makalah ppok lengkap.doc

43
MAKALAH FARMAKOTERAPI LANJUTAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) OLEH KELOMPOK IV DWI SYAFITRA RAMADHANF1F1 12 073 DWI RIZKAH NUR APRILIYANI F1F1 12 074 NUR FAUZIAH F1F1 12 076 LOLY SUBHYAKTI F1F1 12 077 BESTIANTI PURNASARI JIWA F1F1 12 078 INTEN WIDURI WULANDARIF1F1 12 079 ISRA SULLASMI F1F1 12 080 MILAWATI F1F1 12 081 JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI 1

Upload: nurfauziyahdahlan

Post on 03-Feb-2016

1.021 views

Category:

Documents


261 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PPOK lengkap.doc

MAKALAH FARMAKOTERAPI LANJUTAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

OLEH

KELOMPOK IV

DWI SYAFITRA RAMADHAN F1F1 12 073

DWI RIZKAH NUR APRILIYANI F1F1 12 074

NUR FAUZIAH F1F1 12 076

LOLY SUBHYAKTI F1F1 12 077

BESTIANTI PURNASARI JIWA F1F1 12 078

INTEN WIDURI WULANDARI F1F1 12 079

ISRA SULLASMI F1F1 12 080

MILAWATI F1F1 12 081

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

1

Page 2: Makalah PPOK lengkap.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik

dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikan salah satu

tugas mata kuliah farmakoterapi lanjutan dengan judul makalah “Penyakit Paru

Obstruksi Kroni (PPOK)” ini dengan baik.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi

penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak

untuk sempurnanya makalah ini, sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu

pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat.

Kendari, 22 Oktober 2015

Penyusun

2

Page 3: Makalah PPOK lengkap.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4

A. Latar Belakang.................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4

C. Tujuan............................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6

A. Defenisi PPOK................................................................................................. 6

B. Etiologi.............................................................................................................. 6

C. Patofisiologi...................................................................................................... 8

D. Gejala Dan Tanda.............................................................................................10

E. Klasifikasi ........................................................................................................11

F. Tatalaksana Terapi............................................................................................12

G. KIE (Konseling,Informasi dan Edukasi)..........................................................21

H. Kasus PPOK Dan Tatalaksana Terapi..............................................................23

BAB III PENUTUP.............................................................................................27

A. Kesimpulan.......................................................................................................27

B. Saran.................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29

3

Page 4: Makalah PPOK lengkap.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah CARA atau Chronic Aspecific Respiratory Affections

mencangkup semua penyakit saluran napas yang bercirikan penyumbatan

(obstruksi) bronchi disertai pengembangan mukosa dan sekreesi dahak berlebihan.

Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta

peralihannya, yakni asma,bronchitis kronis dan enfisema paru atau PPOK.

PPOK menempati urutan ketiga dari kematian penduduk di negri Belanda

(setelah Penyakit Jantung dan Pembuluh (PJP) dan kanker). Juga secara global

mortalitas akibat gangguan ini meningkat, sedangkan kematian karena penyakit

kardiovaskuler menurun. Menurunkan angka kematian dari COPD/PPOK

merupakan salah satu tujuan dari “Global initiative for chronic obstructive lung

disease (GOLD) “ suau organisasi dari WHO dan US National heart, Lung and

Blood Institute.

