program studi agroteknologi fakultas pertanian … · 2017. 11. 6. · program studi agroteknologi,...
TRANSCRIPT
-
i
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH CAPING TANI 2017
FORMULA ENKAPSULASI NANOFERTILIZER DENGAN
PENAMBAHAN JAMUR ENTOMOPATOGEN Tricoderma sp UNTUK
MENGHADAPI ANCAMAN ANOMALI CUACA SEBAGAI UPAYA
DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN
Disusun Oleh :
Raisah Bani 151510501189 2015
Endang Setyoningsih 151510501007 2015
Siska Maulida 161510501082 2016
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2017
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah untuk Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional tingkat
Mahasiswa. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :
1. Orang tua kami yang selalu mendo’akan kami agar terus diberikan kemudahan dalam
menuntut ilmu dan berprestasi.
2. Dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-Teman yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu sampai selesainnya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu penulis menyampaikan permohonan maaf
sebesar-besarnya serta sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap agar Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Jember, 22 Maret 2017
Penulis
-
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 Anomali cuaca .................................................................................................. 3
2.2 Kemandirian Pangan ........................................................................................ 3
2.3 Prospek Teknologi Nano di Bidang Pangan .................................................... 4
2.4 Proses Enkapsulasi ........................................................................................... 4
2.5 Pupuk Nano (Nanofertilizer) ............................................................................ 5
2.6 Jamur Entomopatogen Tricoderma sp . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB III METODE PENULISAN ................................................................................... 6
3.1 Metode Penulisan ............................................................................................. 6
3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 6
3.3 Pengolahan Data dan Referensi ....................................................................... 6
BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................................. 7
4.1 Proses pembuatan formula enkapsulasi nanofertilizer berbasis jamur
Trichoderma sp ...................................................................................................... 7
4.2 Pupuk Nano slow release berbahan aktif Jamur Antagonis Trichoderma sp
sebagai Biofertilizer ............................................................................................... 7
4.3 Nanofertilizer Berbahan Jamur Antagonis Trichoderma sebagai Bioprotectan 9
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................... 11
5.1 Simpulan ......................................................................................................... 11
5.2 Saran ................................................................................................................ 11
-
iv
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
LAMPIRAN..................................................................................................................... 14
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Produksi Gabah dan Brangkasan Jagung terhadap Tiga Jenis Sumber P ..
-
vi
Formula Enkapsulasi Nanofertilizer Dengan Penambahan Jamur
Entomopatogen Tricoderma Sp Untuk Menghadapi Ancaman Anomali
Cuaca Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan
Raisah Bani, Endang Setyoningsih dan Siska Maulida
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang
cukup besar yakni 237.6 juta jiwa. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan pangan
semakin meningkat tiap tahunnya, pada tahun 2008 konsumsi pangan beras berkisar
104,9 kg/kapita/tahun dan Menurut Badan Pusat Statistika pada tahun 2009 meningkat
menjadi 139.5 kg/kapita/tahun. Namun saat ini, Indonesia dihadapkan pada kondisi iklim
yang tidak menentu. Anomali cuaca di Indonesia menyebabkan berbagai dampak negatif
dan kerusakan di bidang pertanian. Dampak utama dari iklim ekstrim ini adalah
kekeringan yang menyebabkan gagal panen, banjir, dan serangan hama maupun penyakit.
Produksi padi di Indonesia mengalami penurunan dan peningkatan yang fluktuatif hingga
20% akibat pengaruh anomali cuaca Musim hujan dan musim kemarau tidak lagi dapat
diprediksi sehingga banyak petani menunda penanaman. Fakta yang terjadi saat ini adalah
kondisi pertanian Indonesia masih belum memenuhi kebutuhan pangan nasional. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan jumlah
kebutuhan pangan juga semakin besar. Langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia
untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional salah satunya adalah dengan intensifikasi
pertanian dengan menanam varietas unggul, dan penggunaan pupuk serta pestisida yang
tidak ramah lingkungan, sehingga upaya ini justru membuat kondisi pertanian Indonesia
semakin memprihatinkan. Input produksi dan pengelolaan lahan yang tepat menjadi
kunci keberhasilan pertanian Indonesia. Hal ini dikarenakan pengelolaan input yang
sesuai dari hulu hingga ke hilir dapat menentukan besarnya hasil produksi dan
produktivitas tanaman. Salah satu teknologi inovasi yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil produksi dan produktivitas tanaman adalah formula enkapsulasi
nanofertilizer dengan penambahan jamur entomopatogen Trichoderma sp. Teknologi ini
cukup mudah dan aplikatif untuk diterapkan pada lahan pertanian khususnya untuk
tanaman pangan. Hal ini dikarenakan teknologi formula enkapsulasi nanofertilizer
dengan penambahan jamur entomopatogen Trichoderma sp cukup ramah lingkungan.
