implementasi pemberdayaan masyarakat

43
KARYA ILMIAH IMPLEMENTASI PROGRAM PNPM MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI KELURAHAN LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT O L E H : YACOB BREEMER, SE NIDN. 0921126803 1

Upload: jacob-breemer

Post on 08-Jan-2017

50 views

Category:

Career


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi pemberdayaan masyarakat

KARYA ILMIAH

IMPLEMENTASI PROGRAM PNPM MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI KELURAHAN

LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT

O L E H :

YACOB BREEMER, SENIDN. 0921126803

POLITEKNIK INDOTEC SHCOOLKENDARI

2010

1

Page 2: Implementasi pemberdayaan masyarakat

2

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Implementasi Program PNPM Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat

2. Nama : Yacob Breemer, SE

3. NIDN : 0921126803

4. Program Study : Manajemen Pemasaran

Mengetahui :

Direktur Politeknik Indotec SchoolKendari

BACO. S.KOMNIDN. 0910068001

Page 3: Implementasi pemberdayaan masyarakat

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena karunia dan berkah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Implementasi Program PNPM Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.

Untuk memecahkan masalah kemiskinan masyarakat perkotaan di Kota Kendari maka pemerintah perlu menyusun sebuah perangkat kebijakan yang dapat memecahkan masalah tersebut. Salah satu strategi yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk memecahkan masalah kemiskinan tersebut adalah Implementasi Program PNPM Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, terutama berkaitan dengan substansi masalah yang ada. Meskipun penelitian ini merupakan penelitian studi empiris, namun demikian, penulis masih memiliki harapan yang besar bahwa penelitian ini dapat menjadi alternatif bagi pemberdayaan masyarakat di masa mendatang.

Kepada Politeknik Indotec School Kendari yang telah memberikan dukungan penelitian sebagai lembaga perguruan tinggi yang terpercaya dalam rangka pengabdian masyarakat dan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan kepada penulis khususnya Lurah Lahundape dan staf serta masyarakat Kelurahan Lahundape terima kasih atas partisipasinya.

Kendari, Agustus 2010PENULIS

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................. iiKATA PENGANTAR........................................................................................ ivDAFTAR ISI....................................................................................................... viiBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1B. Rumusan Masalah........................................................................... 4C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

BAB II STUDI PUSTAKABAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian............................................................................ 24B. Populasi dan Sampel...................................................................... 24C. Jenis dan Sumber Data................................................................... 24D. Metode Pengumpulan Data............................................................ 25E. Alat Analisis.................................................................................. 25F. Definisi Operasional Variabel...................................................... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Implementasi Program PNPM Mandiri......................... 27B. Analisis Implementasi Program PNPM Mandiri Dalam

Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Lahundape..... 36

Page 4: Implementasi pemberdayaan masyarakat

4

BAB V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan.................................................................................... 49B. Saran.............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Pendapatan Masyarakat Sebelum Impelemntasi Program PNPM di Kelurahan Lahundape................................................................... 33.

2. Distribusi Pendapatan Masyarakat Sesudah Impelemntasi Program PNPM di Kelurahan Lahundape................................................................... 35

3. Tanggapan Responden Terhadap Peningkatan Kualitas Masyarakat Melalui Program PNPM................................................................................ 37

4. Tanggapan Responden Terhadap Peningkatan Produktivitas....................... 395. Tanggapan Responden Terhadap Pendataan Penduduk................................ 406. Dana Program PNPM di Kelurahan Lahundape Tahun 2009...................... 417. Tanggapan Responden Terhadap Penyaluran Bantuan Langsung................ 428. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pada Program PNPM Tahun 2009....... 439. Tanggapan Responden Terhadap Peran Serta Pemerintah............................ 4410. Tanggapan Responden Terhadap Peran Masyarakat.................................... 4511. Tanggapan Terhadap Tindak Lanjut Program.............................................. 46

Page 5: Implementasi pemberdayaan masyarakat

5

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI

KELURAHAN LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARIOleh :

Jacob Breemer SE.breemerjacob8 @ Gmail .com

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPengembangan sumber daya manusia yang dilakukan akhir-akhir ini merupakan

cerminan dari tujuan negara yang telah digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan perikemanusiaan dan perikeadilan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pernyataan ini ditujukan untuk mensejahterakan rakyat secara adil dan makmur menjadikan pemerintah sebagai inti dari pelaku kesejahteraan yang harus memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan negara tersebut.

Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia bukan pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara transparan dan akuntabillitas, tetapi membutuhkan pendekatan dan sistem yang membentuk kekerabatan dalam masyarakat sehingga masyarakat yang tidak mendapat kesempatan dalam kekerabatan, akan membentuk kelompok tersendiri dengan kemampuan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketidakmampuan masyarakat dalam kelompok atau secara individu dalam memenuhi kebutuhan hidup memungkinkan terbentuknya kelompok masyarakat miskin dengan berbagai keterbatasan pendidikan dan kesehatan dan produktivitas yang rendah.

Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multi dimensional yang mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses dengan prasarana dan sarana lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dari standar kelayakan dan mata pencaharian yang tidak menentu. Dimensi ekonomi misalnya penghasilan yang rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang layak. Selain itu dimensi sosial seperti lingkungan masyarakat yang semakin terpuruk dan tercemar memungkinkan berkembangnya kemiskinan.

Kemiskinan merupakan permasalahan yang cukup kompleks dan membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi serta terlibat langsung untuk mengentaskan kemisikinan tersebut.. Namun penanganan selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan masyarakat yang menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur, selain kemiskinan yang melanda kaum wanita dan anak-anak menjadi fokus perhatian yang semakin berkembang dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Upaya peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di setiap desa/kelurahan. Upaya ini ditujukan untuk mendekatkan masyarakat, wanita dan anak-anak kepada konsep penyadaran dan pengkapasitasan lebih produktif dalam membangun diri dan keluarga dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Kegiatan pemberdayaan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, menunjukkan adanya kebijakan pengentasan kemiskinan yang diprogramkan

Page 6: Implementasi pemberdayaan masyarakat

6

dengan wilayah sasaran adalah desa/kelurahan. Program Pengembangan Masyarakat Desa/Kelurahan (PPMDK) merupakan salah satu program strategi dalam program nasional pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk membangun kualitas sumber daya manusia di desa/kelurahan. Program ini dikemas kembali menjadi unit-unit kegiatan seperti usaha simpan pinjam dan usaha swadaya serta usaha kelompok. Bentuk usaha yang dikembangkan untuk memberdayakan kaum wanita cukup beragam, salah satunya adalah program simpan pinjam.

Pelaksanaan PNPM Mandiri melalui sub program simpan-pinjam untuk wanita ditujukan untuk memberikan modal kerja kepada kaum perempuan guna meningkatkan produktivitas kerja. Kaum wanita memiliki kemampuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga namun keterampilan dan kekuatan (skill and power) masih terbatas, oleh karena itu melalui program ini diharapkan terjadi peningkatan produktivitas sumber daya masyarakat dan pendapatan keluarga.

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri diarahkan untuk mewujudkan upaya pengentasan kemiskinan seperti yang dilakukan di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Kelurahan ini memiliki sumber daya wanita yang potensial dengan angkatan kerja wanita mencapai 5.955 orang dari total jumlah penduduk Kelurahan Lahundape yang berjumlah 11.723 jiwa. (Kantor Lurah Lahundape, 2010)

Program simpan pinjam untuk wanita membentuk wadah yang dapat memberikan bantuan modal usaha kepada wanita dengan jumlah pinjaman yang diberikan dalam bentuk pinjaman perorangan dan kelompok. Pinjaman perorangan yang dilayani hingga Rp. 3.000.000 per orang dan pinjaman kelompok usaha yang dilayani sebesar Rp.5.000.000 per kelompok. Namun program tersebut belum dapat terpenuhi, karena ketersediaan modal terbatas modal terbatasnya sehingga kegiatan belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebijakan PNPM Mandiri Pedesaan dengan kegiatan program pengelolaan simpan pinjam untuk wanita diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga pada masa mendatang.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka yang menjadi

masalah pokok adalah ”Bagaimana Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam meningkatkan pendapatan keluarga di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari?”

C. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam meningkatkan pendapatan keluarga di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

C. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Bahan masukan bagi masyarakat di Kelurahan Lahundape dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya wanita dan pendapatan keluarga di Kelurahan Lahundape.

2. Bahan masukan pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat pada masa mendatang

3. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

BAB II

Page 7: Implementasi pemberdayaan masyarakat

7

STUDI PUSTAKA

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melaui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.

Pelaksanaan PNPM Mandiri pelaksanaan mulai tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Mandiri;  Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.

Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan membutuhkan waktu yang lama, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut

Sehubungan dengan perkembangan tugas dan tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat lebih memperlancar pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Pemerintah membuat peraturan melalui Kepmen No. 28/kep/Menko/Kesra/2006 Tentang penanggulangan kemiskinan sebagai Tim Pengendali Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. (Royat, 2007:1)

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung adalah :1. PNPM Mandiri adalah Program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar

dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem dan mekanisme serta prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang luas dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan hasil yang dicapai.

Page 8: Implementasi pemberdayaan masyarakat

8

Royat (2007:3) mengemukakan bahwa rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut :1) Pengembangan Masyarakat.

Komponen Pengembangan Masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, diesediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah unsur utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

2) Bantuan Langsung MasyarakatKomponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

3) Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku LokalKomponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam kehidupannya yang layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya.

4) Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan ProgramKomponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan

berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan programRuang lingkup kegiatan PNPM-MANDIRI pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan

penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi : 1) Penyediaan dan  perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial dan

ekonomi secara kegiatan padat karya. 2) Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum wanita untuk memanfaatkan dana bergulir ini.

3) Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis,

pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik (Royat, 2007:5).

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :1. PNPM Mandiri adalah Program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar

dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem dan mekanisme serta prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Page 9: Implementasi pemberdayaan masyarakat

9

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang luas dari perangkat pemerintah daerah serta pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini

adalah :1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.2. Tujuan Khusus 

1) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

3) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

4) Meningkatkan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

6) Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta melestarikan kearifan lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat

Program pembangunan harus melalui proses strategik penetapan bukan saja berupa keputusan mengenai persoalan yang terjadi namun juga prosesnya (bagaimana cara mencapai tujuan kebijakan tersebut. Disamping itu perlu dirumuskan strategi program pembangunan juga terpenting adalah bagaimana mengimplementasikannya. (Gunawan, 2006:217)

Nugroho (2006:106) memberikan penjelasan bahwa Implementasi Program pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan program dapat mencapai tujuan. Untuk mengimplementasikan program pembangunan, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan program-program pembangunan dan implementasi program dalam bentuk keputusan dan peraturan.

Manurung (2003:12) mengemukakan bahwa implementasi program merupakan kebijakan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan perusahaan dengan menggunakan strategi yang tepat. Program-program yang diimplementasikan merupakan kerangka kerja yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan dari setiap kegiatan yang direncanakan sebelumnya.

Studi tentang implementasi program pembangunan oleh Macmainan dan Sabatier dalam Wahab (2000:35) yakni sebagai usaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program diberlakukan atau dirumuskan. Dengan kata lain yakni sebagai peristiwa dan kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijaksanaan, baik yang menyangkut

Page 10: Implementasi pemberdayaan masyarakat

10

usaha untuk mengadministrasikan maupun usaha untuk memberikan dampak tertentu dalam masyarakat.

Richard A. Cloward (1993 : 18) Kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan pandangan yang berbeda, sementara jika dilihat dari segi moral dan hasil evaluasi, serta yang lainnya berdasarkan sudut padnang ilmiah. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk negara-negara yang "miskin”.

Oscar Lewis (1997 : 112), memaknai kemiskinan sebagai ketidaksanggupan seseorang atau sekelompok untuk dapat memenuhi dan memuaskan keperluan-keperluan dasar material. Kemiskinan yang bersangkut-paut dengan keterbatasan pemilikan dan penguasaan sumber-sumber dasar material akan merefleksikan suatu cara hidup tertentu atau budaya kemiskinan, yang ciri-cirinya antara lain fatalistik, meminta-minta, selalu mengharapkan bantuan, serta cenderung suka berjudi dan mabuk-mabukan (terutama untuk masyarakat miskin kota)

Rajab (2003:10) mengemukakan bahwa kemiskinan adalah ketidakcukupan seseorang untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer, seperti pangan, sandang, dan papan untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan posisi sosial-ekonomi. Sumber-sumberdaya material yang dimiliki atau dikuasainya betul-betul sangat terbatas, sekadar mampu digunakan untuk mempertahankan kehidupan fisik, tidak memungkinkan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dengan kata lain, sumberdaya material yang ada pada dirinya hanya dapat dipakai untuk keperluan langsung konsumsi sehari-hari. Katakanlah, pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk hari ini, sementara untuk kebutuhan hari esok, ia harus mencari lagi.

Purwanto (1997:32) mengemukakan bahwa kemiskinan terkait langsung dengan pengalaman seseorang, di perdesaan maupun perkotaan atau di mana pun, yang mengalami kelangkaan, keterbatasan, dan kekurangan dalam pemilikan dan penguasaan atas benda atau tidak adanya akses dan kontrol atas sumber-sumberdaya ekonomi, sehingga tidak memungkinkan diri untuk bisa melakukan mobilitas secara vertikal.

Geertz, (2000 : 16) menyatakan bahwa orang itu miskin, bukan karena malas, mereka malas, karena miskin!" Apa pun yang dimiliki dan dikuasai orang-orang miskin, apakah itu harta benda, sumber daya ekonomi, institusi sosial, dan cara-cara hidup tertentu selalu berputar dalam mekanisme yang baru. Artinya, apa pun yang ada pada masyarakat miskin, bahkan bentuk-bentuk pola kerja sama dan solidaritas yang tumbuh di antara mereka, selalu berputar-putar di dalam dan menjebak mereka sendiri untuk tetap hidup dalam batas-batas subsistensi ekonomi, bukan suatu pergerakan yang evolutif. Sementara itu Scott (1999:18) menyatakan bahwa orang-orang miskin adalah, "ibarat orang yang selamanya berdiri terendam dalam air sampai ke leher, sehingga ombak yang kecil sekalipun sudah cukup untuk menenggelamkan.

BAPPENAS (2004 : 28) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

BAPPENAS (2004 : 30) mengindikasikan bahwa akar kemiskinan tidak hanya harus dicari dalam budaya malas bekerja keras. Keseluruhan situasi yang menyebabkan seseorang tidak dapat melaksanakan kegiatan produktif secara penuh harus diperhitungkan. Faktor-faktor kemiskinan adalah gabungan antara faktor internal dan faktor eksternal. Kebijakan pembangunan yang keliru termasuk dalam faktor eksternal. Korupsi yang menyebabkan berkurangnya alokasi anggaran untuk suatu kegiatan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat miskin juga termasuk faktor eksternal.

Page 11: Implementasi pemberdayaan masyarakat

11

Lubis (2005 : 5) mengemukakan bahwa kemiskinan mengakibatkan persoalan seperti gizi buruk, busung lapar, penyakit menular, dan kasus kriminalitas. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis serta sudah menjadi benang kusut yang sulit diurai. Oleh karena itu, cara penanggulangan kemiskinan membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan, tidak bersifat temporer, dan dengan demikian kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran serta berkesinambungan.

