proposal penelitian perilaku masyarakat - copy

69
1 I. Judul Penelitian HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA DI BAWAH 4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTO BAHARI KECEMATAN BONTO BAHARI KABUPATEN BULUKUMBA II. Ruang Lingkup KEPERAWATAN KOMUNITAS III. Pendahuluan A. Latar Belakang Sehat adalah manusia yang bisa kreatif produktif, melakukan aktualisasi diri, bekerja, menambah ilmu pengetahuan, bersosialisasi dan pada akhirnya sehat. Sehat adalah tugas manusia, sehat dengan akal dan pikirannya, sehat menggali pengetahuan agar manusia bebas dari penyakit, sehat sebagian prasyarat untuk bisa dikatakan sehat secara optimal dan bertahan hidup menjalankan tugas-tugasnya selama didunia (Achmadi, 2011). Salah satu kalau tidak satu-satunya ’ancaman’ kesehatan dalam artian bebas penyakit datangnya dari perilaku manusia itu

Upload: saenur-itutemanku

Post on 12-Aug-2015

139 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dokument

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

1

I. Judul Penelitian

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA DI BAWAH 4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTO BAHARI KECEMATAN BONTO BAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

II. Ruang Lingkup

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sehat adalah manusia yang bisa kreatif produktif, melakukan aktualisasi diri,

bekerja, menambah ilmu pengetahuan, bersosialisasi dan pada akhirnya sehat.

Sehat adalah tugas manusia, sehat dengan akal dan pikirannya, sehat

menggali pengetahuan agar manusia bebas dari penyakit, sehat sebagian

prasyarat untuk bisa dikatakan sehat secara optimal dan bertahan hidup

menjalankan tugas-tugasnya selama didunia (Achmadi, 2011). Salah satu

kalau tidak satu-satunya ’ancaman’ kesehatan dalam artian bebas penyakit

datangnya dari perilaku manusia itu sendiri, Perilaku masyarakat setidaknya

menjadi variabel utama dalam proses timbulnya kejadian penyakit pada

manusia.

Dalam membicarakan pendidikan kesehatan secara konseptual,

pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mengajak

orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat agar melaksanakan

perilaku hidup sehat. Sedangkan pendidikan kesehatan secara operasional,

Page 2: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

2

pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Adnani, 2011).

Sekarang ini, di masing-masing negara banyak penyakit yang menjadi

perhatian khusus dan menjadi topik utama dalam masalah kesehatan di

Negaranya. misalnya penyakit diare yang masih merupakan masalah global

dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara

terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama

tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum,

diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal

setiap tahunnya, sekitar 20 % meninggal karena infeksi diare. Kematian yang

disebabkan diare di antara anak-anak terlihat menurun dalam kurun waktu

lebih dari 50 tahun. Meskipun mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan

program rehidrasi/terapi cairan namun angka ke-sakitannya masih tetap

tinggi. Pada saat ini angka kematian yang disebabkan diare adalah 3,8 per

1000 per tahun, median insidens secara keseluruhan pada anak usia dibawah

5 tahun adalah 3,2 episode anak per tahun (KemenKes, 2011).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data laporan Surveilan Terpadu

Penyakit (STP) puskesmas dan rumah sakit (RS) secara keseluruhan angka

insidens Diare selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2002 sampai tahun

2006 cenderung berfluktuasi dari 6,7 per 1000 pada tahun 2002 menjadi 9,6

per 1000 pada tahun 2006 ( angka insiden bervariasi antara 4,5- 25,7 per

1000). Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit

Page 3: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

3

diare menduduki urutan ke dua dari penyakit infeksi dengan angka

morbiditas sebesar 4,0% dan mortalitas 3,8%. Dilaporkan pula bahwa

penyakit Diare menempati urutan tertinggi penyebab kematian (9,4%) dari

seluruh kematian bayi. Dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas)

Balitbangkes tahun 2007, dilaporkan bahwa prevalensi Diare 9,0%, dan

diantara 33 provinsi bervariasi antara 4,2% - 18,9%.

Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat

kehilangan cairan dan elektroit melalui tinja. Penyebab lainnya adalah

disentri, kurang gizi, dan infeksi. Organisasi kesehatan dunia (WHO)

melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada balita adalah Diare (post

neonatal) 14% dan Pneumonia (post neo-natal) 14% kemudian Malaria 8%,

penyakit tidak menular (post neonatal) 4% injuri (post neonatal) 3%,

HIVAIDS 2%, campak 1% , dan lainnya 13%, dan kematian yang bayi <1

bulan (newborns death) 41%. Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat

Diare yaitu 2%.16 Terlihat bahwa Diare sebagai salah satu penyebab utama

tingginya angka kematian anak di dunia.

Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan angka

kematian akibat diare pada balita pada SKRT 2003 (19%), angka ini

ditemukan lebih tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 25,2% dan menduduki

urutan pertama / tertinggi. Demikian pula kelompok umur 29 hari-11 bulan

(31,4%), juga menduduki urutan pertama/ tertinggi (KemKes, 2011). Dalam

hal ini ditemukan adanya peningkatan yang cukup tinggi pro-porsi kematian

Page 4: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

4

balita akibat diare. Dari data SKRT tampak kematian akibat kejadian diare

pada balita diare tetap masih tinggi.

Masih seringnya terjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diare

menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting di

Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir setiap musim sepanjang

musim di setiap tahun. diare hampir menyerang selurung provinsi di

Indonesia. Angka kematian yang jauh lebih tinggi dari pada kejadian kasus

diare biasa membuat perhatian para ahli kesahat tercurah pada

penananggulangan kasus diare secera cepat.

Di provinsi Sulawesi selatan perkiraan jumlah kasus diare pada tahun

2010 ialah sebanyak 339.871 penderita, diantaranya penderita lakilaki

sebenyak 166.003 orang dan perempuan sebanyak 173.871 orang. Khusus di

daerah kabupaten bulukumba jumlah kejadian diare sebanyak 16.690 kasus,

dan yang ditangani sebanyak 2,668 kasus atau 15.93%. (profil kesehatan

Sulawesi selatan, 2011).

Data dari puskesmas bonto bahari dari 9 desa di kecematan bonto

bahari kabupaten bulukumba, penderita diare dari tiga tahun terakhir

mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 terhitung sebanyak 293 kasus,

pada tahun 2011 sebanyak 355 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 418 kasus.

Pada tahun 2012 jumlah penderita diare pada anak usia di bawah 4 tahun

sebanyak 227 kasus.

Page 5: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

5

Berdasarkan data diatas maka peneliti perlu meneliti “hubungan

perilaku Masyarakat dengan kejadian diare pada anak usia di bawah 4 tahun

di wilayah kerja puskesmas Bonto Bahari kecematan bonto bahari kabupaten

Bulukumba bulan juni sampai juli tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian

ini adalah Hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian diare pada anak

usia di bawah 4 tahun di wilayah Puskesmas Bonto Bahari Kecematan Bonto

Bahari Kabupaten Bulukumba.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian diare pada

anak usia di bawah 4 tahun di Puskesmas Bonto Bahari Kecematan Bonto

Bahari Kabupaten Bulukumba.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat yang

berhubungan dengan kejadinya diare pada anak usia di bawah 4 tahun

di Puskesmas Bonto Bahari Kecematan Bonto Bahari Kabupaten

Bulukumba.

2. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat

dengan kejadian diare pada anak usia di bawah 4 tahun di Puskesmas

Bonto Bahari Kecematan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.

Page 6: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

6

D. Manfaat Penelitian

1. Keilmuan Keperawatan

a. Institusi Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu

keperawatan mengenai perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan

diare pada anak usia di bawah 4 tahun.

b. Penelitian Lanjutan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar bagi

penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor penyebab diare yang lain.

2. Praktik

a. Puskesmas

Memberikan masukan bagi Puskesmas untuk meningkatkan upaya

promosi kesehatan yang tepat pada masyarakat mengenai penyakit

diare pada anak usia di bawah 2 tahun.

b. Keluarga / Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada

keluarga/masyarakat tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan

sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap diare pada anak

secara dini.

IV. Tinjauan Pustaka

Page 7: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

7

A. Tinjauan Tentang Diare Pada Anak Usia di bawah 4 tahun (Variabel

Dependen Yang Diteliti)

1. Pengertian

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Menurut

Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1984 mendefinisikan

diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24

jam). Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek, cair,

berdarah, berlendir, atau dengan muntah, ibu biasa menyebutnya

muntaber (Widoyono, 2011).

2. Patofisiologi

Diare dapat meningkatkan motilitas dan cepatnya pengosongan pada

intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan

dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat

berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga

mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis

metabolik. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap

elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami

iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme

yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan

area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi

gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan

kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan

Page 8: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

8

bahanbahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.

Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan

absorbsi intestinal (Surasmi, 2003).

3. Penyebab diare

Penyebab diare menurut Widoyono (2011) dapat di kelompokkan

menjadi:

a. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

b. Bakteri: Echerechia coli (20-30%), Shiglla sp. (1-2%), Vibrio

cholera, dan lain-lain.

c. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), giargia lamblia,

Criptosporodium (4-11%).

d. Keracunan makanan

e. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.

f. Alergi: makanan susu sapi.

g. Imminodifisiensi: AIDS.

