laporan odontektomi ridwan

33
LAPORAN POST - OPERATIF UJIAN BEDAH MINOR I ODONTEKTOMI GIGI VITAL PADA GIGI 38 DISERTAI IMPAKSI KELAS I POSISI B MESIOANGULAR Nama: drg.Irvan lubis Pendahuluan 1. Pengertian Odontektomi Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan operasi untuk mengeluarkan gigi impaksi (terpendam). Gigi impaksi adalah gigi 1

Upload: iwan-silitonga

Post on 29-Oct-2015

588 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan odontektomi ridwan

TRANSCRIPT

Page 1: laporan odontektomi ridwan

LAPORAN POST - OPERATIF

UJIAN BEDAH MINOR I

ODONTEKTOMI GIGI VITAL PADA GIGI 38 DISERTAI IMPAKSI

KELAS I POSISI B MESIOANGULAR

Nama: drg.Irvan lubis

Pendahuluan

1. Pengertian Odontektomi

Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan operasi untuk mengeluarkan gigi impaksi

(terpendam). Gigi impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang. Odontektomi atau

surgical extraction adalah metode pengambilan gigi dari soketnya setelah pembuatan flap dan

mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi tersebut (Fragiskos , 2007).

Evolusi dengan terjadinya pengurangan pada ukuran rahang pada manusia modern

direfleksikan dengan diet makanan yang relatif lunak. Dengan terjadinya pengurangan dimensi

1

Page 2: laporan odontektomi ridwan

rahang menyebabkan kurangnya ruangan pada lengkung rahang untuk molar 3 mandibula yang

merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi pada seluruh gigi yang ada pada rahang

manusia. Waktu erupsi molar 3 mandibula sering tidak dapat diprediksi dan sering berubah-ubah.

(Dimitroulis, 1997)

Gigi impaksi dapat didefinisikan juga sebagai suatu keadaan dimana gigi yang dalam

pertumbuhannya terhalang oleh gigi atau tulang sekitarnya baik secara keseluruhan atau

sebagian. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir

bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi. (Pedersen, 1996)

Jika gigi molar tiga tidak erupsi seluruhnya dan terletak di bawah gingiva, molar tiga

tersebut biasanya dibiarkan saja, tetapi bila sebagian melewati permukaan dapat menyebabkan

infeksi yang dapat masuk ke gingiva (pericoronitis) dan juga molar tiga tersebut dapat rusak atau

menyebabkan kerusakan pada gigi molar dua. Hal ini adalah salah satu alasan untuk mengambil

gigi impaksi tersebut. Komplikasi yang lebih parah dapat berupa flegmon dasar mulut.

2. Etiologi

Terdapat beberapa faktor etiologi dari gigi impaksi yaitu:

1. Faktor Lokal

a. Kurangnya ruangan untuk erupsi normal pada lingkungan gigi

b. Trauma pada benih gigi sehingga benih gigi terdorong lebih dalam lagi

c. Posisi ektopik dari gigi

d. Jarak benih gigi ke tempat erupsi jauh

e. Infeksi pada benih gigi

f. Adanya gigi berlebih yang erupsi lebih dulu

g. Ankylosis gigi pada tulang rahang

2

Page 3: laporan odontektomi ridwan

h. Persistensi gigi sulung yang menyebabkan impaksi gigi tetap di bawahnya

i. Mukosa gingiva yang tebal sehingga sulit di tembus oleh gigi

j. Pergerakan erupsi tertahan karena posisi yang salah dan tekanan dari gigi samping

k. Neoplasma / tumor yang menggeser kedudukan benih gigi

l. Kista dentigerous yang berkembang pada benih gigi yang masih dalam tahap

pembentukan sering kali mencegah gigi erupsi

2. Faktor Sistemik

Menurut Bergee, faktor sistemik yang menyebabkan gigi impaksi dapat terbagi

dalam 2 sebab :

a. Sebab prenatal (herediter)

Faktor keturunan memegang peranan penting. Faktor keturunan ini tidak dapat

diketahui dengan pasti apakah tulang rahang terlalu kecil, gigi teralu besar atau benih

gigi-gigi yang letaknya abnormal.

b. Sebab postnatal

1. Kelainan kelenjar endokrin

a. Hipopituitari mengakibatkan kelambatan erupsi

b. Hipotiroid mengakibatkan kelambatan erupsi

2. Malnutrisi

Faktor ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh. Bila terjadi defisiensi maka

pertumbuhan akan terganggu.

Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, stimulasi otot-otot pengunyahan yang

kurang juga dapat menyebabkan impaksi. Erupsi gigi yang normal harus disertai dengan

pertumbuhan rahang yang normal. Untuk itu perlu adanya stimulasi otot-otot pengunyahan.

(Dym, 2001)

3

Page 4: laporan odontektomi ridwan

3. Diagnosa

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat diagnosa yang tepat pada impaksi adalah:

1. Pembuatan dental foto yang baik

Hal ini sangat membantu kita dlam menentukan diagnosa yang tepat. Dari rontgen

dapat terlihat :

a. Posisi gigi impaksi

b. Jarak dari gigi impaksi ke tempat erupsi

c. Relasi gigi impaksi dengan gigi tetangga

d. Ciri-ciri kepadatan tulang yang mengelilinginya

e. Adanya kista atau akar yang bengkok

2. Pemeriksaan klinis secara periodik

Dengan pemeriksaan ini kita dapat menduga lokasi dari gigi impaksi dalam tulang

rahang. Misalnya dengan palpasi. Perhatikan pula kondisi lokal maupun umum yang

mengganggu erupsi gigi tersebut.

4. Klasifikasi

Klasifikasi gigi impaksi sangat penting untuk setiap operator yang akan melakukan

operasi pengambilan gigi impaksi (odontektomi). Dengan demikian dapat ditentukan rencana

teknik operasi, kesulitan-kesulitan apa yang akan dihadapi dan alat yang dipergunakan.

Fragiskos, 2007)

Klasifikasi menurut Pell Gregory

1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah

4

Page 5: laporan odontektomi ridwan

Kelas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk lebar mesio

distal molar tiga.

Kelas II : Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil dari pada lebar mesio

distal molar tiga.

Kelas III : Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam ramus.

Gambar 1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah

2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang

Posisi A: Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam terletak setinggi atau lebih tinggi dari

pada dataran oklusal gigi yang normal.

Posisi B: Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi lebih tinggi

dari pada serviks molar dua (gigi tetangga).

Posisi C: Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam, berada di bawah garis serviks gigi molar dua.

5

Page 6: laporan odontektomi ridwan

Gambar 2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang

Klasifikasi menurut Archer dan Kruger

Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan dengan poros panjang M2

rahang bawah

Kelas 1 : Mesioangular

Kelas 2 : Distoangular

Kelas 3 : Vertikal

Kelas 4 : Horizontal

Kelas 5 : Bukoangular

Kelas 6 : Linguoangular

Kelas 7 : Inverted

6

Page 7: laporan odontektomi ridwan

Gambar 3. Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan

dengan poros panjang M2 rahang bawah

5. Indikasi dan Kontraindikasi

Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu harus mengetahui indikasi dan kontra

indikasi dari pengambilan molar tiga impaksi rahang bawah.

Indikasinya adalah:

1. Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (perikoronitis)

2. Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan neoplasma)

3. Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua pertiga bagian dan sebelum

pasien mencapai usia 18 tahun

4. Adanya infeksi

5. Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu mempertahankan stabilitas

hasil perawatan ortodonsi

6. Prostetik atau restoratif (diperlukan untuk mencapai jalan masuk ke tepi gingiva distal

dari molar dua didekatnya)

7. Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau

berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil

8. Sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat yaitu sebelum usia 26 tahun

7

Page 8: laporan odontektomi ridwan

Kontraindikasinya adalah:

1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut

2. Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang yang

menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur)

3. Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting disekitarnya atau

kerusakan tulang pendukung yang luas

4. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh

kondisi fisik atau mental tertentu (Pedersen, 1996)

6. Prosedur Pembedahan

Secara garis besar meliputi : pembukaan flap, membuang jaringan tulang, pengeluaran

gigi, penaganan luka beserta penjahitan penjahitan dan pemberian instruksi dan obat-obatan.

