proposal penelitian - guru indonesia · web viewmenambah khasanah ilmu pengetahuan dalam hal...

96
PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING YANG BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP (STUDI DESKRIPTIF PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOGOR) Oleh : Naharus Surur Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: phungtuong

Post on 24-May-2018

234 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN

KONSELING YANG BERORIENTASI

KECAKAPAN HIDUP

(STUDI DESKRIPTIF PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOGOR)

Oleh : Naharus Surur

Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK

DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN BIMBINGAN KONSELING

2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Ghofur yang

telah melimpahkan karunia dan kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan

tesis ini.

Tesis ini diberi judul “Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling yang

Berorientasi Kecakapan Hidup” merupakan kajian dan telaahan studi deskriptif tentang

penyusunan program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup di

SMA Negeri 1 Bogor yang didasarkan pada kondisi riil di lapangan.

Pengembangan program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan

hidup ini dikembangkan mengacu temuan empiris kondisi obyektif lapangan serta

kajian konseptual sebagai landasan normatif dalam penyusunan program bimbingan

dan konseling. Program yang berdasarkan kepada temuan empiris dan kajian

konseptual tersebut diharapkan akan membantu Guru Pembimbing dalam menyusun

program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup, khususnya pada

SMA Negeri 1 Bogor. Meskipun penelitian ini memiliki banyak keterbatasan akan

tetapi penulis berharap dapat memberikan sumbangan, baik bagi dunia pendidikan

pada umumnya, maupun dalam lapangan bimbingan dan konseling pada khususnya.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon pengampunan atas kekhilafan

dan kekurangan dalam tulisan ini serta mudah-mudahan dengan rampungnya

penyusunan tesis ini Allah akan senantiasa melimpahkan ilmu yang luas dan

bermanfaat kepada penulis dan untuk selanjutnya dapat penulis abdikan bagi

peningkatan pendidikan di negeri ini, khususnya dalam bidang bimbingan dan

konseling, amin.

Bogor, 20 Mei 2009

Penulis,

Drs. Naharus Surur, M.PdNIP. 131 998 710

ii

ABSTRACT

Naharus Surur, Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK ”The Development of Guidance and Counseling Programmes based on Life Skills: A Study of Bogor Senior High School 1 (SMA Negeri 1 Bogor)” In designing guidance and counseling programmes, empirical data shows that most schools tend to use previous experiences rather than students’ real needs. This is mostly because counselors find difficulties in developing materials and forms of the programmes, especially that based on life skills. Thus, this study aims to provide description and information on how to develop life skills-based guidance and counseling programmes, especially for counselors of high schools.

This study was conducted in four stages. First, collecting information and figuring out real condition, as well as reviewing relevant literature and previous research. Second, designing the development of guidance and counseling programmes based on life skills. Third, conducting field testing of the programmes through seminar and workshop involving counselors of high schools in Bogor and programme researchers of PPPPTK Penjas and BK. Fourth, revision of programmes that generating final version as a reference in conducting guidance and counseling activities in Bogor Senior High School (SMA Negeri 1 Bogor).

Finally, the study suggests that guidance and counseling programmes development should be based on students’ real needs. Also, in this process, should involve all stakeholders and supported by counselors’ skills and motivation as essential factors in implementing guidance and counseling at school.

Keyword : Guidance and Counseling, Progammes, Life skills.

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii

ABSTRACT ……………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 3

C. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………. 4

D. Paradigma Penelitian ……………………………………………. 4

E. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 6

F. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 6

G. Asumsi Penelitian ……………………………………………….. 7

BAB II KAJIAN TEORITIS ………………………………………………… 9

A. Konsep Dasar Kecakapan Hidup ………………………………... 9

1. Pengertian Kecakapan Hidup ……………………………….. 9

2. Tujuan Pembekalan Kecakapan Hidup ................................... 9

3. Hasil yang Diharapkan dari Pembekalan Kecakapan Hidup .. 10

4. Manfaat Pembekalan Kecakapan Hidup ................................. 11

B. Jenis-jenis Kecakapan Hidup ........................................................ 12

C. Pembekalan Hecakapan Hidup melalui Pelayanan Bimbingan dan

Konseling ....................................................................................... 13

1. Karakteristik Perkembangan Siswa SMA ................................ 16

2. Tugas Perkembangan Siswa SMA ........................................... 18

3. Kompetensi yang Diharapkan Anak Tamatan SMA ................ 19

D. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling ........................... 20

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling ……………... 21

2. Tujuan Penyusunan Program ………………………………… 21

3. Manfaat Penyusunan Program ……………………………….. 22

4. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Bimbingan dan

Konseling …………………………………………………….. 22

5. Tahap-tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling.. 24

iv

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….... 25

A. Temuan Empiris .............................................................................. 25

B. Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling ...................... 25

1. Profil Kebutuhan Kecakapan Hidup Siswa .............................. 26

2. Pengembangan Materi Bimbingan dan Konseling ................... 28

3. Pengembangan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling.. 29

4. Penilaian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling .......... 29

C. Uji Kelayakan .................................................................................. 31

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................ 32

A. Kesimpulan .................................................................................... 32

B. Rekomendasi .................................................................................. 33

1. Kepala Sekolah ........................................................................ 33

2. Guru Pembimbing .................................................................... 34

3. Guru Mata Pelajaran ................................................................. 34

4. Lembaga Penghasil Tenaga Kependidikan (LPTK) dan

Lembaga Pelatihan Guru Pembimbing (PPPG atau LPMP) ..... 34

5. Penelitian Selanjutnya ............................................................... 35

DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................................... 36

Lampiran :

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan

ekonomi yang begitu cepat, mengakibatkan meningkatnya konflik dan kecemasan

hidup di masyarakat. Perubahan yang dibawa oleh semangat globalisasi dan arus

informasi telah mengubah kondisi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan psikologis

setiap orang yang dapat membawa pengaruh besar terhadap kehidupan di masyarakat.

Perubahan-perubahan tersebut juga menggoncang sekolah sebagai tempat

berlangsungnya pendidikan. Akibat yang akan timbul adalah semakin banyaknya

individu yang dihimpit oleh berbagai tantangan, harapan, dan keinginan yang harus

dipenuhi.

Pendidikan adalah suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan manusia yang

sedang berkembang menuju kepribadian mandiri untuk dapat membangun dirinya

sendiri dan masyarakat (Mungin Eddy W : 2001)). Konsekuensi yang timbul adalah

proses pendidikan harus mampu menyentuh dan mengendalikan berbagai aspek

perkembangan manusia. Manusia diharapkan dapat berkembang ke arah bagaimana dia

harus menjadi dan berada. Jadi pendidikan dipandang sebagai suatu upaya untuk

membantu manusia menjadi apa yang bisa diperbuat dan bagaimana dia harus menjadi

dan berada, maka pendidikan harus bertolak dari pemahaman tentang hakekat manusia.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama

dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan telah dilaksanakan, antara lain

penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga

kependidikan lainnya, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas

lainnya. Namun demikian, berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan

masih belum meningkat secara signifikan. Dari komparasi internasional juga

menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia juga kurang menggembirakan.

Human Development Index (HDI) Indonesia menduduki peringkat ke 102 dari 106

negara yang disurvei, satu peringkat di bawah Vietnam (Depdiknas, 2001). Hasil

1

penelitian ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan

belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu

diperlukan langkah-langkah mendasar, konsisten dan sistematik untuk

menanggulanginya.

Tantangan ke depan bagi bangsa Indonesia terasa semakin berat, angka

pengangguran akhir-akhir ini terus meningkat dan telah mencapai 60 juta orang,

tamatan sekolah yang tidak melanjutkan untuk setiap jenjang pendidikan juga semakin

meningkat. Sementara itu dengan diberlakukannya AFTA (Asean Free Trade Area)

dan AFLA (Asean Free Labour Area), maka tenaga kerja Indonesia harus mampu

bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara, jika tidak

tenaga kerja Indonesia akan tersisihkan dan pengangguran di Indonesia semakin

meningkat.

Untuk menanggulangi kesemuanya itu, pemerintah menetapkan kebijakan

secara nasional untuk melaksanakan pendidikan yang dengan sengaja dirancang untuk

membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang secara integratif memadukan

potensi yang ada pada peserta didik guna memecahkan dan mengatasi problema

kehidupan, yaitu dengan dikembangkannya pendidikan yang berorientasi kecakapan

hidup.

Untuk melaksanakan dan mensukseskan pendidikan yang berorientasi

kecakapan hidup tersebut, perlu didukung oleh semua komponen tenaga kependidikan,

termasuk guru sebagai salah satu komponen tenaga pendidikan yang berada dalam

sistem sekolah dan langsung berhadapan dengan siswa. Setiap guru diharapkan untuk

terus menerus mengembangkan diri dan saling bekerja sama dalam memberikan

pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkannya. Berkaitan dengan Guru Pembimbing sebagai salah satu jenis guru yang

bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah,

diharapkan mampu memberikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang

membekali kecakapan hidup siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat mencapai tujuan dimaksud, program bimbingan dan konseling hendaknya

dirancang secara baik, sehingga diperlukan suatu pengembangan program bimbingan

dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup.

2

Berdasarkan uraian di atas, dan sekaligus sebagai upaya pengembangan

kegiatan bimbingan dan konseling agar benar-benar membekali siswa dengan berbagai

kecakapan hidup, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Pengembangan

Program Bimbingan dan Konseling yang Berorientasi Kecakapan Hidup”.

B. Perumusan Masalah

Keberadaan layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian yang integral dari

keseluruhan proses pendidikan dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan

pendidikan yaitu mengantarkan peserta didik mencapai perkembangan yang optimal.

Misi yang demikian itu menunjukkan bahwa program bimbingan dan konseling tidak

dapat terlepas atau melepaskan diri dari keseluruhan rangkaian program pendidikan.

Program bimbingan dan konseling harus mampu mendukung dan mampu berperan

penuh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.

Fenomena ini dapat dimaknai sebagai petunjuk yang mengandung implikasi

bahwa pertama, program bimbingan dan konseling di suatu sekolah harus merupakan

bagian yang integral dari program sekolah. Kedua, program bimbingan dan konseling

hendaknya disusun berdasarkan karakteristik, kebutuhan, situasi dan kondisi, serta

ketentuan dan kebijakan yang berlaku di sekolah. Ketiga, program bimbingan dan

konseling disusun dengan melibatkan semua komponen tenaga pendidikan di sekolah.

Keempat, program bimbingan dan konseling harus dirancang untuk dapat melayani

semua individu dan mampu mengembangkan individu siswa secara optimal dengan

berbagai kecakapannya.

Mencermati fenomena di atas, nampaknya ada kesenjangan antara konsep

penyusunan program yang seharusnya dilakukan dengan kenyataan aktual yang selama

ini dilaksanakan di sekolah. Penelitian ini berupaya untuk menata penyusunan program

bimbingan dan konseling di SMA sehingga memungkinkan keberhasilan kegiatan

bimbingan dan konseling secara lebih baik, terutama dalam mengembangkan

kecakapan hidup siswa. Atas dasar uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Program bimbingan dan konseling seperti apa yang dapat

mengembangkan kecakapan hidup Siswa di SMA Negeri 1 Bogor ?“.

3

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka secara operasional

pertanyaan penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kecakapan hidup apa yang dibutuhkan siswa SMA Negeri 1 Bogor.

