proposal rencana antisipasi bencana tsunami di kota banda aceh tahun 2015 fix banget

41
PROPOSAL RENCANA ANTISIPASI BENCANA AKIBAT TSUNAMI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2015 A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping bencana, Indonesia juga rawan terhadap bencana akibat ulah manusia. Hal ini disebabkan karena faktor letak geografis dan geologi serta demografi. Posisi geografis Indonesia yang terletak di zona pertemuan lempeng benua merupakan salah satu faktor penyebab atas sering terjadinya bencana alam gempa bumi. Ketika terjadi dislokasi di zona pertemuan lempeng bawah laut, selain terjadi getaran gempa, perpindahan sejumlah besar massa air laut akibat peristiwa ini juga dapat memicu terjadinya tsunami. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan “tsu” berarti lautan, “namiberarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011). Tsunami bisa mempunyai panjang gelombang sampai 200 km, dengan kecepatan bisa mencapai 800 km/jam. Di tengah lautan, tinggi gelombang tsunami hanya 0,25-0,50 meter, 1

Upload: cintia-risma-yuliani

Post on 05-Jan-2016

249 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tsunami Aceh

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

PROPOSAL

RENCANA ANTISIPASI BENCANA AKIBAT TSUNAMI BIDANG KESEHATAN

LINGKUNGAN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2015

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi di

Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping

bencana, Indonesia juga rawan terhadap bencana akibat ulah manusia. Hal ini

disebabkan karena faktor letak geografis dan geologi serta demografi. Posisi

geografis Indonesia yang terletak di zona pertemuan lempeng benua merupakan

salah satu faktor penyebab atas sering terjadinya bencana alam gempa bumi.  Ketika

terjadi dislokasi di zona pertemuan lempeng bawah laut, selain terjadi getaran

gempa, perpindahan sejumlah besar massa air laut akibat peristiwa ini juga dapat

memicu terjadinya tsunami.

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan

“tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian

gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut

akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun 2011).

Tsunami bisa mempunyai panjang gelombang sampai 200 km, dengan

kecepatan bisa mencapai 800 km/jam. Di tengah lautan, tinggi gelombang tsunami

hanya 0,25-0,50 meter, namun tinggi gelombang tersebut bisa naik pada saat

mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai. Oleh karena itu tsunami

dapat mempunyai daya hancur yang sangat luar biasa pada wilayah pesisir (National

Geographic, 2003; Discovery Channel, 2005; Bachtiar, 2004; Canahar,2005).

Berdasarkan penelitian dan pengalaman kejadian bencana, wilayah Kota

Banda Aceh termasuk kawasan yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami

karena diapit oleh pertemuan dua lempeng bumi, yaitu lempeng Eurasia dan

lempeng Indo-Australia, serta patahan Sumatera/Semangko (Subandono dan

Budiman dalam Profil Bappeda Banda Aceh, 2009).

Tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di pantai barat Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.  Gempa bumi bermagnitudo 9.0 di zona subduksi

lempeng sepanjang pesisir barat Aceh hingga kepulauan Andaman dan Nicobar

1

Page 2: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

2

(India) telah memicu terbentuknya gelombang tsunami yang menimbulkan korban

jiwa dan kerusakan infrastruktur yang sangat besar (Bappenas, 2005).  Gempa bumi

tersebut merupakan yang paling dasyat di dunia yang pernah terjadi dalam suatu

generasi. Pusat gempa ada sekitar 150 km Selatan Meulaboh dan 250 km dari Banda

Aceh, ibukota provinsi Aceh.

Tsunami tersebut telah memakan korban jiwa dan merusak infrastruktur

publik, ekonomi dan sosial, seperti sekolah, pusat layanan kesehatan dan gedung-

gedung pemerintah. Tsunami telah mempengaruhi mata pencaharian dan kehidupan

masyarakat karena rusaknya lahan-lahan pertanian, terganggunya usaha-usaha

perikanan, hilangnya peralatan, hilangnya bukti kepemilikan tanah, menurunya

kualitas air, polusi akibat limbah padat atau cair dan rusak fasilitas sanitasi dan

pembuangan limbah, dan ini semua terjadi karena suatu bencana. Dilaporkan dengan

estimasi total kerugian material sebesar 4,0 hingga 4,5 milyar dolar AS.

Salah satu wilayah yang mengalami kerusakan terparah adalah ibu kota

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu Kota Banda Aceh yaitu sebesar 67,31%

(Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekontruksi 2005b). Kota tersebut memiliki

jumlah penduduk sebesar 230.774 jiwa (BPS,2004). Jumlah korban meninggal

mencapai 41.295 jiwa penduduk meninggal dunia, hilang 22.973 jiwa dan jumlah

pengungsi 83.542 jiwa. Dari 9 kecamatan di wilayah Kota Banda Aceh, 3

diantaranya hancur, yaitu Kecamatan Meuraxa, Kecamatan Jaya Baru, dan

Kecamatan Kuta Raja (Bappeda BA, Juni 2005).  Selain jumlah penduduk dan

pemukiman yang padat, kota tersebut memiliki hamparan medan yang datar,

sehingga korban jiwa yang diakibatkan pada bencana tersebut menunjukkan paling

besar (30.000 jiwa) dibandingkan dengan daerah kota/ kabupaten lain di wilayah

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Bakornas, 2005).

