proposal pengambilan data awal penelitian

27
PROPOSAL PENGAMBILAN DATA AWAL PENELITIAN PENERAPAN METODE TIME SERIES DALAM PERAMALAN KEJADIAN PERCERAIAN DI KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 BERDASARKAN ANALISIS DATA PERCERAIAN TAHUN 2009-2013 Oleh: NURMALASARI NIM. 101011158

Upload: nurmala-sari

Post on 20-Oct-2015

1.004 views

Category:

Documents


71 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

PROPOSAL PENGAMBILAN DATA AWAL PENELITIAN

PENERAPAN METODE TIME SERIES DALAM PERAMALAN

KEJADIAN PERCERAIAN DI KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

BERDASARKAN ANALISIS DATA PERCERAIAN TAHUN 2009-2013

Oleh:

NURMALASARI

NIM. 101011158

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

SURABAYA

2014

Page 2: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

PROPOSAL PENGAMBILAN DATA AWAL PENELITIAN

DI PENGADILAN AGAMA DAN PENGADILAN NEGERI

KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut Supranto (2008, h. 2), data merupakan sesuatu yang

diketahui atau dianggap dan dapat memberikan gambaran tentang suatu

keadaan atau persoalan yang pada umumnya dikaitkan dengan tempat

maupun waktu. Berdasarkan waktu pengumpulannya, data dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu data cross section dan data berkala (time

series) (Supranto, 2008, h. 11).

Data berkala (time series data atau yang disebut time series saja

tanpa menggunakan kata data) merupakan data yang dikumpulkan dari

waktu ke waktu untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan

atau kondisi tertentu (Supranto, 2000, h. 121). Kondisi yang dapat

digambarkan juga semakin berkembang. Tidak hanya kondisi ekonomi

(perkembangan produksi, harga, hasil penjualan), namun juga kondisi

sosiologi, antropologi, dan kesehatan masyarakat.

Salah satu kondisi kesehatan masyarakat yang dapat digambarkan

dengan adanya data berkala (time series) adalah perkawinan dan

perceraian. Secara sosiologis, perkawinan merupakan proses sepasang

manusia dalam mencari kesejahteraan diri (Bappeda Kabupaten

Majalengka, 2011, h. 11). Sedangkan secara biologis, perkawinan

1

Page 3: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

merupakan alat kesejahteraan manusia dalam membentuk suatu keluarga

besar yang merupakan perbesaran dari keluarga batih (nucleus family)

(Bappeda Kabupaten Majalengka, 2011, h. 11).

Perkawinan sebagai suatu alat untuk mengamati tingkat

kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari dua segi, yaitu status

perkawinan dan umur perkawinan pertama (Bappeda Kabupaten

Majalengka, 2011, h. 11). Status perkawinan sendiri memiliki empat

kriteria, dimana salah satunya adalah penduduk dengan status bercerai

(Bappeda Kabupaten Majalengka, 2011, h. 11). Perceraian yang dalam

hal ini disebut cerai hidup merupakan salah satu penyebab putusnya

perkawinan, selain karena kematian (cerai mati) dan keputusan

pengadilan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974).

Permasalahan kegagalan dalam suatu perkawinan yang pada

akhirnya menyebabkan perceraian terus mengalami peningkatan. Di

dunia, Amerika Serikat merupakan negara industri dengan tingkat

perceraian tertinggi, di mana sekitar 50% perkawinan berakhir dengan

perceraian (Cannon dkk., 2008). Tingkat perceraiannya naik setiap 10

tahun sejak masa Perang Persaudaraan (Fukuyama, 2005, h. 50). Selain

itu, di Nepal, jumlah perceraian juga meningkat hingga 70% yang banyak

dilakukan oleh para wanita dengan pendidikan tinggi serta setengah dari

perkawinan di Swedia dan Norwegia berakhir dengan perceraian (Januar,

2007, h. 23).