2. Materi bimbingan dan konseling apa yang dikembangkan Guru Pembimbing untuk

membekali kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

3. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling apa yang diberikan Guru Pembimbing

untuk membekali kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

4. Bentuk penilaian apa yang digunakan Guru Pembimbing untuk mengetahui

keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang membekali kebutuhan

kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

D. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini mendasarkan pada pendekatan sistem sebagai

kerangka kerja dan metodologi untuk merancang serta menguji suatu pengembangan

program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup. Pendekatan

sistem pengembangan tersebut diarahkan untuk memberikan pembekalan berbagai

kecakapan hidup yang dibutuhkan anak didik dalam rangka memenuhi tugas-tugas

perkembangannya. Arah pembekalan kecakapan hidup tersebut dikembangkan melalui

penyusunan program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup

yang dirumuskan melalui langkah-langkah sebagai berikut: pertama, menganalisis

masing-masing butir tugas perkembangan anak usia SMA, kedua, analisis butir-butir

tugas perkembangan tersebut diorientasikan ke dalam empat jenis kecakapan hidup

yang mencakup; kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan

kecakapan vokasional, ketiga, setiap jenis kecakapan hidup tersebut dikembangkan dan

dijadikan acuan untuk menentukan materi bimbingan dan konseling yang akan menjadi

isi kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, keempat,

berdasarkan materi yang ditentukan, ditetapkan kegiatan layanan dan kegiatan

pendukung bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan, kelima, menentukan

bentuk penilaian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan layanan yang

digunakan.

4

Langkah arah pembekalan kecakapan hidup melalui pengembangan program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup tersebut dapat

digambarkan dengan diagram berikut :

Tugas Perkembangan

Kecakapan Personal

Kecakapan Sosial

Kecakapan Akademik

Kecakapan Vokasional

MateriBimbingan dan

Konseling

KegiatanBimbingan dan Konseling

- Kegiatan Layanan- Kegiatan Pendukung

Penilaian

Kompetesi

5

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan suatu program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup di SMA Negeri 1 Bogor.

Sedangkan secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

2. Mendeskripsikan pengembangan materi bimbingan dan konseling yang membekali

kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

3. Mendeskripsikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan Guru

Pembimbing untuk membekali kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1

Bogor.

4. Mendeskripsikan bentuk penilaian yang digunakan Guru Pembimbing untuk

mengetahui keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang membekali

kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Sebagai studi pengembangan yang menggunakan pendekatan deskriptif dan

didasarkan kondisi obyektif lapangan, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi berbagai kalangan yang ada kaitannya dengan pengembangan ilmu

dan profesi bimbingan dan konseling. Kalangan yang dimaksud adalah sekolah yang

menjadi sasaran penelitian, Guru Pembimbing di sekolah lain, LPTK yang menyiapkan

Calon Guru Pembimbing, Lembaga-lembaga Diklat Bimbingan dan Konseling,

maupun Pemegang Kebijakan Pendidikan serta bagi penelitian selanjutnya. Manfaat

penelitian tersebut secara rinci dapat dijelaskan dalam manfaat teoritis maupun

manfaat praktis :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam hal pengembangan teori dan

konsep penyusunan program bimbingan dan konseling yang berorientasi

kecakapan hidup.

6

b. Memberikan sumbangan bagi pengembangan teori tentang dasar-dasar

konseptual penyusunan program bimbingan dan konseling yang berorientasi

kecakapan hidup.

c. Memberikan gambaran tentang tahapan penyusunan program bimbingan dan

konseling yang lebih sistematis, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Bermanfaat bagi pemantapan dan aplikasi teori yang telah berkembang dan

layak digunakan sebagai bahan kajian ilmiah.

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini

adalah :

a. Sebagai studi yang bersifat aplikatif, memberikan sumbangan substansial bagi

peningkatan mutu pendidikan.

b. Bermanfaat bagi Guru Pembimbing untuk merencanakan program bimbingan

dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

c. Dapat memberikan sumbangan bagi pengambil kebijakan, lembaga-lembaga

diklat, LPTK maupun pengembang pendidikan lainnya dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan, khususnya melalui pendidikan yang berorientasi

kecakapan hidup.

G. Asumsi Penelitian

Beberapa asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Program bimbingan dan konseling merupakan rencana kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai suatu rencana kerja yang berisikan kegiatan-kegiatan

yang tertuang ke dalam kerangka yang sistematis, terarah, dan terpadu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Penyusunan program bimbingan dan konseling didasarkan pada kebutuhan nyata

peserta didik. Program bimbingan dan konseling dapat melayani semua individu

dan mampu memenuhi kebutuhan individu siswa, termasuk dalam pengembangan

kecakapan-kecakapan hidupnya.

7

3. Program bimbingan dan konseling yang disusun secara baik memungkinkan para

petugas bimbingan menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindarkan

kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.

4. Program bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan perlu secara terus

menerus dikaji dan dikembangkan agar diperoleh suatu sistem dan program

layanan bimbingan dan konseling yang lebih efektif sesuai dengan tuntutan

perkembangan, lingkungan dan perkembangaan pendidikan serta kebutuhan siswa

(Depdikbud, 1994).

8

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kecakapan Hidup

Empat pilar kebijakan pendidikan nasional mencakup pemerataan kesempatan,

peningkatan kualitas, efisiensi dan relevansi pendidikan. Penerapan konsep pendidikan

kecakapan hidup pada semua jenis dan jenjang pendidikan pada dasarnya didorong

oleh anggapan bahwa relevansi antara pendidikan dengan kehidupan nyata kurang erat.

Pendidikan makin terisolasi dari kehidupan nyata sehingga tamatan pendidikan dari

berbagai jenis dan jenjang pendidikan dianggap kurang siap menghadapi kehidupan

nyata.

1. Pengertian Kecakapan Hidup

Brolin (1989) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kontinum pengetahuan

dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara independen

dalam kehidupan. Pendapat lain Malik Fajar (2002) mendefinisikan kecakapan hidup

sebagai kecakapan untuk bekerja selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur

akademik. Sementara itu Tim Broad-Based Education, Depdiknas (2002)

mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa

tertekan, kemudian secara wajar dan produktif mencari serta menemukan solusi

sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Meskipun terdapat perbedaan dalam pengertian kecakapan hidup, namun esensi

dari pengertian tersebut adalah sama. Kecakapan hidup adalah kemampuan,

kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seorang untuk menjalankan

kehidupan dengan nikmat dan bahagia.

2. Tujuan Pembekalan Kecakapan Hidup

Tim Broad-Based Education, Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa tujuan

pembekalan kecakapan hidup melalui pendidikan kecakapan hidup adalah :

9

(1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Sedangkan menurut Slamet PH (2002), esensi dari pendidikan kecakapan hidup

adalah meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik

preservatif maupun progresif.  Lebih spesifiknya, tujuan pendidikan kecakapan hidup

tersebut diuraikan sebagai berikut : 

Pertama, memberdayakan aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengamalan (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kedua, memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir. Ketiga, memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus. Keempat, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi stakeholders, dan fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah.  Kelima, memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari, misalnya kesehatan mental dan fisik, kemiskinan, kriminal, pengangguran, lingkungan sosial dan fisik, narkoba, kekerasan, dan kemajuan ipteks.

Dengan didasarkan pada pendapat di atas, maka dengan pembekalan kecakapan

hidup diharapkan dapat mengaktualisasikan potensi peserta didik, memberikan bekal

dasar bagi kehidupan peserta didik, mengoptimalkan sumber daya lingkungan, dan

membekali siswa dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi.

3. Hasil yang Diharapkan dari Pembekalan Kecakapan Hidup

Didasarkan pada tujuan pembekalan kecakapan hidup, lebih lanjut Slamet PH

(2002) menjelaskan bahwa hasil yang diharapkan dari pembekalan kecakapan hidup

adalah sebagai berikut :

10

Pertama, peserta didik memiliki asset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan lahiriah yang siap untuk menghadapi kehidupan masa depan sehingga yang bersangkutan mampu dan sanggup menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya, kedua, peserta didik memiliki wawasan luas tentang pengembangan karir dalam dunia kerja yang sarat perubahan yaitu mampu memilih, memasuki, bersaing, dan maju dalam karir, ketiga, peserta didik memiliki kemampuan berlatih untuk hidup dengan cara yang benar, yang memungkinkan peserta didik berlatih tanpa bimbingan lagi, keempat, peserta didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama, dan akuntabilitas yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya, kelima, peserta didik memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.

Dengan demikian, akan terbentuk manusia yang mantap dalam pribadi,

berwawasan luas, memiliki kemampuan berlatih secara mandiri, mampu menjaga

kelangsungan hidup dan perkembangannya, dan memiliki kesanggupan dalam

mengatasi berbagai permasalahan hidup.

4. Manfaat Pembekalan Kecakapan Hidup

Secara umum manfaat pembekalan kecakapan hidup bagi peserta didik adalah

sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan,

baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara

(Depdiknas, 2002). Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan pada

lapangan pekerjaan yang sudah ada, sebagai akibat dari banyaknya pengangguran

dapat diturunkan, sehingga produktifitas nasional akan meningkat secara bertahap.

Sedangkan menurut Slamet PH (2002), pendidikan kecakapan hidup

memberikan manfaat pribadi bagi peserta didik dan manfaat sosial bagi

masyarakat. Kedua manfaat tersebut lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :

Bagi peserta didik, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan individu. Dan bagi masyarakat, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator adanya : peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, solidaritas, ekonomi, rasa dan seni (cita rasa).

11

Dengan didasarkan pada uraian di atas, maka dengan pembekalan kecakapan

hidup diharapkan dapat menjawab tantangan ke depan apa yang mesti dihadapi setelah

siswa menamatkan pendidikan dan kembali ke masyarakat.

B. Jenis-jenis Kecakapan Hidup

Tim Broad-Based Education (Depdiknas, 2002), memilah kecakapan hidup

menjadi empat jenis, yaitu : (1). Kecakapan personal (personal skill), yang mencakup

kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking

skill). (2). Kecakapan sosial (social skill). (3). Kecakapan akademik (academic skill),

dan (4). Kecakapan vokasional (vocational skill). 

Keempat kecakapan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

(1) Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skills), serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill). (2) Kecakapan sosial atau kecakapan antar-personal (inter-personal skill) mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud komunikasi di sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. (3) Kecakapan akademik atau seringkali disebut kemampuan berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional yang mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. (4) Kecakapan vokasional seringkali disebut dengan kecakapan kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.

Menurut Sukartini (2003), lifeskills (keterampilan hidup) yang diartikan semua

tindakan dalam hidup manusia pada intinya mencakup keterampilan berfikir dan

bertindak. Keterampilan berfikir dan bertindak merupakan keterampilan yang

diperlukan dalam semua bidang kehidupan yang spesifik, yang harus dimiliki oleh

semua manusia agar mampu mengendalikan perilakunya dalam rangka memecahkan

masalah- masalah hidupnya.

12

Sedangkan menurut Ace Suryadi, PhD (Kompas, 25 Januari 2002) dengan

mengutip salah satu program dari education for all-nya Depdiknas bahwa konsep

pendidikan mengenal adanya keterampilan dasar untuk belajar yang meliputi empat

hal, yaitu :

Pertama, keterampilan verbal, yaitu kemampuan membaca, menulis, mendengarkan, dan bercerita atau mengungkapkan gagasan. Kedua, keterampilan matematika, yaitu kemampuan untuk memahami logika, angka, ruang, dan bidang. Ketiga, keterampilan membuat analisis, yaitu kemampuan untuk menghubungkan satu fakta dengan fakta lainnya. Keempat, keterampilan analogi.

Dengan mencermati beberapa pendapat di atas, maka jenis kecakapan hidup

meliputi kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademis dan kecakapan

vokasional. Di samping itu diharapkan siswa juga mempunyai keterampilan berfikir

dan bertindak, serta keterampilan yang dikembangkan melalui empat keterampilan

dasar, yaitu keterampilan verbal, keterampilan matematika, keterampilan membuat

analisis, dan keterampilan analogi. Keempat keterampilan dasar itu harapannya dapat

dikembangkan melalui pembekalan kecakapan hidup siswa.