4. Media transmisi penyakit diare

Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit pada

hakikatnya ada lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai

media transmisi penyakit (Achmadi, 2011) yakni:

a. Udara ambient.

b. Air baik di komsumsi maupun keperluan lainnya.

c. Tanah atau pangan

Page 9: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

9

d. Binatang/serangga penular penyakit/vector

e. Manusia melalui kontak langsung

Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalu

didalamnya tidak mengandung agen penyakit. Air dikatakan memiliki

potensi dan menjadi media transmisi kalu didalamnya terdapat bakteri

Echerechia coli, bakteri vibrio cholerae. Demikian pula, Udara dikatakan

berbahaya kalau mengandung bahan toksin, atau jamur. Udara dikatakan

sehat atau air dikatakan bersih kalau didalamnya tidak mengandung satu

atau lebih agen penyakit.

5. Jenis-jenis diare

Menurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare:

a. Diare cair akut

Diare cair akut memiliki 3 ciri utama:

Gejalanya dimulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, pemulihan

biasanya terjadi 3-7 hari. Kadang kala gejalanya bias berlangsung

sampai 14 hari. Lebih dari 75 % orang yang terkena siare mengalami

diare cair akut.

b. Disentri

Disentri memiliki 2 ciri utama:

Adanya dara dalam tinja, mungkin de sertai kram perut berkurangnya

nafsu makan dan penurunan berat badan yang cepat. Sekitar 10-15 %

anak-anak yang di bawah usia lima tahun (balita) mengalami disentri.

Page 10: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

10

c. Diare yang menetap atau persisten

Diare yang menetap atau persisten memiliki 3 ciri utama:

Pengeluaran tinja encer disertai darah, gejalla berlangsung lebih dari

14 hari dan ada penurunan berat badan

6. Gejala dan Tanda

Menurut Widoyono (2011) gejala dan tanda diare antara lain:

1. Gejala Umum

a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejalah khas diare

b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

d. Gejala dehisrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis, bahkan gelisa

2. Gejala Spesifik

a. Vibrio cholera: diare hebat, warnah tinja seperti cucian beras dan

berbau amis.

b. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah

7. Penularan

Penyakit diare sebagian besar (75 %) disebabkan oleh kuman seprti virus

dan bakteri. Menurut Widoyono (2011), penularan penyakit diare melalui

orofekal terjadi seperti mekanisme berikut ini:

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama.

Page 11: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

11

Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang

sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama

perjalanan sampai kerumah, atau tercemar pada saat di simpan di

rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak

tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyantuh air pada saat

mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja terinfeksi.

Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam

jumlah besar. Bila tinja tersebut di hinggapi oleh binatang dan

kemudian binatang tersebut hunggap di makanan maka makanan itu

dapat menularkan diare ke orang yang memekannya.

8. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare adalah:

a. Pada usia empat bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. Hal

ini akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian karena diare

karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.

b. Memberikan susu formula bayi dalam botol pemakaian botol akan

meningkatkan resiko pencemaran kuman, dan susu akan

terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang

bila susu tidak segera diminum.

c. Menyimpan makan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan

menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan

Page 12: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

12

peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik baij

perkembangan mikroba.

d. Tidak mencuci tangan pada saat masak, makan, atau sesudah buang

besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

9. Komplikasi

Menurut Sudarti (2010) komplikasi akibat diare yang berkepanjangan

adalah:

a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat

terjadi ringan, sedang atau berat.

b. Gangguan Sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang

singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien

dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh

berkurangnya volume cairan (hipovolemia).

c. Gangguan asam-basa (asidosis)

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari

dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat

untuk membantu meningkatkan pH arteri.

d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami

malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma.

Page 13: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

13

Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan

ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan

intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

e. Gangguan Gizi Ganguan ini terjadi karena asupan makanan yang

kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila

pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah

mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

10. Pengobatan Diare pada Anak

Menurut Widjaja (2004) pengobatan diare antara lain sebagai berikut :

1. Pengobatan Medis

Pengobatan medis dilakukan setelah diketahui dengan tepat penyebab

munculnya diare. Jika penyebabnya infeksi, pengobatan hanya

ditujukan untuk menghilangkan infeksi tersebut. Dalam pengobatan

laboratorium agar diketahui dengan pasti antibiotik yang dapat

digunakan. Di samping itu, jenis antibiotik yang digunakan juga harus

disesuaikan dengan umur penderita. Pengobatan medis hanya dapat

dilakukan oleh dokter.

2. Pengobatan Dietis

Pengobatan dietis dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase puasa,

realimentasi (pemulihan), dan fase kembali ke makan semula.

a. Fase puasa

Page 14: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

14

Pada diare ringan cukup diberi teh pahit kental ditambah garam

seujung pisau untuk mengganti cairan tubuh. Lamanya pemberian

air teh pahit kental ini biasanya 6-12 jam. Penderita dengan gejala

diare berat harus diberi cairan oralit lengkap atau cairan intravena

(infus).

b. Fase Realimentasi (Pemulihan)

Cara realimentasi tergantung dari umur dan berat badan penderita.

