proposal pemberdayaan masyarakat

23
MEMBANGUN “AWARENESS SODAQOH SAMPAH” SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DUSUN BARONGAN DESA SUMBERAGUNG JETIS BANTUL YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG MASALAH Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan adalah masalah sampah. 1 Sebelumnya Kompas 13 Agustus 2003 mengatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia setidaknya butuh tempat penampungan sampah sekitar 122 buah sebesar Gelora Bung Karno (GBK) setiap tahun untuk menampung sampah yang tidak terangkut. Dan setidaknya lagi, volum sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik setiap harinya. Namun, baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 300.000 ton. 2 Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan secara tajam. Misalnya di Kota Bandung, pada tahun 2005 volume sampahnya 1 Kompas 10 Januari 2004. 2 http://forgiftbai.blogspot.com , diunduh 5 Mei 2013 jam 14.50 WIB. 1

Upload: astrihanjarwati

Post on 27-Oct-2015

729 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MEMBANGUN “AWARENESS SODAQOH SAMPAH” SEBAGAI MODEL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DUSUN BARONGAN DESA

SUMBERAGUNG JETIS BANTUL YOGYAKARTA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah

perkotaan adalah masalah sampah.1 Sebelumnya Kompas 13 Agustus 2003

mengatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya

tarik luar biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah

penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang

pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat.

Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas),

Indonesia setidaknya butuh tempat penampungan sampah sekitar 122 buah sebesar

Gelora Bung Karno (GBK) setiap tahun untuk menampung sampah yang tidak

terangkut. Dan setidaknya lagi, volum sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik

setiap harinya. Namun, baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik.

Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 300.000 ton.2

Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di Indonesia setiap tahun mengalami

peningkatan secara tajam. Misalnya di Kota Bandung, pada tahun 2005 volume

sampahnya sebanyak 7.400 m3 per hari dan pada tahun 2006 telah mencapai 7.900 m3

per hari. Selain itu, di Jakarta, pada tahun 2005 volume sampah yang dihasilkan

sebanyak 25.659 m3 per hari dan pada tahun 2006 telah mencapai 26,880 m3 per hari.

(Kompas, 30 Nopember 2006). Sedangkan kemampuan Pemerintah untuk mengelola

sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan 1.02% di perdesaan.3 Sehingga

diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah tidak menjadi bom waktu di masa

mendatang.

Yogyakarta masih menjadi penyumbang sampah terbesar yang masuk ke

Tempat Pembuangan Akhir Piyungan. Sebanyak 70 persen dari kapasitas TPA

Piyungan diisi sampah dari Yogyakarta, dan 30 persen sisanya berasal dari Bantul dan

Sleman. Volume sampah di Yogyakarta mencapai 300 ton per hari. Dari jumlah

tersebut, sebagian berasal dari sampah rumah tangga dan sisanya aktivitas ekonomi,

1 Kompas 10 Januari 2004. 2 http://forgiftbai.blogspot.com, diunduh 5 Mei 2013 jam 14.50 WIB. 3 Tuti Kustiah (2005), Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung.

1

Page 2: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

seperti pasar. Selain sampah menjadi masalah Lingkungan yang serius, ada

konsekuensi lain yang harus ditanggung Pemerintah Kota (Pemkot) dari besarnya

sampah yang ada. Setiap tahun Pemkot harus menyediakan dana Rp 2,2 miliar untuk

membayar retribusi pengolahan sampah, dari Rp 2,7 yang diperlukan di Piyungan.

Padahal, berdasar prakiraan sampah TPA itu penuh tahun 2012.4

Karena itu, sejumlah upaya terus dicoba untuk mengantisipasi masalah ini,

salah satunya melalui pengolahan sampah secara mandiri oleh masyarakat. Saat ini,

ada sekitar 10 persen masyarakat Yogyakarta yang mulai mengolah sampah dan

menjadikannya barang bermanfaat, seperti produk daur ulang dan kompos. Tahun

2011 diharapkan sudah ada 40-50 persen warga Yogyakarta mengolah dan mengelola

sampah secara mandiri, katanya5.

