proposal audit pak dudi
DESCRIPTION
Semakin ramainya persaingan bisnis telah menjadikan informasi keuangan sebagai salah satu hal yang penting dalam pengambilan keputusan oleh masyarakat. Maka dari itu, perusahaan publik harus menyampaikan informasi keuangannya dengan benar-benar akurat dan relevan. Informasi keuangan yang akan menjadi dasar pengembilan keputusan oleh publik tersebut sejauh mungkin harus terhindar dari adanya kecurangan atau salah saji yang disengaja. Banyaknya pesaing maupun tekanan oleh pemilik kepada perusahaan guna memaksimalkan keuntungan sering membuat perusahaan publik dan badan usaha milik negara untuk melakukan kecurangan dalam menyampaikan informasi keuangannya untuk dapat tetap bersaing dengan kompetitornya dan memenuhi target dari para pemegang saham perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia seperti yang dikutip Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :TRANSCRIPT
TUGAS SEMINAR AKUNTANSI
PENGARUH FINANCIAL LAVERAGE, FIRM SIZE DAN RASIO
PROFITABILITAS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN
AKUNTANSI : STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA
Oleh:
RATRI RATNASARI
098694207
S1 AKUNTANSI 2009 AA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Semakin ramainya persaingan bisnis telah menjadikan informasi keuangan sebagai
salah satu hal yang penting dalam pengambilan keputusan oleh masyarakat. Maka dari
itu, perusahaan publik harus menyampaikan informasi keuangannya dengan benar-
benar akurat dan relevan. Informasi keuangan yang akan menjadi dasar pengembilan
keputusan oleh publik tersebut sejauh mungkin harus terhindar dari adanya
kecurangan atau salah saji yang disengaja. Banyaknya pesaing maupun tekanan oleh
pemilik kepada perusahaan guna memaksimalkan keuntungan sering membuat
perusahaan publik dan badan usaha milik negara untuk melakukan kecurangan dalam
menyampaikan informasi keuangannya untuk dapat tetap bersaing dengan
kompetitornya dan memenuhi target dari para pemegang saham perusahaan. Ikatan
Akuntan Indonesia seperti yang dikutip Wilopo (2006) menjelaskan kecurangan
akuntansi sebagai :
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan
pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Kecurangan akuntansi seperti tidak menaati aturan yang berlaku, memanipulasi data
atau informasi, penghilangan maupun pemalsuan dokumen dan mark-up adalah
kecurangan yang sering dilakukan oleh perusahaan.
Meningkatnya kecurangan pelaporan keuangan disatu sisi menguntungkan pelaku
bisnis dengan mengungkapkan pendapatan usaha lebih dari yang sebenarnya sehingga
kondisi keuangan perusahaan kelihatan baik di mata publik, tetapi pada sisi lain
merugikan publik selaku pemegang kepentingan yang sangat menggantungkan
keputusan ekonominya dari informasi laporan keuangan. Informasi keuangan yang
relevan dan bersih dari unsur fraud, akan melahirkan keputusan ekonomi yang tepat
bagi pihak ketiga sebaliknya informasi yang mengandung kecurangan akan sangat
menyesatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Di Indonesia, kecurangan akuntansi ditunjukkan dengan adanya beberapa bank yang
dilikuidasi, manajemen BUMN dan perusahaan swasta yang dipidanakan, manipulasi
pajak, kasus kejahatan perbankan, maraknya korupsi yang terjadi di DPR sampai
korupsi yang terjadi di tubuh komisi penyelenggara pemilu.Walaupun kecurangan
akuntansi sudah banyak terjadi di Indonesia dan telah mengakibatkan kerugian bagi
banyak pihak, namun masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait dengan masalah
ini.
Harahap (1998:297) mengatakan bahwa rasio keuangan adalah “angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”Dengan adanya
penelitian yang menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk melakukan kecurangan,
publik akan lebih mudah mendapat informasi yang tepat mengenai kecurangan yang
terjadi.
