prolabir
DESCRIPTION
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Penyehatan Udara SMT3TRANSCRIPT
PROGRAM LANGIT BIRU
(PROLABIR)
Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Penyehatan Udara
Disusun oleh :
SUPRIYANTO
NIM : PO7133110035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Langit Biru adalah suatu program pengendalian pencemaran
udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Program Langit
Biru secara nasional dimulai tahun 1996, untuk DIY dimulai tahun 1997 dengan
kegiatan Evaluasi Kondisi kualitas Udara
Saat pagi dan sore hari di hampir semua kota besar di Indonesia,
kemacetan selalu menjadi pemandangan yang lumrah. Pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor kurang diimbangi dengan pertumbuhan ruas jalan, di sisi
lain ada kecenderungan perilaku pengendara yang tidak mengindahkan
pengendara lain. Jumlah kendaraan yang meningkat dan juga kondisi kemacetan
lalu lintas pada akhirnya menyebabkan emisi gas
buang dari kendaraan bermotor semakin hari semakin
meningkat.Pencemaran akibat asap buangan kendaraan bermotor maupun
industri memang merupakan konsekuensi logis dari peningkatan taraf hidup
manusia perkotaan, kendaraan dijadikan symbol status sosial dan gaya hidup,
serta penggunaan kendaraan yang kurang efektif dan efesien. Sehubungan
dengan hal ini maka diadakan Program Langit Biru sebagai spirit untuk
menciptakan udara bersih dari pencemaran udara.Seiring kemajuan teknologi,
bertambah pula tingkat pencemaran udara sebagai konsekuensi yang harus
dihadapi bersama.
Program Langit Biru merupakan suatu strategi pengendalian pencemaran
lingkungan udara yang dilakukan secara bertahap, terencana dan terprogram
yang melibatkan banyak peran (sektor) baik pemerintah maupun dunia usaha
serta masyarakat dalam arti luas. Sebagai langkah strategis yang memiliki
banyak keterkaitan maka sejak awal sudah harus bisa memberikan uraian dan
penjabaran dari seluruh potensi yang bisa dimanfaatkan, dalam rangka
pengendalian pencemaran.
2
B. Tujuan
Dibawah ini adalah tujuan Program Langit Biru, antara lain :
1. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran udara yang
efektif dan efisien.
2. Terkendalinya pencemaran udara, yang ditunjukkan dengan menurunnya
emisi gas buang dan partikulat dari sumber bergerak dan tidak bergerak.
3. Tercapainya mutu udara ambien yang diperlukan untuk kesehatan manusia
dan makhluk hidup lainnya serta benda-benda cagar budaya.
4. Mewujudkan perilaku sadar lingkungan hidup
C. Azas
Program Langit Biru berazaskan kelestarian fungsi udara untuk
menunjang pembangunan yang berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.
D. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dengan adanya Program Langit Biru adalah
pengendalian sumber pencemar (sumber bergerak dan sumber tidak bergerak)
dan penataan lingkungan hidup.
3
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM LANGIT BIRU
A. Strategi Program Berdasarkan Pendekatan Sumber Pencemar
1. Sumber Pencemar Bergerak
Beberapa alternatif pendekatan dalam pelaksanaan program
pengendalian pencemaran bisa dimulai dari produsen (industri) kendaraan,
dealer (agen pemasaran), pengusaha angkutan, pengusaha bahan bakar dan
juga pengemudi (pemakai).
2. Sumber Pencemar Tidak Bergerak
Sumber pencemar tidak bergerak yang cukup potensial, yakni industri
atau perusahaan perlu suatu inovasi teknologi dalam mengendalikan emisi
gas/partikel buangannya.
Beberapa alternatif pendekatan dalam pelaksanaan program
pengendalian pencemaran bisa dilakukan dengan perbaikan proses,
pemasangan filter pada cerobong asal serta zonasi bagi kegiatan yang
direncanakan.