Diharapkan dengan adanya teknologi formula enkapsulasi nanofertilizer dengan
penambahan jamur entomopatogen Trichoderma sp dapat menciptakan kemandirian
pangan saat ancaman anomali cuaca.
Kata kunci : Enkapsulasi, Nanofertilizer, Trichoderma sp, Kemandirian Pangan,
Anomali Cuaca
mailto:%[email protected]:%[email protected]
-
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup besar yakni 237.6 juta jiwa. Kondisi ini menyebabkan
kebutuhan akan pangan semakin meningkat tiap tahunnya, pada tahun 2008 konsumsi
pangan beras berkisar 104,9 kg/kapita/tahun (Ariani, 2010) dan Menurut Badan Pusat
Statistika pada tahun 2009 meningkat menjadi 139.5 kg/kapita/tahun (Setiawan, 2012).
Angka ini lebih besar dua kali lipat konsumsi beras dunia yakni 60 kg per tahun
(Hermanto dalam Christianto, 2013), sedangkan produksi yang dihasilkan pada tahun
2010 hanya mencapai 41 juta ton pertahun. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya upaya
peningkatan produksi tanaman pangan di Inonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional.
Namun saat ini, Indonesia dihadapkan pada kondisi iklim yang tidak menentu.
Anomali cuaca di Indonesia menyebabkan berbagai dampak negatif dan kerusakan di
bidang pertanian. Dampak utama dari iklim ekstrim ini adalah kekeringan yang
menyebabkan gagal panen, banjir, dan serangan hama maupun penyakit (Santoso., 2016).
Produksi padi di Indonesia mengalami penurunan dan peningkatan yang fluktuatif hingga
20% akibat pengaruh anomali cuaca (Hidayati dan Suryanto., 2015). Musim hujan dan
musim kemarau tidak lagi dapat diprediksi sehingga banyak petani menunda penanaman.
Beberapa penelitan menyebutkan bahwa berkurangnya intensitas hujan
merupakan faktor utama penurunan hasil panen (Anles, 2011). Suhu dan kelembapan
udara yang semakin meningkat dan berubah-ubah juga mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan OPT yang berpengaruh buruk terhadap tanaman
pertanian (Susanti dkk., 2014). Penggunaan benih varietas unggul, pestisida, serta pupuk
sintetik menjadi tindakan pemerintah dan petani untuk meningkatkan kembali hasil
pertaniannya. Namun hal ini akan memunculkan permasalahan baru. Peningkatan
produksi pertanian dengan intensifikasi pangan seperti penggunaan input (pupuk dan
pestisida) yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan tanaman, polusi tanah dan air
serta pemborosan biaya saprodi (Ily, 2013).
Untuk menyelesaikan permasalahan tesebut, diperlukan inovasi tekologi ramah
lingkungan dan berkelanjutan yang mampu meningkatkan produksi tanaman pangan
tanpa menurunkan kualitas lingkungan. Teknologi Nanofertilizer berbasis jamur
-
2
Tricoderma sp adalah inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi tanaman
karena bersifat sebagai biofertilizer (Elfina dkk., 2011). Teknologi nanofertilizer
berbentuk pupuk enkapsulasi berukuran nano, tidak mudah leaching oleh air dan panas,
bersifat slow release namun mampu meningkatkan efisiensi penyerapan hara hingga
70% sehingga produksi tanaman dapat meningkat. Pupuk tersebut juga bersifat ramah
lingkungan dan bioprotectan sehingga mampu menjaga kualiatas lingkungan dan mampu
meminimalisir serangan hama dan penyakit pada tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan formula enkapsulasi nanofertilizer berbasisjamur
Trichoderma sp ?
2. Bagaimana cara kerja jamur Trichoderma sp sebagai biofertilizer dan bioprotectan
pada tanaman pangan ?