Pembukaan flap

Berbagai macam desain flap untuk molar rahang bawah adalah seperti yang terlihat pada gambar

di bawah ini:

Gambar 4. Desain flap untuk molar tiga rahang bawah

8

Page 9: laporan odontektomi ridwan

a. Insisi dengan pembebasan ke distal; b. Pembukaan terbatas diperoleh dengan

pembebasan insisi ke distal; c. Envelope flap; d. Pembukaan dengan envelope flap

masih memberikan pembukaan yang terbatas; e. Perluasan flap ke bukal; f.

Pembukaan yang lebih besar diperoleh dengan perluasan flap ke bukal; g.

Triangular flap; h. pembukaan yang lebih baik diperoleh dari triangular flap tanpa

harus melibatkan margin gingiva dari gigi yang bersebelahan

Syarat-syarat flep:

1. Harus membuka daerah operasi yang jelas.

2. Insisi terletak pada jaringan yang sehat.

3. Mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flep

cukup baik.

Membuang jaringan tulang

Apabila diperlukan dapat dilakukan pengambilan jaringan tulang yang menghalangi pengambilan

M3. Pengambilan dapat dilakukan dengan menggunakan bor. Banyaknya tulang yang diambil

disesuaikan dengan kebutuhan

Gambar 5. A. Tulang yang menutupi permukaan oklusal dibuka dengan

menggunakan bor fisur; B. Tulang pada bukodistal dari gigi impaksi

dibuka dengan bor

Mengeluarkan gigi impaksi

9

Page 10: laporan odontektomi ridwan

a. Intoto: gigi di keluarkan secara utuh

Setelah tulang mengelilingi gigi tersebut kita ambil secukupnya maka kita harus

mempunyai cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Dengan

meletakkan elevator dibawah korona, kita membuat gerakan yang mengungkit gigi tersebut.

Kalau gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita harus mencari bagian

tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga

besar tetapi berusaha mengerakkan dengan tekanan minimal. Jika tulang yang diambil telah

cukup tetapi gigi belum mau keluar, maka mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang

menghalagi.

Bila mahkota gigi yang terpendam masih belum bisa digerakkan dan terletak di bawah

mahkota molar dua sedang gigi tersebut akan kita ambil dengan cara intoto, maka tulang

distal molar tiga kita ambil lebih banyak sehingga molar tiga dapat kita congkel ke arah

distal. Cara atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan sekitar

Posisi gigi molar 3

10

Insisi dan refleksi flep

Pembuangan tulang dibagian distal molar 3

Page 11: laporan odontektomi ridwan

Gambar 6. Pengambilan gigi secara intoto (Dunitz, 1999)

b. Separasi: gigi dibelah dulu baru di keluar kan.

Pada metode ini kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang impaksi diambil dengan

cara membelah-belahnya (diambil sebagian-sebagian).

Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak membuang tulang bagiam distal molar tiga

tersebut dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan

tang sisa akar. Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan fraktur tulang

rahang atau fraktur molar dua.

Gambar 7. Pengambilan separasi (Fragiskos, 2007)

11

Gigi molar 3 dielevasi dengan menggunakan bein

Soket bersih dari debris

Penjahitan

Page 12: laporan odontektomi ridwan

12

Posisi klinis dari gigi impaksi

Insisi dan refleksi flep

Pembuangan tulang dibagian distal molar 3

Mahkota gigi dibur

Page 13: laporan odontektomi ridwan

13

Gigi diseparasi dengan bein

Gigi diungkit dengan bein. Segmen distal diambil terlebih dulu, dilanjutkan dengan segmen mesial

Soket dibersihkan

Penjahitan

Page 14: laporan odontektomi ridwan

Penanganan luka

Setelah gigi dikeluarkan dilakukan penghalusan tulang alveolar dan pencucian luka dengan

menggunakan larutan normal saline. Setelah itu luka ditutup dengan penjahitan.

Pemberian instruksi, analgetik dan antibiotik.

