proposal stroke revisi (2)

71
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE DIHUBUNGKAN DENGAN LIFESTYLE DI RSUD WONOSOBO TAHUN 2011 Oleh : AGUS HASAN A2100…… PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

Upload: sieghitpedro

Post on 09-Aug-2015

673 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Stroke Revisi (2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE

DIHUBUNGKAN DENGAN LIFESTYLE DI RSUD WONOSOBO

TAHUN 2011

Oleh :AGUS HASAN

A2100……

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2011

Page 2: Proposal Stroke Revisi (2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE

DIHUBUNGKAN DENGAN LIFESTYLE DI RSUD WONOSOBO

TAHUN 2011

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat Sarjana

Diajukan Oleh :AGUS HASAN

A2100…….

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2011

Page 3: Proposal Stroke Revisi (2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi ini pola hidup masyarakat mulai berubah, begitu pula pada

gaya hidup dan pola makan. Masyarakat lebih cenderung menjalani gaya hidup

yang lebih praktis berhubungan dengan keterbatasan waktu istirahat yang mereka

miliki, begitu pula dengan pola makanan yang mereka konsumsi. Masyarakat

cenderung menkonsumsi makanan cepat saji serta tidak mempertimbangkan

kandungan dari makanan tersebut, begitu pula dengan bertambahnya masyarakat

yang menkonsumsi alkohol dan rokok, hal tersebut juga merupakan faktor-faktor

timbulnya berbagai macam penyakit termasuk stroke (Junaidi, 2007)

Stroke merupakan kegawatan neurologis yang serius, menduduki peringkat

tinggi penyebab kematian. Di Amerika Serikat stroke menduduki peringkat

ketiga sebagai penyebab kematian setelah jantung dan kanker. Setiap tahunnya

500.000 orang Amerika terserang stroke 400.000 orang terkena stroke iskemik

dan 100.000 orang terkena stroke haemoragic, termasuk perdarahan intraserebral

dan sub arahnoid, dengan 175.000 mengalami kematian.Stroke merupakan

penyebab kecacatan yang utama. Laporan WSO (World Stroke Organization,

2009) memperlihatkan bahwa stroke adalah penyebab utama hilangnya hari kerja

dan kualitas hidup yang buruk. Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak

Page 4: Proposal Stroke Revisi (2)

bagi para penyandangnya, namun juga bagi para anggota keluarganya. Beban

ekonomi yang ditimbulkan akibat stroke juga sedemikian beratnya (Junaidi,

2007 ).

Sroke adalah salah satu penyakit yang mengintai dan bisa membunuh

seseorang kapan saja. Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak

akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak. Penyakit ini biasanya

disebabkan oleh beragam faktor mulai dari yang sifatnya bisa dikendalikan

hingga yang sifatnya tidak dapat dikendalikan (Sutrisno, 2007).

Di Indonesia misalnya, diperkirakan setiap tahunnya ada sekitar 500 ribu

penduduk terkena serangan stroke dan masih merupakan pembunuh utama (first

killer) di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. Menurut Data Riset Kesehatan

Dasar tahun 2010, prevalensi jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 1.000

populasi di Indonesia. Dengan jumlah populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti

terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke. Jumlah itu dari tahun ke tahun

diperkirakan terus bertambah (Anna, 2011).

Rata-rata kasus Stroke di Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 635.60

kasus sedangkan pada tahun 2010 angka kejadian stoke di kabupaten wonosobo

yang tercatat di RSUD Wonosobo adalah sebanyak..............kasus.

Untuk mencegah terjadinya stroke, para ahli melalui hasil riset terbarunya

merekomendasikan lima kebiasaan atau gaya hidup sehat yang harus dijalani

secara disiplin. Dengan menerapkan lima gaya hidup ini, risiko mengalami

stroke dapat menurun drastis hingga 80 persen. Lima kebiasaan hidup sehat

Page 5: Proposal Stroke Revisi (2)

tersebut adalah tidak merokok, memelihara bobot ideal, olahraga, disiplin

dengan diet dengan menu seimbang dan tidak mengkonsumsi alkohol.

Wonosobo merupakan kota dibawah kaki gunung yang dingin, dan

merupakan penghasil tembakau utama didaerah Jawa Tengah, jadi

kecenderungan masyarakat Wonosobo terutama yang berjenis kelamin laki-laki

adalah perokok, bahkan biasanya mulai dari SD kelas 4 sudah merokok, dan

sebagian besar merokok lintingan dengan kadar tembakau dengan kadar nikotin

yang tinggi, dicampur dengan cengkeh, klembak, dan kemenyan dan hampir

dipastikan setiap orang dewasa laki-laki adalah perokok (90%). Demikian pula

halnya beberapa wanita juga menjadi perokok, baik itu aktif maupun pasif.

Kebiasaan merokok ini biasa ditemui pada saat kumpulan RT, pengajian, atau

bertamu. Sehingga mempunyai efek yang tidak baik, baik bagi perokok aktif

maupun bagi perokok pasif.