Bayi berumur di bawah 1 tahun, setelah menjalani puasa minum

teh, diberi ASI selama 3-5 hari, kemudian sesudah diare berhenti

diberi pisang (1 hari), selanjutnya secara berturut-turut diberi

bubur susu dan nasi tim dengan porsi sesuai dengan berat

badannya.

c. Fase Makan Biasa

Setelah terapi dietis berhasil dilaksanakan, diet anak dikembalikan

kepada porsi yang normal. Namun, pemberian makanan normal

tetap berpegang kepada tahapan-tahapan, agar anak tidak stress

atau emosional. Misalnya dengan memberikan makanan cair

terlebih dahulu, baru makanan lunak, kemudian makanan biasa.

1) Makanan Biasa

Makanan biasa diberikan kepada penderita yang badannya

normal dan sudah tidak menderita diare. Untuk penderita

Page 15: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

15

seperti ini dapat digunakan semua bahan, hanya tidak boleh

menggunakan bumbu yang merangsang.

2) Makanan Lunak

Makanan lunak diberikan kepada penderita yang bersuhu

badan makin meninggi, dengan syarat bahan yang digunakan

tidak mengandung serat, mudah dicerna, tidak bergas, tidak

mengandung banyak minyak, tidak menggunakan bumbu yang

merangsang, dan diberikan dalam porsi kecil-kecil tapi sering.

3) Makanan Cair

a) Diberikan kepada penderita yang tidak dapat membuka

mulut secara lebar, penderita typus dengan perdarahan

usus, atau anak yang kekurangan gizi

b) Jumlah cairan harus disesuaikan dengan kalori yang

dikeluarkan tubuh dan diberikan dalam porsi kecil, lima

kali sehari

c) Bahan yang digunakan tidak merangsang (jangan diberi

bumbu pedas atau yang mengandung banyak serat)

d) Variasi warna dan rasa harus diperhatikan

e) Suhu makanan harus sesuai dengan suhu badan

f) Makanan dapat dibuat encer atau agak kental

4) Makanan Bayi

Page 16: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

16

Bayi tetap diberi ASI, kemudian ditambah makanan

pendamping. Penyembuhan diare dengan memperhatikan

konsumsi gizi dimaksudkan agar anak tidak mengalami

kekurangan gizi. Dahulu anak yang diare dianggap tidak perlu

diberi menyembuhkan usus yang luka.

3. Pemberian ASI

Jika produksi susu ibu tidak memadai, harus dipikirkan cara

menanggulanginya agar produksi air susu meningkat. Jika tidak, harus

dicarikan alternatif pengganti ASI. Seperti sudah diketahui, diare

persisten dapat disebabkan oleh intoleransi laktosa. Maka, susu

pengganti ASI harus dipilih yang bebas laktosa atau rendah laktosa.

Bahkan, sebagian bayi ada yang tidak tahan terhadap lemak, sehingga

harus dipilihkan susu yang mengandung lemak tak jenuh. Ada juga

bayi yang intoleransi gula (karbohidrat). Ia harus diberi susu yang

rendah gula. Makanan bayi berupa susu formula sudah banyak

diperjual-belikan, terutama di perkotaan. Berbeda dengan yang hidup

di pedesaan, yang menjadikan ASI sebagai satu-satunya pilihan.

Itulah sebabnya, ASI harus ditingkatkan produksinya.

4. Memberi Makanan Tambahan

Makanan tambahan harus diberikan secara tepat. Biasanya, makanan

tambahan diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Makanan tambahan

yang diberikan terlalu cepat akan menganggu perkembangan lambung

Page 17: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

17

atau usus bayi. Makanan tambahan dapat berupa buahbuahan, biskuit,

bubur susu, dan nasi tim. Pemberian makanan terlalu dini, selalu

dapat menyebabkan gangguan lambung juga akan menyebabkan anak

kekenyangan, sehingga tidak mau lagi minum ASI. Karena itu,

pemberian makanan tambahan boleh diberikan setelah bayi berusia 6

bulan, setelah enzim pencernaannya terbentuk dengan sempurna.

Makanan tambahan yang hendak diberikan kepada bayi

hendaknya diperkenalkan sedikit demi sedikit untuk membina selera

makan bayi. Pemberiannya harus dilakukan ketika bayi sedang lapar

atau tidak sedang mengalami diare. Ada pun makanan tambahan yang

dapat diberikan pada usia tersebut berupa biskuit, agar-agar, dan sari

buah (jeruk, tomat, alpukat, apel, pepaya, atau pisang ambon).

11. Pencegahan

Menurut Widoyono (2011) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi

kesehatan, antara lain:

a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah “3 tidak”,

yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan

sebagian besar kuman penyakit

c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah

makan, dan sesudah buang air besar (BAB)

d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun

Page 18: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

18

e. Menggunakan jamban yang sehat

f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

B. Tinjauan Tentang Perilaku Masyarakat (Variabel Independen yang Diteliti)

1. Konsep Perilaku

Perilaku menurut Suryani (Machfoedz dan Suryani, 2003) dalam buku

Adnani (2011) adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan

dengan lingkungannya. Dengan kata lain, Perilaku baru terjadi apabila

ada suatu rangsangan yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi. Jadi,

suatu rangsangan tertentu akan manghasilkan reaksi berupa Perilaku

tertentu.

Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa

perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang

diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoadmodjo 1997).

Skinner menegaskan dalam buku Notoatmodjo (1997) bahwa

Perilaku itu merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

respon.

2. Bentuk Perilaku

Secara operasiona, Perilaku dapat diartikan sebagai respon seseorang

terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Menurut Adnani (2011)

bentuk Perilaku ada 2 yaitu:

a. Bentuk pasif (respon internal): terjadi di dalam diri manusia dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Misal: berpikir,

Page 19: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

19

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Perilaku masih

terselubung.

b. Bentuk aktif, yaitu apabila Perilaku tersebut jelas dapat di observasi

secara langsung. Oleh karena itu Perilaku mereka sudah tanpak dalam

tindakan nyata.

Perilaku manusia sebagian besar adalah Perilaku yang dibentuk,

atau Perilaku yang dipelajari. Menurut Adnani (2011) cara membentuk

Perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan adalah:

a. Pembentukan Perilaku dengan kebiasaan (conditioning)

b. Cara pembentukan Perilaku dengan membiasakan diri untuk

berperilaku seperti yang diharapkan, akan terbentuk perilaku tersebut.

Misalnya: membiasakan diri untuk bangun pagi atau menggosok gigi

sebelum tidur.

c. Bentuk perilaku dengan pengertian (insight)

Cara membentuk perilaku ini didasarkan atas teori belajar kognitif,

yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Misalnya: datanga

kuliah jangan sampai terlambat karena dapat mengganggu teman-

temanyang lain atau bila naik motor harus pakai helm karena untuk

keamanan diri.

d. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory)

atau observational learning theory. Misalnya: orang tua sebagai

Page 20: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

20

contoh anak-anaknya atau pemimpin sebagai panutan yang

dipimpinnya

3. Aspek Perilaku Dalam Upaya Kesehatan

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit adalah cara manusia

berespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi

tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya) maupun

secara aktif (praktek) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit

tersebut.

Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan

seseorang di selenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan

penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (kurative) dan pemulihan

kesehatan (rehabilitative) (Depkes RI, 1992). Dengan sendirinya perilaku

dalam upaya kesehatan meliputi empat hal tersebut yaitu:

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behaviour) misalnya makan makanan bergizi.

b. Perilaku pencegahan penyakit (prevention behaviour) merupakan

respon untuk pencegahan penyakit, misalnya imunisasi, termasuk juga

perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behaviour) dan penyembuhan penyakit (kuratif behaviour) yaitu

perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan misalnya dengan

Page 21: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

21

usaha mengobati sendiri penyakitnya, pengobatan ke fasilitas

kesehatan modern maupun pengobatan ke fasilitas tradisional.

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan.

4. Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom membagi perilaku terdiri dari ranah kognitif

(cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor

(psycomotor domain). Untuk kepentingan pengukuran, pengukuran

Perilaku dari ranah kognitif diukur dari pengetahuan, ranah afektif diukur

dari sikap dan ranah psikomotor dari tindakan atau ketrampilan yang

dilakukan.

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab

pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya (Notoadmodjo, 2012)

Pengetahuan adalah sesuatu bangunan statis yang berisi fakta–

fakta yang dibangun secara bertahap, langkah demi langkah dan

mencakup tentang ide bahwa pengetahuan merupakan sebuah cara

pandang terhadap sesuatu, sebuah perspektif yang belum tentu benar,

tetapi cukup baik sampai ditemukan sesuatu yang cukup baik (Kate

dan Barbara, 1992).

Page 22: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

22

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour),

karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

Menurut Benyamin Bloom pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni:

1. Tahu (know) tahu diartikan sebagai mengingat sebagai mengingat

suatu materi yang telah dipelajari. Termasuk dalam pengetahuan,

tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu “ ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (komprehensif) memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat diinterpretasikan materi terebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya).

Page 23: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

23

4. Analisis (Analysis) adalah sesuatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek keadaan komponen-komponen, tetapi

masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lainnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang yakni:

a. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 1993).

Pendidikan mempengaruhi proses belajar menurut I.B Mantra

(1994) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi

baik dari orang lain maupun media massa, makin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan.

b. Pengalaman

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang professional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan motivasi

Page 24: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

24

yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang

keperawatan (Jones dan Beck, 1996).

c. Dari sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama

ini:

1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi

yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuannya.

2. Tidak dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosakata dan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata akan

menurun cukup cepat sejalan dengan berjalan tumbuhnya usia.

b. Sikap (Attitude)

Sekap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masi tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari

Perilaku yang tertutup (Adnani, 2011).