Komplikasi

Pada saat pengambilan M3 dapat terjadi komplikasi berupa:

1. Perdarahan karena pembuluh darah terbuka

2. Kerusakan pada gigi M2 karena trauma alat

3. Rasa sakit

4. Parestesi pada lidah dan bibir

Dalam literatur dikatakan bahwa 96 % pasien dengan trauma pada n. alveolaris inferior

dan 87 % pasien dengan trauma pada n. ligualis akan sembuh secara spontan ( Dym &

Ogle, 2001)

Gambar 8. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis

5. Trismus karena iritasi syaraf

6. Infeksi/peradangan

7. Biasanya disertai dengan pembengkakan, dapat ditanggulangi dengan membuka jahitan,

irigasi dengan larutan antiseptik dan diberi antibiotik

8. Fraktur mandibula

9. Dry socket

10. Emfisema : pembengkakan yang timbul karena terjebaknya udara di dalam jaringan lunak

akibat penggunaan bor high speed.

14

Page 15: laporan odontektomi ridwan

Daftar Pustaka

1. Fragiskos D. Fragiskos. Oral Surgery. Greece: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2007.

2. Dimitroulis.. A Synopsis of Minor Oral Surgery. British: Reed Educational and

Professional Publishing Ltd. 1997

3. Pedersen, G.W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Edisi 1. Philadelphia: W.B. Saunders

Co. 1996

4. Dunitz, M. Atlas of Minor Oral Surgery. 2nd Edition. United Kingdom: Thieme. 1999

5. Dym, H. and Ogle, O.E. Minor Oral Surgery. W. B. Saunders Company. 2001

15

Page 16: laporan odontektomi ridwan

LAPORAN P OST OPERATIF ODONTEKTOMI ( PASIEN UJIAN BM I )

No.rekam medis : 55948

Nama : Ifan Setia Fauzi

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 22 tahun 4 bulan (

Tanggal Lahir : 22 Februari 1990

Golongan darah : B

Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa

Alamat Pasien

Alamat domisili : Perum Pesona Merapi Kav B7

Kecamatan : Depok

Kabupaten : Sleman

Propinsi : D.I Yogyakarta

No. Hp : 081918191180

Alamat asal : Jl.Koda Perung Rt 002 / 010 Motong Utan

I. Pemeriksaan Subjektif:

Anamnesis

16

Page 17: laporan odontektomi ridwan

a. Keluhan Utama:

Pasien datang dengan keluhan gigi paling belakang kiri tumbuh miring dan sebagian

terpendam. Setiap kali makan gusi yang tumbuh menutup gigi selalu tergigit

menyebabkan pembengkakan dan terasa sakit.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit:

Pasien sudah beberapa kali mengalami peradangan dan pembengkakan akibat tergigitnya

gusi yang menutupi gigi terpendam tersebut.

c. Riwayat Kesehatan Oral:

Terlihat pembengkakan daerag gusi yang menutup gigi yang meluas ke pipi sebelah

dalam. Lidah, gusi, langit-langit, jaringan keras, dan oklusi tampak normal.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:

- Ayah : sehat, t.a.k

- Ibu : sehat, t.a.k

- Saudara : sehat, t.a.k

e. Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial : Pasien seorang mahasiswa.

f. Riwayat Kesehatan umum:

Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan menjalani rawat jalan karena sesuatu

penyakit, serta menyangkal riwayat penyakit sistemik dan juga tidak ada riwayat alergi

obat.

II. Pemeriksaan objektif

a. Vital sign : - Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 74x/menit

- Respirasi : 20x/menit

- Suhu tubuh : afebris

17

Page 18: laporan odontektomi ridwan

b. Esktra oral:

- Wajah : Simetris

- Pembengkakan : (-)

- Perubahan warna kulit : (-)

- Conjuntiva : normal

- Kelenjar ludah : normal

- Kelenjar limfatika submandibula : tidak teraba, tidak sakit

Submentale : tidak teraba, tidak sakit

Cervicale : tidak teraba, tidak sakit

18

Page 19: laporan odontektomi ridwan

Intra oral : - Mukosa pipi : t.a.k

- Palatum : t.a.k

- Lidah : t.a.k

- Dasar mulut : t.a.k

- Gingiva : t.a.k

- Rahang atas : t.a.k

- Karang gigi : (-)