Selain kebiasaan merokok, masyarakat Wonosobo penggemar daging

koyor (lemak sapi) yang merupakan makanan favorit, mengingat harga daging

sapi yang amat mahal, maka biasanya masyarakat didaerah Wonosobo lebih

memilih koyor(lemak sapi) yang tentu saja lebih murah harganya. Atau kalau

tidak lemak yang di bakso hal ini mengingat Wonosobo adalah daerah yang

berhawa dingin, sehingga lebih menyukai makanan hangat, dan merupakan

makanan favorit masyarakat Wonosobo. Dan orang Wonosobo penggemar ikan

asin dikarenakan Wonosobo jauh dari laut sehingga ketersediaan ikan laut segar

jarang dan biasanya sudah diawetkan misalnya "ikan asin", pindang (bandeng

Page 6: Proposal Stroke Revisi (2)

kranjangan) yang diawetkan dengan tidak hygienis, dan tentu saja mengandung

garam yang tinggi, bahkan mungkin mengandung zat pengawet yang berbahaya,

missal; Borax, Formalin, dan sebagainya. Kebiasaan yang lain adalah masakan

khas wonosobo lebih berasa rasa gurih asin yang didapat dari penyedap rasa dan

garam.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut di atas merupakan faktor yang dapat memicu

kejadian stroke, berdasar uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke

dihubungkan dengan lifestyle di RSUD Wonosobo tahun 2011”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah

dalam penelitian sebagai berikut : “Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stroke dihubungkan dengan lifestyle di RSUD Wonosobo tahun

2011?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke

dihubungkan dengan lifestyle di RSUD Wonosobo tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke di

RSUD Wonosobo tahun 2011.

Page 7: Proposal Stroke Revisi (2)

1.3.2.2. Mengetahui hubungan faktor obesitas (kegemukan) terhadap kejadian

stroke di RSUD Wonosobo tahun 2011.

1.3.2.3. Mengetahui hubungan kebiasaan berolah raga terhadap kejadian stroke di

RSUD Wonosobo tahun 2011.

1.3.2.4. Mengetahui hubungan diet yang tidak baik dengan terhadap kejadian

stroke di RSUD Wonosobo tahun 2011.

1.3.2.5. Mengetahui hubungan minum alkohol terhadap kejadian stroke di RSUD

Wonosobo tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. 4.1. Bagi Peneliti

a. Menerapkan ilmu metodologi penelitian yang telah didapat di bangku

perkuliahan pada kenyataan sesungguhnya.

b. Memperoleh pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stroke dihubungkan dengan lifestyle.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes

a. Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke dihubungkan

dengan lifestyle.

b. Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stroke dihubungkan dengan lifestyle

1.4.3. Bagi tempat penelitian

Page 8: Proposal Stroke Revisi (2)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan data tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke dihubungkan dengan lifestyle

di RSUD Wonosobo tahun 2011.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Andriyani Sinaga (2007) dengan judul

Karakteristik Pendarahan Stroke di Rawat Inap RS Haji Medan Tahun 2002 –

2006. Jenis penelitian deskriptif denan pesain case series. Populasi sebanyak 942

dan sampel sebanyak 281 yang diambil secara systemic random sampling.

Karakteristik yang diambil yaitu umur, jenis kelamin, ras, agama dan pendidikan.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu jenis penelitian analitik Pendekatan

penelitian menggunakan cross-sectional

Perbedaan:

a. Variabel penelitian berbeda karena penelitian terdahulu meneliti karakteristik

perdarahan stroke sementara penelitian ini meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stroke dihubungkan dengan lifestyle.

b. Tempat penelitian, penelitian oleh Sinaga dilakukan di desa Rawat Inap RS

Haji Medan sedangkan penelitian ini dilakukan di RSUD Wonosobo.

c. Waktu penelitian yang dilakukan oleh Sinaga Tahun 2002-2006 sedangkan

penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliaji Siswanto (2009) dengan judul

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Berulang (Studi kasus

Page 9: Proposal Stroke Revisi (2)

di RS. Karyadi Semarang). Rancangan penelitian menggunakan case control

dengan jumlah sampel 100 yang dilakukan secara consective sampling. Alat

analisis bivariate menggunakan chi-square.

Page 10: Proposal Stroke Revisi (2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pengertian Stroke

Strok (bahasa Inggris: stroke) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika

pasokan darah ke suatu bagian otak tiba – tiba terganggu dikarenakan

berkurangnya atau terhentinya penyediaan darah secara tiba – tiba. “Stroke juga

bisa diartikan sebagai gejala – gejala defisit fungsi susunan saraf yang di

akibatkan penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh lainnya” (M. Adib, 2009).

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya

terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan

gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang

terlalu perlahan, atau karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah

(perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati

( Yatim F, 2005 ).

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh

darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan

ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya ( Utami P, 2009 ).

Page 11: Proposal Stroke Revisi (2)

Gambar 2.1. Susunan Saraf Dan Pembuluh Darah Di Otakwww.medicastro.com

2.1.2. Klasifikasi

Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi :

2.1.2.1. Stroke Iskemik / Non Hemorogik

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena

aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.

Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Pada

stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri

yang menuju ke otak. Darah ke otak di sediakan oleh dua arteria karotis internal dan

dua arteri vertebralis. Arteri – arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta

jantung (Harsono, 2003).

Page 12: Proposal Stroke Revisi (2)

Gambar 2.2. Jenis Stroke Iskemik (Terjadi Penyumbatan Pembuluh Darah)www.medicastro.com

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan

manifestasi klinik dan proses patologik (kausal) (Harsono, 2003) :

a. Berdasarkan manifestasi klinik:

1) Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)

Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran

darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic

Neurological Deficit (RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam

waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.

3) Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

Gejala neurologik makin lama makin berat.

Page 13: Proposal Stroke Revisi (2)

4) Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak

berkembang lagi.

b. Berdasarkan Kausal :

1) Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan

pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada

pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.

Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat

aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan

darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh

tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density

Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil,

trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah

arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan

merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

2) Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari

jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi

penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah

tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

2.1.2.2. Stroke Hemorogik

Page 14: Proposal Stroke Revisi (2)

Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran

darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan

merusaknya. ( Fatimah Detty N, 2009 ). Pada stroke hemoragik, pembuluh darah

pecah sehingga menghambat aliran darah normal dan darah merembes ke dalam

suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya. Hampir 70% kasus stroke

hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.

Gambar 2.3. Jenis Stroke Iskemik (Terjadi Penyumbatan Pembuluh Darah)www.medicastro.com

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke

hemoragik dibagi atas (Sutrisno, 2007) :

a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang

primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan

Page 15: Proposal Stroke Revisi (2)

bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak

disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya

adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah

seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian

antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh

cepat, amiloidosis serebrovaskular.

b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)

Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan

terdapatnya/masukny darah ke dalam ruangan subarakhnoidal.

Perdarahan ini terjadi karen pecahnya aneurisma (50%),

pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari

PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.

c. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi

akibat robeknya vena jembatan ( bridging veins) yang

menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di

dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.

2.1.3. Gejala Stroke

2.1.3.1. Gejala Stroke Non Hemoragik

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan

peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya

Page 16: Proposal Stroke Revisi (2)

gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan

peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah

(Price, 2005 ; Harsono, 2003 dan Sugianto, 2001) :

a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.

1) Buta mendadak (amaurosis fugaks).

2) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa

lisan (disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.

3) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis

kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi

sumbatan.

b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.

1)Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih

menonjol.\

2)Gangguan mental

3)Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.

4)Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

5)Bisa terjadi kejang-kejang.

c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.

1)Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang

lebih ringan.

2)Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.

Page 17: Proposal Stroke Revisi (2)

3)Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

4)Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.

1)Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.

2)Meningkatnya refleks tendon.

3)Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.

4)Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor),

kepala

5)berputar (vertigo).

6)Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).

7)Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara

sehingga pasien sulit bicara (disatria).

8)Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan

kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan

daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan

(disorientasi).

9)Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia),

gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus),

penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak

mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan

kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).

10)Gangguan pendengaran.

Page 18: Proposal Stroke Revisi (2)

11)Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

1)Koma

2)Hemiparesis kontra lateral.

3)Ketidakmampuan membaca (aleksia).

4)Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur

1)Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.

Aphasia dibagi dua yaitu Aphasia motorik adalah

ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran

melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya

untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik

adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang

lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan

lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti,

tergantung dari luasnya kerusakan otak.

2)Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena

kerusakan otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada

secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah

ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca

huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca

Page 19: Proposal Stroke Revisi (2)

huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi

ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.

3)Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat

adanya kerusakan otak.

4)Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan

mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.

5)Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah

sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti

penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah

atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering

bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh

menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita

tidak boleh melihat jarinya).

6)Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya

kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang

berhubungan dengan ruang.

7)Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah

laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari

hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya

gangguan bicara.

Page 20: Proposal Stroke Revisi (2)

8)Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi

pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca

operasi pengangkatan massa di otak.

9)Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup

sejumlah kemampuan.

2.1.3.2. Gejala Stroke Hemoragik

Gejala stroke hemoragik antara lain yaitu (Lumbantobing,

2003) :

a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)

Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral

adalah: nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di

rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal

merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di

siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran

biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang

dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi

setelah 3 jam).

b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang

hebat, nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia.

Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan

kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi

rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi

Page 21: Proposal Stroke Revisi (2)

gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf

otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi

ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai

peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan

perubahan pada EKG.

c. Gejala Perdarahan Subdural

Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai

gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat

edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik

daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-

minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma

kepala.

2.1.4. Diagnosis Stroke

2.1.4.1. Diagnosis stroke Non Hemoragik

Diagnosis didasarkan atas hasil (Harsono, 2003) :

a. Penemuan Klinis

1) Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang

mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko

stroke.