Berkaitan dengan farmakoterapi bagi cara pemilihan terapi yang baik

salah satunya adalah tatalaksana terapi sesuai alogaritma terapi dengan

meminimalkan efek samping. Sehingga untuk mengetahui pemilihan tatalaksana

terapi yang sesuai diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai penyakit PPOK

ini baik itu meliputi etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala dan tanda serta

alogaritma terapinya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu

1. Apa yang dimaksud dengan PPOK, etiologi dan patofisiologinya?

2. Bagaimana pengklasifikasian PPOK, gejala dan tanda PPOK?

3. Bagaimana tatalaksana terapi dan KIE PPOK?

4. Bagaimana pengkajian salah satu kasus pasien PPOK?

4

Page 5: Makalah PPOK lengkap.doc

C. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan PPOK, etiologi dan

patofisiologidari PPOK

2. Untuk mengetahui pengklasifikasian PPOK, gejala dan tanda PPOK

3. Untuk mengetahui tatalaksana terapi dan KIE PPOK

4. Untuk mengetahui pengkajian salah satu kasus pasien PPOK

5

Page 6: Makalah PPOK lengkap.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi PPOK

Menurut WHO yang dituangkan dalam Global Initiative for Chronic

Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2001 dan di-update tahun 2005, Chronic

Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau penyakit paru obstruksi kronik

(PPOK) didefenisikan sebagai penyakit yang dikarakteristir oleh adanya obstruksi

saluran pernafasan yang tidak reversibel sepenuhnya. Sumbatan aliran udara ini

umunya bersifat progresif dan berkaitan dengan responinflamasi abnormal paru-

paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Beberapa rumah sakit

di Indonesia ada yang menggunakan istilah PPOM (Penyakit Paru Obstruksi

Menahun) yang merujuk pada penyakit yang sama. PPOK adalah penyakit paru

kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat

progressif nonreversibel atau reversibel parsial.

PPOK terdiri dari Bronchitis kronis dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronchitis kronis adalah kondisi dimana terjadi sekresi mucus berlebihan kedalam cabang bronkus yang bersifat kronis dan kambuhan, disertai batuk yang terjadi pada hampir setiap hari selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. Sedangkan emfisema adalah kelainan paru-paru yang dikarakterisir oleh pembesaran rongga udara bagian distal sampai keujung bronkiole yang abnormal dan permanent, disertai dengan kerusakan dinding alveolus. Pasien pada umumnya mengalami kedua gangguan ini, dengan salah satunya dominan.

B. Etiologi

Ada beberapa faktor resiko utama berkembangnya penyakit ini, yang

dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor host.

Beberapa faktor paparan lingkungan antara lain adalah :

a. Merokok

Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan risiko 30

kali lebih besar pada perokok dibanding dengan bukan perokok, dan merupakan

penyebab dari 85-90% kasus PPOK. Kurang lebih 15-20% perokok akan

mengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokok yang

6

Page 7: Makalah PPOK lengkap.doc

dihisap, umur mulai merokok, dan status merokok yang terakhir saat PPOK

berkembang. Namun demikian, tidak semua penderita PPOK adalah perokok.

Kurang lebih 10 % orang yang tidak merokok juga mungkin menderita PPOK.

Perokok pasif (tidak merokok tetapi sering terkena asap rokok) juga berisiko

menderita PPOK.

b. Pekerjaan

Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan keramik

yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu katun dan debu

gandum, toluene diisosianat, dan asbes, mempunyai risiko yang lebih besar

daripada yang bekerja di tempat selain yang disebutkan di atas.

c. Polusi udara

Pasien yang mempunyai disfungsi paru akan semakin memburuk

gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari luar rumah

seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, dll, maupun polusoi dari dalam

rumah misalnya asap dapur.

d. Infeksi

Kolonisasi bakteri pada saluran pernafasan secara kronis merupakan

suatu pemicu inflamasi neurotofilik pada saluran nafas, terlepas dari paparan

rokok. Adanya kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian inflamasi

yang dapat diukur dari peningkatan jumlah sputum, peningkatan frekuensi

eksaserbasi, dan percepatan penurunan fungsi paru, yang semua ini meningkatkan

risiko kejadian PPOK.

