proposal kp ikan senggaringan

23
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai spesies asli yang tersebar di Asia Tenggara, menurut Müller-Belecke et al. (2002) dan Hee (2002), Mystus nigriceps layak dijadikan kandidat baru untuk budidaya, karena produksinya dapat mencapai 700 ton per tahun. Tetapi, menurut Mijkherjee et al. (2002) dan Arockiaraj et al. (2004), genus Mystus termasuk ikan-ikan Asia Tenggara yang terancam punah. Sukamsiputro (2003) melaporkan bahwa, antara tahun 1998 sampai 2002, hasil perolehan tangkapan di sungai Klawing untuk senggaringan menurun dari 14,3 ton menjadi 8,9 ton. Spesies Mystus nigriceps (nama lokal: senggaringan), sebagaimana dilaporkan Sulistyo dan Setijanto (2002), Rukayah et al. (2003), dan Sukamsiputro (2003), dijumpai di sungai Serayu dan Klawing. Ikan ini termasuk dalam familia Bagridae (Ekanayake et al., 2005). Sungai Klawing merupakan satu dari banyak sungai yang cukup besar dan penting di Kabupaten Purbalingga, Jawa 1

Upload: feny-febriany

Post on 18-Jun-2015

831 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposal kp ikan senggaringan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai spesies asli yang tersebar di Asia Tenggara,

menurut Müller-Belecke et al. (2002) dan Hee (2002), Mystus

nigriceps layak dijadikan kandidat baru untuk budidaya, karena

produksinya dapat mencapai 700 ton per tahun. Tetapi, menurut

Mijkherjee et al. (2002) dan Arockiaraj et al. (2004), genus

Mystus termasuk ikan-ikan Asia Tenggara yang terancam punah.

Sukamsiputro (2003) melaporkan bahwa, antara tahun 1998

sampai 2002, hasil perolehan tangkapan di sungai Klawing untuk

senggaringan menurun dari 14,3 ton menjadi 8,9 ton.

Spesies Mystus nigriceps (nama lokal: senggaringan),

sebagaimana dilaporkan Sulistyo dan Setijanto (2002), Rukayah

et al. (2003), dan Sukamsiputro (2003), dijumpai di sungai

Serayu dan Klawing. Ikan ini termasuk dalam familia Bagridae

(Ekanayake et al., 2005). Sungai Klawing merupakan satu dari

banyak sungai yang cukup besar dan penting di Kabupaten

Purbalingga, Jawa Tengah. Sungai ini banyak dimanfaatkan

pengguna antara lain penambang pasir, pabrik tapioka, dan juga

nelayan sungai (Sukamsiputro, 2003).

Salah satu upaya untuk menjaga pemanfaatan ikan

senggaringan (Mystus nigriceps) yaitu dengan melakukan

restocking ke habitatnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

1

Page 2: proposal kp ikan senggaringan

perubahan pengelolaan sumberdaya perikanan dari pola

perikanan tangkap menuju pola perikanan budidaya (Herianti,

2005). Restocking dapat dilakukan apabila ikan tersebut sudah

dapat didomestikasi dan dikuasai mengenai aspek biologinya.

Data bio-ekologis untuk mendukung budidaya ikan

senggaringan (Mystus nigriceps) saat ini baru pada tahap in-situ

(Sulistyo dan Setijanto, 2002). Untuk melakukan manipulasi

suatu pertumbuhan ikan masih diperlukan data bio-ekologis pada

lingkungan budidaya. Untuk memperoleh informasi tentang bio-

ekologi spesies ini maka perlu dilakukan riset untuk mendalami

fase aklimatisasi dan adaptasi di lingkungan budidaya dengan

metode experimental, yaitu melalui manipulasi lingkungan

(temperatur air dan pencahayaan). Menurut Sulistyo (1998),

menguraikan bahwa informasi lengkap dan utuh tentang

pertumbuhan ikan akan bermanfaat untuk penerapan manipulasi

pertumbuhan di lingkungan budidaya.

Fase aklimatisasi dan adaptasi merupakan faktor penting

dalam manipulasi lingkungan budidaya sehingga ikan liar yang

akan didomestikasi mampu survival. Faktor lingkungan terutama

temperatur dan pencahayaan (Phototermal) memiliki peranan

penting terhadap proses fisiologi ikan senggaringan (Mystus

nigriceps) mengingat ikan ini bersifat demersal

potamonodromous. Kerja Praktek ini mengkaji keterkaitan antara

2

Page 3: proposal kp ikan senggaringan

variasi phototermal terhadap pertumbuhan ikan senggaringan

betina (Mystus nigriceps) pada lingkungan budidaya.