Daftar sanksi yang dikeluarkan oleh Bapepam merupakan bukti nyata bahwa dunia
bisnis di Indonesia tidak terlepas dari banyaknya kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang terkena sanksi tersebut. Bapepam menjatuhkan
sanksi kepada perusahaan ataupun individu yang terbukti melakukan pelanggaran di
bidang pasar modal sesuai dengan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 mengenai Pasar Modal. Dalam Undang undang pasar modal juga diatur
mengenai keharusan bagi perusahaan yang akan menawarkan atau menjual saham
kepada masyarakat untuk menginformasikan secara benar fakta material yang ada
dalam perusahaannya.
Salah satu motivasi penelitian ini dilakukan adalah adanya kontradiksi hasil penelitian
antara peneliti satu dengan peneliti yang lain. Kontradiksi tersebut terjadi antara hasil
penelitian untuk variabel-variabel yang berpengaruh pada kecenderungan terjadinya
kecurangan di suatu perusahaan. Perbedaan hasil tersebut terjadi antara penelitian
yang dilakukan oleh Rangga dan Mukhlasin (2008) dengan penelitian yang dilakukan
oleh Salman (2007). Rangga dan Mukhlasin (2008) tidak menemukan bahwa financial
leverage tidak berpengaruh signifikan kepada kecenderungan suatu perusahaan untuk
melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan Salman (2007) menemukan bahwa
financial leverage merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi kecenderungan
suatu perusahaan melakukan kecurangan. Dalam penelitiannya, Salman (2007) juga
menyimpulkan bahwa activity, profitability, growth, assets composition, dan liquidity
merupakan faktor-faktor signifikan yang dapat digunakan untuk Mengidentifikasi
faktor-faktor yang berkaitan dengan kecuranga pelaporan keuangan.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ukuran perusahaan juga salah satu
faktor signifikan mempengaruhi kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi. Hal
ini pernah diteliti oleh Lou dan Wang (2009) yang menyatakan bahwa “firm size
negatively correlates with fraud”. Persons (1999) dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti bertujuan ingin
mengembangkan dan menguji model kecurangan akuntansi yang dipengaruhi oleh
financial laverage, firm size dan rasio profitabilitas. Objek penelitian ini adalah
perusahaan publik di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, maka timbul
permasalahan sebagai berikut :
Apakah financial laverage, firm size dan rasio profitabilitas berpengaruh terhadap
kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada perusahaan publik di Indonesia?
1.3 TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh financial laverage,firm size dan rasio profitabilitas terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan publik di Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Rasio Keuangan
Rasio keuangan pada dasarnya merupakan suatu informasi yang menggambarkan
hubungan akun-akun dalam laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan
perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir
2000:54).
Purwanti (2005: 23) menyebutkan analisis rasio adalah suatu cara untuk menganalisis
laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah
dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Rasio
merupakan titik awal, bukan titik akhir (Purwanti, 2005). Hal ini bararti bahwa rasio
digunakan sebagai langkah awal untuk menganalisa suatu kejadian yang kemudian
akan dilakukan investigasi lebih lanjut mengenai hal-hal lain dari kejadian tersebut.
Penganalisa finansial dalam mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat
melakukannya dengan dua macam pembanding (Riyanto, 2001:329), yaitu:
1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang
lalu (history ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang
akan datang dari perusahaan yang sama.
2) Membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio ratarata/ rasio standard)
untuk waktu yang sama.
Menurut Munawir (2000: 68) , angka rasio dapat dibedakan menjadi tiga menurut
sumber datanya, antara lain:
a. Rasio-rasio Neraca (balance sheet ratio)
Adalah semua rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca
(misalnya: current ratio, acid test ratio).
b. Rasio-rasio Laporan laba rugi (income statement ratio)
Yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari
Laporan laba rugi (misalnya: gross profit margin, net
operating margin, operating ratio, dan sebagainya).
c. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio)
Adalah semua angka rasio yang datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari
Laporan laba rugi (misalnya: inventory turnover, capital turnover, sales to fixed
assets, dan sebagainya).
Sedangkan menurut Ang (1997: 18,23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan
menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo. Rasio likuiditas terdiri dari:current ratio, quick ratio dan
net working capital.
