proposal rawa 1000ha

37
Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan untuk mendukung program perluasan areal perkebunan dan pengembangan tanaman tebu memerlukan data dan informasi sumberdaya lahan yang handal. Ketidak lengkapan data dan informasi sumberdaya lahan tersebut dapat berakibat pada pemanfaatan lahan yang tidak optimal, dan bahkan dapat menimbulkan dampak kerusakan lahan atau kegagalan usaha bisnis dibidang perkebunan. Karakteristik lahan dalam perkebunan tebu mempunyai nilai penting bagi keberadaan suatu perkebunan tebu, karena merupakan salah satu sumber daya alam yang mendukung proses budidaya dan produksi kebun. Seperti diketahui bersama, tebu merupakan tanaman yang sangat membutuhkan air dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Tanpa ketersedian air yang cukup sepanjang tahun, maka dapat dipastikan pertumbuhan dan produksi akan menjadi rendah, karena tanaman tebu memerlukan kestabilan ketersedian air pada periode pembuahannya. Disisi lain tanaman tebu di awal pertumbuhan kurang tahan terhadap genangan, sehingga kalau budidaya akan dilakukan di daerah rawa diperlukan perencanaan drainase yang tepat untuk mengendalikan muka air tanah sampai batas yangg diinginkan perakaran tanaman tebu. I-1

Upload: momon-sodik-imanudin

Post on 24-Jun-2015

702 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan lahan untuk mendukung program perluasan areal

perkebunan dan pengembangan tanaman tebu memerlukan data dan informasi

sumberdaya lahan yang handal. Ketidak lengkapan data dan informasi

sumberdaya lahan tersebut dapat berakibat pada pemanfaatan lahan yang tidak

optimal, dan bahkan dapat menimbulkan dampak kerusakan lahan atau

kegagalan usaha bisnis dibidang perkebunan.

Karakteristik lahan dalam perkebunan tebu mempunyai nilai penting bagi

keberadaan suatu perkebunan tebu, karena merupakan salah satu sumber daya

alam yang mendukung proses budidaya dan produksi kebun. Seperti diketahui

bersama, tebu merupakan tanaman yang sangat membutuhkan air dalam proses

pertumbuhan dan perkembangannya. Tanpa ketersedian air yang cukup

sepanjang tahun, maka dapat dipastikan pertumbuhan dan produksi akan

menjadi rendah, karena tanaman tebu memerlukan kestabilan ketersedian air

pada periode pembuahannya. Disisi lain tanaman tebu di awal pertumbuhan

kurang tahan terhadap genangan, sehingga kalau budidaya akan dilakukan di

daerah rawa diperlukan perencanaan drainase yang tepat untuk mengendalikan

muka air tanah sampai batas yangg diinginkan perakaran tanaman tebu.

Kedalaman muka air tanah yang diinginkankan tanaman tebu adalah

berkisar antara 50-60 cm. Untuk itu bila akan membukan lahan di daerah rawa,

maka terlebih dahulu harus dibuat sistem drainase yang tepat. Drainase yang

baik adalah selain dapat membuang air bila terjadi kelebihan (banjir), juga dapat

mengendalikan muka air tanah agar tidak terlalu turun jauh di musim kemarau.

Lahan rawa yang memiliki lapisan sulfat masam kurang dari 1 m, maka air harus

dikendalikan agar jangan sampai terlalu jauh turun dibawah lapisan sulfat

masam. Untuk itu diperlukan zona pengelolaan air, dari tingkat mikro sampai

makro. Zona mikro di level tersier harus dilengkapi dengan bangunan air agar

bisa mengendalikan air sesuai dengan yang diinginkan tanaman.

I-1

Page 2: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Unruk zona makro, bisanya saluran tidak hanya digunakan sebagai suplai

air dan pembuangan tetapi juga digunakan sebagai navigasi (transportasi), Oleh

karena itu pengeruh pasang surut air harus diketahui sehingga dapat disusun

jadwal operasi transportasi kombinasi dengan kebutuhan suplai atau drainase.

Dari potensi dan kendala diatas maka dirasa pelu untuk melakukan suatu

studi secara terpadu yang melihat aspek fisik lahan, iklim, dan hidrologi. Data

tersebut sangat penting dalam perhitungan dan perencanaan sistem jaringan

tata air yang tepat untuk budidaya tanaman tebu.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud pekerjaan ini untuk melakukan studi karakteristik tanah, iklim,

hidrologi, pemetaan tofografi dan sistem pengaliran pada lahan seluas 1000 ha

yang memungkinkan dikembangan sebagai daerah rawa yang potensial untuk

tanaman tebu dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan.

Tujuannya dihasilkan perencanaan teknis sistem tata air meliputi saluran

dan keseluruhan bangunan air yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman kelapa

tebu.

C. Lingkup dan Rincian Kegiatan

Untuk mencapai maksud dan tujuan pekerjaan ini, maka dilakukan

tahapan sebagai berikut :

a. Kegiatan Persiapan

1) Pengumpulan data sekunder meliputi :

Data Klimatologi,Hidrologi dan hidrometri.

Data hasil studi terdahulu (bila ada).

Peta-peta yang terkait dengan pekerjaan ini.

2) Persiapan Survey

Program kerja (jadwal kerja dan personil).

I-2

Page 3: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Pembuatan peta kerja untuk survey lapangan

Pemeriksaan alat-alat survey

Menyiapkan perlengkapan survey.

Dan lain-lain.

b. Kegiatan Survey Lapangan

1) Survai pendataan awal untuk skala tinjau pada areal seluas 1000

ha melihat informasi awal mengenai kegiatan pertanian, kondisi

jaringan dan potensi pengembangan pertanian.

2) Pengukuran topografi (situasi semi detail) untuk areal studi seluas

1.000 ha.

Pengukuran situasi detail bertujuan untuk mendapatkan data

lapangan yang sebenarnya (Existing) yang akan disajikan dalam

bentuk peta topografi (peta situasi) skala 1 : 5.000.

Pengukuran situasi detail dilakukan dengan tahapan berikut :

a) Inventarisasi/pemasangan Bench Mark (BM).