Sikap adalah suatu pola prilaku, tendensi dan kesiapan antisipasif

predisposisi untuk menyesuaikan diri, atau cara sederhana, sikap

Page 25: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

25

adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan

(Azwar, 2002).

Sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

1. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. kehidupan nasional atau emosional terhadap suatu objek dan

3. kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen di atas secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh,

yang yang menjadi perang penting adalah pengetahuan, dara berpikir,

keyakinan dan emosi seseorang.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap

orang terhadap kejadian diare dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian terhadap ceramah-ceramah.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan satu usaha untuk menjawab suatu

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

Page 26: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

26

pekerjaan itu benar atau salah atau orang yang menerima ide

tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah terindikasi sikap

tingkat tiga. Misalnya :seorang ibu yang mengajak ibu lain

(tetangga, saudaranya dan sebagainya) untuk melakukan

pencegahan penyakit diare pada anknya dengan menjaga

Lingkungan yang sehat dan bersih di rumah, adalah suatu bukti

bahwa si ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap anaknya.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi misalnya:

seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat

tantangan dari mertua atau dari orang tuanya sendiri. Sikap

mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa,

pandangan, lembaga, norma dan nilai.

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal ini masih

berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap

objek itu. Pengetahuan saja belum, menjadi penggerak terlebih

halnya terhadap sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru

Page 27: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

27

menjadi sikap apabila pengetahuan disertai kesiapan untuk bertindak

sesuai dengan pengetahuan objek itu sikap dapat dibentuk atau

berubah melalui berbagai macam cara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ialah (1) faktor

intern: yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

bersangkutan seperti selektivitas (2) faktor ekstern merupakan faktor

yang berasal dari luar manusia yaitu:

1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3. Sikap orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut

4. Media komunikasi yang disediakan dalam penyampaian sikap

5. Situasi pada sikap tersebut.

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling

menunjang yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif (Azwar,

1995).

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai

orang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek

sikap. Sekali kepercayaan itu sudah terbentuk, maka ia akan

menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang

diharapkan dari objek tertentu. Tentu saja kepercayaan itu

Page 28: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

28

terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi

yang benar mengenai objek yang dihadapi.

2. Komponen afeksi

Komponen afeksi merupakan perasaan yang menyangkut

emosional subjektif terhadap suatu objek sikap. Secara umum

komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu. Pada umumnya reaksi emosional yang

merupakan komponen afeksi ini banyak dipengaruhi oleh

kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar atau

berlaku bagi objek termaksud.

3. Komponen Konatif

Komponen Konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan

dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya,

bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap

stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana

kepercayaan dan perasaan itu membentuk sikap individual.

Karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap

seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku dalam

objek. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan

bahwa komponen Afektif meliputi pula bentuk-bentuk perilaku

Page 29: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

29

yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh

seseorang. Memang kemudian masalahnya adalah tidak ada

jaminan bahwa kecenderungan untuk berperilaku itu akan benar-

benar ditampakkan dalam berperilaku yang sesuai apabila

individu berada dalam situasi yang termaksud.

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan

dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar

1995). Berikut ini diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut

dalam ikut membentuk sikap manusia:

1. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk

sikap positif atau negatif, akan tergantung berbagai faktor.

2. Pengaruh orang lain yang di anggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara

komponen yang mempengaruhi sikap. Pada umumnya individu

Page 30: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

30

cenderung untuk memiliki sikap dan konfirmasi atau searah

dengan sikap orang yang di anggap penting. Kecenderungan ini

antara lain di motivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik

dengan orang yang di anggap penting tersebut.

3. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang

lain dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti

yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berfikir baru

bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila cukup

kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal

sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sesuatu system

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap di karenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu. Pemahaman tentang baik dan buruk, garis pemisah

antara satu yang boleh dan yang tidak boleh.

c. Tindakan Practice atau Praktek

Page 31: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

31

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan

faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri,

orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung praktek

keluarga berencana.

Tingkat–tingkat praktek :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat

pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang

bergizi tinggi bagi anak balitanya.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

Misalnya : seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai

dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak,

menutup pancinya dan sebagainya.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka

Page 32: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

32

ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu

yang sudah biasa mengimunisasikan bayi pada umur-umur

tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya

tersebut. Misalnya : ibu dapat memilih dan memasak makanan

yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan

sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung,

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran

juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

5. Teori Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

Berbagai teori yang sudah dicoba untuk mengungkapkan factor penentu

yang dapat mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan.

