proposal koperasi

26
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) sejak Januari 2001 yang lalu, menimbulkan paradigma pembangunan dari sentralistik (terpusat) ke desentralistik (ke daerah). Adanya perubahan ini, berarti daerah harus mempersiapkan diri dari berbagai aspek ; (1). Kesiapan SDM, (2); Kesiapan Keuangan; (3). Partisipasi masyarakat; dan (4). Kesiapan manajemen pengelolaan potensi daerah (sumber daya alam). Apabila kesiapan daerah belum memadai, dikawatirkan adanya kebijakan otonomi daerah tersebut akan menjadi beban dalam melanjutkan pembangunan di daerah. Jika otonomi daerah dipaksakan dan daerah belum siap, maka untuk mendapatkan sumber pendanaan (PAD), justru akan mengeksplotasi potensi daerah secara besar-besaran dan akibatnya di daerah akan terjadi kelangkaan sumberdaya (scarcity) dan akhirnya merugikan (mematikan) kelangsungan pembangunan. Faktor yang juga berpengaruh besar dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah partisipasi koperasi dalam dunia usaha, dan masyarakat golongan bawah, hal ini berarti sejalan dengan kesiapan masyarakat koperasi dalam pengembangan usaha dan kelembagaan. Tumbuhnya partisipasi masyarakat ini, berarti tumbuhnya semangat (spirit), kesadaran, kepercayaan, kerjasama dan inovasi untuk berkembang serta siap menghadapi persaingan dalam dunia usaha. Kesiapan koperasi dalam pengembangan usaha, secara tidak langsung akan menumbuhkan sektor ekonomi yang berarti, di dalamnya akan memberikan kontribusi dalam pemasukan (PAD) seperti pajak daerah, pajak bumi dan bangunan, retribusi, iuran dan pembayaran ongkos-ongkos pelayanan, bahkan usaha-usaha unggulan termasuk wisata alam/buatan dapat menarik investasi dari luar (domestik/asing) yang berarti meberikan jaminan untuk pemasukan PAD. goro/gel/02

Upload: tuahta-sebayang

Post on 21-Jul-2015

598 views

Category:

Self Improvement


11 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sejak diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) sejak

Januari 2001 yang lalu, menimbulkan paradigma pembangunan dari sentralistik (terpusat) ke

desentralistik (ke daerah). Adanya perubahan ini, berarti daerah harus mempersiapkan diri

dari berbagai aspek ; (1). Kesiapan SDM, (2); Kesiapan Keuangan; (3). Partisipasi masyarakat;

dan (4). Kesiapan manajemen pengelolaan potensi daerah (sumber daya alam).

Apabila kesiapan daerah belum memadai, dikawatirkan adanya kebijakan otonomi daerah

tersebut akan menjadi beban dalam melanjutkan pembangunan di daerah. Jika otonomi

daerah dipaksakan dan daerah belum siap, maka untuk mendapatkan sumber pendanaan

(PAD), justru akan mengeksplotasi potensi daerah secara besar-besaran dan akibatnya di

daerah akan terjadi kelangkaan sumberdaya (scarcity) dan akhirnya merugikan (mematikan)

kelangsungan pembangunan.

Faktor yang juga berpengaruh besar dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah partisipasi

koperasi dalam dunia usaha, dan masyarakat golongan bawah, hal ini berarti sejalan dengan

kesiapan masyarakat koperasi dalam pengembangan usaha dan kelembagaan. Tumbuhnya

partisipasi masyarakat ini, berarti tumbuhnya semangat (spirit), kesadaran, kepercayaan,

kerjasama dan inovasi untuk berkembang serta siap menghadapi persaingan dalam dunia

usaha.

Kesiapan koperasi dalam pengembangan usaha, secara tidak langsung akan menumbuhkan

sektor ekonomi yang berarti, di dalamnya akan memberikan kontribusi dalam pemasukan

(PAD) seperti pajak daerah, pajak bumi dan bangunan, retribusi, iuran dan pembayaran

ongkos-ongkos pelayanan, bahkan usaha-usaha unggulan termasuk wisata alam/buatan dapat

menarik investasi dari luar (domestik/asing) yang berarti meberikan jaminan untuk

pemasukan PAD.

goro/gel/02

2. Arah Pembangunan Era Reformasi

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia berawal sejak terjadinya krisis moneter pada

pertengahan awal tahun 1997 dan berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan

kepada pemerintah. Keadaan ini dipicu oleh terjadinya Sistim Ekonomi Konglomerasi (SEK)

yang banyak dinodai oleh praktik-praktik bisnis yang tidak wajar seperti monopolistik,

oligopoli dan monopsomi. Di samping itu SEK juga tidak mengakar pada kepentingan rakyat

dan makin memperlebar jurang kesenjangan antara kaya dan miskin, antar wilayah atau antar

sektor. Dampak paling buruk yang kita rasakan adalah tinginya tingkat inflasi (mencapai ±

80% pada tahun 1998), tingginya tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi negatif, dan

tingkat kemiskinan hampir mencapai 40% dari jumlah penduduk indonesia.

Bertitik tolak dari gambaran krisis ekonomi seperti itu membuktikan bahwa SEK sudah tidak

relevan lagi untuk dipertahankan. Untuk itulah maka pada Era Reformasi ini pradigma baru

pembangunan harus dirubah. Pembangunan harus ditujukan kepada kepentingan rakyat,

bukan untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok. Pembangunan harus

dikembangkan dengan berbasiskan ekonomi domestik pada Daerah Tingkat II

(Kabupaten/Kodya). Disamping itu, tingkat kemandirian harus tinggi, adanya kepercayaan

diri dan kesetaraan, meluasnya kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipatif, adanya

persaingan sehat, serta didukung dengan industri yang berbasiskan sumber daya alam. Semua

ini merupakan ciri-ciri Sistim Ekonomi Kerakyatan (SER) yang harus kita tuju bersama.

