project engineer job

35
PROJECT ENGINEER (OVERVIEW WIKI) Seorang Project engineer (PE) bekerja melintasi batas-batas antara teknik dan manajemen proyek, memimpin tenaga teknis yang berkontribusi terhadap atau produk. Di beberapa kasus, PE juga berfungsi sebagai manajer proyek tetapi disebagian kasus kedua profesional tersebut memiliki tanggung jawab bersama untuk memimpin sebuah proyek, jadi tidak tepat jika PE diasumsikan sebagai engineer murni, karena untuk engineer profesional dibutuhkan sertifikasi tersendiri. TanggungJawab Peran PE bisa digambarkan sebagai penghubung antara manajer proyek dan berbagai disiplin teknis yang terlibat dalam proyek. Seorang PE tanggung jawabnya meliputi persiapan jadwal,persiapan sumber daya teknik dan segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan teknis dalam sebuah proyek. PE juga mungkin bertanggung jawab atas kinerja manajemen vendor, menjamin akurasi prakiraan keuangan yang terintegrasikan dengan jadwal, memastikan proyek selesai sesuai dengan rencana, mengelola sumber daya team proyek dengan berbagai pelatihan dan mengembangkan pengalaman dan keahlian team proyek. Pada proyek dengan struktur yang bagus, semua disiplin khusus teknis melakukan pelaporan pada PE, tetapi dua hal penting yang menjadi tanggung jawab PE adalah sebagai koordinator berbagai disiplin teknik pada sebuah proyek dan sebagai kontrol kualitas proyek secara umum. PE dalam industri konstruksi Dalam lndustri konstruksi fungsi PE diberikan pada Manejer proyek yang baru, atau asisten lapangan yang mengelola operasi proyek. PE adalah manejer proyek yang mempunyai kualifikasi sebagai engineer dan manajemen proyek. Dalam proyek skala kecil PE juga bertanggungjawab dengan kontrak dan biasanya disebut asiten manejer proyek. PE tidak melakukan pekerjaan desain, melainkan merupakan perwakilan kontraktor/team proyek yang total di lapangan yang membantu bagian lain yang tidak berhubungan dengan hal teknis untuk memahami desain dari pekerjaan proyek, memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana

Upload: m-feldy-riza

Post on 20-Oct-2015

280 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Project engineering job desk

TRANSCRIPT

Page 1: Project Engineer job

PROJECT ENGINEER (OVERVIEW WIKI)

Seorang Project engineer (PE) bekerja  melintasi batas-batas antara teknik dan manajemen proyek, memimpin tenaga teknis yang berkontribusi terhadap  atau produk. Di beberapa kasus, PE juga berfungsi sebagai manajer proyek tetapi disebagian kasus kedua profesional tersebut memiliki tanggung jawab bersama untuk memimpin sebuah proyek, jadi tidak tepat jika PE diasumsikan sebagai engineer murni, karena untuk engineer profesional dibutuhkan sertifikasi tersendiri.

TanggungJawabPeran PE bisa digambarkan sebagai penghubung antara manajer proyek dan berbagai disiplin teknis yang terlibat dalam proyek. Seorang PE tanggung jawabnya meliputi persiapan jadwal,persiapan sumber daya teknik dan segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan teknis dalam sebuah proyek. PE juga mungkin bertanggung jawab atas kinerja manajemen vendor, menjamin akurasi prakiraan keuangan yang terintegrasikan dengan jadwal, memastikan proyek selesai sesuai dengan rencana, mengelola sumber daya team proyek dengan berbagai pelatihan dan mengembangkan pengalaman dan keahlian team proyek. Pada proyek dengan struktur yang bagus, semua disiplin khusus teknis melakukan pelaporan pada PE, tetapi dua hal penting yang menjadi tanggung jawab PE adalah sebagai koordinator berbagai disiplin teknik pada sebuah proyek dan sebagai kontrol kualitas proyek secara umum.

PE dalam industri konstruksiDalam lndustri konstruksi fungsi PE diberikan pada Manejer proyek yang baru, atau asisten lapangan yang mengelola operasi proyek. PE adalah manejer proyek yang mempunyai kualifikasi sebagai engineer dan manajemen proyek.Dalam proyek skala kecil PE juga bertanggungjawab dengan kontrak dan biasanya disebut asiten manejer proyek. PE tidak melakukan pekerjaan desain, melainkan merupakan perwakilan kontraktor/team proyek yang total di lapangan yang membantu bagian lain yang tidak berhubungan dengan hal teknis untuk memahami desain dari pekerjaan proyek,  memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana proyek, membantu mengontrol proyek termasuk penganggaran, penjadwalan dan perencanaan proyek.Tanggung jawab yang khas diantaranya meliputi, kegiatan operasional harian di proyek dan mengorganisasikan subkontraktor, koordinator pelaksanaan proyek, memastikan proyek yang sedang berjalan dilaksanakan dengan benar, penjadwalan aktifitas proyek, interpretasi gambar dan disain, mereview pekerjaan engineering yang sudah berjalan,  persiapan gambar kerja, pelaporan status proyek secara regular, pengawasan terhadap bujet proyek dan trennya, pembuatan daftar material, mengefektifkan komunikasi antara disiplin teknik dengan bagian konstruksi, mengontrol semua tim teknis yang ada di proyek dan memberikan bantuan serta masukan ke manejer proyek.

Page 2: Project Engineer job

Project Control Engineer : Peran & Tugas (Bagian ke-1)

January 3rd, 2010 § 15 comments

Project Control Engineer adalah suatu pekerjaan dan profesi sangat menantang dan memiliki peluang karier sangat besar. Project Control Engineer adalah satu-satunya posisi, di samping Site Manager atau Project Manager, yang memiliki pandangan menyeluruh terhadap suatu project. Dengan posisinya itu dia memiliki peluang besar untuk menjadi penasehat utama Site Manager atau Project Manager dalam mengendalikan proyek.

Project Control Engineer pada umumnya mulai terlibat sejak awal perencanaan suatu proyek. Dialah yang bertugas menyusun project schedule, manpower planing, equipment loading dan project budget bersama dengan project key person yang lain.

Pada saat eksekusi proyek berjalan, dialah yang berperan utama memasok informasi yang diperlukan untuk mengendalikan agar proyek tetap berjalan sesuai rencana. Oleh karena itu orang seringkali menyebutnya juga sebagai Project Planing & Control Engineer.

Pada saat proyek selesai, dia pula yang bertugas untuk menyusun project closing report. Laporan ini berisi tentang performance yang berhasil dicapai dibandingkan dengan planing yang dibuat sebelum proyek dimulai, beserta analisa-analisanya. Project closing report dimaksudkan untuk membuat historical database yang akan dimanfaatkan untuk menyusun perencanaan proyek baru di masa datang.