3. Bagaimana pengaruh formulasi enkapsulasi nanofertilizer berbasis jamur Trichoderma
sp terhadap produksi tanaman pangan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan formula enkapsulasi nanofertilizer berbasisjamur
Trichoderma sp
2. Untuk mengetahui cara kerja jamur Trichoderma sp sebagai biofertilizer dan
bioprotectan pada tanaman pangan
3. Untuk mengetahui pengaruh formulasi enkapsulasi nanofertilizer berbasis jamur
Trichoderma sp terhadap produksi tanaman pangan
1.4 Manfaat
1. Menjelaskan proses pembuatan formula enkapsulasi nanofertilizer berbasisjamur
Trichoderma sp
2. Menjelaskan cara kerja jamur Trichoderma sp sebagai biofertilizer dan bioprotectan
pada tanaman pangan
3. Memaparkan pengaruh formulasi enkapsulasi nanofertilizer berbasis jamur
Trichoderma sp terhadap produksi tanaman pangan
-
3
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Anomali Cuaca
Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu dapat terjadi di suatu tempat.
Iklim dan cuaca sekarang tidak berjalan normal atau biasa disebut dengan anomali cuaca.
Anomali iklim tidak ditandai hanya dengan curah hujan, tetapi juga juga kecepatan dan
arah angin yang ekstrim. Salah satu situasi anomali iklim yang terjadi pada 10 tahun
terkahir ini adalah curah hujan yang tidak menentu serta persebarannya tidak merata di
hampir seluruh wilayah. Kondisi hujan seperti ini bisanya disebut dengan anomali cuaca
mikro. Data stasiun Klimatologi Lasiana Kupang didapatkan bahwa curah hujan tahun
2010 termasuk kedalam salah satu contoh anomali cuaca. Sebaran hari hujan (HH) ada
setiap bulan kecuali bulan Juli, walaupun dengan intensitas yang rendah. Bulan
September dan Oktober seharusnya tidak terjadi hujan tetapi kenyataannya masih turun
hujan. Curah hujan tahun 2010 berjumlah mencapai 1594 mm dengan hari hujan
sebanyak 138 hari. Iklim dan cuaca yang normal seharusnya ditandai dengan tidak turun
hujan pada bulan Maret hingga Oktober. Curah hujan pada tahun 2009 hanya terjadi pada
bulan November hingga akhir februari dengan jumlah hari hujan 99 hari. Dari
perbandingan curah hujan dan jumlah hari hujan tahun 2009 dan 2010 membuktikan telah
terjadinya anomali iklim dan cuaca.
Dampak anomali cuaca terhadap sektor pertanian paling besar adalah faktor
eksogen eksogen yang tidak terkontrol. Dalam sektor pertanian, komoditas yang paling
dirugikan hingga mengalami kegagalan panen adalah padi dan jagung, sedangkan umbi-
umbian dan kacang-kacangan masih dapat menyesuaikan dengan anomali iklim dan
cuaca. Tanaman jagung dan padi, pada saat berbunga mengalami kekurangan air
sedangkan pada saat siap panen terjadi kelebihan air maka banyak hasil yang rusak
karena terlambat panen. Dampak berkelanjutan karena kegagalan panen adalah
ketersediaan pangan berkurang. Selain itu, intensitas curah hujan pada awal september
hingga oktober membuat petani terpaksa segera menanam.
2.2 Kemandirian Pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan target utama pemerintah Indonesia.
Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang pangan menyebutkan bahwa Negara
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi
-
4
pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang baik di tingkat nasional
maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan
dan budaya lokal. Rencana Strategis Kementrian Pertanian (Kementan) tahun 2015-2019
disebutkan bahwa visi pembangunan pertanian Indonesia yaitu terwujudnya sistem
pertanian bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan
produk bernilai tambah tinggi berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan
kesejahteraan petani (Kementan, 2015).
2.3 Prospek Teknologi Nano di Bidang Pangan
Teknologi nano dapat diterapkan untuk pembuatan pupuk berukuran nano
(nanofertilizer) baik dalam bentuk tepung maupun cair. Penggunaan pupuk nano
berukuran 1 nm = 10-9
m memiliki keunggulan lebih reaktif, langsung mengenai sasaran
atau target karena ukurannya yang halus, serta hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil.