3. Pengembangan Usaha Koperasi Berbasis Keanggotaan

Bertitik tolak dari arah pembangunan Era Reformasi ini maka Pengembangan Usaha KSU

Mega Goro diarahkan kepada ciri-ciri Sistim Ekonomi Kerakyatan, yang memang sebangun

dengan Prinsip-prinsip Koperasi maka Arah pemikiran pengembangan usaha KSU. Mega

Goro Agara dilandasi atas pemikiran sebagai berikut :

a. Berdasarkan kepentingan anggota

Bahwa usaha yang akan dirintis dan dikembangkan didasarkan oleh kebutuhan ril anggota

dan calon anggota, baik kepentingan ekonomi usahanya maupaun kepentingan lainnya.

Jadi usaha yang akan dikembangkan bukan atas dasar kepentingan pengurus atau

kepentingan pihak-pihak lainnya.

goro/gel/02

b. Menyentuh kebutuhan anggota yang paling mendasar

Bahwa pengembangan usaha koperasi yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan yang

paling mendasar dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta dapat

mengangkat harkat dan martabat anggota koperasi.

c. Dapat menjadi solusi pemecahan masalah usaha yang dihadapi anggota

Kegiatan usaha koperasi yang akan dikembangkan mempunyai kaitan langsung dengan

kegiatan usaha anggota, dan usaha ini dikatakan efektif apabila menyelesaikan masalah

usaha anggota. Contohnya, usaha kecil sektor informal di pedesaan, dalam pemenuhan

kebutuhan modal usahanya sangat sulit berhubungan dengan Bank, hingga terjerat kepada

rentenir, maka dengan kehadiran Usaha USP permasalahan usaha anggota dapat teratasi.

d. Layak dikembangkan secara ekonomis

Koperasi bukan lembaga sosial, tapi merupakan badan usaha, sehingga dalam

pengembangan usahanya harus dikelola secara profesional, koperasi perlu melakukan

peningkatan daya saing dengan jalan meningkatkan kualitas SDM, strukturisasi, efisiensi

dan dinamika pemikiran dunia usaha. Disamping itu aspek kewirausahaan juga perlu

dikembangkan untuk melihat keadaan usaha ke depan serta secara ekonomis usaha yang

akan dikembangkan layak dijalankan. Jadi perlu adanya kajian-kajian, dan belajar dari

pengalaman yang sudah-sudah serta niat baik yang tulus, iklas yang dilandasi Ilmu,

Tehnologi, Iman dan Taqwa.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, KSU. MEGA GORO AGARA merencanakan

pengembangan usaha jasa perkreditan yaitu Unit Simpan Pinjam (USP) di Kabupaten Aceh

Tenggara, dengan membentuk Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) di titik-titik strategis

sasaran pelayanan usaha. Pembentukan TPK – USP – KSU. MEGA GORO AGARA yang

dinilai layak dan dapat berkembang yaitu sebanyak 10 TPK yaitu di lokasi – lokasi strategis di

Kabupaten Aceh Tenggara.

Pembentukan TPK tersebut didasarkan atas jarak tempuh dengan desa-desa sekitarnya, relatif

dapat dijangkau dengan roda kenderaan dua dan empat, tingginya aktivitas perekonomian,

lokasi pasaran (pekan), dan jangkauan jumlah desa yang dilayani.

goro/gel/02

4. Maksud dan Tujuan Pengembangan Usaha

Secara umum maksud pengembangan usaha ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

KSU. MEGA GORO AGARA untuk melayani kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota,

calon anggota dan masyarakat, khususnya dalam hal dukungan perkuatan permodalan,

disamping itu diharapkan usaha koperasi dan usaha anggota meningkat baik volume maupun

kualitasnya. Adapun tujuan pengembangan usaha adalah :

a. Mendirikan Unit Usaha Simpan Pinjam koperasi yang dikelola secara profesional, dan

berdasarkan kepentingan usaha anggota, calon anggota dan masyarakat di Kab. Aceh

Tenggara.

b. Memperankan koperasi sebagai organisasi bisnis, dengan memberikan pelayanan prima

kepada para anggota, calon anggota, anggota luar biasa dan masyarakat sekitarnya.

c. Memperankan koperasi dalam kiprah perekonomian daerah dalam mendukung era

otonomi daerah, melalui perkuatan permodalan usaha kecil sektor informal di pedesaan.

d. Kegiatan usaha yang dalakukan dapat menciptakan peluang dan kesempatan kerja.

e. Mendorong kegiatan usaha lainya untuk dapat berkembang lebih cepat khususnya kegiatan

usaha di pedesaan (usaha kecil sektor informal).

goro/gel/02

BAB II

KEADAAN WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGGARA

1. Keadaan Umum Kabupaten Aceh Tenggara

a. Letak Geografis dan Administrasi.

Letak geografis Kabupaten Aceh Tenggara antara 23° 55’ 23” – 4 16’ 37” Lintang Utara dan

96° 43’ 23” – 98° 01’ 32” Bujur Timur dan dikelilingi oleh Bukit Barisan dan Gunung Leuser

yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan batas sebagai berikut (lihat gambar ) :

• Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Timur dan Tamiang

• Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Timur dan Prop. Sumatera Utara

• Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Selatan

• Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat

Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sebelum pemekaran (Kabupaten Aceh Tenggara

dimekarkan jadi menjadi 2 (dua) kabupaten pada tahun 2002) adalah 9.950,990 Km2 yang

terbagi dalam 9 kecamatan dan 229 desa, seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1Luas Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan

Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2001 (Sebelum Pemekaran)

No Kecamatan Ibukota Luas (Km2) (%)Jarak Ibukota Kec. Ke Ibu kota Kab.

1 Lawe Alas Ngkeran 2.136.530 21,7 6,52 Lawe Sigalagala Kuta Tengah 146.430 1,5 20,83 Bambel Kuning 10.550 1,1 5,54 Babussalam Prapat Hilir 82.100 0,8 3,05 Badar Purwodadi 1.765.800 17,7 5,06 Blangkejeren Blangkejeren 3.311.320 33,3 104,07 Kuta Panjang Kuta Panjang 705.460 7,1 111,08 Rikid Gaib Keyaran 595.375 5,9 128,09 Terangon Terangon 1.107.425 11,2 142,0

Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2001

Luas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara sesudah pemekaran pada tahun 2002 adalah

4.231,410 Km2 yang terbagi dalam 7 kecamatan dan 163 desa, seperti terlihat pada tabel 2.

goro/gel/02

Tabel 2Luas Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan

Ke Ibukota Kabupaten Tahun 2002 (Sesudah Pemekaran)

No Kecamatan Ibukota Luas (Km2) (%)Jarak Ibukota Kec. Ke Ibu kota Kab.