B. Strategi Program Berdasarkan Pendekatan Kebijaksanaan
1. Kebijakan Penanggulangan Pencemaran
Agar dalam suatu tindakan dalam rangka penanggulangan
pencemaran udara lebih baik, maka pembuatan dan penetapan suatu aturan
menjadi sangat penting sebagai bentuk kebijaksanaan dalam
penanggulangan pencemaran.
2. Kebijakan Pemulihan
Upaya pemulihan kualitas lingkungan lebih banyak melibatkan peran
pemerintah, maka diperlukan tindakan hukum secara nyata. Upaya pemulihan
lingkungan merupakan indikator kesungguhan semua pihak terhadap
Konsistensi Program Langit Biru secara keseluruhan.
C. Monitoring dan Evaluasi Program Langit Biru
Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan 1 (satu)
tahun sekali, sedangkan terhadap programnya dilakukan setiap 5 (lima) tahun
sekali atau pada akhir tahap kegiatan.
4
BAB III
PROGRAM LANGIT BIRU
A. Penyusunan dan Pelaksanaan
Penyusunan Program Langit Biru dibuat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dengan substansi mencakup program, sub program, kegiatan, target
pelaksanaan, pelaksana/instansi, lokasi, sumber pendanaan, indikator, dan
evaluasi program.
Uraian secara lengkap tentang Program Langit Biru dalam rangka
pengendalian pencemaran udara diuraikan dalam dokumen Program Langit Biru
yang berisikan garis-garis pokok kegiatan dan merupakan pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan Program Langit Biru dilakukan secara
terpadu dengan memberikan peran kepada semua pihak, baik pemerintah, dunia
usaha maupun masyarakat. Program Langit Biru merupakan suatu penjabaran
lebih lanjut dari program lingkungan hidup yang bersifat terbuka menjadi
tanggung jawab banyak pihak.
Sebagai bentuk tanggung jawab bersama semua pihak, maka uraian
program kegiatan perlu dijabarkan secara rinci dan jelas, sehingga setiap
program selain dapat menjadi acuan sekaligus dapat terimplementasikan sesuai
dengan kondisi kualitas udara.
Program Langit Biru dilaksanakan dalam bentuk koordinasi teknis dan
operasional di lapangan.
B. Kegiatan Program Langit Biru
Pelaksanaan Program Langit Biru meliputi beberapa kegiatan, antara lain :
1. Penetapan Baku Mutu Emisi Gas Buang Sumber Bergerak
Penetapan Baku Mutu Emisi Gas Buang dari sumber bergerak ditetapkan
untuk tingkat Propinsi, sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997
dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, bahwa baku mutu
ditetapkan oleh Gubernur.
2. Inventarisasi Sumber Pencemar
Inventarisasi sumber pencemar dipergunakan sebagai dasar untuk
perencanaan pengendalian pencemaran udara. Dalam pelaksanaan
inventarisasi sumber pencemar bergerak perlu melibatkan beberapa dinas
5
terkait, baik tingkat kabupaten/kota maupun propinsi. Tersedianya data dasar
ini selain untuk keperluan utama dalam pengendalian pencemaran, juga
sangat besar artinya untuk keperluan perencanaan yang berkaitan dengan
pendapatan dan pembangunan prasaran fisik yang lain. Sehingga data ini
benar-benar multi guna/multi kepentingan.
3. Sosialisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Gas
Sosialisasi pemanfaatan bahan bakar gas perlu dilakukan secara berulang
dan merata kepada masyarakat khususnya dunia usaha, hal ini guna
memperkenalkan adanya bahan bakar ramah lingkungan bagi kendaraan
bermotor.
Untuk lebih meningkatkan percepatan dalam cakupan sasaran
(masyarakat) maka sosialisasi pemanfaatan bahan bakar gas harus dilakukan
setiap tahun oleh banyak instansi, dengan sasaran pemakai kendaraan
bermotor.
4. Sosialisasi Program Langit Biru bagi Pengusaha (Bengkel, Pengemudi
dan Angkutan)
Sosialisasi Program Langit Biru (PROLABIR) kepada pengusaha bengkel,
pengemudi dan angkutan umum (barang dan manusia) sangat diperlukan,
sehingga pemahaman akan arti dan manfaat suatu program tidak lagi hanya
menjadi milik pemerintah saja, melainkan suatu program milik publik. Dengan
demikian diharapkan di waktu yang akan datang peran dunia usaha dan
masyarakat bisa lebih diandalkan serta memiliki peran penting dalam
pelaksanaan pengendalian pencemaran udara.