Prinsip kerja dari teknologi nano yaitu memaksimalkan output (produktivitas tanaman)
dengan meminimumkan input pupuk, pestisida dan insektisida melalui monitoring
kondisi tanah seperti perakaran tanah (rizosfer) dan mengaplikasikannya langsung ke
target. Salah satu bahan alami yang digunakan dalam pembuatan nanofertilizer adalah
zeolit. Zeolit memiliki pori-pori berukuran nano san memiliki lorong-lorong sebagai
tempat penyimpanan sementara unsur hara atau partikel-partikel yang mengandung unsur
hara. Kapasitas tukar kation dari zeolit yang diperdunakan pada formulasi pupuk nano
adalah sebesar 70,15 me/100g (Ikatan Zeolit Indonesia, 2009).
2.4 Proses Enkapsulasi
Enkapsulasi merupakan suatu proses dimana suatu bahan atau campuran bahan
disalut dalam bahan atau sistem lain. Bahan yang digunakan dalam proses enkapsulasi
biomassa aktif jamur Trichoderma sp salah satunya adalah amilum jagung. Wahyudi
(2008) menyebutkan bahwa B.bassiana yang dienkapsulasi dengan amilum jagung
kondisinya akan tetap stabil selama masa penyimpanan pada suhu kamar dan memiliki
viabilitas yang tinggi setelah penyimpanan beberapa bulan. Amilum jagung digunakan
sebagai glidant, bahan pengisi tablet dan kapsul, bahan penghancur tablet dan kapsul dan
juga sebagai pengikat tablet (Wade et al., 1980) dalam Wahyudi (2008).
-
5
2.5 Pupuk Nano (Nanofertilizer)
Pembuatan pupuk nano memerlukan beberapa bahan alami seperti zeolit yang
memiliki kemampuan dalam membawa unsur hara seperti Ca, N, P dan K di dalam
struktur molekulnya. Selain dengan menggunakan bahan alami pembuatan pupuk nano
juga dapat digabungkan dengan menggunakan bahan sintetis sebagai pelapis pupuk.
Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan nanofertilizer yaitu kombinasi antara
pupuk alam salah satunya pupuk Guano dengan pupuk organofosfat (Widowati, 2011).
2.6 Jamur Entomopatogen Tricoderma sp.
Trichoderma sp. sebagai jamur antagonis mampu berperan sebagai insektisida
nabati dan biofertilizer. Trichoderma sp. mempunyai kemampuan menguraikan selulosa,
melarutkan phosfat anorganik dan menghasilkan IAA. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tinggi tanaman padi pada tanah salin yang telah
diaplikasikan dengan jamur Trichoderma sp. Peningkatan pertumbuhan tanaman ini
dikarenakan kebutuhan hara dan nutrisi yang cukup (Subowo, 2015).
-
6
BAB 3. METODE PENULISAN
3.1 Metode Penulisan
Pendekatan di dalam karya tulis ini secara kualitatif, sedangkan metode penulisan
ini menggunakan metode deskriptif dan metode analitik. Menurut Rianse (2009),
penulisan deskriptif adalah karya tulis yang bermaksud untuk membuat deskriptif
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Adapun metode analitik ditujukan untuk
menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih mendalam tentang
hubungan-hubungan (Nazir, 2005).
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder referensi umum
dan referensi khusus.
1. Referensi Khusus
Data yang diperoleh dari referensi khusus seperti artikel ilmiah, hasil penelitian yang
tidak dipublikasikan, dan sebagainya.
2. Referensi Umum
Data yang diperoleh dari referensi umum, seperti buku, jurnal yang dipublikasikan, data
statistik yang diperoleh melalui internet. Fakta atau informasi yang penulis gunakan
adalah sumber-sumber bacaan sepuluh tahun terakhir yang dijadikan acuan dalam
penulisan karya ilmiah ini guna menjaga kemutakhiran referensi. Data diseleksi yang
sesuai dengan topik tulisan dipisahkan dari yang tidak sesuai. Data yang sesuai dengan
topik tulisan dipisahkan berdasarkan kesesuaiannya dengan sub-sub judul dalam
kerangka tulisan.
3.3 Pengolahan Data dan Referensi
Pengolahan data dan informasi dilakukan dengan menulis rangkuman singkat
(overview) mengenai data yang telah terkumpul untuk setiap kategori. Data dan
informasi yang didapatkan yakni dari penulisan-penulisan esai, jurnal ilmiah, buku
mengenai landasan teori terkait.
