propaagasiiii 5a

9
1. Carilah sebuah artikel yang membahas tentang tenaga kerja dalam suatu usahatani. Berilah komentar terhadap topik tersebut. Penjelasaan terkait topik yang diangkat dalam artikel ilmiah ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani kedelai di Lamunti (Kalimantan Tengah) di dalamnya bersamaan antara tenaga fisik dengan traktor tangan, input energi yang digunakan cukup tinggi yakni sekitar 182914.26 kkal/ha atau setara 765.68 MJ/ha. Hal ini membuktikan bahwa efisiensi dari tingkat usahatani masih rendah karena teknologi seperti mekanisasi dalam bidang pertanian di Indonesia masih kurang efisien. Selain itu juga umumnya di Indonesia sebelum melakukan usa- hatani baik di lahan sawah maupun di lahan kering, dilakukan pengolahan tanah yang dimulai dari pembersihan rerumputan dengan cara menebas atau menyemprot dengan herbisida. Demikian juga untuk berusahatani di lahan pasang surut dalam mempersiapkan lahan hingga tanah siap ditanami, tenaga kerja (energi fisik) yang digunakan > 90%, sedangkan traktor sebagai alat untuk mengolah tanah agar mudah ditanami mengkonsumsi energi relatif kecil, sehingga intensitas pemanfaatan mesin sebagai upaya teknologi yang di rancang untuk efisiensi energy tenaga kerja masihlah tergolong rendah. Sedangkan di di beberapa negara maju, usaha pertanian telah dilakukan dengan full mechanization, sehingga konsumsi energi fisik langsung tidak besar, seperti yang disebut Guruswany et al. (1992), bahwa pengolahan tanah di lahan sawah tadah hujan mengkonsumsi energi sebesar 45-63% dari total energi. Selanjutnya Pimentel

Upload: barry-muwardi

Post on 05-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pro

TRANSCRIPT

Page 1: PROPAAGASIIII 5a

1. Carilah sebuah artikel yang membahas tentang tenaga kerja dalam suatu usahatani.

Berilah komentar terhadap topik tersebut.

Penjelasaan terkait topik yang diangkat dalam artikel ilmiah ini menunjukkan bahwa

kegiatan usahatani kedelai di Lamunti (Kalimantan Tengah) di dalamnya bersamaan antara

tenaga fisik dengan traktor tangan, input energi yang digunakan cukup tinggi yakni sekitar

182914.26 kkal/ha atau setara 765.68 MJ/ha. Hal ini membuktikan bahwa efisiensi dari

tingkat usahatani masih rendah karena teknologi seperti mekanisasi dalam bidang pertanian

di Indonesia masih kurang efisien. Selain itu juga umumnya di Indonesia sebelum melakukan

usahatani baik di lahan sawah maupun di lahan kering, dilakukan pengolahan tanah yang

dimulai dari pembersihan rerumputan dengan cara menebas atau menyemprot dengan her-

bisida. Demikian juga untuk berusahatani di lahan pasang surut dalam mempersiapkan lahan

hingga tanah siap ditanami, tenaga kerja (energi fisik) yang digunakan > 90%, sedangkan

traktor sebagai alat untuk mengolah tanah agar mudah ditanami mengkonsumsi energi relatif

kecil, sehingga intensitas pemanfaatan mesin sebagai upaya teknologi yang di rancang untuk

efisiensi energy tenaga kerja masihlah tergolong rendah. Sedangkan di di beberapa negara

maju, usaha pertanian telah dilakukan dengan full mechanization, sehingga konsumsi energi

fisik langsung tidak besar, seperti yang disebut Guruswany et al. (1992), bahwa pengolahan

tanah di lahan sawah tadah hujan mengkonsumsi energi sebesar 45-63% dari total energi.

Selanjutnya Pimentel (2009b), menyebutkan penggunaan waktu untuk kegiatan usaha

pertanian sekitar 1200 J/ha.

Mekanisasi mengurangi tenaga kerja manusia secara nyata, tapi tidak memberi

kontribusi peningkatan hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

menggunakan sedikit teknologi mekanisasi akan meningkatkan konsumsi energi fisik, dimana

alat dan mesin traktor sebagai tenaga pengolah tanah dalam usahatani kedelai di lahan sulfat

masam bergambut memberi masukan energi sebesar 7.23%. Hal ini berdampak pada durasi

waktu kerja yang dilakukan untuk menyelesaikan proses produksi relatif panjang.

