

hidup, supplementasi, obat-obatan, sedang faktor endogen yaitu fisiologi, hormonal,

familial genetik, stres, status gizi, umur, dan lain-lain.

Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,

trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat

unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Sedangkan

karbohidrat oleh hati diubah menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida,

trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein

(VLDL). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi

IDL (Intermediate Density Lipoprotein). IDL melalui serangkaian proses akan berubah

menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. LDL bertugas

menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan

dilepaskan ke dalam darah, dimana pembuluh darah akan berikatan dengan HDL (High

Density Lipoprotein). HDL bertugas membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh.

Phentermine adalah senyawa kimia yang bekerja pada bagian hipothalamus di

otak untuk melepaskan norepinephrine, suatu neurotransmitter atau messenger kimia

yang memberi signal fight-or-flight respon. Di luar otak phentermine merangsang

kelenjar medula adrenal melepaskan epinephrine atau adrenaline yang menyebabkan

Page 59: ridwan budisatria

59

sel-sel lemak pecah dari timbunannya. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan

efektivitas phentermine dalam membantu penurunan profil lipid.

3.2 KERANGKA KONSEP

Gambar 3.1 Kerangka konsep

Faktor Internal

Genetic Psikis Hormonal Metabolisme tubuh

Faktor External

Aktivitas Diet

Phentermine 0,18 mg

Tikus yang Dislipidemia

Kadar kolesterol total Kadar kolesterol LDL Kadar trigliserida Kadar kolestrol HDL

Page 60: ridwan budisatria

60

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut

1. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah

tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

2. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah

tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

3. Pemberian phentermine mgoral dapat menurunkan kadar trigliserida darah

tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

4. Pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah

tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

Page 61: ridwan budisatria

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre-test

post-test control group design (Pocock, 2008). Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut :

P0

O1 O2

R R

P1

O3 O4

Gambar 4.1 Bagan rancangan penelitian

Keterangan : P = populasi S = sampel R = rdanom O1 = Data sebelum perlakuan pada kelompok kontrol ( pretest). O2 = Data sesudah perlakuan pada kelompok kontrol (posttest). O3 = Data sebelum perlakuan pada kelompok uji I (pretest). O4 = Data sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I (posttest).

P0 = Perlakuan pada kelompok kontrol dengan plasebo yang berupa aquadest P2 = Perlakuan dengan phentermine 0,18 mg/200gr bb/ hari.

P S

41

Page 62: ridwan budisatria

62

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Unud.

b. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan dalam waktu 60 hari dengan perincian sebagai berikut :

1. Sepuluh hari untuk adaptasi

2. Tigapuluh hari pemberian makanan tinggi kolesterol lalu pemeriksaan profil lipid

(pretest).

3. Empat belas hari untuk pemberian makanan tinggi kolesterol+ placebo / phentermine.

4. Enam hari untuk pemeriksaan profil lipid, analisis data dan penyusunan laporan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Tikus putih jantan (Ratus Norvegicus) Galur Wistar berumur 3 – 4 bulan, berat

180 - 200 gram.

4.3.2 Kriteria Subyek :

4.3.2.1 kriteria penerimaan :

1. Tikus putih jantan (Ratus Norvegicus) Galur Wistar yang Dislipidemia

2 .Umur 3 – 4 bulan.

3. Berat tikus 180 - 200 gram.

4.3.2.2 kriteria drop out subyek penelitian :

1. Tikus mati ketika sedang penelitian.

Page 63: ridwan budisatria

63

4.4. Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel

4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) :

2 σ2

n = ----------------- X ƒ (α,β )

(μ2 - μ1)2

Keterangan :

n = Besar sampel

μ2 = Rerata hasil pada kelompok perlakuan

μ1 = Rerata hasil pada kelompok kontrol

σ = Simpangan baku kontrol

ƒ (α,β) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock

Berdasarkan data penelitian yang sudah ada diperoleh data (Murillo, 1992) :

1. Untuk kolesterol HDL :

Rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol = 42,6 dan simpangan baku

kontrol = 7,8 Rerata kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan = 57

2(7,8)2

n = __________ x 10,5

(57-42,6)2

= 6,1 dibulatkan menjadi 7 ekor

Page 64: ridwan budisatria

64

2. Untuk kolesterol LDL :

Rerata kadar kolesterol LDL kelompok kontrol = 12,5 dan simpangan baku

kontrol = 1,6 Rerata kadar kolesterol LDL kelompok perlakuan = 9,6

2(1,6)2

n = ___________ x 10,5

(9,6-12,5)2

= 7,3 dibulatkan menjadi 8 ekor

Pada penelitian digunakan sampel yang lebih besar yaitu 8 ekor, dan untuk

cadangan bila terjadi kematian saat dilakukan penelitian, maka jumlah sample ditambah

minimal 20 persen, sehingga masing-masing kelompok 12 ekor.

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel

Diambil 24 ekor tikus putih jantan (Ratus Norvegicus) Galur Wistar yang

Dislipidemia yang berumur 3 – 4 bulan dengan berat 180 - 200 gram, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kelompok secara random.