Sulekale (2003:2) mengemukakan bahwa kemiskinan dapat dipahami dalam berbagai cara yaitu:a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,

sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.Irawan (2000:3) mengemukakan bahwa Orang tidak bisa dikatakan bebas dari

kemiskinan jika penghasilan mereka baru mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum. Sebagai makhluk sosial, kita harus dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat biasa dalam lingkungan sekitar ini berarti, kita mampu menyumbang bila ada tetangga punya hajat, mampu menjangkau surnber-sumber informasi penting (radio, koran dsb). Batas kemiskinan sebenarnya lebih tepat digambarkan dari kebutuhan hidup minimum bukan pada kebutuhan fisik minimum. Secara filosofis seseorang dikatakan miskin bila “keadaannya” menyebabkan dia tidak mampu berdiri sederajat dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dengan demikian kemiskinan mempunyai rentang dimensi dan kerelatifan yang lebar. Meskipun demikian sebenarnya bukan kemiskinan relatif yang perlu dipersoalkan, tetapi kemiskinan absolut yang dapat membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses segala kebutuhan pokok.

Cloward (1993 : 28) mengemukakan bahwa kemiskinan merupakan suatu faktor kekurangan yang dialami oleh masyarakat yang diukur berdasarkan tingkatan ekonomi. Ukuran tingkat ekonomi, terbagi dalam tingkatan kebutuhan ekonomi yaitu dari kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.

Sulekale (2003 : 5) mengemukakan bahwa kemiskinan diukur dengan sikap dan tingkah laku si miskin dalam menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah, yang tercermin dari lemahnya kemauan untuk maju.

Geertz, (2000:16) mengemukakan bahwa kemiskinan masyarakat dapat diukur dari tingkat kesehatan, pendidikan dan produktivitas, baik secara individu maupun kelompok Ukuran kemiskinan berdasarkan individu mencakup pola konsumsi kebutuhan primer dan sekunder. Ukuran kemiskinan berdasarkan kelompok, mencakup ekonomi, keamanan dan ketertiban.

Sulekale (2003 : 5) mengemukakan bahwa kemiskinan tidak bisa disamakan dengan kesejahteraan, karena tidak semua kemiskinan identik dengan ketidaksejahteraan. Demikian juga tingkat pendapatan yang tinggi, belum mencerminkan tingkat kesejahteraan yang tinggi, oleh karena itu, dalam mengukur tingkat kemiskinan mestinya dimasukkan variabel-variabel non keuangan (non financial variables), seperti kemudahan mendapatkan

Page 12: Implementasi pemberdayaan masyarakat

12

pendidikan yang murah, fasilitas kesehatan yang luas dan murah, kesempatan kerja yang tinggi, angka kematian balita dan ibu yang melahirkan, tingkat kemungkinan hidup, sistem perumahan dan sarana kesehatan umum, listrik dan lain lain

Lubis (2005 : 5) mengemukakan bahwa penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu 1. Faktor alamiah: kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai,

adanya bencana alam dan lain lain yang bermakna bahwa mereka miskin karena memang miskin,

2. Faktor non alamiah:akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya alam.

Sulekale (2003 : 2) mengemukakan bahwa Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;3. Penyebab sub-budaya ("subcultural"), yang menghubungkan kemiskinan dengan

kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,

termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil

dari struktur sosial.Rajab (2003 : 12) mengemukakan bahwa ketidaksepakatan yang paling menonjol dalam

menjelaskan konsep kemiskinan sebenarnya bukan terletak pada penetapan ukuran kemiskinan itu. Bukan pada indikator kuantitatif kemiskinan, melainkan pada penyebabnya. Mengapa seseorang atau sekelompok orang miskin? Apa yang menjadi faktor-faktor penyebabnya

Gayo (2004:6) menyatakan bahwa ada beberapa faktor utama penyebab semakin terpuruknya kondisi ekonomi masyarakat yaitu :

Pertama : Kuatnya posisi pedagang perantara yang didukung oleh birokrat perdesaan yang j turut menikmati sebagian keuntungan dari mekanisme pasar yang tidak berpihak pada petani

Kedua : Seluruh pasar baik lokal, regional maupun ekspor umumnya telah dikuasai pedagang dengan distribusi pendapatan yang semakin tidak adil bagi produsen di perdesaan.

Ketiga : Bantuan-bantuan pemerintah seperti JPS sangat kecil yang benar-benar sampai kepada masyarakat yang menjadi target.

Keempat : Tingkat pendidikan masyarakat desa yang relatif rendah sehingga tidak mampu menerima modernisasi dalam upaya meningkatkan teknologi untuk mengefisiensikan kegiatan ekonomi mereka.

Badan Pusat Statistik (2005:112), penyebab kemiskinan desa, umumnya bersumber dari sektor pertanian yang disebabkan ketimpangan kepemilikan lahan pertanian. Kepemilikan lahan pertanian mengalami penurunan 3,8 persen dari 18,3 juta ha. Di sisi lain, kesenjangan di sektor pertanian juga disebabkan ketidakmerataan investasi. Alokasi anggaran kredit yang terbatas juga menjadi penyebab daya injeksi sektor pertanian di pedesaan Alokasi kredit untuk sektor pertanian hanya 8 persen dari seluruh kredit perbankan.

Badan Pusat Statistik (2005) data-data mengenai penyebab kemiskinan tersebut di atas, dapat dikatakan sudah sangat lengkap dan bahkan memudahkan untuk merumuskan indikator kemiskinan desa dan strategi penanggulanganya. Berdasarkan data di atas, penyebab utama kemiskinan pedesaan sebagai berikut :

Page 13: Implementasi pemberdayaan masyarakat

13

(1) Faktor pendidikan yang rendah: (2) Ketimpangan kepemilikan lahan dan modal pertanian; (3) Ketidakmerataan investasi di sektor pertanian; (4) Alokasi anggaran kredit yang terbatas; (4) Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar; (5) Kebijakan pembangunan perkotaan (mendorong orang desa ke kota); (6) Pengelolaan ekonomi yang masih menggunakan cara tradisional; (7). Rendahnya produktivitas dan pembentukan modal; (8) Budaya menabung yang belum berkembang di kalangan masyarakat desa; (9) Tata pemerintahan yang buruk (bad governance) umumnya masih berkembang di

daerah pedesaan; (10) Tidak adanya jaminan sosial untuk bertahan hidup dan menjaga kelangsungan hidup

masyarakat desa; (11) Rendahnya jaminan kesehatan.

Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris “empowerment´ yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa (Wrihatnolo, 2007:1)

Nugroho (2004:2) mendefinisikan pemberdayaan sebagai proses menjadi, bukan sebuah proses instant. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan. Tahap penyadaran berorientasi pada pemberian pemahaman terhadap pendidikan dan keterampilan, tahapan pengkapasitasan mengarah pada pemberian kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan sedangkan tahapan pendayaan lebih diutamakan pembentukan sikap dan perilaku.

Penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dilaksanakan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dalam konteks otonomi daerah. Pemberdayaan masyarakat mengandung beberapa elemen penting : (Nugroho, 2004:4)1. Pemerintah daerah harus menambah pendekatan instruksi dan pendekatan fasilitas, yakni

mendorong dan memberikan ruang bagi masyarakat agar mampu mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya.

2. Regulasi dan pemerintah tidak melakukan penyeragaman secara korporatis melainkan menghargai konteks lokal.

3. Perencanaan pembangunan dari bawah (bottom – up) tidak hanya tertulis di atas kertas atau slogan kosong, harus diwujudkan secara otentik.Pemerintah daerah harus mengakui ketidak-mampuannya sehingga perlu belajar banyak

pada elemen-elemen masyarakat melalui proses dialog dan konsultasi publik. Rapparport dalam Nugroho, (2006:177) mendefinisikan pemberdayaan sebagai proses, suatu mekanisme dalam hal ini, individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli akan masalah yang mereka hadapi. Teori pemberdayaan mengasumsikan bahwa :a) Pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk orang yang berbeda. Persepsi, keahlian dan

tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tenaga kerja akan berbeda antara remaja yang belum menikah dan wanita dewasa yang sedang hamil. Latar belakang situasi dan kematangan seseorang sangatlah menentukan.

b) Pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk konteks yang berbeda. Persepsi, keahlian dan tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas pekerjaan tertentu akan berbeda antara pekerja di organisasi otoritatif dan pekerja di organisasi partisipatif. Inisiatif pekerja pada situasi ditekan di tingkat paling rendah, sementara pada situasi kedua pekerja di dorong untuk berkembang semaksimal mungkin.