Apa yang akan saya tulis berikut ini adalah pengalaman praktek yang saya dapatkan selama hampir sepuluh tahun (1991 – 2001) menjalani profesi sebagai Project Planing & Control Engineer. Termotivasi oleh dorongan semangat dari rekan-rekan seperjuangan, saya memberanikan diri untuk menuliskan pengalaman saya. Saat ini, tahun 2009, sudah delapan tahun saya tidak aktif lagi di dunia proyek konstruksi, mudah-mudahan saya masih mampu menuangkannya dalam tulisan yang akan saya buat dalam beberapa seri.

Proyek tempat saya bergabung pertama kali adalah Construction Supervision Telecom III (CS Telecom III). Saya bertugas mengumpulkan data dan informasi secara rutin dari kota-kota kabupaten di seluruh Indonesia, kecuali Sumatera & DKI Jakarta yang dipegang oleh perusahaan lain. Kemudian data tersebut diolah menjadi Weekly Report dan Monthly Report untuk PT Telkom. Telecom III adalah proyek penggelaran kabel telekomunikasi dan pembangunan STO yang dilakukan PT Telkom di kota-kota kabupaten seluruh Indonesia.

Setahun bergabung bersama proyek telekomunikasi, kemudian saya berpindah ke perusahaan kontraktor mekanikal dan bekerja di dalamnya selama hampir sembilan tahun. Kebetulan selama sembilan tahun tersebut semua proyek yang saya ikuti adalah proyek-proyek pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara (Coal Fired Steam Power Plant). Semua kelas pembangkit, dari yang kecil 2×65 MW sampai yang besar 3×700 MW, semuanya pernah saya ikuti.

Saya selalu terlibat dalam aktivitas perencanaan dan pengendalian (planing & control) dalam proyek-proyek pembangkit listrik tersebut, sehingga cukup banyak memahami seluk beluk project planing & control, khususnya untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pengalaman inilah yang ingin saya tuliskan dalam blog saya ini. Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan setitik manfaat bagi masyarakat project management ataupun kepada para yunior yang baru saja menyelesaikan pendidikannya.

Apa yang akan saya tuliskan benar-benar merupakan pengalaman praktis di lapangan, yang banyak saya pelajari dari para senior maupun hasil eksplorasi bersama teman-teman sejawat

Page 3: Project Engineer job

selama sembilan tahun berkarya di lapangan. Mungkin saja hal-hal yang akan saya tuliskan ini jarang dibicarakan di ruang kuliah ataupun dibahas di buku-buku text project management.

Peran dan tugas Project Planing & Control Engineer sangat mungkin berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Perbedaan itu mungkin juga disebabkan oleh senioritas. Semakin senior pengalaman seorang engineer, biasanya rentang kewenangannya juga semakin luas.

Pertama kali bergabung dalam suatu proyek pembangkit listrik, saya hanya mendapatkan tugas untuk mengumpulkan data dan membuat project report untuk dikirimkan ke kantor pusat dan diserahkan kepada Client di lapangan. Pada akhir proyek yang berdurasi lebih dari dua tahun tersebut saya sudah memahami dengan baik masalah reporting, progress claim, schedule control dan cost control. Sedikit-sedikit saya juga mulai mempelajari contract administration.

Proyek pembankit listrik saya yang pertama tersebut adalah pembangunan PLTU Bukit Asam unit 3 & 4 dengan kapasitas 2×65 MW berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Project Control Engineer : Peran & Tugas (Bagian ke-2)

January 5th, 2010 § 17 commentsProyek saya yang kedua setelah Bukit Asam adalah PLTU Paiton Swasta unit 7 & 8 dengan

kapasitas 2×615 MW berlokasi di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Dalam proyek ini saya mendapatkan pengalaman-pengalaman sangat berharga karena terlibat di dalamnya sejak tahap awal sekali (tahap perencanaan) hingga proyek selesai. Saya mendapat tugas untuk menyusun budget dan project planing.

Perencanaan proyek PLTU Paiton unit 7 & 8 berjalan selama kurang lebih satu tahun, termasuk pembangunan temporary facilities (kantor dan gudang). Team perencanaan terdiri atas empat orang yang dipimpin oleh Site Manager. Pekerjaan perencanaan berlangsung di kantor pusat, Jakarta.

Bulan Maret 1996, saya berangkat ke Paiton site dan pada bulan itu juga pekerjaan konstruksi boiler (steam generator) dimulai, ditandai dengan pemasangan kolom rangka baja yang pertama. Perlu diketahui bahwa dalam proyek PLTU Paiton unit 7 & 8 tersebut saya bergabung dengan team erection boiler yang berlangsung selama hampir tiga tahun. Saya mendapatkan tugas sebagai Project Control Chief Engineer dengan anggota team sebanyak 4 orang, termasuk saya sendiri.

Dalam proyek PLTU Paiton unit 7 & 8 ini Project Control section memiliki tugas :-  Mengumpulkan data progress dari lapangan dan menghitung progress tiap-tiap section

(WBS) maupun progress erection boiler secara keseluruhan.-  Mengajukan claim progress bulanan ke Client hingga mendapatkan approval. Claim

progress yang sudah disetujui dijadikan dasar pengajuan pembayaran bulanan ke Client oleh Bagian Keuangan.

-  Mengkoordinasikan pengendalian schedule dan progress progress, dengan cara memimpin Progress Review meeting yang diadakan satu minggu sekali. Progress Review meeting dihadiri oleh semua Chief Engineers.

-  Turut menghadiri schedule meeting yang diselenggarakan main contractor seminggu sekali.

Page 4: Project Engineer job

-  Mensuplai data progress dan schedule ke Client yang akan dipergunakan Client untuk mengupdate project schedule dalam software Primavera.

-  Mengkoordinasikan pengendalian biaya proyek agar tidak melebihi budget yang telah ditentukan. Setiap awal bulan Project Control section mengeluarkan laporan bulanan tentang performance masing-masing section (WBS). Dalam laporan tersebut tercantum progress yang dicapai dan biaya yang telah dihabiskan oleh masing-masing section. Performance report dibahas dalam sebuah performance meeting yang dipimpin oleh Project Control engineer.

-  Mengajukan proposal incentive bulanan dan incentive milestone kepada Site Manager. Incentive ini diberikan kepada seluruh anggota project team berdasarkan performance yang dicapai oleh masing-masing section, baik progress maupun cost performance.

-  Membuat laporan bulanan untuk kantor pusat dan laporan bulanan untuk Client.-  Menangani hal-hal yang berhubungan dengan contract administration. Tugas utama yang

berhubungan dengan contract administration adalah mempersiapkan data-data untuk claim additional work. Project Control section juga memberikan masukan-masukan kepada Site Manager dalam masalah commercial yang berhubungan dengan pembagian tanggung jawab pekerjaan (scope of work) antara main contractor dan sub contractor. Agar dapat memberikan masukan yang benar, maka pemahaman yang benar terhadap contract agreement mutlak diperlukan.

-  Membuat dokumentasi dalam bentuk photographi selama proyek berlangsung.-  Membuat project closing report. Project closing report ini mirip dengan laporan bulanan,

hanya saja disertai dengan analisa-analisa terhadap performance yang dicapai dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam planing dan budget.