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas

b. Variabel tergantung

c. Variabel kendali

Page 65: ridwan budisatria

65

4.5.2 Klasifikasi Variabel

a. Variabel bebas : Phentermine

b. Variabel tergantung : kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

kolesterol HDL, trigliserida darah tikus putih jantan (albino rat).

c. Variabel Kendali : jenis kelamin tikus, makanan, temparatur ruangan.

4.5.3 Definisi Operasional Variabel

a. Phentermine merupakan obat yang bekerja di otak dan di medula adrenal

untuk merangsang adrenalin sehingga dapat menurunkan profil lipid. Dosis

Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah dosis yang diberikan setiap hari

selama 14 hari merupakan konversi dari manusia ke tikus.

b. Kolesterol total adalah kadar lemak yang terdapat di dalam sel tubuh manusia

dan hewan, terutama sel saraf dan otak, mempunyai peranan penting dalam

pengangkutan lemak dan pembuatan hormon.

Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.

Diambil dari darah vena suborbita. Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dl

c. Kolesterol LDL adalah kadar suatu lipoprotein.

Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.

Diambil dari darah vena suborbita. Kadar normal pada tikus : 20,39 mg/dl.

d. Kolesterol HDL adalah kadar suatu lipoprotein.

Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudah perlakuan.

Diambil dari darah vena suborbita. Kadar normal pada tikus : 82,47 mg/dl.

Page 66: ridwan budisatria

66

e. Trigliserida adalah kadar lemak netral untuk disimpan dalam sel lemak.

Diukur dengan metode GOD PAP. Diukur sebelum dan sesudahperlakuan.

Diambil dari darah medial cantus sinus orbitalis. Kadar normal pada tikus :

69,63 mg/dl.

f. Profil lipid adalah kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan

trigliserida darah.

g. Plasebo adalah cairan yang terdiri dari aquabidest yang diberikan pada

kelompok kontrol dengan jumlah yang sama dengan jumlah cc phentermine.

Diberikan 1x sehari selama 14 hari, dengan memakai sonde.

h. Tikus putih jantan adalah hewan percobaan yang berupa tikus (Ratus

Norvegicus) Galur Wistar berat badan 180-200 gr, umur 3-4 bulan.

i. Makanan tinggi kolesterol adalah makanan yang terdiri dari kolesterol 1%,

kuning telur 5%, lemak babi 10%, minyak goreng 1%, makanan standar

sampai 100% + air minum matang yang diberi propiltiourasil 0,01%.

j. Dislipidemia adalah kadar kolestrol total > 200 mg /dl / berat badan lebih dari

20%

4.6 Bahan Penelitian

1. Phentermine 0,18 mg

2. Aquabidest

3. Makanan tinggi kolesterol yang terdiri dari (Pengembangan dan

Pemanfaatan Obat Bahan Alam, 1991) :

Page 67: ridwan budisatria

67

a. Kolesterol 1 %

b. Kuning telur 5 %

c. Lemak babi 10 %

d. Minyak goreng 1 %

e. Makanan stdanar sampai 100 %

5. Dipersiapkan juga air minum yang matang dan yang diberi

propiltiourasil 0,01 %.

6. Sonde

4.7 Prosedur Penelitian

1. Dipilih 24 ekor tikus putih jantan jenis Ratus (albino rat) yang berumur 3 – 4

bulan dengan berat sekitar 180 - 200 gram.

2. Tikus diadaptasikan selama kurang lebih 10 hari

3. Setelah adaptasi kemudian diberi makanan tinggi kolesterol selama 30 hari.

3. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm.

4. Lalu diukur kadar profil lipid darahnya sebagai data pretest yang sebelum

diukur dipuasakan dahulu, yang Dislipidemia dipakai sebagai sample.

5. Tikus dibagi menjadi 2 kelompok secara random.

6. Diberikan perlakuan :

a. P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi plasebo yang

berupa aquadest selama 14 hari.

Page 68: ridwan budisatria

68

b. P1 : Perlakuan pada kelompok perlakuan I yang diberi phentermine

0,18 mg/200gr bb/ hari melalui sonde selama 14 hari.

7. Setelah 14 hari ketiga kelompok tikus diperiksa kembali kadar kolesterol total,

kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida dalam darah sebagai data

posttest.

8. Pengambilan darah sebanyak 1 cc melalui medial cantus sinus orbitalis dan di

sentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Serum yang didapat

disimpan dalam suhu -21 derajat Celcius

Page 69: ridwan budisatria

69

4.8 Alur Penelitian

Bagan 4.2 Alur Penelitian

Yang Kolesterol >200mg/dl dipakai sampel

Kelompok Pelakuan Kelompok kontrol

Phentermine 0,18/14 hari mg

Placebo 14 hari

Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida

Tikus jantan (Albino rat)

Adaptasi 10 hari lalu diberi makanan tinggi kolesterol 30 hari

Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida Pretest

ANALISIS DATA

Post test

L A P O R A N

Page 70: ridwan budisatria

70

4.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif.

Semua data dianalisis secara deskriptif.

2. Uji Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk. Di dapat data berdistribusi normal

(p> 0,05)

3. Uji Homogenitas.

Data diuji homogenitas karena terdapat dua kelompok sampel. Uji

homogenitas dilakukan dengan homogenity of variance test dengan Levene’s

Test (Uji F). di dapat varian data homogen ( p > 0.05 )

4. Uji komparasi.

Karena data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan

Uji t-independent antar kelompok

5. Uji Efek Perlakuan

Untuk menguji perbaikan profil lipid pada kelompok Pretest dan Postest

digunakan uji t-Paired.