5. Penyediaan Stasiun Pengisi Bahan Bakar Gas
Konsekuensi dari upaya pengendalian pencemaran udara akibat
pemakaian dan pembakaran bahan bakar minyak (BBM) oleh kendaraan
bermotor, maka perlu ada alternatif untuk menetapkan kebijakan tentang
pemakan bahan bakar lain yang lebih ramah lingkungan. Pemakai ELPIJI
atau gas oleh kendaraan bermotor berdasarkan hasil uji emisi merupakan
bahan bakar yang sangat ramah lingkungan, karena tidak banyak
menimbulkan pencemaran di udara.
6
6. Pengawasan Emisi Gas Buang
Pengawasan emisi gas buang kendaraan bermotor perlu dilakukan secara
berkala, tidak hanya kendaraan angkutan umum namun juga bagi kendaraan
peribadi dan dinas. Uji emisi gas buang harus dilakukan secara berkala baik
yang bersifat insidental (penjaringan) di jalan raya, uji berkala di dealer-dealer
bengkel besar yang telah mendapatkan rekomendasi dari pemerintah atau
pool mobil angkutan umum.
Pihak POLRI dalam upaya ini perlu dilibatkan secara tegas, dengan
maksud pada saat POLRI melakukan sidak tentang kelengkapan surat-surat
kendaraan bermotor juga akan diikuti dengan pengecekan terhadap kelaikan
jalan berdasar mutu emisi gas buang, sehingga perlu ada operasi gabungan
dalam pelaksanaannya.
7. Pemberian Insentif Pembelian Converter bagi kendaraan angkutan
Umum Berbahan Bakar Gas
Sebagai langkah ke depan dalam rangka mengurangi banyak bahan
pencemar yang terbuang ke udara akibat pembakaran bahan bakar minyak,
maka penggunaan bahan bakar gas diharapkan akan sangat efektif.
Terutama bagi kendaraan angkutan umum yang bisa mempelopori
penggunaan bahan bakar gas, maka diharapkan pemerintah daerah
memberikan insentif bagi pengusaha angkutan umum dalam pembelian
converter.
Conveter merupakan komponen dalam suatu kendaraan yang diperlukan
sebagai perangkat keras dalam penggunaan bahan bakar gas. Karena
converter harganya cukup mahal, maka pemerintah melalui Dinas
Perhubungan diharapkan bisa memberikannya tepat pada sasarannya sesuai
dengan ketentuan dan prioritas dalam penyelenggaraan angkutan.
8. Inovasi Teknologi
Inovasi Teknologi merupakan suatu langkah strategis dalam rangka
menciptakan sarana bagi manusia yang lebih mengedepankan teknologi
ramah lingkungan. Inovasi Teknologi pada sumber bergerak bisa dilakukan
terhadap mesin atau muffer (peredam suara dan penangkap emisi gas
buang), sehingga emisi gas buang yang dihasilkan memenuhi baku mutu
emisi yang dipersyaratkan.
7
9. Penetapan Emisi Gas/Partikel Buang Sumber Tidak Bergerak
Sebagai instrumen lingkungan yang berfungsi untuk mendukung upaya
pengendalian pencemaran udara, maka Baku Mutu Emisi bagi sumber tidak
bergerak perlu ditetapkan secara yuridis dengan tetap memperhatikan tingkat
kepentingan daerah.
10. Sosialisasi Program Langit Biru bagi Pengusaha Industri
Sosialisasi Progam Langit Biru (PROLABIR) kepada pengusaha industri
diperlukan, sehingga pemahaman akan arti dan manfaat suatu program tidak
lagi hanya menjadi milik pemerintah saja, melainkan suatu program milik
publik. Dengan demikian, diharapkan di waktu yang akan datang peran dunia
usaha (industri) dan masyarakat bisa lebih diandalkan serta memiliki peran
penting dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara.
