kekuatan hukum pembuktian dari surat perjanjian...

95

Click here to load reader

Upload: dotuong

Post on 27-Apr-2019

313 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

i

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN

DIBAWAH TANGAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN

MENURUT HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA

(Studi Kasus Putusan Nomor : 47/ PDT.G/ 2017/ PN.Cbi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S.H. )

Oleh :

MUHAMMAD JAFAR SIDDIQ

NIM : 1113048000069

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H / 2018 M

Page 2: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah
Page 3: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah
Page 4: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah
Page 5: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

v

ABSTRAK

Muhammad Jafar Siddiq. NIM 111304800069. KEKUATAN HUKUM

PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN

SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN MENURUT HUKUM

ACARA PERDATA DI INDONESIA (Analisis PutusanPengadilan Negeri

CibinongNomor : 47/ PDT.G/ 2017/ PN.Cbi) Program Studi Ilmu Hukum,

Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1439H/2018M. Isi: ix + 82 halaman + 17

halaman lampiran + 4 halaman daftar pustaka.

Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah kekuatan hukum dari suatu

pembuktian surat perjanjian dibawah tangan sebagai alat bukti dalam persidangan

menurut hukum acara perdata di Indonesia dalam Putusan Pengadilan Negeri

Cibinong Nomor 47/ PDT.G/ 2017/ PN.Cbi. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan hukum terhadap kekuatan dari alat bukti yang ditunjukan dalam

proses persidangan di Pengadilan Negeri cibinong.

Metode penelitian ini menggunakan jenis penilitian hukum Normatif-

Yuridis. Metode ini pada dasarnya adalah penggabungan atara pendekatan norma-

norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-undangan, literatur, pendapat

ahli, makalah-makalah dan adanya penambahan yang berkaitan dengan

pembuktian dalam sebuah perkara.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Hakim dalam Putusan Nomor

47/ PDT.G/ 2017/ PN.Cbi telah tepat menjatuhkan hukuman terhadap pihak

tergugat yang telah melakukan wanprestasi dengan pihak penggugat. Karena

kekuatan dari surat perjanjian yang dibuat secara dibawah tangan apabila menjadi

alat bukti dalam persidangan dapat memiliki kekuatan hukum pembuktian yang

sama dengan akta otentik jika akta perjanjian tersebut diakui oleh para pihak

keberadaannya. Karena pembuktian dengan suatu akta memang merupakan cara

pembuktian yang paling utama, maka dari itu dapat dimengerti mengapa

pembuktian dengan alat bukti tulisan ini oleh undang-undang disebut sebagai cara

pembuktian yang pertama. selain itu juga dapat dimengerti bahwa mengapa

undang-undang untuk beberapa perbuatan atau perjanjian yang dianggap sangat

penting mengharuskan adanya pembuatan akta. Oleh karena itu hasil penelitian

dari penulis ini bisa dijadikan sebagai rujukan masyarakat umum bahwa surat

perjanjian dibawah tangan itu sah sebagai alat bukti jika terjadi sengketa dan

jangan takut untuk menuntut haknya apabila ada yang dilanggar dari isi perjanjian

yang telah dibuat.

Kata Kunci : Wanprestasi, HakKreditur, dan Bea Materai

Pembimbing : Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

Ahmad Bahtiar, M.Hum.

Daftar Putaka : Tahun 1980 Sampai Tahun 2016

Page 6: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “KEKUATAN HUKUM

PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN

SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN MENURUT HUKUM

ACARA PERDATA DI INDONESIA (Analisis PutusanPengadilan Negeri

CibinongNomor : 47/ PDT.G/ 2017/ PN.Cbi)” dapat diselesaikan dengan baik,

meskipun di dalam pembuatannya terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat

proses penyusunan skripsi ini. Penelitian skripsi ini tidak dapat dicapai tanpa

adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Syafrudin Makmur S.H., M.H. dan Ahmad Bahtiar M.Hum. dosen

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya

serta kesabaran dalam membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penelitian skripsi ini dengan tepat waktu.

4. Kepala dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala dan Staff Perpustakaan Utama

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan

fasilitas yang memadai guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

vii

5. Semua pihak-pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu

yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Jakarta, 21 Desember 2018

Muhammad Jafar Siddiq

Page 8: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... ...... iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7

D. Metode Penelitian ................................................................ 8

E. Sistematika Penulisan ....................................................... 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Krangka Konseptual .......................................................... 13

B. Krangka Teori ................................................................... 31

C. Studi (Review) Kajian Terdahulu .................................... 40

BAB III : MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA

WANPRESTASI PERJANJIAN UTANG PIUTANG

MELALUI LITIGASI

A. Utang-piutang dalam perjanjian ....................................... 42

B. Prestasi, Wanprestasi dan Jaminan .................................... 46

C. Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Litigasi .............. 52

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI CIBINONG

NOMOR : 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi

A. Posisi Kasus Dalam Putusan Pengadilan Negeri Cibinong

Nomor : 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi .............................. 63

Page 9: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

ix

B. Pertimbangan dan Putusan Hakim Pengadilan Negeri

Cibinong .......................................................................... 67

C. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Cibinong

Nomor: 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi ............................... 70

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 81

B. Rekomendasi .................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83

Page 10: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia itu merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Karena manusia diciptakan oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala sebagai

mahluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.

Oleh karena itu manusia dalam melakukan setiap kegiatan aktivitas untuk

memenuhi kebutuhannya selalu berubungann antara yang satu dengan yang

lainnya. Salah satu bentuk hubungan antara manusia yang satu dengan yang

lainnya bisa kita jumpai dalam bentuk perjanjian.

Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa yang dimana seorang

berjanji kepada seseorang yang lainnya atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa yang seperti ini,

maka timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan

dengan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang

yang menerbitkannya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian

perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan.

Oleh karena itu hal ini dituangkan didalam akta perjanjian sebagai bukti

adanya suatu janji atau kesanggupan dari kedua belah pihak.1

R. Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa yang

dimana ada seseorang berjanji kepada seseorang atau dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal tertentu. Dari peristiwa itu timbul suatu

hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan sebagai “perikatan”.

Oleh sebab itu perjanjian menerbitkan atau membuat perikatan antara dua

pihak yang membuatnya.2 Lain halnya dengan pengertian perjanjian menurut

Yahya Harahap yang dimana menurut beliau bahwa perjanjian adalah suatu

hubungan hukum kekayaan atau harta benda dari dua orang atau lebih yang

1 R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 2005), h. 1

2 R. Subekti, Azas-azasHukum Perjanjian, ( Jakarta : Penerbit PT. Internusa, 1979 ), h. 1

Page 11: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

2

memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk menunaikan suatu

prestasi.3

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa

suatu persetujuan adalah suatu perbuatan yang dimana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih dari satu orang.

Dari ketentuan pasal ini bisa dikatakan untuk adanya suatu perjanjian paling

sedikit harus ada dua belah pihak sebagai subyek hukum, dimana dalam hal

ini masing-masing pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya dalam suatu hal

tertentu. Perihal yang dimaksudkan dapat berupa untuk penyerahan sesuatu,

berbuat sesuatu, maupun untuk tidak melakukan sesuatu. Perjanjian itu sendiri

boleh dilakukan oleh siapa saja, antara orang yang satu dengan yang lainnya,

maupun antara orang perseorangan dengan suatu badan hukum. Hal ini

disebebkan karena adanya suatu asas perjanjian yang menganut kebebasan

dalam berkontrak.

Sebagaimana yang dimaksudkan dengan asas kebebasan berkontrak

yang tersirat dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum perdata, maka

para pihak yang akan mengikatkan diri didalam suatu perjanjian apapun dapat

mendasarkan pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam pasal 1338 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata tersebut. Akan tetapi bisa juga mendasarkan

pada kesepakatan bersama, yang artinya dalam hal-hal mengenai ketentuan

memaksa, harus sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum

Perdata. Sedangkan dalam hal ketentuan yang tidak memaksa diserahkan

kepada para pihak. Dengan demikian perjanjian selain dikuasai oleh asas-asas

umum dari hukum perjanjian juga dapat dikuasai oleh hal-hal yang di sepakati

oleh kedua belah pihak.

Suatu perjanjian yang dibuat harus dilaksanakan dengan adanya itikad

yang baik, dimulai pada sewaktu para pihak akan memasuki perjanjian

tersebut. Karena suatu perjanjian harus dilandasi dengan asas kemitraan, yang

dimana asas kemitraan ini mengharuskan adanya sikap dari para pihak yang

3 Yahya Harahap. M, Segi – segi Hukum Perjanjian, ( Bandung : Penertbit PT. Alumni

Cet. II, 1986 ), h. 6

Page 12: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

3

berhadapan dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian tersebut

meruapakan dua mitra yang akan berjanji.4

Perikatan yang lahir dari suatu perjanjian yang memang dikehendaki

oleh dua orang atau dua belah pihak yang membuat suatu perjanjian tersebut.

Sedangkan perjanjian yang lahir dari undang-undang diadakan oleh undang-

undang di luar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang

mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka

berlaku suatu perikatan hukum. Sungguh-sungguh mereka itu terikat antara

satu sama lain karena janji yang telah mereka berikan.5

Undang-undang telah mengakui hak seseorang untuk secara bebas

membuat perjanjian dengan siapapun serta dengan bebas pula menentukan isi

dari perjanjian tersebut yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak.

Selain itu asas kekuatan mengikat menyatakan bahwa semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Selain itu juga perlunya ditambah dengan asas keseimbangan,

agara seluruh asas hukum kontrak pada khususnya maupun instrumen hukum

yang ada didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan mendasarkan

nilai dan norma hukum yang berlaku.6

Berdasarkan bentuknya suatu perjanjian dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu perjanjian yang dilakukan secara tertulis dan perjanjian yang

dilakukan secara lisan. Perjanjian yang dilakukan secara tertulis ini kemudian

dibedakan lagi menjadi dua yaitu berupa akta otentik dan akta dibawah

tangan. Perjanjian dibawah tangan ini tidak terdapat suatu formalitas

didalamnya, karena boleh dibuat oleh siapa saja yang berkepentingan dalam

bentuk yang dikehendaki. Artinya dalam hal ini adanya suatu kebebasan

dalam membuat perjanjian dibawah tangan karena tidak terikat dalam

4 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, ( Bandung : Penerbit PT. Alumni,

1994 ), h. 46

5 R. Subekti., Hukum Perjanjian, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 2005), h. 3

6 Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,

(Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2007 ), h. 123.

Page 13: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

4

Undang-undang. Sedangkan akta otentik ini dibuat harus dengan persetujuan

dan dihadapan pejabat umum yang berkenan dalam hal tersebut.

Perjanjian dibawah tangan ini merupakan perjanjian yang sangat

mudah dibuat oleh siapa saja, sebab perjanjian ini tidak menghabiskan waktu

yang lama dan biaya yang murah. Karena dalam pembuatannya surat

perjanjian ini hanya dihadiri oleh para pihak yang berkepentingan dengan

perihal tersebut dan di saksikan oleh beberapa orang saja. Hal ini lah yang

membuat kebanyakan para pihak lebih cenderung untuk melakukan perjanjian

dibawah tangan dengan mengeluarkan biaya yang sedikit demi mendapatkan

keuntungan yang besar.

Untuk membuat suatu perjanjian dibawah tangan agar bisa menjadi

suatu akta yang mempunyai kekuatan hukum dalam masalah pembuktian

yang sama dengan akta otentik harus memenuhi persyaratan sebagaimana akta

yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang. Oleh karena itu ada

kecenderungan orang-orang yang yang membuat perjanjian dibawah tangan

seperti itu kemudian dilegalisasi dihadapan notaris.Perjanjian dibawah tangan

ini termasuk kedalam suatu akad berkontrak, yang dimana dalam hal ini

kedua belah pihak telah terikat dengan suatu perjanjian secara tertulis.

Adapun ketentuan dari perjanjian tersebut sesuai dengan isi dari kesepakatan

kedua belah pihak. Dalam hal ini perjanjian bisa menjadi bentuk kontrak

timbal balik atau kontrak sepihak.7

Pada masa lalu jumlah uang yang harus dibayar oleh siberutang dalam

membuat suatu perjanjian pada masa perang dunia kedua, terdapat

Yurisprudensi Mahkamah Agung. Dalam hal ini dasar untuk penilaian

kembali jumlah yang terutang yaitu harga emas sebelum perang dibanding

dengan harga emas sekarang. Akan tetapi resiko tentang kemerosotan nilai

mata uang itu dipikul oleh masing-masing pihak. Pada mulanya putusan

seperti itu diambil dalam menetapkan jumlah uang tebusan dalam soal gadai

tanah, akan tetapi kemudian utang-piutang uang juga mendapat perlakuan

7Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, (Malang: Penerbit PT.Setara Press, 2016), h. 69

Page 14: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

5

yang sama. Yurisprudensi tersebut mencerminkan suatu penerapan asas itikad

baik yang harus diindahkan dalam hal pelaksanaan suatu perjanjian, seperti

terkandung dalam pasal 1338 (3) B.W.8

Seiring dengan perkembangan zaman pada saat ini, pihak pemerintah

sudah mengangkat pejabat umum yang berwenang dalam pembuatan suatu

akta perjanjian seperti Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dalam hal

ini Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik mengenai perjanjian dan ketetapan-ketetapan yang diharuskan oleh

peraturan perundang-undangan. Selain itu juga adanya Pejabat Pembuat Akta

Tanah yang dalam telah diatur oleh pemerintah sebagai pejabat umum yang

diberi keweangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai hak atas suatu

tanah dan satuan rumah susun.

Pada praktiknya dimasyarakat masih banyak yang membuat perjanjian

diluar dari pejabat umum yang berwenang. Seperti halnya perjanjian utang-

piutang yang hanya dibuat berdasarkan perjanjian dibawah tangan. Oleh

sebab itu hal-hal seperti ini yang akan menimbulkan banyak persoalan-

persoalan mengenai kekuatan hukum antara hak dan kewajiban, serta akibat

hukum yang akan timbul dari perjanjian dibawah tangan tersebut apabila

disuatu masa menimbulkan kegagalan dari isi perjanjian yang akhirnya

menimbulkan sengketa di Pengadilan. Dalam hal ini yang menjadi

permasalahan hukum dalam perjanjian utang-piutang yang hanya didasarkan

suatu surat sebagai bukti perjanjian, yang sering terjadi adalahpihak kreditur

sebagai pemberi pinjaman mengalami kesulitan dalam hal pembuktianadanya

suatu perjanjian dengan debitur apabila timbulnya suatu sengketa antara

parapihak.

Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam

mengenai sengketa utang-piutang yang didasari oleh surat perjanjian dibawah

tangan pada proses di Pengadilan. Tujuan dari proses peradilan adalah untuk

menentukan suatu kebenaran dan berdasar atas kebenaran itu akan ditetapkan

8 R. Subekti, Aneka Perjanjian, ( Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya 1995 ), h. 127

Page 15: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

6

suatu putusan hakim, untuk menentukan suatu kebenaran dalam proses

peradilan maka diperlukan suatu pembuktian. Menurut Subekti membuktikan

ialah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang

dikemukakan dalam suatu persengketaan.9 Sedangkan menurut Sudikno

Mertokusumo pembuktian adalah pembuktian secara yuridis tidak lain

merupakan pembuktian secara historis. Karena pembuktian yang bersifat

yuridis ini mencoba menetapkan apa yang telah terjadi secara konkret. Baik

dalam hal pembuktian secara yuridis maupun ilmiah, maka membuktikan

pada hakikatnya berarti mempertimbangkan secara logis mengapa peristiwa-

peristiwa tertentu dianggap benar.10

Sesuai dari perihal yang sudah diuraikan, maka hal ini yang membuat

menarik minat dari peneliti untuk dibahas lebih lanjut sebagai karya ilmiah

yang akan diteliti dengan menggunakan judul ”KEKUATAN HUKUM

PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN

SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN MENURUT

HUKUM ACARA PERDATA DIINDONESIA (Analisis Putusan

Pengadilan Negeri Cibinong Nomor 47/PDT.G/2017/PN.Cbi)”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah

dari penelitian ini adalah :

a. Banyaknya penggunaan dari perjanjian dibawah tangan oleh

masyarakat.

b. Penyalahgunaan dari surat perjanjian dibawah tangan.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ranah pengadilan.

d. Sulitnya pembuktian dari kekuatan akta perjanjian dibawah tangan.

9 R. Subekti, Hukum Pembuktian, cet. 13, (Jakarta: Penerbit PT Pradnya Paramita, 2001),

h. 1.

10

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ed. 5, cet. 2, (Yogyakarta:

Penerbit PT Liberty, 1999), h.109.

Page 16: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

7

2. Pembatasan Masalah

Demi tercapainya penelitian yang lebih fokus dan tidak meluas dari

pembahasan yang dimaksud dalam penelitian, maka penulis

membatasinya pada ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini mengenai

kekuatan hukum yang dimiliki oleh sebuah akta perjanjian dibawah

tangan sebagai bentuk suatu bukti dari adanya sebuah perikatan mengenai

utang-piutang yang dijadikan sebagai alat pembuktian surat dalam

persidangan pada saat terjadinya sengketa terhadap kesepakatan dari

perjanjian tersebut.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah

yang telah di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah utama

yakni “Kekuatan Hukum Pembuktian dari Surat Perjanjian di Bawah

Tangan sebagai Alat Bukti dalam Persidangan Menurut Hukum Acara

Perdata di Indonesia berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Cibinong

Nomor 47/PDT.G/2017/PN.Cbi”.

Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama di atas,

maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian untuk ini sebagai

berikut:

a. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa wanprestasi hutang

piutang dalam akta dibawah tangan melalui jalur litigasi menurut

hukum acara perdata di Indonesia?

b. Bagaimana pertimbangan hukum menurut Hakim dalam analisis

Putusan Pengadilan Negeri Cibinong Nomor : 47 / PDT.G / 2017 /

PN.Cbi mengenai kedudukan dan kekuatan hukum pembuktian dari

sebuah akta dibawah tangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih

dalam demi mengetahui lebih lanjut mengenai surat perjanjian yang

Page 17: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

8

dibuat secara dibawah tangan. Sedangkan untuk secara khususnya tujuan

diadakannya penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa wanprestasi

secara litigasi.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum dari seorang hakim tentang

kedudukan dan kekuatan hukum dari surat perjanjian dibawah tangan

apabila menjadi alat bukti dipersidangan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian perihal mengenai kekuatan

hukum dari surat perjanjian dibawah tangan yang dijadikan sebagai alat

bukti dalam perjanjian utang-piutang menurut hukum acara perdata di

Indonesia (Studi Kasus Putusan Nomor : 108/ Pdt.G/ 2016/ PN.Cbi) ini

diharapkan dapat memberikan nilai kegunaan bagi penelitian, baik dalam

segi teoritis maupun segi praktis sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah sebagai salah satu upaya

unutk mengembangkan wawasan secara teori terhadap penerapan ilmu

hukum terhadap persoalan yang terjadi dimasyarakat. Selain itu juga

sebagai bentuk upaya demi mingkatkan pengetahuan dan ilmu hukum

yang khususnya pada perjanjian utang-piutang.

b. Manfaat Praktis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan dan masukan bagi para pihak dalam melakukan

perjanjian utang-piutang yang dibuat secara dibawah tangan.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodelogis, sistematis dan

konsisten.11

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penilitian

hukum Normatif-Yuridis. Penelitian dalam bentuk Normatif-Yuridis

11

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta : Penerbit PT. UI Press,

1984), h. 42.

Page 18: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

9

adalah bentuk penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang

ada dalam peraturan perundang-undangan, literatur, pendapat ahli,

makalah-makalah, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pembuktian

dalam sebuah perkara.