C. Pembekalan Kecakapan Hidup Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Dalam kehidupan ini tidak selamanya sejalan satu dengan lainnya, ada

perbedaan kepentingan antara berbagai kehidupan nyata terhadap pendidikan. Idealnya

pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata. Strategi yang digunakan sebagai

upaya peningkatan relevansi pendidikan dengan kehidupan nyata tersebut adalah

dengan pembekalan kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa. Untuk hal tersebut,

peserta didik perlu dibekali dengan berbagai kecakapan hidup yang dibutuhkan.

Tingkat relevansi pendidikan dengan kehidupan nyata tersebut dapat digambarkan

dengan gambar sebagai berikut :

Bagan 2.1 : Tingkat Relevansi Pendidikan dengan Kehidupan Nyata

Kehidupan nyata

Pendidikan

13

Idealnya lingkaran pendidikan menutup lingkaran kehidupan nyata sehingga

tingkat relevansinya mencapai 100 %. Dalam kenyataan, tidak selalu demikian karena

dua hal, yaitu; (1) perbedaan kepentingan kehidupannya terhadap pendidikan dan (2)

ritme perubahan antara keduanya, pendidikan dan kehidupannya tidak selalu seiring.

Upaya mempererat keterkaitan dan kesepadaman antara keduanya harus selalu

dilakukan agar tingkat relevansi pendidikan dengan kehidupan nyata dapat

dioptimalkan. Salah satunya dengan memberikan pendidikan yang berorientasi pada

kecakapan hidup yang diperlukan oleh siswa.

Pembekalan kecakapan hidup dapat diberikan melalui proses belajar mengajar

di kelas, dimana mata pelajaran sebagai alatnya (Depdiknas, 2002). Setiap jenis mata

pelajaran dapat dijadikan sarana untuk membekali kecakapan hidup siswa. Berkaitan

dengan bimbingan dan konseling, ada suatu hubungan erat antara kehidupan nyata,

kecakapan hidup dan layanan bimbingan dan konseling. Keterkaitan kehidupan nyata,

kecakapan hidup dan layanan bimbingan dan konseling dapat digambarkan dengan

bagan sebagai berikut :

Keterangan : menunjukkan arah pengembangan program

Menunjukkan kontribusi hasil layanan BK

Bagan 2.2 : Keterkaitan Kehidupan Nyata, Kecakapan Hidup, dan Layanan BK

Layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai alat, sedangkan yang ingin

dicapai adalah pembekalan kecakapan hidup. Kecakapan hidup itulah yang diperlukan

pada saat seseorang memasuki kehidupan sebagai individu yang mandiri, anggota

masyarakat dan warga negara yang ada dalam kehidupan nyata. Kecakapan yang

dicapai pada setiap layanan bimbingan dan konseling tersebut hanyalah “kecakapan-

antara” untuk mewujudkan kemampuan nyata yang diinginkan, yaitu kecakapan hidup

individu yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata.

Dilihat dari materi bimbingan yang diberikan dalam kegiatan layanan

bimbingan dan konseling di sekolah, mencakup empat bidang bimbingan, yaitu

Kehidupan Nyata

Kecakapan Hidup

Layanan BK

14

bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir

(Depdikbud, 1995). Pilahan empat jenis bimbingan tersebut, apabila dikaitkan dengan

empat jenis kecakapan hidup, ada kemiripan dalam pengembangannya. Misalnya

kecakapan personal bisa dicapai melalui jenis bidang bimbingan pribadi, kecakapan

sosial bisa dicapai melalui jenis bidang bimbingan sosial, kecakapan akademik bisa

dicapai melalui jenis bidang bimbingan belajar, dan kecakapan vokasional bisa dicapai

melalui jenis bidang bimbingan karier.

Keempat jenis materi bidang bimbingan dan konseling tersebut dikembangkan

melalui proses yang berkelanjutan dari pendidikan-pendidikan sebelumnya. Dalam

buku Padoman Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menangah Umum (Depdiknas

2003) disebutkan bahwa materi-materi bidang bimbingan dan konseling untuk SMA

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bidang Bimbingan Pribadia. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.b. Pemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangnya untuk

kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depan.

c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangnya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkan diri secara mandiri sesuai dengan sistem etika dan nilai, serta apresiasi seni.

f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah, termasuk perencanaan hidup berkeluarga

2. Bimbingan Sosiala. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara

efektif, efisien, dan produktif.b. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta

berargumentasi secara dinamis dan kreatif.c. Pemahaman kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di

rumah, di sekolah, ditempat latihan/kerja/unit produksi maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat istiadat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.

d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah maupun di masyarakat pada umumnya.

15

e. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah, dan lingkungan, serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.

f. Orientasi tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Bimbingan Belajara. Pemantapan sikap, kebiasaan, dan keterampilan belajar yang efektif dan efisien

serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi dan kaya.b. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun

berkelompok.c. Pemantapan penguasaan materi program keilmuan, teknologi, dan atau seni di

Sekolah Menengah dan sebagai persiapan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya di lingkungan sekolah, dan atau alam sekitar, serta masyarakat untuk pengembangan diri.

e. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Bimbingan Karira. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang

hendak dikembangkan.b. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang

hendak dikembangkan.c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha-usaha memperoleh

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

d. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SLTA.e. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang

lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.

Materi setiap jenis bimbingan tersebut pada setiap jenjang pendidikan berbeda.

Penyusunan materi tersebut didasarkan pada tugas perkembangan pada setiap jenjang

pendidikan, dan juga merupakan proses yang berkesinambungan dari setiap jenjang

pendidikan dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Karakteristik perkembangan, tugas

perkembangan dan kompetensi yang diharapkan siswa usia SMA dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Karakteristik Perkembangan Siswa SMA

Pendidikan di SMA merupakan kelanjutan dari pendidikan di SD dan SLTP,

juga sebagai permulaan bagi pendidikan dan kehidupan selanjutnya. Sebagai sekolah

16

lanjutan, sekolah menengah hendaknya dapat meningkatkan dasar-dasar

perkembangan yang telah dicapai tingkat sekolah sebelumnya. Dan sebagai persiapan

bagi pendidikan dan kehidupan selanjutnya, sekolah menengah hendaknya dapat

mempersiapkan siswa untuk dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan

terjun ke dalam masyarakat.

Kehidupan di SMA ditandai dengan kehidupan interaksi sosial yang lebih luas

dan heterogen jika dibandingkan dengan situasi di tingkatan sekolah sebelumnya.

Dilihat dari proses perkembangannya siswa SMA berada pada fase remaja. Fase

remaja sebagai fase transisi dari masa anak-anak yang besar ketergantungan kepada

orang dewasa dengan masa dewasa yang menuntut kemandirian. Dalam melalui masa

remaja ini, tidak sedikit kesukaran-kesukaran atau problem-problem yang kadang-

kadang menimbulkan gangguan kesehatan, kecemasan, pikiran terhalang menjalankan

fungsinya dan kadang-kadang kelakuannya bermacam-macam.

Sekolah adalah salah satu lembaga sosial yang diciptakan oleh masyarakat

dengan tujuan mempersiapkan generasi muda untuk menemukan peran-peran orang

dewasa secara adekuat. Perlakuan guru pada siswa di sekolah diharapkan dapat

membantu para siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Di sekolah

upaya membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal sesungguhnya

merupakan tanggung jawab bersama antara Kepala Sekolah, para guru serta petugas

bimbingan (Guru Pembimbing).

Peranan Guru Pembimbing sebagai orang yang bertugas dan bertanggung

jawab melaksanakan bimbingan dan konseling adalah memberi kemudahan-

kemudahan bagi gerak individu mengikuti alur perkembangannya. Pelayanan

bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan

inheren bergerak menuju kematangan dan perkembanganya (Prayitno, 1994:43).

Sedangkan menurut Andi Mappiare AT (1996:69), tujuan bimbingan dan konseling

dapat difokuskan pada upaya pengoptimalan perkembangan klien yang memungkinkan

klien lebih maju dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan yang

diberikan guru pembimbing dalam mencapai tugas perkembangan tersebut dapat

dilakukan dengan melalui pemberian materi dalam pelayanan bimbingan dan konseling

di sekolah. Harapannya dengan pembekalan kecakapan hidup tersebut, individu siswa

17

mempunyai berbagai kecakapan hidup, sehingga individu mampu menghadapi dan

menyelesaikan tantangan hidup yang dihadapinya.

2. Tugas Perkembangan Siswa SMA

Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi tetap

menjadi kesatuan. Perkembangan berlangsung dengan pelan-pelan melalui masa demi

masa. Tim Peneliti Riset Unggulan Terpadu, UPI (2002) menuliskan bahwa, siswa

sebagai individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi

(becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan dan kemandirian. Untuk mencapai

kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka kurang memiliki

pemahaman atau wawasan tentang diri dan lingkungannya, juga pengalaman dalam

menentukan arah kehidupannya. Di samping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa

proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara mulus, atau steril dari

masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur

linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai yang dianut. Di samping itu

perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun

sosial.

Berkaitan dengan tugas perkembangan ini, Harlock (1981:9) menyatakan

bahwa tugas-tugas perkembangan mempunyai tujuan yang berguna. Tujuan tersebut

adalah :

Pertama, sebagai pertunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, untuk memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Ketiga, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.

Sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dalam rentang kehidupan individu,

maka pada siswa SMA yang berada pada masa remaja akhir ada seperangkat tugas-

tugas perkembangan yang dilalui dan harus dikuasainya. Menurut Havighurst

(1960:111-147) tugas perkembangan anak usia SMA adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.

b. Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita.

18

c. Menerima kenyataan (realitas jasmani) serta menggunakannya secara obyektif.d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.e. Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi.f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berumah tangga.h. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep sebagai warga negara

yang baik.i. Bertingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial.j. Memperoleh serangkaian nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah

laku.

Sedangkan dalam Silabus Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis

Kompetensi disebutkan bahwa tugas-tugas perkembangan yang ingin dicapai anak usia

SMA melalui bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :

a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya baik pria atau wanita.

c. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.d. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program

kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.

e. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.f. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara

emosional, sosial, intelektual, maupun ekonomi.g. Mencapai kematangan gambaran sikap tentang kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.h. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta partisipasi

seni.i. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

Berdasar uraian di atas, maka layanan bimbingan dan konseling di SMA

mempunyai peranan yang makin penting. Dengan adanya deferensiasi perkembangan

dan spesialisasi akademis, maka perhatian kepada aspek pribadi siswa tidak dapat

dilakukan sepenuhnya oleh guru. Oleh karena itu diperlukan pihak tertentu yang dapat

memberikan bantuan terhadap aspek-aspek pribadi tertentu khususnya aspek non

intelektual. Pihak yang dimaksud adalah Guru Pembimbing.

3. Kompetensi yang Diharapkan Anak Tamatan SMA

19

Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program bimbingan dan

konseling di sekolah, bukan semata-mata pada ada atau tidaknya landasan hukum atau

ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi

siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas

perkembangnya. Salah satu upaya untuk memahami tugas perkembangan siswa secara

utuh adalah dengan mempelajari proses perkembangan yang terjadi pada diri individu

siswa.

Perkembangan manusia adalah proses yang berkesinambungan, artinya

perkembangan itu merupakan serangkaian rantai dengan seluruh bagian perkembangan

yang berkaitan antara satu tahap dengan tahap berikutnya. Kegagalan dalam mengatasi

setiap masalah akan mengakibatkan kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang

buruk. Di samping itu setiap perkembangan juga mempunyai ciri khas tersendiri, dan

kekhasan ini membantu menentukan maksud dan tujuan pendidikan yang selaras

dengan tahap-tahap perkembangan individu. Di samping itu kekhasan ini memberi

pedoman mengenai pola dan perlakuan bimbingan dan konseling pada umumnya.

