promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
DESCRIPTION
TugasTRANSCRIPT
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Promosi Kesehatan adalah suatu proses membantu individu dan masyarakat meningkatkan
kemampuan dan ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang berpengaruh pada
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya (WHO).
Hubley ( 2002 ) mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan ( health empowerment), sadar
kesehatan ( health literacy ) dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam
kerangka pendekatan yang komprehensif.
Sehubungan dengan implementasi konsep pemberdayaan masyarakat, maka konsep promosi
kesehatan berkembang menjadi 2 dimensi,yaitu :
1. Bersifat konvensional
Masih diletakkan/diutamakan pada upaya pencegahan penyakit melalui pengelolaan gaya
hidup atau pengendalian vektor
2. Bersifat radikal
Promosi kesehatan dilakukan melalui upaya pemberdayaan dan advokasi, sehingga
pendekatan promkes bukan hanya pendekatan dari atas kebawah, namun dari bawah ke atas
( bottom up ).
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok
komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai
subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat
atau obyek saja.
Secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat
melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan
pengorganisasian masyarakat.
Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan
mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya
banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,
kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi
sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku
masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang
menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Contoh yang kita temui dimasyarakat
seperti, anak tidak boleh sekolah, ibu hamil tidak boleh makan telor, yang membicarakan
rencana pembangunan desa hanya kaum laki-laki saja, dan masih banyak lagi yang dapat kita
temui dimasyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling
mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. Disini
masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi,
merencanakan kegiatan, dan lain-lain. Lembaga-lembaga adat yang sudah ada sebaiknya
perlu dilibatkan karena lembaga inilah yang sudah mapan, tinggal meningkatkan
kemampuannya saja.
Langkah-langkah dalam pemberdayaan masyarakat :
1. Merancang keseluruhan program, termasuk kerangka waktu kegiatan, ukuran
program, serta memberikan perhatian pada kelompok marginal.
2. Menetapkan tujuan
3. Memilih strategi pemberdayaan
4. Implementasi strategi dan manajemen.
5. Evaluasi program.
Dalam pemberdayaan diperlukan pengorganisasian masyarakat,Rothman (1987)
mengkategorikan pengorganisasian masyarakat menjadi 3 yaitu :
1. Locality development
2. Social planning
3. Social action
Pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat harus berperan aktif/berpartisipasi dalm
setiap kegiatan.Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan ,maka partisipasi harus
ditumbuhkan.Terdapat 5 cara menumbuhkan partisipasi,yaitu :
1. Terapi pendidikan
2. Strategi perubahan prilaku
3. Penambahan staf
4. Kooptasi
5. Strategi kekuatan masyarakat.
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :
1. Adanya saling percaya antar anggota masyarakat
2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program
yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang
memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan
kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
Ø Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
Ø Program lingkungan sehat
Ø Program upaya kesehatan
Ø Program pengembangan sumber daya kesehatan
Ø Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
Ø Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Ø Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Strategi Utama
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi
masyarakat setempat tanpa bergantung pada bantuan dan luar.
Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya top-down
intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan
kegiatan swadaya, akan tetapi yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama
yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang
menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-
usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
Pola pendekatan yang paling efektif untuk memberdayakan masyarakat adalah the inner
resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu
mengidentifikasi keinginan maupun kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan
pemerintah dan badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik
masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan potensi yang mereka miliki.
CONTOH KASUS
Penyakit DBD (demam berdarah dengue) masih menjadi masalah nasional. Tidak ada cara
lebih ampuh untuk mengakselerasi upaya pemberantasan penyakit DBD selain dengan cara
memberdayakan masyarakat.
Permasalahan kesehatan (DBD) masih terus menjadi hal yang mengancam, di tengah-tengah
perubahan lingkungan yang tidak menentu. Untuk itu, sudah sewajarnya setiap individu
dituntut kesadaran penuh untuk berdaya hidup secara sehat. Apalagi saat ini, penyebaran
penyakit menular masih merupakan problem tersendiri yang tidak boleh diremehkan.
Atas dasar itulah, kiranya tidak berlebihan bila Depkes R.I. memiliki visi
membangun “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.” Harapannya, tentu di masa
depan, rakyat Indonesia diharapkan dapat mandiri, sadar, mau dan mampu mencegah serta
mengatasi ancaman kesehatan, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong
royong.
Strategi utama yang ditetapkan untuk mencapai visi dan misi tersebut adalah menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD
merupakan kunci keberhasilan upaya pemeberantasan penyakit DBD. Untuk mendorong
meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya-upaya KIE, social marketing, advokasi
dan berbagai penyuluhan dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan melalui
berbagai media massa dan sarana.