Tetapi hingga saat ini mengubah budaya masyarakat dari membuang sampah

menjadi meletakkan sampah di tempat masih menjadi kendala. Padahal, ciri

masyarakat modern adalah mampu mengolah sampahnya secara mandiri.

Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16

mengamanatkan bahwa masyarakat bertanggungjawab sebagai produsen timbulan

sampah. Diharapkan masyarakat sebagai sumber timbulan yang beresiko sebagai

sumber pencemar, untuk ikut serta dalam sistem pengelolaan sampah.6

Upaya strategis yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah D.I.Yogyakarta

dalam mengatasi persoalan sampah adalah dengan mendorong partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan sampah dengan melakukan reduksi sampah di sumbernya (rumah

tangga). Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, Pemerintah

D.I.Yogyakarta hendaknya memperbanyak pembentukan pilot project pengelolaan

sampah berbasis masyarakat/ pengelolaan sampah mandiri seperti yang ada di Dusun

Sukunan, Banyuraden, Gamping Sleman.

Tujuan memperbanyak pembentukan pilot project pengelolaan sampah

berbasis masyarakat/ pengelolaan sampah mandiri adalah untuk mengurangi jumlah

sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) karena sampah

rumah tangga dikelola secara mandiri oleh masyarakat di tingkat sumber, sehingga

dapat mengurangi jumlah timbulan sampah yang harus dikelola di TPSA.

4 http://sains.kompas.com diunduh tanggal 10 Mei 2013 jam 15.40 WIB. 5 http://sains.kompas.com diunduh tanggal 12 Mei 2013 jam 08.48 WIB.6 Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16.

2

Page 3: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Selain Dusun Sukunan yang terkenal mengelola sampah berbasis masyarakat,

dusun Badegan Bantul telah mengelola sampah dan menjadi contoh dari lingkungan

sekitarnya dalam pembentukan lembaga Bank Sampah, setiap masyarakat akan

mendapatkan rekening yang berisi besaran tabungan sampah yang dibawa ke Bank

sampah tersebut. Model ini bisa diterapkan pada masyarakat Badegan. Lain halnya

dengan Dusun Pakem Tamanmartani Kalasan Sleman, daerah ini menerapkan cara

pengelolaan sampah dengan konsep sodaqoh sampah, yakni semua masyarakat akan

terlibat dalam pengelolaan sampah dengan prinsip sodaqoh, memberikan sampah

tanpa mengharapkan rekening seperti yang ada di Dusun Badegan.7

Permasalahan yang muncul yakni pengelolaan sampah yang kurang baik dan

kesadaran masyarakat/lingkungan untuk terlibat dalam pengelolaan sampah agar lebih

bermanfaat. Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain

perilaku dan pola hidup masyarakat masih mengarah pada peningkatan laju timbulan

sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya,

anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani

seluruh sampah yang dihasilkan. 8

Berangkat dari permasalahan di atas, tim peneliti mengajukan tema

membangun kesadaran Sodaqoh Sampah sebagai model pemberdayaan masyarakat di

Dusun Barongan Sumberagung Jetis Bantul Yogyakarta. Oleh karena itu, perlu

dilakukan (1) pencarian model pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan

masyarakat Dusun Barongan, (2) menyusun model pemberdayaan masyarakat bagi

orang-orang kunci di Dusun Barongan agar bisa menyadarkan masyarakat untuk

terlibat dalam mengelola sampah, juga (3) membuat arahan bagi pendamping

masyarakat/pekerja sosial dalam membantu mendampingi masyarakat dusun

Barongan. Penelitian ini akan mengacu pada kondisi nyata masyarakat dusun

Barongan namun tetap dalam koridor ilmiah, untuk itu dipilih pendekatan

Participatory Research Action (PAR).

7 Observasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Kalijaga, tanggal 25 Juli 2012.

8 Michael Mainake, Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Ambon, Tesis Studi Magister perencanaan Kota dan Daerah Pascasarjana UGM Yogyakarta, Tahun 2012.