Lawrence Green (1991) pernah menganalisis perilaku manusia

dari tingkat kesehatan. Dikatakan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu

Page 33: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

33

faktor perilaku (behaviour causes). Perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu:

a. Faktor dasar / predisposisi (predisposing factor) yang mencakup

dalam pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan, keyakinan,

nilai-nilai sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri

individu dan masyarakat serta faktor-faktor demografi (umur,

jenis kelamin)

b. Faktor pendukung (enabling factor) meliputi pendidikan, status

sosial, status ekonomi, pekerjaan, sumber daya atau potensi

masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia

misalnya Puskesmas, obat-obatan, Posyandu, dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor meliputi sikap dan perilaku

dari orang lain misalnya teman, orang tua, tokoh masyarakat

serta petugas kesehatan.

Model diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

B = f (PF, EF, RF)

Keterangan:

B: Behaviour

PF: Predisposing Factor

EF: Enabling Factor

RF: Reinforcing Factor

Page 34: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

34

Dalam buku Achmadi (2011) menjelaskan paradigma kesehatan

lingkungan menyebutkan prognosis atau proses kejadian penyakit dapat

diuraikan kedalam 5 simpul, yakni simpul 1 kita sebut sebagai sumber

penyakit; simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media

transmisi penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel

kependudukan seperti pendidikan, Perilaku, kepadatan, gendre;

sedangkan simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit

setelah mengalami interaksi dengan komponen lingkungan yang

menggunakan agen penyakit. Sedangkan simpul ke-5 adalah semua

variabel yang memiliki pengaruh terhadap keempat simpul tersebut.

Perilaku pemajangan (Behavioral Exposure) yang termasuk pada

simpul ke-3 dari skematik paradigma kesehatan lingkungan yang

dimaksud adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen

lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit).

V. Kerangka Konsep

A. Dasar Pemikiran Variabel penelitian

a. Variabel independen

Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen. Dalam penelitian ini, perilaku Masyarakat adalah variabel

independen dengan pengukurannya melalui kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap) dan psikomotor (tindakan).

Page 35: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

35

b. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kejadian diare pada anak usia di bawah 4 tahun.

B. Kerangka Konsep

Bagan 1.0 kerangka konsep penelitian hubungan perilaku Masyarakat

dengan kejadian diare pada anak usia di bawah 4 tahun

Keterangan: = variabel independen

= variabel dependen

C. Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka dalam perancanaan

penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian. Rumusan

jawaban sementara penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada anak usia

di bawah 4 tahun.

2. Ada hubungan antara sikap dengan kejadian diare pada anak usia di

bawah 4 tahun.

- Kognitif (pengetahuan)- Afektif (sikap)- Psikomotor (tindakan)

Kejadian diare pada anak usia di bawah 4 tahun

Page 36: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

36

3. Ada hubungan antara tindakan dengan kejadian diare pada anak usia di

bawah 4 tahun

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

a. Variabel Dependen

Diare pada anak usia di bawah 4 tahun

kejadian buang air besar dengan konsitensi lembek hingga cair dengna

frekuensi lebih dari 3 kali sehari pada Anak usia di bawah 4 tahun.

Kriteria obyektif :

Ya: bila buang air besar dengan konsitensi lembek hingga cair dengan

frekuensi lebih dari 3 kali sehari pada Anak usia di bawah 4 tahun.

Tidak: bila buang air besar dengan konsitensi lembek hingga cair dengna

frekuensi kurang dari 3 kali sehari pada Anak usia di bawah 4

tahun.

b. Variabel Independent

Perilaku Masyarakat berdasarkan domain perilaku:

a. Pengetahuan

Pemahaman masyarakat tentang penyakit diare diantaranya

Pengertian diare, Penyebab diare, Media transmisi penyakit diare,

Jenis-jenis diare, Gejala dan Tanda diare, cara penularan , dan

komplikasi diare. Alat ukur yang di gunakan berbentuk kuesioner

dengan skor untuk jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah adalah

Page 37: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

37

0, untuk tingkat pendidikan dikatakan tinggi bila > 75%, tingkat

pengetahuan sedang bila 60-75%, dan rendah bila < 60%.

b. Sikap

pandangan atau tanggapan responden terhadap penyakit diare,

kesadaran dalam kejadian diare, dan cara memilih pencegahan. Alat

ukur yang di gunakan adalah kuesioner dengan skor menggunakan

skala likert di mana untuk jawaban pertanyaan positif (No. 2,3,5,7,10)

jawaban sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat

tidak setiju = 1. Sedangka Skor untuk jawaban pertanyaan negative

(No. 1, 4, 5, 8, 9) jawaban sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju =

3, dan sangat tidak setuju = 4. Sikap dikatakan baik bila skor 30-40,

cukup bila skor 20-29, dan sikap kurang bila skor 10-19.

c. Tindakan

kegiatan atau pelaksanaan yang dilakukan oleh responden/masyarakat

dalam upaya pencegahan penyakit diare. Alat ukur yang digunakan

adalah kuosioner dengan pertanyaan hanya di srdiakan 3 jawaban atau

alternatif, yaitu untuk pertanyaan positif (No. 1,4,5,7,9) jawaban

sering = 3, kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1. Sedangkan untuk

pertanyaan negetif (No. 2,3,6,8,10) jawaban sering = 1, kadang-

kadang = 2, tidak pernah = 3. Untuk tindakan dikatakan baik bila

jumlah skor 20-30. tindakan dikatakan buruk bila responden

menjawab pertanyaan dengan skor 10-19.

