proposal pengajuan budidaya tanaman secara organik

18
BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Sawi 2.1.1 Deskripsi sawi varietas Tosakan Nama lain : Caisim (Bangkok) Umur tanaman : 30 hari Bentuk tanaman : Besar, semi buka dan tegak Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas Tangkai bunga : Panjang dan langsing Warna tangkai bunga : Hijau tua Bentuk daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata Warna daun : Hijau Potensi produksi : 150-200 g/ tanaman Sumber : PT. East West Seed Indonesia, Purwokerto 2.1.2 Persiapan benih Benih caisim diperbanyak dengan membiarkan tanaman hingga berbunga dan menghasilkan biji. Benih caisim yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Benih utuh, tidak luka atau tidak cacat. b. Benih harus bebas hama dan penyakit. c. Benih harus murni, tidak tercampur denga biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran. d. Benih diambil dari jenis yang unggul. e. Mempunyai daya kecambah 80%. f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air. Sebelum ditanam secara massal, sebaiknya benih caisim disemaikan terebih dahulu. Cara persemaian benih caisim:

Upload: tarina-intan-citananda

Post on 29-Dec-2015

200 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tanaman sawi dan bawang putih organik

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Sawi2.1.1 Deskripsi sawi varietas Tosakan

Nama lain : Caisim (Bangkok) Umur tanaman : 30 hari Bentuk tanaman : Besar, semi buka dan tegak Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas Tangkai bunga : Panjang dan langsing Warna tangkai bunga : Hijau tua Bentuk daun : Lebar, panjang dan memiliki pinggiran daun rata Warna daun : Hijau Potensi produksi : 150-200 g/ tanaman Sumber : PT. East West Seed Indonesia, Purwokerto

2.1.2 Persiapan benihBenih caisim diperbanyak dengan membiarkan tanaman hingga berbunga dan

menghasilkan biji. Benih caisim yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:a. Benih utuh, tidak luka atau tidak cacat.b. Benih harus bebas hama dan penyakit.c. Benih harus murni, tidak tercampur denga biji-biji atau benih lain serta bersih dari

kotoran.d. Benih diambil dari jenis yang unggul.e. Mempunyai daya kecambah 80%.f. Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

Sebelum ditanam secara massal, sebaiknya benih caisim disemaikan terebih dahulu.

Cara persemaian benih caisim:1. Rendam benih caisim pada air hangat 55oC selama kurang lebih 2 jam. Pilih benih yang

tenggelam didasar tempat perendaman.2. Setelah diseleksi, rendam lagi benih selama 12 jam untuk memudahkan perkecambahan

benih. Indikator dari perendaman lanjutan ini adalah bila benih sudah terlihat ada yang mulai pecah.

3. Siapkan media semai. Media semai yang paling sering digunakan adalah menggunakan kotak persemaian atau menggunakan potray.

Persiapan media semai diantaranya ialah:a. Pembuatan media yang terdiri dari tanah, pasir, dan pupuk kandang (1 : 1 : 1)

Page 2: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

b. Membuat atau menyediakan kotak persemaian yang berukuran 50-60 cm atau 30-40 cm atau x 15-20 cm sesuai kebutuhan bibit.

c. Ketebalan media didalam kotak berkisar antara 10 – 15 cm. Yang harus diperhatikan adalah naungan bedengan, untuk mengurangi cahaya matahari

dan menghindari pukulan air hujan yang dapat merusak tanaman muda. Naungan dapat menggunakan lembaran plastik atau lembaran tembus cahaya lainnya.

Teknik Persemaian Benih1. Siram tanah satu hari sebelum penyemaian.2. Buat alur-alur penanaman saling menyilang (5-10 cm).3. Pada titik-titik persilangan atau tiap bumbung polybag, taburkan benih (1 benih satu

titik).4. Tutup benih dengan tanah halus tipis-tipis.5. Siram dengan gembor yang berlubang halus.6. Penyemaian biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari.