Kondisi, ukuran dan penyebarannya harus sesuai dengan

daerah pekerjaan.

b) Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan.

Pengukuran kerangka dasar pemetaan dilakukan dengan

pengukuran polygon sebagai kerangka horizontal dan

pengukuran waterpass sebagai kerangka vertical. Pengukuran

kerangka dasar pemetaaan ini harus terikat dengan

benchmark-benchmark yang dipasang terlebih dahulu dan

dibagi dalam beberapa loop sesuai dengan kebutuhan serta

dikaitkan pada titik referensi terdekat atau yang ditentukan

oleh Direksi.

c) Pengukuran Situasi Detail.

Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara rincikan

dan harus terikat pada kerangka dasar pemetaan.

Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 cm

dengan kerapatan sesuai dengan skala peta yang

direncanakan.

I-3

Page 4: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Pengukuran situasi diukur merata keseluruh daerah

rencana pengukuran mencakup batas penggunaan lahan,

saluran alam dan bangunan buatan.

d) Pengukuran Trace, Situasi Trace, Propil Memanjang dan

Propil Melintang.

Pengukuran tersebut dilakukan pada saluran-saluran alam

(sungai), saluran buatan, tanggul/jalan yang direncanakan

(Layout yang telah disetujui).

Setelah diukur trace dan situasi trace, kemudian diukur

profil memanjang dan profil melintang dengan interval

jarak 100 m untuk sungai/saluran yang lurus dan 25 -50 m

untuk sungai/saluran berbelok dengan kerapatan titik

pada profil melintang sesuai kebutuhan.

Situasi trace dan profil melintang, diukur dengan lebar 50

m kekiri dan 50 m kekanan dari tepi sungai/saluran atau

sesuai kebutuhan

e) Ketelitian.

Ketelitian Horizontal

Minimal 90% titik yang mudah dikenal dilapangan,

digambar dengan toleransi kesalahan planimetris 0,8 mm

pada skala peta.

Ketelitian Vertikal.

Minimal 90% dari semua titik tinggi garis kontur pada peta

yang mudah dikenal dilapangan. Toleransi kesalahannya

adalah maksimum setengah interval garis kontur.

Kontrol Azimuth ditentukan dengan pengamatan astronom

dengan ketelitian 20”.

Jumlah titik polygon antara dua kontrol Azimuth

maksimum 50 buah.

Koreksi sudut antara 2 kontrol azimuth maksimum 20”.

Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000.

I-4

Page 5: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Jarak pengukuran waterpass dibagi dalam seksi dengan

panjang maksimum 2 Km. Tiap seksi diukur pergi pulang

dengan toleransi kesalahan 10 VD mm.

Ketinggian titik detail diukur dengan ketelitian 10 cm.

Propil melintang diukur dengan alat waterpass untuk

saluran sekunder, tersier atau sungai alam dengan lebar

maksimum 10 m. Dan diukur dengan tachimetri untuk

saluran primer dan sungai alam dengan lebar lebih dari 10

m.

f) Perhitungan/Penggambaran.

Perhitungan data lapangan merupakan perhitungan

sementara untuk mengetahui ketelitian ukuran.

Perhitungan definitive.

Perhitungan yang sudah menggunakan hitungan

peralatan. Hasil perhitungan ini akan digunakan dalam

proses penggambaran

Penggambaran peta situasi detail dibuat pada kertas

kalkir atau kertas lain yang sama kualitasnya.

Penggambaran propel melintang,memanjang dan situasi

trace dibuat pada kalkir dengan ukuran 90/95 gram.

Gambar dibuat dengan ukuran A1.

Peta Ikhtisar digambar dengan skala 1 :20.000 dan

interval kontur 1,0m

Peta situasi detail dibuat dengan skala 1 :5.000 dengan

interval 0,5m.

SITUASI Trace dan profil memanjang digambar dengan

skala horizontal 1 :5.000 dan vertical 1 : 100.

Profil melintang digambar dengan skala horizontal 1 : 100

dan vertical 1 : 100.

Situasi tapak bangunan air (existing dan rencana)

digambar dengan skala 1 : 200.

I-5

Page 6: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

3) Survey Hidrologi dan hidrometri.

Pekerjaan ini dimaksud guna memperoleh data lapangan (primer

dan sekunder) dari kondisi hidrologi dan hidrometri daerah survey

melalui kegiatan-kegiatan :

Pengumpulan data curah hujan (terbaru) minimum selama 10

tahun dari stasiun terdekat.

Pengumpulan data klimatologi lainnya. (terbaru) minimum

selama 5 tahun dan stasiun terdekat.

Pengumpulan data/informasi banjir (tinggi lamanya, perkiraan

genangan dan dampaknya).

Pengukuran tinggi/fluktuasi muka air, kecepatan arus, salinitas

(bergerak dan setempat) dan keasaman pada titik-titik

pengukuran yang disesuaikan dengan rencana skematisasi

dari model matematik.

Pengukuran penampang melintang sungai/saluran pada

setiap lokasi pengukuran muka air.

Pengamatan karakteristik sungai antara lain morpologi,

sedimintasi, keasaman.

Pengukuran sifat datar (leveling) untuk mengikat papan

duga/peilschaal terhadap BM terdekat.

Pengambilan contoh untuk dianalisa dilaboratorium.

Pengolahan dan analisa data lapangan dan laboratorium

sebagai masukan dalam perhitungan desain jaringan

reklamasi.

4) Survey Tanah Pertanian.

Pekerjaan ini dimaksudkan guna mempelajari potensi,

kemampuan serta kesesuaian lahan dalam rangka upaya

peningkatan usaha pertanian didaerah survey yang terdiri dari

kegiatan-kegiatan :

I-6

Page 7: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Inventarisasi serta melokalisir masalah tanah yang ada seperti

pirit, tanah sulfat masam, keasaman, kegaraman dan masalah

gambut (ketebalan dan tingkat kematangannya).

Pengambilan contoh tanah untuk dianalisa dilaboratorium

dengan kerapatan 50 Ha pertitik. Tiap titik diambil contoh

tanah sebanyak 2 lapisan.