2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam
memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari:total asset
turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover,inventory turnover,
average collection period (day’s sales inaccounts receivable) dan day’s sales in
inventory.
3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.
Rasio ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin,operating return on
assets, ROA, ROE, dan operating ratio.
4) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perisahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan rasio
pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh
keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: debtratio, debt to equity ratio, long-term
debt to equity ratio, long term debt tocapitalization ratio, time interest earned, cash
flow interest coverage, cashflow to net income,dan cash return on sales.
5) Rasio Pasar (Market Ratios)
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis
per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividendper share, earning per
share, dividend payout ratio, price earning ratio,book value per share, dan price to
book value.
2.1.2. Kecurangan Akuntansi (Accounting Fraud)
Salah satu bentuk kecurangan yang sering terjadi di perusahaan terbuka di Indonesia
adalah kecurangan akuntansi (fraud accounting). Ikatan Akuntan Indonesia (2001)
menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi
pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan)
berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Definisi
dari IAI yang tidak menyebutkan secara langsung bahwa kecurangan akuntansi
merupakan kejahatan berlawanan dengan pernyataan Sutherland (1940) sebagaimana
yang dikutip oleh Geis dan Meier (1977:40) yang menganggap kecurangan akuntansi
sebagai sebuah kejahatan. Sutherland mengkategorikan kecurangan akuntansi sebagai
kejahatan kerah putih (white-collar crime). Sutherland menjelaskan bahwa kejahatan
kerah putih dalam dunia bisnis diantaranya adalah manipulasi di pasar modal, salah
saji atas laporan keuangan, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap
oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak,serta
kebangkrutan.
Kecurangan akuntansi juga sering didefiniskan sebagai kecurangan pelaporan
keuangan. Financial statement fraud didefinisikan berbeda-beda oleh para pakar dan
akademisi. Elliot dan Willingham (1980:4) melihat kecurangan pelaporan keuangan
sebagai sebuah kecurangan manajemen melalui pernyataannya yang menyebutkan
bahwa kecurangan yang sengaja dilakukan oleh manajemen yang merugikan para
investor dan kreditor melalui penyajian laporan keuangan yang salah. Taylor dan
Glezen (1997: 135) mendefinisikan kecurangan pelaporan keuangan sebagai suatu
tindakan disengaja yang menghasilkan salah
saji material yang menyesatkan agar laporan keuangan terlihat lebih baik dari yang
sebenarnya. Selain para investor dan kreditor, kecurangan pelaporan keuangan juga
merugikan auditor, karyawan dan juga kompetitor. Kecurangan pelaporan keuangan
menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik dari keadaan perusahaan sebenarnya.
Hal ini dapat menyebabkan para pemegang kepentingan perusahaan yang melakukan
kecurangan melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Schilit (1993:191) mengidentifikasi tujuh kategori besar shenanigans (istilah lain
kecurangan pelaporan keuangan antara lain : “(1) recording revenue before it is
earned, (2) creating fictitious income, (3) boosting profits with nonrecurring
transactions, (4) shifting current expenses to a latter period, (5) failing to record or
disclosure liabilities, (6) shifting current income to a later period, and (7) shifting
future expenses to an earlier period.”. Taylor dan Glezen (1997: 137-138)
menjelaskan faktor-faktor yang digunakan auditor untuk menetapkan terjadinya
kecurangan akuntansi atau kecurangan laporan keuangan meliputi:
1. Karakteristik Manajemen
a. Kompensasi manajemen didasarkan pada sasaran hasil operasi atau posisi keuangan
yang tidak masuk akal.
b. Manajemen tidak menunjukkan dan mengkomunikasikan suatu sikap yang yang
baik terhadap pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan
c. Manajemen berusaha untuk meningkatkan harga saham atau trendearning dengan
cara praktek akuntansi yang agresif.
d. Tingkat perputaran manajemen terutama manajer senior dan anggota dewan adalah
tinggi.
e. Manajemen dan pihak auditor (sekarang atau sebelumnya) mempunyai hubungan
yang tidak baik.