2. Jenis Pendekatan

Penelitian dalam pembuatan karya ilmiah ini menggunakan

beberapa jenis pendekatan, yaitu diantaranya:

a. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach) yaitu

dengan pendekatan masalah yang didasarkan pada teori-teori hukum

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pendekatan Studi Kasus (Case Approach) yaitu Pendekatan kasus

yang digunakan untuk memahami kasus-kasus yang berkaitan dengan

isu-isu hukum yang sedang dihadapi, yang mana dalam hal ini telah

memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Dalam penelitian penulis menggunakan Putusan Pengadilan Negeri

Cibinong Nomor : 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti, dikaitkan dengan jenis penelitian hukum yang bersifat normatif-

yuridis, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yakni sumber

data berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non-

hukum dikumpulkan berdasarkan permasalahan dan dikaji secara

komperhensif agar dapat digunakan untuk menjawab suatu pertanyaan

atau untuk memecah suatu masalah.12

12

Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Bumi Intitama Sejahtera,

2009), h. 56.

Page 19: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

10

a. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum utama yang dalam

penelitian hukum normatif berupa perturan perundang-undangan yang

berlaku dan memilikii kekuatan mengikat. Bahan hukum primer yang

digunakan meliputi pengkaijian dalam Putusan Pengadilan Negeri

Cibinong Nomor : 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi

b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang tidak mempunyai

kekuatan mengikat tetapi membahas atau menjelaskan topik terkait

dengan penelitian berupa buku-buku terkait, artikel dalam

majalah/media elektronik, laporan penelitian atau jurnal hukum,

makalah yang disajikan dalam pertemuan kuliah dan catatan kuliah.13

c. Bahan Non Hukum Merupakan bahan yang memberikan petunjuk

atau penjelasan yang memiliki makna terhadap adanya bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan lain-lain.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Bahan Hukum Primer dan bahan Hukum Sekunder maupun bahan

hukum yang lainnya ini kemudian dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan

inti dari permasalahan yang sedang dibahas pada saat ini. Kemudian

bahan tersebut diolah berdasarkan sumber data yang rumusannya dikaji

secara komprehensif.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang dibutuhkan sudah terkumpul, maka data-

data tersebut diolah secara deskriptif dengan memilih data sesuai

kualitasnya untuk dapat menjawab permasalahan yang diajukan.14

Setelah

itu data dianalisi untuk penyajiannya dilakukan dengan cara analisa data

yang dilakukan dengan cara menyusun data tersebut secara sistematis

13

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003), h. 13-14

14

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, ( Jakarta : PT.

Ghalia Indonesia, 1990 ), h. 47

Page 20: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

11

sehingga mendapatkan suatu kesimpulan yang ilmiah untuk dituangkan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Teknik Penulisan

Dalam penelitian Skripsi ini, peneliti mengacu pada buku

pedoman penelitian Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Masing-

masing dari sub bab guna memperjelas cakupan dari permasalahan yang

menjadi objek dari penelitian. Urutan dari masing-masing bab telah dibentuk

dan disusun oleh penulis sebagai berikut:

BAB I Merupakan Bab pendahuluan yang mana dalam hal ini terdiri dari

latar belakang masalah yang memberikan gambaran secara umum

mengenai perumusan dari suatu masalah yang sedang dibahas,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, serta

bagaimana sistematika dari penulisan tersebut.

BAB II Merupakan Bab yang berisikan tentang kajian pustaka, yang

dimana terdiri dari krangka konseptual, krangka teori dan tinjauan

kajian studi review terdahulu. Krangka konseptual merupakan

konsep-konsep sebagai pijakan dalam penulisan. Krangka teori

merupakan konsepsi berupa rangkaian teori-teori yang relevan

dengan pokok permasalahan.

BAB III Merupakan Bab yang berisikan tentang mekanisme penyelesaian

sengketa kasus wanprestasi terhadap suatu perjanjian utang-piutang

melalui litigasi atau pengadilan.

BAB IV Merupakan Bab pembahasan dari studi kasus, maka peneliti akan

memfokuskan penulisan mengenai analisis dari pengolahan data

yang telah didapat. Kemudian pembahasan masalah tentang

Page 21: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

12

kedudukan dan kekuatan akta dibawah tangan yang dijadikan

sebagai alat bukti untuk persidangan dalam Putusan Pengadilan

Nomor : 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi.

BAB V Merupakan Bab penutup yang berisikan menganai kesimpulan dan

rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

tentang perjanjian akta dibawah tangan yang dijadikan sebagai alat

bukti dengan akibat hukum yang akan timbul dengan akta

perjanjian tersebut.

Page 22: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Krangka Konseptual

Untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan dalam mengartikan

judul penelitian ini dan sebagai landasan pijakan bagi peneliti untuk membatu

menyelesaikan dalam penulisan hasil penelitian. Maka penulis menyediakan

konsep-konsep sebagai berikut:

1. Pembuktian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bukti ini berasal dari

terjemahan bahasa Belanda yaitu bewjis yang diartikan sebagai sesuatu

yang menyatakan kebenaran dari suatu peristiwa. Dalam kamus hukum,

bewjis ini diartikan sebagai segala sesuatu yang memperlihatkan

kebenaran dari fakta tertentu atau ketidak benaran dari fakta lain oleh para

pihak dalam perkara pengadilan guna memberi bahan kepada hakim bagi

penilaiannya.1 Sementara itu membuktikan berarti memperlihatkan bukti

dan pembuktian diartikan sebagai proses, perbuatan, atau cara

membuktikan. Pembuktian adalah suatu perbuatan untuk membuktian

akan suatu fakta. Membuktikan berarti memberi atau memperlihatkan

bukti, melakukan sesuatu sebagai kebenaran, melaksanakan, menandakan,

menyaksikan dan meyakinkan.2

Menurut Syafrudin Makmur pembuktian adalah segala sesuatu

atau apa saja yang dapat mengungkapkan dan menjelaskan kebenaran

sesuatu, secara terminologi pembuktian berati memberi keterangan

dengan dalil hingga meyakinkan.3 Karena membuktikan ialah

meyakinkan seorang hakim tentang suatu kebenaran dari suatu salil atau

dalil-dalil yang telah dikemukakan dalam suatu persengketaan. Menurut

1 Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Penerbit PT. Ghalia Indonesia, 1986), h.83.

2 Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Penerbit PT. Balai Pustaka, 1990), h.133.

3 Syafrudin Makmur, Pendampingan Tahap Penyelidikan dan Penyidikan Dalam Proses

Pidana, (Pamulang: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h.10

Page 23: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

14

Anshoruddin dengan mengutip beberapa pendapat yang mengartikan

pembuktian sebagai berikut:

a. Menurut Muhammad at Thohir Muhammad „Abd al „Aziz adalah

membuktikan suatu perkara adalah memberikan keterangan dan dalil

hingga dapat meyakinkan orang lain.

b. Menurut Shobi Mahmasoni bahwa membuktikan suatu perkara adalah

mengajukan alasan dan memberikan dalil sampai kepada batas yang

meyakinkan. Artinya segala hal yang menjadi ketetapan atau

keputusan atas dasar penelitian dan dalil-dalil itu.4

Tujuan dari pembuktian adalah agar putusan hakim didasarkan

pada bukti-bukti tersebut, agar hakim dapat memberi putusan yang

definitif, pasti dan tidak meragukan.5 Oleh karena itu tujuan dari adanya

pembuktian baik dari pihak penggugat maupun dari pihak tergugat adalah

untuk membuktikan dalil masing-masing. Dalam hal ini penggugat

dimaksudkan untuk membuktikan peristiwa hukum yang telah dijabarkan

dalam bentuk posita agar seluruh petitumnya dapat dikabulkan.

Sedangkan bagi pihak tergugat tujuan dari pembuktian adalah untuk

membuktikan bahwa dalil-dalil penggugat dalam posita tidak terbukti

sehingga petitum penggugat akan ditolak seluruhnya oleh hakim. Dalam

perihal pembuktian, maka yang harus dibuktikan ialah peristiwa atau

hubungan hukumnya. Artinya hubungan antara pihak penggugat dan

pihak tergugat dan bukan mengenai hukumnya, karena mengenai hukum

hakim dianggap lebih tahu.6 Dalam hal ini para pihak cukup

mengungkapkan akan kebenaran dari dalilnya masing-masing atas suatu

fakta.

Pembuktian dalam acara perdata di Indonesia tidak bisa terlepas

dari buku keempat Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang mengatur

mengenai pembuktian dan daluwarsa. Selain dari Kitab Undang-undang

4 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif,

(Yogyakarta: Penerbit PT. Pustaka Pelajar, 2004), h. 25-26.

5 Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit

Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010), h.93.

6 Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,... h.268

Page 24: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

15

Hukum Perdata masalah pembuktian dari perkara perdata di Indonesia

juga diatur dalam Reglemen Indonesia yang telah di perbaharui, staatblad

1941 Nomor 44 (RIB) dan di dalam Reglement Buiten Gewesten (RBG)

atau Reglemen Daerah Sebrang (RDS). Perlu diketahui bahwa H.I.R dan

RBG ini diperuntukan untuk daerah diluar pulau Jawa dan Madura.

2. Perjanjian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, janji didefinisikan sebagai

bentuk ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk

berbuat. Sedangkan berjanji adalah menyatakan bersedia dan sanggup

untuk berbuat sesuatu.7 Berdasarkan definisi yang di berikan oleh Kamus

Besar Bahasa Indonesia, dapat dipahami bahwa orang yang berjanji

kepada orang lain berarti orang yang bersangkutan menyatakan kesediaan

dan kesanggupannya untuk berbuat sesuatu.8 Sebagaimana telah di

jelaskan dalam literatur hukum perjanjian, bahwa perwujudan dari suatu

perjanjian dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

a. Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang.

b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu.

c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.9

Menurut Prof. Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada soserang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbulah suatu

hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian

itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.

Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.10

7 Hasan Alwi, Hans Napoliwa, Dedi Sugono, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi

Ketiga), Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka, Cetakan Kelima, Jakarta, 2007, h. 458.

8 Iswantoro Dwi Yuwono, Baca Buku Ini Sebelum Tanda Tangan Surat Perjanjian,

(Yogyakarta : Penerbit PT. Pustaka Yustisia, 2013), h.7.

9 Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan XVI, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 1996),

h.36.

10

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 2005), h.1.

Page 25: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

16

Sedangkan menurut M. Yahya Harahap perjanjian merupakan salah satu

sumber perikatan. Perjanjian atau Verbintensis mengandung pengertian

suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda atara dua orang atau

lebih yang memberikan kekuatan hak kepada salah satu pihak untuk

memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk

menunaikan prestasi.11

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih

mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”.Pengertian

perjanjian secara umum adalah suatu peristiwa dimana seorang

berjanjikepada seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji

untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa itulah maka timbul suatu

hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan”.

Dengan demikian dari berbagai definisi perikatan tersebut, maka

dapat disimpulkan dalam suatu perikatan setidaknya terdapat satu hak dan

satu kewajiban. Sehingga dapat ditarik unsur-unsur yang melekat di

dalam perikatan, yaitu sebagai berikut :

a. Unsur hubungan hukum (rechtsverhouding, legal relation) adalah

hubungan yang di dalamnya melekat hak pada salah satu pihak dan

pada pihak yang lainnya melekat satu kewajiban. Hubungan hukum

dalam perikatan merupakan hubungan yang diakui dan diatur oleh

hukum itu sendiri.

b. Unsur kekayaan (vermogen, patrimonial) adalah kekayaan yang

dimiliki oleh salah satu atau para pihak dalam sebuah perikatan.

Perikatan itu sendiri merupakan bagian dari hukum harta kekayaan

atau mogensrecht dimana bagian lain dari hukum harta kekayaan yang

kita kenal dengan hukum benda.

c. Unsur para pihak (partijen, parties) adalah pihak kreditur dan pihak

debitur yang memiliki hubungan hukum. Pihak-pihak tersebut dalam

perikatan disebut sebagai subyek perikatan.

11

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : penerbit PT alumni,

1986), h.6.

Page 26: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

17

d. Unsur prestasi (prestatie, performance) adalah adanya obyek hukum

atau suatu hal yang diperikatkan sehingga melahirkan hubungan

hukum. Dalam pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

disebutkan bahwa wujud dari prestasi adalah memberi sesuatu,

berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.12

Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

perjanjian secara tertulis dan perjanjian tidak tertulis. Perjanjian tertulis

adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.

Sedangkan perjanjian tidak tertulis atau secara lisan adalah suatu

perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan atau

kesepakatan kata saja. Perjanjian tertulis ini dibedakan menjadi 3 bentuk,

antara lain yaitu:

a. Perjanjian dibawah tangan yang hanya ditandatangani oleh para pihak

yang bersangkutan saja. Perjanjian semacam ini hanya mengikat para

pihak dalam berkontrak saja, tetapi tidak mempunyai kekuatan

mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain jika kontrak tersebut

disangkal oleh pihak ketiga, maka para pihak atau salah satu pihak

yang berkontrak tersebut berkewajiban untuk mengajukan bukti-bukti

yang diperlukan untuk membuktikan bahwa keberatan pihak ketiga

yang dimaksud adalah tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.

b. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para

pihak. Fungsi dari kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata

hanya melegalisir kebenaran dari tanda tangan para pihak. Akan tetapi

kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi

perjanjian.

c. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta

notaris. Akta notaris merupakan akta yang dibuat dihadapan dan

12

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis, (Malang : Penerbit PT Setara Press, 2016), h.7.

Page 27: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

18

dimuka pejabat yang berwenang seperti: Notaris, PPAT, Catatan Sipil

dan lain sebagainya.13

Fungsi utama perjanjian adalah untuk memberikan kepastian

tentang mengikatnya suatu perjanjian antara para pihak. Fungsi perjanjian

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Fungsi Yuridis perjanjian adalah untuk dapat memberikan kepastian

hukum bagi para pihak yang membuatnya.

b. Fungsi Ekonomis perjanjian adalah untuk menggerakkan hak milik

sumber daya dari nilai penggunaannya yang lebih rendah menjadi

nilai yang lebih tinggi.14

3. Sumber Perikatan

Menurut ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, setiap perikatan lahir dari kontrak dan undang-undang. Kata

undang-undang dalam pasal ini mempunyai arti baik secara formil

maupun materiil adalah peraturan yang tertulis. Karena kata undang-

undang dalam pasal ini merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Wet

yang juga dapat diartikan sebagai hukum yang mencakup undang-undang

(hukum tertulis) maupun hukum tidak tertulis (hukum adat). Artinya

bahwa perikatan dapat timbul bukan hanya dari kontrak dan undang-

undang saja tetapi juga hukum adat (hukum tidak tertulis) seperti

misalkan gadai tanah secara adat.15

a. Perikatan Bersumber dari Kontrak

Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan. Perjanjian

atau verbintensis mengandung pengertian suatu hubungan hukum

kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi

13

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Penerbit PT Sinar Grafika,

2001), h.166-167.

14

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.18.

15

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.7.

Page 28: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

19

kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan

sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.16

Hukum perikatan merupakan hukum pelengkap, konsesnsuil,

dan obligatoir. Bersifat sebagai hukum pelengkap, artinya jika para

pihak membuat ketentuan masing-masing dan setiap pihak dapat

mengesampingkan peraturan dalam Undang-undang. Bersifat

konsesuil artinya ketika kata sepakat telah dicapai oleh masing-

masing pihak, kontrak tersebut bersifat mengikat dan dapat dipenuhi

dengan tanggung jawab. Sementara itu bersifat obligatoir berarti

setiap perikatan yang telah disepakati bersifat wajib dipenuhi dan

hak milik akan berpindah setelah dilakukan penyerahan kepada tiap-

tiap pihak yang telah bersepakat.

b. Perikatan Bersumber dari Undang-undang

Perikatan yang timbul karena undang-undang selanjutnya

dibagi lagi atas perikatan yang timbul semata-mata karena undang-

undang dan perikatan yang timbul dari udnag-undang karena

perbuatan manusia. Kemudian perikatan yang timbul dari undang-

undang karena perbuatan manusia dibagi lagi atas perbuatan menurut

hukum dan perbuatan melawan hukum. Adapun penjabarannya

sebagai berikut:

(a) Undang-undang karena perbuatan manusia, sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 1353 Kitab Undang-undang Hukum

perdata.

(1) Perbuatan menurut hukum

(a) Perwakilan sukarela atau zaakwarneming

(b) Mengurus kepentingan orang lain

(c) Pembayaran tak berutang

(d) Perutangan alamiah

16

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian,(Bandung: Penerbit PT Alumni,

1986), h.6

Page 29: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

20

(2) Perbuatan melawan hukum atau onrechtmatigedaad

dijelaskan dalam Pasal 1365-1380 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata

Terkait dengan perbuatan melawan hukum, Kitab

Undang-undang Hukum Perdata tidak memberikan

perumusan apa yang dimaksud dengan onrechtmatigedaad,

selama ini perumusannya diserahkan kepada doktrin dan

yurisprudensi. Adapun menurut doktrin, suatu perbuatan

dikatan melawan hukum apabila memenuhi unsur-unsur yang

ditentukan oleh undang-undang.

Dalam pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata menyebutkan, bahwa setiap perbuatan melanggar

hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan

kerugian itu dan mengganti kerugian tersebut. Dari ketentuan

pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai hasil

yang baik dalam melakukan gugatan berdasarkan nelawan

hukum harus memenuhi unsur-unsur:

(a) Perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum

(b) Harus ada kesalahan

(c) Harus ada kerugian yang ditimbulkan

(d) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan

kerugian

(b) Hanya undang-undang saja

(1) undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan (pasal

45 dan 46) yaitu hak dan kewajiban orang tua dan anak.

(2) Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(a) Perkarangan berdampingan

(b) Kewajiban mendidik dan memelihara anak

(c) Kewajiban anak memelihara orang tua yang sudah uzur

atau alimentasi

Page 30: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

21

Pada prinsipnya sistem hukum perikatan bersifat terbuka. Artinya

setiap perikatan memberikan kemungkinan bagi setiap individu untuk

mengadakan berbagai bentuk kontrak seperti yang telah diatur dalam

undang-undang serta peraturan khusus atau peraturan baru yang belum

ada ketentuannya. Para ahli hukum kontrak pada umumnya sependapat

bahwa sumber perikatan sebagaimana diatur dalam pasal 1233 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata sudah tidak relevan lagi dengan konteks

modern dan sumber lainnya dapat diterima sebagai sumber hukum

perikatan yaitu berupa doktrin, hukum tidak tertulis dan keputusan hakim.

Hubungan kreditur dan debitur pada umumnya pihak debitur tidak

hanya berkewajiban memenuhi prestasi (schuld), tetapi juga harus

mempunyai jaminan (haftung) sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan

1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Schuld adalah adanya

hutang debitur kepada kreditur. Sedangkan yang dimaksud dengan

haftung adalah harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur yang

dijaminkan atau dipertanggung jawabkan atau dicadangkan bagi

pelunasan hutang debitur. Dengan demikian schuld dan haftung selalu ada

pada pihak debitur, namun demikian terdapat pengecualian-pengecualian

terkait dengan schuld dan haftung17

.

Schuld tanpa haftung dalam hal ini debitur memiliki utang, tetapi

jika debitur tidak mau memenuhi kewajibannya, kreditur tidak dapat

menuntut pemenuhannya. Misalkan dalam perikatan alamiah, utang

dalam perjudian atau sisa utang seorang yang pailit setelah dilakukan

dengan perdamaian. Schuld dengan haftung terbatas terdapat dalam hal

pewarisan, ahli waris yang menerima warisan secara bersyarat

(benefisier) hanya berkewajiban membayar utang-utang yang

ditinggalkan oleh pewaris terbatas pada sebatas harta kekayaan yang

ditinggalkan. Sedangkan Haftung dengan schuld pada orang lain dalam

perikatan pihak ketiga memberikan jaminn barangnya untuk dipakai

sebagai jaminan oleh debitur terhadap kreditur. Dalam hal ini pihak ketiga

17

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Penerbit PT Putra Abardin,

1999), h.7

Page 31: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

22

tidak berkewajiban untuk memenuhi prestasi, namun tetap bertanggung

jawab atas pemenuhan prestasi.