6. Dalam analisis data, digunakan tingkat kepercayaan 95%

Pengambilan Keputusan : Jika p < 0,05 maka Ho ditolak

Taraf kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95% (α = 0,05). Ho ditolak

jika p < 0,05.

7. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows.

Page 71: ridwan budisatria

71

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 24 tikus putih jantan jenis Wistar

(albino rat) dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok

masing-masing berjumlah 12 ekor tikus, yaitu kelompk kontrol (placebo dengan

aquadest) dan kelompok phentermine 0,18 mg/ 200 gr bb/hari . Dalam pembahasan ini

akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek

perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida baik sebelum perlakuan

maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal

(p>0,05), disajikan pada Lampiran 1.

5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida antar kelompok baik

sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan

menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05),

disajikan pada Lampiran 2.

51

Page 72: ridwan budisatria

72

5.3 Kolesterol Total

5.3.1 Uji komparabilitas

Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata kolesterol total antara

kelompok control dengan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan

dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Pretest

Kelompok Subjek n Rerata

Kolesterol Total mg/dl

SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

213,37

213,85

6,22

8,02 0,164 0,872

Tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol

adalah 213,376,22 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200 gr bb/hari adalah

213,858,02. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai

t = 0,164 dan nilai p = 0,872. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata

kolesterol totalnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).

Page 73: ridwan budisatria

73

5.3.2 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol total antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa phentermine. Hasil analisis kemaknaan dengan uji

t-independent disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2

Rerata Kolesterol Total antar kelompok Postest

Kelompok Subjek n Rerata

Kolesterol Total mg/dl

SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

216,14

133,53

5,49

6,02 35,13 0,001

Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol

adalah 216,145,49 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah

133,536,02. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t

= 35,13 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada kedua

kelompok Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).

Page 74: ridwan budisatria

74

Gambar 5.1 Grafik Penurunan Kolesterol Total setelah Pemberian phentermine dalam mg/dl

Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan

dosis 0,18 mg/200gr bb/hari dapat menurunkan kolesterol total dibandingkan dengan

Kontrol.

5.4 Trigeliserida

5.4.1 Uji komparabilitas

Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata trigeliserida antara kelompok

control dngan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-

independent disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Kontrol Phentermine

Pre

Post

Page 75: ridwan budisatria

75

Tabel 5.3 Rerata Trigeliserida antar Kelompok Pretest

Kelompok Subjek n Rerata

Trigeliserida mg/dl

SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

111,40

115,08

3,14

7,30 1,602 0,123

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigeliserida kelompok kontrol

adalah 111,403,14 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah

115,087,30. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai

t = 1,602 dan nilai p = 0,123. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata

trigeliseridanya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).

5.4.2 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata trigeliserida antar kelompok

Postest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4

berikut.

Page 76: ridwan budisatria

76

Tabel 5.4 Rerata Trigeliserida antar kelompok Postest

Kelompok Subjek n Rerata

Trigeliserida mg/dl

SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

113,63

78,69

3,09

5,02 20,53 0,001

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigeliserida kelompok kontrol

adalah 113,633,09 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah

78,695,02. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t

= 20,53 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata trigeliserida pada kedua

kelompok Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).

Gambar 5.2 Grafik Penurunan Trigeliserida setelah Pemberian phentermine

dalam mg/dl

Gambar 5.2 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan

dosis 0,18 mg dapat menurunkan trigeliserida dibandingkan dengan Kontrol.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Kontrol Phentermine

Pre

Post

Page 77: ridwan budisatria

77

5.5 HDL

5.5.1 Uji komparabilitas

Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata HDL antara kelompok control

dengan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Rerata HDL antar Kelompok Pretest

Kelompok Subjek n Rerata HDL mg/dl SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

51,35

50,97

2,82

3,01 0,318 0,753

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata HDL kelompok kontrol adalah

51,352,82 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah 50,973,01.

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,318 dan

nilai p = 0,753. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata HDLnya tidak

berbeda secara bermakna (p > 0,05).

5.5.2 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata HDL antar kelompok Postest.

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.6 berikut.

Page 78: ridwan budisatria

78

Tabel 5.6 Rerata HDL antar kelompok Postest

Kelompok Subjek n Rerata HDL mg/dl SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

49,78

78,21

2,65

5,01 17,36 0,001

Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata HDL kelompok kontrol adalah

49,782,65 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah

78,215,01. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t

= 17,36 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata HDL pada kedua kelompok

Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).

Gambar 5.3 Grafik Penurunan HDL setelah Pemberian phentermine dalam mg/dl

Gambar 5.3 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan

dosis 0,18 mg dapat meningkatkan HDL dibandingkan dengan kontrol.

