tugas odontektomi

28
1 MAKALAH TUGAS KEPANITRAAN ILMU BEDAH MULUT ODONTEKTOMI Disusun oleh: Shintatika Erlagista 09/ 280735/ KG/ 8422 Bagian Ilmu Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi

Upload: rlagiega

Post on 12-Jan-2016

127 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

odontektomi

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Odontektomi

1

MAKALAH TUGAS KEPANITRAAN ILMU BEDAH MULUT

ODONTEKTOMI

Disusun oleh:

Shintatika Erlagista

09/ 280735/ KG/ 8422

Bagian Ilmu Bedah Mulut

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Page 2: Tugas Odontektomi

2

BAB I

PENDAHULUAN

Odontektomi adalah metode pengambilan gigi dari soktetnya setelah

pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi

tersebut. Beberapa indikasi odontektomi menurut Fragiskos (2007) antara

lain : gigi RA atau RB dengan morfologi akar gigi yang tidak biasa, akar

yang mengalami delaserasi, impaksi dan semi-impaksi, akar gigi yang

ditemukan dibawah garis gusi dan gigi molar desidui yang akarnya

memeluk mahkota gigi premolar permanen.

Impaksi merupakan gigi yang terpendam dalam tulang alveolar

yang tidak dapat erupsi. Gigi impaksi paling sering dan mudah

didiagnosis ketika gigi mengalami keterlambatan erupsi yang lama. Kasus

impaksi pada umumnya terjadi pada gigi molar ketiga rahang bawah,

kaninus rahang atas, molar ketiga rahang atas, premolar kedua rahang

atas dan rahang bawah dan insisif sentral rahang atas. Meskipun faktor

herediter memegang peranan penting pada gigi impaksi, faktor etiologi

yang umum pada gigi impaksi adalah malposisi benih gigi, persistensi

gigi sulung, lesi patologis, dan pendeknya lengkung rahang. Sebelum

dilakukan pembedahan untuk mengexpose gigi impaksi, sangat penting

untuk mengetahui posisi gigi tersebut secara tepat. Radiografi panoramik

biasanya dilakukan untuk mengetahui letak gigi impaksi. Radiografi

oklusal dan periapikal terbukti lebih membantu dalam menentukan posisi

gigi impaksi dengan tepat, yang mungkin posisi gigi impaksi dapat

overlap terhadap akar gigi yang sudah erupsi. Dalam pelaksanaannya,

proses eksodonsi gigi khususnya odontektomi perlu dilakukan dengan

prosedur yang tepat. Pada makalah ini akan dijabarkan mengenai proses

odontektomi .

Page 3: Tugas Odontektomi

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI GIGI IMPAKSI

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya

terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan

patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna

mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi

lain yang sudah erupsi atau akar gigi yang tidak terangkat saat pecabutan

sebelumnya.

Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi

posterior dan jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang

mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui. Pada gigi posterior

yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :

1) Gigi molar tiga (48 dan 38) mandibula

2) Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila

3) Gigi premolar (44,45,34 dan 35) mandibula

4) Gigi premolar (14,15,24 dan 25) maksila

Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami

impaksi adalah sebagai berikut :

1) Gigi kaninus maksila dan mandibula (13,23,33 dan 43)

2) Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31 dan 41)

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi dilakukan bertujuan untuk membantu operator

dalam memastikan dan membuat rencana kerja serta memperkirakan

kesulitan- kesulitan yang mungkin ditemuinya pada saat melalukan

pencabutan gigi tersebut. Klasifikasi menurut Pell dan Gregory yang

meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter:

Hubungan Gigi Dengan Tepi Ramus Antara Mandibula Dan Tepi

Page 4: Tugas Odontektomi

4

Distal Molar Kedua

1) Kelas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas

distal molar kedua untuk lebar mesiodistal molar tiga

2) Kelas II: Ruangan antara distal molar kedua dan ramus

lebih kecil daripada lebar mesiodistal molar ketiga

3) Kelas III: Sebagian besar atau seluruh molar ketiga

terletak di dalam ramus

Gambar 1 . Klasifikasi Impaksi berdasarkan hubungan distal M2 dengan Ramus

Mandibula

a. Berdasarkan Letak Molar Ketiga Di Dalam Rahang

1. Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis

oklusal.

2. Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis

oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua

3. Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis

servikal molar kedua.

Page 5: Tugas Odontektomi

5

Gambar 2. Klasifikasi Impaksi Berdasarkan Letak M3 di

dalam Rahang

C. KLASIFIKASI IMPAKSI GIGI M3 ATAS

Didasari Pada Posisi Anatomi (Menurut Pell And Gregory)

Berdasarkan kedalaman relatif impaksi gigi M3 atas dalam

tulang,yaitu:

1) Klas A : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas

berada segaris dengan oklusal gigi M2 disebelahnya.

2) Klas B : Bagian terbawah mahkota gigi impaksi M3 atas berada

diantara dataran oklusal dan garis servikal gigi M2

disebelahnya

3) Klas C : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas

berada pada atau terletak diatas servikal gigi M2

disebelahnya.

Gambar 3. Klasifikasi Impaksi M3 Rahang Atas berdasarkan kedalaman realtif

dalam tulang

Page 6: Tugas Odontektomi

6

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ODONTEKTOMI

Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah

dengan pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang

ada diatas gigi dengan chisel, bur, atau rongeurs.

Indikasi Odontektomi

a. Perikoronitis

Perikoronitis merupakan peradangan pada jaringan lunak

disekeliling gigi yang akan erupsi, paling sering terjadi pada molar 3

bawah. Perikoronitis merupakan suatu kondisi yang umum terjadi pada

molar impaksi dan cenderung muncul berulang, bila molar belum

erupsi sempurna. Akibatnya, dapat terjadi destruksi tulang di antara

gigi molar dan geraham depannya. Odontektomi dapat dilakukan

sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya pericoronitis akibat gigi

erupsi sebagian.Perikoronitis dengan gejala-gejala :

1) rasa sakit di regio tersebut

2) pembengkakan

3) mulut bau

4) pembesaran limfenode submandibular.

b. Mencegah Berkembangnya Folikel Menjadi Kista Odontegenik

Suatu gigi yang impaksi mempunyai daya untuk merangsang

pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa

pembentukan gigi. Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga

pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat

menimbulkan premordial kista dan folikular kista.

Page 7: Tugas Odontektomi

7

Gambar 2. Gambaran Radiologis Impaksi gigi M3 RB yang berpotensi

menimbulkan premordial kista

c. Pencegahan Karies

Gigi yang impaksi juga bertendensi menimbulkan infeksi atau karies pada

gigi di dekatnya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar dua karena gigi molar

ketiga mengalami impaksi. Gigi molar ketiga merupakan penyebab

tersering karies pada molar kedua karena retensi makanan. Karies

distal molar kedua yang disebabkan oleh karies posisi gigi molar

ketiga.

Gambar 3. Gambaran radiologis Impaksi gigi M3 yang bisa menimbulkan karies

dikarenakan posisi M3 mendesak distal M2

d. Untuk Keperluan Terapi Ortodontik

Page 8: Tugas Odontektomi

8

Pencabutan gigi impaksi pada perawatan ortodontik dapat menjadi

suatu indikasi apabila ruangan yang dibutuhkan kurang untuk ekspansi

lengkung gigi atau juga dikhawatirkan akan menjadi faktor relapse

setelah dilakukannya perawatan ortodontik.

e. Menimbulkan Kerusakan Pada Akar Gigi Yang Berdekatan.

Gigi impaksi dapat menyebabkan tekanan pada akar gigi

sebelahnya sehingga mengalami resorpsi akar. Pencabutan gigi

impaksi dapat menyelamatkan gigi terdekat dengan adanya perbaikan

pada sementumnya.

f. Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit.