1 Lawe Alas Ngkeran 2.136,530 50,49 6,52 Lawe Sigalagala Kuta Tengah 43,920 1,04 20,83 Bambel Kuning 100,550 2,38 5,54 Babussalam Prapat Hilir 82,100 1,94 3,05 Badar Purwodadi 971,190 22,95 5,06 Darul Hasanah Darul Imarah 794,610 18,78 6,07 Babul Makmur Tanoh Alas 102,510 2,42 31,0

Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2002

Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa luas wilayah kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tenggara

sangat bervariasi. Luas wilayah Kecamatan yang paling luas terdapat pada Kecamatan Lawe

Alas, kemudian diikuti oleh Badar dan Darul Hasanah. Sedangkan luas terkecil wilayahnya

yaitu kecamatan Babussalam.

b. Topografi

Fisiografi wilayah Kabupaten Aceh Tenggara adalah datar di Lembah Lawe Alas dan disekitar

sungai-sungai, serta berbukit-bukit hingga bergunung kearah Barat, Utara dan Timur wilayah.

Dari Peta Topografi terlihat bahwa Kabupaten Aceh Tenggara memiliki dataran yang sempit

karena sebahagian wilayahnya bergelombang dan bergunung.

Gambaran kelas lereng wilayah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki lahan datar (lereng 0 – 8

%) yang sangat sempit yaitu 91.556 Ha atau 9,20 % total luas wilayah. Wilayah dengan lahan

berlereng > 40 % mencapai 243.678 Ha atau 24,49 % dari total luas wilayah Aceh Tenggara,

sisanya 659.864 Ha atau 66,31 % dari total wilayah berlereng 8 – 40 %.

Sedangkan ketinggian dapat dilihat bahwa Kabupaten Aceh Tenggara didominasi oleh daerah

berketinggian lebih dari 500 m diatas permukaan laut (dpl). Wilayah ini mencapai luas 809.757

Ha atau 81,38 % total wilayah. Daerah dengan ketinggian kurang 500 m dpl adalah 185.341 ha

atau 18,62 % total wilayah.

goro/gel/02

c. Tanah

Jenis tanah diwilayah Kabupaten Aceh Tenggara meliputi regosol (utisol), potsolik merah

kuning (PMK), andosol (inceptisol), alivial, kolplek PMK dan litosol, komplek PMK, komplek

podsolik coklat dan komplek renzina litosol. Jenis tanah menunjukkan bahwa wilayah ini

didominasi oleh tanah regosol dan komplek podsolik coklat yang luasnya 399.244 Ha atau

40,12 % total wilayah dan 312.716 atau 31,42 % total wiayah. Di lembah Sungai Alas terdapat

tanah aluvial.

Kedalaman tanah efektif di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara didominasi oleh tanah

berkedalaman lebih besar dari 90 cm dengan luas 939.614Ha atau 94,42 % total wilayah.

Sisanya hanya 5,58 % atau seluas 55.484 Ha berkedalaman efektif 30 cm.

Keadaan drainese tanah menunjukkan bahwa tiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh

Tenggara tidak pernah mengalami genangan air, baik priodik maupun tahunan. Banyaknya

anak sungai dengan kecuraman yang tajam memungkinkan air permukaan bergerak bebas.

d. Iklim

Suhu rata-rata diwilayah Aceh Tenggara adalah 21 – 31 C. Wilayah ini beriklim tropis basah

dengan curah hujannya tidak merata dari suatu tempat ketempat lainnya.

Curah hujan dikabupaten Aceh Tenggara berkisar 1.705 – 2.559 mm/tahun, dengan rata-rata

hari hujan 103 – 105 hari/tahun, bulan basah terdapat pada bulan September s/d Februari dan

bulan kering terdapat pada bulan Maret s/d Agustus.

e. Hidrologi dan Hidrogeologi

Sebahagian wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pegunungan Bukit Barisan yang

secara geologi terutama terdiri atas sedimentasi batuan upper palezoic dan mesozoic. Pada

bagian pegunungan ini terjadi patahan dibeberapa tempat. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara

merupakan hulu tiga sungai besar di Aceh, yaitu Sungai Tamiang, Kluet dan Tripa. Disamping

itu dalam wilayah ini mengalir Suangai Alas yang bermuara di pantai Barat Aceh. Ditinjau dari

pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), wilayah kabupaten ini terdiri dari empat DAS

penting DAS Kr. Tripa, DAS KR. Kluet, DAS Lawe Alas, dan DAS Kr. Tamiang yang

goro/gel/02

luasnya berturut-turut 4.025 Km, 4.060 Km, 7.557 Km, 5.630 Km. Total aliran limpasan

puncak dan debit banjir tahunan keempat DAS tersebut masing-masing 4.611,4 M3/detik.

f. Geologi dan Geologi Tata Lingkungan

Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada Zona Patahan Utama Sumatera yang masih

aktif. Keadaan strukturnya rumit dengan topografi yang dikontrol oleh patahan muda yang

terjadi pada segmen-segmen tengah sistem patahan Sumatera. Ada empat patahan utama di

daerah ini patahan lokop Kutacane, Blangkejeren – Mamas dan Patahan Lawe Alas. Susunan

batuan terdiri dari atas batuan pratersier sampai kuarter. Batuan sedimen terlipat dan sedimen

horizontal sangat dominan masing-masing mencakup luas wilayah 411.739 Ha dan 280.254

Ha. Jenis batuan lainnya adalah batuan beku dan batuan malihan.

Dari aspek geomorfologi, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terdiri atas tiga satuan yaitu

satuan pedataran yang menempati kawasan depresi, satuan perbulitan di daerah ketinggian

diatas 250 – 900 m dpl dan satuan pegunungan tinggi yang menempati daerah ketinggian di

atas 900 m dari permukaan laut.