Selesai menjalankan tugas di Paiton saya mendapat penugasan ke PLTU Banjarmasin unit 1 & 2 kapasitas 2×65 MW yang terletak di Asam Asam, 120 km dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Proyek ini berlangsung selama kurang lebih dua setengah tahun. Kemudian saya bergabung dengan planing team proyek PLTU Manjung, Malaysia yang berkapasitas 3×700 MW.

Secara garis besar Project Planing and Control section memiliki tugas yang hampir sama dari satu proyek ke proyek yang lain yang pernah saya ikuti. Hanya saja beda perusahaan mungkin memberikan job description yang berbeda kepada seorang Project Planing & Control Engineer.

Page 5: Project Engineer job

Menyusun Project Planing (Rencana Proyek) : Work Breakdown Structure (WBS) & Scope of Work

February 27th, 2010 § 11 commentsMemahami work breakdown structure (WBS) dan lingkup pekerjaan adalah langkah pertama

dalam menyusun rencana proyek. Pembahasan yang akan saya lakukan dalam beberapa artikel secara bersambung, saya khususkan untuk proyek konstruksi, lebih khusus lagi proyek konstruksi mekanikal Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini hanya karena pengalaman saya selama 10 tahun, hampir semuanya dalam proyek mechanical erection PLTU.

Dalam pembangunan PLTU pemilik (owner) proyek, dengan didampingi konsultan, menyerahkan pekerjaan pembangunan kepada kontraktor EPC (engineering, procurement & construction). Kontraktor EPC ini melaksanakan seluruh pekerjaan design engineering, pengadaan (procurement) material dan alat-alat PLTU, dan pemasangannya hingga pembangkit bersangkutan siap beroperasi menghasilkan listrik.

Agar pembangkit mampu beroperasi sesuai kebutuhan pemilik proyek, maka kontraktor EPC harus membuat desain PLTU sesuai dengan parameter input dan parameter output yang telah ditentukan pemilik.

Proyek pembangunan PLTU biasanya dibagi menjadi beberapa paket. Setiap paket diberikan kepada satu kontraktor EPC. Sebagai contoh, dalam proyek PLTU Banjarmasin (Asam Asam) unit-1 & 2 berkapasitas 2×65 MW terdapat 6 paket proyek, yaitu =

- Paket 1A : Site Preparation- Paket 1B : Civil Works- Paket 2A : Steam Generators- Paket 2B : Coal & Ash Handling- Paket 3 : Turbine Generator & Balance of Plant- Paket 4 : Electrical & Control

Semakin besar ukuran proyek, biasanya semakin banyak pembagian paketnya. Jumlah paket proyek kadangkala juga tergantung dari sumber pendanaan proyek.

Sering sekali kontrak EPC diberikan kepada kontraktor asing, terutama untuk pekerjaan mekanikal, elektrikal dan kontrol. Kemudian kontraktor asing tersebut menggandeng perusahaan lokal sebagai sub kontraktor atau mitra joint operation, untuk menangani pekerjaan construction/installation.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam perencanaan proyek mechanical erection PLTU adalah =

- Rencana organisasi- Rencana fasilitas proyek (temporary facilities)- Project schedule dan progress planing- Manpower loading- Equipment loading- Anggaran proyek (project budget)- Prosedur heavy-lifting- Quality Plan- Safety Plan

Page 6: Project Engineer job

Untuk dapat membuat rencana proyek dengan baik, mutlak diperlukan pemahaman terhadap lingkup pekerjaan (scope of work) yang ada di dalam kontrak. Oleh karena itu sebelum mulai membuat rencana kita harus mempelajari dokumen kontrak dengan seksama.

Dalam manajemen proyek, kita mengenal istilah Work Breakdown Structure (WBS). WBS adalah diagram pohon yang dipakai sebagai alat bantu untuk memecah pekerjaan besar menjadi sub-sub pekerjaan yang lebih kecil. Dalam Work Breakdown Structure dikenal istilah WBS level 1, level 2, level 3, dst. Semakin dalam level WBS, semakin detail rincian pekerjaannya.

WBS system diciptakan untuk mempermudah proses penyusunan rencana proyek. Setiap detail pekerjaan dibuatkan planingnya masing-masing, kemudian detail planing tersebut dikonsolidasi menjadi planing untuk keseluruhan proyek. Jadi penyusunan rencana proyek pada umumnya dilakukan secara bottom up, dimulai dari yang detail (bottom) kemudian digabungkan menjadi overall project planing.WBS sangat bermanfaat pada saat menyusun jadwal proyek, membuat progress planing, manpower planing dan equipment loading. Pembahasan lebih detail tentang hal ini akan saya lakukan dalaam artikel tentang cara membuat jadwal dan menghitung progres proyek.

Page 7: Project Engineer job

Berikut adalah contoh Work Breakdown Structure untuk sebuah proyek pembangunan PLTU :

Page 8: Project Engineer job

Cara Membuat Rencana Proyek (Project Planing) : Pahami Scope of Work Sebelum Memulai Perencanaan Proyek !

March 3rd, 2010 § 10 comments

Setiap kontrak proyek di dalamnya selalu mencantumkan klausul/bab/pasal tentang pembagian tanggung jawab antara pemilik dan kontraktor, atau antara main contractor dan sub contractor. Pembagian tanggung jawab sering disebut juga dengan division of responsibility atau scope of work.

Seorang project planer mutlak harus memahami lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dia harus mempelajari project contract sebelum mulai membuat planing. Akan lebih bagus jika seorang project planer sudah mulai terlibat suatu proyek sejak proses bidding/tender, karena akan membuat dia benar-benar memahami detail proyek yang akan dilaksanakannya.

Berikut ini adalah pembagian tanggung jawab paling umum antara main contractor dan sub contractor yang saya jumpai selama 10 tahun bekerja pada proyek konstruksi PLTU.

Main contractor mensuplai semua peralatan yang harus dipasang, spesifikasi, gambar kerja, prosedur pemasangan mesin-mesin PLTU, testing procedure dan menyediakan lahan untuk pembangunan temporary facilities di area proyek.

Sub contractor menyediakan tenaga kerja, peralatan & perlengkapan kerja, peralatan kantor, heavy equipment, consumable, temporary facilities, tranportasi dan akomodasi staff & karyawan sub contractor.

PLTU Paiton, Jawa TimurBeberapa hal berikut perlu mendapat perhatian khusus, karena seringkali ada perbedaan

antara satu proyek PLTU dengan proyek PLTU yang lain.Setiap system yang ada di PLTU harus menjalani conformity test setelah semua bagiannya

terpasang dengan baik. Conformity test ini dimaksudkan agar PLTU mampu beroperasi menghasilkan listrik dengan input dan output yang telah ditentukan dalam tahap design engineering.

Conformity test yang paling utama/besar adalah boiler hydrostatic test, di mana pressure parts (economizers, evaporators, steam drum, roof & backpass dan superheaters) diberi uji tekanan air tertentu dan ditahan selama waktu tertentu tanpa diperbolehkan ada kebocoran sama sekali.