2) Pemeriksaan Fisik

Page 22: Proposal Stroke Revisi (2)

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko

seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh

darah lainnya.

3) Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

(a) Pemeriksaan Neuro-Radiologik

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat

membantu diagnosis dan membedakannya dengan

perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi serebral

(karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu,

atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor

serebrospinalis, seringkali dapat membantu

membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan

intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid

(PSA).

Page 23: Proposal Stroke Revisi (2)

(b) Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti:

pemeriksaan darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit,

eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah.

Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,

Elektrokardiografi (EKG).

2.1.4.2. Diagnogsis Stroke Hemoragik

Diagnosis stroke hemoragik ((Harsono, 2003) terdiri dari :

a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari

hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan dapat

dilakukan dengan Computerized Tomography Scanning (CT-

Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi

(EKG), Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi (USG), dan

Angiografi cerebral.

b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis.

Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-

Angiografi, MR Angiografi atau Digital Substraction Angiography

(DSA).

c. Perdarahan Subdural

Page 24: Proposal Stroke Revisi (2)

Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto

tengkorak anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu,

dapat juga dilakukan dengan CT-Scan dan EEG.

Page 25: Proposal Stroke Revisi (2)

2.1.5. Faktor Resiko Stroke

Stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi

karena ada gangguan aliran darah ke bagian otak. Bila ada daerah otak yang

kekurangan penyediaan darah secara tiba – tiba dan penderitanya mengalami

gangguan persyarafan sesuai daerah otak yang terkena. Bentuknya dapat berupa

lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh

(hemiparesis), gangguan bicara, gangguan rasa (sensasi) di kulit sebelah wajah,

lengan atau tungkai.

Faktor resiko mayor (faktor dominan) biasanya merupakan penyakit dan gangguan

lain yang memang sudah bersarang di tubuh penderita stroke. Faktor – faktor tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi

meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Makin tinggi

tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan

pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya

penyumbatan/perdarahan otak. Sebanyak 70% dari orang yang terserang stroke

mempunyai tekanan darah tinggi (Bambang, 2003).

b. Penyakit jantung

Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah

fibrilasi atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya

penggumpalan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh

Page 26: Proposal Stroke Revisi (2)

darah di otak. Di samping itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup

jantung, infeksi otot jantung, pasca operasi jantung juga memperbesar risiko

stroke (Bambang, 2003). Fibrilasi atrium yang tidak diobati meningkatkan risiko

stroke 4-7 kali (Feigin, 2006)

c. Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis (gejala – gejala pengerasan

pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah

karatis, klaudikasio intermiten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer

tidak ada, dan lain – lain

d. Diabetes mellitus (kencing manis)

Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak

sekuat hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis

(pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh terhadap

terjadinya stroke (Shimberg, 2000). Menurut penelitian Siregar F (2002) di

RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita diabetes

melitus mempunyai risiko terkena stroke dengan OR: 3,39. Artinya risiko

terjadinya stroke pada penderita diabetes mellitus 3,39 kali dibandingkan dengan

yang tidak menderita diabetes mellitus (Siregar, 2002)

e. Polisitemia (banyak sel – sel darah)

f. Pernah terserang stroke

g. Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah)

h. Tingginya sel darah merah

i. Gangguan pembuluh darah

Page 27: Proposal Stroke Revisi (2)

j. Penyakit pada katup jantung atau otot jantung yang disebut endocarditis

k. Mengerasnya pembuluh arteri (atersklerosis, atau penumpukan kolesterol

pada dinding arteri)

l. Ketidaknormalan irama jantung seperti atrial fibrillation

Ada pun faktor resiko minor adalah faktor yang biasanya terjadi karena

faktor gaya hidup dan pola makanan dari penderita yang tidak memperhatikan

berbagai akibat negatif dari pola dan gaya hidup tersebut. Namun, selain itu,

faktor budaya dan lingkungan juga menjadi faktor resiko minor ini. Faktor resiko

minor ini antara lain :

a. Kadar lemak darah yang tinggi

Salah satu bagian yang ada dalam makanan kita sehari-hari adalah

lemak. Lemak memang sangat dibutuhkan terutama dalam pengolahan

pembuatan hormon, dan pemeliharaan jaringan syaraf dalam tubuh. Tapi bila

kadar lemak dalam darah berlebihan akan memberikan akibat pengaruh yang

buruk bagi tubuh yaitu merusak pembuluh darah jantung dan otak serta

pembuluh darah lainnya. Khususnya kolesterol, salah satu bagian lemak tubuh

yang memang sangat penting peranannya dalam terjadinya pengapuran

dinding pembuluh darah. Kadar lemak dalam darah dipengaruhi oleh lemak

yang dikonsumsi. Kolesterol dalam makanan akan diserap oleh dinding usus

dan diangkut ke seluruh tubuh oleh darah. Karena sifatnya yang tidak larut

air, maka kolesterol harus diangkut secara kombinasi oleh protein yang larut

dalam air, yaitu lipoprotein.