3

Page 4: proposal kp ikan senggaringan

1.2. Perumusan Masalah

Ikan senggaringan merupakan jenis ikan yang endemik

asli berasal dari Indonesia. Pelestarian jenis ikan ini tidak lepas

dari usaha manusia untuk membudidayakannya. Informasi

tentang usaha untuk membudidayakannya dan mengoptimalkan

pertumbuhan ikan ini masih sangat sedikit dan perlu penelitian

yang lebih lanjut, guna meningkatkan dan melestarikan ikan

endemik ini agar dapat berkelanjutan keberadaannya. Sistem

penggunaan manipulasi baik dari temperatur lingkungan dan

faktor lainnya dapat digunakan sebagai salah satu upaya

peningkatan usaha budidaya agar keberlanjutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul perumusan

permasalahan yaitu ”Bagaimana pengaruh phototermal terhadap

laju pertumbuhan Ikan Senggaringan betina (Mystus nigriceps) di

lingkungan budidaya?”

1.3. Tujuan

Kerja Praktek ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

phototermal terhadap laju pertumbuhan Ikan Senggaringan

betina (Mystus nigriceps) di lingkungan budidaya.

4

Page 5: proposal kp ikan senggaringan

1.4. Manfaat

Manfaat dari kerja praktek ini diharapkan dapat dijadikan

dasar untuk memanipulasi pertumbuhan spesies ikan ini di

lingkungan budidaya dan dapat menyediakan konsep ilmiah

dalam merumuskan kebijakan pembangunan perikanan dan

pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

5

Page 6: proposal kp ikan senggaringan

Mystus nigricepsMystus nigriceps

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Senggaringan

Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) merupakan salah

satu spesies asli ikan air tawar yang ada di Indonesia. Menurut

Saanin (1984), genus Mystus mempunyai kedudukan sistematika

sebagai

berikut :

Gambar 1. Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Sub-ordo : Siluroidea

Famili : Bagridae

Genus : Mystus

Spesies : Mystus nigriceps

6

Page 7: proposal kp ikan senggaringan

Genus Mystus mempunyai ciri-ciri diantaranya mempunyai

kepala dan tubuh berbentuk relatif compressed (Hee, 2002).

Memiliki sirip lemak lebih panjang dari pada sirip dubur dan

bersambung dengan sirip punggung, sungut rahang atas

mencapai pangkal ekor atau melampaui sirip ekor, dahi

memanjang sampai ke pangkalan dahi (Kottelat et al,. 1993).

2.2. Syarat dan Kebiasaan Hidup

Habitat Ikan senggaringan (Mystus nigriceps) terdapat di

sungai dengan arus yang kecil, keruh dan substrat lumpur (Hee,

2002). Setijanto dan Sulistyo (2002) melaporkan juga bahwa,

tempat hidup ikan senggaringan (Mystus nigriceps) memiliki

karakter yaitu segmen sungai yang mempunyai bagian yang

dangkal dan bagian dalam, berarus lemah (0.1-0.43 m/det.) dan

putar, terletak pada bagian sungai yang membelok, pada bagian

sungai tedapat ceruk (lempeng) atau kayu besar yang terendam

yang digunakan sebagai tempat berlindung, subtrat dasar bagian

dangkal (<0,15 m) berupa campuran pasir, krikil dan pada

bagian dalam berupa pasir dan lumpur, pada bagian dangkal

yang ditumbuhi lumut dan bagian tepi sungai ditumbuhi

tanaman yang lebat (riparian vegetation). Ikan senggaringan

hidup dengan kondisi kandungan oksigen terlarut yang tinggi

(6.6– 8.8 ppm), kekeruhan yang tinggi (0.7–42.1 NTU) dan

tertangkap pada ketinggian 85– 40 m dpl.

7

Page 8: proposal kp ikan senggaringan

Ikan Senggaringan bersifat nokturnal. Materi hewan dan

materi tumbuhan merupakan makanan utama ikan dan musim

berpengaruh terhadap diet ikan ini. Ikan Senggaringan termasuk

omnivora yang cenderung bersifat karnivora dan merupakan

hewan “oportunistic feeder” (Sulistyo et al,. 2007). Hal tersebut

serupa dengan yang dikemukakan Wellborn (1988) bahwa, ikan

jenis catfish pada tahap juvenil bersifat karnivora, setelah ikan

tersebut dewasa akan bersifat omnivora.