Page 14: Implementasi pemberdayaan masyarakat

14

c) Pemberdayaan akan berfkuktuasi (berubah) sejalan dengan waktu. Seseorang dapat terberdayakan pada suatu saat dan tidak terberdayakan pada waktu lain, tergantung pada kondisi yang mereka hadapi pada waktu tertentu.Zimmerman dalam Nugroho, (2006:179) mengemukakan bahwa pemberdayaan

merupakan suatu proses sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada masyarakat lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati, refleksi kritis, kepedulian dan partisipasi kelompok. Lyons dalam Nugroho, (2006:180) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang dilalui agar masyarakat memperoleh kendali lebih besar urusan/masalah mereka dan meningkatkan inisiatif yang brhubungan dengan nasib mereka sendiri.

Wismuadji (2008:2) mengemukakan bahwa Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas.

Robin dalam Narwoko (2006:114) mengemukakan bahwa tingkat kesejahteraan adalah terpenuhinya kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, dan seringkali diperluas kepada perlindungan sosial lainnya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Dengan kata lain lingkup substansi kesejahteraan seringkali dihubungkan dengan lingkup kebijakan sosial. Dikatakan bahwa sebagai atribut agregat, kesejahteraan merupakan representasi yang bersifat kompleks atas suatu lingkup substansi kesejahteraan tersebut. Kesejahteraan bersifat kompleks karena multidimensi, mempunyai keterkaitan antardimensi dan ada dimensi yang sulit direpresentasikan. Kesejahteraan tidak cukup dinyatakan sebagai suatu intensitas tunggal yang merepresentasikan keadaan masyarakat, tetapi juga membutuhkan suatu representasi distribusional dari keadaan itu.

Narwoko (2006:121) mengemukakan bahwa penentuan batasan substansi kesejahteraan dan representasi kesejahteraan menjadi perdebatan yang luas. Perumusan tentang batasan tersebut seringkali ditentukan oleh perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara yang tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global.

Sihotang A. (2006:41) mengemukakan bahwa kesejahteraan secara sederhana menggunakan indikator output ekonomi per kapita sebagai proksi tingkat kesejahteraan. Pada perkembangan selanjutnya, output ekonomi perkapita digantikan dengan pendapatan perkapita. Output ekonomi perkapita dipandang kurang mencerminkan kesejahteraan masyarakat karena output ekonomi lebih mencerminkan nilai tambah produksi yang terjadi pada unit observasi, yaitu negara atau wilayah. Nilai tambah itu tidak dengan sendirinya dinikmati seluruhnya oleh masyarakat wilayah itu, bahkan mungkin sebagian besar ditransfer ke wilayah pemilik modal yang berbeda dengan wilayah tempat berlangsungnya proses produksi.

Rawls dalam Achmad, (2005:52) mengemukakan bahwa kesejahteraan berkaitan dengan pemerataan pendapatan (equatable distribution of income). Ketidakadilan (inequality) atau lebih tepat di sebut kesenjangan pendapatan (income gap) dapat dibenarkan sepanjang mereka yang paling miskin (the least disadvantaged) dalam masyarakat tetap memperoleh jaminan sosial. Karena itu baginya kesejahteraan lebih diukur dari sejauh mana program kesejahteraan sosial suatu negara dibentuk, walau kesenjangan pendapatan terjadi tetapi tidak ada seorangpun penduduk yang tidak memperoleh kebutuhan dasar.

Hatta (2002:27) menyebut keadilan sosial adalah kemakmuran yang merata ke seluruh rakyat, dimana rakyat terbebas dari kesengsaraan hidup. Konsep kesejahteraan itu berwujud minimalnya jumlah penduduk miskin. Bagi Hatta, demokrasi ekonomi, sebagai konsep pengambilan keputusan atas alokasi sumber daya ekonomi, haruslah diabdikan kepada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal tersebut tercermin dalam konsep ekonomi

Page 15: Implementasi pemberdayaan masyarakat

15

kemakmuran bangsa seperti tercantum dalam Pasal 33 UUD Tahun1945. Karena itu kemampuan orang miskin untuk maju harus ditopang oleh lingkungan demokrasi ekonomi (freedom to achieve) yang mendorong pemberdayaan kaum sengsara (capabilities to funcion), sehingga tercapai cita-cita terwujudnya kemakmuran rakyat.

Mardi (2006:12-14) mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi apapun, tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan output yang tinggi, yang dapat menciptakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan konsumsi masyarakat, akhirnya adalah kesejahteraan rakyat tercapai. Dua ukuran dari sejumlah ukuran kesejahteraan rakyat dari sisi ekonomi adalah kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan barang dan jasa. Kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa, salah satunya diukur melalui income(Y). Sedangkan ketersediaan barang dan jasa diukur dari tingkat out put yang diproduksi dalam perekonomian.

Nugroho (2006:17) mengemukakan bahwa indikator kesejahteraan berkait erat dengan kemiskinan karena seseorang digolongkan miskin atau tidak jika seberapa jauh indikator-indikator kesejahteraan tersebut telah dipenuhi. Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran. Di samping itu kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi non moneter misalnya kesehatan, pendidikan dan partisipasi sosial.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Lokasi PenelitianPenelitian dilaksanakan di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota

Kendari sebagai salah satu lokasi penempatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Lahundape khususnya perempuan yang mendapat bantuan dalam program PNPM Mandiri berjumlah 40 orang yang dibagi dalam 4 kelompok. Sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster sampling yaitu didasarkan pada kelompok-kelompok yang dibentuk dalam implementasi program PNPM Mandiri dengan dirincikan sebagai berikut :1. Pengembangan masyarakat = 10 orang2. Bantuan langsung masyarakat = 10 orang3. Peningkatan kapasitas = 10 orang4. Pengembangan program = 10 orang

Jumlah = 40 orangDengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 Responden.

3.3 Jenis dan Sumber Data3.3.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui obyek penelitian berupa jenis kegiatan program PNPM Mandiri, Jumlah penduduk, jumlah bantuan dana, jumlah kelompok yang diberdayakan, tujuan program sedangkan data sekunder merupakan data-data yang didokumentasikan, dan literatur yang telah diarsipkan dan berhubungan dengan penelitian seperti jumlah penduduk, dan jumlah keluarga miskin. 3.3.2 Sumber Data

Data menurut sumbernya, data primer bersumber dari Bappeda Kota Kendari, Kantor PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape dan Kantor Lurah Lahundape serta kantor Camat Kendari Barat.

Page 16: Implementasi pemberdayaan masyarakat

16

3.4. Metode Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian ini dikumpul dengan menggunakan metode :

a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data dan informasi melalui berbagai sumber bacaan seperti buku-buku, majalah, surat kabar dan sumber bacaan lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi.a) Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab dengan masyarakat miskin tentang hal-

hal yang berhubungan dengan penelitian ini.b) Dokumentasi yaitu mengadakan penelitian terhadap data-data yang telah

didokumentasikan pada Kantor Lurah Kendari Barat.3.5 Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini digunakan adalah analisis deskriptif untuk menjelaskan variabel-variabel yang dikemukakan dalam penelitian. 3.6 Definisi Operasional Variabel

Penelitian menggunakan sejumlah variabel yang perlu diberikan batasan operasionalnya sebagai berikut :1) Implementasi adalah tindakan untuk melaksanakan kegiatan program nasional

pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Lahundape. Sub variabel ini adalah :a) Pengembangan masyarakat yaitu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat

di Kelurahan Lahundape, variabel ini diukur indikator : 1. Pelatihan yaitu kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan dalam

bentuk pelatihan kerja. (paket)2. Penyuluhan yaitu kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan dalam

bentuk penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat (paket).b) Bantuan Langsung Masyarakat yaitu pemberian bantuan dana untuk mendayakan

masyarakat Kelurahan Lahundape (Rupiah). c) Peningkatan kapasitas masyarakat yaitu tindakan untuk meningkatkan peran aktif

pemerintah daerah dan pelaksana program di Kelurahan Lahundape (Paket).d) Pengembangan program adalah tindak lanjut dari program yang dilaksanakan

sebelumnya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Lahundape (Paket).