3

Page 4: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

B. RUMUSAN MASALAH

Dari permasalahan di atas penelitian ini mencoba mencari model awareness

atau penyadaran masyarakat melalui konsep sodaqoh sampah, maka penlitian PAR ini

akan menggali masalah:

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat yang partisipatif dalam membangun

awareness/kesadaran masyarakat melalui “Sodaqoh Sampah” pada masyarakat

Dusun Barongan ?

2. Apa saja problem dan tantangan membangun awareness/kesadaran masyarakat

melalui “Sodaqoh Sampah” pada masyarakat Dusun Barongan ?

3. Bagaimana solusi dalam menghadapi problem dan tantangan membangun

awareness/kesadaran masyarakat melalui “Sodaqoh Sampah” pada masyarakat

Dusun Barongan ?

C. MANFAAT DAN TUJUAN PENELITIAN

Manfaat dan tujuan dari penelitian ini adalah melakukan modeling the ideal

(mencari gambaran ideal) berkaitan dengan praktek membangun awareness

masyarakat dalam mengenal potensi yang ada pada sampah sehingga sampahpun bisa

menjadi media masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sampah bisa

dikelola dengan baik dan secara partisipatif atas dukungan dari semua elemen

masyarakat, melalui konsep sodaqoh sampah ini diharapkan bisa menular pada

lingkungan lainnya sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Dari gambaran ini

diharapkan akan didapatkan bahan kajian ilmiah maupun bahan rekomendasi para

pembuat kebijakan, stakeholders dan aktivis Pemberdayaan Masyarakat berkaitan

dengan masalah pengelolaan sampah baik di Daerah Bantul Yogyakarta maupun di

Daerah lainnya, seluruh masyarakat Indonesia.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai isu yang diangkat dalam penelitian dengan tema Sampah telah

dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya ; Pertama, Febry Kautsar meneliti dengan

judul Pengelolaan sampah di bank sampah studi kasus Bank sampah gemah ripah

pedukuhan badegan Kabupaten Bantul, Tesis Program Pascasarjana Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2011. Dalam penelitiannya mendapat temuan

bahwa Bank sampah telah berhasil memberikan banyak manfaat. Berdasarkan

penilaian nasabah, Bank sampah ini termasuk dalam tingkat pengelolaan yang baik.

4

Page 5: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Faktor yang mendukung keberhasilannya adalah faktor sosialisasi/penyuluhan, faktor

sosial dan budaya, serta faktor komunitas atau organisasi Bank sampah.

Kedua, Michael Mainake, Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Ambon, Tesis

Studi Magister perencanaan Kota dan Daerah Pascasarjana UGM Yogyakarta, Tahun

2012. Menemukan hasil bahwa kinerja pengelolaan sampah di kota Ambon menurut

standar normative sudah cukup baik. Dilihat dari priotitas pelayanan sampah juga

sudah tepat yakni komersial, pasar, dan pemukiman penduduk yang berkepadatan 50

sampai 100 jiwa/ha. Jumlah sampah yang terangkut ke TPA, luas dan jumlah

penduduk yang terlayani yakni diatas 50%. Hasil kinerja pengelolaan sampah

berdasarkan persepsi masyarakat sudah baik, tetapi belum sepenuhnya sesuai dengan

kepuasan atau harapan masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

yang optimal adalah pendapatan dari retribusi rendah sehingga perlu subsidi untuk

operasional, biaya operasional sangat terbatas, masayarakat belum sepenuhnya

mendukung pengelolaan sampah dan masih kurangnya penindakan terhadap

pelanggaran peraturan tentang persampahan. Penelitian ini merekomendasikan bahwa

pemerintah perlu menambah jangkauan pelayanan sampah, personil, peralatan serta

memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah kepada masyarakat.

