proposal lengkap.doc

52
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan berpotensi besar untuk dikembangkan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. Mata air panas merupakan salah satu sumber energy panas bumi potensial yang dapat di manfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain penbangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Pembangunan suatu PLTP dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar pada suatu pembangkit listrik lainnya yang banyak mengkonsumsi bahan bakar minyak sehingga merupakan kebijaksanaan dengan memanfaatkan sumber energy panas bumi sebagai sumber energy alternatif yang dapat diperbaruhi. Daerah potensi panas bumi di Indonesia pada umumnya terletak di sepanjang busur gunungapi baik berupa tipe vulkanik maupun non 1

Upload: agyo-angelo

Post on 18-Dec-2014

259 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL LENGKAP.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan

berpotensi besar untuk dikembangkan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

rakyat.

Mata air panas merupakan salah satu sumber energy panas bumi potensial

yang dapat di manfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain penbangunan

pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Pembangunan suatu PLTP dapat

mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar pada suatu

pembangkit listrik lainnya yang banyak mengkonsumsi bahan bakar minyak

sehingga merupakan kebijaksanaan dengan memanfaatkan sumber energy panas

bumi sebagai sumber energy alternatif yang dapat diperbaruhi. Daerah potensi

panas bumi di Indonesia pada umumnya terletak di sepanjang busur gunungapi

baik berupa tipe vulkanik maupun non vulkanik. Indikasi yang menunjukkan

adanya potensi panas bumi di permukaan yaitu pemunculan sumber sumber air

panas.

Beberapa daerah panas bumi di Indonesia yang pembentukannya berkaitan

dengan proses gunungapi antara lain Kawah Kamojang dan Kawah Darajat

(Jawa Barat), Kaldera Rawa Danau (Banten), Kaldera Dieng (Wonosobo, Jawa

Tengah), Kaldera Buyan-Bratan (Bali), Kaldera Pocoleok (Ulumbu, Flores Barat)

1

Page 2: PROPOSAL LENGKAP.doc

dan Kaldera Linow (Lahendong, Sulawesi Utara). Sedangkan daerah panas bumi

yang berhubungan dengan patahan-patahan normal disepanjang jalur

pengangkatan dan akibat aktivitas magmatik antara lain terdapat di Suoh

(Antatai, Lampung), Pinangawan-Pekonina (Muara Labuh, Sumatera Barat) dan

Masepe (Sulawesi Selatan).

Untuk mengetahui potensi energi panas bumi di suatu daerah diperlukan

suatu eksplorasi terencana dan terpadu yang meliputi survey geologi, geokimia,

geofisika, landaian suhu dan pemboran uji/eksplorasi panas bumi dan diakhiri

dengan kegiatan pemboran eksploitasi serta pembangkitan power plant untuk

listrik jika hasil pemboran uji memberikan gambaran yang positip serta faktor

kebutuhan akan energi atau listrik.

Dengan telah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah serta PP No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, dimana

pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendapat penerimaan dari sektor

energi yang diatur oleh UU Ketenagalistrikan No.20 tertanggal 23 September

2002 sebagai pengganti UU No 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan berupa

penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak (PNBP). Khusus untuk

ketenagalistrikan tenaga panas bumi diatur oleh Keputusan Presiden RI No. 76

tahun 2000 tentang Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi Untuk Pembangkit

Tenaga Listrik yang penerimaannya masih diatur oleh Keputusan Menteri

Keuangan RI No. 766/KMK.04/1992. Sejak 22 Oktober 2003 telah disyahkan

2

Page 3: PROPOSAL LENGKAP.doc

oleh DPR dan Pemerintah mengenai Undang-Undang No.27 tentang Pengusahaan

Panas Bumi , yang mengakibatkan perundang-undangan mengenai panas bumi

yang bertentangan dengan Undang-Undang ini dihapuskan.

Dalam Undang-Undang ini menyebutkan antara lain penerimaan negara

berupa pajak dan bukan pajak dibagi menurut perimbangan bagian Pemerintah

Pusat dan bagian Pemerintah Daerah Propinsi serta Kabupaten sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang akan diberlakukan untuk komediti energi

khususnya panas bumi untuk pemanfaatan tenaga listrik. Penerimaan negara

berupa pajak (pajak, bea masuk dan pungutan lain atas cukai dan impor, pajak

daerah dan retribusi daerah) pembagiannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku sedangkan penerimaan

negara bukan pajak yang berasal dari Iuran Tetap dan Iuran Produksi,

pembagiannya ditetapkan dengan perimbangan 20 % untuk Pemerintah dan 80 %

untuk Pemerintah Daerah. Sedangkan pembagian Pemerintah diatur dengan

perincian propinsi yang bersangkutan 16 %, kabupaten/kota penghasil

mendapatkan 32 % sedangkan kabupaten/kota lainnya dalam propinsi yang

bersangkutan mendapatkan 32 %.