2) Kualitas Sumber Daya Manusia adalah tingkat pendidikan, keterampilan dan pengalaman wanita yang diberdayakan dalam program PNPM Mandiri

3) Pendapatan adalah penerimaan hasil dari kegiatan yang dilakukan dalam kelompok-kelompok yang dibentuk dalam program PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape (Rupiah)

BAB IV

Page 17: Implementasi pemberdayaan masyarakat

17

IMPLEMENTASI PROGRAM PNPM MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI KELURAHAN LAHUNDAPE KECAMATAN

KENDARI BARAT

A. Deskripsi Implementasi Program PNPM MandiriPenelitian yang dilakukan di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota

Kendari bertujuan untuk meningkatan pendapatan keluarga melalui implementasi program PNPM Mandiri. Adapun program tersebut dapat disajikan sebagai berikut :

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari menggunakan mekanisme kerja yang disajikan dalam tahap-tahap implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri sebagai berikut :1. Observasi awal dari kegiatan PNPM Mandiri untuk memperoleh data di lapangan, kerja

sama dengan masyarakat untuk membentuk kelompok-kelompok kerja yang akan menjadi dasar dalam pemberian bantuan pemberdayaan kelompok usaha di Kelurahan Lahundape. Mekanisme orientasi PNPM Mandiri dilakukan oleh pelaksana program, koordinasi dengan lurah dan aparat Kelurahan Lahundape selama 1 (satu) minggu untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan tujuan pengembangan usaha dalam gabungan kelompok kerja (GAPOKJA) dan pengembangan usaha mandiri

Hasil wawancara dengan Nurjana (Pengelola PNPM MANDIRI Kelurahan Lahundape Tanggal 19 Juli 2010) diperoleh informasi bahwa

Tahap orienstasi dalam program ini merupakan rencana pelaksanaan yang diawali dengan pengumpulan data berdasarkan kondisi riil di lapangan sehingga program kerja untuk meningkatkan produktivitas usaha di Kelurahan Lahundape dapat dilaksanakan.

2. Pencanangan program PNPM Mandiri dan penyiapan personil tenaga lapangan pendukung pelaksanaan Program Pengembangan Usaha dan Gapokja di Kelurahan Lahundape. Pencanangan program dilakukan setelah hasil orientasi selama 1 (satu) minggu. Hasil orientasi yang dilakukan disesuaikan untuk mencanangkan Program PNPM Mandiri dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan personil lapangan yang membidangi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI) Pencanangan Program Pengembangan Usaha Mandiri. Hasil orientasi berupa pendataan jumlah warga miskin, jumlah pengusaha agribisnis yang produktif dan tidak produktif, sumber-sumber pendapatan masyarakat dan data-data lainnya yang dibutuhkan untuk dicanangkan menjadi program kerja dalam bentuk usaha kecil mandiri.

3. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan kepada kelompok usaha mandiri dalam rangka peningkatan produktivitas usaha Kelurahan Lahundape. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan ditujukan untuk lebih mendekatkan masyarakat kepada program pemberdayaan seperti pembentuk kelompok usaha mandiri yang akan diimplementasikan.

Penyuluhan yang diberikan kepada kelompok usaha antara lain :a. Pengelolaan keuangan usahan di desa yang diikuti oleh para anggota kelompok

usaha sebanyak 25 orang selama 1 (satu) minggub. Penyusunan laporan keuangan usaha yang diberikan kepada 25 orang dari masing-

masing kelompok usaha c. Penyajian Laporan Keuangan kepada pemilih program sebagai bentuk pertanggung

jawaban kepada pemilik program dalam rangka evaluasi dan pengambilan keputusan.

Page 18: Implementasi pemberdayaan masyarakat

18

Kegiatan pelatihan dilakukan dalam bentuk praktek kerja pembukuan usaha agribisnis yang dibimbing oleh pelaksana program dari tahapan pembuatan transaksi hingga tahap penyusunan laporan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa kegiatan penyuluhan, dan pelatihan dilakukan pada kantor Kecamatan Lembo kerja sama dengan Ormas Kelurahan Lahundape. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk tatap muka dengan presentase singkat untuk menjelaskan tujuan PNPM Mandiri Pedesaan.

4. Pelaksanaan pembentukan kelompok kerja dengan melibatkan masyarakat di Kelurahan Lahundape dalam bentuk usaha berbasis pada pemberdayaan usaha. Kelompok kerja yang dibentuk adalah calon-calon kelompok usaha yang akan dibina dalam pengembangan usaha agribisnis pedesaan. Hasil dari kegiatan ini membentuk kelompok-kelompok serba usaha dan badan keswadayaan masyarakat seperti :

a. Kelompok usaha mandiri yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lainnya selain yang dibentuk dalam kegiatan usaha agribisnis.

b. Kelompok swadaya masyarakat yang dilakukan untuk mereka yang telah memiliki embrio usaha untuk dikembangkan secara swadaya guna menjadi sumber pendapatan keluarga yang potensial.

c. Kelompok serba usaha yang dilakukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan usaha untuk menghimpun masyarakat angkatan kerja guna bekerja dan memperoleh pendapatan dalam rangka mengentaskan kemiskinan.

5. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri akan dilaksanakan

berdasarkan rencana kerja yang telah disusun oleh pelaksana dan masyarakat secara partisipaitif untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan memanfaankan sumber daya yang tersedia pada wilayah Kelurahan Lahundape melalui penigkatan produktivitas usaha.Hasil penelitian diperoleh bahwa PNPM Mandiri yang dilaksanakan di Kelurahan Lahundape merupakan hasil orintensi untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia di Kelurahan Lahundape dengan memanfaatkan sumber daya alam yang pada gilirannya dapat diolah menjadi sumber pendapatan keluargaSementara itu tujuan dari program PNPM di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari

Barat Kota Kendari adalah :a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,

kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Berdasarkan analisa ekonomi, peningkatan partisipasi wanita dalam kelompok-kelompok kerja akan memudahkan mereka berinteraksi untuk melakukan kegiatan usaha untuk menghasilkan output yang dapat dijual.

b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.Kapasita wanita dalam bekerja dapat diandalkan untuk menyelesaikan pekerjaan secara bersama dengan kaum pria. Kapasita ini tumbuh dan berkembang bersama kemampuan dan keterampilan kerja untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan dalam program pemberdayaan.

c. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

Page 19: Implementasi pemberdayaan masyarakat

19

Pelaku program memiliki kemampuan kerja dan pemahaman yang dapat dijadikan kekuatan untuk mengimplementasikan program PNPM dengan baik.

d. Meningkatkan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.Dalam kajian ini kerja sama menjadi inti dari kegiatan yang akan dicapai oleh stakeholder yang berkepentingan, dalam hal ini pemerintah, masyarakat dan pihak swasta serta pihak lainnya yang berkepentingan dalam pelaksanaan program pemberdayaaan.

