proposal b.indo

15
PROPOSAL PENELITIAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar dan Strategi Guru serta Orangtua dalam Menanganinya di Jakarta Disusun oleh: Nama/NIM: Yunita Kristy/11.6971 NO.URUT ABSEN: 34 4SK1 Dalam Rangka Tugas Akhir

Upload: yunita-kristy

Post on 18-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar dan Strategi Guru serta Orangtua dalam Menanganinya di Jakarta

Disusun oleh:Nama/NIM: Yunita Kristy/11.6971NO.URUT ABSEN: 344SK1

Dalam Rangka Tugas Akhir Bahasa Indonesia

Sekolah Tinggi Ilmu StatistikJakarta 2015BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia telah mengalami kemajuan yang sangat besar dalam memastikan anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar mendapatkan pendidikan sekitar 97 persen dari anak-anak berusia 7 sampai 12 tahun di seluruh negeri dapat bersekolah.Namun, sebanyak 2,5juta anak Indonesia yang seharusnya bersekolah tidak dapat menikmati pendidikan: 600.000 anak usia sekolah dasar dan 1.9 juta anak usia sekolah menengah pertama (13-15 tahun).Data statistiktingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling parah. Hampir setengah dari anak-anak yang berasal dari keluarga miskin tidak mampu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama anak-anak yang berasal dari rumah tangga termiskin memiliki kemungkinan putus sekolah 4 kali lebih besar daripada mereka yang berasal dari rumah tangga berkecukupan. Hampir3 persen dari anak-anak usia sekolah dasar di desa tidak bersekolah, dibandingkan dengan hanya lebih dari1 persen di daerah perkotaan.Dari mereka yang belajar di bangku sekolah dasar, hampir1 dari5 anak tidak dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama, dibandingkan1 dari10 anak di daerah perkotaan.Era globalisasi merupakan suatu tantangan bagi bangsaIndonesia. Bagaimana kita dapat mempersiapkan siswa agar mereka dapat hidup produktif dan sukses di masa depan? Salah satu penyelesaiannya adalah dengan mempersiapkan siswa menghadapi perubahan-perubahan, yaitu menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan pemecahan masalah, keterampilan menganalisa data, berpikir secara logis, membuat keputusan, menyelesaikan masalah nyata dan lain-lain.Anak-anak yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung yang merupakan kebutuhan dasar yang akan dipelajari pada saat sekolah dasar. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal tanpa memahami dan menelusuri latar belakang, sebab akibat kenapa anak tersebut mengalami kegagalan dalam belajar.Fenomena ini kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah kesulitan belajar. Untuk itu peneliti terpanggil untuk memberikan beberapa masukan dan saran kepada pihak sekolah yang diteliti.Penelitian ini akan dilakukan pada anak-anak yang bersekolah di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal diIndonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik.1.2 Identifikasi dan Batasan MasalahAgar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka pada penelitian ini hanya membahas hal hal apa saja yang menyebabkan siswa kesulitan belajar dalam pemecahan masalahnya di sekolah serta tindakan apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa.1.3 Rumusan Masalah1.3.1 Apa saja masalah yang dihadapi siswa dalam belajar?1.3.2 Bagaimana siswa bergaul dengan temannya?1.3.3 Bagaimana kondisi lingkungan keluarga siswa?1.3.4 Tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa?1.3.5 Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran?

1.4 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk:1.4.1 Mengenal keadaan/pribadi siswa yang dianggap mempunyai masalah dalam belajar1.4.2 Digunakan sebagai bahan untuk menentukan jalan keluar/pemecahan masalah siswa1.4.3 Melatih calon guru untuk berfungsi sebagai tenaga pembimbing dan konseling1.4.4 Melatih calon guru agar dapat berfikir analitis, integratis, dan komprehensif khususnya dalam membantu menangani masalah siswa.

1.5 Kegunaan Penelitian1.5.1 Bagi Guru: Diharapkan dapat memberikan tahapan penyelesaian kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar1.5.2 Bagi Orangtua : Dapat memberikan perhatian penuh kepada anaknya.1.5.3 Bagi murid : Agar dapat meningkatkan kualitas belajarnya dengan saran dari guru dan orangtua masing-masing.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Defenisi Kesulitan BelajarAktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.2.1.2 Definisi VariabelIdentitas siswa adalah keterangan yang memuat data diri dari siswanama lengkap adalah nama panjang dari responden, bukan nama panggilan/nama keciltempat dan tanggal lahir adalah tempat kelahiran responden dan tanggal kelahiran respondenJenis kelamin adalah jenis kelamin dari responden yang menjadi objek penelitian. Kesalahan pada keterangan jenis kelamin sangat fatal akibatnya pada kualitas data. Oleh karena itu jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan namanya, sebab bisa saja nama perempuan dan laki-laki mirip. Jarak ke sekolah adalah jarak yang ditempuh responden dari tempat tinggalnya menuju ke sekolah satu kali jalan (buka termasuk pulang-pergi).Transportasi ke sekolah adalah kendaraan yang biasa digunakan untuk berangkat ke sekolahJumlah saudara adalah jumlah saudara kandung/tiri yang tinggal bersama di dalam rumah dan menjadi tanggungan keluargaStatus keluarga adalah status responden sebagai anggota rumah tanggaIdentitas orang tua siswa adalah keterangan yang memuat data orang tua respondenAyah adalah orang tua laki-laki dari respondenPekerjaan adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntingan paling sedikit 1(satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misal karena cuti, sakit dan sejenisnya.Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki oleh seseorang yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang sedang diduduki oleh seseorang yang masih bersekolah, baik jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C).Ibu adalah orang tua perempuan dari respondenHobby adalah kegiatan yang disenangi/diminati oleh responden untuk dilakukancita cita adalah sesuatu yang ingin kita raih, kita dapatkan, atau kita capai (ingat impian berasal dari kata impi, yang memiliki relasi dengan kata mimpi).Sedangkan cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita capai disertai perencanaan dan tindakan kita untuk mencapainya (perbedaan utama dengan impian, ada tindakan nyata untuk mencapai hal yang diinginkan)Pandangan hidup sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Segala perbuatan, sikap, dan aturan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, merupakan refleksi dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.TK adalah taman kanak-kanakSD adalahSekolah Dasar atau yang sederajatSMP adalah Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat baik umum maupun kejuruan.Prestasi adalah hasil yang telah dicapai baik dibidang akademik maupun non akademikKebiasaan belajar adalah perilaku siswa ketika melaksanakan kegiatan belajar di luar sekolah.

2.2 Kerangka Pikir

Kesulitan belajarKarakteristik SiswaPsikologisSosiologisFisiologis

2.4 Hipotesis Penelitian1. Kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh karakteristik siswa 2. Kesulitan belajar siswa tidak dipengaruhi oleh karakteristik siswa

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 hingga Juli 2014 yang bertempat di Sekolah Dasar di Jakarta.

3.2 Populasi dan SampelPopulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar di Jakarta. Sedangkan sampelnya adalah sebagian siswa Sekolah Dasar di Jakarta yang terpilih sebagai responden dalam survei-survei yang menyediakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.3 Metode dan Jenis Penelitian Untuk memperoleh data tentang siswa, penyusun menggunakan teknik :1. Interview Mencari data dengan mengadakan wawancara langsung dengan siswa2. Observasi Mengadakan pengamatan langsung terhadap tingkah laku siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas3. AngketDengan memberikan angket akan didapatkan informasi tentang kesulitan belajar siswa.