Satuan perbukitan berbentuk kerucut tumpul dengan lembah dan sungai yang kecuramannya

tidak begitu tajam dengan kemiringan lereng dibawah 50 %. Batuan yang membentuk satuan

ini terdiri atas batuan sedimen tersier dan batuan gunung api. Pada satuan pegunungan tinggi

terbentuk tebing-tebing yang curam berlembah sempit dengan kemiringan lebih dari 50 %.

Satuan ini dibentuk oleh batuan pratersier dan batuan malihan serta secara setempat batuan

trobosan dan batuan gunung api tersier.

g. Penggunaan Lahan.

Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pegunungan dengan kemiringan yang tinggi.

Namun demikian wilayah ini kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna. Oleh karena itu

sebagian besar wilayah ditetapkan sebagai hutan lindung dan cagar alam. Cagar Alam Taman

Nasional Gunung Leuser menempati luas 500.000 Ha atau 50,24 % dari total wilayah (sebelum

pemekaran, data sesudah pemekaran belum diperoleh). Luas wilayah yang dapat digunakan

untuk pemukiman (11,2 %) dan kegiatan pertanian (4,20 %) dalam arti luas relatif sangat

sempit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

goro/gel/02

Dari tabel 3 tersebut menunjukkan, bahwa luas wilayah yang digunakan untuk berbagi tujuan

budidaya adalah 51.546 Ha atau 5,19 % dari total luas wilayah. Kedalaman luas tersebut belum

termasuk hutan produksi yang telah diserahkan kepada pengusaha HPH. Potensi areal

pertanian seluas 42.093 Ha (4,29 %) selain itu masih terdapat areal yang belum dimanfaatkan

(sleeping land) seluas 11.946 Ha yang tersebar diseluruh kecamatan.

Tabel 3Luas Wilayah (Ha) Menurut Penggunaan Lahan

Di kabupaten Aceh Tenggara (Sebelum Pemekaran)Tahun 2000

No. Jenis Penggunaan LahanLuas Wilayah

Ha ( % )1. Wilayah Taman Nasional Gunung Leuser 500.000 50,24 %2. Hutan Lindung/Produksi 330.000 33,16 %3. Padang Rumput/Alang-alang 9.453 0,90 %4. Areal Pertanian 42.093 4,29 %5. Perkampungan 111.463 11,20 %

Jumlah 995.099 100 %Sumber : Kab. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2000

Potensi areal pertanian seluas 42.093 Ha (4,29 %) selain itu masih terdapat areal yang belum

dimanfaatkan (sleeping land) seluas 11.946 Ha yang tersebar diseluruh kecamatan.

2. Keadaan Sosial

a. Kependudukan

Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2001 sebesar 149.695 jiwa yang

terbagi dalam 32.361 rumah tangga dengan kepadatan penduduk antara 9,5 – 633

jiwa/Km2 dan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 35 jiwa/Km2 (Lihat Tabel 4).

Kecamatan yang paling padat penduduknya sampai kepada yang paling jarang dalah

berturut-turut Kecamatan Lawe Sigalagala, Kecamatan Babussalam, Kecamatan Bambel,

Kecamatan Badar, Kecamatan Babul Makmur, Kecamatan Darul Hasanag dan Kecamatan

Lawe Alas.

Sedangkan jenis mata pencaharian yang paling dominan di Kabupaten Aceh Tenggara

adalah Petani 84%, Buruh 2,4%, Pedagang 5,8%, PNS 1,4 % dan lain-lain 6,4 %.

goro/gel/02

Tabel 4Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Dirinci Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh TenggraTahun 2002

No. KecamatanLuas

(Km2)Jumlah

Penduduk

KepadatanPenduduk

(Jiwa/Km2)1 Lawe Alas 2.136 20.176 9,402 Lawe Sigalagala 44 27.791 633,003 Bambel 101 30.485 303,204 Babussalam 82 32.213 392,405 Badar 971 16.277 17,406 Babul Makmur 103 11.911 116,217 Darul Hasanah 795 10851 14,68

Jumlah 4.232 149.695 35,33Sumber : Monografi Kab. Aceh Tenggara, 2002

b. Adat Istiadat

Kabupaten Aceh Tenggara merupakan pinyu gerbang masuk kelurnya suku dari daerah

lain, ini disebabkan karena letak geografisnya yang langsung berbatasan dengan Provinsi

Sumatra Utara (Kabupaten Tanah Karo) dan mempunyai kesamaan bahasa dan istiadat

dengan suku tersebut.

Secara umum adat istiadat yang berkembang di Kabupaten Aceh Tenggara sesuai dengan

suku yang mendaiami daerah ini seperti suku; Alas, Gayo, Singkil, Aceh, Karo, Tapanuli

Utara, Tapanuli Selatan, Padang, Melayu dan Jawa. Agama yang dianut mayoritas adalah

Islam dan sisanya Kristen Protestan. Keragaman etnis yang mendiami Kabuapten Aceh

Tenggara ini, membawa konsensi masyarakatnya mempunyai tingkat toleransi yang cukup

tinggi, pelaksanaan adat istiadat dan ibadah kegamaan tidak menemui kesulitan dan dapat

berintraksi dengan baik.

3. Keadaan Ekonomi

a. Struktur Ekonomi

goro/gel/02

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Tenggara atas

dasar harga konstan tahun 1993, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada

tahun 2001 sebesar 1,99 %

b. Sektor Pertanian

Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan

Secara garis besar sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian di

Kabupaten Aceh Tenggara dan memberikan sumbangan sebesar 50 %. Tanaman padi

sawah adalah komoditi andalan di kabupaten ini. Selain dari tanaman padi sawah

tanaman bahan makanan lainnya juga cukup potensial seperti : jagung, kacang tanah,

kedelai, cabe, rambutan, langsat, jeruk, durian dan nenas.

Sub Sektor Perkebunan

Komoditi perkebunan yang cukup potensial yaitu : karet, kelapa, kopi, tembakau,

nilam, kemiri, pinang dan gambir.

Komoditi-komoditi perkebunan potensial di Aceh Tenggara mengalami peningkatan

produksi yang cukup variatif. Diantaranya komoditi tanaman gambir yang merupakan

komoditi khas Kabupaten Aceh Tenggara (Kecamatan Lawe Alas dan Badar).