Page 28: Proposal Stroke Revisi (2)

Lipoprotein dibedakan menurut berat jenisnya yaitu HDL, LDL, dan

VLDL. Jenis LDL dan VLDL dikenal sebagai kolesterol “jahat” karena dapat

menimbulkan endapan dalam pembuluh darah. Sementara HDL sikenal

sebagai kolesterol “baik”, karena justru menggusur kolesterol ke dalam hati

untuk dipecah dalam empedu dan dibuang oleh tubuh. Para penderita stroke

biasanya mempunyai kadar HDL dibawah normal dan LDL maupun VLDL

diatas normal (Bambang, 2003).

c. Merokok

Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik

Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko

terkena stroke sebesar 4 kali (Siregar, 2002). Merokok menyebabkan

penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di

otak dan jantung), sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis,

mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal

(Feigin, 2006).

d. Kegemukan (obesitas)

Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes

melitus (Bambang, 2003). Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%.

Obesitas dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis

yang semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke

(Feigin, 2006).

Page 29: Proposal Stroke Revisi (2)

Cara penentuan status gizi yang lain adalah dengan menggunakan

rumus. Cara ini digunakan misalnya kalau baku yang ada tidak dapat dipakal

misalnya baku WHO-NCHS hanya berlaku sampai usia 18 tahun, sehingga

untuk menentukan status gizi orang dewasa diatas 18 tahun digunakan rumus.

Langkahnya ialah dengan melakukan pengukuran antropometri yang meliputi

berat badan dan tinggi badan, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus

lain dikategorikan berdasarkan klasifikasi yang ada. Cara ini dikenal rumus

Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu :

Tabel 2.1. Batas ambang IMT untuk orang Indonesia

Kategori Keterangan IMT

Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0

Kekurangan BB tingkat ringan 17 – 18,5

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25 – 27

Kelebihan BB tingkat berat > 27

e. Kadar asam urat tinggi

f. Kurang gerak badan / olahraga

g. Fibrinogen tinggi

h. Diet yang tidak baik

Page 30: Proposal Stroke Revisi (2)

i. Suku bangsa (yang lebih dominan Negro/Spanyol)

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit

putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup

(Bambang, 2003). Pada tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada

laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar

62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang

berkulit hitam sebesar 58,7% (Americant Heart, 2004)

j. Jenis kelamin (pria)

Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki banyak

menderita stroke dibandingkan perempuan (Bambang, 2003). Insiden stroke

1,25 kali lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan (Lumbantobing,

2003)

k. Penyalahgunaan obat-obatan (narkoba)

Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan

akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan

dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan

mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil

pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani

narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan

suntikan berisiko terkena stroke (Bambang, 2003)

Selain faktor resiko mayor dan minor di atas, ada juga faktor lain yang bisa

mengakibatkan kemungkinan serangan stroke, misalnya penyakit sifilis, malaria

Page 31: Proposal Stroke Revisi (2)

otak, penyakit darah yang menyebabkan kekentalan darah meningkat, dan lain –

lain.

2.1.6. Gaya Hidup (Lifestyle) Sehat Hindari Stroke

Untuk mencegah terjadinya stroke, para ahli melalui hasil riset terbarunya

merekomendasikan lima kebiasaan atau gaya hidup sehat yang harus dijalani secara

disiplin. Dengan menerapkan lima gaya hidup ini, risiko Anda mengalami stroke dapat

menurun drastis hingga 80 persen. Rekomendasi yang diberikan ini adalah hasil dari

suatu riset kesehatan yang dilakukan ilmuwan Harvard School of Public Health

terhadap 43.685 pria dan 71.243 wanita. Rata-rata usia partisipan pada saat riset

dimulai yakni 54 tahun pada pria dan 50 tahun pada wanita.

Ketika riset ini berjalan, tak seorangpun partisipan yang mengalami penyakit

kardiovaskular atau pun kanker. Setiap partisipan selalu didata mengenai kebiasaan

atau gaya hidup serta kondisi medisnya sejak 1986 hingga 2002. Selama penelitian

bergulit, tercatat 1.559 kasus stroke terjadi pada wanita dan 994 stroke terjadi pada

pria.

Dari hasil riset yang dimuat jurnal Circulation ini, para peneliti mendefinisikan

5 kebiasaan yang menekan risiko stroke sebagai berikut:

a. Tidak merokok.

b. Memelihara bobot badan ideal. Ini berarti bahwa body mass index (BMI)-nya

kurang dari 25. Angka BMI yang berkisar antara 25 hingga 29,9 dipertimbangkan

dalam kategori normal, sedangkan lebih dari 30 dipertimbangkan sebagai obesitas

atau kegemukan.

Page 32: Proposal Stroke Revisi (2)

c. Lakukan olahraga atau gerakan fisik selama minimal setengah jam selama setiap

hari.

d. Disiplin dalam menjalani diet menu seimbang termasuk di antaranya menghindari

lemak jahat dan rajin mengonsumsi buah dan sayuran, daging rendah lemak seperti

ayam dan ikan, serat, kacang dan polong-polongan.

e. Batasi atau hentikan konsumsi alkohol.