Dalam Undang-Undang No.27 Tahun 2003 tentang panas bumi, Pemerintah

Daerah memiliki kewenangan dalam pengelolaan pertambangan panas bumi

meliputi pembinaan, pengusahaan dan pengawasan pertambangan panas bumi,

dan juga mengatur mengenai tata cara perizinan dan pengawasan, yaitu; kontrak

yang telah ada sejak Undang Undang Panas Bumi tetap berlaku dan

pengawasannya tetap oleh Pemerintah. Sedangkan perizinan dan pengawasan

3

Page 4: PROPOSAL LENGKAP.doc

dalam wilayah kota/kabupaten berada ditangan Walikota/Bupati, perizinan dan

pengawasan antar wilayah kota/kabupaten berada ditangan Gubernur, serta

perizinan dan pengawasan antar wilayah propinsi berada ditangan Menteri yang

menangani masalah panas bumi.

Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian geologi

dan manifestasi panas bumi pada daerah Realolo Kecamatan Mallawa Kabupaten

Maros propinsi Sulawesi Selatan.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya penelitian panas bumi ini adalah untuk melakukan

penyelidikan geologi dan melakukan analisis kimia air panas di daerah penelitian

dengan menggunakan pendekatan geokimia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kondisi geologi seperti

geomorfologi, Stratigrafi, dan struktur geologi secara umum, dan manifestasi

panas bumi.

I.3 Lokasi dan kesampaian daerah

Secara administratif terletak pada daerah Realolo Kecamatan Mallawa

Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan secara geografis terletak pada

koordinat 119o51’30”BT- 119o50’0”BT dan 4o48’30”LS – 4o49’30”LS. Daerah

penelitian terletak sekitar 100 Km dari kota Makassar dan dapat ditempuh dengan

jalan darat kurang lebih 3 jam perjalanan dan dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaran beroda dua atau beroda empat. Peta dasar yang dipakai

4

Page 5: PROPOSAL LENGKAP.doc

adalah peta topografi sekala 1: 15.000 dengan interval kontur 25 meter,

merupakan perbesaran dari Peta Rupa Bumi Indonesia dengan sekala 1: 50.000

lembar camba 2011 – 32, terbitan BAKOSURTANAL Edisi I-1991.

I.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian tentang geologi dan manifestasi panas bumi daerah Realolo

Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros diharapkan hasil yang diperoleh dapat

menjadi bahan informasi tambahan dan juga dapat menjadi bahan acuan dalam

penyelidikan selanjutnya khusnya mengetahui potensi panas bumi serta kegiatan

ini diharapkan dapat mendorong minat para investor dibidang kepanasbumian

untuk pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung (listrik) dan

dapat digunakan sebagai alat verifikasi dari prediksi penghitungan pendapatan asli

daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Selatan serta landasan kuat untuk

pengembangan pengelolaan cadangan dan sumber daya panas bumi.

Kegiatan merupakan kegiatan awal dari penilaian keekonomian yang

dibutuhkan para investor untuk mengambil keputusan apakah bisnis ini akan

menguntungkan atau tidak.

I.5 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis membatasi pada geokimia panas bumi daerah

Realolo Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros dan mencapai hal hal berikut:

5

Page 6: PROPOSAL LENGKAP.doc

1. Penentuan tipe air panas dari mataair panas berdasarkan diagram segitiga

pengelompokkan air panas berdasarkan Gigenbach (1988) sebagai dasar

klasifikasi.

2. Penentuan tipe dan jenis endapan travertine sebagai endapan system air

panas daerah penelitian berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh

symoens ,1951 dan Eisenstuck ,1951 dalam Scholle,1983.

3. Penentuan temperature bawah permukaan dengan menggunakan system

persamaan geotermometer larutan dengan parameter unsur Na,K dan Mg.

I.6 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung

adalah sebagai berikut :

Peta Topografi sekala 1 : 25.000.

Kompas Geologi

Palu Geologi

Global Positioning System (GPS)

Loupe dengan pembesaran 10 x

Komparator

Pita Meter

Buku catatan lapangan

Kantong sampel

Larutan HCl ( 0,1 M )

Kamera Digital

6

Page 7: PROPOSAL LENGKAP.doc

Alat tulis menulis

Tas lapangan

Busur dan penggaris

Termometer

Botol

7

Page 8: PROPOSAL LENGKAP.doc

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

Pembahasan geologi Regional daerah penelitian mencakup kondisi

geomorfologi, kondisi stratigrafi serta kondisi struktur geologi. Data geologi

secara regional mengacu pada hasil penyelidikan terdahulu.

II.1. Geomorfologi Regional

Geomorfologi regional di daerah penyelidikan berdasarkan Peta Geologi

Lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat, Sulawesi Selatan, berskala 1 :

250.000 (Rab Sukamto dkk, 1982).

Geomorfologi regional daerah penelitian terbagi atas beberapa satuan

geomorfologi yaitu dataran tinggi, perbukitan bergelombang dan pegunungan

. Daerah pegunungan menempati bagian Utara, Barat dan Selatan

sedangkan bagian Tengah merupakan dataran tinggi yang merupakan daerah

pertanian dan bagian Timur merupakan perbukitan bergelombang.

8

8

Page 9: PROPOSAL LENGKAP.doc

Gambar 1. Peta citra satelit lokasi penelitian (google earth).

II.2. Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional di daerah penyelidikan berdasarkan Peta Geologi

Lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat, Sulawesi Selatan, berskala

1 : 250.000 (Rab Sukamto dkk, 1982).

Berdasarkan stratigrafi regional batuan yang tertua di daerah penelitian

adalah Formasi Balangbaru (Kb) yang berumur Kapur Atas, Formasi ini terbalnya

sekitar 2000 meter. Formasi Balangbaru ini merupakan formasi batuan sedimen

tipe flysch.