2.3. Pertumbuhan Ikan

Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara

terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan

pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam

dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan menjadi indikator

bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam

istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai

pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu,

sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan

jumlah. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan

ukuran (panjang, berat) ikan pada waktu tertentu atau

perubahanan kalori yang tersimpan menjadi jaringan somatik

dan reproduksi. Pertumbuhan biasanya bersifat positif (misal

penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu),

menunjukkan keseimbangan energi yang positif dalam

metabolisme (Effendie, 2002).

8

Page 9: proposal kp ikan senggaringan

Metabolisme adalah penjumlahan anabolisme ditambah

katabolisme. Pada pertumbuhan, laju anabolisme akan melebihi

katabolisme. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mengkontrol

proses anabolik yaitu sekresi hormon pertumbuhan oleh pituitary

dan hormon steroid dari gonad. Namun demikian, laju

pertumbuhan ikan sangat bervariasi sebab sangat tergantung

pada berbagai faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua

bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-

faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak.

Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol,

diantaranya ialah keturunan, seks, umur. Sedangkan Faktor luar

yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air,

kandungan oksigen terlarut dan amonia, salinitas dan fotoperiod

(Effendie, 2002)

2.4. Peran Phototermal Terhadap Laju Pertumbuhan

Phototermal merupakan gabungan cahaya dan

temperatur yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan

(Sutisna dan Sutarmanto, 1995). Pada beberapa ikan,

phototermal merupakan “trigger” atau pemicu untuk

perkembangan gonad. Phototermal akan diterima oleh organ

reseptor, dari reseptor akan diteruskan ke sistem syaraf pusat.

Kemudian Hipotalamus menghasilkan hormon yang dibawa

dalam pembuluh darah menuju bagian anterior dari kelenjar

pituitary. Hormon ini digunakan untuk merangsang pituitary

9

Page 10: proposal kp ikan senggaringan

untuk menghasilkan hormon-hormon lain. Kelenjar pituitary

merangsang pengeluaran hormon pertumbuhan (Growth

Hormone/ GH). Pengeluaran hormon GH di rangsang oleh

hormon-hormon pelepas pertumbuhan (Growth Hormone

Releasing Factor/ GHRF) yang direproduksi oleh hipotalamus.

Selain itu terdapat juga hormon yang fungsinya berlawanan

dengan GHRF, yaitu hormon pelepas yang sifatnya menghambat

(Growth Hormone Releasing-inhibits Factor. GHRiF) yang juga

dihasilkan oleh hipotalamus (Herfen, 2009).

Basuki (2001) menjelaskan bahwa, GH (Growth Hormone)

atau hormon pertumbuhan, untuk membuktikan hipotesis

tersebut telah dilakukan berbagai penelitian dengan penerapan

berbagai cara agar GH dapat disekresikan sehingga kadar GH

dalam darah dapat ditingkatkan atau dapat dihambat dengan

efek, apabila GH dirangsang sehingga kadarnya didalam darah

meningkat dapat meningkatkan pertumbuhan, dan sebaliknya

apabila GH dihambat maka pertumbuhannya akan menurun,

menurut Peter dan Marchant (1995), dari hasil berbagai

penelitian pada ikan menunjukkan bahwa ada beberapa hormon

yang berperan dalam menstimulasi sekresi GH yaitu dopamin,

tirotropin-releasing hormon, GH releasing faktor, Gn-RH, neuro

peptide Y, noreepineprin, dan ada pula hormon yang berperan

didalam menghambat sekresi GH yaitu serotonin, somatostatin.

10

Page 11: proposal kp ikan senggaringan

Temperatur berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang

terlibat proses katabolisme dan anabolisme.  Enzim metabolisme

berpengaruh terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi)

dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang

dibutuhkan tubuh).  Jika aktifitas enzim metabolisme meningkat

maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar

metabolit dalam darah semakin tinggi.  Tingginya kadar

metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan

memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan

meningkat.  Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan

jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh.  Energi ini akan

digunakan untuk proses-proses maintenance dan selanjutnya

digunakan untuk pertumbuhan (Musida, 2008).

11

Page 12: proposal kp ikan senggaringan

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Kerja Praktek

3.1.1. Bahan Kerja Praktek

Bahan yang digunakan adalah ikan senggaringan (Mystus

nigriceps) sebanyak 12 ekor ikan betina ukuran panjang ± 15 cm

dan berat ± 20 gr.