Semua perikatan yang dibuat sesuai dengan undang-undang dan

berlaku sebagai undang-undang sebagai mereka yang membuatnya.

Perikatan tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan

kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh

undang-undang. Perikatan harus dilaksanakan dengan itikad baik, yaitu

dengan keinginan subyek hukum untuk berbuat sesuatu. Kemudian

mereka mengadakan negosiasi dengan pihak lain dan sudah tentu

keinginan itu sesuatu yang baik.18

4. Jenis Perikatan

Suatu prikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua belah

pihak berdasarkan salah satu pihak berhak untuk menuntut sesuatu dari

pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi

tuntutannya. Apabila di masing-masing pihak hanya ada satu orang,

sedangkan yang dapat di tuntut hanya berupa satu hal dan penuntutan ini

dapat dilakukan seketika, maka perikatan ini termasuk kepada perikatan

yang paling sederhana. Selain bentuk yang paling sederhana itu, Hukum

Perdata mengenal juga berbagai macam perikatan yang sedikit lebih

rumit, diantara nya adalah sebagai berikut:

a. Perikatan Bersahaja

Perikatan bersahaja atau perikatan murni ini merupakan

perikatan yang paling sederhana. Karena dari masing-masing pihak

hanya terdiri dari satu orang saja dan begitu pula dengan pemenuhan

prestasi nya yang seketika itu dapat dengan langsung terjadi

penagihan hak dan kewajibannya.19

Contohnya seperti orang yang

melakukan transaksi jual beli sabun di warung. Dalam hal ini hanya

18

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.8-11

19

Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Prespektif BW, (Bandung: Penerbit PT

Nuansa Aulia, 2012), h.162

Page 32: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

23

terdiri dari satu orang saja dan pemenuhan hak dan kewajibannya bisa

langsung selesai pada saat itu.

b. Perikatan Bersyarat

Suatu perikatan dikatan bersyarat apabila perikatan ini

digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datangdan masih

belum tentu akan terjadi. Baik secara menangguhkan lahirnya

perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara

membatalkan perjanjian menurut terjadinya atau tidak terjadinya

peristiwa tersebut.20

Pengertian “syarat” dalam perikatan bersyarat ini

merujuk pada suatu peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti

terjadi. Menurut Pasal 1253 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

ada dua macam syarat, yaitu tangguh (Pasal 1263 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata) dan syarat batal (Pasal 1265 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata).

c. Perikatan Dengan Ketentuan Waktu

Perikatan dengan ketentuan waktu dalam suatu perikatan

adalah suatu peristiwa yang masih akan terjadi, tetapi dalam hal ini

sudah pasti akan terjadi. Hal ini terdapat dalam Pasal 1268 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Tentu saja hal ini berlainan dengan

perikatan bersyarat, karena dalam perikatan ini suatu ketetapan

waktunya sudah di pastikan lahirnya suatu perjanjian atau

perikatannya. Namun hanya saja perikatan ini mengguhkan

pelaksanaannya, ataupun menentukan lama berlakunyasuatu

perjanjian atau perikatan tersebut. Contohnya seperti sewa-menyewa

rumah yang dilakukan mulai dari 1 Januari 2010 sampai dengan 1

Januari 2015. Maka perjanjian sewa mengenai rumah tersebut adalah

suatu perjanjian dengan ketetapan waktu.

d. Perikatan Mana Suka (Alternatif)

Perikatan ini diatur dalam Pasal 1272 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata. Dalam perikatan mana suka atau alternatif ini debitur

berkewajiban untuk melaksanakan satu dari dua atau lebih prestasi

20

Subekti, Hukum Perjanjian, Cet.21 (Jakarta: Penerbit PT Intermasa, 2005), h.5.

Page 33: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

24

yang sudah dipilih, baik itu pilihan debitur, kreditur atau pihak ketiga.

Dalam perikatan semacam ini siberutang dibebaskan jika ia

menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam

perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang untuk

menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang

yang lainnya. Hak memilih ada pada siberutang, jika hak ini tidak

secara tegas diberikan kepada siberpiutang.

e. Perikatan Tanggung-Menanggung

Perikatan ini diatur dalam Pasal 1278 Kitab Undang-undang

Hukum perdata. Dalam perikatan tanggung-menanggung ini salah satu

pihak atau masing-masing pihak lebih dari satu orang. Dalam

perikatan ini dikenal adagium: “satu untuk seluruhnya atau seluruhnya

untuk satu”. Maksudnya jika ada beberapa orang debitur terhadap

seorang kreditur maka dalam perikatan biasa dapat dibagi, masing-

masing debitur dapat ditagih untuk suatu bagian tertentu sebanding

dari jumlah keseluruhan debitur. Dalam perikatan tanggung

menanggung jika ada beberapa orang debitur, maka masing-masing

dari semua debitur dapat ditagih untuk keseluruhan utang dan

pelunasan yang satu membebaskan yang lain.21

f. Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak dapat Dibagi

Perikatan ini diatur dalam Pasal 1296 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata. Suatu perikatan dapat atau tidak dapat dibagi adalah

terdapat pada prestasinya dapat dibagi menurut imbangan, pembagian

mana tidak bolah mengurangi hakekat prestasi itu. Soal dapat atau

tidak dapat dibaginya prestasi itu terbawa pada sifat barang yang

tersangkut didalamnya. Akan tetapi juga dapat di simpulkan dari pada

maksudnya perikatan itu sendiri. Dapat dibagi menurut sifatnya

terletak pada suatu perikatan untuk menyerahkan sejumlah barang

atau sejumlah hasil bumi. Sebaliknya tidak dapat dibagi kewajiban

21

Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Prespektif BW,... h.164

Page 34: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

25

untuk menyerahkan seekor kuda, karena kuda tidak dapat dibagi tanpa

kehilangan hakekatnya.22

g. Perikatan Dengan Ancaman Hukum (Starfbeding)

Perikatan dengan ancaman hukum ini diatur dalam Pasal 1304

Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pengertian ancaman hukuman

dalam perikatan ini bukanlah hukuman fisik (badan), akan tetapi

hukuman pembayaran suatu ganti rugi atau benda (Pasal 1307 Kitab

Undang-undang Hukum perdata).23

Perikatan semacam ini adalah

suatu perikatan yang dimana di tentukan bahwa si berutang untuk

jaminan pelaksanaan perikatannya diwajibkan melakukan sesuatu

apabila perikatannya tidak dapat dipenuhi. Penetapan hukuman ini

dimaksudkan sebagai ganti dari penggantian kerugian yang di derita

oleh si berpiutang karena tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam

perjanjian tersebut.

h. Perikatan Generik dan Perikatan Spesifik

Perikatan ini diatur dalam Pasal 1391 dan 1392 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata. Dalam perikatan generik prestasi ditentukan

menurut jenis dan jumlahnya. Sedangkan dalam prikatan spesifik

prestasi ditentukan secara tertentu dan pasti. Contohnya kewajiban

menyerahkan 10 kilo gram gula pasir adalah merupakan perikatan

generik, sedangkan kewajiban menyerahkan satu rumah tertentu yang

ditunjuk merupakan perikatan spesifik.

i. Perikatan Perdata dan Perikatan Alamiah

Dalam perikatan perdata pelaksanaannya dapat dituntut

didepan Pengadilan, sedangkan dalam perikatan alamiah

(natuurlijkeverbintenis) yang demikian itu tidak mungkin terjadi,

tetapi sekali orang melunasi perikatan alamiah secara sukarela, maka

uang pelunasan itu tidak dapat dituntut kembali. Oleh karena itu

perikatan ini dikatakan perikatan hukum yang tidak sempurna. Setelah

dilakukan pembayaran, maka perikatan alamiah berubah menjadi

22

Subekti, Hukum Perjanjian,... h.9

23

Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Prespektif BW,... h.165

Page 35: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

26

perikatan perdata dan karenanya mendapat perlindungan hukum.

Konsekuensinya pelunasan tersebut merupakan pembayaran yang sah

dan bukan merupakan pembayaran tak berutang.24

5. Hapus dan Berakhirnya Kontrak

Secara teoritis hapusnya kontrak perjanjian berbeda dengan

berakhirnya suatu kontrak perjanjian. Suatu kontrak perjanjian akan

berakhir apabila segala perikatan yang timbul dari kontrak perjanjian

tersebut telah hapus seluruhnya. Dengan berakhirnya suatu kontrak

perjanjian maka perikatan-perikatan yang terdapat didalam kontrak

tersebut secara otomatis menjadi hapus. Dengan kata lain berakhirnya

perikatan tidak dengan sendirinya mengakibatkan berakhirnya kontrak

perjanjian. Sedangkan berakhirnya kontrak perjanjian yang dengan

sendirinya mengakibatkan berakhirnya suatu perikatan.

Hapus dan berakhirnya suatu kontrak perjanjian secara definitif

memiliki makna berbeda. Berakhirnya suatu kontrak perjanjian terdiri

dari:

a. Jangka waktu yang telah ditentukan dalam suatu kontrak perjanjian

tersebut telah berakhir.

b. Adanya persetujuan dari para pihak untuk mengakhiri suatu kontrak

perjanjian tersebut.

c. Karena telah ditentukan oleh undang-undang, misalkan kontrak akan

berakhir dengan meninggalnya salah satu pihak dari peserta kontrak

perjanjian tersebut.

d. Adanya keputusan dari seorang Hakim.

e. Tujuan yang dimaksud dari kontrak perjanjian tersebut telah

tercapai.25

Sementara itu hapusnya suatu kontrak perjanjian dapat terjadi

karena adanya beberapa hal, diantaranya yaitu:

24

J.Satrio, Hukum Perikatan Pada Umumnya, (Bandung: Penerbit PT Alumni, 1993),

h.79

25

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Penerbit PT. Putra Abardin,

1999), h.68.

Page 36: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

27

a. Karena adanya pembayaran, sebagaimana yang dimaksud dengan

pembayaran ini dalam hukum perikatan adalah setiap tindakan dari

pemenuhan prestasi. Penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatu

atau tidak berbuat sesuatu adalah merupakan pemenuhan dari prestasi

atau tegasnya adalah pembayaran.

b. Subrogasi adalah penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga.

Penggantian itu terjadi karena adanya pembayaran yang telah

diperjanjikan ataupun karena telah ditetapkan oleh undang-undang.

c. Tentang penawaran pembayaran tunai yang diikuti penyimpanan dan

penitipan. Dalam hal perikatan dapat hapus dengan adanya penawaran

pembayaran yang diikuti oleh penyimpanan atau penitipan ini dimana

debitur yang akan membayar hutangnya kepada kreditur, tetapi

kreditur menolak pembayaran tersebut dan oleh debitur uang atau

barang yang akan dibayarkan kepada kreditur dititipkan kepada pihak

pengadilan agar dibayarkan kepada pihak kreditur.

d. Karena adanya pembaharuan dari hutang tersebut. Yang dimaksud

pembaharuan dari hutang adalah suatu kontrak perjanjian dengan

mana perikatan yang sudah ada dihapuskan dan sekaligus

diadakannya suatu perikatan baru.

e. Musnahnya dari suatu barang yang terhutang. Dalam hal ini

musnahnya dari suatu barang yang terhutang adalah suatu barang

tertentu yang menjadi obyek perikatan dihapus dan dilarang oleh

pihak Pemerintah yang sudah tidak boleh diperdagangkan lagi. Pasal

1553 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan bahwa jika

selama waktu sewa barang yang disewakan sama sekali telah musnah

karena suatu kejadian yang tidak disengaja, maka persetujuan sewa-

menyewa tersebut telah gugur.

f. Karena adanya perpindahan hutang dan perpindahan kontrak

perjanjian. Dalam praktiknya di masyarakat hal ini sering kali terjadi,

dimana suatu kontrak perjanjian dialihkan kepada pihak lain. Hal ini

terjadi misalkan pemilik suatu perusahaan memindahkan

perusahaanya kepada pihak lain dengan janji bahwa pemilik baru

Page 37: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

28

tersebut akan mengambil alih juga segala bentuk hak-hak dan

kewajiban yang melekat pada perusahaan tersebut.

g. Kompensasi atau adanya perjumpaan hutang. Kompensasi ini terjadi

apabila dua orang saling berhutang antara satu dengan yang lainnya.

Sehingga hutang-hutang tersebut dihapuskan oleh karena undang-

undang yang telah menentukan bahwa suatu perhitungan antara

mereka seimbang.

h. Karena adanya percampuran dari hutang tersebut. Dalam hal

percampuran hutang ini biasanya terjadi dalam hal pewarisan. Dimana

pihak debitur menjadi ahli waris si kreditur. Apabila kreditur

meninggal dunia, maka hutang-hutang debitur dibayarkan oleh pihak

ahli warisnya.

i. Pembebasan hutang adalah pernyataan kehendak dari pihak kreditur

untuk membebaskan pihak debitur dari suatu perikatan perjanjian dan

pernyataan kehendak tersebut dapat diterima oleh pihak debitur.

j. Karena adanya kebatalan dan pembatalan dari suatu perjanjian.

Alasan yang dapat menimbulkan batalnya suatu perikatan adalah

karena perikatan tersebut terdapat cacat pada syarat-syarat yang

objektif. Cacat tersebut adalah objek yang melanggar undang-undang

dan ketertiban umum.26

6. Alat Bukti

Alat bukti dapat didefinisikan sebagai segala hal yang dapat

digunakan untuk membuktikan perihal kebenaran dari suatu peristiwa di

dalam persidangan. Alat bukti yang dimaksudkan adalah dengan

mengajukan beberapa bukti-bukti ke pengadilan, namun bukti yang

diajukan merupakan bukti yang berharga atau competent edvidence,

sehingga tidak membuang waktu dan tenaga. Mengenai apa saja yang

termasuk alat bukti, masing-masing hukum acara dari suatu peradilan

sudah menentukannya secara rinci. Karena alat bukti dalam suatu hukum

acara antara yang satu dengan yang lain nya pasti berbeda.

26

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.83-84.

Page 38: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

29

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Phyllis B. Gerstenfeld

yang membagi tipe dari suatu bukti menjadi dua, yaitu direct evidence

dan circumtantial evidence. Direct evidence dapat diartikan sebagai bukti

yang cenderung menunjukan keberadaan dari suatu fakta tanpa adanya

bukti tambahan. Sementara itu circumtantial evidence adalah bukti yang

membutuhkan pembuktian lagi lebih lanjut sebelum menarik kesimpulan

atas bukti tersebut. Sedangkan menurut Max M. Houck circumtantial

edvidence adalah bukti yang didasarkan pada suatu kesimpulan dan bukan

dari suatu pengetahuan atau observasi. Atas dasar itulah ia berpendapat

bahwa tidak semua alat bukti memilki kekuatan pembuktian yang sama.

Karena bisa saja kekuatan bukti yang satu mempunyai kedudukan yang

lebih dari alat bukti yang lain, semua tergantung pada pembuktian suatu

kasus di pengadilan.27

Larry E. Sullivan dan Marie Simonetti Rosen membagi bukti

dalam tiga kategori, yaitu bukti langsung, bukti tidak langsung dan bukti

fisik. Bukti langsung membentuk unsur kejahatan melalui melalui

penuturan saksi mata, pengakuan atau apapun yang diminati termasuk

tulisan dan suara berupa video atau rekaman digital lainnya. Butkti tidak

langsung didasarkan pada suatu perkataan dan analisis yang masuk akal.

Bukti fisik yang dihasilkan dari penyidikan kriminal untuk menentukan

adanya kejahatan yang dihubungkan antara suatu barang, korban dan

pelakunya.28

7. Hukum Acara Perdata

Hukum acara perdata merupakan peraturan hukum yang mengatur

bagaimana cara mempertahankan dan memelihara hukum perdata materiil.

Hukum acara perdata juga diartikan sebagai suatu peraturan yang

mengatur bagaimana cara untuk mengajukan suatu perkara perdata

27

Max M. Houck, Essentials of Forensic Science Trace Edvidence, (New York: Imprint

of Infobase Publishing, 2009), h. 2

28

Larry E. Sulvian Marie Simonettie Rosen, Encyclopedia of Law Enforcement,

(California: Sage Publications, 2010), h.36.

Page 39: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

30

terhadap pengadilan perdata dan juga mengatur bagaimana cara hakim

perdata memberikan putusan terhadap suatu subjek hukum.

Menurut Goodhart setiap hakim akan mengulas fakta-fakta dari

suatu perkara yang dapat dibuktikan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut

hakim dapat mengulas argumen hukum untuk sampai pada suatu

kesimpulan dalam rangka memutus suatu perkara. Fakta-fakta yang

terpenting dalam perkara tersebut digabungkan dengan argumen hukum,

maka akan menjadi suatu pertimbangan sebagai prinsip hukum yang

bersifat mengikat yang dikenal dengan istilah ratio decidendia. Ratio

telah ditetapkan sebagai prinsip yang harus diambil dari putusan hakim

berdasarkan fakta-fakta yang dianggap oleh hakim sebagai materi.29

Selain pertimbangan yang bersifat mengikat yang disebut dengan

ratio decidendi terdapat juga pertimbangan yang tidak bersifat mengikat

yang dikenal dengan obiter dictum. Oleh karena itu pertimbangan yang

bersifat obiter dictum tidak mengikat untuk kasus-kasus dimasa

mendatang, namun terkadang dapat saja obiter dictum memiliki otoritas

persuasif signifikan. Obiter dictum tidak mengikat karena dibuat hakim

tanpa harus mengujinya terlebih dahulu dan mempertimbangkan masing-

masing konsekuensi aktualnya. Artinya adalah kemungkinan besar

pertimbangan yang diberikan untuk obiter dictum tidak sematang dengan

ratio decidendi.30

Dalam perkara perdata yang dicari adalah mengenai kebenaran

hukum formal. Oleh karena itu hakim terikat hanya pada alat bukti yang

dinyatakan sah dalam undang-undang. Dengan demikian hakim dalam

pemeriksaan perkara perdata bersifat pasif, tergantung dari para pihak

yang bersengketa. Akan tetapi dalam rangka mencari kebenaran materiil

29

Peter De cruz, Perbandingan Sistem Hukum: Common Law, Civil Law dan Sosialist

Law, (Jakarta: Penerbit PT. Nusa Media, 2010), h.352

30

Micael Bogdan, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, (Jakarta: Penerbit PT. Nusa

Media, 2010), h.143.

Page 40: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

31

atas perkara yang diajukan oleh para pihak, maka hakim juga dapat

bersifat aktif.31

B. Krangka Teori

Krangka teori adalah konsepsi-konsepsi berupa teori-teori,

pandangan-pandangan dan penemuan-penemuan yang relevan dengan pokok

permasalahan. Adapun bentuk-bentuk dari teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Teori Asas Perjanjian

Asas hukum merupakan sumber bagi sistem hukum yang memberi

inspirasimengenai nilai-nilai etis, moral, dan sosial masyarakat. Maka dari

itu asas sebagai landasan norma menjadi alat uji bagi norma hukum yang

ada, dalam arti norma hukum tersebut pada akhirnya harus dapat

dikembalikan pada asas hukum yang menjiwainya. Asas hukum

merupakan “jantung” dari sebuah peraturan karena asas hukum

merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya sebuah peraturan

hukum dan sebagai alasan dari lahirnya peraturan hukum.

Asas hukum ini tidak akan habis kekuatannya melahirkan suatu

peraturan hukum, melainkan akan tetap saja ada dan melahirkan peraturan

hukum dan putusan hakim yang merupakan hukum positif. Asas hukum

dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum

dalam peraturan yang konkrit.32

Dalam hukum kontrak perjanjian terdapat

terdapat 5 asas yang telah dikenal. Kelima asas tersebut antara lain adalah

asas kebebasan berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme

(concsensualism), asas kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas

iktikad baik (good faith), asas kepribadian (personality).33

a. Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)

31

Eddy O.S Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, (Jakarta: Penerbit PT. Erlangga,

2012), h.80.

32

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebagai Pengantar, (Yogyakarta: Penerbit

PT Liberty, 1996).

