proposal audit pak dudi

20
TUGAS SEMINAR AKUNTANSI PENGARUH FINANCIAL LAVERAGE, FIRM SIZE DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI : STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA Oleh: RATRI RATNASARI 098694207 S1 AKUNTANSI 2009 AA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Upload: loita-datu-nindita

Post on 22-Jun-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Semakin ramainya persaingan bisnis telah menjadikan informasi keuangan sebagai salah satu hal yang penting dalam pengambilan keputusan oleh masyarakat. Maka dari itu, perusahaan publik harus menyampaikan informasi keuangannya dengan benar-benar akurat dan relevan. Informasi keuangan yang akan menjadi dasar pengembilan keputusan oleh publik tersebut sejauh mungkin harus terhindar dari adanya kecurangan atau salah saji yang disengaja. Banyaknya pesaing maupun tekanan oleh pemilik kepada perusahaan guna memaksimalkan keuntungan sering membuat perusahaan publik dan badan usaha milik negara untuk melakukan kecurangan dalam menyampaikan informasi keuangannya untuk dapat tetap bersaing dengan kompetitornya dan memenuhi target dari para pemegang saham perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang dikutip Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Audit Pak Dudi

TUGAS SEMINAR AKUNTANSI

PENGARUH FINANCIAL LAVERAGE, FIRM SIZE DAN RASIO

PROFITABILITAS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN

AKUNTANSI : STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

Oleh:

RATRI RATNASARI

098694207

S1 AKUNTANSI 2009 AA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: Proposal Audit Pak Dudi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semakin ramainya persaingan bisnis telah menjadikan informasi keuangan sebagai

salah satu hal yang penting dalam pengambilan keputusan oleh masyarakat. Maka dari

itu, perusahaan publik harus menyampaikan informasi keuangannya dengan benar-

benar akurat dan relevan. Informasi keuangan yang akan menjadi dasar pengembilan

keputusan oleh publik tersebut sejauh mungkin harus terhindar dari adanya

kecurangan atau salah saji yang disengaja. Banyaknya pesaing maupun tekanan oleh

pemilik kepada perusahaan guna memaksimalkan keuntungan sering membuat

perusahaan publik dan badan usaha milik negara untuk melakukan kecurangan dalam

menyampaikan informasi keuangannya untuk dapat tetap bersaing dengan

kompetitornya dan memenuhi target dari para pemegang saham perusahaan. Ikatan

Akuntan Indonesia seperti yang dikutip Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan

akuntansi sebagai :

1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu

salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam

laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva

(seringkali disebut penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan

pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Kecurangan akuntansi seperti tidak menaati aturan yang berlaku, memanipulasi data

atau informasi, penghilangan maupun pemalsuan dokumen dan mark-up adalah

kecurangan yang sering dilakukan oleh perusahaan.

Meningkatnya kecurangan pelaporan keuangan disatu sisi menguntungkan pelaku

bisnis dengan mengungkapkan pendapatan usaha lebih dari yang sebenarnya sehingga

kondisi keuangan perusahaan kelihatan baik di mata publik, tetapi pada sisi lain

merugikan publik selaku pemegang kepentingan yang sangat menggantungkan

keputusan ekonominya dari informasi laporan keuangan. Informasi keuangan yang

relevan dan bersih dari unsur fraud, akan melahirkan keputusan ekonomi yang tepat

Page 3: Proposal Audit Pak Dudi

bagi pihak ketiga sebaliknya informasi yang mengandung kecurangan akan sangat

menyesatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Di Indonesia, kecurangan akuntansi ditunjukkan dengan adanya beberapa bank yang

dilikuidasi, manajemen BUMN dan perusahaan swasta yang dipidanakan, manipulasi

pajak, kasus kejahatan perbankan, maraknya korupsi yang terjadi di DPR sampai

korupsi yang terjadi di tubuh komisi penyelenggara pemilu.Walaupun kecurangan

akuntansi sudah banyak terjadi di Indonesia dan telah mengakibatkan kerugian bagi

banyak pihak, namun masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait dengan masalah

ini.

Harahap (1998:297) mengatakan bahwa rasio keuangan adalah “angka yang diperoleh

dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”Dengan adanya

penelitian yang menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk melakukan kecurangan,

publik akan lebih mudah mendapat informasi yang tepat mengenai kecurangan yang

terjadi.