Untuk melaksanakan boiler hydrostatic test diperlukan demineralized water (air yang sudah dihilangkan kandungan mineralnya/air murni). Jika proyek yang sedang dilaksanakan merupakan perluasan dari existing plant, maka demin water bisa diambil dari plant yang sudah beroperasi. Tetapi jika existing plant tidak ada, maka perlu dilakukan produksi demin water dengan

Page 9: Project Engineer job

peralatan sementara. Perlu dilihat di dalam kontrak, siapa yang bertanggung jawab untuk menyediakan alat produksi demin water.

Dari beberapa kali penugasan ke proyek PLTU, hanya di Asam Asam saya menemui spesifikasi/prosedur yang menyebutkan bahwa semua air & flue gas ducting harus menjalani air leak test. Sementara di proyek yang lain cukup dengan ultra probe test. Air leak test adalah memberikan tekanan udara pada suatu ruangan, untuk mengetahui tingkat kebocoran yang ada. Nilai kebocoran yang diijinkan sudah ditentukan dalam spesifikasi.

Air leak test pada boiler ducting memiliki kesulitan cukup tinggi dan memerlukan biaya ekstra untuk membuat temporary blank plates. Kesulitan yang paling umum dijumpai adalah mencegah kebocoran pada damper dan sliding gates area. Akan lebih baik jika pada saat negosiasi kontrak, kita menyarankan untuk melakukan ducting conformity test dengan metode selain air leak test.

Pembahasan tentang kasus-kasus perbedaan scope of work/ division of resposibility saya lanjutkan dalam Cara Membuat Rencana Proyek (Project Planing) : Perbedaan Lingkup Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Anggaran Proyek.

Cara Membuat Rencana Proyek (Project Planing) : Perbedaan Lingkup Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Anggaran Proyek

March 7th, 2010 § 6 comments

Tulisan ini merupakan bagian terakhir dari 2 tulisan tentang memahami scope of work dalam kaitannya dengan perencanaan proyek.

Pada umumnya semua peralatan instruments (switch, indicator, transmitter) harus menjalani kalibrasi sebelum PLTU mulai dioperasikan pertama kali saat commissioning. Kita harus melihat ke dalam kontrak siapa yang bertanggung jawab melakukan kalibrasi instruments.

Dalam proses commissioning PLTU ada satu tahap yang disebut steam blowing. Tahap ini bertujuan untuk membersihkan boiler dan main steam pipe atau reheat pipe dari kotoran (debris). Kotoran sekecil apapun sangat beresiko merusak sudu-sudu turbine (turbine blades).

Kadangkala project owner menginginkan agar jumlah steam blowing ditekan seminimal mungkin untuk menghemat biaya BBM. Untuk itu sebelum proses steam blowing, boiler perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan chemical cleaning. Jika memang hal ini dipersyaratkan dalam dokumen kontrak, maka kita perlu mengalokasikan anggaran untuk pekerjaan chemical cleaning.

Feedwater tank yang berfungsi untuk menyimpan feedwater sebelum dipompa masuk ke boiler, merupakan bagian dari paket Balance of Plant. Pengangkatan (lifting) feedwater tank ke final position biasanya juga merupakan bagian dari paket Balance of Plant, tetapi tidak demikian halnya dengan proyek PLTU Paiton 7 & 8. Pengangkatan feedwater tank ke posisinya di atas control room building dimasukkan ke dalam paket Steam Generator.

Page 10: Project Engineer job

Feedwater Tank dengan deaerator tank di atasnya.Feedwater tank lifting merupakan salah satu pekerjaan heavy lifting yang memerlukan crane

berkapasitas besar. Bahkan di PLTU Paiton unit 8, pekerjaan ini terpaksa dilakukan dengan wire strand jack-up system yang memerlukan temporary steel structure cukup banyak. Hal ini terpaksa dilakukan karena delivery feedwater tank yang terlambat, sehingga akses crane sudah tertutup oleh bangunan Turbine Building.

Di dalam boiler ada suatu alat pertukaran panas (heat exchanger) yang bernama Air Heater. Air Heater ini berfungsi untuk memanaskan udara sebelum masuk ke ruang pembakaran. Ada 2 type air heater, yaitu tubular air heater banyak dipakai pada PLTU berkapasitas kecil dan jenis rotary yang lebih dipilih untuk PLTU berkapasitas besar.

PLTU Bukit Asam (Sumatra Sealatan) dan PLTU Asam Asam (Kalimantan Selatan) keduanya berkapasitas 2×65 MW dan sama-sama memakai air heater jenis tubular. Perbedaanya tube-tube air heater di PLTU Asam Asam sudah terpasang dalam bentuk modul, sehingga proses instalasi/erection air heater di lapangan sangat cepat. Sedangkan di PLTU Bukit Asam air heater dikirim ke project site benar-benar dalam kondisi terurai. Kita harus melakukan pemasangan tube-tube (tube insertion) yang jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan di lapangan, sehingga erection air heater di Bukit Asam memakan waktu hingga beberapa bulan.

Hal yang sama juga terjadi pada condenser yang merupakan bagian dari paket Balance of Plant. Di Bukit Asam tube insertion dilakukan di project site, sementara di Asam Asam tube-tube condenser sudah terpasang di bodynya.

Di PLTU Bukit Asam dan Asam Asam fabrikasi piping boiler dilakukan di lokasi proyek. raw material pipa dikirim ke site masih dalam bentuk batangan utuh 6 mtr. Demikian pula pipe fitting

Page 11: Project Engineer job

(elbow, flanges) dikirim ke site dalam kondisi terpisah, belum tersambung ke pipa. Untuk itu perlu dibuat fabrication shop sementara, lengkap dengan peralatannya. satu supervisor juga ditugaskan khusus untuk mengelola pekerjaan fabrikasi.

Sementara di PLTU Paiton, piping boiler dikirim ke proyek sudah dalam keadaan pre-fabricated. Tanpa perlu fabrikasi mereka bisa langsung dipasang di posisinya.

Demikian beberapa contoh perbedaan dalam lingkup kerja/ scope of work/ division of responsibility antara satu proyek dengan proyek yang lain. Hal ini saya maksudkan untuk memperlihatkan bahwa pemahaman kontrak mutlak diperlukan sebelum kita mulai membuat rencana proyek (project planing). Tanpa pemahaman kontrak yang baik, sangat mungkin kita membuat kesalahan-kesalahan dalam perencanaan proyek.

Page 12: Project Engineer job

Cara Menghitung Progress Proyek : Breakdown & Pembobotan (1)November 15th, 2010 § 29 comments

Progress S-Curve

Sebagai bagian dari tata laksana proyek yang baik, setiap proyek harus diukur progressnya sepanjang durasi proyek bersangkutan. Perhitungan aktual progress yang didapat kemudian dibandingkan dengan progress planing untuk periode yang sama. Dari perbandingan antara aktual progress vs plan progress, akan diketahui apakah suatu proyek dalam kondisi ahead schedule, on schedule atau behind schedule.