Rasa sakit dapat timbul bila gigi impaksi menekan syaraf atau

menekan gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi

tetangga lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa

sakit. Rasa sakit dapat timbul karena gigi impaksi langsung menekan

nervus alveolaris inferior pada kanalis mandibularis.

g. Diperkirakan Akan Mengganggu Pembuatan Protesa. 

Pencabutan gigi impaksi dilakukan apabila berada dalam denture

bearing area yang dapat menghambat adaptasi landasan dan

mengganggu retensi serta stabilitas dari protesa yang akan dibuat.

Kontraindikasi Odontektomi

a. Tidak Ada Keluhan.

Apabila tidak ada keluhan dari pasien yang mengalami gigi impaksi

maka tidak diperlukan tindakan odontektomi yang dapat memakan waktu,

biaya dan resiko pembedahan yang dapat terjadi.

b. Kemungkinan Menyebabkan Gigi Terdekat Rusak Atau Struktur penting

Lainnya.

Tindakan odontektomi beresiko tinggi untuk merusak jaringan dengan

membuka flap dan juga merusak tulang yang menghalangi akses terhadap

gigi yang impaksi. Apabila dikhawatirkan kerusakan yang akan

Page 9: Tugas Odontektomi

9

diakibatkan oleh tindakan odontektomi tidak sebanding dengan manfaat

yang didapatkan, maka sebaiknya odontektomi tidak dilakukan.

c. Penderita Usia Lanjut

Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi

akan sangat termineralisasi dan padat sehingga akan menyulitkan

dilakukan odontektomi. Selain itu perlu diperhatikan juga keadaan umum

pasien yang mungkin akan menghambat keberhasilan penyembuhan

setelah dilakukannya odontektomi.

d. Kondisi Fisik Atau Mental Terganggu.

Pada pasien dengan kesehatan umum yang terganggu misalnya

mengidap penyakit sistemik maka diperlukan konsultasi terlebih dahulu

kepada dokter yang bersangkutan sebelum melakukan tindakan bedah.

Sedangkan untuk pasien dengan keadaan mental yang terganggu dapat

mengganggu tingkat kooperatif pasien selama melakukan tindakan

pembedahan.

Menurut Pedersen (1996) indikasi odontektomi  antara lain :

 a. Kegagalan pencabutan dengan tang.

-  Adaptasi tang yang tidak tepat/gagal (mahkota/akar rusak /malposisi)

-  Mahkota fraktur.

-  Tidak berhasil mengekspansi alveolus.

b. Kemungkinan terjadinya fraktur akar.

-  Akar yang panjang dan kecil.

-  Akar yang mengalami dilaserasi.

- Gigi yang dirawat endodontic (getas).

- Tulang pendukung yang padat.

- Celah ligament periodontal yang sempit.

    c. Kedekatan dengan struktur disekitarnya.

- Gigi yang lain (arah pengeluaran terhalang gigi lain).

- Sinus maxilaris.

- Canalis mandibularis.

Page 10: Tugas Odontektomi

10

     d. Untuk mempertahankan tulang alveolus yang mendukungnya.

- Gigi kaninus atas.

- Gigi ankilosis.

Menurut Fragiskos (2007) indikasi odontektomi antara lain :

a. Gigi RA atau RB dengan morfologi akar gigi yang tidak biasa.

b. Hipersementosis akar, akar tipis dan akan yang membulat.

c. Akar yang mengalami delaserasi.

d. Gigi ankilosis atau gigi-geligi yang mengalami abnormalitas (contoh : dens in

dente).

e. Gigi impaksi.

f. Gigi yang fusi dengan gigi disebelahnya, gigi yang fusi pada daerah apical

dengan gigi tetangganya.

g. Akar gigi yang ditemukan dibawah garis gusi.

h. Akar dengan lesi periapkal.

i. Gigi molar desidui yang akarnya memeluk mahkota gigi premolar permanen.

