proposal kekuatan pembuktian dokumen elektronik

18
KEKUATAN PEMBUKTIAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA PERDATA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PROPOSAL Sebagai Syarat Untuk Penulisan Hukum Oleh : DIMAS RESTU NUGROHO 010106292 Bagian Hukum Keperdataan dan Hukum Acara Perdata Konsentrasi Hukum Perdata Di bawah bimbingan : Suhermanto, S.H., M.H. Dinalara DW. Butarbutar., S.H. FAKULTAS HUKUM

Upload: dimas

Post on 28-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Hukum Acara Perdata

TRANSCRIPT

JUDUL : PROSPEK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UU NO

11

KEKUATAN PEMBUKTIAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA PERDATA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PROPOSAL Sebagai Syarat Untuk Penulisan Hukum

Oleh :DIMAS RESTU NUGROHO010106292Bagian Hukum Keperdataan dan Hukum Acara PerdataKonsentrasi Hukum Perdata

Di bawah bimbingan :Suhermanto, S.H., M.H.Dinalara DW. Butarbutar., S.H.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAKUANBOGOR2010

PROPOSALA. JUDUL :KEKUATAN PEMBUKTIAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA PERDATA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.B. Latar Belakang MasalahDalam era informasi (information age), keberadaan suatu informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting didalam aspek kehidupan sehingga ketergantungan akan tersedianya informasi semakin meningkat. Perubahan bentuk masyarakat menjadi suatu masyarakat informasi (information society) memicu perkembangan teknologi informasi (information technology revolution) yang menciptakan perangkat teknologi yang kian canggih dan informasi yang berkualitas. Kita telah berada dalam teknologi elektronik yang berbasiskan lingkungan digital, contohnya komputer pribadi, mesin fax, penggunaan kartu kredit, dan hal-hal lainnya.[footnoteRef:2] [2: Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, (Jakarta:Rajagrafindo Perkasa, 2005), h.31.]

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan teknologi, semakin lama manusia semakin banyak menggunakan alat teknologi digital, termasuk dalam berinteraksi antara sesamanya. Oleh karena itu, semakin lama semakin kuat desakan terhadap hukum, termasuk hukum pembuktian, untuk menghadapi kenyataan perkembangan masyarakat seperti itu. Sebagai contoh, untuk mengatur sejauh mana kekuatan pembuktian dari suatu dokumen elektronik dan tanda tangan digital / elektronik, yang dewasa ini sudah sangat banyak dipergunakan dalam praktik sehari-hari.Di lain sisi, pengakuan data elektronik sebagai alat bukti di pengadilan masih dipertanyakan validitasnya. Dalam praktek pengadilan di Indonesia, penggunaan data elektronik sebagai alat bukti yang sah belum biasa digunakan. Padahal di beberapa negara, data elektronik dalam bentuk e-mail sudah menjadi pertimbangan bagi hakim dalam memutus suatu perkara (perdata maupun pidana). Pengakuan data elektronik di Indonesia masih tertinggal jauh, melihat pesatnya perkembangan dan penggunaan teknologi informasi (internet).Tertarik terhadap permasalahan tersebut maka penulis mencoba mengangkat permasalahan tersebut dan menuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul : KEKUATAN PEMBUKTIAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN PERKARA PERDATA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.C. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :1. Sejauh mana penggunaan Dokumen Elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan ?2. Bagaimana kekuatan penerapan pembuktian menggunakan dokumen elektronik dalam suatu perkara ?3. Apa saja permasalahan dan bagaimana upaya penyelesaiannya terhadap penerapan pembuktian menggunakan dokumen elektronik khususnya dalam lingkup hukum perdata ?D. Maksud dan Tujuan PenelitianMaksud dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan Dokumen Elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan;2. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan penerapan pembuktian menggunakan dokumen elektronik dalam persidangan suatu perkara;3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan dan bagaimana upaya penyelesaiannya terhadap penerapan pembuktian menggunakan dokumen elektronik khususnya dalam lingkup hukum perdata.Adapun tujuan penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :1. Untuk lebih mengetahui serta menambah wawasan penulis mengenai permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan Dokumen Elektronik sebagai alat bukti;2. Untuk mendalami dan menelaah sejauh mana ketentuan peraturan perundang-undangan khususnya hukum acara perdata yang mengatur mengenai pengunaan dokumen / data elektronik sebagai alat bukti dalam suatu persidangan perkara perdata.3. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan pembuktian dokumen / data elektronik yang dijadikan sebagai alat bukti dalam suatu persidangan perkara perdata dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.D. Kerangka Pemikiran1. Kerangka TeoritisDalam proses beracara perdata, tentu melewati tahap-tahap sebagaimana yang telah digariskan di dalam HIR/RBg. Dari bebagai rangkaian proses tersebut ada yang sangat vital yang dapat menentukan kalah atau menangnya para pihak, yaitu pembuktian. Pembuktian ini adalah memberikan keterangan kepada hakim akan kebenaran peristiwa yang menjadi dasar guagatan/ bantahan dengan alat-alat bukti yang tersedia. Perlu diperhatikan lagi bahwasanya Hukum pembuktian dalam hukum acara perdata menduduki tempat yang amat penting. Secara formal, hukum pembuktian mengatur cara bagaimana mengadakan pembuktian seperti terdapat di dalam HIR/ Rbg. Hukum pembuktian secara yuridis, mengajukan fakta-fakta menurut hukum yang cukup untuk memberikan kepastian kepada hakim tentang suatu peristiwa atau hubungan hukum [footnoteRef:3]. [3: Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung : Citra Aditya bakti, 1990), hal. 129.]