Gambar 1. Pembibitan tanaman caisim di dalam kotak persemaian

Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaiana. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari untuk mencegah terjadinya kekeringan, sehingga biji tidak dapat tumbuh, penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat gembor yang mempunyai lubang halus.

b. Mengatur naungan.Pada stadia perkecambahan, petsai tidak dapat menerima cahaya yang berlebihan, sehingga diperlukan pengaturan. Persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang

Page 3: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

menguntungkan bagi bibit. Selain itu, saat terjadi hujan, naungan harus ditutup untuk menghindari pukulan air hujan yang dapat merusak bibit.

c. PenyianganPenyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput atau gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.

Pemindahan BibitDilakukan hanya bila benih disemai di tempat persemaian. Pemindahan ke lahan

dilakukan pada usia 21 hari atau bila bibit telah berdaun 3 – 4 helai karena telah mempunyai perakaran yang kuat. Pemindahan bibit dilakukan dengan sistem cabut, yakni bibit dicabut dengan hati-hati demi tetap menjaga bentuk akar. Atau bisa juga dengan cara tanah tempat persemaian disiram terlebih dulu kemudian bibit diambil beserta tanahnya 2,5 sampai 3 cm dari batang dengan kedalaman tanah 5 cm.

2.1.3 Pengelolaan dan Pengolahan LahanPengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.

Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Kedalaman cangkulan yang baik berkisar 20 – 40 cm.

Luas lahan yang akan digunakan ialah 8 m2. Pembentukan bedengan bisa dilakukan dengan lebar 120 cm, tinggi 20-30 cm dan panjang 800 cm (mengacu pada panjang lahan). Lebar parit antar bedengan sekitar 30 cm. Jarak tanam yang baik ialah yang tidak terlalu rapat dan tidak terlalu renggang antar tanamannya yakni sekitar 30 x 30 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar, pola segi tiga sama sisi, pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola penanaman yang akan dilakukan adalah pola penanaman berbentuk larikan, karena lebih mudah untuk diaplikasikan.

Setelah bedengan siap untuk ditanami sawi maka dilakukan pemindahan tanam (replanting) dari persemaian ke lapangan. Berikut adalah cara penanaman bibit sawi di lapangan.a. Tanam pada saat matahari tidak terlalu terik, yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-

10.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00.b. Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).c. Bibit hasil persemaian dipisahkan dengan media persemaiannya dengan cara mencabut

bibit bersamaan dengan tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm agar tidak merusak perakarannya.

Page 4: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

d. Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.

e. Siram bibit dengan air sampai basah benar.

2.1.4 Pemeliharaan Penyiraman (disesuaikan dengan kebutuhan tanah) sejak disemai sampai tumbuh

dewasa air selalu dibutuhkan Penyulaman tanaman sulaman biasanya diambil dari bibit tananam yang masih tersisa

di bedeng pembibitan Penyiangan, penggemburan dan pengguludan. Penyiangan dilakukan secara manual 2

minggu sekali/ sesuai pertumbuhan gulma biasanya penyiangan, penggemburan dan pengguludan dilakukan sekaligus untuk menghemat tenaga kerja.

2.2 Tanaman Pendamping Bawang Putih (Allium sativum L.) Klasifikasi Bawang Putih Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Liliidae Ordo: Liliales Famili: Liliaceae (suku bawang-bawangan) Genus: Allium Spesies: Allium sativum L.

Deskripsi bawang putih varietas Lumbu Hijau (tanaman pendamping)Asal : Malang, Jawa TimurUmur panen : 112 – 120 hariTinggi tanaman : 63 – 75 cmDiameter batang semu : 1,0 cm – 1,2 cmKemampuan berbunga : tidak dapat berbungaBentuk daun : Silindris, pipihWarna daun : Hijau muda agak ungu kemerahanBanyak daun pertanaman : 7 – 9 helaiHabitus tanaman : RozetBentuk umbi : Bulat telur, ujung meruncing, dasarnya datarBesar umbi : diameter 3,3 cm – 3,9 cm, panjang 2,6 cm – 2,8 cmWarna siung : putih keunguanJumlah siung per umbi : 13 – 20 buahBentuk siung : panjang 2,1 cm dan lebar 1,2 cm