Dari riset terungkap, para wanita yang disiplin menjalani lima gaya hidup di

atas memiliki risiko 79 persen lebih rendah mengidap semua jenis stroke dan 81 persen

lebih rendah risikonya mengalami risiko stroke iskemik ketimbang wanita yang tidak

menjalani gaya hidup sehat.

Sementara pria yang melewati kesehariannya dengan lima panduan gaya hidup

tersebut mencatat 69 persen risiko lebih rendah dari semua jenis stroke dan 80 persen

risiko lebih rendah mengidap stroke iskemik, dibandingkan pria yang tak menjalani

lima pola gaya hidup sehat tersebut.

“Lebih dari 50 persen kasus stroke iskemik dapat dicegah melalui kedisiplinan

pada gaya hidup yang sehat. Sedangkan untuk kasus stroke secara keseluruhan, 47

kasusnya pada wanita dan 35 persen kasus pada pria dapat dicegah (Luma, 2010).

2.1.7. Pencegahan Stroke

Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia,

upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:

Page 33: Proposal Stroke Revisi (2)

a. Pencegahan Primordial

Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya

faktor risiko stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor

risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara

melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang

bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau

poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu,

promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program

pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi

tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media

elektronik dan billboard (Bustan, 2000).

b. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya

faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko

dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara

lain (Lumbantobing, 2003 dan Feigin, 2006) :

1) Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi

garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain

dan sejenisnya.

2) Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.

Page 34: Proposal Stroke Revisi (2)

3) Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya

fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit jantung

reumatik), dan penyakit vaskular aterosklerotik lainnya.

4) Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan

banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem

dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada makanan

tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu

rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah

menderita stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan

terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi

kronis. Tindakan yang dilakukan adalah (Lumbantobing, 2003):

1)Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat)

digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan

pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,

antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor

resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut,

kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain. Clopidogrel

dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi

trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau

mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal (aspirin).

Page 35: Proposal Stroke Revisi (2)

2)Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya

mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada

penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada

penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi

obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti

merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan

berat badan dan kurang gerak.

d. Pencegahan Tertier

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah

menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak

bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang

lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi

fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim

yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi

wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran

serta keluarga (Feigin, 2006).

1) Rehabilitasi Fisik

Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi

yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik.

Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah

fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan

Page 36: Proposal Stroke Revisi (2)

dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot,

duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan

serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah

terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT),

diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam

melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai

baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah

terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih

kemampuan penderita dalam menelan makanan dan

minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan

orang lain.

2)Rehabilitasi Mental

Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah

emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka,

misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia,

murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka

alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi

untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu,

penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan

melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi

klinis.

3)Rehabilitasi Sosial

Page 37: Proposal Stroke Revisi (2)

Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk

membantu penderita stroke menghadapi masalah sosial

seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan

perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu,

petugas sosial akan memberikan informasi mengenai

layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial.

Page 38: Proposal Stroke Revisi (2)

2.2. Kerangka Teori

vete

Kejadian Stroke

Jenis Stroke :1. Stroke Iskemik2. Stroke Hemarogik

Faktor yang menyebabkan kejadian stroke :

1. Faktor mayor (Faktor penyakit dan gangguan lain yang bersarang di tubuh penderita)a. Hipertensib. Penyakit jantungc. Diabetes Mellitusd. Pernah terserang stroke

2. Faktor minor (gaya hidup dan pola makan)a. Kadar gula darah yang tinggib. Merokokc. Kegemukand. Kurang gerak badan/olahragae. Diet yang tidak baikf. Kadar asam urat tinggig. Suku bangsa h. Jenis kelamin

Gejala stroke iskemik :a. Gejala akibat penyumbatan kerotis eternalb. Gejala akibat penyumbatan serebri

anteriorc. Gejala akibat penyumbatan system

vertebra basilard. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri

media e. Gejala akibat penyumbatan serebri

posteriorf. Gejala akibat penyumbatan fungsi luhurGejala stroke hemarogik :a. Gejala Perdarahan Intracelebral (PIS)b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Diagnosis :a. Stroke iskemik

1. Penemuan klinis2. Pemeriksaan tambahan

b. Stroke hemarogik1. Perdarahan intraserebral (PIS)2. Perdarahan subarachnoid (PSA)3. Perdarahan Subdural

Pencegahan :1. Pencegahan primordial2. Pencegahan primer3. Pencegahan sekunder4. Pencegahan tertier

Bagan 2.1. Kerangka Teori

Page 39: Proposal Stroke Revisi (2)

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka kerangka konsep penelitian ini

adalah :

Variabel Independent (bebas) Variabel dependent (terikat)

Variabel pengganggu

Bagan 2.2. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang menyebabkan stroke :

1. Merokok2. Obesitas/kegemukan3. Kurang gerak

badan/olahraga4. Diet yang tidak baik5. Minum alkohol

Kejadian Stroke

Faktor-faktor lain :

1. Hipertensi2. Diabetes Mellitus3. Penyakit jantung4. Pernah terkena stroke5. Kadar gula darah yang

tinggi6. Kadar asam urat tinggi7. Suku bangsa 8. Jenis kelamin

Page 40: Proposal Stroke Revisi (2)

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1. Ada hubungan antara kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke di RSUD

Wonosobo tahun 2011.