- Gigi 38 : - Inspeksi : Tampak mahkota gigi bagian distal

tumbuh sebagian

- Palpasi : (-)

- Perkusi : (-)

- Gigi 36 : - Inspeksi : edentulous

- Palpasi (-)

- Perkusi (+)

- Oral hygiene : sedang

c. Kesan Umum Kesehatan Penderita : Baik dan Kooperatif

d. Pemeriksaan penunjang:

Radiologi: Interpretasi Ro periapikal

Terdapat elemen gigi 38 dengan keadaan terpendam ( impaksi ) yang tumbuh miring

ke mesial (mesioangular), puncak tertinggi 38 berada diantara dataran oklusal dan

permukaan service-enamel junction elemen gigi 37.

III. Diagnosis : 38 : Impaksi kelas I posisi B mesioangular

19

Page 20: laporan odontektomi ridwan

20

Page 21: laporan odontektomi ridwan

IV. Plan

- Odontektomi gigi 38

V. Persetujuan Tindakan Medis

Sebelum di lakukan tindakan medis, pasien diberikan penjelasan tentang kelaian

giginya dan tindakan perlakuan yang akan dilakukan yaitu pengambilan gigi 38 dengan tehnik

odontektomi. Apabila pasien setuju akan tindakan medis yang akan dilakukan maka pasien

menandatangani lembar persetujuan tindakan medis.

VI. Tindakan

a. Pemeriksaan Vital Sign : Tensi : 120/80 mmHg

Respirasi : 20x/menit

Nadi : 74x/menit

Temperatur : Afebris

a. Durante : Jalannya Operasi Odontektomi gigi 38

Tekhnik Operasi: - Persiapan ruangan operasi

- Persiapan alat dan operator

- Persiapan pasien

- Anestesi

- Insisi untuk pembuatan flap

- Pembuangan tulang

- Pengambilan gigi

- Pembersihan Luka

- Penutupan luka (suturing)

- Instruksi pasca operasi

- Perawatan pasca operasi

(1) Persiapan Ruangan Operasi

Ruangan operasi dipersiapkan dan dipastikan semua alat dapat berfungsi dengan

baik dan steril.

21

Page 22: laporan odontektomi ridwan

2) Persiapan Alat dan Operator

Menggunakan alat-alat yang telah disterilkan yaitu : kaca mulut, pinset, sonde,

ekskavator, mata bur, scalpel, blade (no.15 atau 11), needle holder, surgical

forceps, bone file, suture scissors (gunting benang), retractor pipi, elevator dan

tang cabut molar atau radik bawah.

Operator harus melakukan prosedur desinfektan yaitu mencuci dan membrush

tangan dengan sabun antiseptik, setelah itu memakai sarung tangan dan baju

operasi dan cup kepala juga masker untuk menghindari infeksi silang (Gambar

1, 2 dan 3)

Gambar 1 & 2. Alat, baju dan perlengkapan yang steril sebelum operasi.

Gambar 2. Cara Mencuci dan memakai sarung tangan sebelum operasi.

22

Page 23: laporan odontektomi ridwan

Gambar 3. Instrumen untuk pencabutan gigi dengan pembedahan minor

3) Persiapan pasien

Pasien dipersiapkan dengan menenangkan pasien, memasang celemek dan

menghapus rongga mulut pasien dengan antiseptik berupa povidon iodine

sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.

(4) Anestesi

Pertama dilakukan infiltrasi anestesi untuk melihat apakah pasien alergi dengan

bahan anestesi yang disuntikkan berupa Lidocaine Comp (Lidocaine HCL

20mg/ml, Adrenalin 0,0125mg/ml), jika tidak ada reaksi alergi dilakukan anestesi

lokal yaitu Anestesi Blok untuk rahang bawah bagian kiri berupa Mandibular

anestesi.

(5) Membuat insisi untuk pembuatan flap

a. Tipe flap yang akan dibuat adalah flap triangular dimana insisi dibuat dari 1/3

mesial Molar dua kiri (gigi 37) sampai ke ramus, insisi horizontal mengikuti

tepi marginal .

b. Dari 1/3 mesial Molar dua kiri tersebut kemudian dibuat insisi semi vertikal

sebelah bukal Molar dua kiri sampai ke forniks

23

Page 24: laporan odontektomi ridwan

Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang maka muko-perios

flap dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan dengan penarik pipi.