Selain itu, peran sektor terkait sangat menentukan sekali dalam pemberantasan penyakit
DBD. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi stakeholder baik sebagai mitra maupun
pelaku merupakan langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudakan
kemitraan. Jejaring kemitraan dilaksanakan melalui pertemuan berkala guna memadukan
berbagai sumber daya masing-masing mitra. Pertemuan berkala dilaksanakan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program.
Yang tidak boleh dilupakan adalah terkait dengan peningkatan profesionalisme pengelola
program DBD. Yakni pengetahuan mengenai bionomic vektor, virologi, faktor perubahan
iklim, penatalaksaan kasus harus dikuasai oleh pengelola program sebagai landasan dalam
menyusun program pemberantasan DBD, sehingga diperlukan adanya peningkatan SDM.
Terkait dengan usaha untuk kesuksesan strategi utama pemberdayaan masayarakat dalam
penanggulangan DBD ini, maka di sini diperlukan perencanaan adanya pokok dan bentuk
kegiatan nyata yang dilakukan oleh kelompok pemberdayaan yang ada di masyarakat.
Berikut ini merupakan pokok-pokok kegiatan yang mestinya dilakukan dalam kelompok
pemberdayaan masyarakat tersebut. Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang meliputi
penemuan kasus, pengobatan penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi
dengan baik.
Kedua, melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat kasus
penderita DBD. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan penanggulangan
fokus terhadap kasus DBD.
Ketiga, adanya penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat, melakukan pemantauan jentik
secara berkala, melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan melakukan pertemuan kelompok
kerja DBD secara lintas sektor dan program.
Keempat, melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) yang dilaksanakan
sebelum bulan-bulan musim penularan penyakit DBD (data ini dapat kita peroleh dari data
tahun sebelumnya). Artinya, bulan musim penularan penyakit DBD dapat diketahui, bila
pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar terhadap terjadinya kasus DBD di suatu
daerah.
Kelima, dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar penyakit DBD, mulai dari gejala
penyakit DBD, cara pengobatan penderita yang terkena DBD, cara pencegahan penyakit
DBD, dan lainnya.
Jadi, tidaklah berlebihan kalau orang mengatakan bahwa strategi utama penanggulangan
DBD itu terletak pada sejauh mana keberhasilan pemerintah mampu melakukan upaya-upaya
pemberdayaan terhadap potensi yang ada di masyarakat. Dalam kasus penanggulangan DBD
ini, salah satu contohnya adalah pemberdayaan kelompok ibu rumah tangga. Sebab kelompok
ibu rumah tangga ini sangat besar perannya dalam kegiatan PSN dan menjaga kebersihan
lingkungan rumahnya.
kelebihan
meningkatkan dan mewujudakan kemitraan baik dengan tenaga kesehatan maupun
masyarakat
kekurangan
tidak efektif untuk masyarakat kalangan atas
pelaksanaan dari metode tergolong rumit
MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-20115Kegiatan identifikasi perilaku dapat dilakukan melalui pengumpulan data sekunder di Puskesmas, kantor Desa/Keluarahan setempat maupun pengambilan data primer dengan metode observasi, partisipattif, FGD, Survei/ Kunjungan Rumah dengan menggunakan kuesioner. Pada kegiatan Identifikasi Perilaku, dapat disusun kuesioner tersendiri atau dapat digabungkan dengan cheklistInspeksi Sanitasi.Beberapa hal penting yang harus diperoleh dalam melakukan identifikasi Perilaku dalam rangka melakukan Persiapan Kegiatan PemberdayaanMasyarakat adalah sebagai berikut : Siapa–orang yang diharapkan berubah Apa–tindakan atau perubahan dalam perilaku atau tindakan kesehatan yang ingin dicapai Berapa besar–tingkatan kondisi yang akan dicapai Kapan–waktu di mana perubahan diharapkan terjadi M
embuat instrumen secara sederhana dan lanjutPengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan identikasi perilaku dan dilakukan setelah dibuat rancangan /desain sesuai dengan permasalahan yang ada. Dalam rangka identifikasi Perilaku kita dapat menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.Instrumen ini dapat disusun secara sederhana maun Lanjut. Instrumen inidigunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk identifikasi perilaku tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut: 1)ValidValid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-
BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-201162)Reliabel Reliabel adalah konsistensi alat pengumpul data/ instrumen dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang merupakan contoh alat ukur yang tidak reliabel.b.Pengumpulan data primer dan sekunder untuk identifikasi perilakuData Primer (Primary Data)Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang)secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.Metode Survei (Survey Methods)-Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis.-Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan (responden untuk memperoleh data yang diperlukan.-Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, -Teknik yang digunakan adalah (1) wawancara, dan (2) kuesioner.WawancaraWawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden.-
Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden.-Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan responden.-Teknik ini terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemahan.-Teknik wawancara dapat dilakukan dengan (1) melalui tatap muka dan (2) melalui telepon.MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-20117Wawancara Tatap Muka Kelebihan teknik wawancara melalui tatap muka daripada melalui telepon atau pun kuesioner:-Memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan yang memerlukan waktu yang panjang.-Memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas masalah dan menjelaskan maksud penelitian kepada responden.-Partisipasi responden lebih tinggi dibandingkan teknik kuesioner.Kelemahannya :-Kemungkinan jawaban responden bias karena terpengaruh pewawancara.-Memerlukan banyak biaya dan tenaga jika jumlah responden relatif
banyak dan lokasi wawancara secara geografis terpencar.Wawancara dengan Telepon Kelebihan teknik ini dibandingkan tatap muka :-Dapat menjangkau responden yang letak geografisnya terpencar.-Biaya lebih murah dan tenaga yang diperlukan relatif sedikit serta waktu yang diperlukan lebih cepat.Kelemahannya :-Pewancara tidak dapat mengamati ekspresi responden yang pada kondisi tertentu diperlukan untuk menyakinkan apakah responden menjawab sesuai dengan fakta.-Ada kemungkinan diputuskan sewaktu-waktu jika responden keberatan untuk menjawab pertanyaan.-Tidak semua responden mempunyai telepon-Terbatasnya jumlah dan waktu untuk pertanyaan.-Teknik ini dapat dibantu dengan komputer untuk mencatat jawaban responden da secara otomatis jawaban responden akan disimpan dalam memori komputer. Computer-Asisted Telephone Interviewing umumnya memerlukan jawaban responden yang terstruktur berdasarkan program tertentu.-Kuesioner Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, antara lain : secara langsung disampaikan oleh peneliti, dikirim bersama paket atau majalah, diletakkan di tempat-tempat ramai, melalui pos faksimile atau komputer.Survei memerlukan data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai sarana pengambilan datanya. Jika dilakukan secara online MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL
-PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-20118melalui Internet, ada teknik-teknik yang berbeda dengan cara pengambilan data secara manual. Tulisan ini akan membahas strategi dan teknik dalam mencari dan mengumpulkan data primer di Internet, etika pencarian data, sumber-sumber data primer, validasi data, kendala dan solusi serta pertimbangan-pertimbangan lainnya.Kuesioner secara Personal Jika lokasi antar responden relatif berdekatan seperti dalam satu perusahaan, maka teknik merupakan cara yang sesuai. Teknik ini seperti halnya wawancara tatap muka, biayanya relatif mahal jika jumlah responden relatif banyak dan letak geografisnya terpencar.Kuesioner Lewat Pos Kusioneryang diajukan kepada responden dan jawabannyadikirim lewat pos.-Memungkinkan peneliti memperoleh jawaban dari responden yang terpencar letak geografisnya.-Jumlah pertanyaan yang diajukan relatif banyak yang tidak efisien jika diajukan melalu telepon.-Kelemahan utama teknik ini adalah responden tidak mengembalikan kembali kuesioner.-Teknik ini memiliki tingkat tanggapan (respon rate) yang paling rendah dibandingkan teknik pengumpulan data primer lainnya.-Kemungkinan jawaban responden tidak sesuai dengan konteks pertanyaan.