9

Page 10: PROPOSAL LENGKAP.doc

Gambar 2. Peta Geologi daerah penelitian (dimodifikasi dari Sukamto,dkk,1982).

Pada bagian atas Formasi Balangbaru (Kb) diendapkan secara tidak

selaras batuan Formasi Mallawa (Tem) yang berumur Eosen terdiri dari

batupasir, konglomerat, batulempung, dan batubara. Batuan sedimen Formasi

Mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan

batubara. Formasi ini tebalnya sekitar 400 m.

Pada bagian atas Formasi Mallawa (Tem) diendapkan secara selaras

batuan Formasi Tonasa (Temt). Formasi Tonasa ini diendapkan sejak Eosen

Akhir Berlangsung hingga Miosen Tengah, dan lingkungan pengendapan

neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna. Formasi ini menghasilkan

endapan karbonat yang tebalnya tidak kurang dari 1750 m.

10

Tmcv

dd

Tmcd Temt

d

Page 11: PROPOSAL LENGKAP.doc

Formasi Tonasa (Temt) ini diterobos oleh batuan beku diorit,

kebanyakan berupa Stok dan sebagian retas atau sil, singkapannya ditemukan

di sebelah timur daerah penelitian, umumnya berwarna kelabu, bertekstur

porfiri,dengan fenokris amfibol dan biotit. Berdasarkan penarikan

Kalium/Argon menunjukan umur 7,74 juta tahun yang lalu atau Miosen Akhir

(J.D.) Obradovich,1974).

Pada bagian atas Formasi Tonasa (Temt) ini ditindih tidak selaras oleh

Formasi Camba (Tmc). Formasi Camba (Tmc) berumur Miosen Tengah

sampai Pliosen. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen laut berselingan

dengan batuan gunungapi. Tebal dari Formasi Camba (Tmc) ini sekitar 4.250

m, diterobos oleh retas basal piroksen setebal antara ½ - 30 m, dan

membentuk bukit bukit yang memanjang.

Pada bagian samping Formasi Camba (Tmc) beralih menjadi dominan

batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv) yang disusun oleh breksi

gunungapi, lava, konglomerat, dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan

dengan batuan sedimen laut berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan

batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya banyak

mengandung breksi gunungapi dan lava yang berkomposisi andesit dan basal.

Batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv) berdasarkan data

paleontologi dan radiometri menunjukkan umur Miosen Tengah sampai

Miosen Akhir ., Formasi Gunungapi Camba (Tmcv) ini menindih takselaras

Formasi Tonasa (Temt).

11

Page 12: PROPOSAL LENGKAP.doc

II.3. Struktur Geologi Regional

Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Pangkajene dan

Watampone Bagian Barat (Sukamto1982),

Gambar 3.. Peta struktur regional (dimodifikasi dari Sukamto, 1975, dkk, 1982).

Menurut Sukamto (1982) bahwa akhir dari kegiatan gunungapi pada Kala

Miosen Awal diikuti oleh kegiatan tektonik yang menyebabkan terjadinya

permulaan terban Walanae. Terban Walanae ini memanjang dari utara ke selatan

12

Page 13: PROPOSAL LENGKAP.doc

Lengan Sulawesi Bagian Barat sehingga struktur sesar inilah yang mempengaruhi

terhadap struktur geologi sekitarnya seperti struktur yang terbentuk didaerah

penelitian.

1. Formasi Balangbaru

Formasi Balangbaru merupakan formasi batuan sedimen tipe flysch;

batupasir berselingan dengan batulanau, batulempung dan serpih, bersisipan

konglomerat, batupasir konglomeratan, tufa dan lava, batupasirnya

bersusunan grewake dan sarkosa, sebagian tufaan dan gampingan. Pada

umumnya menunjukkan struktur turbidit, dibeberapa tempat ditemukan

konglomerat dengan susunan basal,andesit, diorit, serpih, tufa, terkersikkan,

sekis, kuarsa, dan bersemen batupasir. Dibawah miskroskop, batupasir dan

batulanau terlihat mengandung pecahan batuan beku, metasedimen dan rijang

radiolaria.

Formasi ini terbalnya sekitar 2000 meter, tertindih tak selaras batuan

formasi Mallawa dan batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak

selaras Komplek tektonika Bantimala.

2. Formasi Mallawa

Formasi Mallawa merupakan batupasir, konglomerat, batulanau,

batulempung, dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan

batulempung, batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang

arkosa,, grewake, dan tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan coklat

muda, pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat. Batulempung dan

batugamping umumnya mengandung moluska. Dan batubara berupa lensa

13

Page 14: PROPOSAL LENGKAP.doc

setebal bebrapa sentimeter dan lapisan sampai 1,5 m. tebal formasi ini tidak

kurang dari 400 m, tertindih selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tak

selaras batuan sedimen Kb, dan batuan gunungapi Tpv.

3. Formasi Tonasa

Formasi ini beranggotakan batugamping koral pejal sebagian

terhablurkan, berwarna putih dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan

kalkarenit, berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis

baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan, bagian bawahnya

mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi

batugamping dan batugamping pasiran; di dekat Malawa daerah Camba

terdapat batugamping yang mengandung glaukonit dan di beberapa tempat di

daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak sisipan sekis

dan batuan ultramafik, batugamping berlapis sebagian mengandung banyak

foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak

kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda).

