promkes perilaku sehat pak azhari.doc
TRANSCRIPT
Promosi Kesehatan
Perilaku Sehat
Disusun Oleh : Kelompok 4
1. Adela Sari
2. Alvin Ghali Anugra
3. Dina Oktarina
4. Dea Vanike Azinora
5. Elba Habiburahma
6. Iis Tiwi
Tingkat : II.A
Dosen : Drs. Azhari, M.kes
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBNG
JURUSAN DIV KEPERAWATAN
2015-2016
PERILAKU SEHAT
1. Definisi Perilaku Secara Umum
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Jadi kesimpulannya perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) seorang akhli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
2. Perilaku Kesehatan
Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh
perorangan, akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh
masyarakat. Dalam UU Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, “ Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Hal ini berarti bahwa kesehatan pada diri seseorang atau individu itu mencakup
aspek fisik, mental, spiritual dan sosial demi tercapainya keadaan yang sejahtera
bagi seseorang baik dengan produkivitasnya dan juga ekonominya.
Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktifitasnya dalam
arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum
memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang sudah tidak bekerja
(pensiun) atau usila (usia lanjut). Berlaku produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan
kegiatan pelayanan sosial bagi usila.Kelima dimensi tersebut saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok
atau masyarakat.Itulah sebabnya kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh.
Wujud atau indikator dari masing-masing tersebut dalam kesehata individu antara
lain sebagai berikut.
1) Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit.Semua organ tubuh normal dan berfungsi
normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2) Kesehatan mental(jiwa) mencakup dua komponen yakni pikiran dan
emosional.
a. Pikiranyang sehat tercermin dari cara berfikir seseorang yakni mampu
berfikir logis (masuk akal) atau berpikir secara runtut.
b. Emosional yang sehat tercermin dari kemanpuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih
dan sebagainya.
3) Kesehatan Spiritual tercermin dari cara seseorang dari cara
mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap Sang
Pencipta Alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa) secara mudah
spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktek keagamaan atau
kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma
masyarakat.
4) Kesehatan Sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau
kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan
status sosial, ekonomi, politik dan sebagainya; saling menghargai dan
toleransi.
3. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan
kesehatan terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minnuman)
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sisitem atau fasilitas pelayanan
kesehatan
Upaya seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.Dimulai dari
pengobatan sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Becker, 1979 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, diantaranya:
a. Perilaku hidup sehat: Kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup :
1) Menu seimbang
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak meminum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalikan stress
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.
b. Perilaku sakit: Respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dsb.
c. Perilaku peran sakit
Perilaku ini mencakup :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak.
3) Mengetahui hak, misalnya memperoleh perawatan.
Perilaku kesehatan mencakup :
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit. Perilaku terhadap sakit
dan penyakit sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:
(a) Peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behavior). Misalnya, makan makanan yang bergizi, olah raga.
(b) Pencegahan penyakit (health prevention behavior). Misalnya
tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk
malaria, imunnisasi. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan
penyakit kepada orang lain.
(c) Pencarian pengobatan (health seeking behavior). Misalnya
usaha-usaha mengobati penyakitnya sendiri atau mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,
mantra, dokter praktek).
(d) Pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior). Misalnya
melakukan diet, mematuni anjuran-anjuran dokter.
b. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan.
Respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun
tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara
pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan(nutrition behavior)
Respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita
terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi),
pengelolaan makanan sehubungan kebutuhan tubuh kita.
d.Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
Adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia.Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan itu sendiri.
Perilaku ini antara lain mencakup :
Perilaku sehubungan air bersih termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan
penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
1) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut
segi-segi hygiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
2) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair.
3) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai.
4) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vector).
4. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku
itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).
Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu
cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan individu yang bersangkutan terhadap
kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan
biologi.Pada kenyataannya memang demikian. Tiap individu memiliki cara yang
berbeda dalam mengambil tindakan pencegahan atau penyembuhan meskipun
gangguan kesehatannya sama. Biasanya, tindakan yang diambil bersumber dari
penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan
tersebut. Penilaian semacam ini menstimulasi dimulainya proses sosial psikologis.
Proses seperti ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan oleh si
penderita mengenai gangguan yang dialaminya. Proses ini mengikuti suatu
keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu
gangguan atau ancaman kesehatan.dalam hal ini persepsi individu dan
orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan.
b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut.
Pada umumnya, setiap gangguana kesehatan akan menimbulkan
kecemasan baik bagi yang bersangkutan ataupun bagi anggota
keluarganya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya
kematian. Hal inilah yang akan menimbulkan bermacam-macam bentuk
perilaku.
c. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan
yang dialaminya. Berbagai cara penerapan pengetahuan bail dalam
menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya
merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan
kecemasan atau gangguan tersebut.Dalam hal ini, bail orang awam
maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti
melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguang kesehatan.Dari sini
muncullah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis :Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa: menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi: berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving): diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding): Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing): Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan :
a. Persepsi (perception) :Mengenal dan memilih berbagai objek
sepengaruh dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response): Dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan
indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism): Apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption): Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2007),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri
orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
a. Kesadaran (awareness):Dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Tertarik (interest): Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluasi (evaluation): Menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (trial): Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Menerima (Adoption): Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
5. Determinan Dan Perubahan Perilaku
Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek , yaitu
aspek fisik, psikis, dan sosial
1. Menurut Teori Lawrence Green: Kesehatan seseorang ditentukan oleh 2
faktor :
1) Faktor perilaku (behavior causes)
Perilaku terbentuk dari 3 faktor :
a. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Contohnya: Seseorang yang tidak
mau mengimunisasikan anaknya diposyandu dapat disebabkan karena
orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi
anaknya
b. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya, puskesmas, obat-
obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban. Contohnya: Karena rumahnya
jauh dari posyandu atau puskesmas setempat mengimunusasi anaknya
c. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan. Contohnya: Para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat
lain di sekitar tadak pernah mengimunisasi anaknya
2) Faktor diluar perilaku (non behavior causes).