Upaya untuk pemulihan baik melalui rehabilitasi dan rekonstruksi fisik dan

infrastruktur wilayah perkotaan tersebut menurut perkiraan yang disebutkan oleh

Bappenas (2005), memerlukan waktu selama 8 tahun.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu disusun suatu rencana antisipasi

bencana akibat tsunami di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

tahun 2015 dalam bidang kesehatan lingkungan. Perencanaan antisipasi ini harus

Page 3: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

3

dilakukan secara terpadu, menyeluruh serta melibatkan seluruh stakeholder baik

lintas program maupun lintas sektor.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tersusunnya Rencana Antisipasi Bencana Akibat Tsunami Dalam Bidang

Kesehatan Lingkungan Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Tersusunya Program Manajemen Umum Antisipasi Bencana Tsunami Di

Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2015.

b. Tersusunya Pengadaan Pangan Dan Pemeliharaan Gizi Antisipasi Bencana

Tsunami Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun

2015.

c. Tersusunnya Penyediaan Air Bersih dan Penyelenggaraan Sanitasi

Lingkungan Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2015.

d. Tersusunnya Pengendalian Penyakit Menular Antisipasi Bencana Tsunami

Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2015.

e. Tersusunnya Pengendalian Manajemen Korban Luka dan/atau Cedera

Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam Tahun 2015.

f. Tersusunnya Pengorganisasian Fasilitas Pelayanan Kesehatan Antisipasi

Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tahun 2015.

g. Tersusunnya Penerapan Epidemiologi Pada Keadaan Darurat Antisipasi

Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tahun 2015.

h. Tersusunnya Langkah-Langkah Penanggulangan Bencana Akibat Tsunami

Dalam Bidang Kesehatan Lingkungan Pada Tahapan Pra, Saat Dan Pasca

Bencana Di Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun

2015.

Page 4: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

4

C. Rencana Kegiatan Program Manajemen Umum

1. Identifikasi Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan masyarakat (terutama didaerah pengungsian) yang benar-

benar dapat teridentifikasi dalam assessment ini adalah:

a. Jumlah korban yang sangat banyak, baik yang meninggal, yang mengalami

luka-luka dan yang mengalami depresi memerlukan pertolongan kesehatan

dengan segera.

b. Sistem kesehatan lumpuh disebabkan rusaknya sarana dan prasarana

pelayanan kesehatan serta banyaknya tenaga kesehatan yang hilang,

meninggal dan mengalami depresi;

c. Penanganan korban bencana tidak optimal. Banyak anggota masyarakat

termasuk pengungsi yang tinggal di lokasi pengungsian sulit memperoleh

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

d. Jenis dan distribusi obat secara logistik yang tak sesuai dengan keadaan dan

jenis penyakit tiap posko kesehatan dan areanya. Pendistribusian obat dan

logistik baik ke posko kesehatan maupun ke unit kesehatan di banda aceh

dan sekitarnya akan kurang sistematis dan kurang jelas mekanismenya.

e. Terbatasnya air bersih dan buruknya sanitasi lingkungan. Tempat-tempat

pengungsian tidak memenuhi syarat kesehatan, misalnya kekurangan air

bersih, tempat pembuangan sampah, sarana mandi, cuci dan kakus.

f. Ketahanan pangan dan gizi menurun. Sebagai akibat ketersediaan dan

distribusi bahan makanan yang kurang merata dan banyaknya titik pengungsi

menyebabkan meningkatnya resiko kekurangan gizi, sakit dan kematian

pada kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil dan usia lanjut.

g. Kemungkinan timbulnya penyakit menular. Kondisi lingkungan yang buruk

diikuti dengan kekurangan gizi dapat menyebabkan berjangkitnya berbagai

penyakit menular, misalnya campak, diare, malaria dan infeksi pernapasan

akut

2. Identifikasi Hambatan Dalam Keadaan Darurat

a. Di NAD terjadi konflik politik dan kekerasan bersenjata antar TNI dan GAM

semakin memperbesar masalah terutama dalam hal pendidikan. Peristiwa

Page 5: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

5

pembakaran gedung sekolah, penculikan dan pembunuhan guru, kegiatan

sekolah yang sering diliburkan, hingga anak-anak yang traumatis dan

menjadi korban adalah di antara begitu banyak kejadian yang semakin

mempersulit membangun dunia pendidikan di NAD selama ini.

b. Jika terjadi bencana alam dan gelombang tsunami di Aceh kemungkinan

keamanan akan terganggu. Kejadian bencana itu, justru akan dimanfaatkan

oleh pemberontak GAM untuk menyebarkan issu-issu tsunami akan datang

kembali dan akan menimbulkan kebingungan dan kepanikan bagi

masyarakat Aceh. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kecelakaan dan

trauma psikologis. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara serius

keamanan di Aceh agar tidak mendapatkan ancaman dari orang yang

bertanggung jawab yaitu GAM (Gerakan Aceh Merdeka).

3. Penentuan Prioritas

Prioritas akan diberikan untuk melindungi dan membantu anggota

masyarakat korban bencana yang paling rentan, khususnya anak-anak dan janda,

penyandang cacat, mereka yang telah kehilangan rumah dan harta-benda,

masyarakat miskin, dan mereka yang telah kehilangan pencari nafkah utama

dalam keluarga.

a. Kegiatan yang menjadi prioritas untuk segera dikerjakan sebagai berikut:

1) Mengembalikan sistem kesehatan daerah secepatnya

2) Mempercepat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik unit

pelayanan kesehatan dan mencukupi SDMnya.

3) Komitmen dan peningkatan koordinasi dan mekanisme lintas sektoral

disamping peningkatan koordinasi, mekanisme kerja, manajemen dan

pembagian tugas unitunit pelayanan kesehatan, obat dan logistik

kesehatan.

4) Perbaikan lingkungan kesehatan, gizi dan penyediaan air bersih untuk

posko, sarana kesehatan dan perumahan masyarakat.

5) Penyuluhan kesehatan termasuk imunisasi, perilaku sehat dan antisipasi

terhadap KLB.

Page 6: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

6

6) Pengembangan sistem surveilans terhadap penyakit-penyakit yang

mengancam dengan mengaktifkan sistem kewaspadaan dini.