Daftar sanksi yang dikeluarkan oleh Bapepam merupakan bukti nyata bahwa dunia

bisnis di Indonesia tidak terlepas dari banyaknya kecurangan yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang terkena sanksi tersebut. Bapepam menjatuhkan

sanksi kepada perusahaan ataupun individu yang terbukti melakukan pelanggaran di

bidang pasar modal sesuai dengan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 mengenai Pasar Modal. Dalam Undang undang pasar modal juga diatur

mengenai keharusan bagi perusahaan yang akan menawarkan atau menjual saham

kepada masyarakat untuk menginformasikan secara benar fakta material yang ada

dalam perusahaannya.

Salah satu motivasi penelitian ini dilakukan adalah adanya kontradiksi hasil penelitian

antara peneliti satu dengan peneliti yang lain. Kontradiksi tersebut terjadi antara hasil

penelitian untuk variabel-variabel yang berpengaruh pada kecenderungan terjadinya

kecurangan di suatu perusahaan. Perbedaan hasil tersebut terjadi antara penelitian

yang dilakukan oleh Rangga dan Mukhlasin (2008) dengan penelitian yang dilakukan

oleh Salman (2007). Rangga dan Mukhlasin (2008) tidak menemukan bahwa financial

leverage tidak berpengaruh signifikan kepada kecenderungan suatu perusahaan untuk

melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan Salman (2007) menemukan bahwa

financial leverage merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi kecenderungan

Page 4: Proposal Audit Pak Dudi

suatu perusahaan melakukan kecurangan. Dalam penelitiannya, Salman (2007) juga

menyimpulkan bahwa activity, profitability, growth, assets composition, dan liquidity

merupakan faktor-faktor signifikan yang dapat digunakan untuk Mengidentifikasi

faktor-faktor yang berkaitan dengan kecuranga pelaporan keuangan.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ukuran perusahaan juga salah satu

faktor signifikan mempengaruhi kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi. Hal

ini pernah diteliti oleh Lou dan Wang (2009) yang menyatakan bahwa “firm size

negatively correlates with fraud”. Persons (1999) dalam penelitiannya juga

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti bertujuan ingin

mengembangkan dan menguji model kecurangan akuntansi yang dipengaruhi oleh

financial laverage, firm size dan rasio profitabilitas. Objek penelitian ini adalah

perusahaan publik di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, maka timbul

permasalahan sebagai berikut :

Apakah financial laverage, firm size dan rasio profitabilitas berpengaruh terhadap

kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada perusahaan publik di Indonesia?

1.3 TUJUAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh financial laverage,firm size dan rasio profitabilitas terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan publik di Indonesia.

Page 5: Proposal Audit Pak Dudi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Rasio Keuangan

Rasio keuangan pada dasarnya merupakan suatu informasi yang menggambarkan

hubungan akun-akun dalam laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan

perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical

relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir

2000:54).

Purwanti (2005: 23) menyebutkan analisis rasio adalah suatu cara untuk menganalisis

laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah

dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Rasio

merupakan titik awal, bukan titik akhir (Purwanti, 2005). Hal ini bararti bahwa rasio

digunakan sebagai langkah awal untuk menganalisa suatu kejadian yang kemudian

akan dilakukan investigasi lebih lanjut mengenai hal-hal lain dari kejadian tersebut.

Penganalisa finansial dalam mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat

melakukannya dengan dua macam pembanding (Riyanto, 2001:329), yaitu:

1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang

lalu (history ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang

akan datang dari perusahaan yang sama.

2) Membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari

perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio ratarata/ rasio standard)

untuk waktu yang sama.

Menurut Munawir (2000: 68) , angka rasio dapat dibedakan menjadi tiga menurut

sumber datanya, antara lain:

a. Rasio-rasio Neraca (balance sheet ratio)

Adalah semua rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca

(misalnya: current ratio, acid test ratio).

b. Rasio-rasio Laporan laba rugi (income statement ratio)

Page 6: Proposal Audit Pak Dudi

Yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari

Laporan laba rugi (misalnya: gross profit margin, net

operating margin, operating ratio, dan sebagainya).

c. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio)

Adalah semua angka rasio yang datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari

Laporan laba rugi (misalnya: inventory turnover, capital turnover, sales to fixed

assets, dan sebagainya).