Untuk itu sebelum proyek dimulai kita hendaknya sudah memiliki kesepakatan dengan pemberi proyek tentang bagaimana cara menghitung progress proyek bersangkutan. Hal ini sangat penting, karena selain untuk mengukur performance proyek, kita juga memerlukan klaim progress yang sudah disetujui klien untuk menagih pembayaran.

Pada proyek yang berdurasi beberapa bulan hingga beberapa tahun, perhitungan progress biasanya dilakukan setiap awal bulan dengan cut-off date tanggal 30 atau 31.

Berikut akan saya berikan contoh cara perhitungan progress proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) untuk paket steam generator (boiler).

Sebagaimana praktek yang umum terjadi, proyek PLTU biasanya dibagi menjadi beberapa paket, yaitu : pekerjaan sipil (civil work) yang meliputi persiapan lahan hingga pekerjaan pondasi, steam generator (boiler), coal and ash handling, electrical & control, steam turbine & generator dan balance of plant. Setiap paket biasanya dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda. Contoh yang akan saya berikan berikut ini adalah untuk proyek paket steam generator (boiler).

LANGKAH KE-1 dalam menyusun perhitungan progress proyek adalah menentukan Work Breakdown Structure-nya. Jika kita anggap paket steam generator sebagai WBS level-1, kita perlu menyusun WBS level-2 dan level-3. Tiga level WBS ini sudah sangat mencukupi untuk melakukan perhitungan progress dan pengendalian jadwal proyek.

Page 13: Project Engineer job

Dari WBS level-1 Steam Generator kita bisa mebuat breakdown level-2 sebagai berikut :

WBS 2-01 Boiler House Steel StructureWBS 2-02 Pressure PartsWBS 2-03 Auxiliary EquipmentsWBS 2-04 Air and Flue Gas DuctingWBS 2-05 Coal Pipe & Boiler PipingWBS 2-06 Electrostatic PrecipitatorWBS 2-07 Electrical & LightingWBS 2-08 Instrumentation & ControlWBS 2-09 Refractory & InsulationWBS 2-10 Painting

LANGKAH KE-2 adalah menghitung prosentase bobot masing-masing WBS level-2 di atas terhadap nilai/bobot keseluruhan paket steam generator. Untuk menghitung bobot prosentase ini kita memerlukan data nilai kontrak proyek paket steam generator

Pada saat mengajukan proposal harga dalam proses tender biasanya kita diminta untuk membuat rincian harga (price breakdown). Misalkan untuk proyek konstruksi boiler pada PLTU Karangwuni yang berkapasitas 2 x 65 MW nilainya adalah USD 5,950,876.60, maka breakdown price-nya kira-kira akan seperti di bawah ini :

Berdasarkan data di atas kita bisa menghitung bobot prosentase dari masing-masing WBS level-2. Misalkan untuk WBS 2-01 Boiler House Steel Structure bobot prosentasenya adalah :

Harga Boiler House Steel Str / Harga Total Proyek x 100% =

Page 14: Project Engineer job

1,263,505.07 / 5,950,876.60 x 100% = 21.23%

Setelah kita hitung satu per satu, maka bobot masing-masing WBS level-2 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Cara Menghitung Progress Proyek : Level-3 Breakdown (2)November 16th, 2010 § 0 comments

Dalam posting kali ini saya akan melanjutkan artikel tentang Cara Menghitung Progress Proyek, dengan case Proyek PLTU Karangwuni 2×65 MW.

LANGKAH KE-3 adalah membuat work breakdown structure (WBS) level-3 dari masing-masing WBS level-2.

Misalkan untuk WBS 2-02 Pressure Parts dapat dirinci lagi menjadi :

WBS 2-02-01 Pressure Parts HangersWBS 2-02-02 Steam DrumWBS 2-02-03 DowncomersWBS 2-02-04 Water WallWBS 2-02-05 EconomizersWBS 2-02-06 Backpass & Roof Panel

Page 15: Project Engineer job

WBS 2-02-07 Boiler Roof PipingWBS 2-02-08 SuperheatersWBS 2-02-09 SootblowersWBS 2-02-10 Control Buckstay, Skin Casing & Outer CasingWBS 2-02-11 Combustion Burners

WBS 2-09 Insulation and Refractory dapat dibreakdown lagi menjadi :

WBS 2-09-01 RefractoryWBS 2-09-02 Pressure Parts InsulationWBS 2-09-03 Insulation Hot Air DuctingWBS 2-09-04 Insulation Flue Gas DuctingWBS 2-09-05 Insulation for EquipmentsWBS 2-09-06 Insulation for Electrostatic PrecipitatorWBS 2-09-07 Piping Insulation

LANGKAH KE-4 : Setelah semua WBS level-2 dirinci menjadi WBS level-3, maka kita juga harus memberikan prosentase pembobotan untuk masing-masing item level-3. Pembobotan item pekerjaan level-3 dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan level-2 jika memang tersedia data rincian harga proyek (price breakdown) sampai level-3.

Jika data price breakdown level-3 tidak tersedia, maka perhitungan pembobotan dapat dilakukan dengan mempergunakan data quantity dari masing-masing item level-3 (ton, meter, sq.meter, pcs, etc). Data quntity ini bisa didapatkan dari bill of quantity (BOQ) yang merupakan bagian dari dokumen tender.

Contoh pembobotan level-3 dapat dilihat pada tabel WBS 2-02 Boiler Pressure Parts di bawah ini :

Page 16: Project Engineer job

Cara Menghitung Progress Proyek : Pentahapan Pekerjaan Konstruksi (3)November 21st, 2010 § 1 comment

Posting ini adalah bagian terakhir dari 3 tulisan saya tentang Cara Membuat Perhitungan Progress Proyek. Agar dapat memahami dengan baik silakan membaca dari bagian ke-1 cara menghitung progress proyek.

LANGKAH KE-5 adalah menentukan stages (tahap-tahap) dari masing-masing WBS level-2. Sebagaimana diketahui pemasangan (erection) setiap peralatan mekanikal (mechanical equipments) selalu melalui beberapa tahapan, seperti beberapa contoh di bawah ini :

Boiler House Steel Structure : lifting into position –> alignment –> inspection –> bolt tightening

Pressure Parts : lifting into position –> fit-up –> welding –> hydrostatic test

Ducting :  lifting into position –> fit-up –> welding –> confirmity test

Insulation : welding stud pins –> pemasangan rockwool –> pemasangan metal cladding –> inspection

Pentahapan (staging) masing-masing WBS level-2 seperti di atas diperlukan agar perhitungan progress menjadi lebih mudah.