Berkaitan dengan proses perkembangan individu, setiap tahapan perkembangan

mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas-tugas

perkembangan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang

diharapkan. Dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

(Depdiknas, 2002) disebutkan bahwa tamatan Sekolah Menengah Umum dan

Madrasah Aliyah diharapkan memiliki kompetensi :

a. Memiliki keyakinan dan ketaqwaan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.b. Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan.c. Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik serta beretos belajar untuk

melanjutkan pendidikan dan atau berkarya.d. Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan berkarya untuk hidup

di masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional.e. Menghargai dan berekspresi seni.f. Mengembangkan pola hidup berdasarkan nilai-nilai kebersihan, kesehatan, dan

kebugaran jasmani.g. Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara secara demokratis.

D. PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

20

Program-program bimbingan dan konseling (BK) merupakan isi dari

keseluruhan organisasi BK di sekolah. Program-program itu perlu disusun dengan

memperhatikan kondisi yang terdapat di lapangan.

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

Pengurus Besar IPBI (2001:2) mendefinisikan program bimbingan dan

konseling sebagai satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang

akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti periode bulanan, semester,

tahunan. Sedangkan menurut Wahyu Sumidjo (1999:9) yang dimaksud dengan

program ialah rencana komprehensif yang memuat penggunaan sumber-sumber dalam

pola yang terintegrasi serta urutan tindakan kegiatan yang dijadwalkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Program menggariskan apa, oleh siapa, bilamana dan

dimana tindakan akan dilakukan.

Berdasarkan dua pendapat di atas, program dapat diartikan rencana kegiatan

yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan, baik itu rencana kegiatan tahunan

ataupun semesteran. Rencana kegiatan tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam

program bulanan, mingguan dan harian.

2. Tujuan Penyusunan Program

Menurut Juntika (2002:85) menyatakan tujuan penyusunan program bimbingan

dan konseling adalah adanya kejelasan arah pelaksanaan program, adanya kemudahan

mengontrol dan mengevaluasi kegiatan, dan terlaksananya program kegiatan secara

lancar, efisien, dan efektif.

Sedangkan menurut Pengurus Besar IPBI (2001:3) tujuan penyusunan program

bimbingan dan konseling ialah agar Guru Pembimbing memiliki pedoman yang pasti

dan jelas, sehingga kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana

dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai.

Kedua definisi tersebut hampir sama, dimana intinya bahwa program

bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencapai hasil yang

maksimal. Dengan tersusun dan terlaksananya program bimbingan dan konseling

secara baik selain akan lebih menjamin pencapaian tujuan bimbingan dan konseling

21

pada khususnya dan tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan

akontabilitas bimbingan dan konseling di sekolah.

3. Manfaat Penyusunan Program

Program bimbingan dan konseling disusun dan dikembangkan didasarkan atas

pertimbangan bahwa program yang disusun dengan baik akan memberikan banyak

keuntungan, baik bagi para siswa yang mendapat layanan bimbingan maupun bagi

petugas yang menyelenggarakan. Di samping itu program bimbingan dan konseling

yang baik, memungkinkan keberhasilan suatu layanan bimbingan dan konseling.

Prayitno (2000) mengemukakan beberapa keuntungan disusunnya suatu program,

yaitu:

a. Memungkinkan Guru Pembimbing untuk menghemat waktu, usaha, biaya, dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.

b. Siswa asuh akan menerima pelayanan bimbingan dan konseling secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, bidang bimbingan dan jenis-jenis layanan bimbingan yang diperlukan.

c. Setiap Guru Pembimbing mengetahui peranannya masing-masing dan mengetahui pula bilamana dan dimana harus bertindak, dalam pada itu Guru Pembimbing akan menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa-siswa asuhnya.

Sedangkan Rochman Natawidjaja (1984) menjelaskan bahwa program

bimbingan yang direncanakan dengan baik dan terinci, akan memberikan banyak

keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah :

(a) memungkinkan para petugas bimbingan menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan, (b) memungkinkan siswa untuk mendapatkan pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam kesempatan ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang diperlukan, (c) memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tepat, dan (d) memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang berguna untuk kemajuan sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang dibimbingnya.

4. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling

22

Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diharapkan memenuhi

unsur-unsur dan persyaratan tertentu. Menurut Prayitno (1998) unsur-unsur yang harus

diperhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi : kebutuhan

siswa, jumlah siswa yang dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar sekolah,

jenis bidang bimbingan dan jenis layanan, volume kegiatan BK, dan frekuensi layanan

terhadap siswa. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan

program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :

(a) Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya. (b) Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan. Kelengkapan program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan pendidikan yang bersangkutan. (c) Sistematik, dalam arti program disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis. (d) Terbuka dan luwes, artinya mudah menerima masukan untuk pengembangan dan penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh. (e) Memungkinkan kerja sama dengan fihak yang terkait dalam rangka sebesar-besarnya memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanan BK. (f). Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan keefisienan penyelenggaraan program BK pada umumnya.

Sedangkan menurut Kaufan, F. W. Miller dalam Natawidjaja menyebutkan

bahwa suatu program dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan.

b. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.

c. Program itu dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga kependidikan di sekolah dalam merencanakannya.

d. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistik dalam pelaksanaannya.e. Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua

anggota staf pelaksananya.f. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.g. Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang

bersangkutan.h. Memberikan kemungkinan pelayanan semua siswa. i. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan

sekolah dengan masyarakat.j. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu

sendiri maupun kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas pelaksanaanya.

23

k. Program itu hendaknya menjamin keseimbangan dan kesinambungan seluruh pelayanan bimbingan.

5. Tahap-tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling

Suatu program hendaknya disusun dengan baik. Untuk menyusun suatu

program bimbingan dan konseling memerlukan langkah-langkah yang bersifat

menyeluruh dan terintegral. Yoseph W. Holis (1965:23-24) dalam Ati Aryati

(2003:30) menjelaskan bahwa langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan

konseling yang baik agar efektif, ada beberapa bentuk yang harus dilakukan, yaitu:

(a) Mengidentifikasi kebutuhan, (b) Studi mengenal layanan bimbingan yang telah ada dan mengembangkan pedoman kegiatan untuk layanan yang baru atau layanan yang diperbaharui lagi, (c) Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan menyebarkan data, (d) Memodifikasi program, (e) Seleksi tipe organisasi bimbingan dan konseling dan menetapkan peranan tenaga pelaksana, (f) Menyeleksi koordinator dan pimpinan masing-masing bagian program layanan bimbingan dan konseling, (g) Menetapkan fasilitas yang memadai, (h) Pemeliharaan catatan dan laporan yang memadai dalam seluruh kegiatan layanan bimbingan dari setiap individu, (h) Pendidikan in-service bagi rekan sekerja (sejawat), (i) Memanfaatkan sumber daya masyarakat dan referal, dan (j) Menyusun alokasi dan biaya kegiatan bimbingan.

Sedangkan apabila dilihat dari proses pelaksanaan, dalam penyusunan program

dapat dikembangkan dengan tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut : pesiapan,

pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.

24

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan akhir penelitian ini adalah tersusunnya program bimbingan konseling

yang didasarkan pada kebutuhan kecakapan hidup siswa di SMA Negeri 1 Bogor.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan studi pengembangan dengan menggunakan

inventori kebutuhan kecakapan hidup siswa, wawancara dengan Guru Pembimbing

dan observasi lapangan.

A. Temuan Empiris

Temuan empiris pada tahap persiapan ditemukan bahwa : pertama, kondisi

obyektif lapangan menunjukkan bahwa dalam penyusunan program bimbingan dan

konseling belum didasarkan pada kebutuhan nyata siswa, tetapi baru didasarkan pada

pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan selama ini. Kedua, dari hasil kajian

teoritis, kajian penelitian terdahulu, dan kajian ketentuan formal yang berlaku, serta

kondisi obyektif di lapangan memungkinkan untuk dikembangannya program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup.

B. Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling

Tujuan akhir penelitian ini adalah tersusunnya program bimbingan konseling

yang didasarkan pada kebutuhan kecakapan hidup siswa di SMA Negeri 1 Bogor.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan studi pengembangan dengan menggunakan

inventori kebutuhan kecakapan hidup siswa, wawancara dengan Guru Pembimbing

dan observasi lapangan. Alat dan teknik yang digunakan dalam studi pengembangan

dimaksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok yang meliputi; kecakapan

hidup apa yang dibutuhkan, materi bimbingan dan konseling apa yang dikembangkan

untuk membekali kecakapan hidup yang dibutuhkan, kegiatan layanan bimbingan dan

konseling apa yang diberikan Guru Pembimbing untuk membekali kecakapan hidup

yang dibutuhkan, serta bentuk penilaian apa yang digunakan Guru Pembimbing untuk

25

mengetahui keberhasilan layanan yang diberikan untuk membekali kebutuhan

kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor.

1. Profil Kebutuhan Kecakapan Hidup Siswa

Profil kebutuhan kecakapan hidup siswa diperoleh dari olahan data yang

dihasilkan dari inventori kebutuhan kecakapan hidup siswa. Profil kebutuhan tersebut

mencerminkan kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor dalam masing-

masing tingkat kelas, yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III. Contoh profil kebutuhan

kecakapan hidup Kelas I adalah sebagai berikut :

Dari jawaban inventori kebutuhan kecakapan hidup siswa kelas I yang menjadi

subyek penelitian, setelah dianalisis dengan menggunakan perhitungan presentil dapat

diketahui nilai kecenderungan individu yang diterjemahkan dalam norma kelompok.

Didasarkan pada hasil penghitungan presentil tersebut, maka nilai kecenderungan

angka tertinggi dari 60 siswa kelas I tersebut dapat digambarkan grafik sebagai berikut

KBT

KPJ

KHT

PIT

KPK

KKM

KKB

KKS

KSE

KBT : Kematangan beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME

KHT : Kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya serta peranannya sebagai pria atau wanita

KPJ : Kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat

PIT : Pegembangan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas

KPK : Kematangan dalam pilihan karirKKM : Kematangan gambaran dan sikap tentang

kehidupan mandiriKKB : Kematangan tentang kehidupan

berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

KKS : Pengembangan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta partisipasi seni

KSE : Kematangan dalam sistem etika dan nilai

Keterangan :

26

Hasil perhitungan presentil yang diperoleh dari 60 siswa kelas II yang menjadi

subyek penelitian dari nilai kecenderungan angka tertinggi dapat digambarkan dengan

grafik sebagai berikut :

Hasil perhitungan presentil yang diperoleh dari 60 siswa kelas III yang menjadi

subyek penelitian dari nilai kecenderungan angka tertinggi dapat digambarkan dengan

grafik sebagai berikut :

KBT

KHT

KPJ

PIT

KPK

KKM

KKB

KKS

KSE

KBT

KHT

KPJ

PIT

KPK

KKM

KKB

KKS

KSE

27

Dari analisis perhitungan presentil inventori kebutuhan kecakapan hidup siswa

diperoleh hasil bahwa profil kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor untuk

masing-masing tingkat kelas berbeda. Untuk kelas 1 kecakapan hidup yang paling

dibutuhkan adalah kecakapan hidup yang berkaitan dengan kematangan dalam beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa (KBT) dan kecakapan hidup yang

berkaitan dengan kematangan dalam pilihan karir (KPK). Untuk kelas II kecakapan

hidup yang paling dibutuhkan adalah kecakapan hidup yang berkaitan dengan

kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat (KPJ), dan untuk kelas III kecakapan

hidup yang paling dibutuhkan adalah kecakapan hidup yang berkaitan dengan

kematangan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa (KBT).

Sedangkan dari analisis prosenase jawaban setiap item diperoleh hasil bahwa

kecakapan hidup yang lebih banyak dibutuhkan untuk masing-masing tingkat kelas

(kelas I, II, dan III) adalah kecakapan personal.

2. Pengembangan Materi Bimbingan dan Konseling

Setelah kebutuhan kecakapan hidup siswa diketahui, maka langkah selanjutnya

adalah menentukan materi bimbingan dan konseling yang akan diberikan. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Guru Pembimbing tentang materi apa yang akan diberikan

guna membekali kecakapan yang dibutuhkan siswa SMA Negeri 1 Bogor, diperoleh

hasil bahwa materi bimbingan dan konseling yang harus diberikan kepada siswa guna

mencukupi kebutuhan kecakapan hidup siswa SMA Negeri 1 Bogor dari masing-

masing tingkat kelas. Materi tersebut dijabarkan untuk masing-masing kecakapan

hidup.