7) Peningkatan komitmen dan aplikasi bantuan internasional.

b. Lokasi kegiatan untuk memulihkan kembali fungsi kesehatan dalam

penanggulangan kesehatan akibat gelombang tsunami diprioritaskan pada:

1) Tempat-tempat umum terutama masjid dan pasar

2) Bekas tempat penimbunan jenazah sebelum dikebumikan

3) Tempat penampungan pengungsi

4) Fasilitas kesehatan (Kantor Dinas Kesedehatan, Puskesmas dan Rumah

Sakit).

4. Penentuan Objektif dan Strategi

a. Kebijakan dan strategi kesehatan

Berdasarkan permasalahan pokok kesehatan tersebut kebijakan prioritas

yang harus ditempuh dan strategi-strategi yang akan dijalankan dalam

melaksanakan kebijakan adalah:

1) Penyelamatan korban bencana yang masih hidup, melalui strategi:

a) Pelayanan kesehatan darurat.

b) Pelayanan kesehatan bagi korban yang mengalami trauma.

2) Pemulihan sistem kesehatan, dengan strategi:

a) Mobilisasi tenaga kesehatan dari daerah lain.

b) Menempatkan tenaga kesehatan dengan sistem kontrak

c) Merekrut tenaga kesehatan baru

d) Melatih tenaga kesehatan

e) Merehabilitasi dan membangun prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan yang rusak

f) Memulihkan fungsi fasilitas pelayanan kesehatan

3) Pencegahan terjadinya wabah penyakit, melalui strategi:

a) Melakukan penilaian kebutuhan cepat (rapid health assessment)

b) Melakukan imunisasi, vector control, disinfeksi, dan penyediaan air

minum

Page 7: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

7

c) Memperkuat survailans epidemiologi

4) Pencegahan kekurangan gizi, melalui strategi:

a) Memberikan bantuan makanan bagi bayi, balita dan ibu hamil.

b) Memberikan paket pertolongan gizi seperti vitamin A, tablet besi,

syrup besi

c) Memberikan penyuluhan gizi

d) Memperkuat survailans gizi.

D. Penyusunan Rencana Kegiatan Pengadaan Pangan Dan Pemeliharaan Gizi

1. Identifikasi kelompok rentan

Gizi Rehabilitasi Program (NRP) ditargetkan kepada ibu, anak-anak, bayi

dan balita karena mereka merupakan faktor yang paling rentan dan kunci dari

generasi masa depan. NRP bertujuan untuk memberikan mereka kesempatan

untuk mencapai penuh perkembangan dukungan potensial, kesehatan dan gizi

mereka.

2. Pemantauan program pangan, Pengorganisasian distribusi pangan dan

manajemen pusat rehabilitasi gizi

Segera setelah terjadinya bencana tsunami, tenda makanan harus segera

didirikan untuk menutupi kebutuhan dasar korban, termasuk pembelian beras

lokal, mie, biskuit dan minyak sayur. Selain tenda makanan, jaringan logistik

yang efektif harus dengan cepat didirikan.

Untuk memindahkan sejumlah barang pada skala yang tengah reruntuhan

Aceh, dengan minimal menggunakan akases jalan darat, laut dan fasilitas

transportasi udara. Distribusi makanan dengan tanah adalah benar-benar tidak

dapat diakses karena jembatan yang rusak setelah tsunami. Untuk menanggapi

tantangan, harus dengan jalan udara yaitu dengan mengintensifkan pemanfaatan

helikopter dan mendarat di sepanjang kerajinan pantai barat untuk memastikan

pengiriman tepat waktu kepada masyarakat yang terisolasi. Untuk memastikan

pengiriman tepat waktu kepada masyarakat terisolasi maka digunakan

Helikopter dan kerajinan arahan dari PBB Kemanusiaan Air Service (UNHAS)

yang intensif dan dimanfaatkan sepanjang pantai barat.

Page 8: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

8

Distribusi makanan diberikan ke daerah-daerah yang terkena dampak

terburuk. Distribusi adalah tantangan besar karena banyak daerah yang harus

dicapai terputus karena kerusakan akses jalan. Respons yang cepat adalah

kontribusi besar untuk mencegah memburuknya status gizi anak-anak yang

rentan dan ibu. Mengingat tingkat makanan, ketidakamanan ditambah dengan

trauma dan penderitaan yang dialami oleh seluruh penduduk. Untuk mengurangi

kejadian malnutrisi pada ibu dan anak maka didirikan Posyandu, dengan adanya

Posyandu para ibu dapat diberikan pendidikan mengenai kesehatan dan anak-

anak bisa mendapatkan perbaikan gizi.

3. Pengelolaan Makanan Dan Minuman Pada Bencana

Dalam pengelolaan makanan dan minuman pada bencana (untuk konsumsi

orang banyak), harus memperhatikan kaedah hygiene sanitasi makanan dan

minuman (HSMM), untuk menghindari terjadinya penyakit bawaan makanan

termasuk diare, disentri, korela, hepatitis A dan tifoid, atau keracunan makanan

dan minuman, berdasarkan pedoman WHO Ensuring food safety in the aftermath

of natural disasters antara lain yaitu:

a. semua bahan makanan dan makanan yang akan didistribusikan harus sesuai

untuk konsumsi manusia baik dari segi gizi dan budaya;

b. makanan yang akan didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering dan

penerima mengetahui cara menyiapkan makanan;

c. stok harus dicek secara teratur dan pisahkan stok yang rusak;

d. petugas yang menyiapkan makanan harus terlatih dalam higiene dan prinsip

menyiapkan makanan secara aman;

e. petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit dengan

gejala berikut sakit kuning, diare, muntah, demam, nyeri tenggorok (dengan

demam), lesi kulit terinfeksi atau keluarnya discharge dari telinga, mata atau

hidung;

f. petugas kebersihan harus terlatih dalam menjaga dapur umum dan area

sekitarnya tetap bersih;

g. air dan sabun disediakan untuk kebersihan personal;

Page 9: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

9

h. makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus, serangga

atau hewan lainnya;

i. daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus dipindahkan ke

tempat kering;

j. buanglah makanan kaleng yang rusak, atau bocor;

k. periksa semua makanan kering dari kerusakan fisik, tumbuhnya jamur dari

sayuran, buah dan sereal kering;

l. air bersih untuk menyiapkan makanan; dan

m. sarana cuci tangan dan alat makan harus disiapkan.