2. Teori Snehandu B, Kar Kar yang menyatakana perilaku itu merupakan
fungsi dari :
a. Niat seseorang sehubungan dengan kesehatan (behavior intention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat (social-support). Contohnya:
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accessibility of information).
d. Otonomi pribadi (personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak
(action situation)
3. Teori WHO
Seseorang berprilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok, yaitu :
a. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi
saat itu.
b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu
kepada pengalaman orang lain.
c. Banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
.
6. Perubahan Perilaku Sehat
Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan
kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku
(behaviour change). Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi
atau pendidkan kesehatan, sekurang- kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni :
a. Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif
(sesuai dengan nilai-nilai kesehatan).
b. Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengambangan
perilau sehat).
c. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah
sesuai dengan norma/nilai kesehatan (perilaku sehat). Dengan perkatan
mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada.Perilaku seseorang
dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di
dalam diri seseorang.
Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka:
a. Faktor sosial, sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku
antara lain sktruktur sosial, pranata-pranata sosial dan permasalahan-
permasalahan sosial yang lain. Pada faktor sosial ini bila seseorang
berada pada lingkungan yang baik yang maka orang tersebut akan
memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan sebaliknya bila seseorang
berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang tersebut akan
memiliki perilaku sehat yang kurang baik juga. Dukungan sosial
(keluarga, teman) mendorong perubaha perubahan sehat. Contohnya
konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.
b. Faktor kepribadian, faktor ini yang mempengaruhi perubahan perilaku
salah satunya adalah perilaku itu sendiri (kepribadian) yang dimana
dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap
perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba
merubah perilaku yang serupa. Contohnya yang berhubungan adalah
rasa kehatian-hatian, membatasi porsi pemakaian internet pada waktu-
waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan membantu
individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan (
habbit) yang dapat merubah perilaku.
c. Faktor Sosial, rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau
harapan-harapan yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya
berhubungan dengan stress yang mendorong melakukan perilaku tidak
sehat seperti merokok.
7. Hubungan Kesehatan dengan Perilaku
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling
berkesinambungan. Individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat
pula. Sebaliknya juga begitu, perilaku yang sehat akan mencerminkan individu
dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu
konsep hidup sehat seperti tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang
sehat.
1. Pencegahan, Tujuan dan Dampak Hidup Sehat
a. Pencegahan
Perilaku pencegahan penyakit (health prevention) adalah respon untuk
melakukan pencegahan penyakit dan upaya mepertahankan dan meningkatkan
kesehatannya/segala tindakan secara medis direkomendasikan, dilakukan secara
sukarela oleh seseorang yang percaya dirinya sehat dan bermaksud untuk
mencegah penyakit atau ketidakmampuan atau untuk mendeteksi penyakit yang
tidak tampak nyata (asimptomatik). Pada proses pencegahan dapat dilakukan
dalam dua bentuk medis dan non medis.
Contoh pencegahan secara medis : imunisasi, makan makanan bergizi
yang mengandung kebutuhan tubuh.
Contoh pencegahan non-medis : olahraga teratur, tidak merokok, tidak
minum minuman keras dan alkohol, istirahat yang cukup. Selain itu perilaku dan
gaya hidup yang positif bagi kesehatan (misalnya, tidak gonta ganti pasangan,
adaptasi dengan lingkungan).
b. Tujuan
Tujuan dari perilaku sehat dan perubahan perilaku sehat adalah agar
terjadinya suatu pola hidup sehat yang menunjukan kepada kebiasaan.
c. Akibat
Akibat Perilaku Sehat:
Reinforcement (Peningkatan):
Merupakan sesuatu yang dilakukan yang dapat membawa kesenangan dan
kepuasan. Contohnya: Positive reinforcement : anak kecil yang mau cuci tangan
sebelum makan bila di berikan mainan. Negative reinforcement : seseorang
minum milanta agar sakit maag hilang.
2) Extincion (Peniadaan)
Extincion merupakan perilaku sehat yang apabila konsekuensinya di
hilangkan maka akan melemah responnya jika tidak ada stimuli/reinforcer lain
yang mempertahankan perilaku sehat.
Contohnya: anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di
berikan mainan tetap melakukan perilaku sehatnya karena pujian orang tua atau
kepuasan karena tangannya bersih dari kuman.
Punishment (Hukuman)
Punishment merupakan perilaku yang apabila dilakukan dan membawa
konsekuensi yang tidak menyenangkan cenderung ditekan. Contohnya: anak kecil
yang bermain dengan benda tajam seperti pisau dimarahi oleh ibunya, akan tidak
mengulanginya lagi.
8. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan
tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang
program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar
covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program-program
kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma
kesehatan diperlukan usaha-usaha yang konkret dan positif. Beberapa strategi
untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia
mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan
/ undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan
perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena
perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya
perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak
pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan
kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan
kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku
sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan
waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal
ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan
tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan
terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda
politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan
yang langgeng.
Daftar Pustaka
Nurfarida, Dede. 2011. Perilaku Kesehatan. “http://perilaku-
kesehatan-blogspot.co.id/2011/12/perilaku-kesehatan.html”.
Diunduh pada 20 September 2015.