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.Masyarakat kelurahan Lahundape merupakan masyarakat majemuk yang mengharapkan adanya perubahan untuk meningkatkan kesejahteraan.

f. Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta melestarikan kearifan lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.Kebutuhan terhadap modal dan tenaga kerja menjadi dasar penting dalam pencapaian tujuan ekonomi berupa peningkatan pendapatan, olehnya olehnya itu diharapkan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat di Kelurahan Lahundape dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga.

a. Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Implementasi Program PNPM MandiriPendapata masyarakat di Kelurahan Lahundape cukup berbeda-beda. Sebelum adanya

program implementasi, pendapatan masyarakat dari hasil kerja mereka dapat penulis sajikan pada Tabel berikut :

Tabel 1 Distribusi Pendapatan Masyarakat Sebelum Impelemntasi Program PNPM di Kelurahan Lahundape.

No Resp Kegiatan Usaha Pendapatan Sebelum Implementasi (Rp)

1 Pekerja jasa 500.0002 Pedagang Kaki lima 700.0003 Buruh Kasar 400.0004 Buruh Kasar 450.0005 Pedagang Kaki lima 600.0006 Pembantu rumah tangga 300.0007 Pedagang Kaki lima 650.0008 Pembantu rumah tangga 450.0009 Pembantu rumah tangga 500.00010 Pedagang Kaki lima 450.00011 Pekerja jasa 450.00012 Pedagang Kaki lima 500.00013 Pedagang Kaki lima 400.00014 Buruh Kasar 300.00015 Pekerja jasa 400.00016 Pembantu rumah tangga 400.00017 Buruh Kasar 400.00018 Pembantu rumah tangga 450.00019 Buruh Kasar 400.000

Page 20: Implementasi pemberdayaan masyarakat

20

20 Buruh Kasar 300.00021 Pedagang Kaki lima 450.00022 Pedagang Kaki lima 500.00023 Pekerja jasa 500.00024 Buruh Kasar 450.00025 Pedagang Kaki lima 300.00026 Pembantu rumah tangga 300.00027 Pembantu rumah tangga 300.00028 Pedagang Kaki lima 550.00029 Pedagang Kaki lima 500.00030 Buruh Kasar 450.00031 Buruh Kasar 350.00032 Pekerja jasa 450.00033 Pedagang Kaki lima 700.00034 Pembantu rumah tangga 400.00035 Pembantu rumah tangga 350.00036 Pekerja jasa 600.00037 Pembantu rumah tangga 500.00038 Buruh Kasar 300.00039 Buruh Kasar 400.00040 Pedagang Kaki lima 600.000

Rata-rata 448.750Sumber : Data primer diolah, 2010

Data pada Tabel 1 menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh responden penelitian berdasarkan pekerjaanya. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari berbagai jenis pekerjaan sebelum implementasi program PNPM mandiri adalah sebesar Rp. 448.750. Hal ini jika dibandingkan dengan standar upah minimum provinsi tahun 2010 yang diberlakukan pemerintah sebesar Rp.870.000 per bulan, maka pendapatan keluarga masih tergolong rendah. Pendapatan tersebut juga menunjukkan kemampuan masyarakat Kelurahan Lahundape dalam melakukan kegiatan usahanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Hasil wawancara dengan Lurag Lahundape Tanggal 20 Juli 2010) diperoleh informasi bahwa

Masyarakat di kelurahan Lahundape memiliki aktivitas yang berbeda-beda, pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan kemampuan mereka, ada yang bekerja sebagai pedagang, buruh, pembantu rumah tangga dan ada juga pekerja jasa. Rendahnya pendapatan yang mereka peroleh membuat pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan mereka melalui program pemberdayaan seperti PNPM Mandiri.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ada perhatian pemerintah Kelurahan Lahundape terhadap pendapatan keluarga sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan di Kelurahan Lahundape. Sementara itu pendapatan masyarakat sesudah implementasi program PNPM Mandiri dapat disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2 Distribusi Pendapatan Masyarakat Sesudah Impelemntasi Program PNPM di Kelurahan Lahundape

.

No Resp Kegiatan Usaha Pendapatan Sesudah Implementasi (Rp)

Page 21: Implementasi pemberdayaan masyarakat

21

1 Pekerja jasa 700,0002 Pedagang Kaki lima 980,0003 Usaha mandiri 560,0004 Usaha mandiri 630,0005 Pedagang Kaki lima 840,0006 Usaha mandiri 420,0007 Pedagang Kaki lima 910,0008 Usaha mandiri 630,0009 Usaha mandiri 700,000

10 Pedagang Kaki lima 630,00011 Pekerja jasa 630,00012 Pedagang Kaki lima 700,00013 Pedagang Kaki lima 560,00014 Usaha mandiri 420,00015 Pekerja jasa 560,00016 Pembantu rumah tangga 560,00017 Usaha mandiri 560,00018 Usaha mandiri 630,00019 Usaha mandiri 560,00020 Usaha mandiri 420,00021 Pedagang Kaki lima 630,00022 Pedagang Kaki lima 700,00023 Pekerja jasa 700,00024 Usaha mandiri 630,00025 Pedagang Kaki lima 420,00026 Usaha mandiri 420,00027 Usaha mandiri 420,00028 Pedagang Kaki lima 770,00029 Pedagang Kaki lima 700,00030 Usaha mandiri 630,00031 Usaha mandiri 490,00032 Pekerja jasa 630,00033 Pedagang Kaki lima 980,00034 Usaha mandiri 560,00035 Usaha mandiri 490,00036 Pekerja jasa 840,00037 Usaha mandiri 700,00038 Usaha mandiri 420,00039 Usaha mandiri 560,00040 Pedagang Kaki lima 840,000

Rata-rata 628,250Sumber : Data diolah, 2010Data pada Tabel 2 menunjukkan pendapatan responden penelitian setelah dilakukan program PNPM Mandiri melalui kelompok-kelompok kerja yang dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dimana buruh kasar dan pembantu rumah tangga dikembangkan menjadi kelompok dalam usaha mandiri. Sementara itu pekerja jasa dan pedagang kaki lima diberikan modal kerja sesuai dengan kebutuhannya dan diawasi oleh pelaksana program melalui laporan keuangan dari masing-masing kelompok usaha. Rata-rata peningkatan pendapatan keluarga sesudah program PNPM Mandiri di Implementasikan adalah sebesar Rp.628.250 per orang. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dan perbedaan antara sebelum dan sesudah diimplementasikannya program PNPM Mandiri.

Page 22: Implementasi pemberdayaan masyarakat

22

B. Analisis Implementasi Program PNPM Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Lahundape

Pelaksanaan program PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari menyangkut program - program kerja yang akan dikaji sebagai variabel penelitian yang mencakup :a. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat yang menjadi komponen PNPM Mandiri dilakukan untuk meningkatkan kaulitas masyarakat dan produktivitas usaha di Kelurahan Lahundape. Hasil pengukuran sub variabel pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui tanggapan responden terhadap item peningkatan kualitas dan peningkatan produktivitas dapat dijelaskan sebagai berikut :1) Peningkatan kualitas Masyarakat

Kualitas sumber daya manusia di dalam program ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diprogram untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelolaan kegiatan di bidang usaha. Kaitan dengan studi ekonomi dalan penelitian ini diperoleh bahwa kegiatan usaha yang dikelola menjadi kelompok-kelompok kerja yang akan diberdayakan dengan kegiatan-kegiatan program.

Studi ekonomi dari kegiatan ini adalah penyediaan lapangan kerja untuk menyerap angkatan kerja yang diberdayakan di Kelurahan Lahundape. Hasil penelitian diperoleh bahwa lapangan kerja yang dibentuk antara lain jasa tukang, jahitan bengkel. Kedua lapangan kerja ini disinyalir memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat.

