proposal penelitian tindakan kelas

19
Proposal Penelitian Tindakan Kelas A. Judul Penerapan Metode Konstruktivisme dalam Membantu Kesulitan Siswa dalam Menghitung Volume Kubus Dan Balok di Kelas V SDN 2 andolo B. Lay Out Penelitian No Tujuan penelitian Masalah Sub masalah Sumber data Instrum ent 1. Ingin membantu kesulitan siswa dalam memahami konsep Volume Kubus Volume Kubus 1.1 Menghitung Volume Kubus 1.2 Menyelesai kan masalah yang berkaitan dengan volume kubus Siswa Tes 2. Ingin membantu kesulitan Volume Balok 2.1 Menghitung Siswa Tes

Upload: anggaaster

Post on 21-Jun-2015

440 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Proposal Penelitian Tindakan Kelas

A. Judul

Penerapan Metode Konstruktivisme dalam Membantu Kesulitan Siswa dalam

Menghitung Volume Kubus Dan Balok di Kelas V SDN 2 andolo

B. Lay Out Penelitian

No Tujuan penelitian Masalah Sub masalah Sumber data Instrument

1. Ingin membantu

kesulitan siswa dalam

memahami konsep

Volume Kubus

Volume Kubus 1.1 Menghitung

Volume Kubus

1.2 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan volume

kubus

Siswa Tes

2. Ingin membantu

kesulitan siswa dalam

memahami konsep

Volume Balok

Volume Balok 2.1 Menghitung

Volume Kubus

2.2 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan volume

kubus

Siswa Tes

3. Ingin membantu

kesulitan siswa dalam

memahami konsep

hubungan antar

satuan volume

Satuan

Volume

3.1 Satuan antar

volume

Siswa Observasi

C. Latar Belakang Masalah

Page 2: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (berfikir)

dan menempati kedudukan sebagai mother of sciences. Maka dari itu, dalam proses

pembelajaran matematika memerlukan proses berfikir dan lebih menekankan pada aktivitas

dunia rasio (penalaran). Dalam aktivitas penalaran, banyak melibatkan proses berfikir secara

abstrak, karena pada hakikatnya matemtika merupakan wujud dari proses berhitung yang

diwakili dengan angka dan simbol yang mempunyai arti yang sangat luas dan terkadang sulit

dipahami oleh sebagian siswa. Menurut johnson and rising (Tiurlina. 2005) “Matematika

adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika adalah

bahasa yang menggunakan simbol-simbol yang padat, jelas dan akurat. Simbol-simbol

matematika sangat padat tetapi mempunyai arti yang sangat luas”.

Siswa SD menurut jean piaget berada pada tahapan operasional konkrit (6-12 tahun)

sehingga cara berfikirnya lebih spesifik kepada benda-benda konkrit (nyata). Pada tahapan

ini anak belum mampu berfikir secara maksimal tentang benda-benda abstrak seperti pola

berfikir orang dewasa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menyesuaikan pembelajaran yang

akan dilakukan terhadap pola berfikir anak supaya pembelajaran lebih terarah dan efisien

serta pelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna bagi siswa.

Pola pembelajaran matemtika akan lebih bermakna jika dihubungkan dengan

kehidupan sehari-hari siswa, karena secara tidak sadar siswa telah mengaplikasikan proses

matematika dalam kegiatan kesehariannya, contohnya proses jual-beli dan bermain

(kelereng, dadu, monopoli dll) karena pada dasarnya matematika tumbuh dan berkembang

dari kehidupan sehari-hari dan juga matematika untuk membantu manusia dalam masalah

ekonomi, sosial, alam, dll (Kline. 2002).

Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa kelas V SDN 2 andoloadalah memahami

konsep volume balok dan kubus terutama dalam menyelesaikan beberapa soal pemecahan

masalah yang berhubungan dengan konsep volume balok dan kubus. Sebagai indikatornya

dapat dilihat dari test formatif kelas V, yaitu 5.2 dan 57% dari jumlah murid mendapatkan

nilai dibawah 6. hal ini bukan disebabkan karena rendahnya tingkat berfiikir siswa dikelas,

akan tetapi karena kurang tepatnya guru memilih metode yang tepat dalam menerangkan

konsep volume balok dan kubus tersebut. Karena menurut pengamatan penulis, guru tersebut

Page 3: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

cenderung lebih memilih metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya, khususnya

dalam menerangkan konsep volume balok dan kubus dikelas V. menurut hansford (1998)

sumber-sumber luar yang dapat mempengaruhi guru pada waktu mengajar, selain kebutuhan

dan harapan yang akan datang dari dirinya yaitu sumber yang datang dari luar seperti : guru-

guru lain, orang tua, masyarakat, organisasi profesi, manajemen atau administrasi sekolah

dan lain-lain. Begitu pula sumber-sumber luar yang mempengaruhi siswa selain potensi,

wawasan dan kesiapan belajar.

Penulis manganalisis, jika proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

metode yang tepat, maka semua miskonsepsi siswa tentang pelajaran matematika yang ruwet

dan membosankan akan hilang dan berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan

mengasyikan.

Maka dari itu, pendekatan yang paling sesuai dalam meningkatkan pemahaman siswa

pada konsep volume kubus dan balok adalah dengan pendekatan konstruktivisme. Karena

dalam pembelajaran konstruktivisme, guru tidak mengajarakan kepada anak bagaimana

menyelesaikan persoalan (pemecahan masalah) namun lebih kepada mempresetasikan

masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan

masalah dan konstruktivisme sendiri menekankan bahwa titik-berat proses belajar-mengajar

terletak pada murid. Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu

murid mengkonstruksi koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Mereka

beperpendapat bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada

murid (student center learning).

Dasar pemikiran konstruktivisme adalah: pengetahuan merupakan hasil konstruksi

manusia. Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang yang

diajarkan, melainkan menciptakan sendiri pengertian (Bettencourt, dalam Suparno, 1997).

Menurut ahli konstruktivisme, pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain

karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri.

Penerapan konstruktivisme dalam proses belajar-mengajar menghasilkan metode

pengajaran yang menekankan aktivitas utama pada siswa (Fosnot, 1996; Lorsbach & Tobin,

Page 4: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

1992). Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme memandang murid sebagai orang

yang menanggapi secara aktif objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungannya,

serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan peristiwa-peristiwa itu.

Menurut teori ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam kegiatan

penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai

pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri

berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran (insight) tentang

pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu

menguasai bagaimana caranya belajar (Novak & Gowin, 1984). Dengan itu, ia bisa jadi

pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan

dalam kehidupan.

Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar

yang menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Baginya perlu

dihindari pendidikan yang hanya menghasilkan orang yang sekadar menurut dan melakukan

perintah (dalam bahasa Jawa = dhawuh). Ki Hadjar mengartikan mendidik sebagai “berdaya-

upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup-tumbuhnya budi-pekerti (rasa-fikiran, rokh)

dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan...” Menurutnya, jangan ada

perintah dan paksaan dalam pendidikan.

Constructivism is a theory of knowledge (epistemology) which argues that

humans generate knowledge and meaning from their experiences. Constructivism

is not a specific pedagogy, although it is often confused with constructionism, an

educational theory developed by Seymour Papert. Piaget's theory of constructivist

learning has had wide ranging impact on learning theories and teaching methods

in education and is an underlying theme of many education reform movements.

Research support for constructivist teaching techniques has been mixed, with

some research supporting these techniques and other research contradicting

those results. (wikipedia.2009)

Page 5: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai idea mereka sendiri

tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kefahaman

dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kefahaman atau kepercayaan

asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam peperiksaan mereka mungkin memberi

jawapan seperti yang dikehendaki oleh guru.

John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahawa

pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses

menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan

kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti pengajaran dan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, timbul suatu permasalahan bagaimana upaya guru

mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep volume kubus dan balok dan diterapkan

dalam soal pemecahan masalah? Apa sebenarnya penyebab kesulitan siswa memahami

konsep volume kubus dan balok? Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada konsep volume kubus dan balok? Atas dasar inilah penulis terdorong

untuk melakukan penelitian mengenai upaya guru meningkatkan hasil belajar siswa dengan

pendekatan konstruktivisme pada konsep volume kubus dan balok di kelas V SDN 2 andolo

D. Rumusan Masalah

Supaya pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka rumusan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep

volume kubus dan balok?