Sedangkan faktor risiko yang berasal dari host/pasiennya antara lain :

a. Usia

Semakin bertambah usia, semakian besar risiko menderita PPOK. Pada

pasien yang didiagnosa PPOK sebelum usia 40 tahun, kemungkinan besar dia

menderita gangguan genetik berupa defisiensi α1-antitripsin.

b. Jenis kelamin

Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK daripada wanita, mungkin ini

terkait dengan kebiasaan merokok pada pria. Namun ada kecendrungan

7

Page 8: Makalah PPOK lengkap.doc

peningkatan prevalensi PPOK pada wanita karena meningkatnya jumlah wanita

yang merokok.

c. Adanya gangguan fungsi paru yang sudah terjadi

Adanya gangguan fungsi paru-paru merupakan faktor risiko terjadinya

PPOK,misalnya defisiensi Immunoglobulin A (IgA/ hypogammaglubulin) atau

infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis. Orang

yang pertumbuhan parunya tidak normal karena lahir dengan berat badan rendah,

ia memiliki risiko lebih besar untuk mengalami PPOK.

d. Predisposisi genetik, yaitu defisiensi a1-antitripsin (AAT)

Defisiensi AAT ini terutama dikaitkan dengan emfisema, yang

disebabkan oleh hilangnya elastisitas jaringan di dalam paru-paru

secara progresif karena adanya ketidakseimbangan antara enzim proteolitik dan

faktor protektif

C. Patofisiologi

Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK

yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian

proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan danya suatu

inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya

peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi

folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar salurannafas

mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil

berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang

meningkat sesuai berat sakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan

antioksidan berada dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi gangguan

keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru.

Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan

menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat

menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan terjadinya

peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel

dan inflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi

8

Page 9: Makalah PPOK lengkap.doc

sel tersebut akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil

seperti interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis factor (TNF),monocyte

chemotactic peptide(MCP)-1 danreactive oxygen species(ROS). Faktor-faktor

tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang akanmerusak

jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding alveolar

danhipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya

limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan

normal terdapatkeseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH

yang ada dipermukaan makrofagdan neutrofil akan mentransfer satu elektron ke

molekul oksigen menjadi anion superoksidadengan bantuan enzim superoksid

dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akandiubah menjadi OH

dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero denganhalida

akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl). Pengaruh radikal bebas yang

berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk kronis sehingga percabangan

bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah

perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol yang

menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh

leukosit, polusi dan asap rokok.

Konsep patogenesis PPO

D. Gejala Dan Tanda

9

Page 10: Makalah PPOK lengkap.doc

Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK adalah sebagai

berikut :

1. Batuk kronik

Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun

terakhir yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi

sepanjang hari atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.

2. Berdahak kronik

Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang

pasien menyatakan hanya berdahak terus menerustanpa disertai batuk.

Karakterisktik batuk dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun

tidur.

3. Sesak napas

Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah

mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga

sesak ini tidak dikeluhkan. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan

ukuran sesak napas sesuai skala sesak .

Tabel skala sesak

Skala Sesak Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas

0 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat

1 Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga

1 tingkat

2 Berjalan lebih lambat karena merasa sesak

3 Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit

4 sesak bila mandi atau berpakaian

Tanda fisik pada PPOK jarang ditemukan hingga terjadi hambatan fungsi

paru yang signifikan. Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan

yang jelas terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat

hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajat

berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan bentuk anatomi

toraks.

10

Page 11: Makalah PPOK lengkap.doc

Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai

berikut:

Inspeksi, yaitu : - Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)

- Terdapat purse lips breathing (seperti orang meniup)

- Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu

nafas

Palpasi , yaitu sel iga melebar

Perkusi , yaitu hipersonor

Auskultasi , yaitu : - Fremitus melemah

- Suara nafas vesikuler melemah atau normal

- Ekspirasi memanjang

- Bunyi jantung menjauh

- Terdapat mengi waktu bernapas biasa /ekspirasi paksa

E. Klasifikasi

Klasifikasi PPOK Berdasarkan Nilai FEV1 dan Gejala Menurut GOLD

2010, yaitu :

Tingkat Nila FEV1 dan Gejala

I

Ringan

FEV1/FVC <  70% FEV1 ≥ 80% dan umumnya, tapi tidak

selalu, ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada

tahap ini, pasien biasanya bahkan belum merasa bahwa

paru-parunya bermasalah.