4. Formasi Camba.

Formasi Camba merupakan batuan sedimen laut berselingan dengan

batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir,

batulanau, dan batulempung, bersisipan dengan napal, batugamping,

konglomerat dan breksi gunungapi. Dan setempat batubara. Pada formasi ini

ditemukan fosil – fosil foraminifera, ganggang dan koral. Kemungkinan

sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah pantai. Satuan ini

tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari formasi

14

Page 15: PROPOSAL LENGKAP.doc

Tonasa dan batuan dari Formasi Mallawa, mendatar berangsur berubah

menjadi bagian bawah daripada Formasi Walanae, diterobos oleh retas, sil dan

stok bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit.

Batuan Terobosan

1. Granodiorit

Terobosan granodiorit berwarna kelabu muda, dengan mikroskop batuannya

terlihat, mengandung feldspar kuarsa, biotit, sedikit piroksin dan hornblende,

dengan mineral ikutan zirkon dan apatit, dan magnetit, mengandung xenolit

bersusunan diorit, dan diterobos oleh aplit.

2. Diorit – Granodiorit

Terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan sebagian berupa

retas, kebanyakan bertekstur prfiri, berwarna kelabu muda sampai kelabu.

3. Trakit

Terobosan trakit berupa stok, sill, dan retas, bertekstur porfiri kasar dengan

fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya, berwarna putih kelabuan sampai

kelabu muda.

4. Basal

Terobosan basal berupa sill, stok dan retas, kebanyakan bertekstur porfiri,

dengan fenokris piroksin kasar sampai ukurannya lebih dari 1 cm.

Penyebaran dan urutan batuan di Sulawesi Selatan dapat di lihat pada gambar

15

Page 16: PROPOSAL LENGKAP.doc

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Sistem Panas Bumi

Panas bumi secara umum dapat diartikan sebagai penjelmaan suhu bumi

yang telah ada setelah bumi terbentuk. Dialam suhu tersebut membentuk suatu

sistem yang disebut sistem panas bumi, sistem tersebut mencakup sistem

hidrotermal yang merupakan sistem tata air, proses pemanasan dan kondisi sistem

dimana air yang terpanasi terkumpul. Suhu bumi secara perlahan akan bertambah

selaras dengan besarnya kedalaman, yaitu sekitar 3o/100 m.( Muzil

Alzwar,dkk,1987). Sistem panas bumi juga dapat berasosiasi dengan cekungan

sedimentasi. Sistem ini terbentuk pada batuan yang sangat dalam terdapat akuifer

air.

Pemanasan panas bumi merupakan usaha yang melibatkan aspek kegiatan

eksplorasi, eksplotasi dan pemanfaatan secara terpadu. Sumber daya Alam ini

baru mencapai arti keekonomiaannya, jika cadangan yang ditemukan dapat

dieksploitasikan dan dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi panas

didekat sumbernya dengan mengubahnya menjadi tenaga listrik, pengusahaan

panas bumi juga dapat menjadi pendorong pengembangan kegiatan ekonomi baik

masyarakat disekitarnya maupun di daerah lain.

Adapun pemanfaatan sumber daya panas bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Penggunaan Langsung ( direct used),

16

Page 17: PROPOSAL LENGKAP.doc

2. Tidak langsung ( indirect used).

Penggunaan langsung pada umumnya di lakukan di dekat sumbernya dengan

memanfaatkan panas maupun air panas. Sedangkan penggunaan tidak angsung

adalah dengan cara mengubah energy panas menjadi energi listrik ( Pembangkit

tenaga listrik panas bumi/PLTP).

COntoh penggunaan Langsung antara Lain :

- Pemanasan ruangan

- Pemanas kolam renang

- Pengering daun the,tembakau dan cengkeh

- Wisata.

Energi panas merupakan energi potensial yang di peroleh dari air panas atau

uap air pada berbagai situasi geologi beberapa kilometer dari kerak bumi,

termasuk di dalamnya geothermal field yang dijumpai di berbagai tempat di dunia

dan berkembang sebagai sumber energy. Setiap tipe dari system panas bumi

memiliki karakteristik yang ditunjukkan oleh sifat kimia dan potensi dari fluida

panas bumi. Sumber daya panas bumi dapat digunakan sebagai pemanas seperti

pemanasan pada green house, tetapi hanya sistem paling panas (>180oC) yang

dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik oleh uap air (Rowley,1982

dalam Nicholson,1993).

Geothermal field secara umum diklasifikasikan secara deskriptif, yaitu

meliputi :

1. Reservoir equilibrium state, yaitu divisi fundamental antara system panas

bumi berdasarkan sirkulasi fluida reservoir dan mekanisme pemanasan.

17

16

Page 18: PROPOSAL LENGKAP.doc

Sistem ini di dalam dynamic equilibrium di tentukan oleh air yang keluar dari

reservoir. Air dipanaskan kemudian dikeluarkan dari reservoir kepermukaan

atau ke bawah horizon permeable. Energi panas diserap oleh system melalui

konveksi da sirkulasi fluida.

2. Fluid type, yaitu fluida reservoir yang terutama tersusun atas liquid atau uap

air. Pada umumnya keduanya hadir dalam system panas bumi sebagai two

phase zones. Liquid – dominated system adalah yang paling umum hadir dan

disebut juga water – dominated.