33

Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit PT UII Press,

2014), h.83

Page 41: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

32

Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang menduduki

posisi sentral didalam hukum kontrak perjanjian, karena mempunyai

pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kontraktual dari para

pihak. Kebebasan berkontrak pada dasarnya merupakan perwujudan

dari kehendak bebas berkontrak bagi para pihak. Karena asas

kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak

perjanjian, mengadakan kontrak perjanjian dengan siapapun,

menentukan isi dari kontrak perjanjian, pelaksanaan beserta

persyaratannya dan menentukan bentuk kontrak perjanjian yang akan

dibuat, baik itu secara tertulis maupun secara lisan.34

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan

pasal 1320 ayat (4) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang

berbunyi “Suatu sebab yang tidak terlarang”. Bagi para pihak yang

membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun

dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan suatu hak

dan kewajiban, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan

tersebut bukanlah merupakan sesuatu yang terlarang. Seperti yang

tertuang dalam pasal 1337 Kitab Uundang-undang Hukum Perdata “

suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang,

atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban

umum.”

Menurut Johanes Gunawan asas kebebasan berkontrak ini

meliputi beberapa hal, diantaranya yaitu :

(a) Kebebasan setiap orang untuk memutuskan apakah ia membuat

kontrak atau tidak membuat kontrak.

(b) Kebebasan para pihak untuk memilih dengan siapa ia akan

membuat suatu kontrak.

(c) Kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk kontrak.

(d) Kebebasan para pihak untuk menentukan isi kontrak.

34

Salim H.S., Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet.3, (Jakarta:

Penerbit PT Sinar Grafika, 2006).

Page 42: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

33

(e) Kebebasan para pihak untuk menentukan cara pembuatan kontrak.

Dalam kontrak standar, cara pembuatannya telah ditentukan oleh

salah satu pihak.35

b. Asas Konsensualisme (Consensualism)

Asas konsensualisme berarti kesepakatan (consesnsus). Asas

ini sangat berhubungan dengan lahirnya suatu kontrak perjanjian yang

mengandung arti bahwa kontrak perjanjian itu terjadi sejak detik

tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai pokok-pokok

perjanjian. Dalam pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata yang

menyebutkan “kesepakatan antarapara pihak“ dimana menurut asas ini

perjanjian itu telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat yaitu

persesuaian kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh para pihak.

Dengan demikian Asas konsensualisme ini menunjukan bahwa

pada dasarnya suatu perjanjian yang telah dibuat baik secara lisan atau

tulisan antara para pihak telah mengikat. Karena dari perjanjian

tersebut telah melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak dalam

perjanjian tersebut, setelah para pihak tersebut mencapai kesepakatan

atau consensus. Pengecualian pada prinsip ini adalah dalam hal

perundang-undangan memberikan syarat formalitas tertentu terhadap

suatu kontrak. Contohnya pada saat terjadi jual beli tanah yang

merupakan kesepakatan yang harus dibuat dengan akta otentik yang

diterbitkan oleh notaris.

c. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)

Asas kepastian hukum atau pacta sunt servanda merupakan

asas yang berhubungan dengan akibat dari hukum kontrak perjanjian.

Asas pacta sunt servanda adalah asas bahwa hakim atau pihak ketiga

harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh

melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh

para pihak. Asas kepastian hukum ini diatur dalam pasal 1338 ayat (1)

35

Johanes Gunawan, Penggunaan Perjanjian Standard dan Implikasinya Pada Asas

Kebebasan Berkontrak, (Padjajaran, Majalah Ilmu Hukum dan Pengetahuan Masyarakat No.3-4,

Jilid XVII, 1987), h.55

Page 43: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

34

Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi “Bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya.”

Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan kontrak, misalkan

salah satu pihak ingkar janji atau yang biasa disebut sebagai

wanprestasi maka hakim dengan keputusannya dapat memaksa pihak

yang melanggar itu untuk melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan isi kontrak. Bahkan dalam hal ini juga hakim dapat

memerintahkan bagi pihak yang melanggar untuk membayar ganti

rugi. Putusan pengadilan ini merupakan jaminan bahwa hak dan

kewajiban para pihak dalam kontrak perjanjian memiliki kepastian

hukum dan tentu saja secara pasti memiliki perlindungan hukum.36

d. Asas Itikad Baik (Good Faith / Tegoeder Trouw)

Asas itikad baik terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa setiap

perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad yang baik.37

Asas itikad

baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan pihak

debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan

kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para

pihak.itikad baik adalah bersifat dinamis. Artinya dalam

melaksanakan perbuatan ini kejujuran harus berjalan dalam hati

sanubari seorang manusia.

Asas itikad baik juga dibedakan dalam sifatnya relatif-subjektif

dan mutlak absolut-objektif. Pada itikad baik yang nisbi relatif-

subjektif, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari

subjek. Pada itikad baik yang absolut-objektif atau hal yang sesuai

dengan akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran objektif untuk menilai

keadaan sekitar perbuatan hukumnya penilaian tidak memihak

36

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.25

37

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta : Penerbit PT.

Pradana Media Group, 2008), h. 4

Page 44: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

35

menurut norma-norma yang objektif. Wirjono Prodjodikoro membagi

itikad baik menjadi dua macam, yaitu :

(a) Itikad baik pada waktu mulai berlakunya suatu hubungan hukum.

Itikad baik disini biasanya berupa perkiraan atau anggapan

seseorang bahwa syarat-syarat yang diperlukan bagi dimulai

hubungan hukum telah terpenuhi.

(b) Itikad baik pada waktu pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban yang termaksud dalam hubungan hukum itu.

Pengertian itikad baik semacam ini sebagaimana diatur dalam

pasal 1338 (3) KUH Perdata bersifat objektif dan dinamis

mengikuti situasi sekitar perbuatan hukumnya.

e. Asas Kepribadian

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya

untuk kepentingan perseorangan saja. Asas ini diatur dalam ketentuan

pasal 1315 dan pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 berbunyi “Pada

umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri

atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”.

Pada umumnya seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk

kepentingan dirinya sendiri.Pasal 1340 berbunyi “perjanjian hanya

berlaku antar pihak yang membuatnya.”dari rumusan tersebut dapat

diketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh

seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subjek hukum pribadi,

hanya berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.

2. Teori Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya perjanjian merupakan syarat-syarat yang dimana

dalam perjanjian tersebut harus ada, maka perjanjian tersebut dinyatakan

sah dan mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Apabila tidak

terpenuhinya syarat-syarat perjanjian tersebut, maka perjanjian itu

menjadi tidak sah. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya

perjanjian terdiri dari :

Page 45: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

36

a. Kesepakatan Mengikatkan Diri (Consesus)

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara

satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Adapun yang menjadi

indikator “sesuai” itu adalah pernyataannya, karena kehendak itu tidak

dapat dilihat atau diketahui oleh orang lain. Pernyataan kesepakatan

bisa dilakukan secara tegas maupun secara diam-diam. Pernyataan

tegas dapat berupa lisan, tertulis atau dengan tanda isyarat. Sedangkan

pernyataan secara diam-diam tanpa sengaja terjadi kesepakatan yang

dinyatakan tidak secara tegas dan biasa terjadi dalam kehidupan kita

sehari-hari tanpa kita sadari. Seperti halnya seorang penumpang yang

naik angkutan umum, dengan membayar ongkos angkutan kepada

kondektur kemudian pihak kondektur ini menerima uang tersebut

karena sudah mengantarkan orang tersebut sampai ditujuan. Dalam

hal ini secara tidak langsung telah terjadi kontrak meskipun tidak

dinyatakan secara tegas.

Persetujuan tersebut harus bebas dan tanpa adanya paksaan

atau intervensi dari pihak manapun. Karena kemauan yang bebas

merupakat syarat yang utama untuk terjadinya kontrak yang sah.

Apabila suatu perjanjian terjadi karena adanya paksaan (dwang),

kekhilafan atau kekeliruan (dwaling) atau penipuan, maka perjanjian

tersebut dinyatakan tidak sah. Dalam Pasal 1321 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata yang menyatakan jika didalam berkontrak

terdapat kekhilafan, paksaan atau penipuan, maka didalam perjanjian

tersebut terjadi cacat kehendak dan oleh karena itu perjanjian tersebut

harus dibatalkan. Cacat kehendak artinya “bahwa salah satu pihak

sebenarnya tidak menghendaki isi perjanjian yang demikian.

Seseorang dikatakan telah membuat perjanjian secara khilaf manakala

dia membuat perjanjian tersebut dipengaruhi oleh pandangan atau

kesan yang ternyata tidak benar.38

38

H.R Daeng Naja, Contract Drafting, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2006),

h.86.

Page 46: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

37

Untuk menentukan kapan suatu kesepakatan itu dapat terjadi,

terdapat empat teori yang menjelaskan tentang hal tersebut, yaitu:

(a) Uitings theorie atau teori saat melahirkan kemauan yang artinya

bahwa perjanjian terjadi apabila atas penawaran tertentu telah

dilahirkan kemauannya dari pihak lain. Kemauan dari pihak lain

tersebut dapat dikatakan telah dilahirkan pada waktu pihak lain

memulai untuk menulis surat penerimaan atau menyatakan

kemauannya.

(b) Verzend theorie atau teori saat mengirim surat penerimaan,

menjelaskan bahwa perjanjian terjadi pada saat surat penerimaan

dikirimkan kepada penawar.

(c) Onvangs theorie atau teori saat menerima surat penerimaan yang

artinya bahwa perjanjian terjadi pada saat penawar menerima

surat penerimaan dari pihak lain.

(d) Vernemings theorie atau teori saat mengetahui surat penerimaan,

menerangkan bahwa perjanjian baru terjadi apabila si penawar

telah membaca atau telah mengetahui isi surat penerimaan

tersebut.39

b. KecakapanBerkontrak (Capacity)

Menurut Pasal 1329 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

kedua belah pihak harus cakap menurut hukum. Kecakapan bertindak

adalah kecakapan untuk melakukan suatu perbuatan hukum.

Kecakapan disini artinya para pihak yang membuat suatu perjanjian

haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek

hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk

membuat suatu perjanjian. Kecuali orang-orang yang dinyatakan

sebagai tidak cakap hukum menurut Undang-Undang. Karena hukum

hanya mengatur segala yang tampak dari tingkah laku orang dalam

pergaulan hidupnya di masyarakat. Beberapa golongan orang-orang

yang dinyatakan tidak cakap hukum adalah sebagai berikut:

39

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.20.

Page 47: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

38

(a) Orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 18

tahun menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

perkawinan. Meskipun belum berumur 18 tahun apabila seseorang

telah atau pernah menikah maka orang tersebut sudah dianggap

dewasa dan cakap untuk membuat perjanjian.

(b) Orang yang berada dibawah pengampuan yaitu orang yang tidak

dapat mengelola bebas dengan harta kekayaannya. Seseorang

yang berada dibawah pengampuan, kedudukannya sama dengan

seorang anak yang belum dewasa. Jika seorang anak yang belum

dewasa harus diwakili oleh orang tua atau walinya maka seorang

dewasa yang berada dibawah pengampuan harus diwakili oleh

pengampu atau kuratornya. Dalam Pasal 433 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa setiap orang dewasa

yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak, idiot, atau

mata gelap, harus dibawah pengampuan. Termasuk seseorang

yang yang sudah dewasa namun boros terhadap harta.

(c) Seorang perempuan yang dalam hal-hal telah ditetapkan oleh

Undang-Undang telah melarang membuat kontrak-kontrak

perjanjian tertentu. Tetapi dalam perkembangannya perempuan

juga dapat melakukan perbuatan hukum, sesuai dengan Pasal 31

ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 jo. SEMA No.3 Tahun

1963.

c. Adanya Sesuatu Hal Tertentu (Certainty of Terms)

Sesuatu hal dapat diartikan sebagai obyek dari perjnjian.

Sehingga obye perjanjian haruslah sesuatu hal atau suatu barang yang

cukup jelas. Hal tersebut maksudnya obyek yang diatur di dalam

perjanjian tersebut harus lah obyek yang jelas, dan tidak boleh samar-

samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian

kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya perjanjian yang fiktif.

Misalnya perjanjian jual-beli sebuah mobil, haruslah jelas mobil apa

yang di jual-belikan, tahun berapa pembuatannya, warnanya apa,

nomor mesin berapa dan lain sebagainya. Hal tersebut jika semakin

Page 48: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

39

jelas dalam penjelasannya maka akan semakin baik dan tidak boleh

hanya mengatakan penjualan mobil tanpa adanya keterangan yang

jelas.

d. Sebab Yang Halal (Legality)

Didalam Undang-Undang memang tidak disebutkan

pengertian mengenai suatu sebab (orzaak, causa). Adapun yang

dimaksud dengan sebab bukanlah merupakan sesuatu yang

mendorong para pihak untuk melakukan kontrak perjanjian. Karena

alasan yang membuat para pihak melakukan perjanjian itu tidak

menjadi perhatian yang umum. Maka dari itu adapun sebab yang tidak

diperbolehkan adalah jika isi kontrak perjanjian bertentangan dengan

Undang-Undang kesusilaan dan ketertiban umum. Misalkan adalah

jual beli seorang bayi adalah tidak sah karena hal tersebut

bertentangan dengan norma hukum. Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata memberikan kebebasan untuk melakukan kontrak perjanjian

kepada para pihak, baik itu secara tertulis maupun secara lisan, akan

tetapi tidak diperbolehkan jika hal tersebut bertentangan dengan

Undang-Undang.40

Dari keempat syarat yang telah disebutkan diatas, dua syarat yang

pertama dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai orang-

orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian. Sedangkan dua

syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif, karena mengenai

perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan

itu.41

Suatu kontrak perjanjian tidak hanya mengikat apa saja yang

dengan tegas ditentukan di dalamnya melainkan juga segala sesuatu yang

menurut sifatnya kontrak perjanjian dituntut berdasarkan keadilan,

kebiasaan atau norma hukum. Syarat-syarat yang selalu diperjanjikan

menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk dalam suatu kontrak

40

Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.21-23

41

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 2005), h.17.

Page 49: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

40

perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dimasukan kedalamnya. Kontrak

perjanjian yang sudah lahir tidak bisa ditarik kembali tanpa adanya izin

dari pihak lawan. Sehingga saat detik lahirnya kontrak perjanjian adalah

sangat penting untuk diketahui sebelum kontrak perjanjian tersebut

ditetapkan.

C. Studi (Review) Kajian Terdahulu

1. Skripsi yang disusun oleh Bagus Try Prasetyo konsentrasi Hukum perdata

dagang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2010.

Berjudul “Kekuatan Pembuktian Akta di Bawah Tangan Dikaitkan

Dengan Kewenangan Notaris Dalam Legalisasi dan Waarmerking

Berdasarkan Undang-Undang No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris”. Perbedaan skripsi tersebut dengan yang diangkat oleh peneliti

adalah bahwa dalam skripsi tersebut membahas mengenai akta dibawah

tangan yang sudah dilegalisasi oleh notaris, sedangkan yang menjadi

objek kajian dari peneliti adalah akta dibawah tangan yang belum di

legalisasi oleh notaris.

2. Skripsi yang disusun oleh Ibnu Ady Susilo, Prodi Ilmu Hukum Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Tahun 2016. Berjudul

“Perlindungan Hukum Terhadap Jual Beli Tanah : Praktek

Pemberian Kuasa Menjual Melalui Akta Otentik Notaris Didaerah

Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini lebih menjelaskan mengenai

analisis perlindungan akta notaris terhadap penjual dan pembeli yang

digunakan untuk perjanjian jual beli tanah dengan menggunakan

perantara surat kuasa. Perbedaan skripsi tersebut dengan yang diangkat

oleh peneliti adalah dalam skripsi tersebut yang dibahas adalah mengenai

perlindungan dari akta otentik notaris yang digunakan sebagai perjanjian

jual beli tanah dengan menggunakan perantara surat kuasa terhadap yang

dikuasakan masing-masing, sedangkan yang menjadi objek kajian dari

peneliti adalah kekuatan surat perjanjian utang piutang yang dijadikan

sebagai alat bukti di dalam persidangan menurut hukum acara yang

berlaku di Indonesia.

Page 50: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

41

3. Buku yang bertemakan “Hukum Perikatan“ yang dikarang oleh

Lukman Santos AZ. Buku referensi ini berisi mengenai perjanjian

dibawah tangan termasuk ke dalam suatu akad berkontrak, yang dimana

dalam hal ini kedua belah pihak telah terikat dengan suatu perjanjian

secara tertulis. Adapun ketentuan dari perjanjian tersebut sesuai dengan

ini dari kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal ini perjanjian bisa

menjadi bentuk kontrak timbal balik atau kontrak sepihak.

4. Jurnal hukum yang berjudul “Kekuatan Hukum Perjanjian Kredit Di

Bawah Tangan Pada Bank Perkreditan Rakyat” pengarang Ida Bagus

Gde Gni Wastu, jurnal hukum yang diterbitkan oleh Jurnal Ilmiah Prodi

Magister Kenotariatan 2017. Dalam jurnal ini pembahasan fokus pada

Pengaturan mengenai perjanjian kredit yang dibuat secara bawah tangan

menurut Hukum Perbankan baik Undang - Undang Perbankan maupun

Surat Edaran Bank Indonesia No.14/20/DKBU tentang Pedoman

Kebijakan dan Prosedur Perkreditan bagi Bank Perkreditan Rakyat, yang

mempersyaratkan untuk memberikan kredit dalam bentuk apapun bank -

bank wajib mempergunakan/membuat perjanjian kredit secara tertulis,

yang jelas berbeda rujukan Undang-Undang dalam pembahasannya dari

jurnal ini.

Page 51: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

42

BAB III

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI

PERJANJIAN UTANG-PIUTANG MELALUI LITIGASI

A. Utang-Piutang Dalam Perjanjian

1. Pengertian Utang-Piutang

Kata Pinjam-meminjam berasal dari Istilah verbruik-lening yang

mana kata verbuik berasal dari bahasa Belanda verbruiken yang memiliki

arti menghabiskan. Definisi mengenai pinjam – meminjam terdapat dalam

Pasal 1754 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 1754 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang berarti suatu perjanjian dengan mana pihak

yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu

barang-barang yang habis karena pemakaian. Dengan syarat dan

ketentuan bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah

yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.1

Menurut Gatot Supramono memberikan defenisi Utang-piutang

adalah Perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dan

objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang yang dimana

kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman,

sedangkan pihak yang lain menerima pinjaman uang dan uang yang telah

dipinjam akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan

yang diperjanjikan. Berdasarkan pengertian pinjam-meminjam itu, pihak

yang menerima pinjaman menjadi pemilik dari barang yang dipinjam dan

jika barang itu telah musnah dengan cara bagaimanapun, maka

kemusnahan itu adalah atas penanggungannya. Karena si peminjam telah

diberikan kekuasaan untuk menghabiskan atau memusnahkan barang

pinjaman, maka sudah semestinya dia dijadikan sebagai pemilik barang

itu. Akan tetapi selain sebagai pemilik dari barang tersebut, dia juga

memikul segala resiko yang akan ditimbulkan atas barang tersebut.

Pasal 1756 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengenai

perihal peminjaman uang, utang yang terjadi karenanya hanyalah terdiri

atas jumlah uang yang telah disebutkan dalam perjanjian. Jika sebelum

1 R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2014), h.125.

Page 52: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

43

saat pelunasan utang telah terjadi suatu kenaikan atau kemunduran harga

(nilai) atau adanya perubahan mengenai berlakunya mata uang, maka

pengembalian jumlah yang telah dipinjam harus dilakukan dalam mata

uang yang berlaku pada waktu pelunasan. Hal ini dihitung menurut dari

harga atau nilai yang berlaku pada saat itu. Maka dengan demikian untuk

menetapkan jumlah uang yang terutang kita harus berpangkal pada

jumlah yang disebutkan dalam perjanjian.