Sedangkan menurut Ang (1997: 18,23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan

menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo. Rasio likuiditas terdiri dari:current ratio, quick ratio dan

net working capital.

2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios)

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam

memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari:total asset

turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover,inventory turnover,

average collection period (day’s sales inaccounts receivable) dan day’s sales in

inventory.

3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.

Rasio ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin,operating return on

assets, ROA, ROE, dan operating ratio.

4) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perisahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan rasio

pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh

keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: debtratio, debt to equity ratio, long-term

debt to equity ratio, long term debt tocapitalization ratio, time interest earned, cash

flow interest coverage, cashflow to net income,dan cash return on sales.

5) Rasio Pasar (Market Ratios)

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis

per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividendper share, earning per

Page 7: Proposal Audit Pak Dudi

share, dividend payout ratio, price earning ratio,book value per share, dan price to

book value.

2.1.2. Kecurangan Akuntansi (Accounting Fraud)

Salah satu bentuk kecurangan yang sering terjadi di perusahaan terbuka di Indonesia

adalah kecurangan akuntansi (fraud accounting). Ikatan Akuntan Indonesia (2001)

menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari

kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara

sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi

pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya

terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan)

berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Definisi

dari IAI yang tidak menyebutkan secara langsung bahwa kecurangan akuntansi

merupakan kejahatan berlawanan dengan pernyataan Sutherland (1940) sebagaimana

yang dikutip oleh Geis dan Meier (1977:40) yang menganggap kecurangan akuntansi

sebagai sebuah kejahatan. Sutherland mengkategorikan kecurangan akuntansi sebagai

kejahatan kerah putih (white-collar crime). Sutherland menjelaskan bahwa kejahatan

kerah putih dalam dunia bisnis diantaranya adalah manipulasi di pasar modal, salah

saji atas laporan keuangan, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap

oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak,serta

kebangkrutan.

Kecurangan akuntansi juga sering didefiniskan sebagai kecurangan pelaporan

keuangan. Financial statement fraud didefinisikan berbeda-beda oleh para pakar dan

akademisi. Elliot dan Willingham (1980:4) melihat kecurangan pelaporan keuangan

sebagai sebuah kecurangan manajemen melalui pernyataannya yang menyebutkan

bahwa kecurangan yang sengaja dilakukan oleh manajemen yang merugikan para

investor dan kreditor melalui penyajian laporan keuangan yang salah. Taylor dan

Glezen (1997: 135) mendefinisikan kecurangan pelaporan keuangan sebagai suatu

tindakan disengaja yang menghasilkan salah

saji material yang menyesatkan agar laporan keuangan terlihat lebih baik dari yang

sebenarnya. Selain para investor dan kreditor, kecurangan pelaporan keuangan juga

merugikan auditor, karyawan dan juga kompetitor. Kecurangan pelaporan keuangan

menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik dari keadaan perusahaan sebenarnya.

Page 8: Proposal Audit Pak Dudi

Hal ini dapat menyebabkan para pemegang kepentingan perusahaan yang melakukan

kecurangan melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Schilit (1993:191) mengidentifikasi tujuh kategori besar shenanigans (istilah lain

kecurangan pelaporan keuangan antara lain : “(1) recording revenue before it is

earned, (2) creating fictitious income, (3) boosting profits with nonrecurring

transactions, (4) shifting current expenses to a latter period, (5) failing to record or

disclosure liabilities, (6) shifting current income to a later period, and (7) shifting

future expenses to an earlier period.”. Taylor dan Glezen (1997: 137-138)

menjelaskan faktor-faktor yang digunakan auditor untuk menetapkan terjadinya

kecurangan akuntansi atau kecurangan laporan keuangan meliputi:

1. Karakteristik Manajemen

a. Kompensasi manajemen didasarkan pada sasaran hasil operasi atau posisi keuangan

yang tidak masuk akal.

b. Manajemen tidak menunjukkan dan mengkomunikasikan suatu sikap yang yang

baik terhadap pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan

c. Manajemen berusaha untuk meningkatkan harga saham atau trendearning dengan

cara praktek akuntansi yang agresif.

d. Tingkat perputaran manajemen terutama manajer senior dan anggota dewan adalah

tinggi.

e. Manajemen dan pihak auditor (sekarang atau sebelumnya) mempunyai hubungan

yang tidak baik.