Page 5: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

Bau dan aroma : kuatKemampuan berproduksi : 8 ton – 10 ton per hektarSusut bobot umbi : 43%Keterangan : peka terhadap Alternaria sp. dan sangat cocok ditanam

pada ketinggian 900 – 1100 mdplBawang putih merupakan tanaman yang dapat ditanam di dataran tinggi maupun di

dataran rendah. Varietasnya pun dibedakan berdasarkan ketinggian tempat, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Sentra bawang putih di Indonesia umumnya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Berdasarkan survey eksplorasi, sekitar 72 persen daerah penanaman bawang putih terdapat di Jawa (Buurma 1991). Penanaman bawang putih di Jawa kebanyakan (66 persen) dilakukan di dataran tinggi (> 700 meter dpl). Varietas bawang putih utama yang diusahakan di dataran tinggi adalah Lumbu Hijau, Tawangmangu, Lumbu Kuning, Gombloh dan Tes.

2.2.1 Persiapan benihMutu bibit/benih bawang putih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bebas hama dan penyakit 2. Pangkal batang berisi penuh dan keras.3. Siung bernas 4. Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram

Benih bawang putih berasal dari pembiakan generatif dengan umbinya. Kultur jaringan juga merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Dengan kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan mikro/produksi tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu relatif singkat. Umbi bawang putih dapat diperoleh di kios penjual bibit atau produsen bibit. Selain itu, umbi bibit juga dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya yang telah dipersiapkan untuk umbi bibit.

Penyimpanan bibit pada umumnya dilakukan oleh petani di para-para dan digantung dengan cara pengasapan. Cara ini praktis tetapi seringkali merusak umbi bibit dan memiliki penampilan yang kurang menarik dan memberikan warna yang kecoklat-coklatan. Cara penyimpanan umbi bibit lain terdiri dari penyimpanan alami, penyimpanan di ruangan berventilasi dan penyimpanan pada suhu dingin.

Kebututuhan umbi bibit untuk bawang putih apabila jarak tanam 20 x 20 cm jumlah kebutuhan bibit antara 200.000-250.000 siung/200 kg siung, jarak tanam 20 x 15 cm jumlah kebutuhan bibit antara 240.000-300.000 siung/sekitar 240 kg siung, dan untuk jarak tanam 20 x 10 cm jumlah kebutuhan bibitnya adalah antara 400.000-500.000 siung/sekitar 400 kg siung. Jumlah bibit akan menentukan volume produksi.

2.2.2 Persiapan lahan

Page 6: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

Secara garis besar pengolahan tanah meliputi kegiatan penggemburan (dicangkul), pembuatan bedengan dengan saluran air, dan pemberian pupuk dasar. Tanah harus dibajak/dicangkul hingga benar-benar gembur. Setelah itu lahan dibiarkan selama kurang lebih 1 minggu sampai bongkahan tanah tersebut menjadi kering, selanjutnya bongkahan tanah tersebut dihancurkan dan diratakan lalu dibiarkan lagi, beberapa hari kemudian dilakukan lagi pembajakan untuk yang kedua kalinya. Dengan cara seperti ini bongkahan tanah akan hancur lebih halus lagi.

Pembuatan bedengan mula-mula dilakukan dengan menggali tanah untuk saluran selebar dan sedalam ± 40 cm. Tanah galian tersebut diletakkan di samping kiri dan kanan saluran, selanjutnya dibuat menjadi bedengan-bedengan. Lebar bedengan biasanya 80 cm dengan panjang disesuaikan dengan panjang lahan dan tinggi 40 cm. Tinggi bedengan dibuat berdasarkan keadaan tanah lokasi. Kalau tanahnya agak berat, bedengan perlu sedikit ditinggikan. Apabila tanahnya berpasir, bedengan tidak perlu terlalu tinggi.

Pemberian pupuk dasar tidak perlu terlalu dalam, cukup disebarkan di atas bedengan kemudian dicampur dengan tanah atau dibenamkan ke dalam larikan yang dibuat disamping barisan tanaman.