Dalam menetapkan jumlah uang yang harus dibayar oleh si

berutang dalam perjanjian-perjanjian sebelum perang Dunia ke II terdapat

suatu yurisprudensi dari Mahkamah Agung yang terkenal yang menjadi

dasar untuk penilaian kembali jumlah yang terutang yaitu harga emas

sebelum perang dibanding dengan harga emas sekarang. Namun resiko

tentang kemerosotan dari nilai mata uang itu dipikul oleh masing-masing

pihak setengah. Pada mulanya putusan-putusan seperti itu diambil dalam

menetapkan jumlah uang tebusan dalam soal gadai tanah, tetapi kemudian

utang-piutang uang juga mendapatkan perlakuan yang sama.

Yurisprudensi tersebut mencerminkan suatu pengetrapan dari asas itikad

baik yang harus di indahkan dalam hal pelaksanaan dari suatu perjanjian,

seperti halnya terkandung dalam Pasal 1338 ayat 3 B.W.2

2. Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Utang-Piutang

Perjanjian utang-piutang dapat terjadi karena dilatarbelakangi oleh

suatu sebab. Pada umumnya bentuk perjanjian utang-piutang

dimasyarakatdapat terjadi karena dua macam, yaitu karena murni adanya

utang-piutang dan karena dilatarbelakangi perjanjian lain.

a. Karena Murni Perjanjian Utang-piutang.

Perjanjian utang-piutang yang dimaksud disini adalah tidak

adanya suatu hal yang menjadi latar belakang lain dan perjanjian itu

dibuat karena hanya semata-mata untuk melakukan utang-piutang.

Misalnya seorang pedagang buah yang sedang kekurangan modal

untuk meningkatkan usahanya, lalu dia pergi ke bank untuk

2 R. Subekti, Aneka Perjanjian,... h.126-127.

Page 53: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

44

meminjam uang daam bentuk kredit. Dalam hal ini dapat dilihat

bahwa terjadinya perjanjian karena murni kepentingan utang-piutang.

b. Karena Dilatarbelakangi Oleh Perjanjian Lain.

Lain halnya dengan perjanjian utang-piutang ini, terjadinya

perjanjian tersebut karena sebelumnya telah terjadi suatu perjanjian

lain yang melatarbelakangi perjanjian tersebut. Perjanjian sebelumnya

dengan perjanjian berikutnya yaitu perjanjian utang-piutang yang

kedudukannya berdiri sendiri. Karena perjanjian yang sebelumnya

telah selesai dilaksanakan. Misalkan, dalam perjanjian jual-beli sepeda

motor secara kredit, setelah pembeli membayar uang muka dan

penjual menyerahkan sepeda motor, maka perjanjian jual beli ini

sudah selesai, dimana si pembeli sudah membayar harga sepeda motor

tersebut akan tetapi hanya sebagian. Sisa dari harga sepeda motor

yang belum dibayar merupakan utang bagi si pembeli. Maka dari itu

bisa dikatakan bahwa utang tersebut lahir karena adanya latarbelakang

dari perjanjian yang sebelumnya. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa

antara perjanjian jual-beli dengan perjanjian utang-piutang sama-sama

perjanjian pokok dan masing-masing dari perjanjian tersebut berdiri

sendiri.

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Dalam suatu perjanjian yang bertimbal balik seperti halnya dengan

perjanjian utang-piutang ini, maka hak dan kewajiban kreditur bertimbal

balik dengan hak dan kewajiban debitur. Maka hak dari kreditur

merupakan kewajiban debitur, dan begitu pula sebaliknya, kewajiban dari

seorang kreditur merupakan hak dari seorang debitur.

a. Kreditur

Ketentuan dari perjanjian utang-piutang sebagaimana dapat

diketahui nahwa hal tersebut telah diatur di dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata mengenai kewajiban-kewajiban dari seorang

kreditur tidak banyak diatur, pada intinya kreditur wajib menyerahkan

uang yang akan dipinjamkan kepada debitur setelah terlaksananya

Page 54: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

45

suatu perjanjian. Selanjutnya, Pasal 1759 hingga Pasal 1761 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata, memiliki ketentuan sebagai berikut:

(a) Pasal 1759 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa orang yang telah meminjamkan tidak boleh meminta

kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewat dari waktu

yang telah ditentukan dalam perjanjian.

(b) Pasal 1760 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa apabila dalam suatu perjanjian utang-piutang tidak

ditentukan jangka waktunya, dan pihak kreditur menuntut

pengembalian dari pinjamannya, dengan cara mengajukan suatu

gugatan perdata ke pengadilan, makadalam hal ini Hakim

berkuasa untuk menetapkan jangka waktu pengembalian utang

tersebut. Akan tetapi dengan mempertimbangkan keadaan debitur,

serta dapat memberikanbentuk kelonggaran untuk membayar

utang.

(c) Pasal 1761 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa jika telah diadakan suatu perjanjian, bahwa pihak yang

telah meminjam suatu barang atau sejumlah uang akan

mengembalikannya bilamana ia mampu unutk melakukan itu.

Maka Hakim mengingat keadaan dan akan menentukan waktu

dari pengembaliannya.

b. Debitur

Dalam Pasal 1763 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

menyatakan bahwa orang yang menerima suatu pinjaman diwajibkan

untuk mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama pada

jangka waktu yang telah ditentukan. Apabila dalam suatu perjanjian

tidak ditentukan jangka waktu dari pengembaliannya, maka Hakim

berkuasa untuk memberikan suatu kelonggaran bagi debitur sesuai

dengan ketentuan dari Pasal 1760 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata.

Page 55: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

46

Akan tetapi jika debitur tidak mampu untuk mengembalikan

barang atau uang yang telah dipinjam dalam jumlah dan keadaan yang

sama, maka ia diwajibkan untuk membayar harganya, dalam hal ini

harus diperhatikan waktu dan tempat dimana barangnya menurut

ketentuan dari perjanjian harus dikembalikan. Menurut Pasal 1764

Kitab Undang-undang Hukum perdata jika waktu dan tempat tidak

ditentukan, harus di ambil harga barang pada waktu dan tempat

dimana perjanjian telah terjadi. Karena barang pinjaman harus

dikembalikan ditempat pinjaman itu telah terjadi dan juga dimana

tempat barang itu telah diterima oleh peminjam. Oleh karena itu

dalam Pasal 1764 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menetapkan

bahwa apabila tidak terdapat penunjukan tempat pengembalian, maka

harus dikembalikan pada tempat dimana perjanjian peminjaman telah

terjadi dan dalam menetapkan harga yang harus dibayar oleh debitur.3

B. Prestasi, Wanprestasi dan Jaminan

1. Prestasi (Prestatie, Performance)

Prestasi adalah kewajiban debitur untuk melaksanakan apa yang

telah diperjanjikan atau dengan kata lain prestasi merupakan pelaksanaan

dari hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh para pihak yang telah

mengikatkan diri sesuai dengan term dan condition sebagaimana telah

disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.

Prestasi sama halnya dengan objek kontrak, karena dalam prestasi

kewajiban debitu selalu disertai oleh 2 hal yaitu schuld dan halftung.

Schuld merupakan utang debitu kepada kreditur, sementara halftung

adalah harta kekayaan debitur yang dipertanggung jawabkan untuk

pelunasan debitu tersebut. Dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur

baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang

akan ada menjadi jaminan dari pemenuhan hutangnya terhadap kreditur.

3 R. Subekti, Aneka Perjanjian,... h.127-128.

Page 56: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

47

Wujud dari suatu prestasi diatur dalam Pasal 1234 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang menytakan bahwa setiap kontrak adalah

untuk memberikan sesuatu (te geven), untuk berbuat sesuatu (te doen),

dan tidak berbuat sesuatu (niet doen). Prestasi dengan memberikan

sesuatu , yaitu menyerahkan kekuasaan nyata atas benda dari debitur

kepada kreditur termasuk pemberian sejumlah uang, dan termasuk

penyerahan hak milik atas benda yang bergerak dan tidak bergerak.

Sedangkan prestasi dengan berbuat sesuatu adalah kontrak untuk

mengerjakan sesuatu hal. Karena prestasi memiliki beberapa sifat yaitu:

a. Harus sudah tertentu dan dapat ditentukan, karena jika prestasi tidak

tertentu atau tidak dapat di tentukan dapat mengakibatkan batalnya

suatu perjanjian.

b. Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur secara

wajar dengan segala usahanya.

c. Harus diperboleh kan atau karena sebab yang halal, artinya hal ini

tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan

ketentuan yang ada.

d. Harus memiliki asas manfaat untuk kreditur, artinya kreditur dapat

menggunakan atau menikmati dan mengambil hasilnya.

e. Terdiri dari suatu perbuatan atau serentetan perbuatan sesuai dengan

ketentuan perjanjian. Artinya apabila prestasi terdiri dari satu

perbuatan akan tetapi dilakukan dengan lebih dari satu perbuatan

makan perjanjian itu dinyatakan batal.4

2. Wanprestasi

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu wanprestatie

yang berarti presatasi buruk atau cedera janji. Dalam bahwa Inggris

wanprestasi ini disebut breanch of contract yang bermakna tidak

dilaksanakannya kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh

kontrak. Secara etimologi wanprestasi adalah suatu hak kebendaan yang

dikarenakan adanya unsur kelalaian atau kesalahan dari salah satu pihak,

4Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis,... h.73-74.

Page 57: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

48

karena tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam

kontrak. Sedangkan pihak lain telah memberikan peringatan atau somasi

terhadapnya terlebih dahulu.

Menurut M. Yahya Harahap wanprestasi adalah pelaksanaan

kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut

selayaknya. Seorang debitur dikatakan berada dalam keadaan wanprestasi

apabila dalam melakukan pelaksanaan prestasi kontrak telah lalai

sehingga terlambat dalam jadwal waktu yang telah ditentukan atau dalam

melaksanakan prestasi tidak menurut selayaknya atau sepatutnya.5

Sedangkan menurut Sri Soedewi Mashjoeri Sofyan bahwa wanprestasi

adalah kewajiban tidak memenuhi suatu perutangan yang terdiri dari dua

macam sifat yaitu atas hal bahwa prestasi itu masih dilakukan tetapi tidak

secara sepatutnya dan terdapat hal-hal yang prestasinya tidak dilakukan

pada waktu yang tepat.6

Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa

yang dimaksud dengan wanprestasi adalah suatu kesengajaan atau

kelalaian dari pihak debitur yang mengakibatkan ia tidak dapat memenuhi

prestasi yang seharusnya dipenuhi dalam suatu kontrak perjanjian dengan

seorang kreditur atau siberhutang. Adapun bentuk-bentuk dari

wanprestasi adalah sebagai berikut:

a. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang

dijanjikan

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

d. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukan7

Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi,

perlu diperhatikan apakah dalam kontrak perjanjian tersebut telah

5M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Penerbit PT. Alumni,

1986), h.

6Sri Soedwi Mashjoeri Sofyan, Hukum Perutangan, (Yogyakarta: Penerbit Bagian Seksi

Hukum Perdata Universitas Gajah Mada,1980), h.12.

7 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Penerbit PT. Intermasa, 1987), h.15

Page 58: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

49

ditentutkan tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi. Karena

perlu mengingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasinya. Tetapi

dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentua pasal

1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata debitur dianggap lalai

dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

Dengan adanya keterlambatan atau kelalaian dalam pemenuhan

prestasi oleh debitur, maka akan adanya akibat hukum yang ditimbulan

dari wanprestasi yaitu:

a. Debitur diharuskan membayar ganti rugi

b. Kreditur dapat meminta pembatalan kontrak perjanjian melalui

pengadilan

c. Kreditur dapat meminta pemenuhan dari kontrak perjanjian ataupun

pemenuhan dari kontrak perjanjian yang disertai dengan ganti rugi

atau pembatalan kontrak dengan ganti rugi8

Kelalaian ini harus dinyatakan secara resmi, yaitu dengan

peringatan atau sommatie oleh juru sita di pengadilan atau juga cukup

dengan surat tercatat, agar hal ini tidak mudah dipungkiri oleh pihak

berhutang sebagaimana diatur dalam Pasal 1238 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata dan peringatan tersebut harus secara tertulis. Ada

berbagai kemungkinan yang bisa dituntut terhadap debitur yang lalai,

yaitu:

a. Kreditur dapat meminta pelaksanaan kontrak perjanjian meskipun

pelaksanaan ini sudah terlambat.

b. Kreditur dapat meminta penggantian kerugian, yaitu kerugian yang

dideritanya karena kontrak perjanjian tidak atau terlambat dilaksnakan

sebagaimana mestinya.

c. Kreditur dapat menuntut pelaksanaan kontrak perjanjian yng disertai

dengan penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat

dari keterlambatan pelaksanaan kontrak.

8 Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Prespektif BW, (Bandung: Penerbit PT.

Nuansa Aulia, 2012), h.176.

Page 59: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

50

d. Dalam hal suatu kontrak perjanjian yang meletakan kewajiban timbal-

balik, kelalaian satu yang lain untuk meminta kepada hakim supaya

kontrak perjanjian tersebut dibatalkan. Hal ini disertai dengan

permintaan penggantian atas kerugian sesuai dengan ketentuan Pasal

1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Berdasarkan ketentuan dari Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, maka penggantian kerugian dapat dituntut sebagai berikut:

a. Biaya-biaya yang sesungguhnya telah dikeluarkan (konsten)

b. Kerugian yang sesungguhnya menimpa harta benda dari si berpiutang

(schaden)

c. Kehilangan keuntungan (interessen) yaitu berupa keuntungan yang

akan didapat seandainya si berhutang tidak lalai

Seorang debitur yang dituduhkan cederai janji dan telah dituntut

hukuman kepadanya dapat melakukan pembelaan terhadap dirinya dari

hukuman yang akan diberikan dengan cara mengajukan beberapa alasan.

Pembelaan tersebut terbagai menjadi 3 macam, yaitu:

a. Karena adanya keadaan yang memaksa (overmacht atau force

majeur)

b. Mengajukan pembuktian bahwa pihak kreditur juga telah lalai

(exeptio non adimpleti contractus)

c. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntu

ganti rugi (rechtvenverking)

3. Jaminan Utang

Jaminan utang adalah pemberian keyakinan kepada pihak kreditor

atas pembayaran utang yang telah diberikannya kepada kreditor, dimana

hal ini terjadi karena hukum ataupun terbit dari suatu perjanjian yang

bersifat assessoir terhadap suatu perjanjian pada pokoknya berupa

perjanjian yang menerbitkan utang-piutang.9

9 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, ( Jakarta: Penerbit PT. Erlangga, 2013), h.8

Page 60: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

51

Istilah jaminan ini merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie hal ini mencakup secara

umum cara-cara kreditur menjamin untuk dapat dipenuhi tagihannya,

disamping pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-

barangnya. Selain itu istilah jaminan, dikenal juga dengan sebutan

agunan. Istilah agunan dapat dibaca dalam Pasal 1 angka 23 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.10

Ragam jaminan utang dapat dikatakan bahwa suatu jaminan kredit

memiliki banyak ragam bentuknya. Akan tetapi dalam hal ini penulis

akan menggolongkan ke dalam beberapa golongan tergantung pada

kriteria yang akan kita gunakan, antara lain yaitu:

a. Jaminan umum dan jaminan khusus

Jaminan umum adalah jaminan dari pihak debitor yang terjadi

secara by the operation of law dan merupakan mandatory rule: barang

bergerak ataupun tidak bergerak milik debitor menjadi tanggungan

utangnya kepada kreditor. Dasar hukumnya adalah pasal 1131 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Dengan begitu apabila seorang

debitur dalam keadaan wanprestasi, maka lewat kewajiban jaminan

umum ini kreditur dapat meminta kepada pihak pengadilan untuk

menyita dan melelang seluruh harta debitur.

Jaminan utang khusus adalah setiap jaminan yang bersifat

kontraktual, yakni yang terbit dari suatu perjanjian tertentu atau tidak

timbul dengan sendirinya. Ada yang memang khusus diajukan

terhadap barang-barang tertentu seperti halnya gadai, hipotek,

asuransi, tagihan, atau hak retensi yang tidak diajukan terhadap barang

tertentu.11

b. Jaminan kebendaan dan jaminan perorangan

10

www.suduthukum.com/2017/04/pengertian-jaminan.html 11

Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang,... h.9

Page 61: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

52

Jaminan kebendaan adalah jaminan yang mempunyai hubungan

langsung dengan benda tertentu. Karena jaminan ini selalu mengikuti

bendanya, kemanapun benda tersebut beralih atau dialihkan. Jaminan

kebendaan yang bersifat khusus mencakup penentuan atau penunjukan

atas benda tertentu milik debitur atau milik pihak ketiga untuk menjadi

jaminan utangnya kepada kreditur. Apabila debitur wanprestasi atas

pembayaran utangnya maka hasil dari penjualan benda objek jaminan

tersebut harus terlebih dahulu dibayarkan kepada kreditur yang

bersangkutan untuk melunasi pembayaran utangnya.

Jaminan perorangan adalah jaminan yang hanya mempunyai

hubungan langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan terhadap

benda tertentu. Jaminan perorangan ini hanya dapat di pertahankan

terhadap orang tertentu saja. Karena seorang kreditur lewat jaminan ini

dapat mengambil harta debitur yang wanprestasi dengan atau tanpa

perantara sebagai sita jaminan.

c. Jaminan regulatif dan jaminan non regulatif

Jaminan regulatif adalah jaminan kredit yang kelembagaannya

sendiri sudah diatur secara eksplisit dan sudah dapat pengakuan dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan jaminan non

regulatif adalah bentuk-bentuk jaminan yang tidak diatur atau tidak

khusus diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan tetapi

dikenal dan dilaksanakan dalam praktik.12

C. Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Litigasi

Litigasi merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa melalui jalur

Pengadilan. Dalam hal ini semua pihak yang sedang bersengketa akan saling

berhadapan satu sama lain untuk mempertahankan hak-haknya di muka

pengadilan. Hasil akhir dari suatu penyelesaian sengketa melalui litigasi

adalah sebuah putusan dari Majelis Hakim yang menyatakan win or lose

solution. Dalam hal penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan dapat

juga disebut sebagai hukum acara perdata, karena mengatur tentang

sebuah proses penyelesaian perkara melalui sebuah Pengadilan Umum yang

12

Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang,... h.13

Page 62: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

53

secara formal diakui telah sah menurut undang-undang. Hukum acara perdata

mempertahankan berlakunya hukum perdata agar hak dan kewajiban pihak-

pihak diperoleh dan dipenuhi sebagaimana mestinya.13

Perkara perdata dapat terjadi karena adanya pelanggaran terhadap hak

seseorang, seperti diatur dalam hukum perdata. Pelanggaran hak seseorang itu

dapat terjadi karena perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian

bagi orang lain atau karena wanprestasi. Perkara perdata adalah suatu perkara

perdata yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dalam

hubungan keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang satu

dengan pihak yang lainnya apabila terjadi sengketa yang tidak dapat

diselesaikan oleh para pihak yang sedang berperkara umumnya diselesaikan

melalui pengadilan.

(a) Tahap Administrasi

Tahap administratif adalah hal-hal yang berhubungan dengan

gugatan dan yang harus dilakukan pengadilan negeri sehubungan dengan

gugatan penggugat. Tahap administratif terdiri dari :

a. Pendaftarkan gugatan

Sebuah gugatan telah siap maka pihak dari penggugat atau

wakilnya mendaftarkan gugatan tersebut kepada panitera perdata

pengadilan dengan membayar uang pendaftaran atau yang biasa

disebut dengan persekot atau biaya panjar untuk berperkara sesuai

dengan yang telah di tentukan oleh pihak Pengadilan.

Selain itu biaya gugatan akan bergantung pada domisili atau

alamat dari pihak tergugat. Maksudnya adalah dalam hal ini pihak

tergugat berada diwilayah pengadilan mana tergugat itu tinggal.