2.4.2. Ada hubungan antara faktor obesitas (kegemukan) terhadap kejadian stroke di

RSUD Wonosobo tahun 2011.

2.4.3. Ada hubungan antara kebiasaan berolah raga terhadap kejadian stroke di RSUD

Wonosobo tahun 2011.

2.4.4. Ada hubungan diet yang tidak baik dengan terhadap kejadian stroke di RSUD

Wonosobo tahun 2011.

2.4.5. Ada hubungan antara minum alkohol terhadap kejadian stroke di RSUD

Wonosobo tahun 2011.

Page 41: Proposal Stroke Revisi (2)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik. Deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif sedangkan analitik adalah penelitian

yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

variabel (Arikunto, 2010).

Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Cross sectional yaitu data

yang menunjukkan titik waktu tertentu atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu

bersamaan (Riwidigdo, 2009).

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berobat di Poli syaraf

RSUD Wonosobo. Jumlah pasien pada bulan Oktober 2011 adalah ......orang.

Page 42: Proposal Stroke Revisi (2)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Apabila ukuran populasi lebih dari 100, maka jumlah sampel sekurang-

kurangnya 10-15% dari ukuran populasi (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini sampel

yang digunakan adalah 10% dari total sampel. Jadi sampel yang digunakan adaklah

. Jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu …. responden.

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan accidental

sampling. Accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan kepada

responden yang kebetulan ada di tempat penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Sampel yang diambil dengan kriteria :

a. Inklusia dalah kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi, suatu target dan terjangkau akan diteliti (Nusalam, 2003). Adapun kriteria

inklusi sampel yang akan diliti adalah :

1) Pasien yang berobat di poli syaraf RSUD Wonosobo

2) Bersedia untuk menjadi responden

3) Bisa membaca dan menulis

b. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek memenuhi kriteria

inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Kriteria

ekslusi sampel yang akan diteliti adalah pasien yang berobat dengan stroke berat.

Page 43: Proposal Stroke Revisi (2)

3.3. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

3.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Syaraf RSUD Wonosobo Kabupaten

Wonosobo.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember tahun 2011.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian. Variabel

menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara

satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Riwidikdo, 2007).

Variabel dalam penelitian ini menggunakan :

3.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu merokok, obesitas, olahraga, diet menu

seimbang dan minum alkohol.

3.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian stroke.

Page 44: Proposal Stroke Revisi (2)

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional

Cara ukur Parameter Skala Data

1 Stroke Sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak

Kuesioner Skor 1 = Jika ya strokeSkor 0 = Jika tidak stroke

Nominal

2 Merokok Yaitu kebiasaan merokok yang dilakukan oleh responden

Kuesioner Skor 1 = Jika ya merokokSkor 0 = Jika tidak merokok

Nominal

3 Obesitas Berat badan dibandingkan dengan tinggi badan

Kuesioner Skor 1 = Jika ya obesitasSkor 0 = Jika tidak obesitas

Nominal

4 Olahraga Kebiasaan olahraga yang dilakukan oleh responden

Kuesioner Skor 1 = Jika ya suka olahraga Skor 0 = Jika suka olahraga

Nominal

5 Diet yang tidak baik

Kebiasaan diet yang tidak baik yang dilakukan oleh responden

Kuesioner Skor 1 = Jika ya diet Skor 0 = Jika tidak diet

Nominal

6 Minum alkohol

Kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh responden

Kuesioner Skor 1 = Jika ya suka minum alkohol Skor 0 = Jika tidak suka minum alkohol

Nominal

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner pada pasien

mata. Sebelum kuesioner dibagikan peneliti meminta persetujuan responden untuk

mengisi kuesioner kemudian terlebih dahulu dijelaskan cara pengisiannya. Setelah

Page 45: Proposal Stroke Revisi (2)

itu peneliti memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden kemudian

dikumpulkan pada saat itu juga.

3.7. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah

kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilihnya (Arikunto, 2010).

Sebelum kuesioner digunakan dalam hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji

coba instrument (uji validitas dan reliabilitas).

3.7.1. Uji validitas

Uji validitas instrumen adalah keadaan yang mcnggambarkan instrument

tersebut benar-benar mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2002).