Untuk mempertahankan kondisi tanah setelah penanaman, bedengan ditutup dengan jerami secara merata. Penutupan dengan jerami jangan terlalu tebal karena dapat mempersulit bibit yang baru tumbuh untuk menembusnya. Selain untuk mempertahankan kondisi tanah, mempertahankan suhu dan kelembaban permukaan, penutupan dengan jerami juga dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah, apabila jerami telah membusuk.

2.2.3 PenanamanPenentuan Pola Tanam

Penanaman bawang putih dapat dilakukan satu atau dua kali setahun dengan mengadakan penyesuaian varietas. Pola tanam bawang putih dalam setahun dapat dirotasikan sebagai berikut:a) Bawang putih - sayuran - bawang putihb) Bawang putih - sayuran tumpang sari palawija - bawang putihc) Bawang putih - tumpang sari palawija atau sayuran.

Penggunaan jarak tanam yang sesuai dapat meningkatkan hasil umbi per hektar. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menghasilkan umbi yang relatif kecil walaupun hasil per satuan luas meningkat. Jarak tanam yang digunakan dapat bervariasi menurut kebutuhan yang paling menguntungkan, tetapi yang biasa digunakan adalah (15 x 10) cm.

Pembuatan Lubang Tanam

Page 7: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan tugal atau alat lain. Kedalaman lubang untuk penanaman bawang putih adalah 3-4 cm (setinggi ukuran siung bibit). Setelah lubang tanam terbentuk, umbi bibit siap ditanam.

Cara Penanaman Sehari sebelum ditanam, bibit bawang putih yang masih berupa umbi

dipipil/dipecah satu per satu sehingga menjadi beberapa siung. Agar lebih mudah memecahkan umbi dan menghindari terkelupasnya kulit siung, sebaiknya umbi dijemur selama beberapa jam. Bibit siung tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang tanam di atas bedengan. Lubang tanam jangan dibuat terlalu dalam supaya bibit tidak terbenam seluruhnya.

Jika bibit terlalu dalam ditanam atau terbenam seluruhnya ke dalam tanah, tunas barunya akan sukar tumbuh dan dapat terjadi pembusukan bibit. Sebaliknya, lubang tanam juga jangan dibuat terlalu dangkal karena nantinya tanaman akan mudah rebah. Setiap lubang ditanam satu bibit dan diusahakan agar 2/3 bagian yang terbenam ke dalam tanah dengan posisi tegak lurus. Posisi siung jangan sampai terbalik, sebab walau masih dapat tumbuh, tetapi pertumbuhannya tidak sempurna.

2.2.4 Pemeliharaan tanamanPenjarangan dan PenyulamanBawang yang ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman

atau faktor bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu lahan ada tanaman yang tidak tumbuh sama sekali, ada yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya tidak sempurna. Jika keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki tidak tercapai. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tampak tidak sempurna. Biasanya untuk penyualaman dipersiapkan bibit yang ditanam di sekitar tanaman pokok atau disiapkan di tempat khusus. Persiapan bibit cadangan ini dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman pokok. Jumlah bibit cadangan yang digunakan biasanya 10% dari jumlah keseluruhan benih yang digunakan.

PenyianganPada penanaman bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali

atau lebih. Hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan selama satu musim tanam. Penyiangan dan penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-2 minggu setelah tanam. Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat umbi mulai terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan umbi baru.

Pembubunan

Page 8: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

Dalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan/ parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar.

Pengairan dan Penyiraman Pemberian air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor atau dengan

menggenangi saluran air di sekitar bedengan. Cara yang terakhir dinamakan sistem leb. Penyiraman dengan gembor, untuk bawang yang baru ditanam, diusahakan lubang gembornya kecil agar air yang keluar juga kecil sehingga tidak merusak tanah di sekitar bibit. Jika air yang keluar besar, maka posisi benih dapat berubah, bahkan dapat mengeluarkannya dari dalam tanah.