Penggambaran peta pengeboran jenis tanah, ketebalan

gambut, kedalaman lapisan pirit, kedalaman muka air tanah

dan genangan serta kelas kesesuaian lahan dengan skala 1 :

20.000.

Penggambaran peta tataguna lahan usulan dan peta tataguna

existing skala 1 : 20.000.

c. Kegiatan System Planning

Elaborasi dan analisa data lapangan

Perumusan rencana pengembangan lokasi, berdasarkan water

Management Zoning, pemecahan permasalahan yang ada baik

aspek teknis maupun non teknis.

Merencanakan Lay Out jaringan untuk kegiatan pengembangan

yang menunjang hasil/rumusan pada butir b dan mengevaluasi

jaringan tata air yang ada. Perencanaan lay out harus

mempertimbangkan pembebasan tanah minimal kebutuhan jalur

hijau, aspek social dan budaya setempat serta berwawasan

lingkungan.

d. Desain Rinci

Setelah Layout ditetapkan, konsultan dapat melanjutkan kegiatan

dengan perenccanaan yang lebih detail.

1) Dimensi Jaringan Reklamasi.

I-7

Page 8: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Berdasarkan Layout yang ada konsultaan dapat melanjutkan

dengan perhitungan dimensi jaringan reklamasi dengan

memperhatikan ada/tidaknya pengaruh pasang surut, modulus

drainase, keseimbangan galian dan timbunan serta metode

pelaksanaannya.

Jaringan yang perlu dihitung dimensinya terdiri dari saluran

primer, sekunder dan tersier. Selain itu perlu dipertimbangkan

fungsi masing-masing saluran tersebut. Perhitungan dimensi

jaringan reklamasi dalam daerah pasang surut dilakukan dengan

melakukan perhitungan aliran tidak tetap (Unsteady flow).

Perhitungan dimensi jaringan dalam daerah pasang surut

dilakukan sebagai berikut :

Melakukan asumsi-asumsi teknis sehingga dapat

menggunakan rumus-rumus untuk perhitungan aliran dengan

kondisi unsteady flow.

Pengecekan dengan model matematis terhadap dimensi-

dimensi diatas dengan menggunakan model matematis yang

ada. Pengecekan ini dapat mengoptimalkan penampang

desain aawal dengan syarat-syarat teknis yang ada.

2) Perencanaan Bangunan Air.

Bangunan air direncanakan sesuai dengan fungsi yang diinginkan

antara lain :

Sebagai bangunan penahan air banjir aatau air asin dari luar

sistem.

Untuk menjaga agar tinggi muka air dalam system sesuai

dengan yang direncanakan.

Perhitungan Bangunan Air ini meliputi :

Ukuran bangunan yang diperlukan.

Pemilihan bahan yang dipakai.

Kekuatan.

Stabilitas.

I-8

Page 9: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

3) Perencanaan Tanggul.

Perencanaan tanggul pada prinsipnya adalah penentuan elevasi

dan kekuatan tanggul itu sendiri. Kekuatan tanggul mencakup

ukuran tanggul dan bahan tanggul.

Ukuran minimum tanggul harus memenuhi kriteria stabilitas (faktor

keamanan

> 3) sesuai dengan data tanah yang ada.

Bahan tanggul sedapat mungkin menggunakan tanah yang ada

ditempat, hal ini menimbang terbatasnya ketersediaan tanah

dengan kualitas baik disekitar lokasi.

Dalam hal dipakai tanah setempat konsultan harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Penurunan muka tanggul yang akan terjadi.

Metode pelaksanaan konstruksi pemadatan, tahapan

pelaksanaan dan sebagainya.

4) Penyiapan Dokumen Lain-lain.

Spesifikasi teknis.

Bangunan-bangunan yang sudah didesain (saluran, bangunan

air dan bangunan pelengkap lainnya) harus dilengkapi dengan

pedoman pelaksanaan konstruksi dilapangan.

Gambar-gambar

Gambar-gambar desain berikut peta dasar yang dipakai

dalam perencanaan harus dibuat dengan jelas dan rinci

sesuai dengan tingkat ketelitian yang diperlukan untuk

pelaksanaan.

Perkiraan Volume dan Estimasi Biaya (RAB)

Konssultan harus menghitung perkiraan volume dan pekerja

secara keseluruhan, lengkap dengan analisa harga satuan

pekerjaan, analisa teknik, metode pelaksanaan pekerjaan,

daftar harga upah dan bahan dilokasi pekerjaan.

I-9

Page 10: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

.

BAB 2

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam mencapai tujuan dan sasaran kegiatan diperlukan suatu metodologi

pendekatan, meliputi pengenalan masalah (problem identification), membuat

suatu kerangka berfikir (design concept) yang didalamnya terdapat tahapan

analisis dan evaluasi dalam rangka mengkaji permasalahan guna

mendapatkan solusi yang dianggap paling akomodatif dan konstruktif yang

nantinya dapat dipakai dalam penyusunan suatu konsep zonasi dalam

pengelolaan air kawasan lahan dan rawa.

Secara umum metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini dibagi dalam

beberapa tahapan, yaitu :

Tahap Persiapan

Tahap Survey Lapangan

Tahap Analisis Data

Tahap Perencanaan Detail

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini.

2.1. KEGIATAN PERSIAPAN

Kegiatan persiapan adalah awal dari seluruh tahapan pelaksanaan

pekerjaan. Kegiatan ini mulai dilakukan setelah diterimanya Surat

Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pemberi Tugas. Komponen kegiatan

pada tahap ini dan metoda yang dilakukan secara rinci dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan mencakup berbagai data, literatur

maupun eta-peta yang berkaitan dengan lokasi pekeijaan dan hash studi

terdahulu, antara lain

Peta topografi.

I-10

Page 11: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Data iklim, cuaca, dan curah hujan.

Prediksi air pasang.

2. Pembuatan Peta Kerja dan Rencana Kerja

Berdasarkan data-data yang diperoleh, dibuat peta awal kondisi lokasi

yang menunjukkan ciri-ciri utama topografi, tanah, hidrologi, dan tataguna

lahan. Peta ini selanjutnya digunakan sebagai Peta Kerja dengan

menunjukkan rencana garis-garis dan titik (ploting) pengamatan.