Instrumen dikatakan valid apabila r-hitung > r tabel dengan taraf signifikan 5 %

dan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi product moment (Notoatmodjo, 2002), yaitu :

R =

Keterangan :

R : angka korelasi

N : jumlah responden

x : nilai dari setiap point pernyataan

Page 46: Proposal Stroke Revisi (2)

y : skor total

xy : nilai dari pernyataan dikali skor total

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik. Instrumen yang reliabel dapat menghasilkan data yang dipercaya. Jika

datanya benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, hasilnya

tetap sama (Arikunto, 2002). Instrumen dikatakan reliabel apabila r-hitung > r

tabel dengan taraf signifikan 5 % dan tingkat kepercayaan 95%.

Sedangkan formula untuk menguji reliabilitas tingkat pengetahuan,

digunakan rumus Alfa cronbach yaitu :

Keterangan :

r : reliabilits instumen

k : banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

: jumlah varian butir

St2 : varian total

3.8. Mekanisme Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara cross sectional

(catatan mengambil data dari sampel satu kali saja) dimana responden mengisi secara

Page 47: Proposal Stroke Revisi (2)

langsung kuesioner berupa lembaran chekclis untuk mengisi faktor-faktor yang

menyebabkan kejadian stroke diantaranya yaitu : merokok, obesitas, olahraga, diet menu

seimbang dan minum alkohol.

3.9. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.9.1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data.

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi disajikan dalam bentuk tabel dan

dipresentasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Budiarto, 2002) :

3.9.1.1. Editing

Editing Memeriksa data yang sudah terkumpul untuk meneliti

kelengkapan jawaban responden dengan kuesioner yang diberikan yang

bertujuan untuk menghitung banyaknya lembaran daftar pertanyaan yang telah

diisi untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

3.9.1.2. Coding

Memberikan kode angka pada alat penelitian untuk memudahkan dalam

analisa data. Meskipun pemberian kode dapat mempermudah pengolahan,

tetapi pekerjaan ini harus dilakukan seteliti mungkin karena mudah

menimbulkan kesalahan dalam pemberian kode atau dalam memasukkan data.

Page 48: Proposal Stroke Revisi (2)

3.9.1.3. Tabulating

Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa

agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan

dianalisis.

3.9.2. Analisis Data

3.9.2.1. Analisis Univariate

Analisis univariate yaitu analisis yang dilakukan untuk satu variabel

atau per variabel. Dalam analisis data penulis menggunakan analisis non

statistik atau disebut sebagai analisis statistik sederhana. Untuk mencari

presentase faktor dihitung dengan menggunakan rumus menurut (Budiarto,

2002).

Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

3.9.2.2. Analisis Bevariate

Untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar dua variabel

digunakan Uji Korelasi Spearman Rank (Rho) . Uji ini digunakan untuk

mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala

ordinal, caranya adalah sebagai berikut (Hidayat, 2009) :

Page 49: Proposal Stroke Revisi (2)

a. Membuat hipotesis

a. Membuat tabel penolong untuk menghitung rangking

b. Menentukan rs hitung dengan rumus :

Keterangan :

rs : nilai korelasi Spearman Rank

d2 : selisih setiap pasangan Rank

n : Jumlah pasangan rank untuk spearman (5<n<30)

c. Menentukan nilai r s tabel Spearman

d. Menentukan Z hitung dengan rumus :

e. Membuat kesimpulan

Apabila Z hitung > Z tabel maka Ho ditolak artinya signifikan.

Apabila Z hitung < Z tabel maka Ho ditolak artinya tidak signifikan.

Tabel 3.2. Pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan0,80 – 1,0000,60 – 0,7990,40 – 0,5990,20 - 0,3950,00 – 0,199

Sangat kuatKuatCukup kuatRendahSangat rendah

Page 50: Proposal Stroke Revisi (2)

DAFTAR PUSTAKA

Anna. 2011. Stroke Bayangi Belasan Juta Jiwa Kaum Muda. http://health.kompas.com/read/2011/10/31/06480744/Stroke.Bayangi.Belasan.Juta.Jiwa.Kaum.Muda (diakses pada tanggal 5 November 2011)

Americant Heart, 2004. Stroke Statistic. http://www.americantheart.org/

Bustan, Mn, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Bambang, M, Suhartik, K.S., 2003. Pencegahan Stroke Dan Jantung Pada Usia Muda. Balai Pustaka FKUI, Jakarta

Budiarto, E. 2002. Biostatistika Untuk Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran: EGC.

Feigin, V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Henderson, L, 2002. Stroke Panduan Perawatan. Penerbit Arcan, Jakarta.

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Surabaya: Salemba Medika.

Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Harsono, 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lumbantobing, S.M, 2003. Neurogeriatri. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo. S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo. S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 51: Proposal Stroke Revisi (2)

Sutrisno, A, 2007. Stroke Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda Terserang Stroke. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugianto, P, 2001. Gangguan Fungsi Luhur Pada Penderita Stroke. Berkala Ilmiah Kesehatan Fatmawati, Vol.3 No.8.

Siregar, FA, 2002 . Determinan Kejadian Stroke Pada Penderita Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Shimberg, EF, 1998. Stroke petunjuk Penting Bagi Keluarga. Alih Bahasa Anne Rozana. PT. Pustaka Delapratasa, Jakarta.