II

Sedang

FEV1/FVC <  70%;  50%< FEV1 < 80%, gejala biasanya

mulai progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.

III

Berat

FEV1/FVC <  70%;  30%< FEV1 < 50%. Terjadi

eksaserbasi berulang yang mulai mempengaruhi kualitas

hidup pasien. Pada tahap ini pasien mulai mencari

pengobatan karena mulai dirasakan sesak nafas atau

serangan penyakit.

IV FEV1/FVC <  70%;   FEV1 < 30% atau < 50% plus

11

Page 12: Makalah PPOK lengkap.doc

Sangat

Berat

kegagalan respirasi kronis. Pasien bisa digolongkan

masuk tahap IV jika walaupun FEV1 < 30%, tapi pasien

mengalami kegagalan pernafasan atau gagal jantung

kanan atau cor pulmonale . Pada tahap ini, kualitas hidup

sangat terganggu dan serangan mungkin mengancam

jiwa.

Keterangan :

Kunci pada pemeriksaan spirometri ialah rasio FEV dan FVC

FEV1 ((Forced Expiratory Volume in 1 s) adalah volume udara yang pasien dapat

keluarkan secara paksa dalam satu detik pertama setelah inspirasi penuh. FEV1

pada pasien dapat diprediksi dari usia, jenis kelamin dan tinggi badan.

FVC (Forced Vital Capacity).adalah volume maksimum total udara yang pasien

dapat hembuskan secara paksa setelah inspirasi penuh

F. Tatalaksana Terapi

1. Tujuan penatalaksanaan :

- Mengurangi gejala

- Mencegah eksaserbasi berulang

- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

- Meningkatkan kualiti hidup penderita

2. Terapi Farmakologi

a) Terapi Menggunakan Obat-Obatan

Bronkodilator

Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator

dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat

diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang.

Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau

obat berefek panjang (long acting).

Macam - macam bronkodilator :

12

Page 13: Makalah PPOK lengkap.doc

- Golongan antikolinergik

Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai

bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).

- Golongan agonis beta - 2

Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah

penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat

pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk

nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan

untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk

mengatasi eksaserbasi berat.

- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2

Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek

bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda.

Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan mempermudah

penderita.

- Golongan xantin

Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka

panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer

untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk

mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan

kadar aminofilin darah.

Antiinflamasi

Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi

intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan

metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang

diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1

pasca bronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

Antibiotika

13

Page 14: Makalah PPOK lengkap.doc

Antibiotik hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang dapat

digunakan :

- Lini I : amoksisilin, makrolid

- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon,

makrolid baru

Untuk Perawatan di Rumah Sakit dapat dipilih :

- Amoksilin dan klavulanat

- Sefalosporin generasi II & III injeksi

- Kuinolon per oral ditambah dengan yang anti pseudomonas

- Aminoglikose per injeksi

- Kuinolon per injeksi

- Sefalosporin generasi IV per injeksi

Antioksidan

Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan

N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering,

tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin

Mukolitik

Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan

mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan

sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi

tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin

Antitusif

Diberikan dengan hati – hati

Tabel pemilihan terapi PPOK disertai gejala

Gejala Golongan Obat Obat dan Kemasan Dosis

Tanpa gejala Tanpa obat

Gejala intermiten

(pada waktu aktiviti)