Ketiga, Walyono dengan judul penelitiannya “ Kajian pola angkut dan Kelola

sampah dari Sumber sampah hingga tempat pembuangan akhir (studi kasus di

Universitas Gadjah Mada)”, Program Pasca sarjana Fakultas Teknik UGm

Yogyakarta, Tahun 2011. Diantara hasil penelitian ini adalah sampah di UGM

berdasarkan jenisnya lebih didominasi oleh sampah organik vegetasi/tanaman dari

sapuan jalan dan ruang terbuka yang besarnya mencapai 60%, sampah organik

populasinya sekitar 16% dan sampah non organik sebesar 14%. Dengan semakin

banyak dan lebatnya tanaman pada jalan dan ruang terbuka, sehingga untuk

mengurangi beban pengangkutan perlu dilalakukan pengolahan sampah organik di

tempat.

E. LANDASAN TEORI

1. Konsep “Shodaqoh Sampah”

Menurut terminology syari’at, pengertian shadaqah sama dengan pengertian

infaq, termasuk juga hokum dan ketentuan-ketentuanya, hanya saja kalau infaq

berkaitan dngan materi, sedangkan shodaqah mempunyai arti lebih luas, yaitu

5

Page 6: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

menyangkut hal-hal yang bersifat non materiil (Hafifuddin, 1998)9. Senada dengan

pendapat tersebut, menurut Ali Yafie, (1994)10, shadaqah adalah sebutan nama bagi

suatu harta benda yang dibeikan kepada seseorang, lembaga atau badan yang berhak

dengan tidak mengaharpkan imbalan apapun, kecuali ridla Allah dalam rangka

mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Menurut Rasjid (2004)11, shadaqah adalah

memberikan barang engan tidak ada tukarannya.

Perbedaan dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab sebagaimana zakat dan

dikeluarkan, baik oleh orang dengan penghasilan tinggi maupun rendah. Selain itu

zakat harus dierikan kepada mustahik tertentu (8 asnaf), sedangkan infaq dapat

dikeluarkan kepada siapapun misalnya orang tua anak yatim, dan lain sebagainya.

Menurut Hafifuddin (1998), Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti

benar. Menurut terminology syari’at, sedekah sama dengan infaq, termasuk juga

hokum dan ketentuan-ketentuannya. Namun infaq lebih berkaitan dengan materi,

sedangkan sedekah memiliki cakupan lebih luas termasuk hal-hal non materi.

Kerangka teori system pengelolaan ZIS seperti di bawah ini:

Proses sosialisasipenghimpunan ZIS pendistribusianpengontrolan dan

laporan evaluasi

2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Kemudian Mc Clelland (1961)dan Freire (1992)12 memandang bahwa

proses-proses pemberdayaan sebagai metode yang mengubah persepsi sehingga

memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk

menumbuhkan kesadaran atau dorongan dalam diri tersebut diperlukan adanya

intervensi atau stimulasi yang berasal dari luar, sebab keinginan seseorang untuk

berkembang atau mengubah keadaan tidak terlepas dari kemampuan individual

yang ditentukan oeh tingkat pendidikan, keterampilan yng dimiliki, lingkungan

serta konteks kebudayaan.

Dalam konsep Islam maka pemberdayaan secara sederhana dapat diartikan

mengubah seseorang yang semula berstatus mustahik (orang yang berhak

menerima zakat) menadi muzakki (orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat).

9 Didin Hafifudin, Zakat Dalam Perekonomin Modern, (Jakarta: Gema Insani), 1998 10 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung: Zamakhsayari- al-faiq,) jilid I, 1994 11 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar baru Algensindo), 2004.12 Mulyadi, Drs. MPP dalam “ Corporate Social Responsibility “ pada Dra. Agnes

sunartiningsih, MS: Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Adiya Media, Yogyakarta, 2004

6

Page 7: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Definisi ini memberikan adanya mobilitas sosial menuju pada meningkatnya

kualitas hidup masyarakat.