Dalam pengembangan materi bimbingan dan konseling, Guru Pembimbing

masih merasa kesukaran dalam merumuskan materi bimbingan dan konseling yang

akan diberikan guna membekali kebutuhan kecakapan hidup siswa. Hal ini disebabkan

belum adanya materi khusus yang mendukung semua materi bimbingan dan konseling.

Guru Pembimbing mau tidak mau harus mencari materi-materi tersebut dan

menyusunnya menjadi sebuah bahan yang bisa layak diberikan pada siswa.

28

3. Pengembangan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Setelah materi yang akan diberikan diketahui, maka langkah selanjutnya adalah

menentukan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan. Di SMA

Negeri 1 Bogor kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang biasa diberikan

kepada siswa, meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan

penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan

kelompok dan layanan konseling kelompok (Depdiknas, 2003), disamping itu untuk

mendukung kegiatan layanan tersebut diperlukan kegiatan pendukung yang meliputi :

aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih

tangan kasus.

Layanan yang diberikan untuk mendukung program bimbingan dan konseling

yang berorientasi kecakapan hidup mencakup layanan orientasi, layanan informasi,

layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling

perorangan, dan layanan bimbingan dan konseling kelompok. Materi bimbingan dan

konseling yang diberikan melalui layanan orientasi, layanan informasi, layanan

penempatan dan penyaluran serta layanan pembelajaran diperoleh dari analisis jenis

kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa. Untuk pengelompokan siswa dalam kegiatan

layanan bimbingan dan konseling kelompok didasarkan pada perhitungan nilai

presentil tertinggi dari setiap siswa, sedangkan layanan konseling perorangan

diperuntukan untuk semua siswa sesuai karakteristik masalahnya, terutama bagi siswa

yang paling membutuhkan kecakapan-kecakapan hidup tertentu.

Kegiatan layanan bimbingan dan konseling tersebut akan berhasil dengan baik

apabila didukung lima kegiatan pendukung, yaitu kegiatan aplikasi instrumentasi,

himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Kegiatan

pendukung tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dengan kegiatan layanan.

Kesemuannya saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun tidak

langsung.

4. Penilaian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Sebagai upaya pendidikan, khususnya dalam rangka pembekalan kecakapan

hidup siswa, hasil-hasil layanan bimbingan dan konseling harus dinilai. Dengan

29

penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak

positif terhadap siswa yang mendapatkan layanan. Berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan kecakapan hidup siswa, sasaran penilaian bimbingan dan konseling

berorientasi pada perolehan siswa dalam pengentasan masalah dan perkembangan

aspek kebutuhan kecakapan hidup siswa. Penilaian bimbingan dan konseling tersebut

dapat dilakukan melalui : (1) format individual, kelompok, dan/atau klasikal, (2) media

lisan dan/atau tulisan, dan penggunaan panduan dan/atau instrumen baku atau yang

disusun sendiri oleh Guru Pembimbing.

Sedangkan dilihat dari tahapan penilaian, penilaian dapat dipisahkan menjadi

tiga tahap, yaitu penilaian segera (laiseg), penilaian jangka pendek (laijapen), dan

penilaian jangka panjang (laijapan). Penilaian segera (laiseg) adalah penilaian tahap

awal yang dilakukan segera setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang

dimaksud. Penilaian segera ini lebih ditujukan kepada penilaian dalam proses yang

dapat dilakukan dengan :

a. Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan.

b. Mengungkapkan pemahaman siswa atas materi yang disajikan atau pemahaman

atas masalah yang dialaminya.

c. Mengungkapkan kegunaan layanan dan mengamati perkembangan siswa.

d. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan.

Penilaian jangka pendek (laijapen) adalah penilaian lanjutan yang dilakukan

setelah satu atau lebih jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling

lama satu bulan. Penilaian ini dapat dilakukan dengan mengobservasi (mengamati)

ataupun mewawancarai (menanyakan) dari beberapa sumber yang tahu tentang

keadaan dan kondisi siswa yang diberi layanan.

Penilaian jangka panjang (laijapan) adalah penilaian yang lebih menyeluruh

setelah layanan dilaksanakan dengan selang satu unit waktu tertentu, seperti satu

semester. Penilaian ini biasa digunakan untuk mengukur keterlaksanaan suatu program

bimbingan dan konseling secara menyeluruh baik dalam rentang satu semester,

maupun selama satu tahun.

Dalam penilaian Guru Pembimbing masih mengalami kesukaran dalam

mengembangkan bentuk penilaian bimbingan dan konseling. Selama ini penilaian

keberhasilan suatu layanan belum banyak dilakukan, format-format baku

30

penyelenggaraan penilaianpun banyak yang tidak memiliki. Untuk itu perlu

dikembangkan bentuk penilaian tersendiri untuk mengukur keberhasilan layanan

bimbingan dan konseling yang diberikan untuk membekali kecakapan hidup siswa.

Dalam penelitian ini bentuk penilaian mencakup penilaian segera, penilaian jangka

pendek, dan penilaian jangka panjang. Format penilaian yang dikembangkan dalam

penelitian ini bukanlah menjadi format baku, tetapi hanya sebagai contoh saja, Guru

Pembimbing dapat mengembangkan bentuk penilaian tersendiri sesuai dengan kondisi

sekolah masing-masing.

C. Uji Kelayakan

Berdasarkan proses uji kelayakan disimpulkan bahwa : pertama, walaupun ada

sisi lemahnya, Guru Pembimbing menyambut baik hasil penelitian ini, dengan alasan

bahwa pengembangan program ini merupakan pembaharuan dalam proses penyusunan

program bimbingan dan konseling yang lebih sistematis, aplikatif dan didasarkan pada

kebutuhan nyata siswa. Kedua, komponen-komponen jenis kecakapan hidup yang

teridentifikasi dalam setiap aspek tugas perkembangan sudah memadai dan layak

sebagai dasar pengembangan program, namun tidak harus dipaksakan mengacu pada

empat jenis kecakapan hidup yang dikeluarkan Depdiknas. Jenis kecakapan hidup

dapat dipilah berdasarkan empat bidang bimbingan yang dikembangkan di sekolah.

Ketiga, program kerja ini idealnya disusun ketika awal tahun pelajaran dan

berkesinambungan dari kelas I sampai III.

31

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan, yaitu terumusnya

suatu program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup di SMA

Negeri 1 Bogor. Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dari proses dan hasil

penelitian ini, namun secara riil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

pengalaman bagi Guru Pembimbing tentang bagaimana menyusun program bimbingan

dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup di sekolah. Proses penyusunan

program yang sistematis, aplikatif, dan didasarkan kebutuhan nyata siswa membuat

Guru Pembimbing lebih mudah untuk menjadikan hasil penelitian ini menjadi acuan

dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah.

Berdasarkan temuan empiris pada tahap persiapan ditemukan bahwa : pertama,

kondisi obyektif lapangan menunjukkan bahwa dalam penyusunan program bimbingan

dan konseling belum didasarkan pada kebutuhan nyata siswa, tetapi baru didasarkan

pada pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan selama ini. Kedua, dari hasil

kajian teoritis, kajian penelitian terdahulu, dan kajian ketentuan formal yang berlaku,

serta kondisi obyektif di lapangan memungkinkan untuk dikembangannya program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup.

Pada tahap pengembangan program bimbingan dan konseling yang berorientasi

kecakapan hidup dapat disimpulkan bahwa pada tataran teoritis tentang konsep

pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup di Indonesia masih dalam perdebatan,

namun demikian Depdiknas sudah mengeluarkan beberapa buku yang dapat dijadikan

pedoman dalam pelaksanaan pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup. Atas

dasar pedoman pelaksanaan tersebut penelitian ini mengklasifikasikan empat jenis

kecakapan hidup yang dikembangkan berdasarkan pada sembilan aspek tugas

perkembangan yang harus dipenuhi siswa usia SMA.

Berdasarkan proses uji kelayakan disimpulkan bahwa : pertama, walaupun ada

sisi lemahnya, Guru Pembimbing menyambut baik hasil penelitian ini, dengan alasan

bahwa pengembangan program ini merupakan pembaharuan dalam proses penyusunan

32

program bimbingan dan konseling yang lebih sistematis, aplikatif dan didasarkan pada

kebutuhan nyata siswa. Kedua, komponen-komponen jenis kecakapan hidup yang

teridentifikasi dalam setiap aspek tugas perkembangan sudah memadai dan layak

sebagai dasar pengembangan program, namun tidak harus dipaksakan mengacu pada

empat jenis kecakapan hidup yang dikeluarkan Depdiknas. Jenis kecakapan hidup

dapat dipilah berdasarkan empat bidang bimbingan yang dikembangkan di sekolah.

Ketiga, program kerja ini idealnya disusun ketika awal tahun pelajaran dan

berkesinambungan dari kelas I sampai III.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana dipaparkan di atas, dapatlah

dikemukakan beberapa rekomendasi yang ditujukan pihak-pihak yang terkait dengan

hasil penelitian.

1. Kepala Sekolah

Didasarkan kondisi obyektif lapangan yang menunjukkan bahwa penyusunan

program bimbingan dan konseling belum didasarkan pada kebutuhan nyata siswa dan

Guru Pembimbing masih merasa kesukaran dalam mengembangkan materi dan bentuk

penilaian bimbingan dan konseling. Untuk itu Kepala Sekolah sebagai penanggung

jawab penuh kegiatan di sekolah, hendaknya dapat mengkoordinasikan dan

menfasilitasi dalam upaya pengembangan mutu pelayanan dan pengembangan kualitas

Guru Pembimbing melalui kegiatan intern dengan mengundang para pakar bimbingan

dan konseling, memberdayakan kegiatan MGP (Musyawarah Guru Pembimbing),

maupun mengikutkan Guru Pembimbing dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Penelitian ini baru pada tataran perencanaan (penyusunan program), belum

pada tataran pelaksanaan. Untuk itu akan lebih baik kalau program bimbingan dan

konseling yang telah dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan/pedoman

dalam pelaksanakan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Bogor.

33

2. Guru Pembimbing

Guru Pembimbing sebagai orang yang bertanggung jawab atas

terselenggaranya program bimbingan dan konseling di sekolah perlu mendasarkan

penyusunan program bimbingan dan konseling berdasarkan kebutuhan nyata siswa,

termasuk dalam membekali kecakapan hidupnya. Pengembangan program bimbingan

dan konseling dalam penelitian ini didasarkan pada kebutuhan nyata kecakapan hidup

siswa, sehingga program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup

di SMA Negeri 1 Bogor yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dijadikan alternatif

program yang dapat dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bogor.

Guru Pembimbing perlu meningkatkan pemahaman diri tentang

pengembangan materi dan bentuk penilaian bimbingan dan konseling di sekolah.

Pemahaman diri tentang materi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan intern

dengan mengundang pakar bimbingan dan konseling, memberdayakan kegiatan MGP,

maupun dengan mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.

3. Guru Mata Pelajaran

Sebagai upaya untuk membekali kecakapan hidup siswa, Guru Pembimbing

dan Guru Mata Pelajaran harus dapat bekerja sama dalam merencanakan dan

melaksanakan program sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh untuk membantu

membekali kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa. Kerjasama itu diwujudkan dalam

bentuk konsultasi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, koordinasi

dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, dan saling memberikan informasi

dalam upaya membantu siswa.