Apabila domisili atau tempat tinggal diluar dari wilayah gugatan,

maka biayanya akan bertambah. Hal ini dikarenakan panggilan atau

surat menyurat tergugat akan di sampaikan melalui pengadilan dimana

tergugat tinggal. Karena hal itu termasuk pemanggilan yang dilakukan

secara delegasi yang artinya pemanggilan disampaikan pengadilan

13

https://www.suduthukum.com/2017/03/penyelesaian-sengketa-melalui.html

Page 63: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

54

yang mengadili kepada tergugat melalui pengadilan diwilayah lain

sesuai dengan domisili tergugat.14

b. Penetapan hakim majelis dan panitera penganti

Pihak ketua pengadilan akan mengeluarkan surat penetapan

majelis hakim untuk memeriksa gugatan tersebut, yang terdiri dari

ketua majelis dan anggota majelis. Selain itu juga pihak pengadilan

negeri juga menetapkan panitera pengganti (clerk) dalam pemeriksaan

perkara tersebut. Panitera pengganti adalah petugas atau sekretaris

majelis hakim yang mencatat seluruh tindakan dalam proses

pemeriksaan perkara yang penting dan relevan yang dituangkan dalam

berita acara persidangan.15

c. Penetapan sidang dan pemanggilan juru sita kepada para pihak

Setelah selesai penetapan hakim majelis oleh pihak pengadilan

maka yang selanjutnya adalah penatapan hari pertama sidang yang

akan di buat secara bersamaan dengan berita acara pemanggilan oleh

juru sita kepada para pihak. Juru sita atau bailif adalah petugas

pengadilan yang memiliki tugas berkaitan dengan penyampaian surat-

surat untuk pengadilan tentang persidangan bagi para pihak yang

berperkara. Pemanggilan ini dapat diartikan sebagai penyampaian

pemberitahuan secara resmi oleh juru sita atas perintah dari majelis

hakim, baik itu ditunjukan untuk pihak penggugat maupun pihak

tergugat untuk menghadiri persidangan atas sebuah perkara yang telah

resmi didaftarkan.16

Ada yang memfokuskan tugas juru sita dengan pemanggilan

persidangan, meskipun demikian makna panggilan tidaklah diartikan

secara harafiah karena itu termasuk pemberitahuan atau penyampaian

14

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,

(Jakarta: Penerbit PT. Erlangga, 2015), h. 113

15

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.114

16

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.114

Page 64: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

55

penetapan pengadilan kepada para pihak yang dimaksudkan.

Pemanggilan itu dibagi menjadi tiga, yaitu:

(a) Pemangilan yang harus dijalankan sebelum pemeriksaan

persidangan dimulai.

(b) Pemanggilan yang harus dijalankan setelah pemeriksaan

persidangan dimulai.

(c) Pemanggilan yang harus dijalankan setelah selesai sebelum

pemeriksaan setelah putusan.17

2. Tahap Yudisial

Tahap Yudisial yaitu sebuah tahapan yang meliputi pemeriksaan

dan tindakan hukum sejak hari pertama sidang sampai dengan putusan

hakim. Tahap yudisial terdiri dari:

a. Pemeriksaan perkara

Pada persidangan pertama akan dilakukan nya upaya

perdamaian yang diatur dalam Pasal 130 H.I.R dan Pasal 154 Rbg

yang pada intinya dalam suatu perkara yang berjalan hakim akan

mendamaikan para pihak. Akan tetapi sebelum adanya mediasi untuk

perdamaian maka hakim akan memeriksa terlebih dahulu dari

kelengkapan berkas dari perkara tersebut, antara lain mengenai apakah

dari penggugat dan tergugat hadir atau tidak.

Apabila salah satu pihak tidak hadir, maka hakim akan

memeriksa catatan dari juru sita tersebut dalam relaas panggilan

tersebut yang telah disampaikan juru sita kepada para pihak. Akan

tetapi jika salah satu pihak tidak hadir atau dinyatakan tidak lengkap

antara pihak penggugat dan tergugat maka persidangan secara formal

akan ditunda dalam kurun waktu satu minggu.18

b. Proses mediasi

Perdamaian dengan cara mediasi ini tercantum sesuai dengan

Pasal 1 angka 7 PERMA No. 01/2008 ialah penyelesaian sengketa

17

Soebyakto, Kejurusitaan (Jakarta: Penerbit PT. Djambatan, 1995), h.33

18

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.118

Page 65: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

56

melalui proses perundingan dengan perantaraan mediator. Dalam hal

ini mediator tersebut dapat berasal dari seorang hakim, akademisi,

advokat, atau pihak lain yang telah bersartifikasi.

Apabila para pihak setuju menggunakan mediator yang

tersedia dipengadilan, maka hakim akan menyarankan kepada para

pihak untuk menghubungi panitera pengganti yang selanjutnya akan

bertemu dengan mediator. Mediator yang telah dipilih akan

memimpin jalannya mediasi yang pada intinya dalam proses ini

mediator akan mengarahkan kepada para pihak untuk melakukan satu

kesepakatan dengan tujuan sebuah perdamaian.19

c. Pembacaan gugatan

Pembacaan gugatan ini dilakukan karena tidak tercapainya

kesepakatan damai yang dilakukan pada saat proses mediasi. Akan

tetapi sebelum dilakukan nya pembacaan gugatan oleh majelis hakim

tersebut, pihak majelsi hakim telah menerima laporan dari mediator

menganai hasil yang dicapai dalam proses mediasi, dimana para pihak

ternyata tidak mencapai perdamaian. Karena perdamaian tidak

tercapai tentu dilanjutkan dengan pemeriksaan perkara.

Pembacaan gugatan ini akan disampaikan dan dibacakan oleh

pihak majelis hakim dengan sebaik-baik nya agar para pihak dapat

mengerti maksud dan tujuan yang terdapat dari gugatan tersebut.

Kemudian para pihak juga diperkenankan untuk menanyakan sesuatu

perihal gugatan tersebut apabila masih ada kegamangan atau

kebimbangan mengenai isi gugatan.20

d. Penyampaian jawaban oleh tergugat

Jawaban adalah tanggapan dari tergugat atas dalil-dalil atau

hal-hal yang telah dikemukakan penggugat dalam surat gugatanya

untuk mencapai tuntutannya. Dalam sebuah gugatan, pengugat akan

mengemukakan sebuah peristiwa, dimana dengan peristiwa tersebut

19

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil, h.119-

120

20

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.

127

Page 66: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

57

tergugat dinyatakan telah melakukan sebuah wanprestasi atau

perbuatan melawan hukum.

Dengan perihal tersebut pada intinya dalam petitum pengugat

mohon kepada hakim untuk melunasi kewajiban tertentu atau mohon

suatu pembatalan perjanjian para pihak. Oleh karena itu dalam

menyampaikan jawabannya tergugat haruslah mencermati pula apakah

dalam gugatan tersebut penggugat mengemukakan:

(a) Alasan hukum

(b) Pendapat pengadilan (yurisprudensi)

(c) Doktrin hukum

Jawaban tergugat tergantung dari isi gugatan penggugat untuk

mencapai tujuan dari tuntutannya. Apabila penggugat meminta provisi

maka sudah tentu pihak tergugat harus menjawabnya. Selain itu juga

tergugat memiliki hak untuk mengajukan eksepsi atau tidak. Jika

pihak tergugat merasa perlu mengajukan eksepsi atau jawaban, maka

tergugat harus mengemukakan jawaban yang berlandaskan dengan

argumentasi hukumnya.

e. Penyampaian replik oleh penggugat

Apabila pihak tergugat telah menyampaikan jawabanya, maka

hakim akan memberikan kesempatan kepada penggugat pada

persidangan yang berikutnya untuk menyampaikan replik. Dalam

Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda Indonesia replik ini

dapat diartikan sebagai jawaban atas jawaban. Replik bisa dikatakan

juga sebagai tanggapan penggugat atas jawaban tergugat.21

Replik ini akan menjadi sangat penting apabila tergugat

mengajukan eksepsi dan gugatan rekopensi. Karena dalam sebuah

eksespsi memaparkan sebuah argumen agar gugatan tidak dapat

diterima, selain itu juga dalam rekopensi tergugat juga dapat meminta

sesuatu yang dapat merugikan pihak tergugat. Maka dari itu replik ini

21

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil..., h.

167

Page 67: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

58

menjadi sangat penting bagi pihak penggugat untuk menjawab atas

jawaban dari pihak tergugat yang bisa saja merugikan pihak tergugat.

f. Penyampaian duplik oleh tergugat

Jika pihak penggugat mengajukan replik, maka tergugat juga

memiliki hak yang sama untuk mengajukan duplik. Dalam Kamus

Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda Indonesia, duplik ini

diartikan sebagai jawaban lanjutan dari terdakwa atas replik

penggugat dalam perkara perdata.22

Maksudnya adalah setelah

penggugat mengajukan replik maka tergugat dapat menyampaikan

tanggapan berupa duplik. Karena duplik ini diajukan oleh tergugat

sebagai jawaban atau tanggapan atas replik penggugat.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa replik pada

perinsipnya hanya pengulangan dalil gugatan penggugat. Karena

sebagaimana dapat diketahui bahwa penggugat tidak dapat mengubah

gugatanya kecuali hal-hal yang menyangkut yang tidak menyangkut

perihal pokok. Demikian pula dengan duplik hanya bentuk

pengulangan atas jawaban sebelumnya, namun dalam hal ini tergugat

lebih mempertajam jawaban tersebut.

g. Pembuktian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bukti ini berasal

dari terjemahan bahasa Belanda yaitu bewjis yang diartikan sebagai

sesuatu yang menyatakan kebenaran dari suatu peristiwa. Dalam

kamus hukum, bewjis ini diartikan sebagai segala sesuatu yang

memperlihatkan kebenaran dari fakta tertentu atau ketidakbenaran dari

fakta lain oleh para pihak dalam perkara pengadilan guna memberi

bahan kepada hakim bagi penilaiannya.23

Sementara itu membuktikan

berarti memperlihatkan bukti dan pembuktian diartikan sebagai

proses, perbuatan, atau cara membuktikan. Pembuktian adalah suatu

perbuatan untuk membuktian akan suatu fakta. Membuktikan berarti

22

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.

168

23

Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Penerbit PT. Ghalia Indonesia, 1986), h.83.

Page 68: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

59

memberi atau memperlihatkan bukti, melakukan sesuatu sebagai

kebenaran, melaksanakan, menandakan, menyaksikan dan

meyakinkan.24

Menurut H. Syafrudin Makmur pembuktian adalah segala

sesuatu atau apa saja yang dapat mengungkapkan dan menjelaskan

kebenaran sesuatu, secara terminologi pembuktian berati memberi

keterangan dengan dalil hingga meyakinkan.25

Karena membuktikan

ialah meyakinkan seorang hakim tentang suatu kebenaran dari suatu

salil atau dalil-dalil yang telah dikemukakan dalam suatu

persengketaan. Menurut Anshoruddin dengan mengutip beberapa

pendapat yang mengartikan pembuktian sebagai berikut:

(a) Menurut Muhammad at Thohir Muhammad ‘Abd al ‘Aziz adalah

membuktikan suatu perkara adalah memberikan keterangan dan

dalil hingga dapat meyakinkan orang lain.

(b) Menurut Shobi Mahmasoni bahwa membuktikan suatu perkara

adalah mengajukan alasan dan memberikan dalil sampai kepada

batas yang meyakinkan. Artinya segala hal yang menjadi

ketetapan atau keputusan atas dasar penelitian dan dalil-dalil itu.26

Tujuan dari pembuktian adalah agar putusan hakim didasarkan

pada bukti-bukti tersebut, agar hakim dapat memberi putusan yang

definitif, pasti dan tidak meragukan.27

Oleh karena itu tujuan dari

adanya pembuktian baik dari pihak penggugat maupun dari pihak

tergugat adalah untuk membuktikan dalil masing-masing. Dalam hal

ini penggugat dimaksudkan untuk membuktikan peristiwa hukum

yang telah dijabarkan dalam bentuk posita agar seluruh petitumnya

24

Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Penerbit PT. Balai Pustaka, 1990), h.133.

25

Syafrudin Makmur, Pendampingan Tahap Penyelidikan dan Penyidikan Dalam Proses

Pidana, (Pamulang: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h.10

26

Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif,

(Yogyakarta: Penerbit PT. Pustaka Pelajar, 2004), h. 25-26.

27

Mertokusumo Soedikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit

Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010), h.93.

Page 69: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

60

dapat dikabulkan. Sedangkan bagi pihak tergugat tujuan dari

pembuktian adalah untuk membuktikan bahwa dalil-dalil penggugat

dalam posita tidak terbukti sehingga petitum penggugat akan ditolak

seluruhnya oleh hakim. Dalam perihal pembuktian, maka yang harus

dibuktikan ialah peristiwa atau hubungan hukumnya. Artinya

hubungan antara pihak penggugat dan pihak tergugat dan bukan

mengenai hukumnya, karena mengenai hukum hakim dianggap lebih

tahu.28

Dalam hal ini para pihak cukup mengungkapkan akan

kebenaran dari dalilnya masing-masing atas suatu fakta.

h. Penyampaian kesimpulan

Kesimpulan dapat diartikan dengan conculsion atau resume

dari gugatan dari seluruh hasil persidangan, yang diajukan penggugat

atau tergugat pada akhir persidangan.29

Praktik pengajuan kesimpulan

tersebut sangat beragam. Ada sebagian hakim yang menawarkan

kepada para pihak apakah akan menyampaikan kesimpulan atau tidak.

Ada juga dalam praktik para pihak seakan setuju dengan kesimpulan,

sehingga hakim akan menanyakan langsung kepada para pihak kapan

kesimpulan akan diserahkan atau diajukan.

Kesimpulan akan dibuat setelah tidak ada bukti-bukti lagi yang

akan disampaikan oleh para pihak kepada hakim. Apabila para pihak

mengatakan sudah cukup mengenai pembuktian maka acara

persidangan dilanjutkan dengan agenda kesimpulan tersebut. Hal ini

juga merupakan puncak dari proses persidangan sebelum

dijatuhkannya putusan oleh mejelis hakim, maka dari itu hakim akan

menilai kesimpulan dari dua sisi yaitu:

(a) Sisi penggugat

Kesimpulan penggugat tentu akan didasari oleh dalil penggugat

atau sesuai dengan isi posita yang dikaitkan dengan petitum

28

Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,... h.268.

29

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.

201

Page 70: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

61

untuk menguatkan dalil-dalil agar gugatannya dapat dikabulkan

oleh majelis hakim.30

(b) Sisi tergugat

Kesimpulan dari tergugat sudah pasti akan berbalikan dari

kesimpulan penggugat. Karena isi kesimpulan tergugat adalah

untuk menolak gugatan yang diajukan. Tergugat dalam hal ini

akan selalu berusaha mengatakan dalil penggugat tidak terbukti.31

i. Putusan majelis hakim

Putusan yang di katakan oleh hakim adalah pernyataan hakim

sebagai pejabat negara yang diberi kewenangan untuk mengakhiri dan

menyelesaikan sebuah perkara diantara para pihak.32

Waktu

penjatuhan putusan paling lambat enam bulan dari waktu tidak

tercapainya perdamaian dari mediasi, yang konsepnya sudah jadi pada

saat pembacaan putusan. Lewat dari waktu diatas majelis hakim harus

melaporkan kepada ketua pengadilan tinggi melaluiketua pengadilan

negeri dengan menyampaikan alasan.33

Dalam membuat putusan tersebut majelis hakim harus

mempertimbangkan dengan cermat dalil-dalil penggugat dan tergugat

serta bukti-bukti yang telah diajukan oleh para pihak. Dalam membuat

putusan tersebut, sejumlah asas harus dipenuhi oleh hakim agar

putusannya didasarkan pada pertimbangkan hukum yang tepat dan

benar. Asas itu dapat disebut juga sebagai pengertian dan nilai-nilai

yang menjadi titik tolak juga bagi pembentukan undang-undang dan

interpretasi undang-undang tersebut.34

30

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.202

31

V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata dengan Pemahaman Hukum Materiil,... h.205

32

Sudikmo Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,... h.271 33

Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata

Khusus, Buku ke II, h.21 34

Theo Hujibers, Filsafat Hukum (Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius, 1995), h.81

Page 71: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

63

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI CIBINONG NOMOR : 47 /

PDT.G / 2017 / PN.Cbi

A. Posisi Kasus Dalam Putusan Pengadilan Negeri Cibinong Nomor : 47 /

PDT.G / 2017 / PN.Cbi

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mengaitkan permasalahan

dalam penelitian tentang kekuatan hukum alat bukti surat perjanjian dibawah

tangan dalam sengketa kasus utang-piutang dengan suatu kasus seperti

berikut:

Ir. Budiyono yang bertempat tinggal di jalan Mandor Hasan Rt.004,

Rw.006, No.27, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta

Timur, dalam hal ini memberikan kuasa kepada H. Syafrudin Makmur, S.H.,

M.H., Advokat yang beralamat di Jalan Karyawan No.8, Kedaung Pamulang,

Tanggerang Selatan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 1 Februari

2017.Dalam hal ini melawan Dinda Sri Mintarsih yang beralamat di Jalan

Golf Estate Bogor Raya Blok H.3, No.9, Rt.001, Rw.004, Desa Sukaraja,

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Kejadian ini berawal pada saat reuni sekolah SMAN 42 Jakarta yang

dilaksanakan tanggal 1 sampai dengan 5 November 2013 di Kota Malang,

Jawa-Timur, Penggugat bertemu dengan Saudari Tergugat (Dinda Sri

Mintarsih) dan temannya bernama Saudara Achmadi.

Pada tanggal 2 November 2013, di Kota Malang Tergugat bersama

temannya bernama Achmadi berkunjung ke kamar penginapan Penggugat

menunjukkan gambar-gambar pusaka keluarganya, seperti Samurai, Batu

Giok dan lain-lainnya yang harganya cukup fantastis.

Pada tanggal 4 November 2013, teman dari Tergugat yang bernama

Achmadi datang ke kantor Penggugat menyerahkan tagihan tiket pesawat

Batik Air seharga Rp 1.500.000,-(satu juta lima ratus ribu rupiah), setelah

dibayar oleh Penggugat, Saudara Achmadi menyampaikan pesan dari

Tergugat “pinjaman uang untuk dijadikan Sponsor Penjual Samurai Tombol 3

Page 72: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

64

milik Tergugat” serta sejak tanggal 4 November 2013 Saudara Achmadi

sering datang ke kantor Penggugat membicarakan hal tersebut diatas sehingga

akhirnya Penggugat katakan :”Sudah Dinda Sri Mintarsih (Tergugat) suruh

ketemu Saya (Penggugat)”.

Tergugat datang ke kantor Penggugat bersama saudara Achmadi pada

tanggal 15 November 2013, untuk membicarakan tentang Samurai dan

pinjaman dana untuk sponsor dan Penggugat jawab :” Penggugat penuhi

pinjaman untuk sponsor tersebut, jika ada jaminan yang setara dengan

pinjaman dan dapat sewaktu-waktu bisa dijual, digadaikan di Bank atau

dimiliki oleh Penggugat”, sehubungan Tergugat tidak dapat menunjukan

jaminan apa-apa, Penggugat berikan Pinjaman Sponsor kepada Tergugat

sebesar Rp 10.000.000,-(sepuluh juta rupiah) yang dibayarkan oleh Ir. Siti

Rochmah (Bukti P-1)

Tanggal 25 November 2013, bertempat di ruang Majelis Umum

Yayasan Masjid PB. Sudirman yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km 24,

Cijantung, Jakarta-Timur telah terjadi kesepakatan yang tertuang dalam Surat

Perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat tentang Pinjaman sebesar Rp

250.000.000,-(dua ratus lima puluh juta rupiah) sebagai Sponsor yang

dipergunakan untuk mengurus administrasi dan perbaikan Pedang King Rool

Jepang milik Tergugat dan memberikan Jaminan berupa Surat Girik Tanah

dengan C. 5495 milik atas nama Nyonya Nasipah, terletak di Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, Kota Jakarta-Timur, Kecamatan Makasar, Kelurahan

Makasar, Jalan Dago, RT 016, RW 03, seluas 150 M2 (seratus lima puluh

meter persegi) kepada Penggugat yang dipergunakan sebagai Jaminan yang

tertera dalam Akta Pembagian Hak Bersama, Nomor : 5038/2013, tanggal 19

Desember 2013, oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Zainal Almanar,

S.H., M.K.n (Bukti P-2).