3. Reservoir temperature, yaitu temperatur dari reservoir panas bumi yang

ditujukan sebagai temperatur rendah ( 150oC.atau temperature tinggi (150oC).

kadang kadang digunakan temperature menengah (120oC – 180oC). Sistem

temperature rendah hanya dapat digunakan untuk pemanasan sedangkan

system temperatur tinggi dapat digunakan untuk pembangkit listrik.

4. Host rock, yaitu reservoir panas bumi yang bereaksi dengan fluida panas

bumi.host rock ini untuk aplikasi geotermometer dan prediksi skala potensial

di lapangan seperti batuan vulkanik atau sedimen klastik /karbonat. Hal ini

memungkingkan untuk mengetahui batuan bawah permukaan dari analisa

kimia air panas.

5. Heat source, merupakan fungsi dari latar belakang geologi tektonik .Bila

panas di hasilkan oleh magma, maka system tersebut adalah vulkanik dengan

temperatur tinggi. Energy panas dapat juga dihasilkan oleh proses tektonik

yaitu pengangkatan batuan dasar atau air dapat dipanaskan dengan sirkulasi

kedalaman akibat perlipatan dari horizon atau akibat pensesaran.

18

Page 19: PROPOSAL LENGKAP.doc

Penyelidikan pada daerah panas bumi dapat dilakukan dengan tiga cara :

1. Penyelidikan geologi

2. Penyelidikan geofisika

3. Penyelidikan geokimia

Khususnya untuk penyelidikan geologi yang digunakan pada daerah

penelitian dengan mengumpulkan data data seperti, litologi, stratigrafi,

geomorfologi, dan struktur.(A.J.Ellis,dkk,1977). Penyelidikan geologi dan analisa

geokimia airpanas akan mengungkapkan suhu bawah permukaan teoritis,

pengaruh geologi terhadap batuan,serta sumber panas.

III.2. Tipe air panas

Tipe fluida di temukan di kedalaman system panas bumi dengan

temperature tinggi pada pH asam sampai netral dan chloride sebagai anion yag

dominan. Tipe fluida ditentukan berdasarkan kandungan unsure kimia yang

dominan.Berikut ini tipe fluida dari air panas :

III.2.1. Cloride

Tipe air ini di sebut juga alkali – chloride atau neutral – chloride,yaitu tipe

air pada fluida pada system dengan temperature tinggi. Daerah yang mengandung

panas,sumber panas dan konsentrasi kloride yang besar dari reservoir yang dalam

serta pada zona yang permeable. Klorida merupakan anion yang dominan. Unsur

lain yang terkandung di dalamnya adalah sodium dan potassium ( dalam ratio

10:1), sebagai kation utama, dengan konsentrasi silica( konsentrasi lebih tinggi

19

Page 20: PROPOSAL LENGKAP.doc

pada kenaikan temperature di kedalaman), boron dan konsentrasi sulfat dan

bikarbonat bervariasi. Kandungan as yang terkandung adalah hydrogen sulfide.

III.2.2. Sulphate

Tipe air ini disebut juga acid – sulphate waters, yaitu terbentuk akibat

kondensasi gas gas geothermal dekat permukaan. Gas gas bersama uap air dan

unsure unsure voatil lainnya terbentuk di dalam fluida secara terpisah dengan tipe

air klorida melalui proses pemanasan. Meskipun selalu dijumpai dipermukaan,

(<~100m), air sulfat dapat terpenetrasi lebih dalam akibat sesar memasuki system

panas bumi kemudian dipanaskan mengakibatkan alterasi pada batuan dan

bercampur dengan fluida klorid. Tipe ini sering dijumpai pada air yang keruh atau

berlumpur. Karena terpisah dari tie fluida lainnya maka air dipanaskan pada water

table.sulfat merupakan anion utama yang terbentuk akibat oksidasi dari hydrogen

sulfide, menghasilkan pH sekitar 2,8.

III.2.3. Bicarbonat

Tipe air ini merupakan CO2 rich fluid atau disebut juga neutral – .

bicarbonate water yang dihasilkan oleh kondensasi ua air dan gas kedalam poorly

oxygenated sub surface. Tipe ini merupakan non volcanogenic dan system

temperature tinggi dengan pH mendekati netral akibat reaksi dengan batuan

sekiranya. Sulfat dihasilkan dalam jumlah tertentu dan sedikit klorid atau bahkan

tidak ada.

20

Page 21: PROPOSAL LENGKAP.doc

III.2.4. Sulphate chloride

Tipe ini dapat terbentuk akibat beberapa proses, yaitu:

a. Pencampuran air klorida dan sulfat pada kedalaman tertentu,

b. Air keluar dekat permukaan dan oksidasi dari H2S dalam air klorid,

c. Kondensasi dai gas-gas vulkanik dekat permukaan menjadi air meteorik,

d. Kondensasi magma di dalam bumi,

e. Evaporasi atau pembentukan mineral sulfur.

Pada umumnya tipe sulfat – klorid terbentuk oleh proses (a). Karasteristik dari

tipe ini adalah pH 2 – 5 dengan kandungan sulfat dan klorid yang seimbang. Tipe

yang terbentuk akibat proses (c) dan (d) banyak mengandung Cl, SO4, dan F.