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00

Kontrol Phentermine

Pre

Post

Page 79: ridwan budisatria

79

5.6 LDL

5.6.1 Uji komparabilitas

Dalam uji komparabilitas ini dibandingkan rerata LDL antara kelompok control

dengan kelompok perlakuan Pretest. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Rerata LDL antar Kelompok Pretest

Kelompok Subjek n Rerata LDL mg/dl SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

140,79

139,33

7,56

7,40 0,476 0,639

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata LDL kelompok kontrol adalah

140,797,56 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah

139,337,40. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai

t = 0,476 dan nilai p = 0,639. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok Pretest rerata

LDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).

5.6.2 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata LDL antar kelompok Postest.

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Page 80: ridwan budisatria

80

Tabel 5.8 Rerata LDL antar kelompok Postest

Kelompok Subjek n Rerata LDL mg/dl SB t p

Kontrol

Phentermine

12

12

143,62

39,59

5,67

2,76 63,03 0,001

Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata LDL kelompok kontrol adalah

143,625,67 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari adalah

39,592,76. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t

= 63,03 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata LDL pada kedua kelompok

Postest berbeda secara bermakna (p<0,05).

Gambar 5.4 Grafik Penurunan LDL setelah Pemberian phentermine dalam mg/dl

Gambar 5.4 di atas menggambarkan bahwa pemberian phentermine dengan

dosis 0,18 mg dapat menurunkan LDL dibandingkan dengan Kontrol.

0.0020.0040.0060.0080.00

100.00120.00140.00160.00

Kontrol Phentermine

Pre

Post

Page 81: ridwan budisatria

81

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pada kelompok Phentermine 0,18

mg/200gr/hari terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 213,858,02 menjadi

133,536,02 atau sebesar 37,56 persen, penurunan kadar kolesterol LDL dari

139,337,40 menjadi 39,592,76 atau sebesar 71,59 persen, penurunan kadar

trigliserida dari 115,087,30 menjadi 78,695,02 atau sebesar 31,63 persen, serta

peningkatan kadar kolesterol HDL dari 50,973,01 menjadi 78,215,01 atau sebesar

34,83 persen Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid darah tikus putih jantan

dislipidemia secara bermakna pada kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari

(p < 0,05).

Page 82: ridwan budisatria

82

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.1. Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian phentermine per oral terhadap perbaikan profil lipid

darah tikus putih jantan (albino rat) yang dislipidemia, maka dilakukan penelitian pada

tikus putih jantan sehat yang diberikan diet tinggi kolesterol sehingga terjadi

dislipidemia, kemudian diberikan phentermine per oral.

Untuk terjadinya dislipidemia, hewan coba diberi diet tinggi kolesterol + air minum

matang yang diberi propiltiourasil 0,01%. Pemberian propiltiourasil dimaksudkan untuk

menghambat sintesis hormon tiroksin pada kelenjar tiroid, sehingga menghambat laju

metabolisme (Cooper, 2005). Dosis phentermine yang digunakan adalah 0,18

mg/200gr/hari. Dosis 0,18mg/200gr/hari berdasarkan dosis konversi manusia ke tikus.

Sebagai hewan coba digunakan tikus putih jantan sehat berumur 3-4 bulan,

dengan berat badan 180-200 gram. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini

berjumlah 24 ekor, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol P0 (aquadest)

dan kelompok P1 (phentermine 0,18 mg/200gr bb/hari). Penelitian dilakukan selama 60

hari, 10 hari adaptasi lalu 30 hari diberikan makanan tinggi kolesterol, kemudian

dilakukan pemeriksaan profil lipid sebagai pretest dan yang Dislipidemia diambil

sebagai sampel yang dilanjutkan dengan pemberian makanan tinggi kolesterol +

phentermine, selama 2 minggu berikutnya.

62

Page 83: ridwan budisatria

83

Pengambilan waktu 2 minggu didasarkan atas bahwa dalam waktu 2 minggu

telah terjadi perubahan profil lipid yang signifikan (Murillo, 1992; Trimeks, 2003), juga

berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis, bahwa didapatkan

perubahan profil lipid yang signifikan dalam waktu dua minggu.

6.2 Diet Tinggi Kolesterol Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia

Dislipidemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain asupan lemak

yang tinggi. Menurut Diet-Heart hypotesis asupan tinggi lemak, kolesterol, dan asupan

rendah lemak tidak jenuh akan meningkatkan kadar total kolesterol (Willett, 2001).

Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar peluangnya untuk

menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Peningkatan

asupan lemak jenuh berhubungan dengan tingginya total kolesterol dan kematian akibat

PKV (Kromhout dkk., 2002). Lemak tak jenuh tunggal dapat membantu munurunkan

kadar kolesterol LDL dan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam darah

(De Lorgeril dkk., 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi kolesterol selama

tiga puluh hari terjadi kenaikan kadar kolesterol total menjadi 213,61 mg/dl, kadar

kolesterol LDL menjadi 140,06 mg/dl, kadar trigliserida menjadi 113,24 mg/dl, dan

penurunan kadar kolesterol HDL menjadi 51,16 mg/dl. Hal ini disebabkan karena diet

tinggi lemak akan menstimulasi pelepasan TNF-α. Kadarnya yang meningkat akan

menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar

meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar

sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin

Page 84: ridwan budisatria

84

(Kersshaw and Flier, 2004 ; Barzilai and Rudin, 2005). Resistensi insulin pada adiposit

dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL

menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin

dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan

masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang

sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan

meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan

menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada

HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan

LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida

(TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini

segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL

untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun.LDL

kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL(Shulman, 2000).