Berdasarkan Jaminan berupa Surat Girik Tanah, Nomor C 5495 atas

nama Nyonya Nasipah tersebut, Tergugat Memperoleh dan menjadi

Pemegang Tunggal dari Hak Bersama sebagaimana diuraikan diatas dalam

halaman 2, point a dari Akta Pembagian Hak Bersama Nomor : 5038/2013,

Page 73: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

65

yaitu seluas 100 M2 (seratus meter persegi), berikut bangunannya, dengan

batas-batas : (Bukti P-3)

a. Sebelah Utara dengan tanah Djeni;

b. Sebelah Timur dengan tanah Aglis Setiawan;

c. Sebelah Selatan dengan tanah Patmah;

d. Sebelah Barat dengan tanah Patmah;

Penggugat mencairkan uang sebesar Rp 240.000.000,-(dua ratus empat

puluh juta rupiah) pada tanggal 26 November 2013 yang kemudian diserahkan

kepada kepada Tergugat setelah dibayarkan oleh Ir. Siti Rochmah setelah

disetujui oleh Penggugat yang sebelumnya telah diberikan sebesar Rp

10.000.000,(sepuluh juta rupiah) (Bukti P-4).

Tanggal 2 Januari 2014 Tergugat menghadap Penggugat lagi dan

meminta tambahan hutang sebesar Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah),

mengingat akan kedatangan undangan orang Jepang, Mr. Takano yang akan

membeli pedang tersebut sehingga diperlukan biaya tambahan operasional dan

atas bujuk rayu Tergugat tersebut, Penggugat menyetujui lagi tambahan hutan

sebesar Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah), yang dibayarkan oleh Ir. Siti

Rochmah yang diterima oleh Tergugat, sehingga total pinjaman sebesar Rp

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) (Bukti P-5). Kemudian pada tanggal 14

Januari 2014 Penggugat memberikan pinjaman kepada Tergugat sebesar Rp

2.000.000,- (dua juta rupiah) untuk kepemilikan Samurai (Bukti P-6)

Pertengahan bulan Januari dan akhir Februari 2014 Penggugat diantar

Saudara Achmadi mengecek hasil kerja Tergugat, ternyata samurai tersebut

tidak dapat berfungsi atau macet, sehingga tidak ada satupun pembeli yang

berminat. Dan pada awal bulan Maret 2014 Penggugat sudah memohon agar

uang pinjaman tersebut dikembalikan, karena uang tersebut akan Penggugat

gunakan untuk kepentingan lain dan sejak saat itu Tergugat selalu menjanjikan

yang muluk-muluk sebagai berikut:

a. Menunjukkan deposito warusan uang senilai 20 Trilyun yang dapat

dicairkan di Korea;

Page 74: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

66

b. Batu giok yang harganya ratusan milyard dan samurai bermacam-macam

yang triliyun semuanya ada digambar hpnya untuk meyakinkan

korbannya;

c. Akan mendapatkan warisan sebanyak 6 peti uang polimer/plasik nominal

100.000 an Yang satu petinya berisi 64 Milyard jadi totalnya warisan

tersebut senilai 384 Milyar yang sudah tersedia di gudangnya hanya

tinggal mencari biaya pengangkutannya saja;

d. Dan lain-lain janji yang tak pasti diucapkan bahwa semua ini akan cair

sehingga ia akan kaya raya dan orang mendengarnya diajak untuk

menikmati kekayaannya itu;

Akan tetapi pada tanggal 16 Juni 2014 benda tersebut dinyatakan tidak

berfungsi, maka dibuatlah Surat Pernyataan tentang SAMURAI TIDAK

MEMENUHI KRITERIA oleh Penggugat yang disaksikan oleh para saksi

(Bukti P-7).

Namun karena merasa tergugat ingin mengusahakan kembali benda

tersebut, maka tanggal 27 November 2014 dengan sangat terpaksa Penggugat

berikan pinjaman lagi sebesar Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) kepada

Tergugat atas desakan yang meyakinkan yang diserahkan oleh Saudara Achmadi

atas persetujuan Penggugat (Bukti P-8).

Mulai tanggal 1 Desember 2014, Penggugat menagih Tergugat hampir

tiap hari lewat SMS dan Hp. Tidak ada jawaban dan tanpa hasil yang

diharapkan. Sampai dengan tanggal 16 Februari 2015 Penggugat mengirim surat

kepada Tergugat perihal pengosongan rumah tinggal sesuai jaminan yang

diserah kepada Penggugat, tapi tidak digubris sama sekali (Bukti P-9);

Dalam perjalanan kasus ini Penggugat sempat dirawat di Rumah Sakit,

mengeluarkan biaya, tidak terpenuhinya kewajiban utama selaku Kepala

Keluarga dan tidak fit dalam berkonsentrasi pekerjaan (Bukti P-10)

Bahwa sampai batas yang ditagih oleh Penggugat, ternyata Tergugat

tidak mau melunasi kewajiban hukumnya untuk membayar lunas utangnya

tersebut kepada Penggugat.

Page 75: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

67

Berdasarkan adanya perihal sebagaimana yang dijelaskan diatas sebagai

akibat adanya ingkar janji ini yang dilakukan oleh Tergugat patut secara hukum

Penggugat mengalami kerugian materiil terdiri dari akibat adanya pinjaman

sebesar Rp 352.000.000,- (P-1 s/d P-8) + Kerugian atas kesehatan Penggugat

sebesar Rp 8.108.747,- (P-10) + Biaya Perkara sebesar Rp 1.921.000,- (P-11) +

Biaya Advokat sebesar Rp 113.325.000 (P-12) + Transportasi dan Akomodasi

sebesar Rp 90.000.000,- (P-13) selama persidangan. Jumlah kerugian materiil

sebesar Rp 565.354.747,- (lima ratus enam puluh lima juta tiga ratus lima puluh

empat ribu tujuh ratus empat puluh juta rupiah).

B. Pertimbangan dan Putusan Hakim

1. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan dari seorang hakim dalam mengambil sebuah

keputusan dari kasus perkara ini akan menjadi salah satu sumber yang

cukup baik bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulisan ini.

Pertimbangan hakim di Pengadilan Negeri Cibinong Kelas 1A dalam

Putusan NO.47/Pdt.G/2017/PN.Cbi tanggal 22 November 2017 sebagai

berikut:

Menimbang bahwa sehubungan dengan pembuktian perkara

perdata masing-masing pihak membuktikan apa yang telah didalilkan,

dimana Penggugat membuktikan apa saja yang telah diuraikan dalam

surat gugatannya, selanjutnya mengacu pada Pasal 1865 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “setiap orang yang

mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak guna menegakkan haknya

sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu

peristiwa diwajibkan untuk membuktikan adanya hak atau peristiwa

tersebut”.

Menimbang bahwa setelah mencermati isi dari gugatan, bukti-

bukti serta kesimpulan yang telah diajukan, maka dapat disimpulkan yang

menjadi permasalahan pokok yang harus dibuktikan dalam gugatan ini

adalah perbuatan apa yang telah dilakukan oleh Tergugat sehingga

Page 76: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

68

perbuatan tersebut dapat dikategorikan telah melakukan tindakan ingkar

janji (wanprestasi) kepada Penggugat.

Menimbang bahwa hal pokok untuk dapat menentukan ada atau

tidaknya suatu perbuatan ingkar janji (wanprestasi) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

terlebih dahulu harus dibuktikan apakah perjanjian yang telah dibuat

sebelumnya sudah sah karena memenuhi seluruh syarat-syarat yang diatur

dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kesepakatan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang

menyatakan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”,

dengan demikian dalam perkara ini hal pokok yang harus diuraikan dan

dibuktikan secara tegas oleh Penggugat adalah adanya perikatan atau

telah saling mengikatkan diri yang menimbulkan hubungan hukum

dimana satu pihak ada hak dan di pihak lain ada kewajiban, yang harus

dibebani kepada para pihak secara berimbang untuk melaksanakan hak

dan kewajiban yang telah menjadi kesepakatan masing-masing.

Menimbang bahwa berdasarkan bukti P-1 tersebut Majelis hakim

berpendapat kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat benar terjadi dan

telah memenuhi maksud Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata. Kesepakatan tersebut didasarkan pada asas konsensualisme yang

artinya antara Pengugat dengan Tergugat telah mencapai suatu

persesuaian kehendak yakni Tergugat telah menerima uang dari Pengugat

sebagaimana diterangkan pula oleh saksi Ependi, saksi bersesuaian

dengan keterangan saksi Haryo Surasto dan saksi Sitti Rochmah.

Page 77: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

69

Menimbang, bahwa oleh karena perjanjian antara Penggugat dengan

Tergugat sah maka salah satu asas perjanjian yang harus dipenuhi

masing-masing pihak adalah apa yang telah disepakati harus dipenuhi

(promise must be kept).

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-7 ditemukan fakta jika

pedang milik Tergugat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, bukti

P-7 tersebut dibuat oleh Penggugat dan ditandatangani pula oleh saksi

Haryo Suharyo, yang menjelaskan dan memuat pernyataan bahwa

pedang/samurai tidak memenuhi kriteria, selanjutnya dijelaskan pula

bahwa akibat dari tidak berfumgsinya pedang samurai tersebut maka tidak

dapat ditransaksikan dengan siapapun;

Menimbang, bahwa sehubungan dengan fakta diajukannya gugatan

ini oleh Penggugat maka dapatlah dibuktikan Tergugat tidak dapat

memenuhi kewajibannya terhadap kesepakatan sebelumnya yakni

menyerahkan uang konpensasi sebagai mediator dan sebagai sponsor

kepada Penggugat

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum

tersebut diatas, maka gugatan Penggugat dikabulkan sebagian dan ditolak

untuk selebihnya, sehingga petitum kesatu gugatan Penggugat ditolak;

2. Putusan Hakim

Telah diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Cibinong pada hari Kamis, tanggal 31 agustus 2017

oleh kami Zaufi Amri, S.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, Chandra

Gautama, S.H., dan M. Ali Askandar, S.H., M.H,. masing-masing sebagai

Hakim Anggota Majelis, putusan mana diucapkan dalam sidang yang

terbuka untuk umum pada hari Rabu, tanggal 06 September 2017 oleh

Hakim Ketua Majelis dengan didampingi Hakim Anggota Majelis

tersebut, dibantu Bambang Noorhady, S.H., Penitera Pengganti

Pengadilan Negeri Cibinong serta dihadiri oleh Kuasa Penggugat dan

tanpa dihadiri oleh Tergugat.

Page 78: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

70

a. Menyatakan Tergugat telah dipanggil dengan patut tetapi tidak hadir;

b. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian dengan Verstek;

c. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada

Penggugat secara tunai dan sekaligus sebesar Rp. 353.000.000,- (tiga

ratus lima puluh tiga juta rupiah) serta bunga sebesar 1,5 % (satu

koma lima persen) setiap bulan atau sebesar Rp. 5.295.000,- (lima juta

dua ratus sembilan puluh lima ribu) yang dibayarkan sejak putusan ini

berkekuatan hukum tetap sampai dengan lunasnya seluruh pinjaman

Tergugat;

d. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.

1.021.000,- (satu juta dua puluh satu ribu rupiah);

e. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya.

C. Analisis dari Putusan Pengadilan Negeri Cibinong Nomor : 47 / PDT.G /

2017 / PN.Cbi

Putusan hakim Pengadilan Negeri Cibinong nomor 47 / PDT.G / 2017

/ PN.Cbi yang telah mengabulkan gugatan dari pihak penggugat untuk

sebagian secara verstek ini dinilai sudah cukup baik. Karena menurut peneliti

hal seperti ini sering terjadi di masyarakat pada umumnya, akan tetapi

mungkin jarang yang menaikan kasus seperti ini sampai dengan ke dalam

ranah pengadilan.

Dalam hal ini yang menarik untuk di lakukan analisis adalah

mengenai landasan hukum, kedudukan hukum dan kekuatan alat bukti yang

digunakan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara sengketa

wanprestasi perjanjian utang piutang di bawah tangan.

1. Landasan Teori

Putusan hakim dalam kasus perkara sengketa dengan surat dibawah

tangan ini dirasa sudah tepat. Karena pada dasarnya secara teori mengenai

perjanjian, alat bukti yang disampaikan oleh pihak tergugat sudah

memenuhi syarat. Sebagaimana Prof. Subekti mengatakan bahwa

perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

soserang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

Page 79: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

71

melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbulah suatu hubungan

antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam

bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.1

Selain itu juga M. Yahya Harahap berpendapat bahwa perjanjian

merupakan salah satu sumber perikatan. Perjanjian atau Verbintensis

mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan atau harta

benda atara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak kepada

salah satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan

pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.2

Dengan demikian dari berbagai definisi perikatan tersebut, maka

dapat disimpulkan dalam suatu perikatan setidaknya terdapat satu hak dan

satu kewajiban. Sehingga dapat ditarik unsur-unsur yang melekat di

dalam perikatan, yaitu sebagai berikut :

a. Unsur hubungan hukum (rechtsverhouding, legal relation) adalah

hubungan yang di dalamnya melekat hak pada salah satu pihak dan

pada pihak yang lainnya melekat satu kewajiban. Hubungan hukum

dalam perikatan merupakan hubungan yang diakui dan diatur oleh

hukum itu sendiri.

b. Unsur kekayaan (vermogen, patrimonial) adalah kekayaan yang

dimiliki oleh salah satu atau para pihak dalam sebuah perikatan.

Perikatan itu sendiri merupakan bagian dari hukum harta kekayaan

atau mogensrecht dimana bagian lain dari hukum harta kekayaan yang

kita kenal dengan hukum benda.

c. Unsur para pihak (partijen, parties) adalah pihak kreditur dan pihak

debitur yang memiliki hubungan hukum. Pihak-pihak tersebut dalam

perikatan disebut sebagai subyek perikatan.

1 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 2005), h.1.

2 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : penerbit PT alumni,

1986), h.6.

Page 80: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

72

d. Unsur prestasi (prestatie, performance) adalah adanya obyek hukum

atau suatu hal yang diperikatkan sehingga melahirkan hubungan

hukum. Dalam pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

disebutkan bahwa wujud dari prestasi adalah memberi sesuatu,

berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.3

2. Landasan Hukum

Beberapa landasan hukum yang digunakan oleh Hakim Pengadilan

Negeri Cibinong dalam memutuskan perkara ini antara lain adalah

mengenai ketentuan hal pokok untuk dapat menentukan ada atau tidaknya

suatu perbuatan ingkar janji (wanprestasi) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, terlebih dahulu harus

dibuktikan apakah perjanjian yang telah dibuat sebelumnya sudah sah

karena memenuhi seluruh syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320

Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kesepakatan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan

“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”, dengan

demikian dalam perkara ini hal pokok yang harus diuraikan dan

dibuktikan secara tegas oleh kedua belah pihak mengenai adanya

perikatan atau telah saling mengikatkan diri yang menimbulkan hubungan

hukum dimana satu pihak ada hak dan di pihak lain ada kewajiban.

Hal ini yang menguatkan keyakinan Hakim sebagaimana telah di

jelaskan juga dalam literatur hukum perjanjian, bahwa perwujudan dari

suatu perjanjian dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

a. Perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang

3 Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,

Kerjasama dan Bisnis... h.7.

Page 81: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

73

b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu

c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu4

Berdasarkan bukti P-1 tersebut Majelis hakim berpendapat

kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat benar terjadi dan telah

memenuhi maksud Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Kesepakatan tersebut didasarkan pada asas konsensualisme yang artinya

antara Pengugat dengan Tergugat telah mencapai suatu persesuaian

kehendak yakni Tergugat telah menerima uang dari Pengugat

sebagaimana diterangkan pula oleh saksi Ependi, saksi bersesuaian

dengan keterangan saksi Haryo Surasto dan saksi Sitti Rochmah.

Oleh karena itu perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat dapat

dinyatakan sebagai perjanjian yang sah. Maka salah satu asas perjanjian

yang harus dipenuhi masing-masing pihak adalah apa yang telah

disepakati harus dipenuhi (promise must be kept).

3. Landasan Agama

Perihal mengenai pembuktian dari sebuah perjanjian juga

dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 282 dan 283. Dalam

hal ini memang benar bahwa sebuah utang piutang yang menggunakan

sebuah tempo atau kurun waktu tertentu maka harus dituangkan dalam

sebuah sebuah tulisan dan harus dituliskan secara benar sesuai dengan

kejadian yang terjadi.

ا ئرا تذا ءاي ا ٱنز ئن أجم﴿أ نا أب كاتة يسى تى تذ كى كاتة تٲنعذل كتة ت ن فٲكتث

نا ۥ ست تك ٱنه ن ٱنحك هم ٱنز عه ن كتة فه ٱنه ا عه ٱنز شثخس يأ كتة ك ا فا كا

ٱستش ۥ تٲنعذل ن هم فه م ا أ ضعفا أ نا ستطع أ ٱنحك سف ي سجانكى عه ذ ذا ش

فشجم فا نى كا سجه ي ا ٱيشأتا ا فتزكش ئحذ ذاء أ تضم ئحذ ٱنش ي تشض

نا تس ذاء ئرا يا دعا نا أب ٱنش ٱنأخش ۦ رنكى ألسط عذ ٱنه ا أ تكتث صغشا أ كثشا ئن أجه ي

تجشج حاضشج ا ئنا أ تك أنا تشتات أد ذج و نهش ا أل كى فهس عهكى جاح أنا تكتث ا ت تذش

نا ضاس كاتة ا ئرا تثاعتى ذ ذ أش ئ تفنا ش ٱنه كى ٱنه عه ٱتما ٱنه ۥ فسق تكى عها فا

ئ كتى عه سفش ٢٨٢ تكم شء عهى نى تجذا كاتة ۞ يمثضح ا فش فا أي

4 Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan XVI, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 1996), h.36.

Page 82: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

74

إد ٱنز ٱؤتتعضكى تعض ۥ ءاثىا فه ا فا ي كت ذج ا ٱنش نا تكت ۥ ست تك ٱنه ن ۥ ت أي ۥ لهث

عهى ه ا تع ت ﴾٢٨٢ ٱنه

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,

meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu

mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.

Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau

dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan

dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang

lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki

dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang

lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan

(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu

menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.

Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu

itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara

kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling

sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu

adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Ayat 283 “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan

persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia

adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”

Selain itu juga hal ini diperkuat dalam sebuah hadist menyatakan bahwa

bukti (al-bayyinat) adalah, semua hal yang bisa membuktikan sebuah dakwaan.

Bukti merupakan hujjah bagi orang yang mendakwa atas dakwaannya. Dari

„Amru bin Syu‟aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Nabi saw bersabda:

انثح عه» ذع عه عه ان ان ذع « ان

Page 83: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

75

Artinya: Bukti itu wajib bagi orang yang mendakwa, sedangkan sumpah itu

wajib bagi orang yang didakwa.

Imam Baihaki meriwayatkan sebuah hadits dengan isnad shahih dari Nabi saw,

sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:

كش» أ عه ي ان ذع «انثح عه ان

Artinya: Bukti itu wajib bagi orang yang mendakwa, sedangkan sumpah itu

wajib bagi orang yang mengingkarinya.

Oleh karena itu, bukti merupakan hujjah bagi pendakwa, yang

digunakan untuk menguatkan dakwaannya. Bukti juga merupakan penjelas

untuk menguatkan dakwaannya. Sesuatu tidak bisa menjadi bukti, kecuali jika

sesuatu itu (bersifat) pasti dan meyakinkan. Seseorang tidak boleh memberikan

kesaksian kecuali kesaksiannya itu didasarkan pada „ilm, yaitu didasarkan pada

sesuatu yang meyakinkan. Kesaksian tidak sah, jika dibangun di

atas dzan (keraguan). Sebab, Rasulullah saw telah bersabda kepada para saksi:

اال فذع» ذ س فاش ت يثم انش «ئرا سأ

Jika kalian melihatnya seperti kalian melihat matahari, maka bersaksilah.