4. Lembaga Penghasil Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Lembaga Pelatihan

Guru Pembimbing (PPPG atau LPMP)

Dengan melihat begitu bervariasinya bentuk dan upaya penyusunan program

bimbingan dan konseling di sekolah yang belum didasarkan pada kebutuhan siswa,

maka LPTK sebagai lembaga pencetak calon petugas bimbingan dan konseling perlu

34

membekali pengetahuan dan keterampilan dalam penyusun program bimbingan dan

konseling yang berdasar kebutuhan nyata siswa. Lembaga-lembaga Diklat yang

mengelola pembinaan tenaga bimbingan dan konseling di tingkat pusat (PPPG) atau

tingkat propinsi (LPMP) perlu juga memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis

tentang bagaimana menyusun program bimbingan dan konseling yang didasarkan pada

kebutuhan nyata siswa. Berkaitan dengan masih belum disepakatinya konsep dasar

pendidikan kecakapan hidup di Indonesia, maka LPTK, PPPG ataupun LPMP dapat

mengembangkan program bimbingan dan konseling yang dilandasi dengan konsep

dasar teori yang berbeda, namun apabila tidak, pengembangan program bimbingan dan

konseling yang berorientasi kecakapan hidup hasil penelitian ini dapat dijadikan salah

satu alternatif materi yang dapat diberikan.

5. Penelitian Selanjutnya

Dari keterbatasan tahapan penelitian yang baru sampai tahapan penyusunan

program belum pada tahapan uji coba lapangan, maka hasil penelitian ini dapat

ditindak lanjuti dengan uji coba lapangan. Keterbatasan identifikasi kebutuhan

kecakapan hidup dalam instrumen penelitian juga memberi peluang untuk

mengembangkan instrumen lain sebagai upaya mengungkap kecakapan hidup yang

belum tersentuh melalui penelitian ini. Untuk itu secara lebih luas dan mendalam dapat

diungkap melalui penelitian selanjutnya.

Penelitian ini hanya dilakukan di SMA Negeri 1 Bogor. Untuk mendapatkan

gambaran yang luas dengan obyek penelitian yang berbeda, dapat dilakukan penelitian

dengan jangkauan yang lebih luas, misal di SMA lain se wilayah Kota Bogor ataupun

sekolah dimanapun berada.

Akan sangat menarik juga untuk diteliti lebih lanjut, yaitu sosok Guru

Pembimbing dengan perbedaan kualifikasi baik dari segi latar belakang pendidikan

ataupun kompetensi yang dimiliki dengan keberhasilan dalam memberikan layanan

bimbingan dan konseling, sehingga dapat ditemukan profil seorang Guru Pembimbing

yang ideal untuk melaksanakan sebuah program bimbingan dan konseling yang

berorientasi kecakapan hidup sesuai dengan kondisi lapangan.

35

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Blocher, Donald H. (1974), Developmentasl Counseling, New York : John Willy & Sons.

Dahlan, M. D (1988), Posisi Bimbingan dan Penyuluhan Pendidikan dalam Kerangka Ilmu Pendidikan (Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar) IKIP Bandung.

Depdikbud (1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bahan Diklat), Jakarta : PPPG Keguruan Jakarta.

______ (1995), Wawasan Bimbingan dan Konseling (Bahan Diklat), Jakarta : PPPG Keguruan

Depdiknas (2001) Laporan pada Rakor Bidang Kesejahteraan Rakyat, Tanggal 12 September 2001

______ (2002) Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendidikan Berbasis Luas (Broar-Based Education-BBE), Jakarta : Tim Broad-Based Education.

______ (2002) Konsep Dasar dan Pola Pelaksanaan (Layanan Pendidikan Berbasis Luas dengan Pembekalan Kecakapan Hidup di SMU, Jakarta : Derektorat Pendidikan Menangah Umum.

Fajar, Malik (2002), Paparan Seputar Langkah-langkah Menuju Tercapainya Sasaran Pembangunan Pendidikan (disampaikan dalam Sidang Kabinet), Jakarta : Depdiknas.

Glanz, Edward (1964), Fondation and Principles of Guidance, Boston : Allyn and Bacon.

Guilford (1979), Psychometric Methods, New Delhi : Tata McGraw-Hill

Harlock, Elizabeth B. (1981), Developmental Psychology, New Delhi : McGraw-Hill Company Limited

Haryati, Ati (2003), Program bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung : Thesis, Pascasarjana UPI.

Havighurst, Robert J. (1960), Human Development and Education, New York : Longmans Gran and Co.

36

Kartadinata, Soenaryo (2002), Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Tugas Perkembangan Siswa dalam Upaya Meningkatkan Mutu Layanan dan Manajemen BK di Sekolah, Bandung : FIP-UPI.

Kartadinata, dkk (Tim Peneliti Riset Unggulan Terpadu-UPI) (2002), Panduan Uji Coba Lapangan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Tugas Perkembangan di SLTA, Bandung : UPI.

Komaruddin (2000), Kamus Istilah Karya Ilmiah, Jakarta : Bumi Aksara

Kompas, Program Life Skills Harus Berupa Pemberian Kemampuan untuk Belajar. Kompas (Selasa, 5 Januari 2002).

______, Pendidikan “Life Skills” Tak Perlu Kurikulum Baru. Kompas (Selasa, 25 Juni 2002).

Laster D. Crow and Alice Crow (1958), Educational Psychology, New York : American Book Company.

Mappiare, Andi (1982), Psikologi Remaja, Surabaya : Usaha Nasional

______ (1996), Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Rajawali

Moleong, Lexy J. (1998), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Jakarta : PT Remaja Rosda Karya

Munro, E.A, Mathel, R.J & Small, J.J. (1979), Counseling : A Skill Approarch, Wellington : Metheun Publication Ltd.

Natawidjaja, R (1983), Bimbingan Penyuluhan di Perguruan Tinggi, Jakrta, PT Gunung Agung.

______ (1984), Tingkat Penerapan dalam PBM Dihubungkan dengan Kepedulian Guru dan Sikap Terhadap Bimbingan, Disertasi : PPS IKIP Bandung

______ (1988), Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, Bandung : CV Abardin.

Nayarana Rao (1981), Counseling Psychologi, Tata Mc Grow Hill : Publishing Compani Limited

Notoatmodjo, Soekidjo (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Eka Prasetya

Prayitno, dkk (1998), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta : PT. Ikrar MandiriAbadi.

_____, (1994), Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Buku III, SMU), Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SMU.

37

Pengurus Besar IPBI (2001), Pedoman Umum Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta : IPBI

Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990

Purwanto, Ngalim (1997), Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : Rosda Karya

Ridwan (1998), Penanganan Efektif BK di Sekolah, Yagyakarta : Pustaka Pelajar.

Riyanto, Yatim (2001), Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC

Robert M. W. Travers, (1977), Essentials of Learning, New York : Macmillan.

Senge, Pater. Et all. (1997). Science Study. Jakarta : The Japan Grant Foundation.

Shertzer, B & Stone, S.C. (1980) Fundamentals of Counseling, Philadelphia : Houghton Mifflin Company.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (1995), Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES

Slamet PH, (2002), Pendidikan Kecakapan Hidup : Konsep Dasar, Jakarta : Editorial Journal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 37.

Suryabrata, Sumadi (1982), Perkembangan Individu, Jakarta : Rajawali.

______ (1997), Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Surya, Muhammad (1986), Pengantar BP (Buku Materi Pokok) Jakarta : Karunia UT.

Team, (2001) Training for Indonesian Education Team in Contextual Teaching and Learning. Seatle, Washington : Universitas of Washington.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 1993, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibowo, M.E. (2002), Kualitas Guru Pembimbing dan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Makalah), Semarang : Seminar nasional BK dalam Rangka Dies Natalis UNNES ke 37.

______(2001), Model Konseling Kelompok di Sekolah Menengah Umum, Bandung : Desertasi Pascasarjana UPI.

Wirawan, Sarlito (1988), Psikologi Remaja, Jakarta : Rajawali Pers.

38

Lampiran :

MODEL AKHIR

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING YANG BERORIENTASI

KECAKAPAN HIDUP DI SMA NEGERI 1 BOGOR

Rumusan akhir program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan

hidup yang dirumuskan berdasarkan deskripsi hasil uji kelayakan melalui kegiatan

seminar dan lokakarya dengan para Guru Pembimbing SMA Negeri 1 Bogor, Guru

Pembimbing SMA se Wilayah Kota Bogor melalui kegiatan MGP, dan para

pengembang bimbingan dan konseling di PPPG Keguruan Jakarta. Berdasarkan hasil

dan masukan dari seminar tersebut, maka disusun rumusan program bimbingan dan

konseling yang berorientasi kecakapan hidup di SMA Negeri 1 Bogor, sebagai berikut:

A. Rasional

Era globalisasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya, dan ekonomi yang

begitu cepat, mengakibatkan meningkatnya konflik dan kecemasan dalam kehidupan

sehari-hari. Perubahan-perubahan tersebut juga menggoncang sekolah sebagai tempat

berlangsungnya pendidikan. Pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk

mengembangkan anak didik dalam upaya menghasilkan sumber daya yang berkualitas.

Upaya pendidikan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Peraturan Pemerintah

Nomor 29 Tahun 1990). Dalam konteks pendidikan, bimbingan dan konseling di

Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu aspek yang esensial dalam membantu

siswa agar berkembang secara optimal. Dalam membantu perkembangan tersebut,

layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

peserta didik dalam mencapai tugas perkembangnya. Upaya pemenuhan kebutuhan

tersebut sangat memungkinkan untuk peningkatan kualitas pelayanan bimbingan dan

konseling. Salah satu solusi dari peningkatan kualitas layanan bimbingan dan

konseling yang dapat menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan siswa

tersebut, melalui pengembangan program bimbingan dan konseling.

39

Sisi lain pendidikan harus pula dikembalikan pada prinsip dasarnya, yaitu

sebagai upaya memanusiakan manusia (humanisasi). Pendidikan harus dapat

mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema

kehidupan, pendidikan diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara

diri sendiri, sambil meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,

masyarakat dan lingkungan. Untuk itu semua pendidikan harus membekali peserta

didik dengan berbagai kecakapan hidup.

Berdasar pada uraian di atas, maka sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan

bimbingan dan konseling melalui pembekalan berbagai kecakapan hidup yang

dibutuhkan siswa Sekolah Menengah Atas, dapat dilakukan melalui pengembangan

program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup.

Dalam tahap persiapan pengembangan program bimbingan dan konseling yang

berorientasi kecakapan hidup, kondisi obyektif lapangan menggambarkan bahwa

program bimbingan dan konseling disusun belum dilandaskan pada kebutuhan nyata

peserta didik. Program bimbingan dan konseling yang disusun baru didasarkan pada

pengalaman-pengalaman yang selama ini dilakukan, program bimbingan dan konseling

belum mengarah pada pembekalan kecakapan hidup siswa secara spesifik, sehingga

diperlukan pengembangan program bimbingan dan konseling yang berorientasi

kecakapan hidup..

Pengembangan program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan

hidup di SMA Negeri 1 Bogor ini didasarkan pada ; (1) temuan kondisi obyektif

dilapangan, kajian teoritis, kajian hasil penelitian dan kajian ketentuan formal, (2)

Pengembangan program bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup,

(3) Uji kelayakan, dan (4) Perbaikan program bimbingan dan konseling yang

berorientasi kecakapan hidup. Melalui program bimbingan dan konseling ini,

diharapkaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dapat membekali siswa dengan

berbagai kecakapan hidup yang dibutuhkan.

B. Visi dan Misi Program Bimbingan dan Konseling

1. Visi Program Bimbingan dan Konseling

40

Visi yang diemban dalam pengembangan program bimbingan dan

konseling yang berorientasi kecakapan hidup adalah mengembangkan potensi dan

kemampuan yang dimiliki siswa secara optimal dalam rangka

menumbuhkembangkan kepribadian siswa melalui pembekalan kecakapan hidup

yang dibutuhkan siswa.