LANGKAH KE-6 : Masing-masing tahapan tersebut harus diberi prosentase bobot, misalkan :

WBS 2-02 Pressure Parts memiliki pembobotan :

stage-1 lifting into position = 30%

stage-2 fit-up = 30%

stage-3 welding = 30%

stage-4 conformity test = 10%WBS 2-09 Refractory & Insulation :

stage-1 welding stud pins = 10%

stage-2 pemasangan rockwool = 40%

stage-3 pemasangan metal cladding = 40%

stage-4 conformity / final inspection = 10%

Total prosentase bobot stage-1 sampai stage-4 adalah 100%, artinya item bersangkutan dianggap selesai 100% hanya jika telah melewati seluruh 4 tahap (stages).

Berikut ini adalah contoh perhitungan progress. Misalkan kita akan menghitung progress WBS 2-02-08 Superheaters pada akhir bulan ke-8. Data yang kita peroleh dari production group adalah sebagai berikut :

Total superheaters yang sudah di-”lifting into position” (termasuk yang sudah difit-up & diwelding) = W1 ton

Total yang sudah di-”fit-up” (termasuk yang sudah diwelding juga) = W2 ton

Page 17: Project Engineer job

Total yang sudah selesai di-”welding” = W3 ton

Total yang sudah menjalani conformity test = W4 ton (W4 = 0ton, karena conformity test hanya dilakukan hanya jika seluruh sistem pressure parts sudah siap uji semuanya)

Seandainya total quantity (tonage) Secondary Air Duct adalah 60 ton, maka kumulatif progressnya pada akhir bulan ke-8 tersebut adalah =

(30% x W1 + 30% x W2 + 30% x W3 + 10% x W4) / 60 = X %

Misalkan % bobot Superheaters terhadap WBS 2-02 Pressure Parts adalah B% (hasil perhitungan langkah ke-4), maka kumulatif progress X% dari Superheaters tersebut di atas akan memberikan sumbangan progress kepada keseluruhan WBS 2-02 sebesar = B% x X%

Sementara terhadap keseluruhan paket Steam Generator pada proyek PLTU Karangwuni, progress X% dari Superheaters tadi akan memberikan sumbangan sebesar A% x B% x X%, di mana A% adalah bobot prosentase WBS 2-02 Pressure Parts terhadap keseluruhan proyek PLTU Karangwuni (hasil perhitungan langkah ke-2).

Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh perhitungan detail WBS level-3 dari Boiler Pressure Parts. Karena space yang tidak mencukupi, tabel saya potong menjadi dua :

Page 18: Project Engineer job

Dengan menghitung semua item WBS level-3, kita akan mendapatkan progress seluruh WBS level-2. Sementara progress overal dari paket Steam Generator (Boiler) didapatkan dengan menjumlahkan hasil perkalian antara progress setiap WBS level-2 dengan prosentase bobot masing-masing.

Data progress biasanya diberikan oleh masing-masing kepala seksi yang bertanggung jawab untuk setiap WBS level-2. Data tersebut diberikan kepada Project Control Engineer untuk diolah menjadi Progress Report. Progress Report yang sudah disetujui klien dijadikan dasar untuk mengajukan klaim pembayaran. Di bawah ini adalah progress summary yang setiap bulan kita kirimkan ke klien untuk mendapatkan approval mereka.

Sementara untuk keperluan internal, progress report tersebut dimanfaatkan untuk evaluasi project performance yang harus dilakukan setiap bulan.

Page 19: Project Engineer job

Cara Membuat Budget / Anggaran Proyek (Bagian Ke-1)November 5th, 2011 § 2 comments

Sebelum proyek dimulai hendaknya team yang akan menjalankan proyek bersangkutan menyusun atau membuat budget (rencana anggaran) proyek. Budget proyek berisi rencana alokasi biaya (anggaran) yang akan dipakai untuk menyelesaikan proyek.

Persoalan yang sering muncul adalah sampai seberapa detail kita harus membuat rencana anggaran suatu proyek. Misalnya apakah kita harus menganggarkan atau membuat budget peralatan kerja (tools) dan consumables sedetail-detailnya hingga setiap item kita tentukan budgetnya ? Ataukah cukup secara garis besar saja ?

Kemudian apakah kita cukup membuat rencana anggaran secara total saja tanpa perlu membuat breakdown bulanan ? Mudah-mudahan pertanyaan ini bisa terjawab melalui tulisan singkat ini.

Sekalim lagi dalam menguraikan cara membuat budget proyek saya akan mengambil contoh kasus proyek konstruksi pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), karena pengalaman saya semuanya dalam proyek PLTU.

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum mulai menyusun budget proyek adalah mempelajari kontrak dengan seksama. Dua hal yang harus dilihat dalam kontrak adalah pembagian tugas (scope of work) antara kontraktor dan client dan jadwal pelaksanaan proyek.

Meskipun jenis proyeknya sama, scope of work bisa berbeda antara satu proyek dengan proyek yang lain. Untuk melihat beberapa contoh perbedaan scope of work silakan membaca perbedaan scope of work dan pengaruhnya terhadap anggaran proyek.

Anggaran atau budget suatu proyek biasanya terbagi menjadi beberapa pos anggaran. Susunan beberapa pos anggaran tersebut dikenal dengan nama Cost Breakdown Structure (CBS). Berikut adalah contoh CBS proyek konstruksi pembangunan PLTU :

A Direct dan Indirect LaborB Contractor StaffC Heavy EquipmentsD ToolsE ConsumablesF Mobilisasi & DemobilisasiG Temporary FacilitiesH Suplai Permanent MaterialI Sub Contracting CostJ Insurance

CBS di atas adalah CBS level-1. Setiap proyek bisa memiliki CBS yang berbeda, meskipun jenis proyeknya sama. Semuanya tergantung pada scope of work yang ada di dalam kontrak.

Agar penyusunan dan pengendalian anggaran proyek bisa dilakukan dengan lebih mudah dan lebih teliti, CBS level-1 perlu dipecah-pecah (dibreak-down) lagi menjadi pos-pos anggaran yang lebih detail, atau biasa dikenal juga dengan istilah CBS level-2.

Selain Cost Breakdown Structure, dalam menyusun budget suatu proyek kita juga memerlukan adanya Work Breakdown structure (WBS). Jika CBS memperlihatkan uraian anggaran berdasarkan pos-pos pembelanjaan, maka WBS memperlihatkan uraian suatu proyek

Page 20: Project Engineer job

berdasarkan jenis pekerjaannya. Silakan membaca breakdown dan pembobotan proyek untuk mengetahui WBS lebih jauh.

Sebelum mulai menyusun anggaran proyek, kita juga harus membuat membuat jadwal proyek terlebih dahulu. Jadwal ini nantinya kita perlukan untuk menentukan mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja, staff dan peralatan proyek. Untuk menentukan saat mobilisasi dan demobilisasi seringkali kita harus membuat jadwal proyek hingga WBS level-2 atau bahkan level-3.

Dalam proyek konstruksi pembangunan PLTU jadwal berikut ini selalu ditentukan dalam kontrak : first column erection, steam drum lifting, boiler hydrostatic test, first firing dan first synchronization. Berdasarkan target dates dari kelima milestone tersebut, jadwal konstruksi PLTU secara keseluruhan bisa disusun.

