program penanggulangan tbc

Upload: muhammad-yahya-muhaimin

Post on 10-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FF

TRANSCRIPT

Program Penanggulangan TBC Rabu, 5 Apr 2006 13:39:13

Pdpersi, - Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan oleh TBC.

Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil disembuhkan.

WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TBC tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Dinegara-negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Dengan munculnya HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TBC akan meningkat.

Di Indonesia hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. WHO 1999 memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru dengan kematian sekitar 140.000.

Penyakit TBC tidak hanya merupakan persoalan individu tapi sudah merupakan persoalan masyarakat. Kesakitan dan kematian akibat TBC mempunyai konsekuensi yang signifikan terhadap permasalahan ekonomi baik individu, keluarga, masyarakat, perusahaan dan negara.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan melalui Program TBC Nasional, telah bekerjasama dengan Rumah Sakit (RS), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Dokter praktek pribadi, organisasi keagamaan dan ingin meningkatkan kerjasama dengan kelompok masyarakat pekerja dan pengusaha. Peningkatan perhatian dari pengusaha terhadap penyakit TBC di sektor dunia usaha sangat diperlukan. Guna mensukseskan aktivitas pengawasan TBC, pengobatan yang teratur sampai terjadi eliminasi TBC di tempat keja.

Setiap tempat kerja mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit TBC pada pekerjanya terutama pada blue collars (karena pendidikan rendah, higiene sanitasi perumahan pekerja, lingkungan sosial pekerja, higiene perusahaan). Pengusaha diharapkan ber partisipasi aktif terhadap penanggulangan TBC di tempat bekerja pada saat seleksi pekerja, higiene sanitasi di perusahaan, gotong royong perbaikan perumahan pekerja bekerjasama dengan puskesmas setempat.

Pengawasan TBC ditempat bekerja memberikan keuntungan yang nyata kepada perusahaan dan masyarakat. Pekerja yang menderita TBC selain akan menularkan ke teman sekerjanya juga akan mengakibatkan menurunnya produktifitas kerja, sehingga akan mengakibatkan hasil kerja menurun dan pada akhirnya mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tempat penderita bekerja. Penemuan penderita baru dan pengobatan dini akan memberikan keuntungan bagi penderita, perusahaan dan program pemberantasan TBC Nasional.

Untuk menanggulangi masalah TBC di Indonesia, strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shourtcourse chemotherapy) yang direkomendasikan oleh WHO merupakan pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pelaksanaan DOTS di klinik perusahaan merupakan peran aktif dan kemitraan yang baik dari pengusaha dan masyarakat pekerja untuk meningkatkan penanggulangan TBC di tempat kerja.

Dasar kebijakan program penanggulangan TBC di tempat kerja 1. Undang-undang no.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja

2. Kebijakan teknis program kesehatan kerja

3. Evaluasi program TBC yang dilaksanakan bersama oleh Indonesia dan WHO pada April 1994 (Indonesia WHO joint evaluation on National TB Program)

4. Lokakarya Nasional Program P2TB pada September 1994

5. Dokumen Perencanaan (Plan of action) pada bulan September 1994

6. Rekomendasi "Komite Nasional Penanggulangan Tuberkulosis" 24 Maret 1999

VisiTuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan di tempat kerja

Misi

1. Menetapkan kebijakan, memberikan panduan serta membuat evaluasi secara tepat, benar dan lengkap

2. Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi pada upaya penanggulangan penyakit TBC di tempat kerja.

3. Mempermudah akses pelayanan penderita TBC untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar mutu

TUJUANSecara umum kegiatan penanggulangan TBC ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TBC pada pekerja untuk mencapai peningkatan kemampuan hidup sehat agar tercapai produktivitas yang optimal.

Dan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut secara khusus adalah :

Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA positip yang ditemukan ditempat kerja.

Tercapainya cakupan penemuan penderita baru secara bertahap sehingga pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA positip.

Tercapainya pelayanan kesehatan yang paripurna, terjangkau, adil & merata mencakup 80%

Strategi Penanggulangan TBC di tempat kerja sesuai dengan Strategi Nasional

Paradigma Sehat 1. Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan penderita TB sedini mungkin, serta meningkatkan cakupan Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat

2. Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi, pada kondisi tertentu

Strategi DOTS, sesuai rekomendasi WHO 1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan (tripartite), termasuk dukungan dana.

2. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

3. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.

4. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC

Peningkatan mutu pelayanan 1. Pelatihan seluruh tenaga pelaksana

2. Mengembangkan materi pendidikan kesehatan tentang pengendalian TBC mengunakan media yang cocok untuk tempat kerja

3. Ketepatan diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

4. Kualitas laboratorium diawasi melalui pemeriksaan uji silang (cross check)

5. Untuk menjaga kualitas pemeriksaan laboratorium, dibentuk KPP (Kelompok Puskesmas Pelaksana) terdiri dari 1 (satu) PRM (Puskesmas Rujukan Mikroskopik) dan beberapa PS (Puskesmas Satelit). Untuk daerah dengan geografis sulit dapat dibentuk PPM (Puskesmas Pelaksana mandiri).

6. Ketersediaan OAT bagi semua penderita TBC yang ditemukan

7. Pengawasan kualitas OAT dilaksanakan secara berkala dan terus menerus.

8. Keteraturan menelan obat sehari-hari diawasi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

9. Pencatatan pelaporan dilaksanakan dengan teratur lengkap dan benar.

10. Pengembangan program dilakukan secara bertahap

11. Advokasi sosialisasi kepada para pimpinan perusahaan , organisasi pekerja mengenai dasar pemikiran dan kebutuhan untuk TBC kontrol yang efektif, mencakup kontribusinya dalam pengendalian TBC di tempat kerja.

12. Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).

13. Membuat peta TBC sehingga ada daerah-daerah yang perlu di monitor penanggulangan bagi para pekerja.

14. Memperhatikan komitmen internasional.

KEGIATANKegiatan penanggulangan TBC di tempat kesja meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya Promotif Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja, penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan kepuasan kerja, peningkatan gizi kerja

Upaya preventifAdalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit TBC.

Pencegahan PrimerPencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit pada populasi yang sehat.

Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control)

Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja.

Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja

Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan

Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control)

Pesyaratan penerimaan tenaga kerja

Pencatatan pelaporan

Monitoring dan evaluasi

Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :

Sistem ventilasi yang baik

Pengendalian lingkungan keja

Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain :

Pendidikan kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja, kebersihan lingkungan, cara minum obat dll.

Pemeriksaan kesehatan awal, berkala & khusus (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test)

Peningkatan gizi pekerja

Penelitian kesehatan

Pencegahan sekunderPencegahan sekunder adalan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini mungkin mencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit, diantaranya :

Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatan yang diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang "Pengawas Obat" atau juru TBC

Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja

Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai dan rujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.

Membuat "Peta TBC", sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perlu prioritas penanggulangan TBC bagi pekerja

Pengelolaan logistik

Upaya kuratif dan rehabilitatifAdalah upaya pengobatan penyakit TBC yang bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan dengan menggunakan OAT standar yang direkomendasikan oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease). Pelaksanaan minum obat & kemajuan hasil pengobatan harus dipantau.

Agar terlaksananya program penanggulangan TBC ditempat kerja perlu adanya komitmen dari pimpinan perusahaan / tempat kerja dan kerjasama dengan semua pihak terkait untuk melaksanakan Program Penanggulangan TBC didukung dengan ketersediaan dana, sarana dan tenaga yang professional.

Keberhasilan pengobatan TBC tergantung dari kepatuhan penderita untuk minum OAT yang teratur. Dalam hal ini, PMO di tempat kerja akan sangat membantu kesuksesan Penanggulangan TBC di tempat kerja.