(Namun) jika tidak, maka tinggalkanlah.

Oleh karena itu, bukti yang didapatkan dari jalan tertentu, atau jalan yang

bisa mengantarkan kepada keyakinan, seperti diperoleh dari proses

penginderaan salah satu alat indera, sedangkan yang diindera itu bisa

dibuktikan validitasnya, maka bukti semacam ini termasuk bukti yang

meyakinkan. Masyarakat diperbolehkan memberikan kesaksian dengan bukti

semcam ini.

Sedangkan bukti yang tidak diperoleh dari jalan seperti itu, maka

bersaksi dengan bukti tersebut tidak diperbolehkan. Karena bukti tersebut

bukanlah bukti yang meyakinkan. Jika bukti tersebut berasal dari sesuatu yang

meyakinkan, seperti halnya kesaksian yang diperoleh dengan jalan as-

sama’ (mendengar informasi dari orang lain), contohnya kesaksian dalam

kasus nikah, nasab, kematian, dan lain-lain, maka secara otomatis seorang saksi

boleh memberikan kesaksiannya (dengan bukti-bukti tersebut). Informasi yang

ia dengar itu telah membuat dirinya yakin, meskipun ia tidak menjelaskan

keyakinannya itu dengan kesaksiannya. Sebab, keyakinan yang ia miliki

Page 84: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

76

merupakan sesuatu yang telah lazim bagi dirinya, sehingga dirinya sah untuk

memberikan kesaksian.

4. Kedudukan Hukum dari Alat Bukti Surat Dibawah Tangan Sebagai

Pembuktian Dalam Hukum Acara Perdata Di Indonesia

a. Pembuktian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bukti ini berasal

dari terjemahan bahasa Belanda yaitu bewjis yang diartikan sebagai

sesuatu yang menyatakan kebenaran dari suatu peristiwa. Dalam

kamus hukum, bewjis ini diartikan sebagai segala sesuatu yang

memperlihatkan kebenaran dari fakta tertentu atau ketidakbenaran dari

fakta lain oleh para pihak dalam perkara pengadilan guna memberi

bahan kepada hakim bagi penilaiannya.5

Menurut H. Syafrudin Makmur pembuktian adalah segala

sesuatu atau apa saja yang dapat mengungkapkan dan menjelaskan

kebenaran sesuatu, secara terminologi pembuktian berati memberi

keterangan dengan dalil hingga meyakinkan.6 Karena membuktikan

ialah meyakinkan seorang hakim tentang suatu kebenaran dari suatu

salil atau dalil-dalil yang telah dikemukakan dalam suatu

persengketaan.

Tujuan dari pembuktian adalah agar putusan hakim didasarkan

pada bukti-bukti tersebut, agar hakim dapat memberi putusan yang

definitif, pasti dan tidak meragukan.7 Oleh karena itu tujuan dari

adanya pembuktian baik dari pihak penggugat maupun dari pihak

tergugat adalah untuk membuktikan dalil masing-masing.

b. Alat Bukti

Alat bukti dapat didefinisikan sebagai segala hal yang dapat

digunakan untuk membuktikan perihal kebenaran dari suatu peristiwa

di dalam persidangan. Alat bukti yang dimaksudkan adalah dengan

5 Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Penerbit PT. Ghalia Indonesia, 1986), h.83.

6 H. Syafrudin Makmur, Pendampingan Tahap Penyelidikan dan Penyidikan Dalam

Proses Pidana, (Pamulang: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014), h.10

7 Mertokusumo Soedikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit

Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010), h.93.

Page 85: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

77

mengajukan beberapa bukti-bukti ke pengadilan, namun bukti yang

diajukan merupakan bukti yang berharga atau competent edvidence,

sehingga tidak membuang waktu dan tenaga. Mengenai apa saja yang

termasuk alat bukti, masing-masing hukum acara dari suatu peradilan

sudah menentukannya secara rinci. Karena alat bukti dalam suatu

hukum acara antara yang satu dengan yang lain nya pasti berbeda.

c. Kedudukan surat dibawah tangan dalam pembuktian

Setelah penulis membaca dan menganalisis isi putusan

berdasarkan pertimbangan hakim dalam perkara nomor

108/Pdt.G/2016/PN.Cbi, keberadaan atau kedudukan surat dibawah

tangan ini merupakan bentuk dari alat bukti surat atau tulisan. Selain

itu juga surat perjanjian biasa yang dijadikan sebagai alat bukti dalam

perjanjian utang-piutang menurut hukum perdata termasuk dalam

golongan alat bukti surat yaitu akta di bawah tangan. Peneliti

berpendapat berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata yang menyatakan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih”, dengan demikian dalam perkara ini hal pokok

yang telah diuraikan dan dibuktikan dalam persidangan adalah adanya

perikatan atau telah saling mengikatkan diri yang menimbulkan

hubungan hukum antar pihak telah benar terjadi karena adanya

pembuktian dari alat bukti surat dibawah tangan tersebut.

5. Kekuatan Akta Dibawah Tangan Sebagai Alat Bukti Di Persidangan

Dalam Putusan Pengadilan Nomor : 47 / PDT.G / 2017 / PN.Cbi

Kekuatan dari alat bukti tulisan atau alat bukti surat merupakan alat

bukti yang sangat krusial dalam pemeriksaan suatu perkara perdata dalam

pengadilan. Hal ini sebagaimana telah diatur bahwa alat bukti tertulis atau

alat bukti surat sengaja dibuat untuk kepentingan pembuktian di

kemudian hari apabila terjadi sengketa. Secara garis besar bahwa bukti

tulisan ini terdiri dari dua macam yaitu sebuah akta atau surat-surat lain.

Akta adalah surat atau tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk dijadikan

Page 86: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

78

bukti tentang suatu peristiwa dan di tandatangani oleh para pembuatnya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa suatu surat dapat

dianggap sebagai akta jika memiliki ciri sengaja dibuat dan telah

ditandatangani untuk dipergunakan oleh orang dan untuk keperluan siapa

surat itu dibuat. Pengaturan mengenai akta diatur dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata Pasal 1867 sampai dengan Pasal 1880.

Surat perjanjian biasa yang dibuat secara dibawah tangan baru

mempunyai kekuatan hukum dan nilai pembuktian sempurna apabila

keberadaannya dapat diakui oleh para pihak yang bersepakat dan para

pihak mengakui bahwa tanda tangan yang tertera dalam perjanjian

tersebut adalah tanda tangan miliknya. Karena tanda tangan pada

hakekatnya adalah tanda atau ciri dari si pembuat atas suatu dokumen

yang dapat dibenarkan atau yang dapat diakui kebenarannya sesuai

dengan isi dari Pasal 1875 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Hal ini bisa dicermati dari ketentuan Pasal 1875 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa suatu tulisan dibawah

tangan yang diakui kebenaranya oleh orang yang dihadapkan kepadanya

atau secara hukum dianggap telah dibenarkan olehnya menimbulkan bukti

lengkap seperti layaknya akta otentik bagi orang yang

menandatanganinya. Karena penandatanganan suatu dokumen secara

umum mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Sebagai Bukti (Edvidence)

Suatu tanda tangan mengidentifikasikan penandatangan dengan

dokumen yang telah ditandatanganinya. Pada saat penandatanganan

membubuhkan tanda tangan dalam bentuk yang khusus, tulisan

tersebut akan mempunyai hubungan (attribute)dengan

penandatangan.

b. Sebagai Ceremony

Penandatanganan suatu dokumen akan berakibat si penandatangan

mengetahui bahwa ia telah melakukan perbuatan hukum, sehingga

akan mengeleminasi adanya incomsiderate engagement.

c. Sebagai Persetujuan (Approval)

Page 87: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

79

Tanda tangan melambangkan adanya persetujuan atau otorisasi

terhadap suatu tulisan.8

Selain itu juga adanya materai yang berlaku pada surat perjanjian

tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa sudah sah surat perjanjian

dibawah tangan tersebut di jadikan sebagai alat bukti di dalam pengadilan

sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Undang-undang Nomor 13 tahun

1985 tentang Bea Materai. Berdasarkan undang-undang tentang Bea

Materai tersebut dinyatakan bahwa Bea Materai adalah pajak atas

dokumen, termasuk didalamnya surat kontrak dan surat-surat lainnya

yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian

mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.9

Selain itu dengan adanya keterlibatan dari para saksi fakta yang

turut serta memberikan kesaksian mengenai apa yang terjadi dan apa saja

yang disepakati dari surat perjanjian tersebut. Karena para saksi yang

dihadirkan memang benar adanya sesuai dengan isi dari perjanjian yang

mencantumkan juga nama dari para saksi yang menyaksikan pembuatan

dari surat perjanjian tersebut. Berdasarkan Pasal 171 ayat (2) HIR

“kesaksian yang diberikan oleh saksi bukanlah berdasarkan logika atau

akal sehat, tetapi karena mengalami dan melihat sendiri.”Oleh karena itu

seorang saksi dilarang untuk membuat kesimpulan sendiri.10

Jadi kekuatan dari surat perjanjian yang dibuat secara dibawah

tangan apabila menjadi alat bukti dalam persidangan, memiliki kekuatan

hukum pembuktian yang sama dengan akta otentik jika akta perjanjian

tersebut diakui oleh para pihak keberadaannya. Karena pembuktian

dengan suatu akta memang merupakan cara pembuktian yang paling

utama, maka dari itu dapat dimengerti mengapa pembuktian dengan alat

bukti tulisan ini oleh undang-undang disebut sebagai cara pembuktian

8 Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan, (Malang: Penerbit PT.Setara Press, 2016),

h.114

9 Lukman Santoso AZ, Hukum Perikatan,... h.115

10 V. Harlen Sinaga, Hukum Acara Perdata Dengan Pemahaman Hukum Mteriil,... h.187

Page 88: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

80

yang pertama. selain itu juga dapat dimengerti bahwa mengapa undang-

undang untuk beberapa perbuatan atau perjanjian yang dianggap sangat

penting mengharuskan adanya pembuatan akta.11

Akan tetapi sebaliknya jika tanda tangan itu disangkal oleh salah

satu pihak, maka pihak yang mengajukan surat perjanjian tersebut

diwajibkan untuk membuktikan kebenaran akan penandatanganan atau isi

dari akta dibawah tangan tersebut dengan alat bukti yang lain. Oleh

karena itu dalam contoh kasus yang dibahas ini oleh peneliti, pihak

penggugat menambahkan pembuktian atas surat perjanjian dibawah

tangan tersebut dengan menghadirkan beberapa saksi fakta yang melihat

dan menyaksikan maupun yang memang terlibat langsung dan tertera di

dalam surat perjanjian untuk menjadi seorang saksi pada saat pembuatan

surat perjanjian tersebut sesuai dengan ketentuan dari Pasal 1902 Kitab

Undang-undang hukum Perdata yang menyatakan bahwa dalam segala

hal yang oleh undang-undang diperintahkan suatu pembuktian dengan

tulisan, namun jika itu ada permulaan pembuktian dengan tulisan, maka

diperkenankan pembuktian dengan saksi-saksi.

11

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan ke-29, (Jakarta: Penerbit PT.

Itermasa, 2001), h.180.

Page 89: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui litigasi merupakan sebuah

proses penyelesaian sengketa dalam ranah Pengadilan. Dalam hal ini

semua pihak yang sedang bersengketa akan saling berhadapan satu sama

lain untuk mempertahankan hak-haknya di muka pengadilan. Hasil akhir

dari suatu penyelesaian sengketa melalui litigasi adalah sebuah putusan

dari Majelis Hakim yang menyatakan win or lose solution. Dalam hal

penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan dapat juga disebut

sebagai hukum acara perdata, karena mengatur tentang sebuah proses

penyelesaian perkara melalui sebuah Pengadilan Umum yang secara

formal diakui telah sah menurut undang-undang. Hukum acara perdata

mempertahankan berlakunya hukum perdata agar hak dan kewajiban

pihak-pihak diperoleh dan dipenuhi sebagaimana mestinya.

2. Pertimbangan hukum oleh hakim dalam kedudukan suatu surat perjanjian

biasa yang dijadikan sebagai alat bukti dalam perjanjian utang-piutang

termasuk dalam golongan alat bukti surat yaitu akta di bawah tangan.

Surat perjanjian biasa yang dibuat secara dibawah tangan baru mempunyai

kekuatan hukum dan nilai pembuktian sempurna apabila keberadaannya

dapat diakui oleh para pihak yang bersepakat dan para pihak mengakui

bahwa tanda tangan yang tertera dalam perjanjian tersebut adalah tanda

tangan miliknya. Kekuatan dari surat perjanjian yang dibuat secara

dibawah tangan apabila menjadi alat bukti dalam persidangan, memiliki

kekuatan hukum pembuktian yang sama dengan akta otentik jika akta

perjanjian tersebut diakui oleh para pihak keberadaannya. Karena

pembuktian dengan suatu akta memang merupakan cara pembuktian yang

paling utama, maka dari itu dapat dimengerti mengapa pembuktian

dengan alat bukti tulisan ini oleh undang-undang disebut sebagai cara

Page 90: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

82

pembuktian yang pertama. selain itu juga dapat dimengerti bahwa

mengapa undang-undang untuk beberapa perbuatan atau perjanjian yang

dianggap sangat penting mengharuskan adanya pembuatan akta.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dari pembahasan pada penulisan ini, maka penulis

memiliki saran yang mungkin sekiranya bisa bermanfat apabila terjadi kasus

yang sama, yaitu sebagai berikut:

1. Setiap para pihak yang akan melakukan suatu perjanjian hutang-piutang

sebaiknya dibuat dalam bentuk akta otentik yang sesuai dengan ketentuan

kontrak dalam membuat suatu perjanjian. Sehingga apabila diperlukan

pembuktiannya akan mempunyai kekuatan hukum pembuktian yang pasti

dan akurat.

2. Pembuatan surat perjanjian dalam bentuk akta otentik yang dilakukan di

hadapan pejabat yang berwenang atau notaris sangat membantu seorang

hakim dalam memberikan pertimbangan dan keputusan yang adil dan

netral bagi para pihak. Karena notaris merupakan seorang yang ahli

dibidang tersebut dan dapat menjadi seorang saksi ahli apabila dimintai

keterangannya oleh hakim.

3. Perlu adanya sebuah obyek jaminan yang tuangkan kedalam perjanjian

utang-piutang. Hal ini digunakan sebagai pemberian keyakinan kepada

pihak kreditor atas pembayaran utang yang telah diberikannya kepada

debitor, dimana hal ini terjadi karena hukum ataupun terbit dari suatu

perjanjian yang bersifat assessoir terhadap suatu perjanjian pada

pokoknya berupa perjanjian yang menerbitkan utang-piutang

Page 91: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

83

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Alwi, Hasan, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Departemen

Pendidikan Nasional: Balai Pustaka, Cetakan Kelima, Jakarta, 2007.

AZ, Lukman Santoso, Hukum Perikatan, Teori Hukum dan Teknis Pembuatan

Kontrak, Kerjasama dan Bisnis, Malang : PT Setara Press, 2016.

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: PT. Alumni 1994.

Bogdan, Micael, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Jakarta: PT. Nusa

Media, 2010

Budiono, Herlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007.

Cruz, Peter De, Perbandingan Sistem Hukum: Common Law, Civil Law dan

Sosialist Law, Jakarta: PT. Nusa Media, 2010.

Fuady Munir, Hukum Jaminan Utang, Jakarta: Penerbit PT. Erlangga, 2013

Gunawan, Johanes, Penggunaan Perjanjian Standard dan Implikasinya Pada

Asas Kebebasan Berkontrak, Padjajaran, Majalah Ilmu Hukum dan

Pengetahuan Masyarakat No.3-4, Jilid XVII, 1987.

H. Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum

Positif, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2004.

Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1986.

Harahap, Yahya, Segi – segi Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Alumni Cet.II,

1986.

Hiariej, Eddy O.S, Teori dan Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Erlangga, 2012.

Houck, M Max, Essentials of Forensic Science Trace Edvidence, New York:

Imprint of Infobase Publishing, 2009.

J.Satrio, Hukum Perikatan Pada Umumnya, Bandung: PT Alumni, 1993.

Page 92: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

84

Kansil, C.S.T, Modul Hukum Perdata termasuk Asas Hukum Perdata, Jakarta:

PT. Pradnya Paramita, 1995.

Khairandy, Ridwan, Hukum Kontrak Indonesia, Yogyakarta: PT UII Press, 2014.

Makmur, Syafrudin, Pendampingan Tahap Penyelidikan dan Penyidikan Dalam

Proses Pidana, Pamulang: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

2014.

Meliala, Djaja S, Hukum Perdata Dalam Prespektif BW, Bandung: PT Nuansa

Aulia, 2012.

Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum Sebagai Pengantar, Yogyakarta: PT

Liberty, 1996.

- - - - - - , Hukum Acara Perdata Indonesia, ed. 5, cet. 2, Yogyakarta: PT Liberty,

1999.

Naja, H.R Daeng, Contract Drafting, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006.

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit PT Putra

Abardin, 1999.

Rosen, Larry E. Sulvian Marie Simonettie, Encyclopedia of Law Enforcement,

California: Sage Publications, 2010.

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2001.

- - - - - - , Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cet.3,

Jakarta: PT Sinar Grafika, 2006.

Sinaga, V. Harlen, Hukum Acara Perdata Dengan Pemahaman Hukum Materiil,

Jakarta: PT. Erlangga, 2015.

Soedikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:

Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: PT. UI Press, 1984.

Page 93: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

85

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

PT. Ghalia Indonesia Cet. IV, 1990.

Sofyan, Sri Soedwi Mashjoeri, Hukum Perutangan, Yogyakarta: Bagian Seksi

Hukum Perdata Universitas Gajah Mada,1980.

Subekti, Azas-azas Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Internusa, 1979.

- - - - - - , Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 1987.

- - - - - - , Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa 1994.

- - - - - - , Hukum Perjanjian Cetakan XVI, Jakarta: PT. Intermasa, 1996.

- - - - - - , Hukum Pembuktian , cet. 13, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001.

- - - - - - , Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan ke-29 Jakarta: PT. Intermasa,

2001.

- - - - - - , Hukum Perjanjian, Cet.21 Jakarta: PT Intermasa, 2005.

- - - - - - , Aneka Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014.

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: PT. Pradana

Media Group, 2008.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dan Praktek, Cet IV, Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Yuwono, Iswantoro Dwi, Baca Buku Ini Sebelum Tanda Tangan Surat

Perjanjian, Yogyakarta: PT. Pustaka Yustisia, 2013.

B. PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1234 tentang Prestasi

Page 94: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

86

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1243 tentang Wanprestasi

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1278 tentang Perikatan Tanggung

Menanggung

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1304 tentang Perikatan Dengan

Ancaman Hukum

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 tentang Ketentuan Perjanjian

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1320 tentang Syarat Terjadinya

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1321 tentang Batalnya Kontrak

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1329 tentang Kecakapan Hukum

Kitab Uundang-Undang Hukum Perdata Pasal 1337 tentang Larangan Berkontrak

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1338 tentang Kebebasan

Berkontrak.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754 tentang Utang Piutang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1756 tentang Peminjaman Uang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1867 sampai dengan Pasal 1880

tentang Pengaturan Akta

Kitab Undang-Undang hukum Perdata Pasal 1902 tentang Pembuktian

C. INTERNET

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5105e9605684a/kekuatan-

pembuktian-perjanjian

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51ab049c2a0d2/kekuatan-

pembuktian-fotokopi-dokumen

https://www.suduthukum.com/2017/03/penyelesaian-sengketa-melalui.html

Page 95: KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN DARI SURAT PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44313/1/MUHAMMAD...i kekuatan. hukum . pembuktian dari. surat perjanjian . dibawah

87

https://www.sakaran.com/2016/06/bacaan-terjemah-al-baqarah-ayat-282-283.html

www.suduthukum.com/2017/04/pengertian-jaminan.html