Kemudian kita juga harus menyusun struktur organisasi project team. Struktur ini nantinya kita pakai sebagai dasar pembuatan jadwal penugasan staff (contractor staff schedule) dalam proyek bersangkutan. Biasanya struktur organisasi proyek dirumuskan bersama oleh project manager, site manager dan project control engineer.

Kini setelah mengidentifikasi scope of work dengan seksama, menentukan Work Breakdown structure, jadwal masing-masing pekerjaan, struktur organisasi team yang akan diterjunkan ke dalam proyek, dan rencana pos-pos anggaran yang akan dihitung biayanya (cost breakdown structure), maka kita pun siap untuk menyusun anggaran proyek secara keseluruhan.

Silakan baca artikel berikutnya untuk mempelajari cara menyusun budget proyek secara lebih detail.

Cara Membuat Anggaran / Budget Proyek (Bagian ke-2)November 7th, 2011 § 0 comments

Dalam tulisan sebelumnya telah saya uraikan hal-hal yang harus dilakukan sebelum mulai menyusun anggaran (budget) proyek, yaitu :

1. Mempelajari dokumen kontrak secara seksama dan memahami scope of work atau pembagian tanggung jawab antara kontraktor dan pemilik proyek (owner).

2. Membuat work breakdown structure (WBS) dari proyek yang akan dikerjakan.

3. Menyusun struktur organisasi dari team yang akan diterjunkan untuk menangani proyek.

4. Menentukan cost breakdown structure (CBS) dari anggaran yang akan disusun.

Dalam menyampaikan cara penyusunan anggaran proyek ini, saya akan mengambil studi kasus proyek pembangunan PLTU Banjarmasin (Asam Asam) Unit-1 dan 2 2×65 MW di Kalimantan Selatan. Dalam proyek tersebut perusahaan tempat saya bekerja, PT Truba Jurong Engineering, mendapatkan kontrak pekerjaan konstruksi paket Boiler dari Mitsui Engineering and Shipbuilding. Selama 2 tahun saya mendapat penugasan dalam proyek tersebut.

Work breakdown structure dari proyek konstruksi Boiler PLTU Asam Asam dapat diuraikan menjadi pekerjaan-pekerjaan sbb :

WBS-01 Boiler House Steel StructureWBS-02 Boiler Pressure PartsWBS-03 Auxiliary Equpments

Page 21: Project Engineer job

WBS-04 Ducting and Raw Coal SiloWBS-05 Boiler PipingWBS-06 Electrostatic PrecipitatorWBS-07 ChimneyWBS-08 Electrical & Control InstrumentsWBS-09 Insulation & RefractoryWBS-10 PaintingWBS-11 Material HandlingWBS-12 Site Management

Perlu diketahui bahwa dalam anggaran proyek dikenal apa yang namanya biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).

Direct cost adalah biaya untuk pengadaan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang menghasilkan progress secara langsung. Contohnya adalah biaya yang diperlukan untuk menggaji fitter dan tukang las, untuk pembelian kawat dan sewa mesin las yang dipakai untuk pekerjaan pemasangan pipa main steam yang menghubungkan boiler dan steam turbune.

Sementara indirect cost adalah biaya yang diperlukan untuk pengadaan sumber daya bagi aktivitas proyek yang tidak langsung menghasilkan progress. Contohnya adalah gaji untuk staff bagian Keuangan. Meskipun tanpa staff bagian Keuangan aktivitas proyek tidak akan bisa berjalan, tetapi segala aktivitasnya tidak pernah diperhitungkan dalam perhitungan progress proyek.

Singkat kata direct cost adalah biaya untuk aktivitas yang langsung menghasilkan progress, sementara indirect cost adalah biaya untuk aktivitas yang bersifat mendukung pekerjaan-pekerjaan penghasil progress.

Team yang memiliki budget direct cost biasa dikenal dengan production atau construction team. Sementara lainnya dikenal sebagai supporting team. Dari uraian WBS di atas, WBS-01 sampai WBS-11 adalah construction team. Sedangkan supporting team yang dikumpulkan dalam WBS-12 biasanya terdiri atas seksi-seksi : project planing & control, quality control, safety, finance & inventory, purchasing dan personalia (HRD). Jika digambarkan dalam struktur organisasi, maka akan didapatkan bagan sbb :

Page 22: Project Engineer job

Langkah selanjutnya adalah menentukan cost breakdown structure (CBS) dari anggaran yang akan disusun. Setelah mempelajari kontrak dengan seksama, diputuskan untuk membuat budget dengan pos-pos anggaran sbb :

A Direct dan Indirect LaborB Contractor StaffC Construction EquipmentsD ToolsE ConsumablesF Sub Contracting CostG Mobilization & DemobilizationH Temporary FacilitiesI Site Operation Cost

Kini kita pun siap untuk mulai menyusun anggaran proyek. Pada umumnya penyusunan budget proyek dilakukan atas dasar data-data performance dari proyek sebelumnya. Untuk itu team penyusun budget sebaiknya memiliki pengalaman sudah pernah mengelola proyek.

Page 23: Project Engineer job

Membuat Anggaran Proyek : Menghitung Budget Direct Labour dan Membuat Manpower LoadingMay 26th, 2012 § 13 comments

Melalui artikel ini saya akan menyampaikan cara membuat budget / anggaran proyek secara detail. Berhubung keterbatasan pengalaman yang saya miliki, saya hanya akan menuliskan cara membuat anggaran proyek konstruksi (construction).

Tulisan ini tidak membahas perhitungan budget proyek yang memiliki scope design engineering maupun equipment / material procurement. Sebagaimana diketahui untuk proyek industrial plant sekala besar, scope proyek biasanya dibagi menjadi : engineering, procurement and construction (EPC).

Jadi tulisan ini hanya akan membahas tentang bagaimana membuat budget untuk proyek construction. Lebih khusus lagi proyek konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), sesuai dengan pengalaman saya selama 10 tahun di dunia proyek konstruksi.

Pada dasarnya cara menyusun anggaran untuk semua jenis proyek konstruksi adalah sama. Oleh karena itu jika kebetulan proyek yang anda tangani bukan konstruksi PLTU, silakan mengambil logika berpikirnya saja dan lakukan penyesuaian terhadap cara penyusunan budget yang saya sampaikan agar bisa diaplikasikan dalam proyek selain pembangunan PLTU.

Ada beberapa data yang harus dipersiapkan sebelum mulai menghitung budget secara detail., yaitu :

1. Scope pekerjaan2. Volume pekerjaan3. Project milestone4. Historical data dari proyek-proyek sebelumnya

Tiga hal pertama bisa didapatkan dari dokumen kontrak, sementara historical data merupakan data-data performance yang dihitung berdasarkan kinerja dari proyek yang tlah lalu.