Indikator program pemberdayaan (community development) menurut

Sanders (1970)13:

a. Community Development sebagai proses

Community Development merupakan suatu siklus maupun paradigma

yangberkesinambungan yaitu perubahan dari suatu tahap atau kondisi kepada

tahap atau kondisi berikutnya menuju suatu kemandirian masyarakat yang mampu

menentukan nasibnya sendiri dan mampu menempuh berbagai upaya bersama

untuk mencapainya. Hal ini seperti pembangunan cakupan dari satu atau dua

orang atau sebagian elit kecil yang memiliki otoritas membuat keputusan

masyarakat kepada semua warga masyarakat itu sendiri membuat kepengurusan

akan masala-masalah yang menjadi perhatian mereka, perubahan dari sedikitnya

partisipasi menjadi partisipasi penuh dalam kegiatan perubahan, dari

menggantungkan pada bantuan dari luar kepada penggunaan secara maksimal

berbagai sumber untuk kepentingan bersama.

b. Community Development sebagai suatu metode

Fokus dari suatu metode adalah pada cara kerjanya, yaitu dengan

memanfaatkan 2 faktor antara lain partisipasi masyarakat dan pengorganisasian.

Metode community development ini dapat diterapkan pada proses apa saja. Ini

merupakan landasan teoritis bagi eksistensi organisasi masyarakat dan pentingnya

partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut

nasib mereka. Juga berfungsi untuk menggali potensi sumber daya manusia

dengan cara memberikan bimbingan dan latihan atau keahlian serta bantuan teknis

lainnya.

c. Community Development sebagai program

Jika telah ada proses dan metode serta ditambah dengan cara-cara tertentu,

maka community development telah dapat dilihat sebagai program yang

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Titik beratnya adalah pada

pencapaian tujuan organisasi dan penyelesaian dari serangkaian kegiatan yang

hisa diukur hasilnya secara kuantitas dan dilaporkan.

13 Moeljarto Tjokrowinoto; Pembangunan dilema dan tantangan; Pustaka Pelajar;

2002

7

Page 8: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

d. Community Development sebagai gerakan / movement

Community Development merupakan kegiatan-kegiatan yang terorganisasi

untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dan harapan yang

dikehendaki oleh masyarakat, juga merupakan media pelembagaan struktur

organisasi. Community Development dirancang untuk meningkatkan kehidupan

yang lebih baik bagi semua anggota masyarakat, merangsang partisipasi

aktifmereka, jika memungkinkan atas dasar prakarsa sendiri, namun jika prakarsa

itu tidak muncul spontan maka dapat dilakukan berbagai teknik untuk

menimbulkan dan memacu tanggapan yang aktif dan positif terhadap gerakan itu.

F. RUANG LINGKUP

Penelitian ini dibatasi pada membangun awareness/kesadaran untuk melakukan

shodaqoh sampah dengan memperhatikan partisipasi masyarakat setempat sesuai

potensi sampah yang ada di tempat penelitian dan model pengelolaan sampah yang

partisipatif. Penelitian ini tidak akan meneliti masalah kebijakan atau peranan

pemerintah dalam menyadarkan masyarakat dalam mengelola sampah.

Selain itu, lokasi penelitian yang akan dilakukan di Daerah Bantul Yogyakarta

yakni di Dusun Barongan karena berdasarkan pengetahuan dan pengalaman tim

peneliti, provinsi DIY ini memiliki potensi yang harus diperjuangkan yakni telah

merebaknya modeling terhadap daerah Sukunan dan Badegan dalam pengelolaan

sampah berbasis masyarakat dan berbasis Bank sampah.

Tetapi konsep “Shodaqoh Sampah” yang diterapkan di dusun Pakem

Tamanmartani yang berbeda dengan konsep Dusun Sukunan dan Badegan belum

disosialisasikan pada masyarakat Yogyakarta, sehingga penting sekali Dusun

Barongan dilibatkan dalam penyadaran terhadap lingkungannya untuk mengelola

sampah dengan memakai konsep “Sodaqoh Sampah” yang telah mulai diperkenalkan

oleh tokoh-tokoh masyarakat dari Dusun Pakem. Sehingga lembaga mitra penelitian

ini adalah Tokoh pengelola Sampah di Dusun Pakem dan jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam Praktek Pengembangan

Masyarakat (PPM).