E. Prosedur Tindakan Odontektomi

Prinsip dan langkah-langkah untuk menghilangkan gigi impaksi

sama dengan surgical extraction lain. Ada 5 teknik dasar :

1. Mendapatkan exposure yang cukup ke area gigi impaksi ini berarti

pengangkatan flap jaringan lunak harus memberikan dimensi yang

cukup bagi operator untuk melakukan pembedahan yang perlu.

2. Mendapatkan akses yang diperlukan untuk pembuangan tulang agar

gigi terlihat untuk dilakukan pemotongan atau pengangkatan.

3. Membelah/membagi gigi dengan bur atau chisel (pisau bedah) agar

ekstraksi gigi dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang berlebihan.

4. Mengangkat potongan gigi dari prosesus alveolar dengan elevator.

5. Pembersihan dengan irigasi dan pembersihan mekanis dengan

kurettase dan ditutup dengan simple interrupted suture.

Meskipun pendekatan bedahnya mirip dengan ekstraksi dengan

Page 11: Tugas Odontektomi

11

bedah gigi lainnya, namun perlu perhatian khusus karena pengangkatan gigi

memerlukan pembuangan tulang, kadang memerlukan pembelahan gigi,

dan karena tulang yang dibuang relative keras maka alat dan teknik

melakukannya harus sangat baik. Gigi sebenarnya bisa diangkat tanpa

dilakukan pembelahan namun harus dengan membuang sejumlah besar

tulang. Hal ini akan memperlama penyembuhan dan melemahkan rahang.

Namun pemotongan gigi menjadi banyak bagian juga tidak terlalu baik

karena akan memperlama waktu operasi. Jadi buanglah tulang dan

potonglah gigi sesuai dengan kebutuhan untuk menyingkat waktu bedah dan

proses penyembuhan.

Sebelum melakukan suatu tindakan pembedahan pada gigi impaksi,

perlu dilakukan beberapa hal untuk menghindari komplikasi seminimal

mungkin. Tindakan yang perlu dilakukan sebelum pembedahan :

1) Pemeriksaan keadaan umum penderita, dengan anamnesa dan

pemeriksaan klinis.

2) Pemeriksaan penunjang dengan foto rontgen, sehingga dapat

mengevaluasi dan mengetahui kepadatan dari tulang yang mengelilingi

gigi, sebaiknya didasarkan pada pertimbangan usia penderita, hubungan

atau kontak dengan gigi molar kedua, hubungan antara akar gigi

impaksi dengan kanalis mandibula, dan morfologi akar gigi impaksi,

serta keadaan jaringan yang menutupi gigi impaksi, apakah terletak

pada jaringan lunak saja atau terpendam didalam tulang.

3) Menentukan tahapan perencanaan pembedahan yang meliputi

perencanaan bentuk, besarnya dan tipe flap, menentukan cara

mengeluarkan gigi impaksi, perkiraan banyaknya tulang akan dibuang

untuk mendapatkan ruang yang cukup untuk mengeluarkan gigi

impaksi, perencanaan penggunaan instrumen yang tepat, menentukan

arah yang tepat untuk pengungkitan gigi dan menyebabkan trauma yang

seminimal mungkin (Archer, 1975; Peterson, 2002)

Fragiskos (2007) mengemukakan bahwa tahapan odontektomi baik pada

Page 12: Tugas Odontektomi

12

akar tunggal maupun akar multiple adalah sama. Tahapan tersebut meliputi :

a. Pembuatan Flap

b. Pengurangan tulang dan pemaparan tulang

c. Ekstraksi gigi atau akar gigi dengan elevator atau tang.

d. Suturing dan perawatan post operasi.

Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur tulang atau

gigi (Pedersen, 1996). Tipe flap menurut Fragiskos (2007) antara lain :

a. Trapezoid

- Dibentuk dengan membuat insisi horizontal sepanjang gingival dan dua

insisi melintang pada mukosa bukal

- Dasar flap yang lebih lebar sangat dibutuhkan untuk suplai darah yang

baik dan adekuat

- Flap tipe ini dibutuhkan untuk prosedur operatif yang luas

b.Triangular

- Dibentuk dengan membuat insisi bentuk L dan insisi horizontal sepanjang

gingival

- Diindikasikan untuk pengambilan ujung akar, kista kecil dan apikoektomi  

Page 13: Tugas Odontektomi

13

 

c. Envelope

- Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis servikal

gigi

- Biasa digunakan untuk pembedahan gigi insisivus, premolar dan molar

d.Semilunar

- Insisi flap berbentuk kurva

- Memberikan fasilitas jalan masuk ke apical

- Melindungi terkoyaknya tepi gingival           

Page 14: Tugas Odontektomi

14

Pengambilan Tulang Diatas Gigi Impaksi. Setelah soft tissue diangkat,

surgeon harus menentukan bagian tulang mana yang akan diambil. Pada beberapa

kasus, gigi bisa langsung dipotong dengan chisel tanpa harus dilakukan

pengambilan tulang. Pengamilan tulang dilakukan dengan menggunakan drill.

Alat yang biasa digunakan handpiece with adequate speed, high torque, round bur

no.8, dan telah disterilkan dengan steam autoclave. Tulang yang diatas

permukaan oklusal, bukal, dan distal dibuang lebih dulu . Jarang dilakukan pada

bagian lingual karena membahayakan lingual nerve. Untuk gigi maksila, tulang

yang pertama diambil bagian bukal kebawah sampai servikal line dan terlihat

mahkota klinisnya. Karena tulang di maksila tipis, pengambilan tulang bisa

dengan chisel atau hand instrumen. Pemotongan Gigi. Dilakukan dengan bur atau

chisel. Bur jangan digunakan untuk memotong dalam arah lingual. Impaksi gigi

maksila jarang dilakukan pemotongan gigi, karena lapisan tulang biasanya tipis

dan relative elastis. Secara umum impaksi gigi dimanapun berada, pemotongan

biasanya dilakukan pada servikal line. Hal ini akan memudahkan pengambilan

bagian mahkota, mendorong bagian akar ke ruang yang ditempati bagian

mahkota, kemudian mengangkat bagian akar. Pada kasus mesioangular yang

cenderung sulit, pemotongan dilakukan pada bagian distal setengah mahkota gigi

sampai ke bawah cervical line dari aspek distal. Setelah bagian distal diangkat,

small straight elevator disisipkan ke purchase point pada mesial aspek M3, dan

gigi diangkat dengan gerakan rotasi dan lever dengan elevator. Pada kasus

horizontal impaksi setelah tulang yang diinginkan diambil, gigi dipotong tepat di

servikal line, kemudian pengangkatan bagian gigi sama dengan pengambilan gigi

secara umum. Pada kasus vertical impaksi gigi dipotong menjadi bagian mesial

dan distal. Pengambilan Potongan Gigi dengan Elevator. Setelah tulang

dibersihkan dan gigi dipotong, langkah selanjutnya adalah mengangkat potongan

gigi dengan dental elevator. Pada mandibula elevator yang biasa digunakan

adalah straight elevator, the paired Cryer elevator, dan Crane pick. Perbedaan

pengambilan gigi impaksi dengan ekstraksi biasa adalah pada pengambilan gigi

impaksi hampir tidak diperlukan luksasi gigi untuk tujuan ekspansi bucal or

Page 15: Tugas Odontektomi

15

linguocortical plate. Karena tulang telah dibuang dan gigi telah dipotong.