Disamping membuat Peta Kerja, dalam tahap mi juga ditentukan macam

data yang akan dikumpulkan pada saat survey, dengan melengkapi form

survey untuk setiap kegiatan survey yang dilakukan (topografi, tanah,

hidrologi/hidrometri). Sedangkan untuk survey sosio-agro-ekonomi

dipersiapkan daftar pertanyaan (kuestionair) atau check-list yang

digunakan untuk pedoman wawancara dengan petani, petugas lapangan,

pejabat setempat, maupun tokoh masyarakat.

Dengan mempertimbangkan volume pekerjaan, batas waktu

penyelesaian, dan ketersediaan personil/peralatan, selanjutnya Konsultan

membuat rencana kerja, balk untuk kegiatan survey lapangan maupun

kegiatan studio/kantor. Rencana kerja ini mencakup jadwal pelaksanaan

masing-masing komponen kegiatan, rencana mobilisasi tim

personil/peralatan, serta jadwal penugasan personil dan peralatan. Hal ml

kemudiandituangkan dalam Laporan Persiapan. Sebelum survey lapangan

dimulai, rencana kerja tersebut akan dikonsultasikan/didiskusikan dahulu

dengan Pemberi Tugas.

3. Persiapan Tim Personil dan Peralatan Survey

Disamping membuat rencana keja, Konsultan melakukan persiapan tim

personil pelaksana dan peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan survey.

Persiapan tersebut meliputi kegiatan pengecekan tim/peralatan sesual

dengan kuantitas serta kualifikasi yang diperlukan. Dalam kaitan dengan

hal ini, Konsultan juga melakukan pengurusan administrasi yang

menyangkut perijinan survey di lokasi yang ditentukan.

I-11

Page 12: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

4. Pembuatan Laporan Persiapan dan Diskusi

Laporan Persiapan adalah laporan awal yang memuat program kerja, peta

rencana kerja, metodologi, rencana mobilisasi personil/peralatan dan

jadwal kerja, formulir yang digunakan untuk survey, dan kurva S. Laporan

Persiapan tersebut kemudian didiskusikan dengan pihak Proyek dan

instansi terkait untuk memperoleh masukan guna penyempurnaan

laporan dan rencana kerja telah yang telah disusun.

5. Mobilisasi Tim Personil dan Peralatan Survey

Mobilisasi tim personil dan peralatan akan dilakukan segera setelah

program kerja disetujul oleh Pemberi Tugas dan perijinan administratif

survey diselesaikan. Mobilisasi tim/peralatan untuk masing-masing

kegiatan survey akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan

jadwal/program kegiatan yang telah disetujui.

2.2 SURVEY LAPANGAN

2.2.1 Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi (situasi detail) dimaksudkan untuk mendapatkan

data lapangan yang sebenarnya (eksisting) yang kemudian disajikan

dalam bentuk peta topografi (peta situasi) dengan skala 1 : 20.000 dan

1 5.000. Pengukuran topografi (situasi detail) dilakukan dengan tahapan

kegiatan dan metoda sebagai berikut:

1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal

mengenal lokasi yang akan diukur. Kegiatan ini dilakukan secara

bersama/koordinasi dengan Supervisi/Direksi Lapangan untuk

menentukan titik awal pengukuran, batas areal pengukuran, dan

metodologi yang akan dilakukan, termasuk penetapan lokasi BM dan

CP. Selama kegiatan ini juga dilakukan penyiapan lokasi basecamp,

rekruitmen tenaga lokal dan sarana transportasi pangan.

2. Pemasangan Benchmark

Benchmark (BM) dipasang untuk menandai titik kontrol dan referensi

pengukuran. Bentuk, dimensi, warna, dan nomenkatur BM yang

I-12

Page 13: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

dipasang harus sesual standar yang ditentukan. Benchmark lama

dapat digunakan jika masih memenuhi syarat (kedudukan sesuai,

dapat diidentifikasi, tidak rusak). Pemasangan BM dipiHh pada lokasi

yang aman, cukup kokoh dan mudah ditemukan, serta harus

mempertimbangkan kepentingan pemetaan kerangka dasar dan

penggunaannya di masa mendatang (pematokan jalur saluran,

alinemen tanggul, lokasi bangunan, dll). Lokasi pemasangan BM ini

perlu mendapat persetujuan Supervisi/Direksi yang dituangkan

dalam Berita Acara Pemeriksaan Lapangan.

Gambar 3.2. Sketsa Bench Mark dan Control Point

Ukuran BM yang digunakan adalah dengan dimensi 30 x 30 cm dan

tinggi 60 cm. Untuk kondisi lapangan, maka panjang BM yang

tertanam ke dalam tanah adaah ± 30 s/d 40 cm. Setiap BM dibuat

foto, sketsa situasi, nomor identifikasi, dan koordinat.

I-13

Page 14: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

3. Penetapan Tinggi Referensi Proyek

Penetapan tinggi referensi proyek ditujukan untuk memperoleh satu

referensi ketinggian yang sama/seragam pada semua titik

pengukuran di lokasi pekerjaan.

4. Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan

Pengukuran kerangka dasar dimaksudkan untuk membuat suatu

sistem referensi topografi yang benar dimana hasil-hasil survey

lainnya dapat dihubungkan dengan sistem referensi ini. Pengukuran

kerangka dasar pemetaan dilakukan dengan cara pengukuran

polygon sebagai kerangka horisontal dan pengukuran waterpass

sebagai kerangka vertikal. Pengukuran ini harus terikat dengan

benchmark yang telah dipasang terlebih dahulu serta dibagi dalam

beberapa loop/kring sesuai dengan kebutuhan, dan kemudian

diikatkan pada titik referensi terdekat atau yang ditentukan oleh

Direksi. Adapun spesifikasi dalam pengukuran kerangka dasar

pemetaan adalah sebagai berikut:

a. Penentuan arah/azimuth

Arah/azimuth ditemukan dengan pengamatan astronomi atau

menentukan azimuth metode gyro dengan memakai alat

Theodolith T2 dan Gyro Compass. Pengamatan astronomi

dilakukan pagi dan sore hari pada satu stasiun pengamatan,

ketelitian relatif sama sesuai persyaratan ketelitian yaitu 15”

salah penutup sudut antar dua kontrol Azimuth.

b. Pengukuran sudut polygon

Setiap sudut diukur dua kali (double seri) memakai alat ukur

Thedoilt T2 atau sederajat dengan ketelitian 8” setiap sudut

polygon dan maksimum 20” salah penutup sudut antar dua

korttrol Azimuth.

c. Pengukuran jarak polygon diukur memakai alat ukur elektronik

EDM minimum dua kali (kemuka dan kebelakang) dengan

ketelitian 1: 7.500 setelah perataan beberapa set pembacaan

setiap sisi tersebut.