-
7
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Proses pembuatan formula enkapsulasi nanofertilizer berbasisjamur
Trichoderma sp
Prinsip kerja dari teknologi nano ini memaksimalkan pada produktivitas tanaman
(output) dengan meminimumkan input pupuk, pestisida, dan insektisida melalui
mentoring kondisi tanah seperti pada perakaran tanah (rizosfer) dan mengaplikasikannya
secara langsung pada target. Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk nano adalah
zeolit. Zeolit merupakan bahan alami yang memiliki pori-pori berukuran nano dan
memiliki lorong-lorong sebagai tempat penyimpanan unsur hara ataupun partikel-partikel
yang mengandung unsur hara. Kapasitas tukar kation dari zeolit yang digunakan dalam
formulasi pupuk nano yakni sebesar 70,15 me/100g (Ikatan Zeolit Indonesia, 2009).
Prinsip utama dalam pembuatan pupuk nano slow release yakni dengan membuat
suatu hambatan berupa intersaksi molekuler sehingga zat hara dalam butiran pupuk tidak
mudah lepas ke lingkungan ataupun tercuci (leaching) pada lapisan tanah. Keuntungan
menggunakan prinsip slow release yakni dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur
pupuk oleh tanamn menjadi 65-70% jika dibandingkan dengan pupuk biasa yang hanya
40%. Aplikasi yang dilakukanpun cukup dengan satu kali dalam satu musim tanam
dibandingkan dengan pupuk kimia urea yang diberikan 2-3 kali. Pupuk nano dapat dibuat
dengan memanfaatkan bahan campuran pupuk alam seperti kotoran ayam dan
ditambahkan dengan bahan pendukung seperti zeolit, molase dan tanpa terkecuali
penambahan Jamur Antagonis Trichoderma sp (Suwardi, 2007). Bahan-bahan tersebut
dicampur menjadi satu dan diinkubasi selama 1 minggu. Pupuk yang telah terfermentasi
diolah dalam bentuk enkapsulasi menggunakan metode sol-gel (Fernandes, 2012).
4.2 Pupuk Nano slow release berbahan aktif Jamur Antagonis Trichoderma sp
sebagai Biofertilizer
Biofertilizer merupakan merupakan pupuk organik yang mengandung
mikroorganisme hidup untuk memperbaiki kandungan unsur hara dalam tanah
(Sustiningsih, 2015). Keberadaan mikroorganisme dalam tanah berperan dalam proses
penguraian bahan organik, melepaskan nutrisi menjadi bentuk tersedia bagi tanaman,
serta mampu mendegradasi residu toksik (Kalay dkk., 2015). Teknologi pemupukan
melalui pembuatan nanofertilizer menerapkan proses enskapulasi dengan
-
8
memformulasikan pupuk organofosfat ditambahkan dengan propagul jamur antagonis
Trichoderma sp. Jamur ini banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan dapat
direkomendasikan sebagai pupuk maupun insektisida biologi (Sianturi dkk., 2014). Jamur
Trichoderma memiliki adaptasi yang luas, mudah diisolasi dan berperan sebagai
kompetitor yang baik dalam tanah (Gusnawaty dkk., 2014).
Manfaat Trichoderma sp. sebagai jamur antagonis mampu berperan sebagai
insektisida nabati dan biofertilizer. Trichoderma sp. mempunyai kemampuan
menguraikan selulosa, melarutkan phosfat anorganik dan menghasilkan IAA.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tinggi tanaman
padi pada tanah salin yang telah diaplikasikan dengan jamur Trichoderma sp.
Peningkatan pertumbuhan tanaman ini dikarenakan kebutuhan hara dan nutrisi yang
cukup (Subowo, 2015). Trichoderma sp. mampu mempercepat proses pengomposan dan
memperbaiki kualitas kompos karena jamur ini menghasilkan enzim celobiohidrolase,
endoglikonase dan glokosidase yang bekerja secara sinergis sehingga proses penguraian
dapat berlangsung lebih cepat dan intensif (Kusuma, 2016). Jamur Trichoderma selain
mampu mengendalikan patogen melalui kontak langsung, juga mampu memperbaiki
kesuburan tanah di daerah perakaran tanaman. Perbanyakan jamur Trichoderma spp. ini
dapat dilakukan dengan metode PDA menggunakan bahan tambahan dedak (Urailal dkk.,
2012).