2. Kondisi Industri

a. Adanya persyaratan akuntansi yang baru, undang-undang, atau peraturan

yang mempengaruhi stabilitas atau profitabilitas dari entitas.

b. Tingkat persaingan atau kompleksitas pasar yang menyebabkan

penurunan marjin.

c. Arah perubahan dalam industri satuan usaha adalah menurun dengan

disertai banyak kegagalan bisnis.

d. Tingkat perubahan dalam industri satuan usaha adalah cepat yang

meliputi permintaan (demand) konsumen/pelanggan, teknologi, atau

keusangan produk.

Page 9: Proposal Audit Pak Dudi

3. Karakteristik Operasi dan Kestabilan Keuangan

a. Klien berada dalam tekanan yang signifikan untuk mendapatkan modal yang

dibutuhkan bagi penelitian atau pengeluaran modal yang besar.

b. Laporan keuangan didasarkan pada estimasi yang subyektif.

c. Struktur keuangan klien mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap

perubahan tingkat bunga.

d. Klien dihadapkan pada masalah kebangkrutan.

e. Klien telah melaporkan pertumbuhan earning, namun tidak dapat

menghasilkan arus kas dari operasi.

f. Transaksi kompleks yang tidak biasa terjadi mendekati akhir tahun.

2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi

2.3.1. Financial Leverage

Menurut Salman (2002), Leverage yang mempunyai istlah solvency dalam literatur

digunakan untu menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio financial leverage

dapat dihitung dengan mencari perbandingan antara total kewajiban dengan total aset

dari suatu perusahaan. Dari formula tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari

perhitungan memperlihatkan seberapa besar total aset perusahaan dapat menutup

seluruh kewajiban perusahaan. Berbeda dengan

rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang

jangka pendeknya, rasio financial leverage mengukur sejauh mana perusahaan

menggunakan utang jangka panjangnya. Weston dan Copeland (2009)

mengemukakan bahwa penggunaan hutang

akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena dengan menggunakan

lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri maka beban tetap yang ditanggung

perusahaan tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan profitabilitas menurun.

Definisi lain diberikan oleh Riyanto (1995) seperti yang dikutip oleh Dewi(2010: 42)

yang menyatakan bahwa financial leverage merupakan penggunaan dana yang

Page 10: Proposal Audit Pak Dudi

disertai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap

dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage)

atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut

lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage

merugikan (unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh

pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap

yang harus dibayar (Riyanto, 1995:375-376).

Dalam hubungannya dalam kecurangan pelaporan keuangan Persons (1999:40) seperti

yang dikutip dalam Salman (2002) mengemukakan bahwa leverage yang lebih besar

dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan pelanggaran

terhadap perjanjian kredit dan kemampuan yang lebih rendah untuk memperoleh

tambahan modal melalui pinjaman. Perusahaan dengan leverage yang tergolong tinggi

akan dinilai kurang baik oleh investor dan kreditor. Untuk menarik kembali

kepercayaan investor dan kreditor, maka perusahaan dengan leverage yang tergolong

tinggi akan melakukan cara untuk menurunkan angka leverage termasuk

memanipulasi laporan keuangan yang akan dijadikan dasar oleh pihak investor

maupun kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.3.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) dalam Dewi (2010: 41-42) ukuran perusahaan

dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi

untuk alasan yang berbeda:

Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan

memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke

pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka

memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat

menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan

kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga

sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi

secara signifikan.

Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak

keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk

hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang

ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin

Page 11: Proposal Audit Pak Dudi

besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan

preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat

perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya,

ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur

keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf

khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem

akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.Terdapat beberapa cara untuk

mengukur ukuran perusahaan, salah satunya

yaitu berdasarkan total aktiva perusahaan tersebut. Hal ini didukung oleh Jin dan

Machfoedz (1998) yang dikutip oleh Asari (2010), menyatakan bahwa ukuran

perusahaan dapat diketahui dari total aktiva perusahaan, semakin besar total aktiva

tersebut, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan merupakan informasi penting untuk pihak internal maupun

eksternal perusahaan karena ukuran perusahaan dapat menunjukkan berbagai

informasi perusahaan yang dibutuhkan oleh stakeholder. Perusahaan yang lebih besar

cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding

dengan perusahaan yang lebih kecil (Gunawan, 2000). Hubungan ukuran perusahaan

dengan kecenderungan perusahaan untuk melakukan kecurangan pernah diteliti oleh

Rangga dan Mukhlasin (2008) dan mereka mendapat kesimpulan bahwa perusahaan

yang melakukan kecurangan mempunyai rata-rata nilai aset yang lebih besar daripada

perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Dari hasil penelitian tersebut dapat

dilihat bahwa ukuran perusahaan harus benar-benar diperhatikan oleh publik sebelum

membuat sebuah keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.