2. Misi Program Bimbingan dan Konseling

Misi yang diemban dalam pengembangan program bimbingan dan

konseling yang berorientasi kecakapan hidup adalah menfasilitasi perkembangan

siswa agar memiliki kecakapan dalam : (1) menjalankan perintah dan

meninggalkan larangan-Nya, (2) memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri,

(3) mampu menyesuaikan diri di sekolah dan lingkungannya, (4) belajar yang

efektif dan efisien, (5) merencanakan pendidikan lanjutan atau pekerjaan sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuannya. Bimbingan dan konseling juga selalu

terbuka untuk berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan tuntutan lingkungan, sehingga mampu memberikan yang terbaik

bagi dunia pendidikan.

C. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Sejalan dengan visi dan misi yang dikemukakan di atas, maka secara layanan

bimbingan dan konseling bertujuan membantu individu dengan membekali berbagai

kecakapan hidup yang dibutuhkan agar mencapai ; (1) kebahagianan hidup pribadi, (2)

kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (3) hidup bersama dengan

individu-individu lain, (4) harmoni antara cita-cita individu dengan kemampuan yang

dimilikinya. Bimbingan dan konseling dikatakan berhasil, apabila individu yang

mendapatkan layanan dapat berhasil mencapai keempat tujuan itu secara menyeluruh.

D. Jenis Kecakapan Hidup

Dengan mengacu pada ketentuan formal (Depdiknas, 2002), memilah

kecakapan hidup menjadi empat jenis, yaitu :

41

1. Kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri (self

awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill). Kecakapan mengenal

diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makluk Tuhan Yang

Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan

mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya

sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi

diri sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup antara lain

kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching),

kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing

and decision making skills), serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif

(creative problem solving skill).

2. Kecakapan sosial (social skill), atau kecakapan antar-personal (inter-personal skill)

mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill)

dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Empati, sikap penuh pengertian

dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud

komunikasi di sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya

pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis.

3. Kecakapan akademik (academic skill), atau seringkali disebut kemampuan berfikir

ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional

yang mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan.

4. Kecakapan vokasional (vocational skill)  seringkali disebut dengan kecakapan

kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang

terdapat di masyarakat.

E. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Kegiatan layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan melalui

berbagai jenis layanan dan lima kegiatan pendukung. Kegiatan layanan tersebut

meliputi :

1. Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinkan siswa memahami

lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari,

42

untuk mempermudah dan memperlancar berperannya siswa di lingkungan yang

baru.

2. Layanan informasi merupakan layanan yang memungkinkan siswa menerima dan

memahami berbagai informasi.

3. Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinkan

siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi

yang dimilikinya.

4. Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinkan siswa

mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi

pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai

aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5. Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinkan siswa

mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk

mengentaskan permasalahan yang dideritanya dan perkembangan dirinya.

6. Layanan bimbingan dan konseling kelompok merupakan layanan yang

memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok

memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk

menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk

pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Dan

juga memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan

pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.

Kegiatan layanan di atas akan dimudahkan dan ditingkatkan kelancaran dan

keberhasilannya oleh kegiatan pendukung. Kegiatan ini pada umumnya dapat

dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan siswa. Kegiatan pendukung tersebut

adalah :

1. Aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan

keterangan tentang siswa, keterangan tentang lingkungan siswa dan lingkungan

lainnya. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes

maupun non tes.

2. Himpunan data merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan

keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa. Himpunan data

diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan

43

sifatnya tertutup. Dalam himpunan data asas kerahasian harus betul-betul

diperhatikan.

3. Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan siswa dalam

suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan

keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa.

Pertemuan konferensi kasus diselenggarakan apabila masalah siswa perlu

melibatkan fihak-fihak yang lain.

4. Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan,

kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa melalui

kunjungan ke rumahnya. Kunjungan rumah ini diperlukan apabila guru

pembimbing memerlukan data tambahan yang terkait atau berhubungan dengan

informasi yang ada di rumah siswa.

5. Alih tangan kasus merupakan kegiatan pendukung untuk mendapatkan penanganan

yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan memindahkan

penanganan kasus ke pihak yang lain. Alih tangan kasus ini dilaksanakan apabila

Guru Pembimbing tidak mampu/tidak berhak menangani masalah siswa.

Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling tersebut

kesemuannya saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun tidak

langsung.

F. Penilaian

Untuk mengetahui keberhasilan ataupun efektifitas suatu usaha perlu dilakukan

penilaian. Penilaian ini dilakukan untuk memperkirakan sejauh mana usaha yang telah

dilakukan mencapai tujuan ataupun menimbulkan dampak tertentu terhadap

obyek/subyek yang menjadi fokus usaha yang dilakukan. Berkaitan dengan program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup penilaian dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yang

telah diberikan.

Penilaian dapat dilakukan segera setelah suatu layanan diberikan, dapat pula

dalam jangka pendek, atau jangka panjang. Penilaian segera merupakan penilaian

tahap awal yang dilakukan segera setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang

dimaksud. Penilaian jangka pendek merupakan penilaian lanjutan yang dilakukan

44

setelah satu atau lebih jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling

lama satu bulan. Penilaian ini dapat dilakukan dengan mengobservasi (mengamati)

ataupun mewawancarai (menanyakan) dari beberapa sumber yang tahu tentang

keadaan dan kondisi siswa yang diberi layanan. Dan penilaian jangka panjang

merupakan penilaian yang lebih menyeluruh setelah dilaksanakannya layanan dengan

selang satu unit waktu tertentu, seperti satu semester. Penilaian ini biasa digunakan

untuk mengukur keterlaksanaan suatu program bimbingan dan konseling secara

menyeluruh baik dalam rentang satu semester, maupun selama satu tahun.

Penilaian bimbingan dan konseling tersebut dapat dilakukan melalui : (1)

format individual, kelompok, dan/atau klasikal, (2) media lisan dan/atau tulisan, dan

penggunaan panduan dan/atau instrumen baku atau yang disusun sendiri oleh guru

pembimbing.

G. Strategi Pelaksanaan

Dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling yang berorientasi

kecakapan hidup tahapan pokok yang perlu dilakukan adalah (1) identifikasi jenis

kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa. Untuk identifikasi ini diperlukan instrumen

yang dapat menggungkap kebutuhan kecakapan hidup siswa. Guru pembimbing dapat

menggunakan instrumen yang sudah ada atau mengembangkan instrumen sendiri. (2)

Menentukan materi bimbingan dan konseling. Penentuan materi ini didasarkan pada

jenis kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa, artinya materi itu diberikan semata-

mata dalam rangka membekali kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa. (3)

Menentukan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Setelah materi bimbingan dan

konseling ditentukan, maka guru pembimbing dapat menentukan jenis kegiatan

layanan dan pendukung bimbingan dan konseling yang diberikan untuk membekali

kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa. (4) Menentukan bentuk penilaian yang

digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling

yang diberikan. Dan (5) untuk kesempurnaan suatu program perlu juga ditentukan

kapan kegiatan layanan bimbingan dan konseling itu diberikan.

H. Sarana dan Prasarana

45

Pihak sekolah perlu menunjang perwujudan pengembangan program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup dengan menyediakan

berbagai prasarana dan sarana yang diperlukan, seperti ruangan yang memadai,

perlengkapan kerja sehari-hari, instrumen BK, dan sarana pendukung lainnya. Dengan

kelengkapan sarana dan prasarana ini pelaksanaan program bimbingan dan konseling

akan diperlancar dan keberhasilannya akan lebih dimungkinkan.

I. Kerja Sama

Hal lain yang tak kalah penting dalam pengembangan program bimbingan dan

konseling yang berorientasi kecakapan hidup adalah kerja sama antara semua fihak

yang terkait. Tanpa kerjasama antarpersonil itu, kegiatan bimbingan dan konseling

akan banyak mengalami hambatan. Keterlibatan personal lain dalam kegiatan

bimbingan dan konseling mulai dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

Guru Pembimbing harus bekerja sama dengan Guru Mata Pelajaran, Administrator,

dan Kepala Sekolah, bahkan juga diharapkan dapat bekerja sama dengan orang tua

siswa, anggota masyarakat, pengusaha, dan karyawan perusahaan yang semuanya

dapat berperan sebagai nara sumber dalam penyusunan program bimbingan dan

konseling. Guru Pembimbing sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling memberikan layanan-layanan dan

mengkoordinasikan program, bekerja sama, dan mendukung guru dan administrator

sekolah agar program bimbingan dan konseling tersebut berhasil. Adapun orang tua

siswa dan juga anggota masyarakat lainnya masuk dalam komite/dewan penasehat

masyarakat sekolah yang bertugas memberikan rekomendasi dan dukungan terhadap

Guru Pembimbing dan orang-orang yang terlibat dalam program bimbingan dan

konseling.

J. Program Bimbingan dan Konseling yang Berorientasi Kecakapan Hidup

Didasarkan pada visi dan misi, tujuan, dan prosedur pengembangan program

bimbingan dan konseling yang berorientasi kecakapan hidup di atas, maka dari hasil

penelitian ini terumuslah suatu program bimbingan dan konseling yang berorientasi

46

kecakapan hidup di SMA Negeri 1 Bogor. Bentuk dan isi program bimbingan dan

konseling tersebut dapat dijelaskan dalam matrik sebagai berikut :

47

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING YANG BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUPSMA NEGERI 1 BOGOR

Jenis Kecakapan

Kebutuhan Kecakapan Hidup

Siswa

Materi Bimbingan dan Konseling Sasaran Kegiatan

Layanan1)Kegiatan

Pendukung2)Penilaian3) Jadwal

Kegiatan4)Keterangan

Personal 1. Memperoleh keyakinan bahwa Tuhan sebagai Pencipta.

Tuhan adalah Pencipta

Kelas I, II dan III

INFOBIKP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

Oktober minggu 3

Bekerjasama dengan Guru Agama

2. Menjalankan ibadah agama sesuai dengan ajaran yang dianut.

Menjalankan Ibadah Agama secara Benar

Kelas I, II dan III

INFOBIKP

APINHPDTKJRM

Semua tahap penilaian

Oktober minggu 4

Bekerjasama dengan Guru Agama

3. Menerima kodrat sebagai pria atau wanita.

Takdir Allah Kelas I dan II

INFOBKIPKPORKOKP

APINHPDTATKS

LaijapenLaijapan

September minggu 2

4. Melindungi dan memelihara tubuh agar tetap sehat.

Pola Hidup Sehat Kelas I, II dan III

INFO Semua tahap penilaian

Septemberminggu 3

Bekerjasama dengan Guru Penjas

5. Memahami kelemahan dan kelebihan diri.

Potensi Diri, Kelemahan dan Kelebihannya

Kelas I, II dan III

Semua jenis layanan

APINHPDT

LaijapenLaijapan

Juli minggu 4

6. Memotivasi diri untuk berprestasi.

Peningkatan Motivasi Diri

Kelas I dan III

INFOPBLJBKIPKPORKOKP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

September minggu 4

7. Mengambil resiko dari keputusan yang dibuat.

Teknik Pengambilan Keputusan

Kelas I, II dan III

INFOBKIPKOKP

HPDT Laijapan Juli minggu 3

47

Jenis Kecakapan

Kebutuhan Kecakapan Hidup Siswa

Materi Bimbingan dan

KonselingSasaran Kegiatan

Layanan1)Kegiatan

Pendukung2)Penilaian3) Jadwal

Kegiatan4)Keterangan

8. Merawat diri secara baik.

Cara memelihara dan merawat Tubuh

Kelas III INFOBKIP

APINHPDT

Semua tahap penilaian

Desember minggu 1

9. Menyelesaikan konflik yang dihadapi tanpa rasa emosional.

Teknik Penyelesaian Konflik

Kelas I dan II

INFOBKIPKOKP

HPDT Laijapan Desember minggu 1

10. Mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

Alternatif Pemecahan Masalah

Kelas I dan III

INFOBKIPKPORKOKP

HPDT Semua tahap penilaian

Desember minggu 2

11. Memahami hak dan kwajiban sebagai warga negara..

Hak dan Kwajiban sebagai Warga Negara

Kelas I, II dan III

INFOBKIP

HPDT Laiseg Maret minggu 4

Bekerjasama dengan Guru PPKn

12. Membuat rencana kegiatan yang menantang kemampuan diri.

Cara Mengelola Diri

Kelas I, II dan III

INFOBIKPKPORKOKP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

September minggu 1

13. Memilih calon suami atau isteri yang baik.

Menatap Hidup Berkeluarga

Kelas I ORININFOBKIP

HPDT Laijapan Pebruari minggu 3

14. Bersikap jujur pada diri sendiri dan orang lain.

Kejujuran Awal Kemuliaan

Kelas II INFOBKIP

APINHPDT

Laijapan Desember minggu 2

Sosial 1. Bersikap toleran pada pemeluk agama lain yang melaksanakan ibadah.