2

Page 4: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

Kasus perceraian di Indonesia juga mengalami peningkatan. Pada

tahun 2007, jumlah perceraian yang diputus oleh Pengadilan Agama

(PA) sebanyak 167.807 kasus, meningkat menjadi 213.960 kasus pada

tahun 2008, dan 223.371 kasus pada tahun 2009 (Lestari, n.d., h. 175).

Persentase jumlah penduduk yang berstatus cerai hidup juga mengalami

peningkatan dari 1,76% pada tahun 2009 menjadi 1,82% pada tahun

2010 (Badan Pusat Statistik, 2012).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2012, diketahui

bahwa beberapa daerah di Indonesia dengan persentase jumlah penduduk

berstatus cerai hidup tahun 2012 di atas persentase Indonesia (1,68%),

yaitu Sumatera Barat (2,23%), Kepulauan Bangka Belitung (1,91%),

DKI Jakarta (1,80%), Jawa Barat (2,12%), Jawa Timur (1,80%), Nusa

Tenggara Barat (2,86%), Kalimantan Selatan (2,13%), Gorontalo

(1,73%), Sulawesi Tengah (2,06%), Sulawesi Selatan (1,95%), Sulawesi

Barat (2,36%), dan Sulawesi Tenggara (1,74%)(Badan Pusat Statistik,

2012).

Semakin tingginya angka perceraian di beberapa daerah di

Indonesia, menunjukkan bahwa semakin banyak perkawinan yang

bermasalah (Wijayanti, 2008, h. 4). Apabila terjadi sesuatu dengan

perkawinan, yang dalam hal ini adalah perceraian, maka akan timbul

berbagai masalah yang harus dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai

maupun anak-anak serta masyarakat di wilayah terjadinya perceraian

(Karim dalam Ihromi ed., 2004, h. 136).

3

Page 5: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

Meningkatnya angka perceraian ini dianggap sebagai salah satu

indikasi merosotnya nilai-nilai keluarga, sehingga berujuang pada

menurunnya tingkat kesejahteraan keluarga (Lestari, n.d., h. 175).

Menurut Australian Unity Wellbeing Index Tahun 2008 dalam Susanto

(2013) disebutkan bahwa masyarakat dengan status cerai memiliki

tingkat kesejahteraan paling rendah. Indeks kesejahteraan pribadi pada

masyarakat dengan status kawin sebesar 77,3 sedangkan pada masyarakat

dengan status belum kawin sebesar 71,5 dan pada yang bercerai hanya

68,3 (Susanto, 2013).

Menurut Dariyo (n.d., 168-169), individu yang telah melakukan

perceraian, baik disadari ataupun tidak akan membawa dampak negatif,

yaitu:

1) Pengalaman traumatis pada salah satu pasangan hidup baik laki-laki maupun perempuan, seperti kesedihan, kekecewaan, frustasi, ketidaknyamanan, tidak tenteram, tidak bahagia, stress, depresi, takut, dan khawatir dalam diri sendiri. Selain itu, juga sulit konsentrasi dalam pekerjaan, tidak berdaya, putus asa, dan jika tidak tertanggulangi dengan baik maka bisa mengakibatkan gangguan psikosomatis, gila, bahkan lebih parah lagi bunuh diri.

2) Pengalaman traumatis pada anak. Anak-anak yang ditinggalkan orang tua yang bercerai akan mengalami kebingungan harus ikut siapa dan merasa tidak ada contoh positif yang harus ditiru, sehingga mempunyai pandangan negatif terhadap perkawinan dan orang tua. Ketika dewasa, anak-anak merasa takut mencari pasangan hidup dan menikah, karena adanya kekhawatiran akan berakhir pada perceraian juga.

3) Ketidakstabilan kehidupan dalam pekerjaan. Ketidakstabilan psikologis karena perceraian mengakibatkan ketidakstabilan pada fisiologis individu, seperti tidak dapat tidur dengan tenang dan tidak dapat berkonsentrasi dalam bekerja, sehingga mengganggu kehidupan kerja, prestasi kerja

4

Page 6: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

menjadi turun, dan tentu menurunkan produktivitas kerja yang nantinya berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh.

