proposal kaki gajah

15
PROPOSAL PENELITIAN Tugas diajukan untuk Memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Metode Penelitian Geografi oleh : Anggita Khusnur Rizqi 0807015 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

Upload: anggita

Post on 25-Jul-2015

677 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Kaki Gajah

PROPOSAL PENELITIAN

Tugas

diajukan untuk Memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah

Metode Penelitian Geografi

oleh :

Anggita Khusnur Rizqi

0807015

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012

Page 2: Proposal Kaki Gajah

A. JUDUL

STUDI POLA PERSEBARAN PENYAKIT FILARIASIS (KAKI GAJAH) DI

KABUPATEN BANDUNG

B. LATAR BELAKANG

Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing

filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening.

Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat

menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik

perempuan maupun laki-laki. Jika sudah terjadi pembengkakan, pada akhirnya

penyakit ini berdampak pada aktivitas penderita, status ekonomi keluarga, serta

stigma sosial.

Penyakit filariasis ini diderita oleh lebih dari 100 juta penduduk dunia. Menurut

data dari WHO, urutan negara dengan penderita filariasis terbanyak adalah Asia

Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak

pula terjadi di negara Thailand dan Indonesia (Asia Tenggara). Di Indonesia sendiri,

berdasarkan hasil survey tahun 2000, tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas,

tersebar di 231 Kota/Kabupaten di 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis filariasis,

dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survei laboratorium, melalui

pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6

juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko

tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas.

Dari 231 daerah yang dinyatakan endemis filariasis, Kabupaten Bandung menjadi

salah satunya. Sebanyak 15 dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung tercatat sebagai

daerah endemik filariasis. Ke-15 kecamatan tersebut adalah Majalaya, Paseh, Solokan

Jeruk, Margayahu, Margaasih, Cimaung, Banjaran, Ibun, Arjasari, Kutawaringin,

Pameungpeuk, Soreang, Cilengkrang, Ciparay, dan Cicalengka. Menurut Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dr. Ahmad Kustijadi, jika hal ini dibiarkan

maka dikhawatirkan 30.000 warga Kabupaten Bandung akan terancam mengalami

penyakit kaki gajah atau filariasis, mengingat penyakit ini bisa dengan mudah

ditularkan oleh 23 spesies nyamuk serta semakin menurunnya kualitas lingkungan.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Studi Pola Persebaran Penyakit Filariasis (Kaki Gajah) di

Kabupaten Bandung.”

Page 3: Proposal Kaki Gajah

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan beberapa masalah

penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pola persebaran penderita filariasis di Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pola persebaran jumlah penderita fialriasis di Kabupaten Bandung

berdasarkan karakteristik lingkungan?

3. Bagaimana pola persebaran jumlah penderita filariasis di Kabupaten Bandung

berdasarkan karakteristik penduduk dan kondisi sosial ekonominya?

4. Faktor apa saja yang cenderung dominan menjadi penyebab meningkatnya

sebaran penderita filariasis di Kabupaten Bandung?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pola persebaran penderita filariasis di Kabupaten Bandung.

2. Menganalisis pola persebaran jumlah penderita filariasis di Kabupaten Bandung

berdasarkan karakteristik lingkungan.

3. Menganalisis pola persebaran jumlah penderita filariasis di Kabupaten Bandung

berdasarkan karakteristik penduduk dan kondisi sosial ekonominya.

4. Mengetahui faktor-faktor yang cenderung dominan menjadi penyebab

meningkatnya sebaran penderita filariasis di Kabupaten Bandung.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara

lain:

1. Bagi Peneliti : menambah kepedulian dan wawasan tentang penyakit filariasis.

2. Bagi Masyarakat : menambah wawasan mengenai filariasis sehingga masyarakat

dapat lebih peduli dan waspada terhadap penyebaran/penularan penyakit ini.

Selain itu juga sebagai masukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam

penanggulangan/pencegahan penyakit ini.

3. Bagi Pemerintah : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan

dalam pengambilan kebijakan untuk mengendalikan sebaran kasus filariasis.

Page 4: Proposal Kaki Gajah

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing

filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening.

2. Sebaran adalah distribusi atau menyangkut keberadaan segala sesuatu di suatu

wilayah. Dalam penelitian ini, sebaran yang dimaksud adalah sebaran penderita

filariasis di Kabupaten Bandung.