Sebagai tambahan, WHO juga mengeluarkan panduan kunci keamanan pangan

(WHO Five Keys for Safer Food):

a. jaga kebersihan makanan;

b. pisahkan bahan mentah dan makanan yang sudah dimasak;

c. masak secara menyeluruh;

d. agar makanan pada suhu aman;

e. gunakan air dan bahan mentah makanan yang aman.

Termasuk dalam hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk

mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat

atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

E. Penyusunan Rencana Kegiatan Penyediaan Air Bersih Dan Penyelenggaraan

Sanitasi Lingkungan

1. Teknik memulihkan access kepada air bersih

Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan, Dengan demikian,

masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan air bersih yang

memadai untuk memelihara kesehatannya. Pada tahap awal kejadian bencana

atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu mendapat perhatian, karena tanpa

adanya air bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan

risiko terjadinya penularan penyakit.

Page 10: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

10

Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air

bersih yang sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air yang

tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis, perlu

dilakukan:

a. Buang atau singkirkan bahan pencemar;

b. Lakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada

cukup tinggi;

c. Lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan

desinfektan untuk air;

d. Periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM;

e. Lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik‐titik distribusi.

Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah

timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi

persyaratan. Bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi

fisik maupun bakteriologis dapat dilakukan upaya perbaikan kualitas air antara

lain sebagai berikut:

a. Penjernihan air cepat, menggunakan:

1) Alumunium sulfat (tawas)

Cara penggunaan:

a) Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter;

b) Tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak ½ sendok

teh dan langsung diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan

merata;

c) Diamkan selama 10–20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari

kotoran/lumpur dan biarkan mengendap. pisahkan bagian air yang

jernih yang berada di atas endapan, atau gunakan selang plastik untuk

mendapatkan air bersih yang siap digunakan;

d) Bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus

sampai mendidih atau didesinfeksi dengan aquatabs.

2) Poly Alumunium Chlorida (PAC)

Page 11: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

11

Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium

chloride yang dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan

air sebagai pengganti alumunium sulfat. Kemasan PAC terdiri dari:

a) Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan

kotoran/ lumpur yang ada di dalam air;

b) Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir pH.

Cara penggunaan:

Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100

liter;

Bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur

(kantung bubuk putih) terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi

netral (pH=7). bila ph air baku sudah netral tidak perlu digunakan

lagi kapur;

Tuangkan larutan pac (kantung a) kedalam ember yang berisi air lalu

aduk perlahan lahan selama 5 menit sampai larutan tersebut merata;

Setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk

gumpalan/flok flok dari kotoran/lumpur dan mengendap. pisahkan air

yang jernih dari endapan atau gunakan selang plastik untuk

mendapatkan air bersih yang siap digunakan;

Bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus

sampai mendidih atau di desinfeksi dengan aquatabs.

2. Pengadaan perumahan bagi korban bencana

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penanganan Permasalahan Hukum

Dalam Rangka Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Wilayah Dan

Kehidupan Masyarakat Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada pasal 12

ayat 2 menyatakan Pengadaan tanah untuk relokasi perumahan korban bencana

gempa bumi dan tsunami dilakukan melalui tata cara dan mekanisme

musyawarah bersama antara masyarakat, pemerintah daerah, Badan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi, serta instansi terkait lainnya di daerah.

Page 12: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

12

F. Penyusunan Rencana Kegiatan Pengendalian Penyakit Menular

1. Strategi pengendalian penyakit menular utama

Strategi dalam rangka menurunkan risiko munculnya KLB penyakit menular

akibat gelombang tsunami antara lain:

a. Surveilans penyakit menular dan faktor risiko lingkungan

b. Penyuluhan

c. Pemeriksaan kimia dan mikroorganisme air dan kaporisasi

d. Fogging focus dengan penyemprotan terhadap serangga (lalat dan nyamuk).

e. Desinfeksi pada bekas tempat penimbunan sementara jenazah sebelum

dimakamkan.

f. Desinfeksi pada sarana pembuangan kotoran

g. Perbaikan kualitas air dan kaporisasi

h. Perbaikan pembuangan sampah dengan membagikan kantong sampah

i. Peningkatan kampanye campak pada kelompok rentan bersama NGO yang

diintegrasikan dengan kampanye program gizi.

j. Imunisasi balita, terutama untuk pencegahan campak

k. Pemantapan sistem survailans pasca bencana, pemberantasan penyakit

potensial wabah (diare, ISPA, Campak, Malaria, DBD) dan dapat diteruskan

terhadap penyakit menular lain, seperti TB Paru, PSM, dan lain-lain. Serta

survey epidemiologi faktor risiko bersama WHO dan NGO. penyakit

menular potensial wabah.

G. Penyusunan Rencana Kegiatan Manajemen Korban Luka/Cedera

1. Pentahapan medical care

Menggunakan modul aplikasi EMCIS. Setelah terjadi bencana, bantuan

medis merupakan bantuan yang sangat penting mengingat banyaknya korban

yang akhirnya meninggal akibat terlambat mendapatkan pertolongan.

Mengambil pengalaman dari kejadian gempa besar di dunia, fakta menunjukkan,

sekitar 80 persen dari korban meninggal dunia pada 7 jam pertama setelah

gempa terjadi.

Sayangnya, bantuan medis sering kali sulit didatangkan karena kerusakan

infrastruktur ke daerah yang terkena bencana. Kalaupun bantuan medis dapat

Page 13: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

13

didatangkan, jumlah petugas yang dapat dikirim juga terbatas. Padahal, banyak

korban yang terluka parah biasanya membutuhkan perawatan yang lebih intensif

sehingga perlu dikirim ke rumah sakit terdekat.