I-14

Page 15: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

d. Pengukuran sipat datar dilakukan memakai alat ukur waterpas

Ni2 atau sederajat. Jarak pengukuran dibagi dengan seksi-seksi,

setiap seksi ± 1 - 2 km. Jarak setiap patok sipat datar max. 100

m. Ketelitian sipat datar 10 ID mm dimana D =jarak dalam km.

e. Pengukuran situasi derail/rincikan dilakuIan dengan

metode Trigonometri/Tachimetri dimana ujung dan pangkal jalur

pengukuran terikat/terkontrol terhadap kerangka dasar

pengukuran/pemetaan. Dan titik tersebut diukur detail-detail

lapangan dengan rincikan.

f. Detail yang diambil di lapangan adalah bangunan-bangunan alam

(sungai, lembah, gundukan tanah/bukit-bukit tebing serta batas-

batas tanah tinggi dan kalau perlu genangan) dan bangunan-

bangunan buatan (saluran tanggul) kolam bangunan-bangunan

air, batas-batas tataguna tanah, kuburan dan lain-lain),

perubahan permukaan tanah serta vegetasi yang ada di dalam

areal pengukuran. Titik-titik rincikan/detail-detail diukur dengan

kerapatan titik yang disesualkan dengan skala peta yang

digunakan dan tersebar dengan kerapatan titik maksimum 1 cm

pada peta. Peralatan yang digunakan Thedolit TD dengan

ketelitian detail pengukuran 10 cm

5. Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran situasi detail dilakukan setelah kerangka dasar pemetaan

dibuat, dengan sistem rincikan/raai yang terikat pada kerangka dasar

pemetaan. Elevasi titik detail diukur dengan toleransi 10 cm, dengan

kerapatan sesuai dengan skala peta. Pengukuran situasi diukur ke seluruh

areal rencana pengukuran secara merata, dan mencakup batas tataguna

lahan dan ciri-ciri yang sudah ada seperti saluran, anak sungai alam,

permukiman dan bangunan.

Ketelitian dan spesifikasi yang digunakan dalam pengukuran situasi detail

adalah sebagai berikut:

I-15

Page 16: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Ketelitian horisontal : minimal 90% dan semua titik yang mudah

dikenal di lapangan, digambar dengan toleransi kesalahan planimeter

0.8 mm pada skala peta.

Ketelitian vertikal : minimal 90°k dan semua titik tinggi garis kontur

pada peta yang mudah dikenal di lapangan, toleransi kesalahan

maksimum adalah setengah interv’al aris kontur.

Kontrol azimuth ditentukan dengan pengamatan astronomi dengan

ketelitian 20”.

Jumlah titik polygon antara dua kontrol azimuth maksimum 50 buah.

Koreksi sudut antara 2 kontrol azimuth maksimum 20”.

Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5000

Jarak pengukuran waterpass dibagi dalam seksi-seksi dengan panjang

maksimum 2 km. Setiap seksi diukur pergi-pulang dengan toleransi

kesalahan 10D mm, dimana D = panjang sirkuit dalam Km.

Ketinggian titik detail diukur dengan ketelitian 10 cm.

6. Pengukuran Trace, Situasi Trace, Profil Memanjang dan Profil

Melintang.

Alinemen dan strip (situasi strip) sepanjang garis trase skala

1:2.000/1:5.000

Potongan Memanjang Skala horisontal 1: 2.000 /1: 5.000 Skala vertikal

1: 100

Potongan Mehntang Skala horisontal/vertikal 1:100

Uitzet trase yang dikontrol dengan ukuran polygon terikat terhadap

titik kontrol (x, y) kerangka pemetaan dengan ketelitian siap sudut 0,5’

(menit) setelah dirata-ratakan dan ketelitian antara dua titik kontrol

kerangka pemetaan 10 N” (second) dimana N = jumlah titik polygon

diukur dengan alat ukur Thedolit TO, dengan interval jarak atau sisi

polygon max. 100 m pada trace lurus 50 s/d 25 meter pada tikungan,

dimana jarak diukur 2 kali (kemuka dn kebelakang) dengan ketelitian

ukuran jarak 1:7500 yang diukur dengan pita ukur (kapasitas 100 m)

Pengukuran sipat datar yang berfungsi sebagal dasar penampang

memanjang trace. Terikat terhadap (z) kerangka pemetaan dengan

ketelitian 15D mm dimana D = jarak dalam km. Semua titik polygon

diukur ketinggiannya.

I-16

Page 17: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Survey trase akan diambil pada sungai-sungai alam, saluran buatan

seperti saluran primer, sekunder dan tersier, tanggul-tanggul yang

ada, jalan petani dan saluran-saluran yang direncanakan, tanggul-

tanggul dan jalan jalan internal sesuai dengan lay out yang

ditandatangani untuk archtrase yang dikontrol dengan pengukuran

traverse.

Suvey trase termasuk pengukuran penampang memanjang dan

melintang pada interval 100 meter untuk saluran yang lurus atau

penampang sungai, dan terval 25 - 50 meter untuk saluran tikungan

atau penampang sungai seperti diperlukan, dengan tujuan untuk

memperoleh arah dan dimensi yang akurat.

Situasi detail sepanjang jalur trase harus diukur didalam koridor 100

meter lebar (50 meter kekanan dan 50 meter kekiri) dan saluran,

sungai dan ujung-ujung as pengukuran. Diukur dengan metode

Trigonometri/ Tachimetri memakai peralatan Theodolit TO dengan

ketelitian 10 cm. Detail yang diambil sama dengan detail-detail yang

tercantum dalam detail pengukuran situasi detail yang ada

disepanjang trace.