Ruang lingkup masalah penelitian ini adalah mengkaji bagaimana proses

pemberdayaan masyarakat yang partisipatif memalui assessment awal yang

melibatkan masyarakat mengenai kondisi sampah dan potensi yang ada di tempat

penelitian, observasi-observasi ke daerah yang telah berhasil mengelola sampah,

8

Page 9: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

sehingga masyarakat bisa mempraktekannya dan sadar akan potensi dirinya. Selain

itu, partisipasi peneliti dalam menyadarkan masyarakat terhadap pengelolaan sampah

melalui “Sodaqoh Sampah” yang bisa dilakukan oleh siapapun. Selanjutnya, akan

diformulasikan model penyadaran masyarakat yakni rekomendasi dari hasil-hasil

temuan penelitian yang ditujukan baik kepada pemerintah dan sektor swasta, LSM dan

masyarakat pada umumnya.

Tinjauan pemberdayaan masyarakat yang partisipatif merupakan tinjauan yang

dipakai dalam penelitian ini, yaitu upaya mencapai masyarakat yang berdaya harus

dengan pelibatan masyarakat dalam memahami kebutuhannya, masalahnya, serta

potensi yang ada dalam dirinya dan lingkungannya serta bersama-sama mencari solusi

yang sesuai dengan kemampuan masyarakat. Konsep “Sodaqoh Sampah” sebagai

media untuk menyadarkan masyarakat dalam pemanfaatan sampah secara mandiri.

Dengan demikian, masyarakat yang berpartisipasi berarti masyarakat ini telah sadar

untuk bisa mencapai kesejahteraan hidupnya dengan tidak mengotori lingkunganya

dengan sampah dan bisa bekerjasama dalam mengolah sampah.

G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan PAR atau Participatory Action

Research. PAR adalah metode penelitian aksi partisipatoris, yang bertujuan untuk

mengidentifikasi rumusan masalah penelitian berdasarkan kebutuhan dari subyek yang

akan diteliti.14 Hasil akhir dari penelitian ini adalah adanya perubahan bagi subyek

sendiri, adanya aksi yang dilakukan sebagai bentuk rekomendasi penelitian PAR.

Penelitian ini menarik, mengingat penelitian lainnya tidak berfokus pada subyek

penelitian, melainkan pada keinginan di peneliti sendiri. Pada penelitian PAR, peneliti

adalah fasilitator yang menggali bersama-sama subyek yang akan diteliti mengenai isu

apa yang penting untuk diteliti berkaitan dengan subyek.

Penelitian ini diyakini sangat bermanfaat sekaligus sangat manusiawi. Sangat

bermanfaat karena masyarakat subyek lah yang lebih mengetahui problem apa yang

ada di sekitar mereka, problem apa yang penting untuk di gali dan didalami serta

dicari solusinya. Sedangkan peneliti ‘hanya’ lah outsider yang belum tentu mengetahui

dengan baik dan akurat mengenai problem di sekitar subyek penelitian. Penelitian

14 Robin MC Taggard, Action Research: A Short Modern History, (Victoria: Deakin University, 1991).

9

Page 10: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PAR dianggap lebih manusiawi, karena subyek dihargai harkat dan martabatnya

sebagai manusia, bukan sekedar informan dan responden yang diambil datanya untuk

dimanfaatkan sebagai data yang ‘mati’. Subyek adalah agen yang aktif yang dilibatkan

dalam proses penelitian bahkan dilibatkan dalam membawa perubahan di

Masyarakatnya setelah penelitian selesai dilakukan.

2. Mengapa Penelitian ini Menggunakan Pendekatan PAR

PAR berbeda dengan teknik problem-solving sebagaimana yang dilakukan

orang sehari-hari karena PAR mengandung unsur penelitian. Pendekatan ini dipilih

karena sesuai dengan karakteristik subyek dampingan yaitu masyarakat Dusun

Barongan, Desa Sumberagung, Jetis, Bantul yang perlu dilatih dan di dampingi dalam

mengatur dan memanajemen sampah dengan langkah awal yaitu membangun

kesadaran masyarakat tersebut.