Dengan keterbatasan infrastruktur transportasi, hal ini tentu saja sulit

untuk dilakukan. Di sinilah arti penting dari aplikasi EMCIS. Sebab, aplikasi itu

mampu melakukan fungsi telemedicine, telediagnostic, teleconsultation.

Penerapan telemedicine, telediagnostic, dan teleconsultation memungkinkan

pelayanan kesehatan korban bencana dilakukan di tempat kejadian tanpa harus

segera dibawa ke rumah sakit. Fungsi utama aplikasi itu adalah memudahkan

diagnosis, perawatan, pengawasan, dan akses terhadap tenaga ahli dan informasi

pasien tanpa tergantung pada keterbatasan jarak atau lingkungan.

H. Penyusunan Rencana Kegiatan Pengorganisasian Fasilitas Pelayanan

Kesehatan

1. Pembentukan fasilitas medic

Bencana tsunami di Aceh telah merusak infrastruktur publik, ekonomi dan

sosial, seperti sekolah, gedung-gedung pemerintah dan pusat layanan kesehatan.

penyedia pelayanan kesehatan yang rusak diterjang tsunami yaitu Dinas

Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, Posyandu, Gudang Farmasi,

Balai Pengawasan Obat dan Makanan dan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana, serta Pelayanan Swasta dan LSM. Karena pentingnya fasilitas medis

maka Pasca Tsunami fasiltias kesehatan di Aceh harus direnovasi dan dibangun

kembali dengan bantuan pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat yang

bekerja di Aceh.

I. Penyusunan Rencana Kegiatan Penerapan Epidemiologi Pada Keadaan

Darurat

Program Kegiatan

Pencegahan dan pemberantasan

Penyakit

Pengamatan dan penyelidikan penyakit (Surveilans)

sebagai data dasar untuk mengetahui penyakit yang

terjadi setelah pasca bencana tsunami dan tindakan

yang harus dilakukan.

Page 14: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

14

J. Penyusunan Rencana Kegiatan Bidang Kesehatan Lingkungan Berdasarkan

Tahapan Bencana Tsunami

1. Fase sebelum bencana

a. Pencegahan (preventiv)

Tidakan yang di rancang untuk menghalagi/merintangi kejadian suatu pristiwa

bencana atau pencegah kejadian.(cater,1992) Cara yang efektif adalah dengan

melatih penduduk dalam menghadapi tsunami dan menghindarkan

pembangunan konstruksi di daerah yang sering diserang tsunami.

Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana

tsunami:

1) Membuat sistem peringatan dini.

2) masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami, misalnya

tanda-tanda kedatangan tsunami dan cara-cara penyelamatan diri, sehingga

masyarakat siap dan tanggap apabila suatu saat tsunami datang secara tiba-

tiba.

3) Membuat jalan atau lintasan untuk menyelamatkan diri dari tsunami.

4) Menanami daerah pantai dengan tanaman yang secara efektif dapat

menyerap energi gelombang (misalnya mangrove)

5) Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami.

6) Membuat dike ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan (Anonim,

piba.tdmrc.org, 2010).

b. Penjinakan (mitigasi)

Tindakan tidakan yang di gunakan untuk mengurangi penderitaan manusia dan

kerugian apabila terjadi bencana. Mitigasi ini merupakan kegiatan kegiatan

perlindungan seperti membangun bangunan-banguan yang tahan gempa pada

daerah rawan gempa atau tsunami.(cater,1992)

Untuk mengurangi dan meredam timbulnya korban dan kerugian harta benda

akibat proses geologi yang tidak berhenti tersebut, perlu dilakukan mitigasi.

Upaya mitigasi itu antara lain menyiapkan data dan informasi daerah rawan

gempa dan tsunami, pemerintah menata daerah rentan tinggi dengan menata

ulang lokasi, menyosialisasi pemahaman dan bencana gempa dan tsunami,

masyarakat perlu menyadari bahwa mereka bertempat tingal di derah rentan

Page 15: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

15

bencana, memehami aktivitas apa yang harus dihindarkan sesuai dengan sifat

serta jenis bencana tersebut, dan mengetahui cara menyelamatkan diri,

Aceh merupakan daratan yang datar dengan tanah alluvial yang terbentuk karena

endapan. Derah yang datar menjadikannya ideal unuk dijadikannya ibu kota

karena daerah datar sangat baik untuk dibangun dan diakses diwilayah lain

cenderung terbuka. Namun, Banda Aceh juga rawan bencana. Selain itu,

menurut Deny, Aceh diapit dua patahan. Kedua daerah patahan lebih tinggi dari

Aceh. Sehingga menjadi faktor penyebab wilayah ini rawan gempa dan rawan

tsunami karena terdapat pantai.

Dengan demikian, apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai

kota yang multi bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi

atau alat memperkecil dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu

memperkecil jumlah korban saat bencana terjadi dimasa mendatang.

1) Kontruksi tahan gempa

Bilamana melihat ke negara Jepang yang sering dilanda gempa, fondasi

rumah penduduknya disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya. Pada

umumnya rumah-rumah disana terdiri dari bahan kayu dan kertas. Bentuj

mejanya dibuat rendah sampai mendekati lantai sehingga tidak memerlukan

kursi. Lemarinya pun kebanyakan menyatu dengan dinding dengan penutup

yang dapat digeser. Penerapan desain rumah serta isinya tersebut dibentuk

sedemikian rupa agar bila terjadi gempa, baik bahan bangunan maupun

furniturnya sedapat mungkin tidak mencederai penghuni rumah.