Produktivitas energi pada dasarnya ditentukan oleh tingkat pemakaian sarana produksi, se-

makin tinggi masukan energi kimia dalam proses produksi akan semakin rendah nilai

produktivitas energi. Rendahnya efisiensi energi karena rendahnya output energi yang

dihasilkan dan tingginya tingkat pema-kaian energi kimia setiap hektarnya. Untuk

meningkatkan produksi kedelai seharusnya pemakaian sarana produksi yang berasal dari

bahan kimia (pupuk, anorganik, pestisida dan herbisida) lebih efisien.

Page 2: PROPAAGASIIII 5a

2. Sumberdaya manusia adalah suatu penentu keberhasilan suatu usahatani di jalankan.

Masalah-masalah apa saja yang terjadi dalam ketenagakerjaan usahatani di Indonesia

Faktor lain yang mempengaruhi ketenagakerjaan pertanian adalah tingkat pendidikan petani

mayoritas yang masih rendah sehingga kapasitas dan kapabilitas petani sebagai tenaga kerja

yang handal masih sangat jarang sehingga yang terjadi adalah kemajuan dalam pengelolaan

usahatani menjadi belum maksimal,baik segi kualitas mapun kuantitas hasil produksi. Lebih

lanjut yang menyebabkan masalah terkait ketenagakerjaan usahatani adalah berbagai faktor

masalah sebagai berikut ini :

Kurangnya Rangsangan.

Perasaan ketidakmerataan dan ketidakadilan akses pelayanan usahatani kepada penggerak

usahatani (access to services) sebagai akibat kurang diperhatikannya rangsangan bagi

penggerak usahatani tersebut dalam tumbuhnya lembaga-lembaga sosial (social capital).

Kurangnya rangsangan menyebabkan tidak adanya rasa percaya diri (self reliances) pada

petani pelaku usahatani akibat kondisi yang dihadapi. Sebaiknya, untuk menghasilkan output

seperti yang diharap, penggerak usahatani seperti petani berhak mendapat pengetahuan atau

rangsangan yang lebih terhadap tumbuhnya lembaga-lembaga yang merupakan salah satu

jalan usahatani dapat berkembang dan berjalan dengan baik (Fadholi, 1981).

Masalah Transformasi dan Informasi.

Pelayanan publik bagi adaptasi transformasi dan informasi terutama untuk petani pada

kenyataannya sering menunjukkan suasana yang mencemaskan. Di satu pihak memang

terdapat kenaikan produksi, tetapi di lain pihak tidak dapat dihindarkan akan terjadinya

pencemaran lingkungan, yaitu terlemparnya tenaga kerja ke luar sektor pertanian yang tidak

tertampung dan tanpa keahlian dan ketrampilan lain. Dapat juga terjadi ledakan hama

tanaman karena terganggunya keseimbangan lingkungan dan sebagainya akibat dari

kurangnya informasi mengenai hal tersebut. Sedangkan untuk mengatasi masalah

transformasi dan informasi harga karena belum adanya kemitraan, maka diusahakan

pemecahannya melalui temu usaha atau kemitraan antara petani dengan pengusaha yang

bergerak di bidang pertanian serta penanganan pemasaran melalui Sub Terminal Agribisnis

Page 3: PROPAAGASIIII 5a

(STA). Khusus untuk pembelian gabah petani sesuai harga dasar setiap tahun dicairkan dana

talangan kepada Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) (Fadholi, 1981).

Luasan Usaha yang Tidak Menguntungkan.

Secara klasik sering diungkapkan bahwa penyebab utama ketimpangan pendapatan dalam

pertanian adalah ketimpangan pemilikan tanah. Hal ini adalah benar, karena tanah tidak

hanya dihubungkan dengan produksi, tetapi juga mempunyai hubungan yang erat dengan

kelembagaan, seperti bentuk dan birokrasi dan sumber-sumber bantuan teknis, juga pemilikan

tanah mempunyai hubungan dengan kekuasaan baik di tingkat lokal maupun di tingkat yang

lebih tinggi. Luas lahan sawah cendrung berkurang setiap tahunnya akibat adanya alih fungsi

lahan yang besarnya rata-rata 166 Ha per tahun. Pemilikan lahan sawah yang sempit dan

setiap tahunnya yang cendrung mengalami pengurangan maka peningkatan produksi

pertanian dilaksanakan melalui usaha intensifikasi dan diversifikasi pertanian (Fadholi,

1981).

Belum Mantapnya Sistem dan Pelayanan Penyuluhan.

Peran penyuluh pertanian dalam pembangunan masyarakat pertanian sangatlah diperlukan.