Dasar pembuktian ini adalah Pasal 163 HIR/ 283 Rbg yang berbunyi, Barang siapa menyatakan mempunyai sesuatu hak atau mengemukakan suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain haruslah membuktikan adanya hak itu atau adanya perbuatan itu. Dari bunyi Pasal tersebut diketahui bahwa pihak yang menyatakan bahwa ia mempunyai suatu hak, melakukan suatu perbuatan atau menerangkan adanya suatu peristiwa, ia harus membuktikan adanya hak itu, apabila disangka oleh pihak lawan. Dengan kata lain beban pembuktian dalam perkara perdata ada pada kedua belah pihak, baik penggugat maupun tergugat.Dalam hal ini pembuktian dengan menggunakan data / dokumen elektronik merupakan hal baru yang sudah digunakan sebagai alat bukti dalam suatu penyelesaian perkara perdata yang dapat menjadi petunjuk untuk menguatkan seorang hakim dalam memutus suatu setiap perkara. Kedudukan dokumen elektronik sebagai alat bukti telah diakui di dalam peraturan perundang-undangan yang terkait khususnya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.2. Kerangka KonseptualDalam kerangka konseptual, penulis akan memberikan batasan pengertian atau istilah yang digunakan dalam judul penulisan hukum ini, yaitu :a. Pada hakikatnya membuktikan (Pembuktian) dalam arti yuridis berarti memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan oleh para pihak di persidangan.;[footnoteRef:4] [4: R.M. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. (Yogyakarta:Liberty, 1985), hal. 107.]

b. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan / atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.[footnoteRef:5] [5: Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 angka 4.]

c. Alat Bukti (dalam hukum acara perdata) yaitu : Bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, sumpahan;[footnoteRef:6] [6: Republik Indonesia, Reglemen Bumiputera (RGB) / HIR, Pasal 164.]

d. Persidangan adalah proses memeriksa dan mengadili perkara di dalam ruang sidang pengadilan di bawah pimpinan hakim tunggal atau majelis hakim.[footnoteRef:7] [7: Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, diakses tanggal 03 Juni 2010. ]

e. Perkara Perdata adalah permasalahan hukum sipil (sebagai) lawan kriminal atau pidana, (perdata formal adalah yang mengatur hak, harta benda, dan hubungan antara orang atas dasar logika; perdata material adalah yang mengatur hak, harta benda, hubungan antar orang atas dasar kebendaan);[footnoteRef:8] [8: Ibid., diakses tanggal 03 Juni 2010. ]

f. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronik data interchange (EDI), surat elektronik, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya;[footnoteRef:9] [9: Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 angka 1.]

g. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan / atau media elektronik lainnya.[footnoteRef:10] [10: Ibid., Pasal 1 angka 2.]