11. Inventarisasi Kegiatan Sumber Tidak Bergerak
Inventarisasi sumber pencemar tidak bergerak yang menimbulkan
pencemaran berasal dari kegiatan industri sangat penting dilaksanakan.
Langkah ini ditempuh selain sebagai pertimbangan untuk membuat dasar
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan lebih lanjut juga diperlukan
sebagai langkah pembinaan dan bimbingan teknis. Inventarisasi sumber
pencemar tidak bergerak dilakukan secara periodik dan berkala
12.Pengawasan Industri (sumber tidak bergerak)
Pengawasan emisi gas buang industri (sumber tidak bergerak) perlu
dilakukan secara berkala. Pengawasan industri secara internal menjadi tugas
dan tanggung jawab kegiatan. Pengawasan juga bisa dilakukan oleh pihak
lain dalam hal ini masyarakat atau pemerintah. Pengawasan dilakukan dalam
rangka pengendalian sebagai bagian rutinitas pengelolaan lingkungan secara
terpadu di perusahaan.
13.Penetapan Lokasi Titik Pantau Udara Ambien
Penetapan lokasi titik pantau berdasarkan analisis potensi pencemaran
udara.
14.Sosialisasi Baku Mutu Udara Ambien
Sosialisasi Baku Mutu Udara Ambien perlu dilakukan kepada masyarakat
luas termasuk kepada dunia usaha, sehingga paham akan arti dan manfaat
udara yang bersih dan terhindar dari polusi. Dengan demikian tumbuh
pengertian bahwa udara milik umum dan adanya kepedulian dari setiap orang
8
termasuk pemerintah, sehingga memiliki pengertian, persepsi dan cara
pandang yang sama dan kesamaan pandang. Diharapkan di waku yang akan
datang peran setiap orang dalam menciptakan suatu lingkungan yang bersih
dan sehat merupakan bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan secara
suka rela tanpa ada pemaksaaan.
15.Pengawasan Mutu Udara Ambien
Pengawasan mutu udara ambien merupakan salah satu tugas pemerintah
yang harus dilakukan secara berkala dan terus-menerus. Pengawasan udara
ambien selain dilakukan oleh pemerintah, dapat dilakukan oleh pihak lain
untuk mengetahui kondisi kualitas udara yang sebenarnya. Pengawasan
dilakukan dalam rangka pengendalian sebagai bagian rutinitas pengelolaan
lingkungan secara terpadu. Dengan demikian terjadinya penyimpangan
kualitas udara ambien dapat diketahui secara dini.
16. Penyusunan Perda Penghijauan/Perindang Jalan dan Kota
Penyusunan perda penghijauan/perindang jalan dan kota sangat
diperlukan, hal ini memberikan jaminan atas terpeliharanya pohon perindang
di kota, hal ini mengingat sering terjadinya pemotongan yang tidak dilakukan
secara baik dan benar. Sehingga banyak pohon penghijauan dan perindang
jalan yang mengalami kerusakan lebih banyak disebabkan oleh manusia,
sementara tindakan penanaman pohon kembali masih kurang.
17.Sosialisasi Program Langit Biru bagi Masyarakat
Upaya ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan penafsiran bahwa
Program Langit Biru adalah program milik pemerintah yang pelaksanaannya
menjadi tanggung jawab pemerintah saja.
Untuk itu agar sosialisasi kepada masyarakat tepat sasaran dan tepat
dalam pelaksanaannya, maka perlu ada koordinasi yang melibatkan banyak
pihak sesuai dengan peran masing-masing.
18.Evaluasi Penataan Ruang Propinsi
Penataan ruang merupakan kunci utama pengelolaan lingkungan secara
Umum. Langkah ini dimaksudkan untuk mempercepat upaya pengendalian
pencemaran udara yang berkaitan dengan indikasi meningkatnya bahan
pencemar di udara. Evaluasi penataan ruang perlu dilakkan setiap tahun,
guna menghindari adanya penyimpangan dalam implementasinya.