Agonis β2 Inhalasi kerja

cepat

Bila perlu

Gejala terus menerus Antikolinergik Ipratropium

bromida 20 μgr

2 – 4 semprot

3 – 4 x/hari

14

Page 15: Makalah PPOK lengkap.doc

Inhalasi

Agonis β2 kerja

cepat

Fenoterol

100 μgr/semprot

2 – 4 semprot

3 – 4 x/hari

Salbutamol

100 μgr/semprot

2 – 4 semprot

3 – 4 x/hari

Terbutalin

0,5 μgr/semprot

2 – 4 semprot

3 – 4 x/hari

Prokaterol

10 μgr/semprot

2 – 4 semprot

3 – 4 x/hari

Kombinasi

terapi

Ipratropium

bromid 20 μgr +

salbutamol 100

μgr

2 – 4 semprot

3 – 4 x/hari

Pasien memakai

inhalasi agonis β2

Inhalasi agonis

β2 kerja lambat

(tidak dipakai

untuk

eksaserbasi)

Formoterol 6 μgr,

12 μgr/semprot

1 – 2 semprot

2 x/hari tidak

melebihi 2x/hari

Atau Timbul gejala

pada waktu malam

atau pagi hari

Salmeterol

25 μgr/semprot

1 – 2 semprot

2 x/hari tidak

melebihi 2x/hari

Teofilin Teofilin lepas

lambat

Teofilin/aminofilin

150 mg x

3-4x/hari

400 – 600

mg/hari

3 - 4 x/hari

Anti oksidan N asetil sistein 600 mg/hari

Pasien tetap

mempunyai gejala

dan atau terbatas

dalam aktiviti harian

Kostikosteroid

oral (uji

kostikosteroid)

Prednison

Metil

Predinosolon

30 - 40 mg/hari

selama 2 minggu

15

Page 16: Makalah PPOK lengkap.doc

meskipun mendapat

pengobatan

bronkodilator

Uji kostikosteroid

memberikan respon

positif

Inhalasi

kostikosteroid

Beklometason

50µgr,

250µgr/semprot

1 - 2 semprot

2 - 4 x/hari

Budesonid

100µgr,

250µgr,

400µgr/semprot

200 - 400µgr

2x/hari maks

2400 µgr/hari

Sebaiknya

pemberian

kortikosteroid

inhalasi dicoba bila

mungkin untuk

memperkecil efek

samping

Flutikason

125µgr/semprot

125 – 250 µgr

2x/hari maks

1000 µgr/hari

b) Terapi Oksigen

Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang

menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan

hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah

kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.

Manfaat oksigen yaitu :

- Mengurangi sesak dan vasokonstriksi

- Mengurangi hipertensi pulmonal

- Mengurangi hematokrit

- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri

- Meningkatkan kualiti hidup

Macam terapi oksigen :

16

Page 17: Makalah PPOK lengkap.doc

- Pemberian oksigen jangka panjang

- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti

- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak

- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas

c) Terapi Pembedahan

Bertujuan untuk :

- Memperbaiki fungsi paru

- Memperbaiki mekanik paru

- Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi

- Memperbaiki kualiti hidup

Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu :

1) Bulektomi

2) Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgey

(LVRS)

3) Transplantasi paru

3. Terapi Non Farmakologi

a. Menghentikan kebiasaan merokok

b. Ventilasi Mekanik

Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal

napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK

derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah

sakit di ruang ICU atau di rumah.

Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :

Ventilasi mekanik dengan intubasi, Ventilasi mekanik dengan intubasi

Pasien PPOK dipertimbangkan untuk menggunakan ventilasi mekanik di

rumah sakit bila ditemukan keadaan sebagai berikut : gagal napas yang

pertama kali, Perburukan yang belum lama terjadi dengan penyebab yang

jelas dan dapat diperbaiki, Frekuensi napas > 35 permenit,- Hipoksemia

yang mengancam jiwa (Pao2 < 40 mmHg), asidosis berat pH < 7,25 dan

17

Page 18: Makalah PPOK lengkap.doc

hiperkapni (Pao2 < 60 mmHg), Henti napas,komplikasi kardiovaskuler

dan komplikasi lain serta telah gagal dalam penggunaan NIPPV.