Dalam struktur masyarakat Indonesia yang sangat mengutamakan

harmoni dan kekerabatan, dampak perceraian tidak hanya menyangkut

pasangan yang bercerai saja, melainkan seluruh keluarga besar kedua

belah pihak (Surbakti, 2008).

Menurut Sanchez dalam Tresia (2006, hh. 1-2), perceraian dapat

meningkatkan kenakalan pada anak serta dapat meningkatkan jumlah

anak yang mengalami gangguan emosional dan mental,

menyalahgunakan obat bius dan alkohol, dan menyebabkan anak

perempuan muda menjadi ibu di luar nikah. Apabila dilihat dalam skala

yang lebih luas, perceraian dapat membentuk generasi yang tidak

produktif dan tidak dapat diandalkan sebagai modal SDM (Sumber Daya

Manusia) yang berkualitas dalam pembangunan, yang selanjutnya hanya

akan menjadi beban masyarakat dan negara (Tresia, 2006, h. 2). Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa tingginya angka perceraian di

Indonesia memainkan peranan yang cukup besar bagi wanita untuk terjun

ke dunia prostitusi (Tresia, 2006, h. 2).

Tingginya angka perceraian dan besarnya dampak perceraian

menciptakan suatu kebutuhan untuk melakukan upaya antisipiasi baik

secara promotif maupun preventif terhadap terjadinya perceraian baik

dalam skala lokal maupun nasional. Sebelum upaya tersebut disusun,

terlebih dahulu perlu dilakukan suatu perencanaan.

5

Page 7: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

Dalam manajemen, perencanaan merupakan kebutuhan yang

besar, karena waktu tenggang untuk pengambilan keputusan dapat

berkisar dari beberapa tahun sampai beberapa hari atau bahkan beberapa

jam, sehingga dibutuhkan suatu alat bantu agar perencanaan tersebut

dapat terlaksana secara efektif dan efisien, yakni dengan peramalan

(forecasting) (Makridakis, dkk., 1988, h. 3). Peramalan (forecasting)

merupakan suatu kegiatan untuk melakukan dugaan atau perkiraan

mengenai terjadinya suatu kegiatan atau perisiwa di waktu yang akan

datang (Supranto, 2008, h. 9).

Untuk melakukan peramalan (forecasting), dapat menggunakan

metode kualitatif (teknologis) dan metode kuantitatif (Makridakis, dkk.,

1988, h. 8). Metode kualitatif meliputi meliputi metode eksploratoris dan

normatif, sedangkan metode kuantitatif meliputi metode kausal dan deret

berkala (time series). Peramalan dengan metode kuantitatif dapat

dilakukan bila terdapat tiga kondisi berikut:

1) Tersedia informasi tentang masa lalu.2) Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data

numerik.3) Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu

akan terus berlanjut di masa mendatang.

Analisis deret berkala (time series) yang merupakan salah satu

metode dalam peramalan kuantitatif, dilakukan berdasarkan nilai masa

lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu, untuk menemukan

pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke

masa depan (Makridakis, dkk., 1988, h. 9). Bentuk atau jenis pola data

6

Page 8: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

dalam deret data historis terdiri dari empat macam, yaitu: 1) Pola

Horisontal (H); 2) Pola Musiman (S); 3) Pola Siklis (C); dan 4) Pola

Trend (T) (Makridakis, dkk., 1988, h. 10). Berbagai bentuk atau jenis

pola data tersebut berpengaruh pada pemilihan metode peramalan yang

digunakan. Oleh karena itu, perlu adanya berbagai pertimbangan yang

cermat, seperti keakuratan hasil, ketepatan waktu, serta kemudahan untuk

dimengerti, agar hasil peramalan yang sudah dilakukan dapat digunakan

untuk membantu pembuatan keputusan dalam proses perencanaan suatu

program (Arsyad, 2001 dalam Awwaliyyah, 2013, h. 2).