2. Kondisi Industri
a. Adanya persyaratan akuntansi yang baru, undang-undang, atau peraturan
yang mempengaruhi stabilitas atau profitabilitas dari entitas.
b. Tingkat persaingan atau kompleksitas pasar yang menyebabkan
penurunan marjin.
c. Arah perubahan dalam industri satuan usaha adalah menurun dengan
disertai banyak kegagalan bisnis.
d. Tingkat perubahan dalam industri satuan usaha adalah cepat yang
meliputi permintaan (demand) konsumen/pelanggan, teknologi, atau
keusangan produk.
3. Karakteristik Operasi dan Kestabilan Keuangan
a. Klien berada dalam tekanan yang signifikan untuk mendapatkan modal yang
dibutuhkan bagi penelitian atau pengeluaran modal yang besar.
b. Laporan keuangan didasarkan pada estimasi yang subyektif.
c. Struktur keuangan klien mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap
perubahan tingkat bunga.
d. Klien dihadapkan pada masalah kebangkrutan.
e. Klien telah melaporkan pertumbuhan earning, namun tidak dapat
menghasilkan arus kas dari operasi.
f. Transaksi kompleks yang tidak biasa terjadi mendekati akhir tahun.
2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi
2.3.1. Financial Leverage
Menurut Salman (2002), Leverage yang mempunyai istlah solvency dalam literatur
digunakan untu menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio financial leverage
dapat dihitung dengan mencari perbandingan antara total kewajiban dengan total aset
dari suatu perusahaan. Dari formula tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari
perhitungan memperlihatkan seberapa besar total aset perusahaan dapat menutup
seluruh kewajiban perusahaan. Berbeda dengan
rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
jangka pendeknya, rasio financial leverage mengukur sejauh mana perusahaan
menggunakan utang jangka panjangnya. Weston dan Copeland (2009)
mengemukakan bahwa penggunaan hutang
akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena dengan menggunakan
lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri maka beban tetap yang ditanggung
perusahaan tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan profitabilitas menurun.
Definisi lain diberikan oleh Riyanto (1995) seperti yang dikutip oleh Dewi(2010: 42)
yang menyatakan bahwa financial leverage merupakan penggunaan dana yang
disertai biaya tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap
dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage)
atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut
lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage
merugikan (unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap
yang harus dibayar (Riyanto, 1995:375-376).
Dalam hubungannya dalam kecurangan pelaporan keuangan Persons (1999:40) seperti
yang dikutip dalam Salman (2002) mengemukakan bahwa leverage yang lebih besar
dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan pelanggaran
terhadap perjanjian kredit dan kemampuan yang lebih rendah untuk memperoleh
tambahan modal melalui pinjaman. Perusahaan dengan leverage yang tergolong tinggi
akan dinilai kurang baik oleh investor dan kreditor. Untuk menarik kembali
kepercayaan investor dan kreditor, maka perusahaan dengan leverage yang tergolong
tinggi akan melakukan cara untuk menurunkan angka leverage termasuk
memanipulasi laporan keuangan yang akan dijadikan dasar oleh pihak investor
maupun kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan.
2.3.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) dalam Dewi (2010: 41-42) ukuran perusahaan
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi
untuk alasan yang berbeda:
Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke
pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka
memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat
menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan
kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga
sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi
secara signifikan.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak
keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk
hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang
ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin
besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan
preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.
Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya,
ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur
keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf
khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem
akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.Terdapat beberapa cara untuk
mengukur ukuran perusahaan, salah satunya
yaitu berdasarkan total aktiva perusahaan tersebut. Hal ini didukung oleh Jin dan
Machfoedz (1998) yang dikutip oleh Asari (2010), menyatakan bahwa ukuran
perusahaan dapat diketahui dari total aktiva perusahaan, semakin besar total aktiva
tersebut, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Ukuran perusahaan merupakan informasi penting untuk pihak internal maupun
eksternal perusahaan karena ukuran perusahaan dapat menunjukkan berbagai
informasi perusahaan yang dibutuhkan oleh stakeholder. Perusahaan yang lebih besar
cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding
dengan perusahaan yang lebih kecil (Gunawan, 2000). Hubungan ukuran perusahaan
dengan kecenderungan perusahaan untuk melakukan kecurangan pernah diteliti oleh
Rangga dan Mukhlasin (2008) dan mereka mendapat kesimpulan bahwa perusahaan
yang melakukan kecurangan mempunyai rata-rata nilai aset yang lebih besar daripada
perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Dari hasil penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa ukuran perusahaan harus benar-benar diperhatikan oleh publik sebelum
membuat sebuah keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.