2. Bagaimana upaya guru meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep volume kubus dan

balok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme?

3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah

pada konsep volume balok dan kubus melalui pendekatan konstruktivisme?

Page 6: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

E. Tujuan

Menurut Sudjana, tujuan penelitian adalah hal-hal yang hendak dicapai, diteliti dan dicari

sehingga menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Maka, tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Ingin meningkatkan pemahaman siswa pada konsep volume kubus dan balok dengan

menggunakan pendekatan konstruktivisme

2. Ingin membantu guru meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep volume kubus

dan balok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme

3. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah pada konsep volume balok dan kubus melalui pendekatan konstruktivisme

F. Manfaat

1. Manfaat bagi peneliti

a. Dapat menemukan jawaban atas hipotesis yang dilakukan

b. Memberikan gambaran buat guru untuk melakukan inovasi pembelajaran matematika

dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme

2. Manfaat bagi guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam upaya membantu

siswa yang takut dan cemas terhadap mata pelajaran matematika yang dianggap sulit,

terutama pada materi kubus dan balok.

b. Memiliki wawasan tentang salah satu upaya meningkatkan hasil pembelajaran

matematika pada umumnya dan konsep volume kubus dan balok pada khususnya

dengan melalui pendekatan konstruktivisme

Page 7: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

c. Dapat mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran

sehari-hari

d. Guru lebih mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi sendiri pemahamannya

3. Manfaat bagi siswa

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata

pelajaran matematika setelah diberi bimbingan belajar yang menggunakan pendekan

konstruktivisme sehingga siswa tertarik dengan pelajaran matematika.

b. Siswa dapat lebih memahami konsep yang diajarjan karena pembelajaran berkaitan

dengan kehidupan kesehariannya

c. Siswa lebih bebas dalam mengkonstruksi sendiri pemahamannya berdasarkan

pengalaman sehari-hari karena dalam konstruktivisme guru merupakan fasilitator dan

pembelajaran bersifat student center learning

G. Kerangka Teoritik Konseptual dan Hipotesis

1. Volume Kubus dan Balok

Volume atau bisa juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak

ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan

ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok,

silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu yang

ditemukan di jalan

Volume digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda. Satuan SI volume

adalah m3. Satuan lain yang banyak dipakai adalah liter (=dm3) dan ml. 1 m3 = 103 dm3 =

106 cm3

Page 8: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

r

r

Gambar 1. Kubus

Volume kubus = r3 (r adalah rusuk kubus)

t

p l

Gambar balok

Volume balok = p.l.t (p adalah panjang, l adalah lebar dan t adalah tinggi)

r

Page 9: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

2. Metode

Metode yang tepat dalam pembelajaran materi gerak benda ini yaitu dengan

menggunakan metode demonstrasi.

3. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Persyaratan dalam

merumuskan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas

b. Hipotesis harus dengan nyata menunjukan adanya hubungan antara dua variable

atau lebih

c. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau

hasil penelitian yang relevan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka ditemukan sebuah hipotesis yaitu :

Jika pendekatan konstruktivisme digunakan untuk membantu siswa dalam memahami

konsep volume kubus dan balok maka hasil belajar siswa akan meningkat.

H. Cara Penelitian

Penelitian yang terjadi di lapangan yaitu melalui penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas disebut dengan Classroom Action Research yang merupakan

bentuk khusus penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Jenis penelitian ini mampu

menawarkan pendekatan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam

bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar

mengajar di kelas.

Langkah- langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menemukan permasalahan

pembelajaran siswa kelas V SDN 2 andolo yaitu :

Page 10: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

1. Menganalisis pembelajaran matematika di kelas

2. Menyebarkan instrumen (soal)

3. Mengevaluasi hasil jawaban siswa

4. Merumuskan hasil jawaban siswa

Menurut M.C Niff (1992 : 1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat

untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian

mengajar dan sebagainya.

Dari uraian diatas bahwa PTK adalah sebagai alat bentuk kajian yang reflektif oleh

pelaku tindakan untuk melaksanakan tugas, merencanakan, memperdalam pemahaman

terhadap tindakan-tindakan itu.

Karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu, penelitian didasarkan pada problema

yang harus dipecahkan yaitu harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran

sehari-hari yang dihadapi oleh guru (E.Yusnandar, 2007 : 7). Jadi penelitian tindakan kelas

akan dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang

terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian dari

persoalan itu guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara

professional.

Persoalannya yaitu tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah

dilakukannya selama mengajar di kelas.

a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

1). An Inquiry on proactive from within

Karakteristik ini dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari guru sebagai pengelola program pembelajaran di

kelas.

2). A Collaborative affort between school teachers and teachers and teacher educator

Page 11: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Dalam PTK diselenggarakan secara kolaboratif dengan guru yang

kelasnya PTK. Tahapan penyelenggaraannya dimulai dari identifikasi

permasalahan serta diagnosa keadaan, perancangan tindakan perbaikan sampai

dengan pengumpulan serta analisa data refleksi mengenai temuan.

3). A refractive practice, made public

Keseluruhan proses pemantauan dan perbaikan kinerja dilakukan dengan

mengacu kepada kaidah-kaidah penelitian ilmiah. Guru yang berkolaborasi dalam

PTK harus mengembangkan peran ganda sebagai praktisi yang dalam

pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya juga sekaligus secara sistematis

meneliti sendiri.

b. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru karena akan terkait dengan

komponen pembelajaran yang mencakup :

1). Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah,

mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu

melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya.

2). Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas

Dalam aspek pengambangan kurikulum, guru kelas bertanggung jawab

terhadap pengambangan kurikulum dalam level sekolah atau kelas. Penelitian

tindakan kelas sangat bermanfaat jika digunakan sebagai salah satu sumber

masukan.

3). Peningkatan profesionalisme guru

Page 12: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan

guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan kemudian

meningkatkannya ke arah perbaikan secara professional.

Manfaat yang besar bagi guru secara aplikatif dapat dilihat bahwa hasil

penelitian tindakan kelas dipakai sendiri oleh penelitinya dan penelitiannya

terjadi dalam situasi yang nyata, pemecahan masalah maupun tindakannya

diperlukan kemudian hasilnya diterapkan dan dipraktikan secara konkrit.

I. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang optimal, dalam penelitian diperlukan cara dan prosedur

yang efektif. Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas.

Kemmis dan MC. Tagart dalam Yusnandar (2007 : 23) yang terdiri atas :

1). Rencana (Planning)

(a) Merancang pembelajaran Matematika tentang konsep gerak benda

menggunakan pendekatan keterampilan proses.

(b) Merancang lembar kerja siswa (LKS)

(c) Merancang alat percobaan yang akan digunakan dalam pembelajaran pada

konsep gerak benda

2). Tindakan (Pelaksanaan)

Tindakan pembelajaran tentang konsep gerak benda dengan menggunakan metode

demonstrasi

3). Observasi (observation)

(a) Pengamatan terhadap rencana pembelajaran

(b) Pengamatan terhadap aktivitas dan keterampilan mengajar guru

Page 13: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

(c) Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa

4). Refleksi (reflection)

Mengevaluasi temuan-temuan yang dihasilkan oleh observasi, yang berkaitan

dengan kegiatan guru dan siswa. Sedangkan siklus berikutnya dimulai dari revisi

rencana (perbaikan rencana), tindakan, observasi dan refleksi seterusnya.

Daftar Pustaka

Chollar, Robert G. (1975). The Dynamics of Educational Change. New york : Mc Grawhill

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metode Penelitian dan Tekhnik Penyusunan Skripsi. Jakarta :

Rosdakarya

Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika SD. Bandung : Remaja Rosdakarya

Osborne, Jonathan. (1992). Beyond Constructivism. London : King’s College

Russeffendi. (1996). Pendidikan Matematika. Jakarta : Dikti Depdiknas.

Suratno, Tatang. (2005). Constructivism and Argumentation In School Science. Bandung :

Khalifa

Tim Bina Karya Guru. (2007). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas V. Jakarta :

Erlangga

Tiurlina. (2009). Pemecahan Masalah Matematika. Serang : UPI Serang

Yusnandar, E. (2009). Metode Penelitian Pendidikan di SD. Serang : UPI Serang