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2012, diketahui

bahwa Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan persentase

jumlah penduduk berstatus cerai hidup tahun 2012 di atas persentase

Indonesia (1,68%), yaitu sebesar 1,80% (Badan Pusat Statistik, 2012),

sehingga dapat dikatakan bahwa perceraian ini masih menjadi masalah

yang harus segera diselesaikan karena dapat mengakibatkan beberapa

dampak negatif serta dapat menurunkan indeks kesejahteraan pribadi.

Menurut laporan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, jumlah

kasus perceraian di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 69.956

kasus pada tahun 2010 menjadi 74.777 kasus pada tahun 2011 yang

merupakan kalkulasi dari cerai talak dan cerai gugat dari Januari-

Desember.

7

Page 9: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

Cerai talak adalah perceraian khusus bagi yang beragama islam,

jika yang mengajukan adalah istri maka disebut “gugat cerai” dan jika

yang mengajukan adalah suami maka istilahnya menjadi “permohonan

cerai” dan diajukan oleh suami kepada Pengadilan Agama (PA) (YLBHI,

2007, h. 100). Sedangkan cerai gugat merupakan gugatan perceraian

yang diajukan kepada Pengadilan Negeri (PN), baik diajukan oleh istri

maupun suami, di wilayah tempat tinggal penggugat (istri), kecuali

penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama

tanpa izin (YLBHI, 2007, h. 100).

Menurut laporan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tahun 2010,

kasus cerai talak di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 adalah

sebanyak 25.228 kasus dengan rata-rata sebanyak 681,84 kasus. Dari 37

daerah di Jawa Timur, terdapat 15 daerah dengan jumlah kasus cerai

talak di atas rata-rata kasus Jawa Timur, yaitu Banyuwangi (1.964),

Blitar (1.167), Bojonegoro (936), Jember (1.428), Kediri (Kab.) (1.026),

Kraksaan (721), Lamongan (870), Lumajang (981), Malang (Kab.)

(1.961), Mojokerto (702), Sidoarjo (840), Situbondo (787), Surabaya

(1.338), Tuban (1.194), dan Tulungagung (824).

Sedangkan untuk cerai gugat di Jawa Timur pada tahun 2010,

dilaporkan oleh Pengadilan Tinggi Agama Surabaya sebanyak 44.728

kasus dengan rata-rata kasus sebanyak 1.208,86 kasus. Namun, daerah

dengan jumlah kasus di atas rata-rata jumlah kasus Jawa Timur terdapat

12 daerah dengan rincian sebagai berikut: Banyuwangi (2.959), Blitar

8

Page 10: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

(2.255), Bojonegoro (1.402), Jember (3.220), Kediri (Kab.) (2.145),

Lamongan (1.358), Lumajang (1.854), Malang (Kab.) (3.686), Mojokerto

(1.370), Sidoarjo (1.532), Surabaya (2.430), dan Tuban (1.242).

Menurut laporan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tahun 2011,

kasus cerai talak di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan menjadi

25.907 kasus dengan rata-rata kasus sebanyak 700,19 kasus. Dari 37

daerah di Jawa Timur, terdapat 14 daerah dengan jumlah kasus cerai

talak di atas rata-rata kasus Jawa Timur, yaitu Banyuwangi (1.921),

Blitar (1.183), Bojonegoro (937), Jember (1.340), Kediri (Kab.) (1.042),

Lamongan (841), Lumajang (964), Malang (Kab.) (2.106), Mojokerto

(716), Sidoarjo (1.049), Situbondo (790), Surabaya (1.447), Tuban

(1.161), dan Tulungagung (857).