III.2.5. Dilute chloride- (Bicarbonate)

Tipe ini terbentuk akibat dilusi dari fluida klorida oleh air tanah atau air

bikarbonat mengikuti aliran, biasanya di jumpai pada major upflow zone atau

pada system panas bumi bertemperatur tinggi.klorid merupakan anion yang

dominan dan bikarbonat dalam jumlah tertentu serta pH air 6 -8.

Dari hasil analisis kimia, kemudian menjadi parameter di dalam penentuan tipe

mataair panas berdasarkan klasifikasi dari diagram Trilinier (Back, 1966 dalam

Bahagiarti, 2005).

21

Page 22: PROPOSAL LENGKAP.doc

III.3. Endapan system air panas

Endapan pada system air panas merupakan endapan yang di hasilkan dari

proses penguapan zat zat yang terkandung di dalam larutan air panas karena

pengaruh temperatur dan tekanan di permukaan, menyebabkan terjadinya

penurunan air panas.

Menurut browne (1991) air panas yang banyak mengandung bicarbonate

(HCO3-) atau gas CO2, melepaskan senyawa dan gas tersebut pada tepian lapangan

geothermal. Calcite adalah mineral utama yang diendapkan dari proses pelepasan

senyawa HCO3- dan gas CO2, dan akan membentuk lapisan lapisan tipis travertine

yang berwarna kuning – Coklat. Calcite seharusnya di endapkan pada saat air

kehilangan gas CO2, Bukan dibentuk dari proses pendinginan air yang

melepaskannya. Endaan travertine adalah jenis endaan kimia organik yang

terbentuk oleh aktivitas kimiawi berupa presitipasi zat zat kalsium

22

Gambar 4. Diagram Trilinier untuk penentuan tipe mataair panas berdasarkan kandungan ion klorida, sulfat dan bikarbonat (Back, 1966 dalam Bahagiarti, 2005).

Page 23: PROPOSAL LENGKAP.doc

Karbonat dan oleh aktifitas kimiawi pada daerah karts, hidrotermal, sungai sungai

kecil, rawa rawa terutama pada system panas bumi (Scholle,dkk,1983).

Endapan mineral mineral yang umumnya dijumpai pada suatu system air panas

menurut P.R.L.Browne,1991 antara lain endapan evaporasi berupa :

Jenis Larutan dengan komposisi kimiawinya serta jenis endapan yang

kemungkinan terbentuk (P.R.L. Browne,1991).

Kondisi Larutan Jenis Endapan Produksi Reaksi

Temperatur tinggi

(>200oC),dengan gas

CO2,HCl,HF di

dalam system

geothermal vulkanik.

Sulfur,Sulfat,Oksida

besi,pyrite hitam,dan

sulfat hydrous.

Kaolin, alunite, residu

silica, pyrophyllite,

cristobalite, smectite

Air dengan

kandungan asam

sulfat.

Sulfur,sulfat,sulfat

hydrous,cinnabar

Kaolin,alunit,sulfat

lainnya,smectite,

cristobalite,residu

silica,amorf

Alkali klorida, alkali

klorida - bikarbonat.

Air yang kaya akan

HCO3- dan gas CO2.

Sinter silica, silica

amorf, presipitasi Sb –

As.

Calcite,Aragonite

(travertine)

Quartz,cristobalite,

silica,amorf

Kaolin,Calcite

(travertin)

Secara umum, kandungan unsure unsure kimia di dalam air panas terutama

terdiri dari elemen mayor yaitu kation Ca2+, Na+, K+, dan Mg2+ serta anion

HCO3-,CO3

2-,Cl-, dan SO4- ( Keberadaan ini telah di bahas pada pembahasan

23

Page 24: PROPOSAL LENGKAP.doc

sebelumnya). Pada kondisi tekanan dan temperature tertentu, di dalam larutan air

panas ini akan terjadireaksi antara ion kalsium dengan ion bikarbonat membentuk

kalsium karbonat ( CaCO3), gas karbon dioksida (CO3), dan uap air (H2O).

Karena tersingkap ke permukaan, air panas mengalami penurunan suhu

dan mendingin secara perlahan. Pada saat suhu air panas mulai menurun,

pengendapan mineral kalsit (CaCO3) di mulai. Akumulasi dari kalsium karbonat

tersebut membentuk endapan travertine yang terdiri dari mineral kalsit dan

aragonit. Pada saat sumber mata air panas yang mengandung larutan kalsium

karbonat tersingkap ke permukaan,akibat pengaruh atmosfir, gas karbon dioksida

dan uap air akan di lepaskan ke atmosfer sebagai sumber pembentukan ion

bikarbonat dan karbonat.

Secara geometrik , terdapat dua macam proses pembentukan travertine

berdasarkan arah pembentukannya, yaitu pembentukan travertine secara

horizontal dan vertical. Proses pembentukan travertin secara horizontal dan

vertical. Proses pembentukan travertine secara horizontal biasanya berasosiasi

dengan pembentukan lapisan lapisan tipis dari sisa - sisa tumbuhan dan biasanya

terjadi pada daerah seperti air terjun. Sedangkan proses pembentukan secara

vertical biasanya berasosiasi dengan keberadaan sungai sungai kecil atau rawa

rawa sebagai media yang mengangkut larutan kalsium karbonat dalam air panas.