9
19.Evaluasi Penataan Ruang Kabupaten/Kota
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 bahwa Pemerintah
Kabupaten/Kota kedudukannya tidak lagi dibawah Pemerintah Propinsi,
namun mengingat kabupaten/Kota perlu tetap memperhatikan Penataan
Ruang Propinsi. Penataan ruang lebih detail pelaksanaannya di
Kabupaten/Kota sehingga merupakan kunci utama pengelolaan lingkungan
secara umum. Agar ke depan fungsi penataan ruang berhasil dengan baik,
maka Penataan Ruang Kabupaten/Kota yang sudah ada perlu di evaluasi
secara cermat. Langkah ini dimaksudkan untuk mempercepat upaya
pengendalian pencemaran udara yang berkaitan dengan indikasi
meningkatnya bahan pencemar di udara. Evaluasi penataan ruang perlu
dilakukan setiap tahun, guna menghindari adanya penyimpangan dalam
implementasinya.
20.Evaluasi Penataan Ruang Kecamatan
Evaluasi Tata Ruang Kecamatan merupakan tindak lanjut dari evaluasi
penataan ruang kabupaten/kota, langkah ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya ketidaksesuaian dalam implementasinya.
21.Evaluasi Mutu Udara Ambien
Sebagai langkah untuk mengevaluasi program secara keseluruhan, maka
salah satunya adalah perlunya evaluasi udara ambien secara menyeluruh
yang dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota dengan melibatkan banyak sektor terkait.
Evaluasi dilakukan setiap tahun, dengan tujuan agar indikasi masuknya
polutan ke ekosistem udara bisa diketahui lebih dini. Baik dan buruknya mutu
udara ambien merupakan tolok ukur berhasil tidaknya pengendalian
pencemaran udara. Oleh karenanya evaluasi harus memberikan informasi
yang jelas tentang potensi pencemaran, upaya/tindakan pengendalian yang
dilakukan dan keberhasilan / ketidakberhasilannya serta solusi untuk langkah
berikutnya.
22.Penegakan Hukum Lalu Lintas
Pelaksanaan kegiatan penegakan hukum yang berkaitan dengan lalu
lintas jalan walaupun sudah berjalan lama, namun demikian hal itu tetap perlu
menjadi bagian dari pelaksanaan program langit biru. Hal ini karena
perkembangan penggunaan sarana transportasi yang begitu besar, sehingga
10
ketaatan hukum lalu lintas perlu ditegakkan secara intensif. Karenanya
konsistensi aparat penegak hukum (POLRI) dalam memberikan sanksi hukum
bagi para pelanggar sangat diperlukan. Selain daripada itu, PPNS-
Perhubungan juga dituntut memainkan perannya dalam menertibkan
pelanggaran undang-undang tersebut.
23.Pelatihan bagi Pengusaha Bengkel, Pengemudi, Pengusaha Angkutan,
dan Pengusaha Industri
Dalam Rangka pelaksanaan Program Langit Biru keterlibatan pengusaha
bengkel, pengemudi, pengusaha angkutan, dan pengusaha industri cukup
besar. Pengertian, pemahaman yang baik dan benar tentang keterpaduan
program Langit Biru dengan tugas dan tanggung jawab yang mereka kerjakan
merupakan suatu nilai tersendiri dan memiliki arti lebih besar dalam ikut serta
pengendalian pencemaran udara. Oleh karena itu melalui pendidikan dan
pelatihan, selain meningkatkan ilmu dan pengetahuan bagi mereka, juga
diharapkan akan sampai pada tahap implementasi/penerapan.
24.Pembinaan Teknis Industri/Perusahaan
Bimbingan teknis di perusahaan perlu dilakukan, hal ini selain ditekankan
pada upaya pengendalian pencemaran, juga dalam rangka pembinaan teknis
secara umum yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan perusahaan.
Oleh karena kegiatan pengendalian perusahaan berkaitan dengan banyak
kegiatan atau proses industri, maka diperlukan suatu pemahaman dan
kesepakatan antara perusahaan dengan pemerintah.