Sub Sektor Perikanan

Usaha budidaya perikanan yang ada adalah perikanan darat yang dilakukan pada media

kolam dan sawah. Budidaya perikanan di sawah diusahakan secara bergilir dengan padi

sawah, dengan jenis ikan yang dibudidayakan meliputi : ikan mas, ikan mujair, ikan lele,

belut dan ikan jurung.

Sub Sektor Peternakan

Jenis ternak yang dikembangkan meliputi : sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, domba,

ayam dan itik. Untuk ternak besar, kerbau adalah jenis ternak yang paling banyak

diusahakan masyarakat terutama di Kecamatan Blangkejeren, Kuta Panjang, Rikit Gaib

dan Terangon.

Sub Sektor Kehutanan

Luas hutan di kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 1999 seluas 880.000 Ha terdiri

dari hutan lindung 168.000 Ha (19,09 %), hutan produksi terbatas 135.000 Ha ( 15,34

goro/gel/02

%), hutan suaka alam/kawasan Taman Nasional Gunung Leuser 500.000 Ha ( 56,82

%) dan hutan cadangan (hutan produksi yang dapat dikonversi) 77.000 Ha (8,75 %).

c. Sektor Perdagangan

Perkembangan dalam bidang perdagangan sangat erat kaitannya dengan perkembangan

pada bidang lainnya, khususnya dalam kebijaksanaan pengadaan dan pendistribusian

barang dan bahan-bahan penting lainnya.

Adapun usaha perdagangan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, khususnya usaha kecil formal dan usaha kecil non

formal.

d. Sektor Industri

Perkembangan sektor industri di Kabupaten Aceh Tenggara hanya bertumpu pada

perusahaan industri yang berskala kecil dan industri Kerajinan Rumah Tangga. Perusahaan

Industri yang berskala menengah hanya ada 2 perusahaan, sedangkan industri yang

berskala besar belum ada sama sekali. Perusahaan industri yang berskala kecil ada 444 buah

dan industri kerajinan rumah tangg 1.358 yang lokasinya merata disemua kecamatan

dengan beraneka jenis usaha.

Jenis industri kecil di Kabupaten Aceh Tenggara ada 2 yaitu industi kecil formal dan

industri non formal, keduanya bergerak dibidang (komoditi) :

a. Pangan yang terdiri dari :

Pengupasan kopi, pembuatan tepung beras, pembuatan gula tebu, pembuatan gula

merah, pembuatan bubuk kopi, pembuatan es batu, pembuatan tempe, pembuatan

tahu, pembuatan kerupuk gilingan rempah, pembuatan kepang, pembuatan limun,

pembuatan roti, pembuatan jamu botol, pengupasan kemiri dan perontokan jagung.

b. Sandang dan kulit terdiri dari usaha bordir, penjahit pakaian, pembuatan pakaian adat,

dan penjahit kopiah.

c. Kimia dan bahan bangunan, terdiri dari : Kilang kayu mekanis, ketam, kozen mekanis,

meubel kayu, pembuatan gambir meubel rotan, pembuatan kursi bambu, penyulingan

minyak sereh wangi, pembuatan tegel dan usaha batu bata.

goro/gel/02

d. Kerajinan dan Umum, terdiri dari : Anyaman pandan, anyaman rumbia, anyaman

bambu, gagang alsin tani, tukang tilam, pembuatan batu aji, tukang emas, pembuatan

sapu ijuk, keriting rambut, ukiran kayu, pembuatan gerabah dan kerajinan lidi.

e. Logam terdiri dari : Usaha pandai besi, tukang kaleng, tukang las dan reparasi alat-alat

elektronik termasuk reparasi jam.

f. Untuk industri kecil formal terdapat 444 unit usaha dagang mempergunakan 1.530

orang tenaga kerja, jumlah investasi Rp. 1,64 milyar dan menghasilkan output sebesar

Rp. 13,31 milyar (liha tabel 5).

Pada tahun 2001 Untuk industri kecil non formal terdapat 1.358 unit usaha dengan

mempekerjakan 3.773 orang tenaga kerja, jumlah investasi yang ditanamkan sebesar

Rp. 236,14 juta dan menghasilkan output sebesar Rp. 5,34 milyar (lihat tabel 5).

Tabel 5Keadaan Industri Kecil Non Formal

Di Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2001

No. Komoditi

Jumlah Unit

Usaha (UU)

Jumlah Tenaga Kerja

(Orang)

Jumlah Investasi (Rp. 000)

Jumlah Output

(Rp. 000)

1. Pangan 562 1.934 49.600 3.353.5002. Sandang dan kulit 57 158 25.000 280.0003. Kimia dan Bahan Bangunan 266 641 90.360 868.5004. Kerajinan dan umum 421 936 41.140 665.0005. Logam 51 104 30.036 169.000

Jumlah 1.358 3.773 236.136 5.336.000Sumber : Monografi Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2001.

BAB II

KEADAAN KSU. MEGA GORO AGARA

1. Sejarah Berdirinya KSU. Mega Goro Agara

KSU. Mega Goro Agara didirikan pada tanggal 20 Pebruari 2001 di Kutacane, yang dihadiri

sebanyak 107 peserta, yang hadir ummumnya dari unsur simpatisan, anggota dan pengurus di

lingkungan PDIP Komca Kabupaten Aceh Tenggara. Dari segi profesi umum anggota ini

sebagai wirausaha-wirausaha di berbagai sektor dan lini, yang secara aktif berperan mewarnai

goro/gel/02

roda perekonomian Kabupaten Aceh Aceh Tenggara. Pada Rapat Pendirian tersebut terpilih

pengurus pertama adalah ;

- Zul Masrul, sebagai ketua,

- M. Yusuf Ariga, sebagai sekretaris dan

- M. Yusri Rangkuti, SP sebagai bendahara.

Adapun yang melatar belakangi pendirian koperasi ini antara lain atas prakarsa beberapa

anggota, dan saran dari Pimpinan Pusat Organisasi, agar didirikan koperasi sebagai wadah

bersama dalam peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, dapat berperan aktif dalam

kegiatan ekonomi daerah secara adil dan fair.