Pada awal penanaman, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah tanaman tumbuh baik, frekuensi pemberian air dijarangkan, menjadi seminggu sekali. Pemberian air dihentikan pada saat tanaman sudah tua atau menjelang panen, kira-kira berumur 3 bulan sesudah tanam atau pada saat daun tanaman sudah mulai menguning.

2.3 PemupukanSistem tanam organik yang diangkat pada proposal kali ini memiliki arti bahwa mulai

penanaman awal hingga akhir petani tidak menggunakan bahan-bahan anorganik baik di pupuk maupun pestisida. Maka dari itu penggunaan pupuk mulai dari pupuk dasar hingga susulan berasal dari bahan-bahan organik. Pengaplikasian pupuk dasar mulai diberikan tiga hari sebelum tanam menggunakan pupuk organik yang berasal dari serasah dedaunan dengan dosis 2-4 kg/m2. Berarti untuk 8 m2 dosis pupuk organik yang dibutuhkan adalah antara 12 kg - 32 kg. Proses pembuatan pupuk organik dilakukan kurang lebih 1 bulan yang lalu dengan masa fermentasi berkisar antara 1-2 bulan, tergantung dari kecepatan masaknya pupuk.

Cara pembuatan pupuk organik daun ini ialah:1. Siapkan karung goni, ember, cangkul, termometer lapangan, terpal, kotoran ternak dan

urin sebanyak 45% dosis, daun kering 50% dosis, dedak dan serbuk gergaji sebanyak 5% dosis, air dan dekomposer.

2. Cacah bahan dasar kompos (daun-daun kering) hingga berukuran kurang dari 5 cm. Hal ini akan mempermudah proses dekomposisi

3. Campur daun kering yang telah dicacah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.

4. Larutkan dekomposer dengan air, dedak dan serbuk kayu.5. Campurkan larutan dekomposer dengan bahan-bahan kompos, aduk merata agar seluruh

bagian terbasahi oleh dekomposer.

Page 9: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

6. Remas kompos yang hampir jadi. Bila kompos masih terlalu kering maka harus dilakukan penambahan air hingga kompos dirasa cukup basah.

7. Masukkan pupuk kedalam karung dengan hati-hati. Mampatkan karung dengan cara diinjak.

8. Lubangi karung goni agar udara dapat masuk ke dalam karung.9. Simpan di tempat yang sejuk, tidak terkena sinar matahari langsung dan hujan.10. Fermentasikan selama 1-2 bulan hingga pupuk masak. Tanda-tanda pupuk telah masak

ialah pupuk sudah tidak terasa panas lagi atau hangat kuku.Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Baiknya pupuk kandang

diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.

Pupuk cair tambahan yang digunakan ialah berupa pupuk mikroorganisme lokal (MOL). MOL ini selain sebagai pupuk organik cair juga dapat berperan sebagai bioaktivator bagi mikroorganisme yang berperan dalam penguraian bahan organik maupun sebagai antagonis patogen. Beberapa mikroorganisme yang terkandung dalam MOL diketahui berperan sebagai agen hayati bagi beberapa penyakit tumbuhan yang disebut sebagai antagonis patogen. Pembuatan MOL ini tergantung pada kebutuhan dan ketersediaan bahan organik atau sumberdaya setempat. Biasanya pembuatan MOL berbahan dasar limbah rumah tangga seperti sayuran atau buah, air cucian beras atau air kelapa dan gula.

Proses pembuatan MOL ini diantaranya adalah:1. Siapkan toples plastik, selang plastik, botol plastik, soldier, air kelapa dan air cucian

beras, limbah sayuran, dan gula pasir.2. Cacah 500 gram limbah sayuran menjadi potongan-potongan kecil.3. Masukkan 500 ml air cucian beras dan 500 ml air kelapa ke dalam toples.4. Tambahkan gula pasir sebanyak 50 gram.5. Campurkan cacahan limbah sayuran kedalam campuran air kelapa dan air cucian

beras.6. Lubangi tutup toples sebesar selang, kemudian tutup rapat.7. Isi air pada botol plastik secukupnya.8. Hubungkan toples dan botol plastik dengan menggunakan selang plastik sepanjang 50

cm.9. Inkubasi selama 7 hari hingga MOL mengeluarkan bau.MOL dapat diaplikasikan dengan cara mencampurkan 400 ml MOL dengan 1 liter air,

kemudian disemprotkan pada tajuk tanaman pada pagi atau sore hari atau disiramkan ke media tanam.