25.Pemasangan Filter Cerobong Asap
Kegiatan industri/perusahaan yang saat ini sudah beroperasi yang dalam
kegiatannya secara terus-menerus menghasilkan gas dan partikel, maka
berkenaan dengan adanya Program Langit Biru wajib untuk melakukan
pemasangan filter/saringan yang berfungsi menurunkan jumlah bahan
pencemar yang dibuang ke lingkungan.
Karena proses pemasangan filter di perusahaan memerlukan waktu dan
biaya, maka perlu bimbingan teknis serta pengertian yang benar tentang hal
tersebut. Langkah teknis ini perlu dibarengi dengan adanya penyiapan
“lobang sampling” yang diperlukan untuk melakukan pengawasan terhadap
mutu emisi gas buang.
11
26.Pemasangan Penghisap Debu/Partikel
Kegiatan industri/perusahaan yang saat ini sudah beroperasi dalam
kegiatan secara terus menerus menghasilkan partikel dari dalam ruangan
kerja, maka berkenaan dengan adanya Program Langit Biru perlu ada upaya
untuk melakukan pemasangan alat penghisap debu/partikel yang berfungsi
menurunkan jumlah bahan pencemar yang dibuang ke lingkungan.
Karena proses pemasangan alat penghisap debu di perusahaan
memerlukan waktu dan biaya, maka perlu bimbingan teknis serta pengertian
yang benar. Program ini wajib dilakukan baik bukan semata-mata berkaitan
dengan upaya pengendalian pencemaran karena keluarnya debu ke
lingkungan tidak dari cerobong asap, melainkan juga sebagai upaya
perlindungan terhadap tenaga kerja yang ada di dalam lingkungan
perusahaan (K3).
27.Penataan Lalu Lintas Inter dan Antar Kabupaten/Kota
Manajemen transportasi merupakan salah satu faktor yang memiliki
potensi cukup tinggi dalam menyumbang pencemaran udara sehingga ke
depan perlu suatu usaha penataan lalu lintas secara baik dan benar.
Sehingga terjadinya stagnasi arus lalu lintas pada suatu ruas dapat dihindari
dan ditekan sekecil mungkin, dengan tetap mempertimbangkan aspek
populasi kendaraan bermotor, prosentase kenaikan populasi kendaraan
bermotor, daya tampung badan jalan serta faktor pendorong (aktivitas lain).
28.Pembuatan Jalur Hijau Jalan Propinsi dan Jalan Kabupaten/Kota
Dalam rangka memberikan filter dan atau penanggulangan pencemaran
dari kendaraan bermotor, maka perlu adanya upaya dan atau penanaman
pohon perindang jalan. Langkah ini perlu dilakukan secepatnya mengingat
semakin menurunnya jumlah pohon perindang jalan yang ada di sepanjang
jalan propinsi maupun kabupaten/kota dan jalan negara.
Pada sisi lain keterlibatan instansi lingkungan sangat diperlukan dalam hal
penyusunan aturan ini, karena aturan diperuntukkan tidak saja kepada upaya
pembuatan dan pemeliharaan jalur hijau yang bersifat baru melainkan adanya
upaya melindungi beberapa jenis pohon yang perlu dilindungi.
12
29.Penyusunan Pedoman Teknisi Pemulihan Kualitas Udara
Setiap terjadi pencemaran lingkungan (pencemaran udara) maka langkah
yang harus ditempuh adalah memulihkan kualitas lingkungan. Bila
pencemaran itu disebabkan dari satu sumber yang jelas, maka pemulihan
lingkungan itu menjadi tugas dan tanggung jawab kegiatan itu, namun bila
yang terjadi adalah rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh multi dan
banyak sumber, maka pemerintah harus mengambil inisiatif untuk
pemulihannya. Untuk itu perlu dibuat suatu pedoman yang mempermudah
upaya dan atau tindakan pemulihan lingkungan.