Ventilasi mekanik tanpa intubasi, digunakan pada PPOK dengan gagal

napas kronik dan dapat digunakan selama di rumah.

c. Perbaikan nutrisi

Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak

akan mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat

mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan

keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu

nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa

nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah

karbohidrat, protein, dan elektrolit.

d. Rehabilitasi PPOK

Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan

memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam

program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal

yang disertai simptom pernapasan berat, beberapa kali masuk ruang gawat darurat

dan kualiti hidup yang menurun. Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen

yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.

4. Algoritme penanganan PPOK

PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel,

sehingga penatalaksanaan PPOK terbagi atas: penatalaksanaan pada keadaan

stabil dan penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.

(1) Algoritme penatalaksanaan pada keadaan stabil

Kriteria PPOK stabil adalah :

- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik

- Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas

darah menunjukkan PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg

- Dahak jernih tidak berwarna dan tidak ada penggunaan bronkodilator

tambahan

- Aktivitas terbatas tidak disertai sesak

18

Page 19: Makalah PPOK lengkap.doc

19

Page 20: Makalah PPOK lengkap.doc

(2) Algoritme penatalaksanaan pada eksaserbasi akut

Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan

dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor

lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.

Gejala eksaserbasi :

- Sesak bertambah

- Produksi sputum meningkat

- Perubahan warna sputum

Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga :

a. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas

b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas

c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran

napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk,

peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20% baseline,

atau frekuensi nadi > 20% baseline.

Alogaritma terapi pada eksaserbasi akut

20

Page 21: Makalah PPOK lengkap.doc

G. KIE (Konseling,Informasi dan Edukasi)

Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada

PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena

PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi

adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan

fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari

pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan

dari asma.

Tujuan edukasi pada pasien PPOK:

1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan

2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal

3. Mencapai aktiviti optimal

4. Meningkatkan kualiti hidup

Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara

berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi

keluarganya. Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit

gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di

klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus

dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi

kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan

keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu

cara untuk meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian

edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan,

lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.

Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah

1. Pengetahuan dasar tentang PPOK

2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya

3. Cara pencegahan perburukan penyakit

4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)

5. Penyesuaian aktiviti

21

Page 22: Makalah PPOK lengkap.doc

Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan

ditentukan skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut:

1. Berhenti merokok

Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis

PPOK ditegakkan

2. Pengunaan obat - obatan

- Macam obat dan jenisnya

- Cara penggunaannya yang benar (oral, MDI atau nebuliser)

- Waktu penggunaan yang tepat (rutin dengan selangwaku tertentu atau

kalau perlu saja)

- Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya

3. Penggunaan oksigen

- Kapan oksigen harus digunakan

- Berapa dosisnya

- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen

4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen

5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya

Tanda eksaserbasi :

- Batuk atau sesak bertambah

- Sputum bertambah

- Sputum berubah warna

6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi

7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti

Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima,

langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian

edukasi sebaiknya diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu

banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi merupakan hal penting dalam

pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit

kronik progresif yang ireversibel

22

Page 23: Makalah PPOK lengkap.doc

Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit :

1. Ringan

- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel

- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara

lain berhenti merokok

- Segera berobat bila timbul gejala

2. Sedang

- Menggunakan obat dengan tepat

- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini

- Program latihan fisik dan pernapasan

3. Berat

- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi

- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan

- Penggunaan oksigen di rumah

H. Kasus PPOK Dan Tatalaksana Terapi Kasus

Tn. HZ umur 55 th masuk RS mengeluh sejak 3 bulan terakhir batuk di

siang hari dan setiap hari. Setiap kali batuk Tn. HZ merasa sesak dan

mengeluarkan dahak kental berwarna kuning kehijauan. Sesaat sebelum masuk

RS Tn. HZ volume sputum/dahak meningkat, nafas semakin sesak/memburuk dan

pendek-pendek, dada terasa berat dan terengah-engah serta merasa lelah dan lesu,

sehingga pekerjaannya memecah batu kapur sambil mencari batu akik sementara

berhenti. Tn. HZ mengaku menghabiskan rokok 2 bungkus/hari sejak tamat SMA.