Pada tanggal 12 Juli 2001 Akta Pendirian KSU. Mega Goro Agara disahkan oleh pejabat yang

berwenang (Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan PKM Kabupaten Aceh Tenggara) dengan

Nomor : 152/BH/KDK.1-8/VII/2001 Tanggal 12 Juli 2001.

2. Gambaran Umum Kegiatan Usaha

Sejak saat pendirian sampai dengan saat ini, diusianya yang masih sangat dini, kegiatan usaha

KSU. MEGA GORO AGARA belum ada yang berjalan seperti yang diharapkan.

Untuk mengembangkan program-program usaha dihadapkan pada kendala terutama dalam

hal permodalan, dimana kemampuan pemupukan modal dari anggota sangat terbatas sekali,

sehingga untuk pembentukan usaha koperasi belum dapat terwujud.

3. Lokasi Usaha dan Kantor Pusat

Lokasi usaha dan Kantor Pusat KSU. MEGA GORO AGARA di Jl. Melati No. 07

Kecamatan Babussalam Kab. Aceh Tenggara. Lokasi usaha ini secara ekonomis cukup

strategis karena mudah dijangkau oleh anggota dan mitra dagang koperasi, karena didukung

oleh sarana umum yang cukup memadai dan dapat dicapai berbagai alat transportasi, sehingga

memudahkan pelayanan bagi anggota dan anggota potensial dari berbagai kecamatan di

Kabupaten Aceh Tenggara.

goro/gel/02

4. Aspek Yuridis Formal

Secara yuridis formal KSU. MEGA GORO AGARA dapat beroperasi karena telah

didukung oleh surat perizinan sebagai berikut ;

1. Badan Hukum No. 152/BH/KDK.1-8/VII/2001 Tanggal 21 Juli 2001

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 516/094/III/2002

3. Surat Keterangan Izin Tempat Usaha (SKITU) No.503/076/SITU/2002

4. Tanda Daftar Perusahaan Koperasi (TDPK) No. 010820100201

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) N0. 01.177.860.0-102.000

5. Aspek Organisasi dan Manajemen

• Keanggotaan

Jumlah Anggota KSU. MEGA GORO AGARA sampai dengan saat ini, berdasarkan data

keanggotaan, tercatat sebanyak 107 orang. Pada masa yang akan datang jumlah anggota ini

diharapkan akan bertambah seiring dengan peningkatan pelayanan yang diberikan oleh

koperasi.

• Administrasi

Administrasi organisasi dan administrasi usaha direncanakan dikerjakan dengan baik dan tertib

dan dilaksanakan oleh personil yang tepat oleh KSU. MEGA GORO AGARA. Administrasi

organisasi yang digunakan adalah buku 16 yang dikeluarkan oleh pejabat.

• Pengurus

Susunan pengurus KSU. MEGA GORO AGARA, merupakan susunan pengurus kedua sejak

saat pendirian dengan susunan sebagai berikut :

Ketua I : ZUL MASRUL

Ketua II : LANTRA

Sekretaris I : M. ASWIN, SE

goro/gel/02

Sekretaris II : SEHIMA

Bendahara : M. YUSRI RANGKUTI, SP

• Badan Pengawas :

Susunan Badan Pengawas Priode 2001 s/d 2004 adalah sebagai berikut :

Ketua : M. YUSUF ISA

Anggota : LANTRA

Anggota : MAIJIN SIMANJUNTAK

• Manejer Utama :

Berdasarkan Rapat Pengurus tentang pelaksanaan kegiatan usaha koperasi, maka disadari

bahwa pengelolaan usaha harus profesional, maka diputuskan untuk mengangkat manejer

utama sebagai pengelola profesional usaha-usaha KSU. Mega Goro Agara. Adapun Manejer

utama dengan bagian unit-unit usaha lainnya sebagai pembantu manejer utama adalah sebagai

beikut :

Manejer Utama : M. ASWIN, SE

Bidang Unit Simpan Pinjam (USP) : SAMSUL, SE

Bidang Industri dan Perdagangan : SAMSUL BAHRI

Bidang Jasa Angkutan : ISWATI, ST

Bidang Sanggar Seni Budaya : SRI MAHYUNI DARA, S.Pd

Bidang Komoditi Pertanian : ELPIANTO

Bidang Traveling/Keparawisataan : A. BAKRI

6. Aspek Keuangan

Jumlah asset yang dimiliki KSU. MEGA GORO AGARA saat ini (per 30 Desember 2001)

sebesar Rp. 8.889.000,- . yang merupakan modal sendiri dan yang berasal dari luar anggota

koperasi lebih rinci lihat Lampiran 1 (Neraca KSU. Mega Goro Agara Per 31 Desember

2001).

goro/gel/02

BAB IV

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA UNIT SIMPAN PINJAM(TPK – USP – KSU. MEGA GORO AGARA)

1. Alasan Pemilihan Usaha USP

Berdasarkan analisa potensi wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, aspek kepentingan

/kebutuhan anggota dan calon anggota koperasi, sumber daya yang dimiliki, serta potensi

goro/gel/02

pasar yang akan digarap, pangsa pasar yang mungkin diserap, kesesuai dengan kebutuhan

ril anggota, maka KSU. MEGA GORO AGARA merencanakan pengembangan usaha Unit

Simpan Pinjam (USP).

Kita ketahui bersama bahwa permasalahan utama yang dihadapi Usaha Kecil khususnya

sektor informal di pedesaan maupun perkotaan, adalah ; Kemampuan Akses Pasar yang lemah,

Kemampuan terhadap pengembangan SDM rendah, Pengusaan terhadap tehnologi rendah dan Akses

terhadap sumber-sumber keuangan seperti perbankan, dan lembaga keuangan lainnya sangat lemah,

Lemahnya kemampuan permodalan dan akses terhadap perbankan hampir merata dialami oleh

usaha kecil sektor informal yang ada di pedesaan, sehingga selalu terjerat kepada rentenir atau

yang sejenisnya. Maka dinilai kegiatan usaha yang tepat saat ini adalah mengembangakan

kegiatan usaha USP yang berbasiskan kepentingan anggota dan calon anggota yang melakukan

kegiatan usaha berbagai bidang yang ada di pedesaan.