Pengukuran penampang melintang tarce.

Diukur dengan metode Tachimetri/Trigonometri memakai alat ukur

Thedolit TO dengan ketelitian pengukuran 10 cm dengan interval jarak

100 m (untuk saluran primer) tepat pada titik trace atau penampang

memanjang serta posisinya tegak lurus terhadap jalur trace. Detail-

detail yang diambA as trace, titik dasar saluran, perbedaan bentuk

saluran, pinggir atas saluran, kali tanggul/jalan pinggir atas

tanggul/jalan sampai tanah asli

Pengukuran situasi tapak bangunan diukur dengan metade

Trigonometri/ Tachimetri dengan dasar pengikatan kerangka

pemertaan, dimana detaildetailnya diambil dengan teliti kalau perlu

pengukuran jarak memakai metband dan ketinggian yang penting

memakai waterpas dengan ketinggian dalam 1 cm.

Lokasi dan perluasan bangunan hidrolik baik yang ada maupun yang

direncanakan, harus diukur dan diperlihatkan dalam skala 1 : 200.

Detail-detail yang diambil adalah setiap perobahan permukaan tanah

dengan kerangka titik ± 2 s/d 5 meter. Luas lokasi disesuaikan dengan

I-17

Page 18: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

bangunan dan rencana tapak bangunan sekitar 25 m x 25 x m s/d 100

x 150 meter atau ditentukan oleh pemberi pekerjaan.

Perhitungan sementara dan penggambaran sementara (draft) di

lapangan semua pengukuran yang memenuhi syarat akan dihitung

sementara untuk mengetahui syarat ketelitian dan dilangsungkan

pada draft penggambaran yang dilakukan pada kertas milimeter

Rencana kegiatan pengukuran topografi ditunjukkan pada Gambar 3.3.

2.2.2 Survey Hidrologi / Hidrometri

Kegiatan survey hidrologi dan hidrometri dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran kondisi hidrologi dan hidrometri di lokasi survey

dan juga di daerah sekitarnya. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai

berikut:

1. Pengumpulan data sekunder yang meliputi:

Pengumpulan/inventarisasi data curah hujan selama 10 tahun

terakhir dan stasiun pengamat di wilayah lokasi studi. Data curah

hujan yang dikumpulkan adalah curah hujan harian, curah hujan

bulanan, jumlah hari hujan.

Pengumpulan/inventarisasi data iklim juga diambil dan stasiun

pengamat terdekat di lokasi studi. Data-data iklim yang perlu

dikumpulkan meliputi temperatur udara harian, kecepatan angin,

kelembaban udara harian, dan penyinaran/radiasi matahari.

Pengumpulan informasi mengenai banjir yang menyangkut

periode, tinggi, lama, perkiraan luas genangan, dan dampaknya

(bagi pertanian dan penduduk). Data ini diperoleh dari informasi

penduduk setempat serta pengamatan tanda bekas banjir di

sekitar sungai (mis. perubahan warna pada tumbuhan).

Pengumpulan informasi mengenai pengaruh kekeringan dan

intrusi asin di musim kemarau, menyangkut periode, luas, lama,

dan dampaknya. Data ini dapat diperoleh dari informasi penduduk

setempat.

2. Pengumpulan/inventarisasi data primer yang meliputi :

Pengamatan tinggi muka air secara simultan selama 15 hari di

muara sungai.

I-18

Page 19: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Pengamatan tinggi muka air simultan selama 30 jam di 2 lokasi

terpilih.

Pengamatan muka air di petak tersier

Pengukuran kualitas air (pH dan salinitas) pada waktu air tinggi

dan air rendah. Pengamatan ini dilakukan secara insitu. Adapun

pengamatan ini dilakukan di 2 lokasi.

Pengambilan contoh air untuk dianalisis di laboratorium sebanyak

2 sample.

Untuk pelaksanaan pengukuran/pengamatan hidrometri diperlukan beberapa

informasi antara lain :

1. Peta dasar : geologi, topografi, DAS

2. Kondisi iklim dan klimatoogi, meteorologi hujan

Penempatan alat Hidrometri :

1. Ditempat yang lurus : terhindar dari penyadapan dan penggerusan

2. Mudah dicapai dan mudah dalam pelaksanaan pengukuran : misal

keadaan banjir/flood

3. Diikatkan (levelllng) ke BM, Patok, Muka tanah setempat

b. Penggenangan (Flooding)

• Tinggi banjir maksimum diukur pada beberapa tempat

sepanjang saluran, yang diunjukkan oleh penduduk setempat

atau yang diamati dan warna/tandah bekas banjir pada

tumbuhan, harus diukur dalam-hubungannya terhadap

pengamatan muka air selama survey.

• Durasi banjir maksimum dan tenggang pasang selama debit

aliran tinggi dan rendah diperoleh dan wawancara dengan

masyarakat setempat.

• Luasan genangan banjir dapat ditentukan dan peta, foto udara

atau citra radar, pengamatan tanda-tanda banjir maksimum,

dan wawancara dengan masyarakat setempat.

c. Kualitas Air

I-19

Page 20: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

• Tinggi air di luar zona intrusi kadar garam ditentukan dengan

analisis laboratorium contoh air.

• Contoh air diambil pada saat debit air rendah pada semua

sungai dan anak sungai yang melintasi daerah proyek. Tanggal,

waktu, lokasi, warna, PH dan temperatur air harus dicatat pada

saat pengambilan.