Oleh dokter dia didiagnosis PPOK dan mendapat pengobatan: Amoksisilin 3x500

mg/hari, Salbutamol 2x1, Ambroksol 3x1.

Hasil pemeriksaan fisik: BB 55 kg, TB 169 cm, TD 135/90 mmHg, N 28x/menit,

S 38 C.

Hasil Spirometri: FEV1/FVC < 70%, PaO2 50 mmHg.

23

Page 24: Makalah PPOK lengkap.doc

Penyelesaian Kasus

1. Data Pasien

Nama : Tn. HZ

Umur : 55 tahun

BB : 55 kg

TB : 169 cm

2. Riwayat sosial

Perokok sejak tamat SMA (menghabiskan 2 bungkus/hari)

3. Riwayat pengobatan saat ini

Amoksisilin 3x500 mg/hari,

Salbutamol 2x1,

Ambroksol 3x1

4. Hasil Lab

Pemeriksaan Fisik : TD 135/90 mmHg, N 28x/menit, S 38 C.

Hasil Spirometri : FEV1/FVC < 70%, PaO2 50 mmHg.

5. Permasalahan Pasien

- Batuk disiang hari, dan setiap hari sejak tiga bulan terakhir

- Setiap batuk merasa sesak

6. Gejala dan tanda

Gejala meliputi :

- Merasa sesak setiap kali batuk,

- Nafas memburuk dan pendek-pendek,

- Dada terasa berat dan terengah-engah,

- lelah dan

- Lesu

Tandanya yaitu :

Mengeluarkan dahak kental berwarna kuning kehijauan

7. Tatalaksana terapi

a. Nonfarmakologi

Melakukan olahraga seperti ergometri atau walking jogging

Mengonsumsi air mineral

24

Page 25: Makalah PPOK lengkap.doc

Melakukan Terapi oksigen karena PaO2 < 50 mmHg

Mengkonsumsi makanan bernutrisi, seperti makanan yang kaya akan

protein karena dapat meningkatkan ventilasi oxigen comsumption dan

respons ventilasi terhadap hipoksia. Malnutrisi sering terjadi pada PPOK

kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja

muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan

hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi

akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat

penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah

Latihan pernapasan, tujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan

mengontrol sesak napas. Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma

dan pursed lips guna memperbaiki ventilasi dan menyinkronkan kerja otot

abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih ekspektorasi dan

memperkuat otot ekstrimit

b. Terapi Farmakologi

Tn Hz menderita PPOK Eksaserbasi akut tipe 1 (Eksaserbasi berat)

karena memiliki 3 gejala yaitu sesak bertambah, produksi sputum meningkat dan

perubahan warna sputum. Eksaserbasi akut disebabkan oleh factor primer seperti

Infeksi trakeobronkial (biasanya karena virus) dan factor sekunder seperti

lingkungan yang buruk (polusi udara), nutrisi buruk ataupun aspirasi berulang.

Terapi farmakologi untuk Penderita PPOK dapat diberikan antibiotik dan

bronkodilator. Antibiotik digunakan utuk pengobatan PPOK untuk mengurangi

jumlah sputum yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik yang cocok digunakan

untuk Tn Hz adalah antibiotik lini I yaitu Amoxixilin 3x500 mg selama 10-14 hari

karena amoxixilin merupakan antibiotik yang termasuk spektrum luas.

Bronkodilator yang sering digunakan yaitu beta-2 agonis seperti

salbutamol karena beta-2 agonis ini memiliki aksi yang pendek dan durasi yang

lama selain itu efek obat ini dapat memperbaiki FEV-1 dan volume paru,

25

Page 26: Makalah PPOK lengkap.doc

mengurangi sesak nafas, memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi kejadian

eksaserbasi.