Program penanggulangan TBC

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGTuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002. Sebagian besar kasus TB (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara berkembang. Diantara mereka, 75% berada pada usia produktif (20-49 tahun). Pemberantasan tuberculosis sebelumnya kurang memuaskan. Oleh karena itu, sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

B. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiwa mampu :1. Mendemonstrasikan algoritma penemuan suspek dan kasus TB dengan strategi DOTS2. Mendemonstrasikan alur pencatatan dan pelaporan kasus TB dengan strategi DOTS3. Melakukan perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus TB4. Mendemonstrasikan cara pemantauan dan evaluasi pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS

BAB IIKEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Lapangan ini dilaksanakan 3 hari dalam 3 minggu, yaitu setiap hari Kamis, tepatnya pada tanggal 4, 11, dan 18 Desember 2008, bertempat di Puskesmas Kartosuro II, Kabupaten Sukoharjo.Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :1. Tanggal 4 Desember 2008, mendemonstrasikan penentuan suspek dan kasus TB dengan strategi DOTS.2. Tanggal 11 Desember 2008, mendemonstrasikan pemantauan pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS.3. Tanggal 18 Desember 2008, evaluasi oleh instruktur dan konsultasi laporan.

BAB IIIHASIL

Data-data yang penulis peroleh dari kegiatan tanggal 4 Desember 2008 adalah :1. Bulan Januari sampai Maret 2008 ditemukan 6 kasus (3 kasus baru, 1 kasus pindahan, 1 kasus kambuh, 2 BTA positif).2. Bulan April sampai Juni 2008 ditemukan 8 kasus (7 kasus baru, 1 kasus pindahan, 3 BTA positif).3. Bulan Juli sampai September 2008 ditemukan 7 kasus (semua kasus baru, 3 BTA positif).Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek Januari-Maret = 33,33% April-Juni = 37,5% Juli-September = 42,86%

BAB IVPEMBAHASAN

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain:a. Kemiskinanb. Kegagalan progam penanggulangan TB di mana hal ini dikarenakan:- Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan program penanggulangan TB- Tidak memadainya organisasi pelayanan TB- Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat tidak standar)- Salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas vaksinasi BCG- Infrastruktur kesehatan yang burukSejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) terutama puskesmas selain di Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru) serta Praktek Dokter Swasta (PDS) dengan melibatkan peran serta masyarakat secara paripurna dan terpadu. Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan penanggulangan TBC, prioritas ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, penggunaan obat yang rasional dan paduan obat yang sesuai dengan strategi DOTS. Target program adalah angka konversi pada akhir pengobatan tahap intensif minimal 80%, angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru BTA positif, dengan pemeriksaan sediaan dahak yang benar (angka kesalahan maksimal 5 %). Strategi DOTS, sesuai rekomendasi WHO, terdiri atas 5 komponen:1) Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana2) Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis3) Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)4) Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin 5) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC.(Depkes RI, 2000)Cara ini cukup efektif dan memberikan keuntungan dimana ketika seorang warga merasa memiliki gejala dan tanda TB, dengan kesadarannya sendiri datang ke Puskesmas. Orang seperti ini biasanya akan lebih kooperatif dan patuh menjalani tahap penatalaksanaan.Program penanganan TB di Puskesmas Kartasura dalam hal penentuan suspek dapat dinilai dengan indikator di bawah ini :1. Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek.Adalah persentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara suspek yang diperiksa dahaknya.Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka normal sekitar 5-15%. Berarti, mutu penemuan, diagnosis, dan kepekaan menetapkan kriteria suspek di Puskesmas Kebakkramat I adalah bagus/ baik. Penjaringan suspek tidak terlalu longgar atau pun ketat, juga dalam pemeriksaan laboratorium sedikit negatif dan positif palsu.2. Angka penemuan kasus (CDR).Setelah menemukan pasien, mendiagnosis, dan mengklasifikasikan, yang tidak kalah penting adalah pengobatan pasien dan pemantauannya. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi dengan jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai kategori pengobatan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO). pengobatan tuberkulosis diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada tahap intensif (awal), pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat; bila pengobatan tahap intesif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama dan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.Untuk mempermudah dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat, diberikan obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Namun, terkadang ada pasien yang alergi terhadap salah satu obat dalam kombinasi tersebut, sehingga OAT-KDT tidak dapat digunakan.

BAB VPENUTUP

KESIMPULANTuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.Gejala sistemik/umum : demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), lemah.Penatalaksanaan TB membutuhkan waktu yang lama sehingga membutuhkan PMO atau mengguanakan strategi DOTS.Strategi DOTS sudah terbukti berhasil.Di Puskesmas Kartasura II didapatkan angka dalam tahun ini didapatkan 21 kasus.Secara umum penggulangan TB di Puskesmas Kartasura II sudah baik. Namun, dalam hal penjaringan suspek masih kurang.