Endapan travertine yang terbentuk secara horizontal memperlihatkan kenampakan

yang khas yaitu dengan terbentuknya undak undak berupa kolam kolam dan

tanggul alam yang berbentuk lingkaran dan cincin.( Rimstone dam and rimstone

Pool).

24

Page 25: PROPOSAL LENGKAP.doc

Klasifikasi Travertin telah di kemukakan oleh beberapa ahli. Eisenstuck

(1951) dalam Scholle,dkk (1983) mengklasifikasikan endapan travertine

berdasarkan derajat antara material yang dikandung oleh endapan travertin

tersebut. Atas data tersebut, endapan travertin dibagi menjadi travertin padat/keras

(hard travertine) yaitu travertin dimana material material penyusunnya saling

berikatan dengan erat dan travertin lunak / tidak padat (Inconherent Travertin)

yaitu travertin dimana material material penyusunnya tidak saling mengikat

dengan kuat.

Klasifikasi yang lain dikemukakan oleh symson (1951) dalam

Scholle,dkk( 1983) yang mengklasifikasikan travertine berdasarkan tempat

pembentukannya atau posisi geomorfologinya. Dengan dasar tersebut maka

travertin dibedakan menjadi SpringTravertines yaitu travertin yang terendakan

pada daerah system air panas, dan river beds Travertines yaitu travertin yang

terendapkan di atas batuan dasar pada daerah aliran sungai

III.4. Temperatur Bawah Permukaan Mataair panas pada daerah air panas

Perhitungan temperatur bawah permukaan dapat dilakukan dengan

menggunakan suatu sistem persamaan geothermometer larutan dengan parameter

unsur yang terkandung dalam suatu larutan (air panas). Persamaan

geothermometer ini diperoleh berdasarkan conto air panas, dengan pertimbangan

bahwa nilai tersebut harus tepat. Hal ini dipengaruhi oleh keakuratan dalam

pengambilan conto air dan keseimbangan ionic sangat penting dalam analisis ini

25

Page 26: PROPOSAL LENGKAP.doc

III.4.1 Geothermometer Larutan

Geothermometer memungkinkan temperature dari fluida reservoir dapat

diperkirakan. Hal ini penting untuk mengevaluasi sistem panas bumi yang baru

dan mengamati sistem hidrologinya. Geothermometer berdasarkan daya larutan

daripada reaksi pergantian antara ion yang terkandung dalam suatu fluida.

III.4.2. Geothermometer Na - K

Geothermometer dengan perbandingan Na - K memberikan indikasi

tempertaur yang tinggi di bawah permukaan dengan melihat elemen sodium dan

potassium. Persamaan yang dapat digunakan dalam mengitung teperatur dari

perbandingan Na - K (Giggenbach, 1988) adalah sebagai berikut :

III. 4.3. Geothermometer Na - K - Mg

Perkiraan temperature bawah permukaan juga dipengaruhi dari persentase

Na/1000 – K/100 - yang dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan

nilai – nilai dari setiap elemen dengan jumlah total keseluruhan elemen

(Giggenbach, 1988) yang kemudian diplot pada diagram Ternary.

26

toC = - 273

Page 27: PROPOSAL LENGKAP.doc

27

Gambar 3.4 Diagram Ternary untuk penentuan suhu bawah permukaan (Giggenbach, 1980 dalam Nicholson, 1993).

Page 28: PROPOSAL LENGKAP.doc

BAB IV

METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

IV.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian geologi

permukaan dengan pencatatan dan pengambilan data lapangan serta pengambilan

conto batuan dan analisis data laboratorium. menggukan literature literatur yang

berkaitan dengan penelitian serta menggunakan alat dan bahan yang dibutuhkan

dilapangan dan dilaboratorium sedangkan tahapan penelitian dilakukan untuk

permudah pekerjaan penelitian sehingga penyelesaiannya sesuai target yang

ditentukan.

IV.2. Tahapan Penelitian

Kegiatan penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahapan penelitian, yaitu

mulai dari tahap persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap pengamatan/analisis

laboratorium dan tahap penyusunan laporan akhir (skripsi).

IV.2.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan sebelum dilakukan

penelitian dan pengambilan data langsung dilapangan. Untuk itu, tahapan

persiapan ini dibagi ke dalam beberapa sub-tahapan , antara lain :

28

Page 29: PROPOSAL LENGKAP.doc

1. Persiapan Administrasi

Pada tahap ini dilakukan persiapan administrasi meliputi pengajuan

proposal penelitian, pengurusan surat izin penelitian dan kelangkapan

administrasi lain

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi

masalah yang akan diangkat dalam penulisan skripsi.

3. Studi Literatur

Sebelum melakukan penelitian, studi literatur sangat diperlukan untuk

mengetahui prosedur pekerjaan di lapangan nantinya, serta untuk lebih

memahami apa-apa yang akan dikerjakan selanjutnya. Studi literatur juga

sangat membantu dalam proses pembuatan laporan hasil penelitian (skripsi)

terutama teori dan metode yang berhubungan dengan anal.

4. Persiapan Perlengkapan

Pekerjaan di lapangan sangat dipengaruhi oleh kesiapan peralatan dan

perlengkapan yang akan kita gunakan. Untuk itu perlengkapan dan peralatan

lapangan haruslah bertul-betul dipersiapkan, agar pekerjaan di lapangan dapat

berjalan lancar.