3. Pola adalah persebaran data titik di permukaan bumi. Secara garis besar, terdapat

tiga jenis pola persebaran titik yaitu mengelompok (clustered), acak (random),

dan seragam (uniform).

G. TINJAUAN TEORI

1. Filariasis (Kaki Gajah)

a. Pengertian

Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi

cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah

bening. Penyakit ini bersifat menahan (kronis) dan bila tidak mendapatkan

pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,

lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.

b. Kriteria Filariasis

Filariasis mudah menular, kriteria penularan penyakit ini adalah jika

ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada sample darah penduduk di sekitar

kasus elephantiasis, atau adanya 2 atau lebih kasus elephantiasis di suatu

wilayah pada jarak terbang nyamuk yang mempunyai riwayat menetap

bersama/berdekatan pada suatu wilayah selama lebih dari satu tahun.

Berdasarkan ketentuan WHO, jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada

satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera

diberikan pengeobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut.

Di indonesia filarialis telah tersebar luas hampir di semua propinsi,

berdasarkan laporan dari daerah dan hasil survey pada tahun 2000 tercatat

sebanyak 6500 kasus kronis di 1553 desa pada 231 kabupaten atau 26

propinsi. Pada tahun 2005 kasus kronis dilaporkan sebanyak 10.237 orang

yang tersebar di 373 kabupaten/kota di 33 propinsi.

Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada

tanggal 8 April 2002 Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah

Page 5: Proposal Kaki Gajah

mencanangkan dimulainya eliminasi penyakit Kaki Gajah di Indonesia dan

telah menetapkan eliminasi Kaki Gajah sebagai salah satu program prioritas.

Sebagai pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) tertuang

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer :

1582/MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 18 Nopember 2005.

c. Penyebab Filariasis

Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria

Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan

hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah.

Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6

tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan

anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.

Penyebarannya diseluruh Indoensia baik di pedesaan maupun diperkotaan.

Nyamuk merupakan vektor filariasis Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk

yang diketahui bertindak sebagai vektor dari genus: mansonia, culex,

anopheles, aedes dan armigeres.

• W. bancrofti perkotaan vektornya culex quinquefasciatu

• W. bancrofti pedesaan: anopheles, aedes dan armigeres

• B. malayi : mansonia spp, an.barbirostris.

• B. timori : an. barbirostris.

Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu tergantung dari spesies dan

tipenya.Di Indonesia semuanya nokturna kecuali type non periodic Secara

umum daur hidup ketiga spesies sama Tersebar luas di seluruh Indonesia

sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya. ( Got, sawah, rawa, hutan ).

d. Cara Penularan Filariasis

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut

digigit nyamuk yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya

mengandung larva (L3). Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena

menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung mikrofolaria.

Nyamuk sebagai vector menghisap darah penderita (mikrofilaremia) dan pada

saat itu beberapa microfilaria ikut terhisap bersama darah dan masuk dalam

lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk microfilaria tidak berkembang biak

tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa hari dari larva 1 sampai menjadi

larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali untuk terjadinya infeksi.

Page 6: Proposal Kaki Gajah

Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan selanjutnya tumbuh

menjadi cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak

e. Faktor yang Mempengaruhi

Lingkungan fisik :Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,

Lingkungan biologik: lingkungan Hayati yang mempengaruhi

penularan; hutan, reservoir, vector

Lingkungan sosial – ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan

perilaku, adat Istiadat, Kebiasaan dsb,

Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb

Penularan dapat terjadi apabila ada 5 unsur yaitu sumber penular (manusia dan

hewan), Parasit , Vektor, Manusia yang rentan, Lingkungan (fisik, biologik

dan sosial-ekonomi-budaya).

f. Gejala dan Tanda Filariasis

1) Gejala dan tanda klinis akut :

Demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila

istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan

paha, ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang

menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan

Abses filaria terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah

bening, dapat pecah dan dapat mengeluarkan darah serta nanah

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan alat kelamin perempuan

dan laki-laki yang tampak kemerahan dan terasa panas.

2) Gejala dan tanda klinis kronis :

Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum,

penis, vulva vagina dan payudara, Infeksi Brugia dapat mengenai kaki

dan lengan dibawah lutut / siku - lutut dan siku masih normal.