Sedangkan untuk cerai gugat di Jawa Timur pada tahun 2011,

dilaporkan oleh Pengadilan Tinggi Agama Surabaya sebanyak 48.870

kasus dengan rata-rata kasus sebanyak 1.320,81 kasus. Namun, daerah

dengan jumlah kasus di atas rata-rata jumlah kasus Jawa Timur terdapat

13 daerah dengan rincian sebagai berikut: Banyuwangi (3.414), Blitar

(2.343), Bojonegoro (1.514), Jember (3.415), Jombang (1.582), Kediri

(Kab.) (2.332), Lamongan (1.457), Lumajang (1.805), Malang (Kab.)

(3.694), Mojokerto (1.464), Sidoarjo (1.968), Surabaya (2.768), dan

Tulungagung (1.584).

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa salah satu daerah

dengan jumlah kasus cerai talak dan cerai gugat tahun 2010-2011 di atas

9

Page 11: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

rata-rata jumlah kasus Provinsi Jawa Timur, yaitu Lumajang dengan total

kasus perceraian pada tahun 2010 sebanyak 2.835 kasus dan pada tahun

2011 sebanyak 2.469 kasus. Sedangkan pada tahun 2012, menurut

Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kabupaten Lumajang (2012),

dikatahui bahwa jumlah kasus cerai talak dan cerai gugat mengalami

peningkatan dari tahun 2011, yakni menjadi 1.034 kasus cerai talak dan

2.103 cerai gugat dengan total kasus sebanyak 3.137 kasus.

Adanya peningkatan kasus ini tentu menjadi suatu bahan koreksi

bagi pemerintah dan stakeholder terkait serta harus segera dicari

solusinya. Semakin banyaknya angka perceraian di suatu daerah dalam

hal ini adalah di Kabupaten Lumajang, maka menunjukkan bahwa

semakin banyak perkawinan yang bermasalah (Wijayanti, 2008, h. 4).

Apabila terjadi sesuatu dengan perkawinan, yang dalam hal ini adalah

perceraian, maka akan timbul berbagai masalah yang harus dihadapi baik

oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat di

wilayah terjadinya perceraian (Karim dalam Ihromi ed., 2004, h. 136).

Salah satu solusi yang dapat dilakukan, yaitu melakukan upaya

antisipiasi baik secara promotif maupun preventif terhadap terjadinya

perceraian di Kabupaten Lumajang. Sebelum upaya tersebut disusun,

terlebih dahulu perlu dilakukan suatu perencanaan dengan menggunakan

salah satu alat, yakni peramalan (forecasting) dengan metode time series

seperti yang sudah dijelaskan pada anak sub bab sebelumnya.

10

Page 12: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

Pada metode time series, terdapat beberapa teknik yang meliputi:

rata-rata bergerak (moving average), pemulusan eksponensial tunggal

(single exponential smoothing), pemulusan eksponensial ganda (double

exponential smoothing), pemulusan ekponensial berganda (triple

exponential smoothing), dekomposisi (decomposition), metode ARIMA

(box-jenkins), serta metode regresi. Pemilihan teknik tersebut untuk

aplikasinya dipengaruhi pola data, perubahan waktu, serta faktor

gangguan yang disebabkan oleh pengaruh acak pada waktu sebelumnya.

Oleh karena itu, agar bisa menentukan teknik yang akan

digunakan dalam peramalan kejadian perceraian di Kabupaten Lumajang

tahun 2015, maka terlebih dahulu harus mengetahui pola data dalam

kejadian perceraian di Kabupaten Lumajang. Untuk mengetahui pola data

tersebut, tentunya membutuhkan data perceraian minimal dalam kurun

waktu 2009-2013 baik itu yang tercatat di Pengadilan Agama maupun

Pengadilan Negeri di Kabupaten Lumajang.

II. DASAR KEGIATAN

Dasar kegiatan dalam pengumpulan data awal penelitian ini adalah

penyusunan skripsi calon Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga.