2.4 Cara budidaya2.5.1 Sistem Tanam

Page 10: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

Sistem tanam yang akan digunakan pada lahan pertanaman organik ini adalah sistem tanaman pendamping. Sistem tanaman pendamping adalah menanam satu atau lebih tanaman didalam larikan, bedengan, atau pada tempat-tempat yang dirasa masih kosong pada satu lahan. Tanaman pendamping memiliki sifat yang dapat membantu pertumbuhan tanaman utama dengan beberapa cara berbeda, seperti membantu membuka tanah (melancarkan aerasi tanah), meningkatkan cita rasa tanaman utama dan melindungi tanaman utama dari serangan hama dan penyakit karena aroma atau zat yang dikeluarkan oleh tanaman pendamping tersebut. Pada pertanaman kali ini tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman pendamping adalah bawang putih. Sifat bawang putih yang mengeluarkan aroma khas dapat mencegah hama masuk ke daerah pertanaman sawi sehingga diharapkan hasil produksi sawi dapat meningkat.

2.5 Cara Pengendalian Hama dan PenyakitDalam budidaya tanaman secara organik dibutuhkan konsep pengendalian yang dilakukan

secara terpadu. Pengendalian terpadu ini diawali dengan penggunaan varietas tahan, pengendalian secara kultur teknis, pengendalian mekanik, pengendalian fisik, pengendalian biologi dan terakhir pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida nabati.2.5.1 Penggunaan varietas tahan2.5.2 Pengendalian secara kultur teknis

Teknik pengendalian hama secara budidaya bertujuan untuk mnegelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga menjadi kurang sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Pengendalian secara kultur teknis antara lain:a. Penggunaan benih yang sehat

Biji dapat membawa penyakit dari tanaman induknya, baik didalam maupun diluar benihnya. Untuk meyakinkan benih yang digunakan bebas dari penyakit, maka dapat dilakukan perlakuan benih berupa seed treatment dengan air hangat (50oC)

b. Pola tanam yang tepat Tanam dan panen serempak

Tanam dan panen yang dilakukan secara serempak dalam satu hamparan dapat memutus ketersediaan inang bagi hama atau patogen di lapangan.

Intercropping, dalam rencana kami, sistem tanaman pendampingPenanaman tanaman dari famili yang berbeda pada satu lahan dapat meningkatkan keanekaragaman genetik yang ada sehingga dapat menghambat perkembangan hama atau epidemi penyakit. Tanaman bawang yang digunakan sebagai tanaman pendamping pada rencana kegiatan pertanian organik ini merupakan salah satu contoh tanaman yang dapat menolak hama (repellen) karena bawang putih mengeluarkan aroma yang khas dan tidak disukai oleh hama.

Pengolahan tanahPembalikan tanah dan membiarkannya beberapa lama secara tidak langsung dapat mengurangi inokulum patogen maupun hama karena terkena sinar matahari. Pada

Page 11: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

rencana kegiatan pertanian organik ini kami akan membiarkan tanah selama 1 minggu baru kemudian diolah kembali dan dibuat bedengan.

Pengelolaan airPembuatan saluran drainase dapat membantu mengurangi genangan air sehingga perkembangan patogen atau hama dalam tanah dapat diminimalisir. Pembuatan parit disekitar lahan pertanaman merupakan salah satu langkah untuk membantu penyerapan air kedalam tanah.