3. Pengumpulan Data dan Validasi Temuan

Dalam penelitian PAR, peneliti bertindak sebagai seorang interventionist,

fasilitator, dan aktivis. Pengumpulan data tidak ada teknik yang baku, melainkan

diciptakan secara kreatif dan partisipatif.15 Umumnya menggunakan qualitative

interviewing, catatan harian lapangan (field notes), process material dan laporan-

laporan. Dalam penelitian PAR ini setiap peneliti didampingi oleh dua orang asisten

yang berperan sebagai notulis yang bertugas membuat catatan harian lapangan.

Sedangkan wawancara kualitatif dan laporan dikerjakan oleh peneliti. Validasi data

temuan dari proses siklus menciptakan keterkaitan atau link antara teori, praktik, dan

transformasi sosial.

4. Proses PAR

PAR merupakan proses di mana kelompok sosial berusaha melakukan studi

secara ilmiah terhadap masalah yang dihadapi dalam suatu komunitas dalam rangka

mengarahkan, memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan tindakan mereka.

Proses spiral yang meliputi diagnosa-rencana aksi-aksi-evaluasi-refleksi-diagnosa-dan

seterusnya.

15 Don K Marut, Riset Aksi Partisipatoris: Riset Pemberdayaan dan Pembebasan. (Yogyakarta: Insist Press, 2004).

10

Page 11: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Bahwa proses yang dilakukan tidak sekadar mendeskripsikan, menganalisis,

dan menyimpulkan, tetapi juga melakukan tindakan “resistimasi sosial” dan

“penyadaran situasi”, sehingga perubahan sosial terjadi.16 Bahwa keseluruhan proses

merupakan partisipasi yang murni (autentik) yang terus menerus membentuk sebuah

spiral yang berkesinambungan terjadi dalam ini berupa interaksi antara dosen-

mahasiswa difabel-relawan.

5. Peran Utama Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti berperan dalam:

Mendorong munculnya pemimpin komunitas yang secara langsung ambil bagian

tanggung jawab dalam proses PAR. Pimpinan komunitas ini adalah mereka yang

paham dan mampu menjalankan proses PAR ketika peneliti dari luar

meninggalkannya. Dalam hal ini munculnya pemimpin diupayakan secara natural.

Mendorong munculnya kesadaran kritis dan kerjasama antara semua komponen

yang terlibat yaitu dosen-relawan-mahasiswa difabel untuk melakukan perubahan

dan pengembangan dalam proses pembelajaran.

Memfasilitasi dialog, membantu pengembangan refleksi, dan analisis kritis

partisipan, mengadakan laporan periodik, dan menulis laporan akhir ketika

mengakhiri keterlibatannya dalam Proses PAR.

H. Jadwal Kegiatan Penelitian

Waktu

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4Bulan 5 Bulan 6

Tahap

1 2 3 4 5 6 7 8 910

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

12345

Tahapan Kegiatan

1. Survei Lapangan (observasi ): Pencarian key Person, Perizinan, Survei hal Pendukung dan

data sekunder.

2. Perumusan Metode dan Teknis Pelaksanaan PAR : Penggalian potensi masyarakat, jadwal

pelaksanaan training dan pendampingan serta evaluasi

3. Pelaksanaan PAR : penelitian, training / pendampingan dan praktek .

16 Walter Fernandes dan Rajesh Tandon, Riset Partisipatoris Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993)

11

Page 12: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4. Evaluasi Pelaksanaan PAR

5. Penyusunan Laporan: Penyusunan laporan PAR.

I. Rician Anggaran

1. Total Anggaran PAR

No Uraian Jumlah1 Gaji dan Upah 26. 560.0002 Bahan dan Alat 5.310.0003 Training dan Pendampingan 4.775.0004 Perjalanan 18.000.0005 Lain – lain 3.050.000

Jumlah Total 58.695.0002. Rincian Kebutuhan Anggaran PAR

Gaji dan Upah :

NO Pelaksana Jumlah Pelaksana (orang )

Jumlah jam / minggu

Honor /Jam (Rp)