Indonesia pun sebenernya merupakan negara dengan berbagai intensitas

genpa menengah sampai tinggi sehingga rancangan bangunan sepatutnya

memperhitungkan kemunginan itu. Menurut Dr. Ir Iwayan Sengara, dosen

Departemen Teknik Sipil ITB, sebenarnya ada peraturan yang membahas

rancang bangun tahan gempa. Rancangan bangun sesuai ketentuan yang

dirumuskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Peraturan

Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun 2002. Namun, peraturan ini

relative baru sehngga sosialisasinya masih terbatas.

Page 16: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

16

2) Penggalakkan penanaman Bakau

Daerah yang mengalami bencana terbesar dari tsunami adalah Banda Aceh,

Lhok Nga, dan Meulabboh. Bencana tersebut selain diakibatkan oleh

tingginya gelombang tsunami, juga di perparah oleh tata ruang yang kurang

ramah bencana dan rusaknya lingkungan. Rumah dibangun dekat pantai.

Tidak ada sabuk hijau (green belt). Mangrove hanya tinggal sedikit yang

hanya tumbuh di beberapa tempat. Selain itu, ada beberapa fakta-fakta

mengenai keadaan gelombang pasang yang menghantam Aceh. Pertama,

gelombang tsunami akan semakin jauh masuk ke daratan jika kondisi pesisir

miskin mangrove.

Hutan bakau memiliki perlindungan dan pengamanan kawasan pesisir yang

sangat baik. Setiap gelombang pasang yang dating mampu diredakan melalui

hutan yang lebat. Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisir dan

estuaria adalah untuk mencegah erosi, penahan ombak, penahan angin,

perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin dari laut. Sistem

perakarannya dapat berperan sebagai perangkap sediment dan pemecah

gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan

mangrove yang belum terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan

hutan mangrove yang cenderung menurun maka fungsinya sebagai peredam

gelombang juga akan cenderung menurun (Tjardhana dan Purwanto, 1995).

c. Kesiapsiagaan (preparedness)

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak

negatif dari bencana. Kesiapsiagaan bencana merupakan proses dari penilaian,

perencanaan dan pelatihan untuk mempersiapkan sebuah rencana tindakan yang

terkoordinasi dengan baik (UU RI No 24 Tahun 2007)

Kesiapsiagaan bencana mencakup langkah-langkah untuk memprediksi,

mencegah dan merespon terhadap bencana. Koordinasi lintas sektoral diperlukan

untuk mencapai tujuan-tujuan berikut seperti yang telah disebutkan oleh LIPI-

UNESCO/ISDR (2006), bahwa ruang lingkup kesiapsiagaan dikelompokkan

Page 17: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

17

kedalam empat parameter yaitu pengetahuan dan sikap (knowledge and attitude),

perencanaan kedaruratan (emergency planning), sistem peringatan (warning

system), dan mobilisasi sumber daya. Pengetahuan lebih banyak untuk

mengukur pengetahuan dasar mengenai bencana alam seperti ciri-ciri, gejala dan

penyebabnya. Perencanaan kedaruratan lebih ingin mengetahui mengenai

tindakan apa yang telah dipersiapkan menghadapi bencana alam. Sistem

peringatan adalah usaha apa yang terdapat di pemerintahan/masyarakat dalam

mencegah terjadinya korban akibat bencana dengan cara tanda-tanda peringatan

yang ada. Sedangkan mobilisasi sumber daya lebih kepada potensi dan

peningkatan sumber daya di pemerintahan/masyarakat seperti keterampilan-

keterampilan yang diikuti, dana dan lainnya.

Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008, kesiapsiagaan

dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna

menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata

kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai

teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.

2) Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor, penanggulangan

bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).

3) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan

4) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.

5) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna

mendukung tugas kebencanaan.

6) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early

warning).

7) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan).

8) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan).

d. Parameter Kesiapsiagaan Rumah Tangga Menghadapi Resiko Bencana

Tsunami

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), terdapat 5 (lima) faktor kritis yang

disepakati sebagai parameter untuk mengukur kesiapsiagaan individu dan rumah

Page 18: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

18

tangga untuk mengantisipasi bencana alam dalam hal ini khususnya tsunami,

adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

Pengetahuan merupakan faktor utama kunci kesiapsiagaan. Pengetahuan

yang harus dimiliki individu dan rumah tangga mengenai bencana tsunami

yaitu pemahaman tentang bencana tsunami dan pemahaman tentang

kesiapsiagaan menghadapi bencana tersebut, meliputi pemahaman mengenai

tindakan penyelamatan diri yang tepat saat terjadi tsunami serta tindakan dan

peralatan yang perlu disiapkan sebelum terjadi tsunami, demikian juga sikap

dan kepedulian terhadap risiko bencana tsunami. Pengetahuan yang dimiliki

biasanya dapat memengaruhi sikap dan kepedulian individu dan rumah

tangga untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi

yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana.

2) Kebijakan atau panduan keluarga untuk kesiapsiagaan

Kebijakan untuk kesiapsiagaan bencana tsunami sangat penting dan

merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana.

Kebijakan yang signifikan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan rumah

tangga. Kebijakan yang diperlukan untuk kesiapsiagaan rumah tangga

berupa kesepakatan keluarga dalam hal menghadapi bencana tsunami, yakni

adanya diskusi keluarga mengenai sikap dan tindakan penyelamatan diri

yang tepat saat terjadi tsunami, dan tindakan serta peralatan yang perlu

disiapkan sebelum terjadi tsunami.

e. Rencana tanggap darurat

Rencana tanggap darurat menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan, terutama

berkaitan dengan pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana dapat

diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana dan

hari-hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari

pihak luar datang. Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen, yaitu:

Page 19: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

19

1) Rencana keluarga untuk merespons keadaan darurat, yakni adanya rencana

penyelamatan keluarga dan setiap anggota keluarga mengetahui apa yang

harus dilakukan saat kondisi darurat (tsunami) terjadi.