11

Page 13: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

III. TUJUAN KEGIATAN

III.1 Tujuan Umum

Tujuan kegiatan pengumpulan data awal penelitian ini adalah untuk

mendapatkan data awal penunjang permasalahan atau topik yang akan

digunakan sebagai dasar pada penelitian untuk penyusunan skripsi

sebagai syarat mendapatkan gelar sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

III.2 Tujuan Khusus

Untuk mendapatkan data kasus perceraian tahun 2009-2013 di

Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri Kabupaten Lumajang,

sehingga bisa ditentukan pola data kejadian perceraian di Kabupaten

Lumajang. Dengan diketahuinya pola data tersebut, maka teknik

peramalan dalam metode time series yang digunakan untuk meramalkan

kejadian perceraian di Kabupaten Lumajang tahun 2015 dapat ditentukan

dan harapannya skripsi bisa disusun dengan baik dan lancar.

IV. BENTUK KEGIATAN

IV.1 Pengumpulan Data Primer

Dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam kepada pihak

Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri Kabupaten Lumajang

berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian tentang kasus

perceraian tahun 2009-2013.

12

Page 14: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

IV.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder di Pengadilan Agama (PA) dan Pengadilan

Negeri (PN) dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah data sebagai

berikut.

1) Data kasus perceraian secara umum tahun 2009-2013;

2) Data kasus perceraian tahun 2009-2013 yang disusun per bulan;

3) Data kasus perceraian tahun 2009-2013 yang digolongkan

berdasarkan penyebab perceraian;

4) Data registrasi perceraian tahun 2009-2013; serta

5) Data lainnya yang mendukung baik berupa hardcopy maupun

softcopy.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN

V.1 Peneliti

Nama Lengkap : Nurmalasari

NIM : 101011158

Departemen : Biostatistika dan Kependudukan

Prodi : S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas : Universitas Airlangga

Alamat : Jalan Sutorejo No. 26 Surabaya

Uranggantung. Jarit. Candipuro. Lumajang

No. Handphone : 085-730-637-509

13

Page 15: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

E-mail : [email protected]

V.2 Tempat

1. Pengadilan Agama Kabupaten Lumajang

Jalan Jenderal Ahmad Yani, No. 12, Lumajang, Jawa Timur.

2. Pengadilan Negeri Kabupaten Lumajang

Jalan Gatot Subroto No.74, Lumajang, Jawa Timur.

V.3 Waktu

10 Februari 2014-28 Maret 2014

VI. RENCANA KEGIATAN

Tabel 1. Rencana Kegiatan Pengambilan Data Awal Penelitian

No Kegiatan

Bulan Februari

Minggu ke-

Bulan Maret Minggu ke-

III IV V I II III IV V1. Penyusunan Proposal

Pengambilan Data Awal Penelitian

2. Pengajuan Surat ke Fakultas dan Perizinan

3. Pengajuan Surat ke Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dan Perizinan

4. Perizinan ke Pengadilan Agama dan Pengajuan Surat Pengadilan Negeri Kabupaten Lumajang

5. Pengambilan data awal penelitian di Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri Kabupaten Lumajang

14

Page 16: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

VII. PENUTUP

Demikian proposal kegiatan pengumpulan data awal penelitian skripsi ini

disusun. Besar harapan kami agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan

lancar serta memberikan manfaat baik semua pihak yang terlibat di

dalamnya. Atas partisipasi dan dukungan semua pihak yang membantu

terlaksananya kegiatan ini, kami sampaikan terima kasih.

15

Page 17: Proposal Pengambilan Data Awal Penelitian

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL KEGIATAN PENGAMBILAN DATA AWAL PENELITIAN

DI PENGADILAN AGAMA DAN PENGADILAN NEGERI

KABUPATEN LUMAJANG

Surabaya, 7 Februari 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Skripsi, Pelaksana,

Prof. H. Kuntoro, dr., M.PH., Dr.PH Nurmalasari

NIP. 19480808 197603 1 002 NIM. 101011158

16