Dalam arti bahwa peran penyuluh pertanian tersebut bersifat ‘back to basic’, yaitu penyuluh

pertanian yang mempunyai peran sebagai konsultan pemandu, fasilitator dan mediator bagi

petani. Dalam perspektif jangka panjang para penyuluh pertanian tidak lagi merupakan

aparatur pemerintah, akan tetapi menjadi milik petani dan lembaganya. Untuk itu maka

secara gradual dibutuhkan pengembangan peran dan posisi penyuluh pertanian yang antara

lain mencakup diantaranya penyedia jasa pendidikan (konsultan) termasuk di dalamnya

konsultan agribisnis, mediator pedesaan, pemberdaya dan pembela petani, petugas

profesional dan mempunyai keahlian spesifik (Fadholi, 1981).

Lemahnya Tingkat Teknologi.

Produktifitas tenaga kerja yang relatif rendah (productive and remmunerative employment)

merupakan akibat keterbatasan teknologi, keterampilan untuk pengelolaan sumberdaya yang

Page 4: PROPAAGASIIII 5a

effisien. Sebaiknya dalam pengembangan komoditas usahatani diperlukan perbaikan dibidang

teknologi. Seperti contoh teknologi budidaya, teknologi penyiapan sarana produksi terutama

pupuk dan obat-obatan serta pemacuan kegiatan diversifikasi usaha yang tentunya didukung

dengan ketersediaan modal (Fadholi, 1981).

Aspek sosial dan ekonomi, yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani

Permasalahan sosial yang juga menjadi masalah usahatani di Indonesia yaitu masalah-

masalah pembangunan pertanian di negara-negara yang sedang berkembang bukan semata-

mata karena ketidaksiapan petani menerima inovasi, tetapi disebabkan oleh ketidakmampuan

perencana program pembangunan pertanian menyesuaikan program-program itu dengan

kondisi dari petani-petani yang menjadi “klien” dari program-program tersebut. Kemiskinan

adalah suatu konsep yang sangat relatif, sehingga kemiskinan sangat kontekstual. Agar

bantuan menjadi lebih efektif untuk memperkuat perekonomian petani-petani miskin,

pertama-tama haruslah menemukan di mana akar permasalahan itu terletak, disamping akar

permasalahan itu sendiri (Kasryno, 1984).

3. Menurut Anda, bagaimana seharusnya mengatasi permasalahan tersebut ? Jelaskan !

Teknologi

Penerapan tenologi baru dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan

produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan penggunaan

teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan dapat lebih

efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan produktivitas

yang tinggi. Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian

kadang-kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap

sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu

perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas

menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi

barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas.

Inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah

Page 5: PROPAAGASIIII 5a

dikenal sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru. Sehingga walapun dengan sumberdaya

tenaga kerja yang minim tidak menjadi masalah dalam pengelolaan usaha tani

Fasilitas Kredit

Kredit adalah modal pertanian yang yang diperoleh dari pinjaman. Pentingnya peranan kredit

disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi

non-alami (buatan manusia) yang persediannya masih sangat terbatas terutama di negara-

negara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk

memperluas tanah pertanian. Sehingga dengan terakomodasinya petani dalam penyediaan

kredit untuk modal usaha dapat menstimulus petani untuk tetap menjalankan usaha tani dan

tidak beralih ke sektor profesi lainnya yang dianggap lebih menguntungkan.

Kebijakan pemerintah

Dalam hal ini pemerintah sebagai pemangku kebijakan diharapkan lebih aktif dan profesional

dalam mengatasi yang ada terkait ketenagakerjaan usahatani seperti regulasi kebijakan

terkait lahan sebagai areal untuk usahatani. Pemerintah dituntut untuk mengatur tentang lahan

yang harus digunakan untuk pertanian dan secara tegas melakukan upaya perlindungan serta

pemantauan agar lokasi yang seharusnya menjadi lahan pertanian tidak dikonversi menjadi

penggunaan lain yang bersifat non-pertanian.

Akomodasi akses informasi

Ketersediaan sarana komunikasi menjadi sangat penting untuk interaksi sosial dan

komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan

masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola

kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek

budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan

terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan

swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang

mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal

karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.

Page 6: PROPAAGASIIII 5a

DAFTAR REFERENSI

Fadholi, Hermanto. 1981. Bahan Bacaan Pengantar Ekonomi Pertanian. Bogor : Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian Fakultas Politeknik Pertanian Bogor

Guruswany T, Murphy GRK, Desai SR, Mathew M, and M Veevaangound. 1992. Energy use pattern for dryland crops an Mansalapur village. A Case Study. Journal of Agricultural Engineering (ISAE), 2(3): 164-170

Kasryno, Faisal. 1984. Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta : Yayaysan Obor Indonesia.

Pimentel D. 2009b. Energy input in the agriculture production. Monthly Review: 61(03)