Page 38: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

38

IV. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini perupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan

rancangan potong lintang atau cross sectional yaitu pengumpulan data

variabel dependen dan variabel indevenden dilakukan bersamaan.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian di puskesmas Bonto Bahari Kecematan

Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, dengan alasan peneliti memilih

likasi tersebut karena merupakan daerah endemis dengan angka insiden

diare pada yahun 2012 sebanyak 418 Kasus.

2. waktu penelitian

Waktu penelitian diharapkan selama 3 bulan mulai bulan juni 2013

sampai dengan agustus 2013. Waktu yang digunakan adalah untuk

pengambilan data awal, pengelolahan dan analisa data serta penyusunan

hasil penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh

Masyarakat yang memiliki anak usia di bawah 4 tahun yang berada

wilayah kerja kepuskesmas Bonto Bahari kecematan bonto Bahari.

Mengingat ibu adalah orang yang paling sering di rumah dan terdekat

Page 39: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

39

dengan anak, sehingga perilaku ibu kemungkinan besar memiliki

hubungan timbulnya kejadian diare pada anak usia di bawah 2 tahun.

Pada penelitian ini populasinya adalah ibu yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Bonto Bahari yang memiliki anak usia di bawah 4 tahun pada

tahun 2012 yang berjumlah 227 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia di bawah 4

tahun dengan kejadian diare di wilayah kecematan Bonto Banari yang

berada di wilayah kerja puskesmas Bonto Bahari.

a. Besar sampel

Besar sampel di hitung berdasarkan rumus besar sampel untuk

populasi kurang dari 10.000 menurut buku Rizema (2012) yang dapat

dipergunakan untuk menentukan besar sampel, yaitu :

n= N

1−N (d2)

Ket: n = besar sampel

N = besar populasi

D = tingkat penyimpangan yang di inginkan (0.01 atau 0.05)

Diketahui besar sampel penelitian ini sebanyak 227 orang, tingkat

penyimpangan yang di inginkan dari penelitian ini sebesar 0.05,

maka ;

Page 40: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

40

n= 227

1−277(0.052)

n= 2271+277 ( 0.0025 )

n= 2271.6925

n=134 oran g

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini adalah 134 orang.

b. Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara

Systematic random sampling dalam buku Notoatmodjo (2012), yaitu

dengan membuat daftar anggota populasi secara acak antara 1 sampai

sampai dengan banyaknya populasi. Kemudian membagi jumlah

populasi dengan besar sampel yang di inginkan, hasilnya sebagai

angka interval, maka setiap kelipatan angka interval adalah sampel

yang di ambil.

D. Pengumpulan data

1. Tekhnik pengumpulan data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini ialah Metode survey dengan

instrumen menggunakan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan untuk

data variabel dependen (diare pada anak usia di bawah 4 tahun) dimana

pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui kejadian dan informasi

tentang diare pada anak usia di bawah 4 tahun dengan skala ukur

Page 41: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

41

menggunakan skala nominal. Untuk data variabel independen

(pengetahuan, sikap, dan tindakan) masing-masing terdiri dari 10

pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan bentuk pertanyaan multiple

choise dengan skala ukur menggunakan skala ordinal.

2. Uji validasi dan reliabilitas

E. Pengelolahan data

Pengelolahan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik komputerisasi

yaitu dengan program SPSS.

F. Analisa data

1. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari

msing-masing kategori variabel dependen (kejadian diare pada anak usia

di bawah 4 tahun) dan variabel independen (pengetahuan,sikap,dan

tindakan).

2. Analisa bivariat

Analisa bivariate bertujuan untuk melihat hubungan antara masing-

masing variabel independen (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap

variabel dependen (kejadian diare pada anak usia di bawah 4 tahun)

dengan uji khorelasi kai kuadrat (Chi Square).

G. Etika penelitian

Page 42: Proposal Penelitian Perilaku Masyarakat - Copy

42

Etika penelitian keperawatan meliputi (pedoman penulisan slripsi edisi 9

prodi. Ilmu keperawatan STIK Makassar):

1. Informed Consent (lembar persetujuan) diberikan kepada subyek yang

akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Jika pasien bersedia Diteliti, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika pasien menolak unutk

Diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghoramati hak-

haknya.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan pasien, peneliti tidak boleh mencantumkan

nama pasien pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi

kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan pasien dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu

saja akan disajikan atau laporan sebagai hasil riset.