6.3 Dislipidemia Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempercepat Penuaan

Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan,

yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada

dasarnya berbagai faktor itu dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal

(Pangkahila, 2007). Dislipidemia dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat

mempercepat proses penuaan. Dislipidemia ini akan menyebabkan aterosklerosis dan

selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (PKV) yang merupakan

penyebab kematian utama ( Isser dkk., (2001) menemukan bahwa kenaikan secara

Page 85: ridwan budisatria

85

signifikan kadar trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kadar kolesterol HDL

terdapat pada semua pasien PKV. Di Indonesia, angka kejadian dislipidemia pada

penelitian MONICA (Multinational Monitoring of Trends Determinants in

Cardiovascular Diseases) I didapatkan meningkat menjadi 16,2 persen untuk wanita

dan 14 persen pria (Bahri, 2004). Angka kejadian PKV juga cenderung semakin

meningkat. Hasil Sensus Kesehatan Masyarakat 2001 menunjukkan angka kejadian

PKV meningkat menjadi 26,4 persen (Departemen Kesehatan, 2001).

6.4 Phentermine Memperbaiki Profil Lipid

Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan

homogenitas (Levene’s test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-masing

kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).

Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol antara kedua

kelompok menggunakan uji t-independent. Rerata kolesterol total kelompok kontrol

adalah 213,376,22 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah

213,858,02. Rerata trigeliserida kelompok kontrol adalah 111,403,14 dan rerata

kelompok phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 115,087,30. Rerata HDL kelompok

kontrol adalah 51,352,82 dan rerata kelompok phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah

50,973,01. Rerata LDL kelompok kontrol adalah 140,797,56 dan rerata kelompok

phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 139,337,40. Uji perbandingan pre test antara

kedua kelompok dengan t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

Page 86: ridwan budisatria

86

perlakuan P1 ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid pada kedua kelompok adalah

sama atau dengan kata lain kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan profil

lipidnya tidak berbeda (p > 0,05).

Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan phentermine

antara kedua kelompok menggunakan t-independent. Rerata kolesterol total kelompok

kontrol adalah 216,145,49 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr/hari

adalah 133,536,02. Rerata trigeliserida kelompok kontrol adalah 113,633,09 dan

rerata kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 78,695,02. Rerata HDL

kelompok kontrol adalah 49,782,65 dan rerata kelompok Phentermine 0,18 mg adalah

78,215,01. Rerata LDL kelompok kontrol adalah 143,625,67 dan rerata kelompok

Phentermine 0,18 mg/200gr/hari adalah 39,592,76. Uji perbandingan post test antara

kedua kelompok dengan t-independent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan P1. Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid secara bermakna pada

kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa phentermine per oral selama 2

minggu (p < 0,05).

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pada kelompok Phentermine 0,18

mg/200gr/hari terdapat penurunan kadar kolesterol total dari 213,858,02 menjadi

133,536,02 atau sebesar 37,56 persen, penurunan kadar kolesterol LDL dari

139,337,40 menjadi 39,592,76 atau sebesar 71,59 persen, penurunan kadar

trigliserida dari 115,087,30 menjadi 78,695,02 atau sebesar 31,63 persen, serta

peningkatan kadar kolesterol HDL dari 50,973,01 menjadi 78,215,01 atau sebesar

Page 87: ridwan budisatria

87

34,83 persen Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan profil lipid darah tikus putih jantan

dislipidemia secara bermakna pada kelompok Phentermine 0,18 mg/200gr/hari

(p < 0,05). Hal ini membuktikan bahwa perbedaan terjadi akibat perlakuan.

Hal ini disebabkan karena Phentermine merupakan satu obat penahan nafsu

makan yang bekerja di central (otak) dan juga bersifat termogenik serta dapat membakar

lemak yang menimbun (Baumann dkk, 2000). Mengingat fungsinya sebagai penahan

nafsu makan maka Phentermine mampu menahan agar tidak terlalu sering makan.

Phentermine bekerja pada bagian hipothalamus di otak untuk melepaskan

norepinephrine, suatu neurotransmitter atau messenger kimia yang memberi signal

fight-or-flight respon. Di luar otak phentermine juga bekerja melepaskan epinephrine

atau adrenaline yang meyebabkan sel-sel lemak pecah dari timbunannya (Samanin dkk,

2002).

6.5 Manfaat Phentermine terhadap Perbaikan Profil Lipid Darah

Diet tinggi lemak dan kelebihan TAG (triasilgliserol) di jaringan adipose akan

menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam hepar

meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar

sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin

dengan merangsang serin fosforilase dari reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga

menggagalkan pengenalan insulin (Kersshaw dan Flier, 2004). Resistensi insulin pada

adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL

menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin

dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan

Page 88: ridwan budisatria

88

masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang

sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan

meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan

menukarkan trigliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada

HDL dan LDL, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL dan

LDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida

(TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini

segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL

untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun

(Barzilai dan Rudin, 2005).

ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga

mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar

HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi

small dense LDL (Shulman, 2000). Phentermine akan merangsang pengeluaran

epinephrine lalu ikatan epinephrine dengan resptor β-Adrenergik akan meningkatkan

lipolisis jaringan adiposa, sehingga akan meningkatkan oksidasi asam lemak pada

hepar, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas

insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim

lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP.

Disadari bahwa dalam keadaan dislipidemia proses penuaan dipercepat, dan dalam

upaya mengatasi dislipidemia banyak sekali obat-obatan yang dapat digunakan. Dalam

penggunaan obat-obatan diharapkan selektif dalam memilih obat sehingga tidak terjadi

Page 89: ridwan budisatria

89

multidrugs terapi yang merugikan penderita baik dari segi kesehatan dan ekonomi.

Karena phentermine mempunyai manfaat cukup baik yaitu menahan nafsu makan

bekerja secara sentral dan bekerja di luar sentral dengan merangsang adrenal

mengeluarkan epinephrine yang dapat memperbaiki profil lipid disamping harus disertai

perubahan pola hidup sehingga angka kematian karena penyakit kardiovaskuler dapat

dikurangi (James dkk, 2010). Hal ini dapat disimpulkan bahwa phentermine merupakan

upaya anti-aging medicine dalam mencegah, menghambat atau bahkan memperlambat

proses penuaan.

Page 90: ridwan budisatria

90

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian Phentermine 0,18 mg/200gr/hari pada

Tikus putih jantan Galur Wistar (Ratus Norvegicus) yang Dislipidemia selama 2

minggu didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol total darah

tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

2. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah

tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

3. Pemberian phentermine oral dapat menurunkan kadar trigliserida darah tikus

putih jantan (albino rat) dislipidemia.

4. Pemberian phentermine oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL

darah tikus putih jantan (albino rat) dislipidemia.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

1. Menurut hasil penelitian kami dalam hal Phentermine memperbaiki profil lipid

sangat baik maka diusulkan ke badan berwenang untuk melegalkan pemakaian

phentermine di Indonesia.

2. Disarankan untuk berhati-hati bila mengkonsumsi phentermine bila terdapat

riwayat hipertensi mengingat cara kerjanya merangsang pengeluaran adrenalin.

70

Page 91: ridwan budisatria

91

DAFTAR PUSTAKA

Amos, A., McCarty, D., Zimmet, P. 2001. The rising global burden of diabetes dan its

complications: Estimates dan projections to the year 2010. Diabetic Med 2001;

(Suppl 5): S1-S85.

Arthur, Frank., 2004. The Long-Term Management of Obesity With Continuing

Pharmacotherapy. The George Washington University Weight Management

Program, Department of Medicine, George Washington University School of

Medicine, Washington, DC (Obesity Research 12: 1821-1827).

Astrup, A. 2010. Drug Management in Obesity-Efficacy Versus Safety, New England

Journal of Medicine. 363;3, 288-290.

Azwar, A. 2004. “Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.” Dalam: Seminar Kesehatan

Obesitas. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen

Kesehatan RI.

Bahri, A. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU

Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from :

http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizibahri3. pdf. Accesed 16-10-2009.

Barzilai, N., Rudin, E. 2005. Inflamatory Peptides Derived from Adipose Tissue.

Imunity & Ageing, 21. Available from :

http://www.immunityageing.com/content/2/1/1. Accessed 19-4-2010.

Baumann, MH., Ayestas, M.A., Dersch, C.M., Brockington, A., Rice, K.C., Rothman,

RB. 2000. Effects of phentermine and fenfluramine on extracellular dopamine and

serotonin in rat nucleus accumbens: therapeutic implications. P ; 36: 102113.

Best, J.D. 2007. Disorders of Lipid Metabolism and Diabetes : Pathophysiology and

therapeutic approach. Medicographia 10(4) :16-9.

Brown, M.S., and Goldstein, J.l. 2001. The Hyperlipidemia and Other Disorders of

Lipid Metabolism, dalam E. Braunwald, KJ/Isselbacher & R.G. Petersdorf (eds,)

71

Page 92: ridwan budisatria

92

: Harrison’s Principles of Internal Medicine 2, 11th., pp. 1650-61. McGraw-Hill

Intemat.Ed., New York.

Crespo, C.J., Smit, E. 2003. Obesity: Etiology, Assesment. Treatment and Prevention. In

Andersen. Champaign: Human Kinetics. 3-15.

Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan Nasional 2001: Laporan Studi Mortalitas

2001: Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Jakarta; 2003; hal 76.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Survei terpadu mendukung Indonesia

Sehat 2010. Jakarta. Litbangkes Depkes R.I.

Dulloo, A.G., 2005. Energy balance and body weight homeostasis, in “Clinical Obesity

in adults and children”, Second Edition, Kopelman, Caterson, and Diets (Eds).

pp 67-79.

Eckel, R.H. 2008. Nonsurgical Management of Obesity in Adults. New England Journal

of Medicine. 358; 18: 1941-50.

Egger, G., Binns, A. 2001. The Experts’ Weight Loss Guide, Allen & Unwin, Australia.

FDA (Food and Drug Administration) website accessed at 20.40 on 2010,

June 9.

Flier, J.S. 2001. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 15th Ed. Vol 1. Newyork:

McGraw-Hill. pp 479-486.