Pemberian tekanan yang eksesive malah akan membahayakan gigi M2 sebelahnya

dan keseluruhan mandibula. Elevator didesain bukan untuk memberikan tekanan

berlebih pada gigi akan tetapi untuk mencungkil gigi atau akar gigi kearah yang

diinginkan dengan tekanan yang sesuai. Debridement of Wound and Wound

Closure. Setelah gigi impaksi diangkat, langkah berikutnya adalah pembersihan

wound (soket) dari semua debris yang mungkin ada dari pecahan tulang dan

lainnya. Pembersihan dengan irigasi salin sterile dan pembersihan mekanis

dengan periapikal kuretase. Tulang hasil kuretase harus halus dan pinggirannya

tidak tajam. Sebuah mosquito hemostat dapat digunakan untuk mengambil sisa

dental folikel. Penutupan insisi adalah penutupan yang dilakukan pertama kali.

Jika disain flap baik dan tidak traumatized maka flap akan dengan mudah

dikembalikan ke tempat asalnya. Penjahitan awal dibuat melalui attach tissue /

perlekatan jaringan pada aspek posterior dari M2, jahitan tambahan dilakukan ke

belakang dari posisi tersebut dan kedepan melalui papila pada sisi mesial dari M2.

Biasanya 3-4 jahitan diperlukan untuk menutup flap bedah.

F. Tindakan sesudah pencabutan gigi

Sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa

folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa

mengakibatkan penyembuhan yang lama atau perkembangan patologis dari

sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan

saline dan diperiksa dengan teliti. Pada rahang atas terutama perhatikan

adanya kemungkinan perforasi sinus. Yang penting berkenaan dengan

pembedahan impaksi gigi bawah adalah kondisi bundle neurovascular

alveolari inferior yang sering terlihat pada kedalaman alveolus. Semua

potongan gigi atau serpihan tulang juga serpihan periosteum dan mukosa

harus dihilangkan. Tepi-tepi tulang dihaluskan dengan bur dan kikir tulang.

Penjahitan dilakukan terutama untuk menstabilkan jaringan terhadap prosesus

alveolaris dan terhadap efek distobukal M2 di dekatnya. Foto sinar X segera

sesudah operasi dibuat untuk kasus-kasus yang sulit di mana ada kemungkinan

terjadi fraktir menadibula / cedera struktur sekitarnya (permukaan akar).

Page 16: Tugas Odontektomi

16

Kemudian diletakkan tampon di atas bekas operasi dan pasien dianjurkan

untuk tetap menggigitnya paling tidak 1- 1½ jam.

Instruksi pasca-bedah

Tekankan perlunya minum analgesic sebelum rasa sakit timbul, seperti

juga aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan. Puncak rasa

sakit sesudah pembedahan impaksi adalah selama kembalinya sensasi

daerah operasi sedangkan pembengkakan maksimal biasanya terjadinya

24 jam pasca-pencabutan.

Tindak lanjut

Control dijadwalkan pada waktu melepas jahita, baisanya hari

keempat / kelima sesuah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang

dioperasi diperiksa dengan teliti yaitu mengenai penutupan mukosa dan

keberadaan beku darah. Yang hampir selalu terjadi adalah kebersihan

mulut yang jelek karena penyikatan gigi masih sakit. Tekankan anjuran

untuk menggunakan larutan kumur secara efektif, sedangkan

penggunaan alat pulsasi air sebaiknya ditunda karena dikhawatirkan

dapat melukai atau melepas bekuan darah.

G. Contoh kasus prosedur odontektomi akar terpendam

Page 17: Tugas Odontektomi

17

Page 18: Tugas Odontektomi

18

Page 19: Tugas Odontektomi

19

Page 20: Tugas Odontektomi

20

Page 21: Tugas Odontektomi

21

DAFTAR PUSTAKA

Fragiskos, Fragiskos D. . Oral Surgery. New York : Springer-Verlag

Berlin Heidelberg, 2007.

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.

Peterson L.J.,2003.Contemporary Oral Maxillofacial Surgery.4th

Ed.St.Louis: Mosby

Peterson. 2004. Principle of Oral and Maxillofacial Surgery. London : BC

Decker Inc.

Riawan, Lucky. 2007. Materi Kuliah Bedah Dento Alveolar.

Universitas Padjadjaran Bandung