Hasil pengukuran item peningkatan kualitas masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja disajikan pada tabel berikut :Tabel 3 Tanggapan Responden Terhadap Peningkatan Kualitas Masyarakat Melalui

Program PNPM

No. KategoriJumlah Responden

(Orang) Persentase (%)1Sangat tidak baik 1 2.52Tidak baik 3 7.53Cukup baik 8 204Baik 13 32.55Sangat baik 15 37.5

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang diteliti dalam penelitian ini memberi tanggapan terhadap program peningkatan kualitas, 15 orang atau 37,5 persen responden menyatakan sangat baik, artinya dengan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kualitas akan mendorong terbentuknya tenaga kerja yang profesional dan mandiri dalam rangka pencapaian hasil kerja yang diharapkan. 13 orang atau 32,5 persen responden menyatakan baik, 8 oang atau 20 persen menyatakan cukup baik,dan 3 orang atau 7,5 persen responden menyatakan tidak baik sedangkan 1 orang atau 2,5 persen responden di antaranya menyatakan sangat tidak baik. Namun demikian kebanyakan responden menyatakan bahwa ada upaya pemerintah melalui program PNPM untuk memperbaiki ekonomi masyarakat Kelurahan Lahundape.

Page 23: Implementasi pemberdayaan masyarakat

23

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan bersama Sartini (Kasi Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat) pada tanggal 20 Juli 2010 diperoleh informasi bahwa :

Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan sehingga mereka tidak tetap miskin. Masyarakatlah yang menghendaki untuk tetap miskin dan tidak menghendaki perubahan oleh karena itu kebijakan pemberdayaan terus disosialisasi untuk dapat mengangkat derajat dan mengentaskan kemiskinan masyarakat melalui peningkatan kualitas.

2) Peningkatan produktivitasProduktivitas yang diharapkan dalam kegiatan program PNPM adalah

kemampuan masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan pada bidang agribisnis. Selain itu kegiatan agrinisnis membutuhkan adanya produktivitas yang tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan usaha.

Hasil pengukuran item peningkatan produktivitas masyarakat melalui hasil pengembangan usaha disajikan pada tabel berikut :Tabel 4. Tanggapan Responden Terhadap Peningkatan Produktivitas

No. Kategori Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

12345

Sangat tidak baikTidak baikCukup baikBaikSangat baik

2491114

510

22,527,535

Jumlah 40 100Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian terhadap peningkatan produktivitas 14 orang atau 35 persen responden menyatakan sangat baik, artinya melalui program PNPM yang dilaksanakan di Kelurahan Lahundape, kelompok-kelompok masyarakat dan pekerja lainnya dapat meningkatkan pendapatan. 11 orang 27,5 persen responden memberikan tanggapan yang baik terhadap peningkatan produktivitas, 9 orang atau 22,5 persen responden menyatakan cukup baik, 4 orang atau 10 responden menyatakan kurang tidak baik dan 2 orang atau 5 persen responden sangat tidak baik, artinya mereka menganggap bahwa tanpa melalui program PNPM dapat dilakukan peningkatan produktivitas tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa studi ekonomi dalam implementasi program PNPM di Kelurahan Lahundape bertujuan untuk meningkatan pendapatan keluarga melalui kegiatan yang dilakukannya di masing-masing usaha seperti usaha jasa jahitan pertukangan, bengkel, usaha mandiri, dagangan,

b. Bantuan langsung masyarakatBantuan langsung masyatakat merupakan komponen program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri yang dilakukan untuk mengembangkan usaha. Dana yang diberikan kepada masyarakat secara bertahap sebesar Rp.35.000.000 dan Rp.65.000.000 sehingga total dana yang dikelola adalah Rp.100.000.000. 1) Pendataan penduduk

Pendataan penduduk dilakukan untuk menunjang implementasi program PNPM yang dilaksanakan melalui program pengembangan usaha kecil. Hasil

Page 24: Implementasi pemberdayaan masyarakat

24

penelitian diperoleh bahwa pendataan penduduk ditujukan untuk mengetahui kondisi penduduk yang bekerja dan tidak bekerja selain itu pendataan ini merupakan upaya untuk menyadarkan masyarakat guna meningkatkan produktivitasnya. Tanggapan responden terhadap pendataan penduduk dalam program PNPM Mandiri, penulis sajikan pada tabel berikut :Tabel 5 Tanggapan Responden Terhadap Pendataan Penduduk

No. Kategori Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

12345

Sangat tidak baikTidak baikCukup baikBaikSangat baik

1361317

2,57,515

32,542,5

Jumlah 40 100Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 5 menunjukkan tanggapan responden terhadap pendataan pendudukan dalam implementasi program PNPM, 42,5 persen responden menyatakan sangat baik, artinya mereka menginginkan adanya penduduk yang terdata dan dilibatkan langsung dalam program sehingga mereka dapat berupaya untuk memperbaiki ekonomi rumah tangganya, terutama pendataan tentang pekerjaan, pendapatan, dan jumlah tanggung yang menjadi penyebab utama terjadinya kemiskinan. Sementara itu 32,5 persen menyatakan kegiatan pendataan adalah baik, 15 persen menyatakan cukup baik sedangkan 7,5 persen adalah responden yang menyatakan tidak baik dan 2,5 persen sangat tidak baik, arti mereka menganggap tidak perlu ada pendataan penduduk, tetapi langsung saja pada kegiatan implementasi program. Namun demikian setiap kegiatan implementasi program membutuhkan adanya data kependudukan yang menunjang penyelenggaraan kegiatan sehingga pendataan penduduk perlu dilakukan.

2) Penyaluran bantuan danaBerkaitan dengan pendataan penduduk, maka kegiatan penyaluran dana dalam

program PNPM dapat disesuai dengan kegiatan yang telah dibentuk seperti usaha jasa, dagangan dan usaha mandiri. Dana yang disalurkan dalam program PNPM di Kelurahan dapat disajikan pada tabel berikut :Tabel 6 Dana Program PNPM di Kelurahan Lahundape Tahun 2009

No. Jenis Kegiatan PNPM Di Kecamatan Lembo

Jumlah Dana (Rp) Persentase (%)

1 Usaha Jasa 32.000.000 24,242 Pedangan Kaki Lima 35.000.000 26,523 Usaha mandiri 65.000.000 49,24

Jumlah 132.000.000 100Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 6 menunjukkan jumlah dana yang dialokasikan pada kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape dalam tahun 2009 sebesar Rp.132.000.000, dana yang disediakan 24,24 persen digunakan untuk kegiatan usaha jasa, 26,52 persen digunakan untuk meningkatan usaha dagang, 49,24 persen digunakan untuk usaha mandiri sesuai dengan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini menggambarkan bahwa dana yang disalurkan dalam implementasi program PNPM, 49,24 persen digunakan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Page 25: Implementasi pemberdayaan masyarakat

25

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tanggapan responden terhadap penyaluran dana dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat disajikan pada tabel berikut :Tabel 7 Tanggapan Responden Terhadap Penyaluran Bantuan Langsung

No. Kategori Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

12345

Sangat tidak baikTidak baikCukup baikBaikSangat baik

0251419

05

12,535

47,5Jumlah 40 100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010Tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang diteliti dalam penelitian

memberikan tanggapan terhadap penyaluran bantuan langsung. 47,5 persen responden menyatakan sangat baik, artinya dengan kegiatan tersebut pemerintah membangunan kepercayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan di Kelurahan Lahundape. 35 persen responden menyatakan baik, sedangkan 12,5 persen responden menyatakan cukup baik dan 5 persen responden menyatakan tidak baik terhadap penyaluran bantuan langsung hal ini disebab banyak dana yang dgunakan tidak sesuai dengan tujuannya untuk memberdayakan masyarakat. Namun demikian sebagian besar responden setuju terhadap penyaluran bantuan langsung.