SARANKarena angka penemuan kasus di Puskesmas Kartasura masih rendah, sebaiknya petugas lebih detail lagi dan mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk dapat menemukan pasien sehingga dapat tercapai angka penemuan sesuai target.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Field Lab FKUNS. 2008. Keterampilan Pengendalian Penyakit Menular Tuberkulosis. Surakarta : FKUNS.2. Depkes RI. 2007. Pointers Menkes Menyambut Hari TBC Sedunia 2007. www.depkes.go.id. (Diakses 12 Desember 2008).3. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.

Penyakit TBC Tuberkulosis

August 15, 2011 1 Comment

Pengertian Penyakit TBC Tuberkulosis

Penyakit TBC atau yang biasa dikenal dengan tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis / menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberklosa yang dapat menyerang pada siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin namun sesuai fakta yang ada bahwa penderita penyakit TBC lebih banyak menyerang pada usia produktif yang berkisar antara usia 15 tahun 35 tahun.

Udara merupakan media penyebaran bakteri mikobakterium tuberkulosa dalam penularan penyakit TBC , biasanya bakteri mikobakterium tuberkulosa terbawa pada saat penderita TBC batuk atau mengeluarkan dahak dan meludahkannya ke sembarang tempat. Jika bakteri ini sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru maka perkembang biakan bakteri ini akan semakin cepat terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, setelah terjadi infeksi maka akan dengan mudah menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Tercatat di indonesia bahwa penyakit TBC ini ini terus berkembang setiap tahunnya dan hingga saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru dan 140.000 diantaranya menyebabkan kematian. Dengan angka ini memposisikan Indonesia menjadi negara terbesar ketiga didunia untuk penderita penyakit TBCPenyebab Penyakit TBC Tuberklosis

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Penyakit TBC tuberklosis ini merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberklosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Selain karena bakteri sebagai penyebab utama, faktor lingkungan yang lembab, kurangnya sinar matahari pada suatu ruang dan kurangnya sirkulasi udara juga sangat berperan dalam penyebaran bakteri mikobakterium tuberklosa ini sehingga sangat mudah menjangkiti bagi orang yang hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Gejala TBC Tuberkulosis Secara Umum ( Ciri-ciri Penyakit TBC )

Tanda & gejala penyakit TBC - Gambar bakteri Tuberkulosis

Gejala yang muncul bagi seseorang yang mengidap penyakit TBC adalah :

Mudah mengalami demam dengan demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama

Sering berkeringat pada malam hari

Gampang terkena influenza dan bersifat hilang timbul

Menurunnya nafsu makan dan berat badan

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

Perasaan lemah, lesuh & tidak enak (malaise)

Gejala Khusus Penyakit TBC Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang

Pencegahan Penyakit TBCMencegah penyakit tentunya akan lebih baik daripada mengobati. Dengan menjalankan pola hidup sehat dan menjaga lingkungan yang sehat merupakan kunci agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit tak terkecuali dengan penyakit TBC.

Untuk itu sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat seperti pengaturan syarat-syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah, ventilasi, pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan tempat tinggal. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota rumah tangga yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan pengawasan terhadap si penderita dalam minum obat. Sehingga tingkat kepatuhan penderita dalam minum obat sesuai dengan petunjuk medis.

Langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir penyebaran penyakit TBC - Tuberkulosis adalah sebagai berikut :

Tidak meludah di sembarang tempat upayakan meludah pada tempat yang tarkena sinar matahari atau ditempat khusus seperti tempat sampah

Menutup mulut pada waktu ada orang batuk ataupun bersin

Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karna kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari

Jaga kesehatan badan supaya sistem imun senantiasa terjaga dan kuat

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang sehat dan bergizi

Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas (sistem kekebalan tubuh), seperti begadang dan kurang istirahat

Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC

Olahraga teratur untuk membantu menyehatkan tubuh

Lakukan imunisasi pada bayi termasuk imunisasi untuk mencegah penyakit TBC Tuberkulosis

Penyakit TBC

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosaCara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Penegakan Diagnosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

Rontgen dada (thorax photo).

Uji tuberkulin.