Frayn, K.N. and Blaak, E.E. 2005. Metabolic fuels and obesity: carbohydrate and lipid

metabolism in skeletal muscle and adipose tissue, in Clinical Obesity in Adults

and Children, Kopelman PG, Caterson ID, Dietz WH (Eds), Blackwell, pp 102-

122.

Grag, A., and Grundy, S. M. 2001. Lovastatin for Lowering Cholesterol. New Engl. J.

Med. 318 : 81-6.

Grundy,S.M.2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum Lipids and

Lipoprotein. In Modern Nutrition in Health and Disease. 10th Ed. p 1076-1094.

Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore.

Page 93: ridwan budisatria

93

Goldman, R., and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate

Sdn. Bhd. p. 19-25.

Gordon, P. M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK et al. Clinical

Exercise Physiology. Champaign : Human Kinetics. 2003, 169-184.

Gurr, M.I. 2000. Fats, in Human Nutrition and Dietetics, Garrow JS, James WPT,

Ralph A (Eds), Churchill Livingstone, pp.97-120

Guyton, A.C., and Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiolofy. 11th Ed.

Philadelphia: Elsevier Saunders. p. 996-1010.

Heymsfield, S. 2001. Evaluation of human adiposity. In: Bjorntorp, editor. International

textbook of obesity. New York: John Wiley and Sons, Ltd. P. 85-97.

Horowitz, J.F. 2001. Regulation of Lipid Mobilization and Oxidation. P : 45-50.

Illingworth, D.R. 2003. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and

Optimum Theraupeutic Use. Drugs 33 : 259-79.

Ikeuchi, M., Koyama, T., Takahashi, J., Yazawa, K. 2007. Effects of Phenterminein

Obese Mice Fed a Hight-Fat Diet. Jurnal Biosci, Biotechnol, Biochem. 71(4):

893-899.

James, W.P.T. 2010, Effects of Phentermine on Cardiovascular Outcome in Overweight

and Obese Subjects, NEJM 363(10): 905-17.

Kathleen, M.B., and Peter, A.M. 2006. In Harper’s Illustrated Biochemistry. 27th

edition. McGraw Hill. New York. P. 194-198.

Kersshaw, E.E., Flier J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of

Clinical Endocrinology & Metabolism 89, pp 2548 - 2556.

Lichtenstein, A.H., Jones, P.J.H. 2001. Lipids absorption and transport. In Present

Knowledge in Nutrtion. 8th Ed. p 93-103/ ISLI Press, Washington DC.

Lohman, T.G., Milliken, L. 2003. Body Composition Assesment in The Obese. In

Andersen Obesity: Etiology, Assesment, Treatment, Prevention. Champaign:

Human Kinetics. 73-84.

Mahley, R.W., Weisgraber, K.H., Farese, R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In

Williams Textbook of Endocrinology. 10th Ed. p 1642-1680. Saunders,

Philadephia.

Page 94: ridwan budisatria

94

Mantzoros, C. 1999. The role of leptin in human obesity and disease: a review of

current evidence. Ann Intern Med. 130(8):671-80.

Mayes, P.A., Botham, K.M. 2003. Lipid transport & storage. In Muray RK et al.

Harper’s illustrated biochemistry. 26th Ed. new York : Lange Medical Books/

McGraw-Hill. p 205-218.

Mc Ardle, W.D., Katch, F.L., Katch, V.L. 1996. Exercise Physiology: Energy,

Nutrition, and Human Performance. 4th Ed. Baltimore: Williamsand Wilkins.

Metchinson, M.J., and Ball, R.Y. 2005. Macrophages and Atherogenesis. Lancet 2 :

146-50.

Murray, R.K. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA. Mac Graw Hill Company

28: 101.

National Task Force on the Prevention and Treatment of Obesity (NTFPTO). 2000.

Overweight, obesity, and health risk. Arch Intern Med. 160:898-904 .

Nelson, D.L., Gehlert, D.R. (February 2006). "Central nervous system biogenic amine

targets for control of appetite and energy expenditure". Endocrine 29 (1): 49–60.

doi:10.1385/ENDO:29:1:149. PMID 16622292.

Noel, P.H., Pugh, J.A. 2002. Body Mass Indeks. Management of Overweight and

Obesity in Adults. 325: 757-761.

Okamoto, Y., Kihara, S., Funahashi, J., Matsuzawa, Y., Libby, P. 2006. Adiponectin: a

key adipocytokine in metabolic syndrome. Clin Sci;110: 267–7.

Pangkahila, W. 2007. Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Anti

Aging Medicine, cetakan ke-1, Jakarta, penerbit buku Kompas, 13-23.

Pocock, S.J. 2008, The size of a Clinical Trial, Clinical Trials, A Practical Approach, p

123-127.

Rader, D.J., And Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th

Ed. p 2286-2298. McGraw-Hill. New York.

Rothman, R.B., Redmon, J.B., Raatz, S.K., Kwong, C.A., Swanson, J.E., Bantle, J.P.

2000. Chronic treatment with phentermine combined with fenfluramine lowers

plasma serotonin. Am J Cardiol. P ; 85: 913915.