Penyaluran dana ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaikan perekonomian masyarakat dan kelompok-kelompok agribisnis pedesaan sehingga dapat meningkat kesejahteraan masyarakat.

c. Peningkatan kapasitas MasyarakatBerkaitan dengan peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja dan

penyerapan tenaga kerja di Kelurahan Lahundape sebagai bagian dari perbaikan ekonomi rakyat, maka implementasi program PNPM melalui komponen peningkatan kapasitaa menjadi salah satu langlah untuk mewujudkan hal tersebut. Peningkatan kapasitas melalui penyuluhan dan pelatihan kerja kelompok yang diselenggaran dalam program PNPM diikuti oleh masyarakat secara partisipatif. Kegiatan peningkatan kapasitas melibatkan kaum wanita di Kelurahan Lahundape. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kapasitas melalui program PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape dapat penulis sajikan pada tabel berikut :

Tabel 8. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pada Program PNPM Tahun 2009No. Kegiatan Lama Kegiatan

(Hari)Persentase

(%)1.2.

Penyuluhan/PembinaanPembinaan kerja kelompok

107

2517,5

Page 26: Implementasi pemberdayaan masyarakat

26

3.4.5.6.

Kerja kelompok JasaUsaha MandiriPenanganan hasil usahaPengolahan hasil usaha

5468

12,5101520

Jumlah 40 100Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 8 menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat di Kelurahan Lahundape merupakan upaya untuk membangun produktivitas masyarakat yang dimulai dari cara pengelolaan usaha yang dilakukan sebagai sumber pendpaatan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan kapasitas merupakan komponen PNPM Mandiri yang dapat diukur melalui item-item berikut :1. Peran aktif pemerintah

Peran aktif pemerintah dalam peningkatan kapasitas adalah berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan dan pembinaan serta penyuluhan. Tanggapan terhadap peran aktif pemerintah disajikan pada tabel berikut :Tabel 9. Tanggapan Responden Terhadap Peran Serta Pemerintah

No. Kategori Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

12345

Sangat tidak baikTidak baikCukup baikBaikSangat baik

1371316

2,57,517,532,540

Jumlah 40 100Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang diteliti dalam penelitian ini 40 persen menyatakan bahwa peran serta pemerintah dalam peningkatan kapasita masyarakat sangat baik artinya perlu adanya peran pemerintah untuk menunjang pelaksanaan program PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape, 32,5 persen responden menyatakan baik, 17,5 persen responden menyatakan cukup baik sementara 7,5 persen responden menyatakan tidak baik dan 2,5 persen menyatakan sangat tidak baik, artinya mereka tidak ingin adanya peran pemerintah dalam Implementasi Program PNPM lebih banyak menunggu hasil kerja masyarakat melalui kelompok kerja yang dibentuk. Namun demikian kebanyakan responden menyatakan bahwa peran pemerintah dalam implementasi program PNPM Mandiri sangat baik..

2. Peran masyarakatPeran masyarakat dalam peningkatan kapasitas adalah partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan program pengembangan usaha. Tanggapan terhadap peran masyarakat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 10. Tanggapan Responden Terhadap Peran MasyarakatNo. Kategori Jumlah

Responden (Orang)

Persentase (%)

1 Sangat tidak baik 0 0

Page 27: Implementasi pemberdayaan masyarakat

27

2345

Tidak baikCukup baikBaikSangat baik

161320

2,515

32,550

Jumlah 40 100Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Tabel 10 menunjukkan bahwa responden yang diteliti dalam penelitian ini 50 persen responden menyatakan peran masyarakat dalam peningkatan kapasitas adalah sangat baik artinya perlu adanya peran masyarakat dalam menunjang pelaksanaan program PNPM Mandiri di Kelruahan Lahundape, 32,5 persen responden menyatakan baik, 15 persen responden menyatakan cukup baik sementara dan 2,5 persen responden menyatakan tidak baik, artinya mereka inginkan program PNPM diimplementasikan secara profesional oleh para pelaksana dan tidak menimbulkan dampak negatif kepada masyarakat, akan tetapi harus berupaya untuk dapat meningkatkan kapasitas masyarakat sesuai dengan tujuan program tersebut.

d. Pengembangan programTindak lanjut program merupakan bentuk dari kegiatan lanjut dalam

penyelenggaraan program pengentasan. Pengembangan program tersebut dilakukan melalui peningkatkan kegiatan-kegiatan program PNPM Mandiri meliputi pembentukan kelompok kerja untuk pekerja jasa, usaha mandiri dan dagangan. Tanggapan terhadap tindak lanjut program dapat disajikan pada tabel berikut :Tabel 11 Tanggapan Terhadap Tindak Lanjut Program

No. Kategori Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

12345

Sangat tidak baikTidak baikCukup baikBaikSangat baik

0091417

00

22,535

42,5Jumlah 40 100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010Tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang diteliti dalam penelitian ini, 42,5

persen responden menyatakan sangat baik artinya mereka mengharapkan adanya tindak lanjut program PNPM untuk kemudian disosialisasikan dan dilaksanakan di Kelurahan Lahundape, 35 persen adalah mereka yang menyatakan baik, dan 22,5 responden menyatakan cukup baik, mereka memerlukan bentuk program lain untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Namun demikian kebnayakan responden menyatakan bahwa tindak lanjut program dilaksanakan untuk mengevaluasi dan mengukur keberhasilkan implementasi program dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di Kelurahan Lahundape sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diperoleh bahwa implementasi program PNPM Mandiri di Kelurahan Lahundape. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatkan pendapatan sesudah diimplementasikannya program PNPM Mandiri dari pendapatan rata-rata Rp.448.720 meningkat menjadi Rp. 628.250 per bulan berdasarkan kelompok kerja yang diberdayakan dalam program PNPM Tersebut. Secara ekonomi dapat dikemukakan bahwa program PNPM Mandiri melalui kegiatan kelompok-kelompok kerja dapat meningkatkan pendapatan keluarga di Kelrahan Lahundape dan membuka lapangan

Page 28: Implementasi pemberdayaan masyarakat

28

kerja kepada wanita dan anak-anak angkatan kerja sehingga pengangguran dan kemiskinan dapat dikurangi.

Sejalan dengan hal tersebut hasil tanggapan responden terhadap Implementasi program PNPM Mandiri diperoleh kebanyakan responden menyatakan bahwa program PNPM Mandiri yang diimplementasikan melalui pengembangan masyarakat, pemberian bantuan langsung masyarakat, peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal, serta meningkatkan bantuan pengelolaan dan pengembangan program adalah sangat baik. Hal ini sejalan dengan tujuan program PNPM yang dikemukakan oleh Royat (2007) sebagai berikut :1) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,

kelompok wanita, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

3) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

4) Meningkatkan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

6) Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta melestarikan kearifan lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakatSecara ekonomi, tujuan dari PNPM Mandiri akan meningkatkan pendapatan

keluarga melalui penyertaan bantuan modal kerja penyuluhan bagi wanita dalam kelompok kerja dan pelatihan kerja yang berhubungan dengan kelompok-kelompok yang yang telah dibentuk, yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskian dan meningkatkan pendapatan keluarga di Kelurahan Lahundape.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Implementasi Program PNPM

Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari dengan menggunakan analisis deskriptif maka dapat disimpulkan bahwa program PNPM Mandiri yang diimplementasi melalui pengembangan masyarakat, pemberian bantuan langsung masyarakat, peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal, serta meningkatkan bantuan pengelolaan dan pengembangan program dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kelompok usaha jasa, usaha mandiri dan usaha dagang.

B. Saran

Page 29: Implementasi pemberdayaan masyarakat

29

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disarankan sebagai berikut :1. Untuk meningkatkan kegiatan usaha, maka setiap anggota keluarga diharapkan dapat

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok yang dibentuk melalui program PNPM Mandiri untuk memperoleh penyuluhan dan pelatihan kerja guna meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

2. Untuk meningkatkan pendapatan usaha, maka setiap kelompok diharapkan untuk dapat menghasilkan output atau barang dan jasa yang dapat ditukar dengan nilai uang sebagai harga dari barang dan jasa yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan keluarga pada masa mendatang.

3. Untuk mengembangkan program PNPM di Kelurahan Lahundape, maka diharapkan adanya kerja sama dan partisipasi antara stakeholder guna mensosialisasikan program kerja dalam PNPM Mandiri dapat dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pada masa mendatang.