30.Penyusunan Perda Pengendalian Pencemaran dari Sumber Bergerak
Sebagai contohnya adalah propinsi DIY. Pemasalahan di Propinsi DIY
yang berkaitan dengan kendaraan bermotor, bukan semata-mata berkaitan
dengan masalah kelengkapan administrasi kendaraan dan pengemudinya,
melainkan adanya suatu pemikiran ketidakadilan atas banyaknya dan terus
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di wilayah
Propinsi DIY sementara mereka bebas dari tanggung jawab dalam
pembayaran pajak. Oleh karena pertimbangan atas hak dan kewajiban bagi
setiap orang dalam pengelolaan lingkungan hidup, maka perlu dibuat suatu
aturan bagi kendaraan yang tidak wajib pajak tersebut berkaitan dengan
upaya pengendalian pencemaran.
31.Penyusunan Perda Pengendalian Pencemaran Sumber Tidak Bergerak
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1977 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup merupakan payung dari seluruh aturan yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan hidup daerah. Mengingat arti penting dalam
rangka pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber tidak bergerak
maka perlu disusun perda yang mengatur pengendalian pencemaran sumber
tidak bergerak.
32.Pembuatan Hutan Kota
Paru-paru kota sebagai filter dan penyegar udara bebas sangat penting
artinya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini mengingat semakin
padatnya pemukiman yang ada di wilayah kota, serta terus bertambahnya
aktivitas manusia yang tanpa disadari telah mempersempit ruang terbuka
hijau sebagai paru-paru kota.
13
33.Pembuatan Perindang Sekolah dan Perguruan Tinggi
Perindang sekolah maupun kampus perguruan tinggi sebagai filter dan
penyegar udara bebas sangat penting artinya bagi lingkungan sekolah dan
kampus dalam turut serta memberikan suasana segar dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Keberadaan perindang sekolah
dan perguruan tinggi sangat diperlukan, sebagai upaya membuat dan
menciptakan lingkungan yang teduh, segar dan sehat. Untuk itu perlu
penyadaran sekaligus mendorong pihak pengelola sekolah dan perguruan
tinggi untuk bisa mengelola lingkungan dengan baik tanpa harus
meninggalkan fungsi utamanya.
34.Pembuatan Perindang Industri/Kawasan Industri
Industri atau perusahaan sebagai sumber kegiatan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran perlu ada suatu filter hidup yang berfungsi untuk
mengendalikan terjadinya pencemaran udara. Fungsi perindang industri
selain dimaksudkan untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara juga
diharapkan mampu memberikan kesejukan dan kenyamanan di lingkungan
perusahaan. Untuk itu perlu penyadaran dan kesadaran oleh penanggung
jawab kegiatan dalam pembuatan perindang industri.
35.Pembuatan Perindang di Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya sebagai aset daerah yang memiliki nilai tinggi
sebagai warisan budaya bangsa, perlu upaya perlindungan dalam arti luas.
Penanaman pohon perindang di kawasan cagar budaya merupakan langkah
strategis, karena sebagai penyejuk udara yang menambah indahnya
lingkungan cagar budaya juga akan bermanfaat mengendalikan terjadinya
pencemaran udara yang timbul akibat adanya emisi gas buang kendaraan
bermotor dari para pengunjung.
36.Pembuatan perindang di Kawasan Perdagangan dan Terminal
Kawasan perdagangan dan terminal sebagai sumber kegiatan berpotensi
menimbulkan pencemaran perlu ada suatu filter hidup yang berfungsi untuk
mengendalikan terjadinya pencemaran udara. Fungsi pohon perindang selain
dimaksudkan untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara juga
14
diharapkan mampu memberikan kesejukan dan kenyamanan di lingkungan
kawasan perdagangan dan terminal. Untuk itu perlu penyadaran oleh
penanggung jawab kegiatan dalam pembuatan perindangan di kawasan
perdagangan dan terminal.
37.Pembuatan Perindang Kantor Pemerintah dan Swasta
Perindang kantor Pemerintah dan Kantor swasta sebagai filter dan
penyegar udara bebas sangat penting artinya bagi lingkungan kantor yang
bersangkutan. Sebagaimana halnya di sekolah dan Kampus Perguruan
Tinggi, kantor merupakan tempat kerja yang memerlukan suasana sejuk dan
sehat, yang diperuntukkan bagi semua karyawan yang berada di kantor
tersebut. Sebagai tempat untuk bekerja dan menyusun kebijaksanaan makro
dalam pembangunan serta membentuk perilaku dan budi pekerti bagi
karyawan, maka dengan sendirinya kantor harus bisa memberikan suasana
yang teduh dan nyaman.