Pupuk nanofertilizer berbahan Jamur Tricoderma sp terdiri dari mokroorganisme
hasil formulasi yang saling berkoloni dalam rizhosfer dan saling berinteraksi dengan
perakaran tanaman melalui penyediaan unsur hara dan hormon pertumbuhan
(Moelyohadi dkk., 2012). Trichoderma sp. sebagai bahan aktif Biofertilizer, mampu
mensuplai hara N, dan P yang dibutuhkan tanaman sehingga biofertilizer ini merupakan
upaya yang solutif untuk meningkatkan kesuburan tanah (Subowo, 2015). Nanofertilizer
berbahan Trichoderma sp memiliki sifat yang ramah lingkungan karena tidak
meninggalkan residu, sehingga mampu menjaga kelestarian dan keseimbagan ekosistem.
Nanofertilizer mampu meningkatkan dan menyediakan unsur N dalam tanah sehingga
tanah yang telah terdegradasi dapat berproduksi dengan optimal (Hardianita et al., 2015).
Berikut adalah data efektifitas dari aplikasi teknologi enkapsulasi nanofertilizer
pada lahan pertanian.
Tabel 2.6.1 Produksi Gabah dan Brangkasan Jagung terhadap Tiga Jenis Sumber P
-
9
Sumber : Widowati et al. (2011)
Pemberian pupuk nano mampu menyediakan unsur hara untuk mendukug
pertumbuhan tanaman. Hal ini jelas terlihat dari hasil gabah kering dan berat 1.000 butir
padi serta hasil berat basah dan berat kering dari jagung brangkasan lebih besar
produksinya dibandingkan dengan perlakuan control, SP-36 dan pupuk alam sub-mikron
1. Penggunaan pupuk nano berukuran kecil (1 nm = 10-9
) memiliki keunggulan lebih
reaktif, langsung mencapai sasaran atau target karena ukurannya yang halus, serta hanya
dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
4.3 Nanofertilizer Berbahan Jamur Antagonis Trichoderma sebagai Bioprotectan
Penanggulangan serangan hama secara biologi pada masa ini sedang dilakukan
untuk menjaga keseimbangan dalam ekosistem dan lingkungan yang berkelanjutan.
Trichoderma sp merupakan salah satu agen hayati yang dapat digunakan sebagai
bioprotectan yang dapat memberikan perlindungan pada tanaman dari serangan hama
terutama pada pathogen tular tanah pada tanaman padi seperti halnya Fusarium sp (Fajrin
dan Suharjono, 2013). Trichoderma sp merupakan salah satu jamur antagonis yang
bersifat saprofitik dalam tanah dan dapat memparasit jamur lain dengan spektrum
pengendalian yang cukup luas.
Trichoderma sp melakukan penyerangan terhadap patogen melalui 3 cara, yakni
kompetisi terhadap tempat tumbuh dan nutrisi, antibiosis, dan parasitisme. Keberadaan
Trichoderma sp didalam tanah akan berkompetisi dalam mendapatkan nutrisi dengan
Fusarium sp. Hal tersebut dapat menyebabkan Fusarium sp mati dikarenakan tidak
mendapat asupan nutrisi yang diperlukan, sedangkan di alam Fusarium sp memerlukan
cukup banyak nutrisi untuk mempertahankan 20-30% tingkat perkecambahan sporanya.
Trichoderma sp dapat menghasilkan beberapa metabolit sekunder seperti lytic activity,
polyketides, alkyl pyrones, isonitriles (Berlian dkk., 2013).
-
10
Lytic activity yang dihasilkan oleh Trichoderma sp dapat mendegradasi dinding
sel jamur inang. Jika hifa dari Trichoderma sp melekat dan melilit jamur inang maka hifa
inang dapat mengalami vakuolasi, lisis dan kemudian hancur. Polyketides bersifat
menghambat dan menekan perkembangan spora inang. Alkyl pyrones merupakan salah
satu anti jamur yang dapat menghambat perkecambahan dan membunuh miselia pada
jamur inang. Isonitriles merupakan salah satu antibiotik yang didalamnya terdapat
senyawa isonitrin A-D dan isonitrinic acids E dan F (Berlian dkk., 2013).Penyakit yang
banyak menyerang tanaman padi selain fusarium adalah penyakit hawar daun bakteri.
Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil panen sebesar 50%. Luas penularan
penyakit hawar daun di Indonesia telah mencapai lebih dari 60 ha. Trichoderma adalah
salah satu APH yang mampu menurunkan serangan penyakit hawar daun dibandingkan
dengan Agens pengendali yang lain (Damanik dkk., 2013).
-
11
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan nanofertilizer dilakukan dengan menerapkan proses enkapsulasi
dengan memformulasikan pupuk organofosfat ditambahkan dengan propagul jamur
Trichoderma sp.
2. Penggunaan pupuk nano berbahan aktif Trichoderma spp. berukuran kecil (1 nm =
10-9
) memiliki keunggulan lebih reaktif, langsung mencapai sasaran atau target
karena ukurannya yang halus, serta hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
3. Pupuk slow release berbahan Trichoderma sp dapat berperan sebagai biofertilizer
yang mampu menyuburkan tanah, dan sebagai bioprotectan yang mampu
meningkatkan pertahanan tanaman terhadap serangan hama serta penyakit tanaman.
5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat Khususnya Petani
Diperlukan adanya upaya penerapan secara nyata pada lahan budidaya pertanian
dari adanyanya transfer teknologi formula enkapsulasi nanofertilizer dengan
penambahan B.bassiana berdasar atas rekomendasi yang ada.
2. Bagi Peneliti
Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap perbandingan konsentrasi pupuk
dan B.bassiana yang tepat dalam formulasi enkapsulasi nanofertilizer berbasis
nanozeolit.
3. Bagi Pemerintah
Diperlukan adanya hubungan kerja sama antara pemerintah dan perguruan tinggi
serta petugas penyuluh pertanian melalui gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) untuk
melakukan sosialisasi dan pendampingan serta pemberan bantuan permodalan kepada
para petani.
-
12
DAFTAR PUSTAKA
Angles, Chinnadurai, and Sundar. (2011). Awa- reness on impact of climate change on
dryland agriculture and coping mecha- nisms of dryland farmers. Indian
Journal of Agricultural Economics. Vol.66 , hlm. 365- 372.
Ariani, M. 2010. Analisis konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung
Pencapaian Diversifikasi Pangan. Gizi Indonesia. 33(1) : 20-28.
Berlian, I., B. Setyawan, H. Hado. 2013. Mekanisme Antagonisme Trichoderma
Spp.TerhadapBeberapaPatogenTular Tanah. Warta Perkaretan, 32(2): 74-82.
Christianto, E. 2013. Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Beras di
Indonesia. Jibeka, 7 (2): 38-43.
Damanik, S., M.I. Pinem., dan Y. Pengestiningsih. 2013. Uji Efikasi Agens Hayati
Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Beberapa Varietas Padi Sawah.
Agroekoteknologi, 4(1) : 2337-6597.
Elfina, Y., A. Rasyad., dan Rustam. 2011. Penggunaan Agens Hayati Trichoderma Lokal
Riau sebagai Biofertilizer dan Biopestisida dalam PHT Untuk Mengendalikan
Penyakit dan Meningkatkan Produksi Padi. Ringkasan Eksklusif Hasil
penelitian 2011, Penelitian Badan Litbang Pertanian.
Fajrin, M. N., dan Suharjono S. 2013.Potensi TrichodermaSp. Sebagai Agen Pengendali
Fusarium Sp. Patogen Tanaman Strawberry (Fragaria Sp.). Biotropika, 1(4):
177-181.
Fernandes, B. R. 2012. Sintesis Nanopartikel SiO2 Menggunakan Metodasol-Gel dan
Aplikasinya terhadap Aktifitas Sitotoksik Sel. Jurusan Kimia Universitas
Andalas Padang.
Gusniawaty, H.S., M. Taufik., L. Triana., dan Asiniah. 2014. Karakterisasi Morfologis
Trichoderma spp. Indegenos Sulawesi Tenggara. Agroteknos, 4(2) :87-93
Hidayati, I.N., dan Suryanto. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian
dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Ekonomi dan
Pembangunan, 1(16) : 42-52.