Jadi resep yang diberikan dokter untuk mengobati Tn. Hz telah sesuai.

Namun dalam resep dokter juga menambahkan ambroxol yang berfungsi sebagai

mukolitik untuk mengencerkan dahak pasien.

8. KIE

1. Hindari penyebab seperti berhenti merokok

2. Gunakan masker untuk menghindari polusi udara saat berada di luar rumah

3. Kurangi mengonsumsi natrium

4. Hindari aktivitas berat

5. Istrahat yang teratur

6. Memakai pakaian yang longgar

7. Memberikan informasi mengenai gejala ekserbansi

8. Memberikan informasi efek samping dan cara penggunaan obat

9. Monitoring

1. Perlu dilakukan tes fungsi paru secara periodic untuk mengetahui pengaruh

terapi.

2. Hentikan terapi oksigen jika kadar paO2 kembali normal

3. Pantau efek samping dari salbutamol : takikardia, tremor, nervous

26

Page 27: Makalah PPOK lengkap.doc

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu :

1. PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran

udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel

parsial. Etiologi PPOK meliputi faktor paparan lingkungan (merokok,

pekerjaan dan polusi udara) dan faktor resiko dari host (usia, jenis kelamin,

gangguan fungsi paru dan prediposisi genetik). Patofisiologi PPOK yaitu

inhalasi bahan berbahaya sehingga timbul inflamasi sehingga terjadi

kerusakan jaringan paru sebabkan penyempitan saluran napas dan fibrosis,

destruksi parenkim dan hipersekresi mukus.

2. Gejala PPOK meliputi batu kronik, berdahak kronik dan sesak napas.

Sedangkan tanda fisiknya ditemukan hal-hal seperti inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi. Klasifikasi PPOK berdasarkan nilai FEV1 dan gejala

yang ditimbulkan meliputi tingkat 1 ringan, tingkat2 sedang, tingkat 3 berat

dan tingkat 4 sangat berat.

3. Tatalaksana terapi PPOK meliputi terapi farmakologi yaitu menggunakan

obat-obatan (bronkodilator,antiinflamasi, antibiotik, antioksidan, mukolitik

dan antitusif), terapi oksigen dan terapi pembedahan. Dan terapi non

farmakologi meliputi hentikan kebiasaan merokok, ventilasi mekanik,

perbaikan nutrisi dan rehabilitasi PPOK. Sedangkan KIE PPOK meliputi

hal-hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK yang

diberikan sejak diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiap

kunjungan yang diberikan di poliklinik, ruang rawat dan di rumah. KIE

yang dimaksud berdasarkan skala priority yaitu, penggunaan obat-obatan,

penggunaan oksigen dan lain-lain.

4. Kasus pasien PPOK dalam makalah ini sudah mendapatkan obat yang

sesuai indikasi dengan penambahan terapi nonfarmakologi dan KIE serta

monitoring selama terapi kepada pasien tersebut.

27

Page 28: Makalah PPOK lengkap.doc

B. Saran

Saran kami sebaiknya dalam melakukan terapi farmakologi bagi pasien

PPOK perlu diperhatikan algoritma terapinya dan kondisi fisiologi pasien agar

diperoleh efek yang terapi yang tepat, selain itu interaksi mungkin terjadi

perlu juga diketahui pada golongan obat-obatan tersebut.

28

Page 29: Makalah PPOK lengkap.doc

DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Z., 2011, Penyakit Sistem Pernapasan dan Terapinya, Bursa Ilmu, Yogyakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.

Sukandar, Ellin Yulinah. et al, 2008, ISO Farnakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Tjay, T.H dan Kirana, R., 2007, Obat-Obat Penting edisi Keenam, Elex Media Komputindo, Jakarta.

29