Keberadaan perindang kantor pemerintah/swasta sangat diperlukan
sebagai upaya untuk membuat dan menciptakan lingkungan yang teduh,
segar dan sehat. Untuk itu perlu upaya penyadaran sekaligus mendorong
semua pihak dalam hal ini pemimpin instansi kantor untuk bisa mengelola
lingkungan dengan baik tanpa harus meninggalkan fungsi utamanya.
15
BAB IV
KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA YOGYAKARTA
Pemantauan kualitas udara di Yogyakarta yang dilakukan Badan Lingkungan
Hidup. Pada tahun 2010, pemantauan kualitas udara di Kota Yogyakarta dilakukan
di 10 titik yaitu Malioboro, simpang empat Wirobrajan, simpang empat Jetis, simpang
empat Gedong Tengen, simpang empat Terminal Giwangan, simpang empat Galeria
Mal, simpang empat Gramedia, simbang empat Jalan Kusumanegara, simpang
empat Kantor Pos Besar dan simpang empat Jalan C Simanjuntak.
Pemantauan kualitas udara tersebut ditujukan untuk mengukur sejumlah
parameter yang terkandung di dalam udara seperti kadar karbon dioksida, timbal
dan partikel debu. "Kendala yang dihadapi di lapangan adalah perubahan cuaca
yang sangat cepat," katanya.
Peter menjelaskan, berdasarkan data hasil pemantauan kualitas udara sejak
2007 hingga 2009, kualitas udara di Kota Yogyakarta masih cukup baik karena tidak
ada satu pun parameter dengan kandungan melebihi ambang batas yang
diperbolehkan. Namun demikian, selama ini proses pemantauan kualitas udara
tersebut masih dilakukan dengan peralatan manual yang telah memperoleh standar
nasional Indonesia (SNI). "Peraturan dari Kementerian Lingkungan Hidup masih
seperti itu. Jadi, kami pun hanya bisa mengikutinya. Padahal, UII juga punya alat
yang lebih canggih," katanya.
Ia mengkhawatirkan, penggunaan alat ukur yang masih manual tersebut tidak
dapat menggambarkan kondisi udara yang sebenarnya di Kota Yogyakarta. "Jadi,
apabila suatu saat alat yang digunakan lebih canggih, baru diketahui kualitas udara
di Kota Yogyakarta sudah buruk. Kami mendorong Kementerian Lingkungan Hidup
untuk mengubah peraturan pemantauan itu," ujarnya.
Pelaksanaan pemantauan kualitas udara tersebut adalah salah satu langkah
yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mendukung Program Langit Biru.
16
BAB V
PENUTUP
Pencemaran udara merupakan permasalahan lingkungan yang mengancam
kota-kota besar di Indonesia, terutama yang bersumber dari emisi kendaraan
bermotor. Dari tahun ke tahun, jumlah kendaraan bermotor meningkat dan
menyebabkan peningkatan konsumsi bahan bakar. Sementara pencemaran udara
juga berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Bagi masyarakat yang tinggal
di perkotaan, kecenderungan mobilitas dan kepadatan kendaraan bermotor yang
sangat tinggi membahayakan kesehatan mereka.
Program Langit Biru perlu dilaksanakan untuk meminimalisir pencemaran
udara dari kegiatan sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak.
Program Langit Biru ini merupakan suatu acuan atau pedoman sehingga
memerlukan penjabaran lebih lanjut akan pengertian dan peran serta dari masing-
masing penanggung jawab baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat maupun
pihak lain yang berkepentingan. Oleh karenanya, pemikiran, pemahaman,
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian pelaksanaan serta pengawasan
menjadi satu kesatuan sebagai wujud nyata dari pengertian pengelolaan lingkungan
hidup.
17