• Pada stasiun pengamatan muka air paling hulu dan setiap

sungai utama, PH air sungai harus diukur selama pasang surut

penuh (30 jam) secara simultan dengan pengamatan elevasi

muka air.

d. Pengukuran Potongan Melintang sungai

• Potongan melintang sungai yang berpengaruh terhadap tata air

atau yang melintasi atau mengelilingi daerah proyek harus

diukur dengan interval yang sama (setiap 2 sampai 5 km) atau

dengan interval yang lebih rapat pada bagian sungai yang tidak

lurus atau pada setiap ada perubahan, mulai dan muara sungai

sampal batas paling hulu dari daerah survey, yang

memungkinkan pemodelan hidrodinamik aliran dapat dilakukan

dengan hasil yang akurat. Khusus pada pertemuan sungai besar

dengan saluran primer atau sekunder, potongan melintang

sungai diambil dekat dengan pertemuan dengan jarak paling

tidak 100 m sebelum dan sesudah titik pertemuan. Untuk sungai

kecil atau anak sungai (sungai alam) yang di dalam daerah

proyek, potongan melintang diambil pada lokasi pertemuan

saluran atau jalan/tanggul.

• Pada setiap penampang, paling sedilsit 10 titik “sounding” harus

diambil pada interval yang sama. Jarak horisontal/lebar setiap

penampang dapat ditentukan dengan alat “range finder” atau

tali/kawat yang dibentang di atas sungai. Kedalaman air

ditentukan dengan “echo-sounder”.

• Pada setiap penampang, tanggal dan waktu pengukuran harus

dicatat demikian juga dengan tinggi pasang

2.2.4 Survey Tanah Pertanian

I-20

Page 21: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Kegiatan surley tanah pertanian dimaksudkan untuk mempelajari

potensi, kemampuan dan kesesuaian lahan dalam rangka

pengembangan pertanian di lokasi survey, serta terdiri dan beberapa

komponen kegiatan dan metoda sebagai berikut:

1. Inventarisasi sifat dan jenis tanah serta penyebarannya dengan

melakukan pengamatan tanah melalul pemboran di seluruh areal.

2. Inventarisasi serta melokalisir masalah tanah yang ada seperti pirit,

tanah sulfat masam, keasaman, kegaraman, dan masalah gambut

(ketebalan dan tingkat kematangannya).

3. Pengambilan contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium, guna

menunjang keperluan klasifikasi tanah dan analisis kesuburan tanah.

Adapun ketentuan dan spesifikasi dalam kegiatan survey tanah

pertanian adalah sebagai berikut:

Pengamatan pemboran tanah dilakukan dengan mengikuti atau terikat

dengan jalur rintisan topografi, dengan intensitas pengamatan

minimal ± 50 Ha/titik, pengamatan. Dalam hal ditemui kendala tanah

yang serius (gambut tebal, sulfat masam dangkal, pasir kuarsa),

maka intensitas pengamatan/pemboran akan ditambah.

Pengamatan pemboran dilakukan sampai kedalaman ±120 cm untuk

tanah mineral atau sampai bahan induk (jika lapisan tanah terlalu

dangkal). Untuk tanah organik/gambut, pemboran akan dilakukan

sampai kedalaman batas lapisan tanah mineral atau sampai

kedalaman ±2 m (untuk tanah gambut tebal).

Pada setiap pemboran, seluruh sifat-sifat tanah dideskripsi meliputi

warna, karatan, tekstur, kematangan (rippening), kemasaman (pH),

ketebalan bahan organik/gambut dan dekomposisinya,’ kedalaman

batas lapisan pirit/sulfat masam (metoda oksidasi cepat H202), muka

air tanah dan genangan. Disamping itu perlu dicatat eadaan

tataguna lahan dan vegetasi sekitar lokasi pemboran.

2.3. Analisa Data dan Konsep Zona Pengelolaan Air

Kegiatan pengolahan dan anuisis data dilakukan setelah kegiatan

lapangan selesai dilaksanakan. Kegiatan ini meliputi :

Analisa Survey Topografi

Analisa Hidrologi dan Hidrometri

I-21

Page 22: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

Analisa Tanah Pertanian

Analisa Zona Pengelolaan Air

BAB III

ORGANISASI PELAKSANAAN

Untuk mencapai hasil pekerjaan yang efektif dalam waktu yang

ditentukan, maka diperlukan hubungan kerjasama yang baik dan

koordinatif, baik antara tim pelaksana secara internal maupun antara

tim pelaksana dengan pihak Pemberi tugas. Berkaitan dengan hal

tersebut, maka perlu disusun personil pelaksana yang akan dilibatkan

disertai lingkup penugasan dan tanggung jawab masing-masing secara

jelas. Hubungan penugasan/tanggung jawab dari masing-masing

personil maupun hubungan koordinatif dengan Pemberi Tugas

dituaangkan dalam struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang

tepat, sehingga dapat menunjang kelancaran pekerjaan. Organisasi

pelaksanaan pekerjaan tersebut diharapkan juga dapat mewujudkan

hasil pekerjaan yang optimal.

3.1.TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB TENAGA AHLI

Pekerjaan dilakukan dengan melibatkan beberapa personil/ tim

pelaksana dari berbagai “ bidang keahlian, khususnya berkaitan

dengan pengelolaan air daerah rawa. Susunan personil/tim

pelaksana dan lingkup penugasan/tanggung jawabnya diuraikan

sebagai berikut :

1. Ketua Tim / Team Leader

- Sarjana S1 Ilmu Tanah, S2 Hidrologi dan memiliki pengalaman

dalam perencanaan jaringan tata air daerah rawa

- Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap

pelaksanaan pekerjaan dari sejak persiapan sampai saat

I-22

Page 23: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

akhir pekerjaan, serta secara periodik melaporkan

perkembangan pekerjaan kepada Pemberi Pekerjaan;

- Bertanggung jawab atas koordinasi dan Pengawasan terhadap

tim yang lain dalam pelaksanaan pekerjaan, baik pekerjaan

lapangan survey lapangan pengukuran dan inventarisasi

lahan) sampai pekerjaan kantor (detail desain dan

pelaporan);

- Bertanggung jawab terhadap persiapan pelaksanaan

pekerjaan, termasuk persiapan kantor, fasilitas-fasilitas

pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja serta metodologi

yang akan diterapkan;

- Bertanggung jawab terhadap pemberi Pekerjaan yang

berkaitan terhadap kegiatan tim pelaksanaan pekerjaan dan

pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung saat ml, sehingga

semua berjalan sesual dengan permintaan TOR sebagal

acuan pekeijaan;

- Berperan sebagal koordinasi setiap kegiatan diskusi

dengan pemberi Pekerjaan dan alokasi penugasan personil

yang telibat dalam pelaksanaan proyek;

- Melakukan monitoring terhadap kemajuan pekerjaan yang

dilaksanakan sehingga sesuai shedul yang telah

direncanakan;

- Mengkaji ulang serta pengecekan keseluruhan hash

pekerjaan yang telah dilaksanakan;

- Mengkoordinasi secara keseluruhan akan laporán yang

harus dhserahkan pada Pihak Pemberi Pekerjaan.