2.3.3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Ang (1997: 18.23) menjelaskan bahwa rasio rentabilitas atau rasio

profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Menurut Salman (2007) rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Brigham

dan Westen (1990) dalam Asari (2010) menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah

rasio yang mengukur tingkat efektivitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba

Page 12: Proposal Audit Pak Dudi

yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. Pernyataan ini didukung

oleh Weston dan Coepeland (1995: 237) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas

mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan

dari penjualan dan investasi. Selain itu manfaat lain dari rasio profitabilitas adalah (1)

mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu, (2) mengetahui laba bersih

sesudah pajak dengan modal sendiri, dan (3) mengetahui produktivitas dari seluruh

dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Manfaat rasio profitabilitas sebagai salah satu indikator perusahaan dalam

memperoleh laba sangat bermanfaat bagi investor yang akan menginvestasikan

modalnya ke perusahaan tersebut. Pengukuran rasio profitabilitas dapat melalui

beberapa hal yang berbeda, namun tetap dalam dimensi yang sama.

Menghubungkan antara profit dengan sales merupakan salah satu cara untuk

mengukur residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran lainnya

adalah melalui perhitungan Return On Investment (ROI) atau disebut juga Return On

Assets (ROA) yang merupakan rasio untuk menunjukkan hasil (return) atas jumah

aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang

efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Profitabilitydapat juga dikur

dengan menghitung rasio Return On Equity (ROE) yangmerupakan alat ukur untuk

mengukur kemempuan perusahaan menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan

laba. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal sendiri

oleh perusahaan. Return On Equity yang positif menunjukkan bahwa dari total ekuitas

yang dipergunakan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila

Return On Equity negatif menunjukkan bahwa dari total ekuitas yang dipergunakan,

perusahaan mendapatkan kerugian. Sehingga perusahaan dengan rasio profitabilitas

yang rendah akan lebih cenderung untuk melakukan kecurangan. Selain itu, rasio

profitabilitas juga diukur dengan pendekatan ReturnOn Sales yang dapat berupa rasio

gross margin, operating margin, profit margin. Profit Margin digunakan untuk

mengukur kontrol biaya perusahaan. Semakin tinggi, kontrol biaya perusahaan

semakin bagus di seluruh departemen. Profit Margin atau margin laba atas penjualan,

rasio in imengukur jumlah laba bersih per nilai Rupiah penjualan. Rasio ini

memberikan pengukuran dari net income dibagi penjualan. Profitabilitas juga dapat

menjadi salah satu faktor pengukur untuk mengidentifikasi adanya kecurangan

akuntansi di suatu perusahaan publik. Tingkat profitabilitas yang rendah akan menjadi

salah satu faktor pendorong adanya kecurangan pada laporan keuangan perusahaan.

Page 13: Proposal Audit Pak Dudi

Financial Laverage Firm Size

Rasio Profitabilitas

KecuranganAkuntansi

Seperti pada penelitian Summers dan Sweeney (1998: 136) yang menyatakan bahwa

apabila ekspektasi untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat profitabilitas

masa lalu tidak dapat dipenuhi oleh kinerja aktualnya, memberikan motivasi bagi

adanya pelanggaran kecurangan pelaporan keuangan. Pelanggaran terhadap laporan

keuangan tersebut dimaksudkan agar publik melihat perusahaan tersebut memiliki

kinerja yang baik dan mampu untuk menghasilkan profit yang besar.

2.4 Kerangka Berfikir

Berdasarkan gambar di bawah kerangka berpikir dalam penelitian skripsi ini adalah

untuk menguji variabel bebas yang terdiri dari financial leverage, komposisi aset,

ukuran perusahaan dan rasio profitabilitas terhadap variabel terikat yaitu kecurangan

akuntansi pada perusahaan yang telah go public di Bursa Efek Indonesia untuk periode

2008-2010.