Page 95: ridwan budisatria

95

Samanin, R., Bernasconi, S., Garattini, S. 2002 The effect of selective lesioning of brain

catecholamine-containing neurons on the activity of various anorectics in the rat.

Eur J Pharmac. C ; 34., p : 373375.

Sevanian, A.R., Duncan, J., Hwang, H.N., Hodis. 2008. Human LDL Oxidation,

Atherosclerosis dan Cardiovascular Disease. AOCS Press. Champaign, Illinois.

Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran and Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada.2003: 23.

Sohal, R., Mockett ,R., Orr, W. 2002. Mechanisms of aging: an appraisal of the

oxidative stress hypothesis. Free Radic Biol Med 33(5): 575–86..

Ulus, I.H., Maher, T.J,, Wurtman, R.J. 2000. Characterization of phentermine and

related compounds as monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Biochem Pharmac.

P ; 59: 16111621.

WHO Techinal Report Series 894. 2000. Obesity: Preventing and managing the global

epidemic. Geneva: World Health Organization.

Wirahadikusumah, M. 2001. Biokimia Protein, Enzim, and Asam Nukleat. Bandung.

Penerbit ITB Bandung. 53-54.

Page 96: ridwan budisatria

96

Lampiran 1 UJi Normalitas

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. TC_pre Kontrol .184 12 .200* .916 12 .252

Perlakuan .142 12 .200* .978 12 .972 TRG_pre Kontrol .151 12 .200* .954 12 .691

Perlakuan .158 12 .200* .958 12 .758 HDL_pre Kontrol .227 12 .087 .931 12 .392

Perlakuan .140 12 .200* .949 12 .623 LDL_pre Kontrol .184 12 .200* .924 12 .320

Perlakuan .134 12 .200* .962 12 .813 TC_post Kontrol .184 12 .200* .924 12 .319

Perlakuan .134 12 .200* .973 12 .938 TRG_post Kontrol .098 12 .200* .964 12 .833

Perlakuan .153 12 .200* .931 12 .386 HDL_post Kontrol .111 12 .200* .971 12 .922

Perlakuan .094 12 .200* .989 12 .999 LDL_post Kontrol .122 12 .200* .946 12 .578

Perlakuan .097 12 .200* .987 12 .999 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

76

Page 97: ridwan budisatria

97

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean TC_pre Kontrol 12 2.1337E2 6.21659 1.79457

Perlakuan 12 2.1385E2 8.02095 2.31545 TRG_pre Kontrol 12 1.1140E2 3.13688 .90554

Perlakuan 12 1.1508E2 7.30261 2.10808 HDL_pre Kontrol 12 51.3500 2.81885 .81373

Perlakuan 12 50.9708 3.01178 .86942 LDL_pre Kontrol 12 1.4079E2 7.55528 2.18102

Perlakuan 12 1.3933E2 7.39588 2.13501 TC_post Kontrol 12 2.1614E2 5.49175 1.58533

Perlakuan 12 1.3353E2 6.01689 1.73693 TRG_post Kontrol 12 1.1363E2 3.08872 .89164

Perlakuan 12 78.6867 5.02175 1.44966 HDL_post Kontrol 12 49.7842 2.65415 .76619

Perlakuan 12 78.2100 5.01349 1.44727 LDL_post Kontrol 12 1.4362E2 5.66751 1.63607

Perlakuan 12 39.5867 2.75743 .21865

Page 98: ridwan budisatria

98

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper TC_pre Equal

variances assumed

.582 .454 -.164 22 .872 -.47917 2.92947 -6.55452 5.59619

Equal variances not assumed

-.164 20.711 .872 -.47917 2.92947 -6.57651 5.61818

TRG_pre Equal variances assumed

3.954 .059 -1.602 22 .123 -3.67500 2.29434 -8.43318 1.08318

Equal variances not assumed

-1.602 14.926 .130 -3.67500 2.29434 -8.56740 1.21740

HDL_pre Equal variances assumed

.293 .594 .318 22 .753 .37917 1.19082 -2.09045 2.84878

Equal variances not assumed

.318 21.904 .753 .37917 1.19082 -2.09107 2.84941

LDL_pre Equal variances assumed

.085 .774 .476 22 .639 1.45333 3.05207 -4.87627 7.78293

Equal variances not assumed

.476 21.990 .639 1.45333 3.05207 -4.87644 7.78310

TC_post Equal variances assumed

.051 .823 35.126 22 .000 82.60417 2.35164 77.72717 87.48116

Equal variances not assumed

35.126 21.819 .000 82.60417 2.35164 77.72483 87.48351

TRG_post Equal variances assumed

1.016 .324 20.532 22 .000 34.94417 1.70192 31.41461 38.47372

78

Page 99: ridwan budisatria

99

Equal variances not assumed

20.532 18.281 .000 34.94417 1.70192 31.37251 38.51583

HDL_post Equal variances assumed

4.265 .051 -17.359 22 .000 -28.42583 1.63757 -31.82195 -25.02972

Equal variances not assumed

-

17.359 16.717 .000 -28.42583 1.63757 -31.88527 -24.96640

LDL_post Equal variances assumed

31.489 .056 63.030 22 .000 104.03833 1.65062 100.61517 107.46150

Equal variances not assumed

63.030 11.393 .000 104.03833 1.65062 100.42058 107.65609