Saya asumsikan budget yang akan disusun memiliki cost breakdown structure atau pos-pos anggaran sbb :

A Direct dan Indirect LaborB Contractor StaffC Costruction EquipmentD ToolsE ConsumablesF Sub Contracting CostG Mobilization – DemobilizationH Temporary FacilitiesI Site Operation Cost

Karena case yang saya ambil adalah proyek mechanical erection Pembangkit Listrik Tenaga Uap, maka istilah-istilah yang saya pakai dalam tulisan ini adalah istilah-istilah dalam proyek PLTU.

A Direct dan Indirect Labor

Page 24: Project Engineer job

Direct labor adalah seluruh karyawan / tukang yang melaksanakan pekerjaan yang langsung menghasilkan progress.

Berdasarkan bidang pekerjaannya direct labor dibagi menjadi : rigger, fitter, millwright dan welder. Sedangkan berdasar tingkat keahliannya direct labor digolongkan menjadi : foreman, skill, semi skill dan helper.

Menyusun budget direct labor berarti kita harus menghitung :- Total manhour untuk masing-masing WBS- Komposisi (breakdown berdasarkan skill) manhour- Budget direct labor- Direct labor loading

Dalam dunia konstruksi dikenal istilah labor productivity. Productivity ini adalah produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan jumlah manhour yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap satuan volume pekerjaan.

Produktivitas pekerjaan erection steel structure, boiler pressure parts, ducting dan mechanical equipments diukur dengan manhour/ton. Pekerjaan painting, insulation dan refractory dihitung produktivitasnya dengan manhour/m2. Sementara mengukur produktivitas pekerjaan welding atau pengelasan pipa dilakukan dengan menghitung manhour untuk setiap inch-dia (manhour/inch-dia).

Setiap perusahaan kontraktor yang sudah berpengalaman mengerjakan beberapa proyek tentu memiliki historical data produktivitas dari proyek-proyek yang telah dikerjakan sebelumnya. Berdasarkan data produktivitas dan volume pekerjaan yang ada di dalam kontrak, kita bisa menghitung kebutuhan manhour untuk masing-masing jenis pekerjaan.

Budget Manhour = produktivitas x volume pekerjaan

Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh budget manhour untuk masing-masing WBS pada proyek konstruksi boiler (ketel uap) PLTU.

————————————————TABLE budget manhour (menyusul)————————————————–

Setelah menghitung total manhour untuk masing-masing WBS, langkah berikutnya adalah menentukan komposisi manhour dari setiap WBS. Menentukan komposisi manhour berarti kita harus membuat breakdown berdasarkan skill untuk setiap total manhour WBS.

Berdasarkan skill-nya direct labor pada proyek konstruksi boiler PLTU dibagi menjadi :- Foreman rigger- Foreman fitter atau foreman millwright- Foreman welder- Skill rigger- Skill fitter atau skill millwright- Semi skill rigger- Semi skill fitter atau semi skill millwright- GTAW welder- SMAW welder

Page 25: Project Engineer job

- Plate welder- Helper

Agar bisa menentukan komposisi manhour masing-masing WBS, kita harus bisa menentukan prosentase masing-masing skill labor. Beda WBS prosentase masing-masing skill labornya juga berbeda. Biasanya data prosentase skill labor masing-masing WBS diambil dari historical data proyek sebelumnya.

Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh breakdown manhour berdasarkan skill untuk pekerjaan steel structure dan boiler pressure parts.

—————————————————–TABLE breakdown manhour (menyusul)——————————————————

Setelah berhasil menghitung budget manhour total beserta breakdown skillnya untuk masing-masing WBS, kita bisa menghitung budget direct labor dalam bentuk rupiah. Agar bisa menghitung nilai rupiah berdasar budget manhour yang sudah ada, kita memerlukan manhour rate.

Manhour rate adalah jumlah rupiah yang harus dibayarkan untuk setiap manhour. Oleh karena itu satuan manhour rate adalah rupiah/manhour. Kita bisa mendapatkan manhour rate ini dari data salary rate yang dibuat oleh bagian Personalia (HRD) proyek.

Setiap akan memulai proyek staff HRD selalu menyusun salary rate untuk proyek bersangkutan. Salary rate inilah yang menjadi dasar dalam menentukan gaji yang akan diberikan kepada setiap karyawan proyek. Salary rate disusun berdasarkan UMR dan tingkat upah di pasar tenaga kerja lokasi di mana proyek berada.

Berikut adalah contoh alokasi anggaran direct labor yang dihitung berdasarkan budget manhour dan manhour rate untuk pekerjaan steel structure, boiler pressure parts dan auxiliary equipments.

——————————————————–TABLE anggaran Direct Labor (menyusul)———————————————————

Langkah selanjutnya dalam menyusun budget direct labor adalah membuat manpower loading atau manpower schedule. Untuk membuat manpower loading, kita memerlukan 2 data, yaitu :

- Manhour budget per WBS- Progress planning per WBS

Terlebih dahulu manhour budget per WBS harus dikonversi ke manmonth budget. Untuk mendapatkan manmonth budget, kita bisa membagi budget manhour dengan 242. Angka 242 ini adalah total jam kerja dalam satu bulan untuk setiap 1 orang karyawan, dengan asumsi :

- Senin – Kamis = 9 jam kerja- Jumat – Sabtu = 8 jam kerja- Libur Minggu dalam sebulan hanya 2 kali. jam kerja hari Minggu = 8 jam

Dengan membagi budget manhour dengan 242 kita akan mendapatkan manmonth budget sbb :

Page 26: Project Engineer job

—————————————————–TABLE manmonth budget (menyusul)——————————————————

Selanjutnya kita bisa mendistrubusikan budget manmonth di atas menjadi manpower schedule bulanan. Pendistribusian tersebut dilakukan berdasarkan distribusi progress planning bulanan, dengan cara sebagai berikut :

- Distribusikan budget manmonth menjadi manpower schedule bulanan berdasarkan progress planning masing-masing WBS.

- Lakukan adjustment terhadap manpower schedule yang didapat pada langkah pertama. Adjustment dilakukan dengan cara mengurangi manpower loading pada bulan-bulan saat pek-time.

Manpower yang dikurangkan dari beberapa bulan saat peak-time tadi didistribusikan ke periode bulan-bulan awal (saat-saat preparation works) dan periode bulan-bulan akhir (saat-saat finishing works).

- Adjustment ini perlu dilakukan karena tahap awal dan tahap akhir selalu memerlukan lebih banyak manhour/ton dibanding rata-rata manhour/ton masing-masing WBS. Dengan kata lain tahap awal dan akhir setiap WBS selalu memiliki produktifitas yang rendah. Sedangkan saat-saat peak-time selalu ditandai dengan produktifitas yang tinggi.

Manpower schedule atau manpower loading, selain berfungsi untuk labor control saat proyek sudah berjalan, juga berguna untuk membuat beberapa planning berikutnya, seperti :

- Menghitung budget peralatan safety : helmet, sepatu, safety belt, seragam lapangan, dsb.- Menghitung budget alat transportasi karyawan.- Menentukan jumlah mesin las yang diperlukan, berdasarkan jumlah welder.- Menghitung kebutuhan mess karyawan, dsb.