2.3.3. Rasio Profitabilitas
Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Ang (1997: 18.23) menjelaskan bahwa rasio rentabilitas atau rasio
profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Menurut Salman (2007) rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Brigham
dan Westen (1990) dalam Asari (2010) menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah
rasio yang mengukur tingkat efektivitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. Pernyataan ini didukung
oleh Weston dan Coepeland (1995: 237) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas
mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan
dari penjualan dan investasi. Selain itu manfaat lain dari rasio profitabilitas adalah (1)
mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu, (2) mengetahui laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri, dan (3) mengetahui produktivitas dari seluruh
dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Manfaat rasio profitabilitas sebagai salah satu indikator perusahaan dalam
memperoleh laba sangat bermanfaat bagi investor yang akan menginvestasikan
modalnya ke perusahaan tersebut. Pengukuran rasio profitabilitas dapat melalui
beberapa hal yang berbeda, namun tetap dalam dimensi yang sama.
Menghubungkan antara profit dengan sales merupakan salah satu cara untuk
mengukur residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran lainnya
adalah melalui perhitungan Return On Investment (ROI) atau disebut juga Return On
Assets (ROA) yang merupakan rasio untuk menunjukkan hasil (return) atas jumah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Profitabilitydapat juga dikur
dengan menghitung rasio Return On Equity (ROE) yangmerupakan alat ukur untuk
mengukur kemempuan perusahaan menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan
laba. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal sendiri
oleh perusahaan. Return On Equity yang positif menunjukkan bahwa dari total ekuitas
yang dipergunakan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila
Return On Equity negatif menunjukkan bahwa dari total ekuitas yang dipergunakan,
perusahaan mendapatkan kerugian. Sehingga perusahaan dengan rasio profitabilitas
yang rendah akan lebih cenderung untuk melakukan kecurangan. Selain itu, rasio
profitabilitas juga diukur dengan pendekatan ReturnOn Sales yang dapat berupa rasio
gross margin, operating margin, profit margin. Profit Margin digunakan untuk
mengukur kontrol biaya perusahaan. Semakin tinggi, kontrol biaya perusahaan
semakin bagus di seluruh departemen. Profit Margin atau margin laba atas penjualan,
rasio in imengukur jumlah laba bersih per nilai Rupiah penjualan. Rasio ini
memberikan pengukuran dari net income dibagi penjualan. Profitabilitas juga dapat
menjadi salah satu faktor pengukur untuk mengidentifikasi adanya kecurangan
akuntansi di suatu perusahaan publik. Tingkat profitabilitas yang rendah akan menjadi
salah satu faktor pendorong adanya kecurangan pada laporan keuangan perusahaan.
Financial Laverage Firm Size
Rasio Profitabilitas
KecuranganAkuntansi
Seperti pada penelitian Summers dan Sweeney (1998: 136) yang menyatakan bahwa
apabila ekspektasi untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat profitabilitas
masa lalu tidak dapat dipenuhi oleh kinerja aktualnya, memberikan motivasi bagi
adanya pelanggaran kecurangan pelaporan keuangan. Pelanggaran terhadap laporan
keuangan tersebut dimaksudkan agar publik melihat perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik dan mampu untuk menghasilkan profit yang besar.
2.4 Kerangka Berfikir
Berdasarkan gambar di bawah kerangka berpikir dalam penelitian skripsi ini adalah
untuk menguji variabel bebas yang terdiri dari financial leverage, komposisi aset,
ukuran perusahaan dan rasio profitabilitas terhadap variabel terikat yaitu kecurangan
akuntansi pada perusahaan yang telah go public di Bursa Efek Indonesia untuk periode
2008-2010.