IV.2.2. Tahap Penelitian Lapang

Pengambilan data primer diantaranya plotting lokasi sumber mata air

panas dengan Global Positioning System (GPS), mengukur suhu, dan pH air

panas. Pengambilan conto air panas untuk dilakukan analisis kimia kandungan K,

29

27

Page 30: PROPOSAL LENGKAP.doc

Na, Li, Ca, Mg, Cl, F, B, SiO2, Sulfit, HCO3,) untuk memprediksi suhu bawah

permukaan sertaa pengambilan conto batuan untuk dianalisis di laboratorium,

pengambilan foto data lapangan untuk dokumentasi.

IV.2.3. Tahap Analisis Data Laboratorium

Pada tahap ini dilakukan analisis laboratorium meliputi:

- Analisis kimia

Kimia air panas : seperti kandungan K, Na, Li, Ca, Mg, Cl, F, B, SiO2, Sulfit,

HCO3 dapat untuk memprediksi suhu bawah permukaan yaitu dengan

geotermometer kimia ( Koga, 1993, Djedi S. Widarto,dkk.,2003)

- Analisis Petrografi

terhadap conto batuan yang diambil baik yang segar dan yang teralterasi.

Mineral alterasi dapat digunakan sebagai petunjuk/ indikator kondisi suhu

panasbumi. Jika terjadi overprint pada mineral alterasi dapat sebagai petunjuk

telah terjadi perubahan suhu, dan kemungkinan juga perubahan pH pada air

panas. Adanya mineral adularia, sebagai salah satu petunjuk bahwa batuan yang

mengandungnya dapat berfungsi sebagai batuan reservoir. didapatkan di sekitar

lapangan panasbumi, dapat untuk mengetahui suhu homogenitas batuan di sekitar

sumber panasbumi.

IV.2.4. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap ini merupakan tahap paling akhir dalam rangkaian kegiatan

penelitian. Pada tahap ini keseluruhan data yang diambil di lapangan dan data

30

Page 31: PROPOSAL LENGKAP.doc

analisa laboratorium kemudian dilakukan analisis tentang geologi dan manifesatsi

panas bumi daerah penelitian. Hasil pengolahan data dan hasil analisis tersebut

kemudian dituangkan dalm bentuk laporan hasil penelitian (skripsi).

31

PERSIAPAN

PENELITIAN LAPANGAN

Pengambilan Data Geologi Pengambilan Contoh Air Panas

ANALISA DATA LABORATORIUM

PENYUSUNAN SKRIPSI

Page 32: PROPOSAL LENGKAP.doc

BAB V

PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA

IV.1. Perencanaan Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini sampai dengan pelaksanaan seminar

hasil direncanakan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Mei

2011.

Tabel 4.1. Rencana Kegiatan Penelitian

No. Nama Kegiatan

Oktober November Desember JanuariI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Penyusunan Proposal

                               

2 Persiapan Administrasi

                               

3 Penelitian Lapangan

                               

4 Konsultasi Data Lapangan

                               

5 Analisa Laboratorium

                       

6 Pembuatan Peta

                           

7 Penyusunan Laporan Tugas Akhir

                             

8 Pengumpulan Laporan Tugas Akhir

                               

9 Persentase Laporan Tugas Akhir

                               

32

31

Page 33: PROPOSAL LENGKAP.doc

IV.2 Perencanaan Biaya

Dari perencanaan di atas, total anggaran yang dibutuhkan mulai dari

pembuatan proposal sampai dengan pelaksanaan seminar hasil adalah senilai

Rp.12.000.000 ( Dua Belas Juta Rupiah ).

Adapun rincian perencanaan biaya yang digunakan dalam kegiatan

penelitian ini dapat di lihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Perencanaan Biaya Kegiatan Penelitian

No. Nama Kegiatan Biaya

1 Pengolahan dan Analisa Data Rp. 5.000.000,-

2 Perlengkapan dan Lapangan Rp. 2. 500.000,-

3 Pembuatan dan penggandaan peta Rp. 1.000.000,-

4 Penyusunan Skripsi Rp. 1.000.000,-

5 Seminar Hasil Rp. 1.000.000,-

6 Perbaikan Penggandaan skripsi Rp. 750.000,-

7 Biaya Tak Terduga Rp. 650.000,-

8 Pembuatan proposal Rp. 100.000,-

Total Rp. 12.000.000 ,-

33

Page 34: PROPOSAL LENGKAP.doc

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua Jurusan Teknik Geologi

menerangkan bahwa mahasiswa tersebut di bawah ini, adalah :

Nama Mahasiswa : ANDRY KHAER

No. Mahasiswa : D 611 04 070

Adalah benar akan melakukan penelitian tugas akhir di daerah Realolo

yang terletak pada koordinat 119o51’30”BT- 119o50’0”BT dan 4o48’30”LS –

4o49’30”LS, dengan judul spesifikasi “ Geologi dan Manifestasi Panas Bumi

Daerah Realolo Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi

Selatan “

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, Oktober 2010

Diketahui Oleh,Ketua Jurusan Teknik Geologi

Prof.Dr.Rer nat. Ir .A.M. Imran Oemar Nip. 196306051989031005

34

Page 35: PROPOSAL LENGKAP.doc

35