2. Profil Tempat Pelayanan Koperasi – Unit Simpan Pinjam (TPK – USP)

Kegiatan uasah USP yang dilakukan direncanakan dengan membentuk TPK – USP (Tempat

Pelayanan Koperasi Unit Simpan Pinjam) di setiap kemukiman yang mempunyai aktivitas

ekonomi yang tinggi dan mempunyai hari pasaran (Pekan) di Kabupaten Aceh Tenggra. Ada

10 (enam ) TPK-USP yang direncanakan dibentuk yaitu sepert terlihat pada tabel 6.

Kriteria lokasi yang yang dipilih adalah antara lain mempunyai aktivitas ekonomi yang cukup

tinggi, mempunyai hari pasaran (pekan), di lokasi ini masyarakat menjual hasil bumi, hasil

ternak, hasil pertanian, hasil kerajinan, dan komoditi lainnya. Dengan demikian kegiatan TPK,

dan kegiatan ekonomi anggota dan calon anggota saling terkait.

Tabel 6Rencana Pembentukan TPK – USP – KSU. MEGA GOROB AGARA

Di Kabupaten Aceh Tenggara

No Nama TPK Lokasi TPK Kecamatan1 TPK – USP

Unit Lawe DeskyDs. Lawe Desky Babul Makmur

2 TPK – USPUnit Lawe Sigalagala

Ds. Lawe Sigalagala Lawe Sigalagala

3 TPK – USP Ds. Sp. Semadam Lawe Sigalagala

goro/gel/02

Unit Simpang Semadam4 TPK – USP

Unit KuningDs. Kuning Bambel

5 TPK – USP Unit Kelurahan Kota

Kelurahan KotaKutacane

Babussalam

6 TPK – USP Unit Pasar Inpres – Kutacane

Pasar InpresKutacane

Babussalam

7 TPK – USP Unit Badar

Badar Badar

8 TPK – USP Unit Ngkeran

Ngkeran Lawe Alas

9 TPK – USP Blangkejeren

Blangkejeren Blankejeren

10 TPK – USP Darul Hasanah

Mamasta Darul Hasanah

3. Manajemen TPK - USP

♦ Aspek Sumber Daya Manusia

TPK-USP yang dibentuk tersebut dikelola secara profesional, dan dilengkapi dengan

prasarana pendukung yang memadai. Pada setiap TPK ditempatkan 3 (tiga) orang personil

yang sudah dididik dan dilatih tentang manajemen USP, dan dilakukan secara

berkesinambunngan, minimal dilatih setiap tahun sekali. Adapun ketiga personil serta

kualifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut

a. Koordinator 1 (satu) orang, pendidikan minimal D3 Bidang Ekonomi dan

mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil.

b. Kasir 1 (satu) orang, pendidikan minimal SLTA Kejuruan Bidang Ekonomi dan

mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil.

c. Petugas lapangan 1 (satu) orang, pendidikan minimal SLTA, Komunikatif, familiar

dan mempunyai minat yang tinggi terhadap koperasi dan pembinaan usaha kecil.

♦ Aspek Prasaran dan Sarana

Disamping personil tersebut sarana dan prasarana yang dibutuhkan setiap TPK adalah

minimal Perabotan kantor, Mesin ketik dan ATK lainnya serta satu unit sarana transportasi

kenderaan roda dua untuk pool kantor, dan pekerjaan lapangan.

goro/gel/02

♦ Aspek Organisai

Setiap TPK, Kordinatornya bertangungjawab sepenuhnya terhadap kegiatan USP yang

telah digariskan. Koordinator mengawasi tugas bawahannya, membimbing dan

mengarahkan. Koordinator dengan dibantu stafnya menyusun program bulanan,

semesteran dan tahunan dan melaporkan dan mempertanggungjawabkannya kepada

Kepala Bagian USP KSU Mega Goro.

♦ Aspek Administrasi dan Akuntansi

Sistim administrasi keuangan yang direncanakan diterapkan adalah sistim administrasi

USP/KSP yang dikelurkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia, dan dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dengan ketentuan

tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan Prinsip Akuntansi Koperasi

Indonesia.

4. Produk Layanan TPK – USP – KSU Mega Goro

a. Pinjaman modal kerja bagi usaha kecil sektor informal

♦ Pada tahap awal direncanakan pemberian pinjaman modal kerja kepada usaha kecil sektor

informal seperti pedagang sayur, pedagang makanan, pedagang kios, pedagang ikan,

pedagang ternak, dan pedagang hasil bumi.

♦ Maksimum pinjaman modal kerja sebesar Rp. 600.000,- dengan lama waktu pinjaman 4

(empat) bulan.

♦ Jasa pinjaman ditetapkan sebesar 3% per bulan dihitung secara merata setiap bulan.

♦ Angsuran pinjaman dilakukan secara mingguan, sesuai dengan hari pasaran atau menurut

kebutuhan anggota.

♦ Pemberian pinjaman dilakukan dengan seleksi yang cukup ketat dan rasional. Persyaratan

administrasi peminjam cukup photo copy KTP, dan alamatnya serta kegiatan usahanya

diketahui oleh petugas lapangan.

♦ Pada awal operasi usaha ini jasa pinjaman diberikan kepada anggota koperasi dan calon

anggota.

goro/gel/02

b. Simpanan

Seperti umumnya USP/KSP bahwa modal yang dikelola adalah modal anggota koperasi,

USP/KSP mempunyai prinsip “dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Pada tahap

awal operasi usaha ini belum ditetapkan tingkat suku jasa simpanan anggota dan belum

dikelurkan produk jasa layanan simpanan oleh anggota, namun demikian anggota dan

calon anggota yang menyimpan akan dilayani juga.