Ikatan Zeolit Indonesia. 2009. Terobosan Aplikasi Teknologi Mikro-Nano Material
Zeolit dalam Biang Industri, Pertanian, dan Lingkungan. Hibah Simposium
Nasional Himpunan Profesi Ikatan Zeolit Indonesia (IZI). Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Ily, W. 2013. Dampak Penerapan Panca Usaha Tani Padi terhadap Produktivitas Padi (
Studi di Desa Semenok Kecamatan Mandor Kabupaten Landak). Ilmu
Sosiatri, 2 (2): 1-10.
-
13
Kementrian Pertanian. 2015. Rencana Strategis KementerianPertanian Tahun 2015-
2019. Jakarta : Kementerian Pertanian.
Kusuma, M.E. 2016. Efektifitas Pemberian Kompos Trichoderma sp Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Rumput Setaria. Ilmu Hewani Tropika, 5(2).
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Santoso, A.B. 2016. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Tanaman Pangan di
Provinsi Maluku. Penelitian Pertanian Tanamna Pangan, 1(35).
Setiawan, B. I. 2012. Optimalisasi Diversifikasi Pangan guna Mewujudkan
Ketahanan Pangan Nasional yang Berkelanjutan. Majalah Tannas edisi 94.
Surtiningsih, T. 2015. Peran Biofertilizer dari Campuran Mikroorganisme sebagai Upaya
untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan Nasional. Pidato Guru
Besar Mikrobiologi Tanah dan Tanaman Universitas Airlangga.
Susanti, E., F. Rahmadani., E. Runtunuwu., dan I. Amien. 2014. Dampak Perubaha Iklim
Terhadap Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Suwardi. 2007. Pemanfaatan zeolit untuk perbaikan sifat-sifat tanah dan peningkatan
produksi Pertanian. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.
Uruilal, C., A.M. Kalay., E. Kaya., dan A. Siregar. 2012. Pemanfaatan Kompos Ela Sagu,
Sekam dan Dedak sebagai Media Perbanyakan Agens Hayati Trichoderma
harzianum Rifai. Agrologia, 1(1) : 21-30.
Wahyudi, P. 2008. Enkapsulasi Propagul Jamur Entomopatogen Trichoderma sp
Menggunakan Alginat dan Pati Jagung sebagai Pupuk
Mikoinsektisida. Ilmu Kefarmasian Indonesia, (6) 2 : 51-56.
Widowati, L. R. 2011. Pengembangan Teknologi Nano dengan Memanfaatkan Bahan
Batuan Alami dan Bahan Organik. Program Intensif Riset Terapan. Balai
Penelitian Tanah.
Widowati, L.R., Husnain W. Hartatik. 2011. Peluang Formulasi Pupuk Berteknologi
Nano. Artikel ilmiah. Balai Penelitian Tanah Bogor.
-
14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis 1
A. Identitas Diri
1. Nama : Raisah Bani
2. NIM : 151510501189
3. Fakultas & PRODI : Pertanian/Agroteknologi
4. Perguruan Tinggi : Universitas Jember
5. Alamat : Jl. Imam Bonjol no 21 Jember
6. No. Telp / HP : 089686730753
7. E-mail : [email protected]
B. Daftar Pengalaman / Prestasi / Penghargaan yang pernah diraih :
No. Prestasi Institusi
Penyelengara
Judul Karya Tahun
1. - - - -
2.
3.
4.
5.
mailto:[email protected]
-
15
Penulis 2
A. Identitas diri
1. Nama : Endang Setyoningsih
2. NIM : 151510501007
3. Fakultas & PRODI : Pertanian/Agroteknologi
4. Perguruan Tinggi : Universitas Jember
5. Alamat : Ponorogo
6. No. Telp / HP : 085749104676
7. E-mail : [email protected]
B. Daftar Pengalaman / Prestasi / Penghargaan yang pernah diraih :
No. Prestasi Institusi
Penyelengara
Judul Karya Tahun
1. - - - -
2.
3.
4.
5.
-
16
Penulis 3
A. Identitas Diri
1. Nama : Siska Mulida
2. NIM : 161510501189
3. Fakultas & PRODI : Pertanian/Agroteknologi
4. Perguruan Tinggi : Universitas Jember
5. Alamat : Jl. Imam Bonjol no 21 Jember
6. No. Telp / HP : 089686730753
7. E-mail : [email protected]
B. Daftar Pengalaman / Prestasi / Penghargaan yang pernah diraih :
No. Prestasi Institusi
Penyelengara
Judul Karya Tahun
1. - - - -
2.
3.
4.
5.
mailto:[email protected]