2. AHLI DESAIN

- Sarjana S1 Teknik Sivil, S2 Pengairan, Bersama Team Leader

melakukan survey pendahuluan untuk identifikasi lokasi di

daerah rawa, kondisi dan sistem pengaliran yang telah ada

serta rencana trase saluran yang akan direncanakan;

I-23

Page 24: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

- Melakukan inventarisasi lahan serta jaringan irigasi yang

ada, serta data-data pendukung yang dibutuhkan dalam

tahap desain;

- Menyiapkan peta daerah dan skema jaringannya beserta

petak-petak tersier;

- Bertanggung jawab terhadap pembuatan Lay-Out sementara

sampal lay-out definitif disetujui direksi pekerjaan;

- Menyiapkan perhitungan hidrolis dan stabilitas bangunan-

bangunan dan gambar-gambar yang diperlukan;

- Mendesain bangunan-bangunan yang sudah dihitung angka

hidrolis dan stabllitasnya;

- Menyiapkan Spesifikasi Teknis, Rencana Anggaran Biaya—

dan Rencana Paket antara laporan-laporan lain.

3. AHLI HIDROLOGI

- Melakukan survel dan identifikasi kondisi jaringan irigasi

yang ada;

- Melakukan pengumpulan data kilmatologi dan data debit

sungai;

- Mengkoordinir tim survey untuk melakukan pengukuran

debit sumber air baku sesaat;

- Melakukan analisa hidrologi berupa, analisa data Curah

Hujan, Debit Banjir, dan rekomendasi untuk parameter

desain dan perhitungan kebutuhan air dan ketersediaan air

baku;

- Menyusun laporan lapangan hasil identifikasi dan laporan

pendukung hidrologi;

- Membantu Team Leader dalam menyusun laporan

pekerjaan.

4. AHLI STRUKTUR BANGUNAN AIR/HIDROLIKA

I-24

Page 25: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

- Melaksanakan Perhitungan dan Perencanaan Struktur

Bangunan Hidraulik (pintu, fondasi dli) Tanggul Banjir,

Stabilitas Lereng Saluran, Struktur Jembatan, Dermaga dan

Sarana Bangunan Pelengkap lainnya;

- Memberikan Petunjuk dalam Penyusunan Spesifikasi Teknik

dan Metoda Pelaksanaan konstruksi;

- Membantu menyusun Nota Desain.

5. AHLI GEODESI ATAU PEMETAAN

- Menguasi ilmu pemetaan, analisis GIS, Melakukan survey

lokasi sehubungan dengan rencana jalur pengukuran yang

akan dilaksanakan;

- Menyiapkan titik-titik referensi pengukuran;

- Menyiapkan hasil inventarisasi saluran dan bangunan;

- Melakukan koordinasi di dalam pelaksanaan pengukuran

baik ketelitian situasi maupun trase saluran;

- Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap

perhitungan dan ketelitian di dalam perhitungan data

pengukuran;

- Penyusunan laporan yang berhubungan dengan pekerjaan

pengukuran baik laporan pengukuran, buku ukur, diskripsi

BM dan lain-lain;

- Menyiapkan gambar-gambar hash pengukuran dan laporan

akhir dan hasil pengukuran.

6. AHLI TANAH PERTANIAN

- Mengkoordinir peaksanaan survai tanah di lapangan;

- Melakukan survai tanah di lokasi daerah rawa

- Melakukan pengamatan perkembangan tanah di lokasi

proyek;

- Melakukan pengamatan profil tanah dan pengambilan

contoh tanah untuk dianalisa di laboratorium;

I-25

Page 26: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

- Mengidentifikasi kedalaman pint, ketebalan gambut di lokasi

proyek;

- Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang berhubungan

dengan pengembangan pertanian khususnya budidaya tebu.

- Memberikan saran-saran yang berguna untuk peningkatan

berdasarkan kriteria dan petunjuk;

- Membuat kerangka kerja pelaksanaan survai tanah yang

pasti dan efisien di lapangan;

- Membuat laporan kemajuan kerja, laporan bulanan dan

membantu Team Leader dalam membuat laporan akhir.

8. Tenaga Pendukung

Tenaga pendukung dalam pekerjaan ini adalah tenaga sub

profesional yang meliputi : Asisten Tenaga Ahli, Chief Surveyor,

surveyàr, Juru Gambar, pengelola administrasi dan keuangan,

operator komputer, serta tenaga lapangan. Keseluruhan tenaga

pendukung mi bertugas membantu Ketua Tim dan Tim Ahil

lainnya dalam kegiatan survey lapangan, pengolahan data,

pembuatan laporan dan peta-peta, serta pengurusan

administrasi dan keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Tenaga Pendukung ini diperlukan sebanya 7 orang.

3.2.Rencangan Personil

Penanggung Jawab kegiatan: Prof. Dr. Ir. H.M. Said, M.Sc.

Ketua Tim : Ir. Momon Sodik Imanudin, M.Sc.

(Ahli Hidrologi dan Rawa)

Tenaga Ahli :

1. Ahli Simulasi dan Pemodelan komputer : Dr. Ngudiantoro, M.Si

2. Ahli Tanah Pertanian : Ir. Muh Bambang P, M.Sc

3. Ahli Bangunan Air : Ir. Dery Darmawan

4. Ahli GIS Pemetaan : Ir. Feriadi, M.Si

I-26

Page 27: Proposal Rawa 1000ha

Lembaga Penelitian Unsri Proposal Studi Perencanaan Sistem Tata Air Lahan rawa 3000 ha untuk Perkebunan Tebu

5. Suveyor tofografi : Ir. Sitompul

I-27