3.1.2. Alat Kerja Praktek

Alat yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah 4 bak

fiberglass dengan kapasitas 250 L, ketinggian air 40 cm, water

bath, serok, plastik penutup warna hitam, penggaris (cm) atau

kertas milimeter blok, timbangan digital merek O-hauss (dengan

ketelitian ± 0,1 g), lampu TL 10 watt, thermometer celscius.

3.2. Metode Kerja Praktek

3.2.1. Prosedur Kerja Praktek

Rancangan pada kerja praktek ini adalah model

eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan pola faktorial, yaitu dengan 4 perlakuan dengan 3

kali ulangan pada ikan. Secara rinci rancangan kerja praktek

tersebut adalah :

Tabel 1. Rancangan PerlakuanNo. Perlakua

nKeterangan

1 T0L0 Temperatur ruang, pencahayaan alami2 T0L1 Temperatur ruang, pencahayaan 10 jam terang

dan 14 jam gelap3 T0L2 Temperatur ruang, pencahayaan 14 jam terang

dan 10 jam gelap

12

Page 13: proposal kp ikan senggaringan

4 T2L1 Temperatur 30ºC, pencahayaan 10 jam terang dan 14 jam gelap

3.2.1.1. Persiapan Bak Perlakuan Phototermal

Wadah percobaan disiapkan dengan dicuci sampai bersih

terlebih dahulu. Kemudian diisi dengan air hingga kedalaman 40

cm, dan disiapkan sistem resirkulasi tertutup agar tidak perlu

dilakukan pergantian air. Wadah percobaan diberi pengatur

temperatur agar stabil dan diberi pencahayaan menggunakan

lampu TL 10 watt yang lama pencahayaan diatur alat timer

sesuai perlakuan, kecuali T0LP0.

3.2.1.2. Pemberian Pakan

Induk diberi pakan alami berupa ikan mujair (panjang 2-4

cm) secara adlibitum.

3.2.1.3. Penanganan Sampel

Pengambilan data secara sampel acak yaitu dengan

menangkap 3 ekor ikan senggaringan betina dari setiap wadah

pada awal, pertengahan, dan akhir percobaan.

3.2.1.3.1. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (SGR) merupakan nilai

konveksi pakan yang menunjukan kualitas melalui pertumbuhan

yang dihasilkan (Suhenda et, al., 2003). Menurut Effendie (2002),

SGR dapat dihitung dengan rumus :

13

Page 14: proposal kp ikan senggaringan

Keterangan :

SGR : Specific Growth Rate (Laju Pertumbuhan Spesifik)

Wt : Berat ikan akhir (g)Wo : Berat ikan awal (g)T : Waktu Pemeliharaan

3.2.1.3.2. Pengukuran Pertumbuhan Nisbi

Dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada tiap

interval waktu, atau dengan kata lain ialah perbedaan ukuran

pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal

interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval.

Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih banyak

digunakan karena mempunyai nilai praktis dari pada panjang.

Perumusan kecepatan pertumbuhan nisbi tadi adalah sebagai

berikut menurut Effendie (2002),:

h =

Keterangan :

h = kecepatan pertumbuhan nisbiWt = Bobot akhir interval (gr)Wo = Bobot awal interval (gr)t = jumlah hari selama percobaan.

3.3. Waktu dan Tempat

Kerja praktek ini dilaksanakan di Laboratorium

Pengembangan Budidaya, Jurusan Perikanan dan Kelautan

14

Page 15: proposal kp ikan senggaringan

Unsoed. Kerja praktek ini dimulai sejak bulan Oktober sampai

Januari 2009.

3.4. Analisis Data

Variabel yang diamati dalam kerja praktek ini adalah

pertumbuhan ikan senggaringan (Mystus nigriceps) berupa laju

pertumbuhan spesifik dan pertumbuhan nisbi. Data ini diujikan

secara statistik menggunakan analisis keragaman dengan uji F

(ANOVA) pada taraf kesalahan 0,01%. Apabila terjadi perbedaan

yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil jika

terdapat perbedaan perlakuan.

15

Page 16: proposal kp ikan senggaringan

IV. JADWAL RENCANA KERJA PRAKTEK

Jadwal rencana kerja praktek Efek Photo-Termal Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Senggaringan (Mystus Nigriceps) Betina. dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No KegiatanBulan

September

Oktober

November

Desember

Januari

1Penyusunan proposal kerja praktek          

2Pengambilan sample dan identifikasi          

3 Analisis data          4 Penyusunan laporan          

16

Page 17: proposal kp ikan senggaringan

DAFTAR PUSTAKA

Arockiaraj A. J., Haniffa M. A., Seetharaman S., Singh S., 2004. Cyclic changes in gonadal maturation and histological observations of threatened freshwater catfish “Narikeliru” Mystus montanus (Jerdon, 1849). Acta Ichthyologica Et Piscatoria, 34 (2): 253–266.