5. Perkiraan Pembiayaan Setiap TPK – USP – KSU. Mega Goro Agara

Untuk memprediksi pembiayaan setiap unit TPK yang dibentuk, dengan sistem yang akan

diterapkan dan asumsi pokok yang yang digunakan, maka dapat diperoleh biaya operasi setiap

TPK secara garis besarnya sebagai berikut ;

Investasi :

1. Kenderaan roda dua 1 (satu) unit = Rp. 12.000.000,-2. Perabotan kantor = Rp. 5.000.000,-3. Peralatan Adm. Kantor = Rp. 2.500.000,-4. Sewa kantor 1 (satu) tahun = Rp. 1.200.000,-

Jlh Investasi = Rp. 20.700.000,-

Modal Kerja

1. Modal pinjaman kepada anggota = Rp. 60.000.000,-2. Biaya Gaji = Rp. 21,450.000,-3. Lumsum = Rp. 10.800.000,-4. Adm Kantor = Rp. 13.200.000,-5. Biaya pelatihan SDM TPK = Rp. 2.700.000,-

Jlh. Modal Kerja = Rp. 116.550.000,-

Total Kebutuhan Dana TPK = Rp. 137.250.000,-

Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 Kebutuhan Dana untuk Pengembangan 10

(sepuluh) Unit TPK – USP – KSU. Mega Goro Agara di Kabupaten Aceh Tenggara.

6. Sumber Dana dan Komposisi Pembiayaan

Sumber dana untuk membiayai pengembangan usaha ini direncanakan dari pasilitas

pinjaman atau bantuan lunak maupun program-program khusus dari Pihak lain sebesar 100%

dengan asumsi biaya pinjaman ini sebesar 12 % pertahun dan lama pinjaman 5 tahun.

goro/gel/02

7. Rencana Pengembalian Pinjaman

Pinjaman modal tersebut direncanakan akan dikembalikan dengan asumsi tingkat bunga 12%

pertahun, lama pinjaman 5 tahun dengan perhitungan bunga menurun. Lebih rinci rencana

pengembalian pinjaman dapat dilihat pada tabel 9.

BAB V

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

1. Perkiraan Penerimaan

Perkiraan penerimaan dan biaya dapat diuraikan dengan asumsi pokok sebagai berikut :

a. Setiap TPK diperkirakan melayani anggota sebanyak 100 orang

b.Pinjaman modal kerja diberikan rata-rata Rp. 600.000,-

goro/gel/02

c.Lama pinjaman 4 bulan

d.Jasa pinjaman 3 %/Bulan

e.Angsuran pinjaman dan pembayaran jasa ditetapkan sistim mingguan

f. Perhitungan jasa dan angsuran pokok sama rata setiap bulan

g.Turnover 3 x dalam satu tahun

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diprediksikan penerimaan setiap satu TPK dalam satu

tahun operasi yaitu ;

= Rp. 600.000,- x 100 Org x 3 Kali/Org

= Rp. 180.000.000,- (Lebih rinci lihat tabel 7 dan tabel 8).

2. Perkiraan Biaya Operasi

Berdasarkan rencana dan target pertahun serta asumsi pokok yang telah dikumukakan, maka

biaya operasi setiap unit TPK, setelah diadakan pengembangan dapat diperkirakan seperti

terlihat pada tabel 7, dan Proyeksi rugi laba dan Tabel 10. Diasumsikan biaya operasi

tersebut berlaku konstan setiap tahun.

3. Proyeksi Sisa Hasil Usaha

Berdasarkan perkiraan penerimaan hasil usaha dan pengeluaran untuk kegiatan usaha, maka

dapat diperoleh proyeksi sisa hasil usaha. Lebih rinci lihat tabel 10. SHU yang

diproyeksikan selama 5 tahun tersebut menunjukkan bahwa dapat menutupi biaya

bunga dan angsuran pokok pinjaman.

4. Proyeksi Arus Kas

Proyeksi arus kas setelah adanya pengembangan dapat dilihat pada tabel 11, yang

didasarkan pada arus penerimaan kegiatan usaha dan pengeluaran setelah diadakan

tambahan investasi modal kerja USP. Berdasarkan Proyeksi Arus Kas tersebut dapat

dilihat bahwa rata-rata setiap tahun mengalami surplus kas dan dapat membiayai aktivitas

kegiatan usaha ini tanpa mengalami devisit kas, termasuk biaya pinjaman dan angsuran

pinjaman.

goro/gel/02

5 . Analisa Kriteria Investasi (NPV)

Analisa kriteria investasi berdasarkan discounted criterian digunakan analisa NPV (Net

Present Value). Perhitungan NPV atas pengembangan usaha ini dapat dilihat pada tabel

12. Pada evaluasi tersebut menunjukkan NPV = (+) pada df = 6%. Hal ini

menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak dan perlu dibantu, karena berdasarkan

analisa kriteria investasi NPV = +, menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak

untuk dijalankan.

BAB VI

K E S I M P U L A N

1. Dari aspek pemasaran, sumber daya manusia, aspek yurudis formal, tingkat pesaing, serta

berdasarkan pengamatan karakteristik pelaku ekonomi sektor informal di pedesaan selama

ini, serta hambatan-hambatan yang mungkin dialami menunjukkan hasil yang positif, maka

goro/gel/02

usaha ini mempunyai prospek yang baik jika dikelola dengan baik dan profesional serta

didukung oleh sarana dan prasarana usaha yang memadai terutama permodalan.

2. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan discounted criterion menunjukkan hasil; NPV = +, pada

df 6%, maka pengembangan usaha ini secaa finansial layak untuk dikembangkan dan

dilaksanakan

3. Berdasarkan proyeksi perhitungan SHU, yang diasumsikan bahwa tingkat penjualan konstan

menunjukkan surplus kas dan dapat menutupi biaya operasi serta kemampuan membayar

bunga dan pinjaman cukup terjamin.

4. Ditinjau dari segi pengembangan koperasi khususnya sektor kegiatan usaha yang berbasis

pada potensi daerah seperti apa yang telah digariskan dalam GBHN, maka pengembangan

usaha ini cukup mendesak dan perlu dibantu khusunya dari Paket Program Pemberdayaan

ekonomi kerakyatan.

5. Dari segi kebijaksanan pembangunan daerah, maka koperasi-koperasi yang menangani

komoditi unggulan masyarakat di pedesaan, sudah sewajarnya menjadi perhatian yang serius

sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan dan segera ditangani permasalahan-permasalahan

yang dihadapinya sehingga dapat tumbuh berkembang dengan baik dan dapat berperan

sebagai wadah ekonomi kerakyatan yang mandiri dan profesional.

goro/gel/02

L A M P I R A N

goro/gel/02