Hidrokel : Pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan limfe,

dapat sebagai indikator endemisitas filariasis bancrofti

Kiluria : Kencing seperti susu – kebocoran sel limfe di ginjal, jarang

ditemukan

g. Pengobatan

Page 7: Proposal Kaki Gajah

1) Pengobatan Masal

Dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan menggunakan obat

Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan Albendazole

sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi

pengobatan seperti demam atau pusing dapat diberikan Pracetamol.

Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2 tahun ke

atas, yang ditunda selain usia ≤ 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan

mereka yang menderita penyakit berat.

2) Pengobatan Selektif

Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta anggota

keluarga yang tinggal serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah

dengan hasil survey mikrofilaria < 1% (non endemis).

3) Pengobatan Individual (penderita kronis)

Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari

sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian

organ tubuh yang bengkak.

2. Analisis Spasial

Spasial berasal dari kata space yang artinya ruang, perbedaannya selain

memperhatikan temporal atau waktu atau variabel utama lainnya seperti

kelembaban masuk di dalam variabel yang harus diperhatikan. Dengan demikian,

selain memperhatikan tempat, ketinggian, waktu, juga karakteistik ekosistem

lainnya. Jika batasan tata ruang lebih bersifat man made seperti halnya tata ruang,

maka istilah spasial lebih concern pada ekosistem.

Analisis spasial adalah sebagian dari bagian manajemen penyakit berbasis

wilayah, merupakan suatu analisis dan uraian tentang data penyakit secara

geografi berkenaan dengan kependudukan, persebaran, lingkungan, perilaku,

sosial ekonomi, kasus kejadian penyakit, dan hubungan antar variabel tersebut.

Ada 4 tingkatan dalam menggambarkan data spasial yaitu :

1. Kenyataan (reality) adalah gejala sebagaimana yang kita lihat.

2. Model data adalah bentuk penggambaran kejadian sehari-hari yang dialami

oleh manusia.

3. Struktur data (logical model) menunjukkan model data, merupakan

penggambaran kejadian tertentu, biasanya berbentuk diagram.

Page 8: Proposal Kaki Gajah

4. File struktur (physical model) adalah bentuk data dalam penyimpanan

hardware.

Dengan cara berfikir logis secara bertahap dalam menyusun data spasial, maka

pengolahan data spasial akan menjadi sebuah informasi yang teratur dan terarah.

H. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Menurut Soehartono, metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh

untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan

deskriptif.

Menurut Tika (1997 : 9), penggunaan metode survey bertujuan untuk

mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam

waktu yang bersamaan. Data yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun

sosial. Sedangkan pendekatan deskriptif bertujuan untuk dapat mendeskripsikan,

memperoleh gambaran, dan memaparkan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada di

daerah penelitian.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2008 : 80), populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan populasi

dalam penelitian ini adalah :

(1) Populasi wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini meliputi 15 Kecamatan di

Kabupaten Bandung yang menjadi daerah endemik filariasis, yaitu

Majalaya, Paseh, Solokan Jeruk, Margayahu, Margaasih, Cimaung,

Banjaran, Ibun, Arjasari, Kutawaringin, Pameungpeuk, Soreang,

Cilengkrang, Ciparay, dan Cicalengka.

Page 9: Proposal Kaki Gajah

(2) Populasi manusia :

Populasi manusia dalam penelitian ini meliputi seluruh penderita

filariasis yang berada di 15 kecamatan endemik filariasis.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2008 : 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini terdiri dari sampel wilayah dan sampel manusia.

(1) Sampel wilayah

Sampel wilayah yang akan diteliti yakni beberapa plot yang telah

ditentukan di 15 kecamatan di Kabupaten Bandung.

(2) Sampel manusia

Dalam menentukan sampel penduduk, penulis menggunakan teknik

Simple Random Sampling, karena pengambilan anggota sampel ini

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi tersebut, sebab penduduk yang ada di daerah tersebut homogen

dalam hal mata pencaharian, pendidikan, dan tempat tinggal.

3. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang tidak pernah tertinggal dalam setiap

penelitian. Menurut Hasan (2004:12) variabel adalah “konstruk yang sifat-sifatnya

sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai

atau lebih pada suatu kontinum”. Dalam penelitian ini terdapat dua macam

variabel, yaitu :

a. Variabel Bebas (Variabel X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab

bagi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik

fisik lingkungan, karakteristik penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.

b. Variabel Terikat (Variabel Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh

variabel lain, namun suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

persebaran penderita filariasis di Kabupaten Bandung.