Setelah flap dibuka maka kelihatan tulang dan telah terlihat giginya sebagian,

maka dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.

Gambar 4. Tipe Flap Triangular

(6) Pengambilan tulang

Gigi 38 yang terpendam sebagian permukaannya dilapisi tulang, maka dilakukan

pembuangan tulang dengan menggunakan bor low speed dengan mata bur dan

fisure yang tajam. Ketika membuang tulang dengan bur low speed harus kita

irigasi untuk mengurangi panas yang timbul supaya tidak terjadi nekrose tulang

dan membersihkan serpihan tulang bekas pemboran. Pengambilan tulang

dilakukan pada permukaan tulang sebelah bukal yang menutupi gigi mengarah

kedistal sampai gigi bebas dari tulang dan akses untuk pengambilan gigi cukup.

Setelah pengambilan tulang cukup dilakukan, maka kita coba untuk

menggerakkan gigi dengan elevator.

24

Page 25: laporan odontektomi ridwan

(7) Pengambilan gigi dilakukan dengan cara separasi ( split ) gigi 38 tersebut menjadi

2 bagian pada bifurkasi. Bur dimulai dari bifurkasi yang diarahkan ke oklusal dan

diperkirakan tidak sampai ke sebelah lingual.

Gambar 5. Prosedur pengambilan gigi dan elemen gigi 38

(8) Pembersihan luka

Setelah gigi dikeluarkan maka soket atau ruangan bekas pencabutan dibersihkan dari

sisa – sisa tulang bekas pemboran , folikel harus diambil karena dapat menyebabkan

kista residual. Tepi tulang yang tajam harus dihaluskan dengan bor atau bone file.

Setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan semprotan atau irigasi dengan

25

Page 26: laporan odontektomi ridwan

povidone iodine supaya pecahan partikel –partikel tulang dapat keluar dan ini dihisap

dengan suction.

(9) Lalu dilakukan penutupan luka dengan suturing, rongga bekas pencabutan dan bekas

insisi bukal harus ditutup rapat agar sisa-sisa makanan tidak masuk dan proses

penyembuhan lukanya baik. Dilakukan suturing dari bagian jaringan yang bergerak ke

jaringan yang tidak bergerak dengan simple interrupted lalu ditahan dengan tampon

yang kecil.

(10) Instruksi pasca operasi

Pasien diberi nasehat membiarkan tampon 15 menit sampai ½ jam, jangan makan dan

minum yang panas, kumur-kumur yang kuat atau sering meludah, harus istirahat yang

cukup, tampon harus dibuang setelah 15 menit atau ½ jam, bila masih terjadi

perdarahan, tampon harus diganti dengan tangan yang bersih dan bila berdarah terus

menerus harus segera kembali kerumah sakit. Setelah 24 jam pasien dapat berkumur-

kumur dengan obat kumur atau air garam hangat. Makan yang lunak dan bergizi. Harus

kembali kontrol 5-7 hari untuk dilakukan pembukaan jahitan.

(11) Perawatan Pasca Operasi

Pasien diberikan resep obat berupa Antibiotik, Analgetik, Anti inflamasi, dan obat

kumur dalam hal ini saya beri Amoxicillin 500mg 3x1 dan kalium diklofenak 50 mg 3x1.

Kontak person bila terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.

VII. Kontrol 1 hari ke 7

S : Pasien tidak ada keluhan dari operasi kemarin, obat analgesik masih ada, obat antibiotik

habis. 2 hari setelah operasi terdapat pembengkakan sedikit, tapi saat ini sudah sembuh.

Luka bekas operasi belum menutup sempurna. Jahitan terlepas 1 jahitan yang di sebeelah

distal.

O : EO : d.b.n

IO : inspeksi : terdapat jahitan 4 simpul, Ginggiva : normal, Debris : (+)

Palpasi : sakit (-), pembengkakan (-)

A : Proses penyembuhan luka

P : Irigasi NaCl dan angkat jahitan

26

Page 27: laporan odontektomi ridwan

27