E. Metode PenelitianUntuk memperoleh hasil yang akurat, dalam penyusunan penulisan hukum ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :1. Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian hukum empiris dan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum empiris dilakukan melalui observasi dan wawancara yang mendalam dengan responden dan narasumber yang berkompeten dan terkait dengan masalah yang diteliti (objek yang diteliti) untuk mendapatkan data primer. Penelitian hukum normatif dilakukan dengan mengumpulkan bahan hukum, baik primer, sekunder maupun tersier.2. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), dalam upaya mendapatkan data sekunder yang terdiri dari : 1) Bahan hukum primer, meliputi : Undang-undang, Peraturan Perundang-undangan, Yurisprudensi, dan Putusan Hakim (Pengadilan).2) Bahan hukum sekunder, meliputi : buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, hasil seminar dan laporan penelitian.b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang mendatangi langsung tempat yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan usaha pengumpulan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah, dilakukan melalui wawancara langsung kepada pihak yang mengetahui tentang obyek penelitian dan meminta beberapa salinan dokumen yang diperlukan dalam pembahasan penulisan ini.3. Metode Pengolahan DataSetelah memperoleh data yang menunjang dari studi kepustakaan dan lapangan di atas, selanjutnya diolah secara kualitatif yaitu dengan menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat dengan maksud agar tersusun suatu materi pembahasan yang sistematis, komunikatif, dimengerti, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat memberikan gambaran yang efektif kepada pembaca.F. Sistematika PenulisanSistematika penulisan dalam penulisan hukum ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut :BAB IPENDAHULUANDalam bab ini akan diuraikan secara garis besar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penulisan hukum ini yang mencakup: latar belakang; identifikasi masalah; maksud dan tujuan; kerangka pemikiran; metode penelitian; dan sistematika penulisan.BAB IITINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUKTIAN DAN DOKUMEN ELEKTRONIKPada Bab dua ini akan diuraikan secara garis besar tentang aspek-aspek pembuktian meliputi Pengertian, Prinsip-prinsip, Teori-teori Tentang Penilaian dan Beban Pembuktian, dan Macam-macam Alat-alat Bukti dan mengenai dokumen elektronik meliputi Jenis-Jenis, Klasifikasi, dan Pengaturan Mengenai Dokumen Elektronik.BAB IIIKEKUATAN PEMBUKTIAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATAPada Bab tiga ini diuraikan secara garis besar tentang unsur pembuktian yang menimbulkan keyakinan hakim dalam memutus suatu perkara perdata di indonesia; kedudukan, nilai, derajat dan kekuatan pembuktian dokumen elektronik dalam hukum acara perdata di indonesia; dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik sebagai dasar hukum penggunaan dokumen elektronik sebagai alat bukti.BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab keempat ini penulis akan menguraikan hasil analisis dan pembahasan yang meliputi : penggunaan dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam persidangan suatu perkara, analisis kekuatan penerapan pembuktian menggunakan dokumen elektronik dalam persidangan suatu perkara, dan permasalahan dan upaya penyelesaian dalam penerapan pembuktian menggunakan dokumen elektronik khususnya dalam lingkup hukum perdata.BAB VKESIMPULAN DAN SARANDalam Bab kelima ini berisikan uraian penutup dari penulisan hukum ini, berupa Kesimpulan hasil pembahasan dan disertai dengan Saran, pendapat yang bertujuan untuk memberikan masukan mengenai hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

A. Perundang-undanganIndonesia.Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2008.Indonesia. Reglemen Bumi putera (RGB) / HIR, S. 1848-16.B. BukuMuhammad, Abdulkadir. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung : Citra Aditya bakti, 1990.Makarim, Edmon. Pengantar Hukum Telematika. Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2005.Mertokusumo, R.M. Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta : Liberty, 1985.C. Lain-lain1. Internet Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. diakses tanggal 03 Juni 2010.