Toleransi Umat Beragama

Kelas I, II dan III

INFOBKIP

HPDT LaijapenLaijapan

Nopember minggu 1

Bekerjasama dengan Guru Agama

48

Jenis Kecakapan

Kebutuhan Kecakapan Hidup Siswa

Materi Bimbingan dan Konseling Sasaran Kegiatan

Layanan1)Kegiatan

Pendukung2)Penilaian3) Jadwal

Kegiatan4)Keterangan

2. Menerima perbedaan pendapat dengan orang lain.

Keunikan Individu Kelas I, II dan III

INFOBKIPKPORKOKP

APINHPDT

Semua tahap penilaian

Agustus minggu 2

3. Berkomunikasi dan bertransaksi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

Ragam Komunikasi

Kelas III INFOBKIP

APINHPDT

Semua tahap penilaian

Agustus minggu 3

4. Berperan secara proporsional dalam kelompok.

Peran Pribadi dalam Suatu Kelompok

Kelas II dan III

INFOBKIPKOKP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

September minggu 4

5. Berperan secara aktif dalam masyarakat.

Pentingnya Kehidupan Sosial

Kelas III INFOBKIP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

Pebruari minggu 3

6. Bersosialisasi dengan lingkungan secara wajar

Penyesuaian Diri yang Sehat

Kelas II dan III

ORININFOBKIP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

Maret minggu 3

7. Menghindarkan diri dari perbuatan yang menimbulkan perselisihan.

Damai itu Indah Kelas II INFOBKIP

APINHPDT

LaijapenLaijapan

Pebruari minggu 3

8. Menjaga hubungan baik dengan teman lain

Hubungan Teman Sebaya

Kelas I Semua jenis layanan

HPDT Semua tahap penilaian

Maret minggu 3

9. Beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas.

Penyesuaian Diri yang Sehat

Kelas I. ORININFOBKIP

APINHPDT

Semua tahap penilaian

Januari minggu 3

49

Jenis Kecakapan

Kebutuhan Kecakapan Hidup

Siswa

Materi Bimbingan dan Konseling Sasaran Kegiatan

Layanan1)Kegiatan

Pendukung2)Penilaian3) Jadwal

Kegiatan4)Keterangan

10. Menciptakan kondisi kelompok yang menunjang pencapaian tujuan bersama.

Dinamika Kelompok Kelas I. INFOBKIP

HPDT Semua tahap penilaian

Nopember minggu 3

11. Memelihara keharmonisan hidup bersama.

Keharmonisan Hidup Bersama

Kelas I dan III.

INFOBKIP

HPDT Semua tahap penilaian

Nopember minggu 4

12. Menghormati orang lain tanpa melihat latar belakang sosial, ekonomi, agama maupun suku.

Tata krama, Sopan Santun, dan Nilai-nilai dalam Kehidupan

Kelas I dan II.

INFOBKIP

HPDT Semua tahap penilaian

Pebruari minggu 4

13. Bersikap toleran dan hormat terhadap guru, orang tua dan/atau orang lain yang lebih tua.

Hormat pada Guru dan Orang Tua

Kelas I, II dan III

INFOBKIP

HPDT Semua tahap penilaian

Maret minggu 1

14. Memahami pentingnya kehidupan berkeluarga.

Keharmonisan Hidup Berumah Tangga

Kelas II dan III

INFOBKIP

HPDT Laiseg Januari minggu 3

15. Memahami pentingnya kehidupan bermasyarakat.

Manusia adalah Makluk Sosial

Kelas I, II dan III

INFOBKIP

HPDT Laiseg Januari minggu 4

Bekerjasama dengan Guru Sosiologi

50

Jenis Kecakapan

Kebutuhan Kecakapan Hidup

Siswa

Materi Bimbingan dan Konseling Sasaran Kegiatan

Layanan1)Kegiatan

Pendukung2)Penilaian3) Jadwal

Kegiatan4)Keterangan

Akademik 1. Memanfaatkan potensi diri secara efektif dalam kegiatan belajar.

Pengembangan Potensi Diri melalui Pembentukan Sikap dan Kebiasaan Belajar

Kelas I dan II

Semua jenis layanan

APINHPDTKJRM

Semua tahap penilaian

Januari minggu 2

2. Membagi waktu dalam belajar.

Membagi Waktu dalam Belajar

Kelas I, II dan III

ORININFOPBLPKPORBKIPKOKP

APINHPDTKJRM

Semua tahap penilaian

Juli minggu 2

3. Menerima Pelajaran dalam KBM di Kelas

Cara Belajar Efektif Kelas II ORININFOPBLPKPORBKIPKOKP

APINHPDTKJRM

Semua tahap penilaian

Juli minggu 3

Vocational 1. Mempersiapkan karir yang cocok dengan dirinya

Arah Pengembangan Karir

Kelas I, II dan III

Semua jenis layanan

APINHPDTATKS

LaijapenLaijapan

Pebruari minggu 1

2. Memilih pekerjaan yang sesuai dengan potensi.

Cara Memilih Pekerjaan

Kelas I, II dan III

INFOBIKPKPORKOKP

APINHPDTATKS

Laijapan Pebruari minggu 2

51

Jenis Kecakapan

Kebutuhan Kecakapan Hidup

Siswa

Materi Bimbingan dan Konseling Sasaran Kegiatan

Layanan1)Kegiatan

Pendukung2)Penilaian3) Jadwal

Kegiatan4)Keterangan

3. Memahami kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki serta penyalurannya dalam kegiatan kreatif dan produktif.

Identifikasi Kemampuan, Bakat, Minat serta Pengembangannya

Kelas I, II dan III

INFOBIKP

APINHPDTATKS

Semua tahap penilaian

Agustus minggu 4

Bekerjasama dengan Psikolog

4. Mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan yang dicita-citakan.

Dunia Kerja dan Liki-likunya

Kelas I. INFOBIKP

APINHPDTATKS

Semua tahap penilaian

Maret minggu 2

5. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang mendukung pencapaian karir yang diinginkan

Kiat Sukses Kelas II dan III

INFOBIKPKPORKOKP

APINHPDT

Semua tahap penilaian

Maret minggu 2

Keterangan :

1). Jenis Layanan 2). Jenis Kegiatan Pendukung 3). Tahap Penilaian

ORIN : Layanan OrientasiINFO : Layanan InformasiPPNL : Layanan Penempatan dan PenyaluranPBLJ : Layanan PembelajaranKPOR : Layanan Konseling PeroranganBIKP : Layanan Bimbingan KelompokKOKP : Layanan Konseling Kelompok

APIN : Aplikasi InstrumentasiHPDT : Himpunan DataKFKS : Konferensi KasusKJRM : Kunjungan RumahATKS : Alih Tangan Kasus

Laiseg : Penilaian SegeraLaijapen : Penilaian Jangka PendekLaijapan : Penilaian Jangka Panjang

4). Bisa berubah menyesuaikan keadaan/perkembangan

52

PROFIL PENULIS

NAHARUS SURUR, lahir di dukuh Patuk Lor, Kecamatan

Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah tanggal

5 Agustus 1967 putra nomor empat dari tujuh bersaudara

pasangan suami istri Djikir Hartomulyono dan Siti Djunaidah.

Sejak tahun 1992 bekerja di PPPG Keguruan Jakarta dengan

jabatan terakhir sebagai Widyaiswara Muda bidang Bimbingan

dan Konseling, Pangkat/Golongan Penata Tk. I, III D.

Saat ini bertempat tinggal di Gg. H. Minggu Rt : 02, Rw : II, Kp. Lebak Wangi, Ds.

Pemagarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor. Telp. (0251) 604558 bersama istri Yuniar

Evianti, S.Pd dan dua orang putra-putri, Nina Vania Aristawati dan Gian Halu

Waratmaja. Pada tahun 1973 masuk SD N Baturetno II dan lulus tahun 1979, tahun

1979 masuk SMP N 1 Baturetno dan lulus tahun 1982, kemudian meneruskan ke SPG

Surakarta lulus tahun 1985. Pada tahun yang sama meneruskan ke Universitas Negeri

Sebelas Maret (UNS) program Bimbingan dan Konseling lulus tahun 1990. Tahun

1999 pernah terdaftar sebagai mahasiswa S2 PPS IKIP Jakarta Jurusan Pendidikan

Usia Dini, namun karena harus mengikuti Pendidikan Bahasa Jepang di Kobe

University Jepang selama enam bulan dan Teacher Training Program di Tottori

University Jepang selama satu tahun, maka pendidikan tersebut ditinggal. Sepulangnya

dari pendidikan di Jepang, penulis mendaftar kembali sebagai mahasiswa S2 PPS UPI

Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan tahun 2001 dan selesai tahun 2004. Pada

tahun 2006 penulis terdaftar kembali sebagai mahasiswa S3 PPS UPI Program Studi

Bimbingan dan Konseling.

Pendidikan tambahan yang pernah diikuti di samping kursus komputer, kursus bahasa

Inggris, dan berbagai jenis diklat yang diselenggarakan Direktorat Tenaga

Kependidikan, LAN (Lembaga Administrasi Negara) RI, Direktorat Pembinaan Diklat,

dan Intern di PPPG Keguruan Jakarta (Sekarang PPPPTK Penjas dan BK). Kecuali itu

juga pernah mengikuti karir dalam pekerjaan dimulai sebagai Guru SD, Guru

Pembimbing SMP dan Guru Pembimbing SMA. Dan mulai tahun 1992 sebagai

53

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di PPPG Keguruan Jakarta. Aktivitas yang dilakukan di

PPPG Keguruan Jakarta antara lain : pada tahun 1993-1995 sebagai panitia diklat

bidang akademis, tahun 1996-1999 sebagai pengelola Diklat Bimbingan dan

Konseling, tahun 2001-2003 sebagai penatar Diklat Calon Instruktur TK Atraktif,

Diklat Calon Instruktur Guru SD, dan Diklat Calon Instruktur Guru Pembimbing SLTP

dan SMU. Dan tahun 2004 sebagai Widyaiswara bidang Bimbingan dan Konseling di

PPPG Keguruan Jakarta. Di samping kegiatan intern PPPG Keguruan Jakarta mulai

akhir tahun 2003 – 2005 membantu Direktorat Pendidikan Menengah Umum dalam

Sosialisasi Kurikulum 2004, Tim Supervisi dan Pelayanan Klinis bagi Sekolah

Pelaksana Terbatas Kurikulum 2004, Tim Pemantau dan Evaluasi UAN 2004, dan

Fasilitator Tingkat Pusat Workshop MGMP Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Pada tahun 2007 juga sebagai Tim Penyusun Model Pengembangan Diri pada Pusat

Kurikulum Balitbangdiknas. Dan tahun 2008 sebagai Penyusun Manual Bimbingan

dan Konseling Karir ILO East Project dan juga anggota Tim Pendamping RSBI,

Proyek Direktorat Profesi, Ditjen PMPTK.

Kegiatan ilmiah yang pernah diikuti antara lain dalam bentuk seminar, diskusi,

workshop, lokakarya baik tingkat sekolah/lembaga, tingkat MGMP/MKKS, tingkat

daerah, tingkat region, tingkat nasional maupun internasional, baik sebagai penyaji,

peserta maupun sebagai panitia.

54