Metode Observasi Metode observasi adalah peroses pencatatan pola perilaku subyek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaanatau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.Kelebihan metode inidibandingkan metode survei adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari responbias. Metode ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku (subjek), benda atau kejadian (objek).Data Sekunder (Secondary Data)Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaansebagai MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-20119berikut: 1) Apakah kita memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2) Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan
penghematan waktu serta biaya.Pengambilan data sekunder tidak boleh dilakukan secara sembarangan, oleh karena itu kita memerlukan metode tertentu. Cara-cara pengambilan data dapat dilakukan secara a) manual, b) online dan c) kombinasi manual dan online.c.Tabulasidan pengumpulan data, serta analisis sederhana dalam rangka analisis perilakuAnalisis adalah kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang suatu situasi yang berguna untuk menetapkan masalah.AnalisisPerilaku bertujuan untuk :memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan, selain itu dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya Cara Analisis •Menggunakan informasi dari sistem informasi yang sudah ada. Misal laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada,survailans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.•Memanfaatkan data-data diperkirakan sudah cukup representatif untuk suatu daerah;•
Menggunakan berbagai pendekatan dan model: sistem, supply-demand, HL Blum, Milton Roemer, dll.•Memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan Tabulasi dan pengumpulan data secara sederhanaPengumpulan data secara sederhana dapat menggunakan format-format yang sudah baku/ tersedia atau dapat mengembangkan sendiri. Pengumpulan data secara sederhana dilakukan dengan tehnik wawancara dengan kepala rumahtangga atau anggota rumahtangga laindan Pengamatan langsung / observasilingkungan.Tabulasidata dilakukan secara manual maupun elektrika. Pengolahan :secara manual, elektrikal.Penyajian Data :•Deskriptif: narasi dengan kalimat yang tepat dan mencukupi MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-201110•Alat bantu:Tabel
DiagramGambar ModelIlustrasi Pokok Bahasan 2. PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKATa.Perencanaan sederhanaKegiatan-kegiatan komponen pemberdayaan masyarakat meliputi serangkaian kegiatan yang diawali dengan membangun kesadaran kritis masyarakat, pengorganisasian masyarakat hingga perencanaan partisipatif untuk penyusunan rencana tindak pengelolaan sampah berbasis komunitas dari, oleh dan untuk masyarakat.Penyusunan Perencanaan untuk kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dapat dituangkan dalam bentuk TOR atau KerangkaAcuan. Dimana di dalam Kerangka Acuan ini memuat : Siapa–orang yang diharapkan berubah : Apa–tindakan atau perubahan dalam perilaku atau tindakan kesehatan yang ingin dicapai, Berapa besar–tingkatan kondisi yang akan dicapai, Kapan–waktu di mana perubahan diharapkan terjadi, Metodeapa yang digunakan dalam pemberdayaan Masyarakat ini, serta pembiayaan yang dibutuhkan dalam rangka Pemberdayaan ini. b.Pengembangan materi sederhanaMateri yang digunakan dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dapat menggunakan materi yang sudah tersedia, atau bisa mengembangkan materi-
materi tersebut secara sederhana. Beberapa contoh materi yang bisa digunakan dalam kegiatan ini adalah : Kit MPA-PHASTSekolah,Kit MPA-PHAST bagi Pedagang Pasar, Kit MPA-PHAST Pengelolaan Higiene Sanitasi Makanan bagi Ibu Rumah Tangga, Kit MPA-PHAST Kantin Sekolah, Modul Pelatihan STOP BABS,Modul STBM, Modul PHBS, dsb. Selainitu materi dapat dikembangkan dengan menggali ide dari peserta pemberdayaan melalui Grand Tour dan dirangkum menjadi Mini Tour ( suatu ide permasalahan yang akan ddiskusikan).MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-201111Pada pelaksanaannya materi-materi ini sangat membantu di dalam proses kegiatan tersebut. c.Persiapan dan
pemeliharaanalat peragaSebelum pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dimulai, sebaiknya bahan dan alat peraga dipersiapkan terlebih dahulu misal : Kit MPA-PHAST, Gambar-gambar terkait dengan Kesehatan Lingkungan, Alat Peraga terkait dengan Kesehatan Lingkungan, Stiki Cloth, Kertas Flip Chart, Kertas tempel dan sebhagainya. Setelah kegiatan selesai, sebaiknya alat-alat tersebut disimpan pada tempat tertentu yang mudah diambil dan tersimpan secara rapi. Pokok Bahasan 3. PEMBERDAYAANMASYARAKATa.Pemberdayaan Individu secara umumPengertiannya adalah salah satu upaya fasilitasi yang bersifat tidak memerintah guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain. Pemberdayaan individu pada bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian individu dalam menemukan masalah kesehatan lingkungan di dalam keluarga, sekolah, pasar, dsb. Dan kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan orang lain. Salah satu strategi yang dikembangkan untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan lingkungan adalah melalui pendekatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat maupun Individu dapat dilakukan dengan berbagai metode dan topik. Beberapa kegiatan Pemberdayaan yang sudah dikembangkan di dalam ProgramKesehatan Lingkungan adalah : 1)
Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang terdiri dari lima pilar yaitu : STOP BABS, CTPS,PAMMRT, Pengelolaan Sampah RT yang Aman, Pengelolaan Limbah RT yang aman. 2)Pemberdayaan bagi anak sekolah dan Masyarakat Sekolah tentang Sekolah Sehat, dan Higine dan sanitasi Kantin MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-2011123)Pemberdayaan bagi Pedagang Pasar tentang Pasar Sehat 4)Pemberdayaan bagi ibu rumah tangga tentang Pengelolaan Higiene Sanitasi Makanan.5)Pemberdayaan tentang PHBS bagi anak sekolah, Masayarakat. Tidak menutup kemungkinan kegiatan pemberdayaan ini terus berkembang sesuai dengan kebutuhan program peningkatan kesehatan lingkungan. b.Pembuatanlaporan hasil pemberdayaanAkhir dari kegiatan Pemberdayaan di Masyarakat dapat disusun laporan Pemberdayaan. Laporan dapat disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, kalau diperlukan dengan menampilkan tabel-tabel dalam bentuk proporsi. Outline laporan minimal memuat hal-hal sebagai berikut :1)Pendahuluan menggambarkan latar Belakang, Tujuan, dansasaran kegiatan pemberdayaan dilakukan
2)Hasil pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan yang memuat hal-hal sebagai berikut :Kemajuan Perubahan Secara Fisik dengan menggunakan peta sosial, misal : -Apakah ada perubahan tempat-tempat yang digunakan untuk BAB -Apakah ada tempat-tempat tertentu untuk membuang kotoran bayi, anak-anak. -Apakah ada penambahan jumlah sarana jamban keluarga, jamban sekolah, tempat cuci tangan dsb. -Di jamban apakah ada perubahan tentang penyediaan air dan sabun. Menampilkan kemajuan pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan tabel perencanaan yang disusun berdasarkan RKM yang sudah dibuat oleh masyarakat untuk mengetahui apakah jenis dan volume kegiatan.Mengevaluasi Perubahan Perilaku secara Partisipatif misalnya : -Siapa yang CTPS setelah BAB-Siapa yang tidak CTPS setelah BAB dan sebagainya. 3)Saran dan Tindak Lanjut 4)Kesimpulan MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL
-PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-201113Pokok Bahasan 4. PENGGERAKKAN DAN PENGERAHAN KELOMPOK MASYARAKAT POTENSIALTokoh-tokoh masyarakat yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semuaorangyang memiliki pengaruh dimasyarakat setempat baik yang bersifat formal (Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh non formal (Tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokohmasyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upayapembangunan. Organisasi kemasyarakatan Organisasi yang ada di masyarakat seperti TPKK, Lembaga PersatuanPemuda (LPP), Pengajian dan lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masingorganisasi tersebut, sehingga upaya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabilapemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkannya dalam upaya pembangunan kesehatan. a.Pengumpulan data tentang masalah kesehatan dalam rangka persiapan penggerakkanPersiapan:Pengumpulan data tentang masalah kesehatanPada kegiatan ini adapat dilakukan identifikasi / pengumpulan data kelompok-kelopok potensial yang bisa membantu dalam rangka
kegiatan pemberdayaan. Setelah melakukan identifikasi, dapat dilakukan pengumpulan data baik melalui wawncara maupun pengisian kuesioner tentang permasalahan-permasalahan kesehatan lingkungan yang ada. Format yang digunakan dapat menggunakan format yang baku/ sudah tersedia atau dapat dikembangkan sendiri sesuai kebutruhan program. b.Pertemuanlintassektor dalam rangka pelaksanaan penggerakkanPelaksanaan penggerakan:Pertemuan lintas sektorPada saat kegiatan pelaksanaan penggerakan dilakukan pertemuan lintas sektor dengan mengundang berbagai sektor terkait dengan kesehatan lingkungan seperti Pekerjaan Umum, Perumahan, Kebersihan, Perdagangan,Pasar dsb, sesuai dengan topikyang akan dibahas. MODUL PELATIHANJABATAN FUNGSIONAL SANITARIANJENJANG TERAMPIL -PELAKSANAKEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATANPUSDIKLAT APARATUR-201114Mendapatkan calon kaderUntuk mendapatkan calon kader kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya adalah pada saat kegiatan Pemberdayaan berlangsung,
Biasanya di dalam prosesnya akan muncul Natural Leader. Natural Leader tersebut dapat direkrut untuk menjadi calon kader Kesehatan Lingkungan. VIII.REFERENSI1.Depkes RI, Dirjen PPM-PLP, Modul Komunikasi bagi Petugas Kesehatan Lingkungan, Jakarta, 19982.Notoatmojo, Soekijo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, rineka Cipta, Jakarta3.STOP BABS Program Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat Pamsimas Komponen B.
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/kurmod/jabfung/mi.4-pemberdayaan%20masyarakat-terampil%20pelaksana.pdf
http://ikaliska.blogspot.sg/2013/05/pemberdayaan-masyarakat-promkes.html