2.5.3 Pengendalian secara mekanik Mengambil hama atau bagian tanaman yang bergejala penyakit dengan menggunakan

tangan. Menggunakan perangkap yang dapat memerangkap hama secara mekanis. Ex: jaring

2.5.4 Pengendalian secara fisik Jenis perangkap yang digunakan tergantung dari sifat hama sasaran. Untuk hama

yang aktif pada siang hari dapat digunakan perangkap warna (menggunakan baskom plastik berwarna merah atau kuning) dan untuk hama yang aktif pada malam hari dapat menggunakan perangkap lampu (light trap). Atau bisa juga menggunakan perangkap yang menggunakan hormon serangga

Pembakaran yang dilakukan untuk membunuh inokulum patogen atau hama pada sumber-sumbernya seperti sisa tanaman sakit atau terserang hama.

2.5.5 Sanitasi lahanSanitasi disini bertujuan untuk memberantas gulma yang ada disekitar pertanaman atau pada pertanaman, karena gulma dapat menjadi inang alternatif bagi patogen atau hama. Sanitasi juga bisa diartikan sebagai pembuangan tanaman atau bagian tanaman yang sakit sehingga dapat mengurangi sumber infeksi sehingga dapat menghambat meluasnya penyakit.

2.5.6 Pengendalian secara biologiPengendalian biologi penyakit biasanya dilakukan dengan menggunakan agen biokontrol/antagonis, yaitu jamur seperti Trichoderma, bakteri Pseudomonas fluorescens, nematoda predator jamur patogen Rhabditis dsb. Untuk pengendalian biologi hama dapat berupa parasitoid seperti parasitoid telur Trichogramma atau predator seperti Coccinella. Entomopatogen juga termasuk pengendalian biologis, contohnya jamur Beauveria.Beberapa teknik pengaplikasian pengendalian secara hayati diantaranya:a. Introduksi

Introduksi atau importasi adalah salah satu cara pengendalian secara klasik. Contoh agen hayati yang dapat digunakan adalah Heterospila cubana dan Curinus coreolius

b. AugmentasiTeknik ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami dengan pelepasan secara periodik musuh alami yang sudah berfungsi

c. KonservasiMemakai tanaman yang beraneka ragam yang dapat menunjang pertumbuhan musuh alami, seperti melestarikan tanaman berbunga yang serbuk sarinya menjadi sumber

Page 12: Proposal Pengajuan Budidaya Tanaman Secara Organik

pakan imago parasitoid atau pelestarian tanaman liar yang mendukung tumbuh kembangnya inang alternatif parasitoid atau predator.

2.5.7 Pengendalian KimiawiPengendalian kimiawi merupakan pengendalian yang terakhir dilakukan pada saat hama atau penyakit sudah tidak dapat dikendalikan dengan cara pencegahan lainnya. Karena pada pertanian organik penggunaan pestisida sintetik dilarang maka pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati yang berasal dari bahan organik, namun bersifat toksik terhadap hama dan penyakit. Secara sederhana pembuatan pestisida nabati ialah sebagai berikut:1. Siapkan alat dan bahan seperti tanaman yang bersifat toksik terhadap hama

(babadotan, lempuyang gajah, bunga bengkuang, daun nilam, daun saga, dsb.) dan bisa digunakan sebagai insektisida dan untuk fungisida bisa menggunakan biji dan daun sirsak, daun dan bunga jahe-jahean.

2. Tumbuk bahan yang dibutuhkan sebanyak 30 – 50 gram (satu jenis saja, misalkan untuk insektisida menggunakan daun nilam saja dan untuk pembuatan fungisida buat menggunakan air yang baru jangan dicampurkan).

3. Siapkan 1 liter air, campurkan dengan bahan pesnab yang telah ditumbuk.4. Tambahkan 1 sendok teh deterjen.5. Rendam semalaman, kemudian esok harinya sudah dapat digunakan untuk

penyemprotan.Selain penggunaan pesnab pengendalian penyakit bisa juga dilakukan dengan pembuatan bubur bordeaux (CuSO4 + CaCO3) dan bubur california (belerang + CaCO3). Penggunaan kapur, belerang, tembaga, kaolin, mineral oil dan larutan sabun masih diperbolehkan dalam pertanaman organik dalam jumlah tertentu.