2) Rencana evakuasi, yakni adanya rencana keluarga mengenai jalur aman yang

dapat dilewati saat kondisi darurat, adanya kesepakatan keluarga mengenai

tempat berkumpul jika terpisah saat terjadi tsunami, dan adanya

keluarga/kerabat/teman, yang memberikan tempat pengungsian sementara

saat kondisi darurat.

3) Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan, meliputi

tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting lainnya untuk pertolongan

pertama keluarga, adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan

pertolongan pertama, dan adanya akses untuk merespon keadaan darurat.

4) Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi tersedianya kebutuhan dasar untuk

keadaan darurat (makanan siap saji dan minuman dalam kemasan),

tersedianya alat/akses komunikasi alternatif keluarga (HP/radio), tersedianya

alat penerangan alternatif untuk keluarga pada saat darurat (senter dan

baterai cadangan/lampu/jenset).

5) Peralatan dan perlengkapan siaga bencana

6) Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana seperti

tersedianya nomor telepon rumah sakit, polisi, pemadam kebakaran, PAM,

PLN, Telkom.

7) Latihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana

f. Sistim peringatan bencana

Sistem peringatan bencana meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi

akan terjadi bencana. Dengan adanya peringatan bencana, keluarga dapat

melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan

kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi tentang

tindakan yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan dan cara

menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan lokasi tempat keluarga

berada saat terjadinya peringatan. Sistem peringatan bencana untuk keluarga

berupa tersedianya sumber informasi

Page 20: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

20

untuk peringatan bencana baik dari sumber tradisional maupun lokal, dan

adanya akses untuk mendapatkan informasi peringatan bencana. Peringatan dini

meliputi informasi yang tepat waktu dan efektif melalui kelembagaan yang jelas

sehingga memungkinkan setiap individu dan rumah tangga yang terancam

bahaya dapat mengambil langkah untuk menghindari atau mengurangi resiko

serta mempersiapkan diri untuk melakukan upaya tanggap darurat yang efektif.

g. Mobilisasi sumber daya

Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun pendanaan dan

sarana/prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat

mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana

alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial.

Mobilisasi sumber daya keluarga meliputi adanya anggota keluarga yang terlibat

dalam pertemuan/seminar/pelatihan kesiapsiagaan bencana, adanya keterampilan

yang berkaitan dengan kesiapsiagaan, adanya alokasi dana atau tabungan

keluarga untuk menghadapi bencana, serta adanya kesepakatan keluarga untuk

memantau peralatan dan perlengkapan siaga bencana secara reguler.

2. Fase saat bencana.

Disaster impact adalah proses pengkajian dampak dari suatu bencana pada suatu

masyarakat, yaitu baik berupa korban manusia, harta, dan fasilitas lainnya.

(UNDP, 1992)

Berdasarkan data pemantauan awal yang telah dilakukan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH), tingkat kerusakan akibat bencana dan dampak

lingkungan yang terjadi antara lain adalah :

a. Kerusakan Ekosistem

Gempa dan Tsunami telah mengakibatkan kerusakan yang luar biasa pada

sebagaian besar wilayah pantai Nanggroe Aceh Darussalam dan Pulau Nias,

Sumatera Utara.

Kerusakan pada wilayah pantai tersebut adalah sebgai berikut:

1) Pencemaran laut, air daratan dan tanah akan menyebabkan terbatasnya

sumber daya air serta berdampak terhadap kesehatan masyarakat

Page 21: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

21

2) Perubahan Garis Pantai

3) Pencemaran dan perusakan Terumbu Karang dan Mangrove

4) Berkurangnya/hilangnya sumber daya Ikan dan spesies pesisir (potensi

biodiversity)

5) Rusaknya ekosistem lahan basah

6) Rusaknya ekosistem buatan (Budidaya, pelabuhan dan kampung nelayan)

yang memberikan dampak signifikan bagi kegiatan perekonomian

b. Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Akibat Gempa dan Tsunami

1) Pencemaran Air, terdiri dari :

a) Pencemaran air permukaan, tanah, dan air tanah akibat kerusakan

infrastruktur pendukung pengelolaan lingkungan seperti septik tank,

saluran air kotor, dan tangki penimbunan bahan-bahan yang

mengandung B3 akibat gempa dan tsunami menyebabkan terlepasnya

material-material yang ada ke lingkungan. Pada beberapa lokasi

secara jelas terlihat adanya pencemaran minyak.

b) Pencemaran air permukaan akibat penumpukan mayat manusia dan

hewan disepanjang sungai. Tingkat pencemarannya juga diperparah

oleh run off air hujan yang telah terkontaminasi oleh lumpur,

sampah, mayat, dan bangkai hewan yang masih tertahan di bangunan

yang rusak sementara sistem drainase tidak berfungsi lagi karena

rusak berat.

c) Pencemaran berbentuk genangan-genangan sisa air yang dibawa oleh

gelombang Tsunami di wilayah rendah dan daerah persawahan. Air

genangan baru ini dapat menimbulkan permasalahan karena telah

terkontaminasi oleh berbagai bahan berbahaya baik kimiawi maupun

infeksius. Pada daerah tertentu air tersebut terlihat berwarna hitam.

d) Pencemaran air tawar oleh air laut.

e) Pencemaran air tanah dan permukaan (termasuk air tergenang) akibat

kontaminasi mikroorganisma pathogen/infeksius, mayat manusia dan

bangkai hewan, dan bahan-bahan berbahaya. Dengan rusaknya

infrastruktur distribusi air minum maka sebagian masyarakat dan

Page 22: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

22

rumah sakit menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari

(mandi dan cuci). Dampak pencemaran lingkungan akan semakin

diperparah apabila sanitasi lingkungan di lokasi pengungsian tidak

dilakukan dengan baik. Sekarang ini sanitasi di pengungsian masih

sangat buruk.