_______________. 2004. Early Development of a Threatened Freshwater Catfish Mystus montanus (Jerdon). Acta Zoologica Taiwanica, 14(1): 23 -32.

Basuki. F. 2001. Tinjauan Falsafah Ilmu Terhadap Transgenik Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Chua, T.E. dan S.K. Teng.1978. Effect of Feeding Frequency On The Growth of Young Estuary Grouper. Ephinephelus tauvina (Fosskal) Cultured in Floating Net-Cage, Aquaculture. 14: 31-47.

Ekanayake S. P., Bambaradeniya C. N. B., Perera W. P. N., Perera M. S. J., Rodrigo R. K., Samarawickrama V. A. M. P. K. dan Peiris T. N., 2005. A Biodiversity Status Profile of Lunama - Kalametiya Wetland Sanctuary. IUCN - The World Conservation Union, Sri Lanka Country Office. 46 p.

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Cetakan Kedua. Yayasan Pusaka Nusatama

Hee N. H., 2002. The Identity Of Mystus nigriceps (Valenciennes In Cuvier & Valenciennes, 1840), With The Description Of A New Bagrid Catfish (Teleostei: Siluriformes) From Southeast Asia. The Raffles Bulletin Of Zoology, 50(1): 161-168

Herfen. 2009. Sistem Endoktrin. http://prestasiherfen.blogspot.com/ diakses tanggal 09-11-2009 (online).

Herianti, I. 2005. Rekayasa Lingkungan Untuk Memacu Perkembangan Ovarium Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (Central Java Assessment Institute for Agricultural Technology). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, (37):25– 41

17

Page 18: proposal kp ikan senggaringan

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freswater of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hong Kong. 221 pp., 84 pls.

Mijkherjee M., Praharaj A., Das S., 2002. Conservation of endangered fish stocks through artificial propagation and larval rearing technique in West Bengal, India. Aquaculture Asia, 7(2): 8-11.

Müller-Belecke A., Schneiderat U., Dhesparasith D., Hösrtgen-Schwark G., 2002. Artificial reproduction of Asia green catfish (Mystus nemurus): trials to obtain high quality sperm from alive males. Abstrak Challenge to organic farming and sustainable land use in the tropics and subtropics. Deutscher Tropentag, October 9-11, 2002, Witzenhausen.

Musida. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Hewan Air Terhadap Lingkungannya. http://www.musida.web.id/ diakses tanggal 09-11-2009 (online)

Peter, R.E. and T.A. Marchant., 1995. The Endocrinology of Groth in Carp and Releted Species.   Aquaculture 129 : 299-321.

Rukayah S., Setijanto, Sulistyo I., 2003. Kajian Strategi Reproduksi Ikan senggarian (Mystus nigriceps) di Suai: Upaya Menuju Diversifikasi Budidaya Perairan. Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Biologi, Unsoed.

Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bogor.

Suhenda, N., Evi Hapsari. 2003. Penentuan Kebutuhan Kadar Protein Pakan untuk Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevani). Vol. III. No. 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Sukamsiputro, S., 2003. Ekologi ikan baceman (Mystus nemurus C. V.) di sungai Klawing Kabupaten Purbalingga dan beberapa faktor yang berkaitan dengan domestikasinya. Tesis Magister Sains Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Unsoed.

Sulistyo I., 1998. Contribution à l′étude la Maîtrise du Cycle de Reproduction de la Perche Eurasienne Perca fliviatilis L. Thèse du Docteur de I’Université Henri Poincaré. France. 145 p.

18

Page 19: proposal kp ikan senggaringan

Sulistyo I., Setijanto, 2002. Aspek Ekologi dan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps): Acuan Dasar Domestikasi dan Budidaya. Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Biologi, Unsoed.

Sulistyo I., Setijanto dan Siregar A. S., 2007. Kinerja Reproduktif Ikan-Ikan FamiliaBagridae di Sungai Klawing, Purbalingga: 1. Indeks Morfo-anatomi Ikan Betina. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang 28 Agustus 2007.

Sutisna, D. H. Dan Sutarmanto, R. 1995. Pembenihan Ikan-Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.

Wellborn, T. L. 1988. Channel Catfish Life History and Biology. The Texas A&M University System. Texas.

19