Biaya Perminggu

Total : 16 Minggu

1 Penelitia.Utama 1 30 20000 600.000 9.600.000b.Anggota 3 20 15000 300.000 14.400.000

2 Asisten / teknisi 1 20 8000 160.000 2.560.000Jumlah Total Biaya

26. 560.000

Bahan

NO Nama Bahan dan alat Volume (Unit)

Biaya Satuan (Rp / Unit)

Total Biaya(Rp)

1 Kertas 5 30.000 150.0002 Bloc Note untuk

Training100 5000 500.000

3 Pulpen untuk Training 100 2000 200.0004 Tinta 6 35.000 210.0005 Printer 1 unit 400.000 1.600.0006 LCD 1 unit 300.000 900.0007 Kamera 1 unit 1.000.000 1.000.0008 Alat Perekam 2 unit 300.000 600.0009 Kertas Plano 50 1000 50.00010 Spidol 20 5000 100.000

Jumlah Total 5.310.000

Training , Kunjungan dan Pendampingan

No Uraian Volume Biaya satuan Total Biaya1 Snak dan makan 35 X 7 kali 15000 3.675.0002 Souvenir 10 buah 50000 500.0003 Kunjungan/observasi ke 2 kali 300.000 600.000

12

Page 13: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

lokasi pengelolaan sampah yang sudah suksesJumlah Total 4.775.000

Perjalanan

No Kota / Tempat Tujuan

Biaya Satuan

Jumlah Perjalanan

Jumlah Orang

Total Biaya

1 Ke lokasi PAR 50.000 20 Kali 5 5.000.0002 Yogyakarta – Jakarta

(PP) + Akomodasi untuk presentasi

1.500.000 3 kali 2 9.000.000

3 Sewa BUS untuk Kunjungan (studi banding)

2.000.000 2 kali 35 4.000.000

Total Biaya 18.000.000

Lain- lain (Administrasi, Publikasi dan Operasional)

No Uraian Kegiatan Volume (unit)

Biaya Satuan (Rp/Unit)

Total Biaya(Rp )

1 Publikasi hasil PAR ke Bappeda di 5 kabupaten dan Kota

2.800.000

2 Perbanyak Laporan 10 ekslempar 25.000 250.000Total Biaya 3.050.000

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Didin Hafifudin, Zakat Dalam Perekonomin Modern, (Jakarta: Gema Insani), 1998 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung: Zamakhsayari- al-faiq,) jilid I, 1994

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar baru Algensindo), 2004.

Mulyadi, Drs. MPP dalam “ Corporate Social Responsibility “ pada Dra. Agnes

sunartiningsih, MS: Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Adiya Media, Yogyakarta,

2004

Moeljarto Tjokrowinoto; Pembangunan dilema dan tantangan; Pustaka Pelajar; 2002

Don K Marut, Riset Aksi Partisipatoris: Riset Pemberdayaan dan Pembebasan. (Yogyakarta: Insist Press, 2004)

Michael Mainake, Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Ambon, Tesis Studi Magister perencanaan Kota dan Daerah Pascasarjana UGM Yogyakarta, Tahun 2012.

Robin MC Taggard, Action Research: A Short Modern History, (Victoria: Deakin University, 1991)

Tuti Kustiah (2005), Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung.

Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16.

Walter Fernandes dan Rajesh Tandon, Riset Partisipatoris Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993)

Observasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Kalijaga, tanggal 25 Juli 2012.

Kompas 10 Januari 2004.

http://forgiftbai.blogspot.com, diunduh 5 Mei 2013 jam 14.50 WIB.

http://sains.kompas.com diunduh tanggal 10 Mei 2013 jam 15.40 WIB.

http://sains.kompas.com diunduh tanggal 12 Mei 2013 jam 08.48 WIB.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. SK Pengangkatan Dosen

14

Page 15: Proposal PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2. Surat Rekomendasi dari Ketua Lemlit UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

3. Surat Rekomendasi dari Lembaga (Ketua Jurusan PMI UIN Sunan Kalijaga)

4. Surat Pernyataan Ketua Tim/Pengusul

15