2) Pencemaran Limbah Padat, gelombang Tsunami yang diperkirakan

setinggi lebih dari 20 meter juga menghancurkan daerah perumahan,

pertokoan, industri, rumah sakit, klinik, dan sarana transportasi. Bahan-

bahan yang berada dalam perumahan, pertokoan, industri, dan sarana

transportasi ini, beserta berbagai material dari laut, dan lumpur sungai

terbawa ke daerah perkotaan seperti Banda Aceh. Namun arus balik

Tsunami tidak membawa semua bahan-bahan tersebut ke laut. Setelah air

surut sebagian besar bahan-bahan tersebut tertinggal dalam jumlah yang

sangat besar di jalan-jalan, perumahan, reruntuhan bangunan, lapangan,

dan persawahan. Disamping mengandung sampah infeksius,

sampahsampah tersebut juga kemungkinan mengandung bahan

berbahaya dan beracun. (Kementerian Lingkungan Hidup – 18 Januari

2005)

3) Pencemaran Udara, ditimbulkan oleh bau dan penyebaran

mikroorganisme pathogen melalui udara dari limbah lumpur, puing-

puing reruntuhan, peralatan rumah tangga, sarana transportasi, bahan

bakar, mayat manusia, bangkai binatang, kotoran manusia, dan limbah

infeksius lainnya dari rumah sakit dan klinik.

4) Pencemaran dan perusakan Terumbu Karang dan Mangrove,

Gelombang Tsunami juga menyebabkan terjadi kerusakan terumbu

karang, pesisir pantai dan mangrove. Dengan besarnya energi yang

dikeluarkan oleh gelombang Tsunami tersebut maka terjadinya

perubahan garis pantai di Sepanjang Pantai Barat Sumatera terutama di

NAD bagian Barat dan Utara. Arus balik dari Tsunami ke laut juga

Page 23: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

23

membawa sebagian besar lumpur, sampah, dan berbagai jenis limbah

lainnya ke daerah pesisir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran di daerah pesisir.

3. Fase setelah bencana

a. Pengelolaan Lingkungan Pasca Tsunami

Untuk menanggulangan dampak lingkungan akibat Tsunami, dan dari

kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi ini maka pada setiap tahapan perlu

dilakukan penerapan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan. Tujuan

utama pengelolaan lingkungan pasca Tsunami adalah untuk melindungi

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan.

Kebijakan umum dalam pengelolaan lingkungan pasca Tsunami yang harus

diperhatikan selama tahap Rescue, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi adalah

sebagai berikut:

1) Tahapan Rescue

a) Dalam pelaksanaan rescue harus mencegah terjadinya pencemaran

dan perusakan lebih lanjut,

b) Mencegah dampak lingkungan bahan-bahan berbahaya dan beracun

kepada kesehatan para petugas, sukarelawan, masyarakat lainnya,

c) Selama berada dikawasan yang terkena dampak disarankan untuk

melindungi tubuh antara lain dengan menggunakan masker,

d) Para petugas dan sukarelawan yang melakukan kegiatan pembersihan

harus melakukan proses dekontaminasi sebelum melakukan kegiatan

lainnya untuk mencegah pihak-pihak lain terkontaminasi,

e) Apabila ingin melakukan pembakaran sampah Tsunami maka tidak

dilakukan dengan pembakaran terbuka (open burning), pembakaran

dilakukan dengan menggunakan insenerator yang memenuhi

persyaratan,

f) Perlu dilakukan pencegahan perpindahan bahan kotaminasi melalui

kegiatan transportasi,

g) Pembangunan tempat penampungan sementara perlu menggunakan

teknologi ramah lingkungan (misalnya; penggunaan WC yang bisa

Page 24: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

24

dimanfaatkan biogas, pengelolaan sampah dengan sistem

composting, tidak menggunakan air tanah yang tercemar,

penggunaan peralatan penjernih air, dan pemanfaatan solar cell,

ruangan hemat energi),

h) Pembuangan sampah akhir dilakukan ditempat yang sesuai dengan

kriteria (bebas banjir, jauh dari sumber air, jauh dari perumahan, dan

daerah “clay”)

2) Tahapan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

a) Perlu disegera dibuat penataan ruang kawasan yang berwawasan

lingkungan,

b) Mempertimbangkan budaya dan kearifan lokal dalam penataan ruang

kawasan,

c) Tidak melakukan perusakan lingkungan lebih lanjut seperti

penebangan hutan di Kawasan Konservasi dengan alasan demi

kepentingan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca Tsunami,

d) Pengelolaan kawasan yang berwawasan lingkungan, termasuk

melakukan pembuangan sampah akhir ditempat yang sesuai dengan

kriteria (bebas banjir, jauh dari sumber air, jauh dari perumahan, dan

daerah “clay”) dan dengan teknologi yang sesuai,

e) Perlu dilakukan clean up dan rehabilitasi lingkungan yang telah rusak

akibat Tsunami maupun akibat dari kegiatan rescue dan tanggap

darurat.

b. Tujuan jangka pendek dan menengah kegiatan ini adalah sebagai

berikut:

1) Jangka Pendek

a) Menentukan status pencemaran dan kerusakan lingkungan awal di

lokasi yang mengalami gempa dan tsunami parah,

b) Menyediakan data dan informasi lingkungan yang terkait dengan

kegiatan tanggap darurat,

Page 25: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

25

c) Mendorong penerapan pengelolaan kegiatan tanggap darurat yang

ramah lingkungan, termasuk dalam pembangunan temporary shelter

dan penimbunan limbah padat,

d) Mendorong pemulihan kelembagaan lingkungan di Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

2) Jangka Menengah

a) Membangunan kembali daerah gempa yang ramah lingkungan melalui

penataan ruang dengan berbasiskan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan,

b) Memulihkan lingkungan yang tercemar dan rusak.

Page 26: Proposal Rencana Antisipasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh Tahun 2015 Fix Banget

26