program ian banjir kota samarinda

13
Necel © 2009 PROGRAM PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA Permasalahan banjir yang selama ini mendera Kota Samarinda telah dan terus menjadi perhatian Pemerintah. Banyak program dan dana yang telah diimplementasikan namun banjir belum kunjung surut. Hanya dengan bekerja keras dan saling mendukung antara pemerintah dan semua elemen masyarakat permasalahan banjir akan dapat diatasi. 1.1. LATAR BELAKANG Samarinda selain sebagai Ibu Kota Kota Samarinda juga Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur. Kota samarinda saat ini tengah berkembang dengan pesat, namun di tengah perkembangan ini Kota Samarinda masih selalu didera dengan permasalahan banjir. Fenomena kejadian banjir saat ini tidak hanya terjadi pada saat musim penghujan namun pada saat terjadi hujan dengan durasi 3 jam saja sudah dapat mengakibatkan banjir. Kondisi yang demikian ini sangat mengganggu aktivitas warga Kota Samarinda. Berbagai upaya telah dilakukan, namun upaya tersebut belum optimal dalam mengatasi masalah banjir. Upaya tersebut berupa pemeliharaan saluran drainase kota, pembenahaan sungai-sungai yang melinatasi kota, berbagai studi terkait pengendalian banjir kota, pembangunan sarana pengendali banjir serat beberapa aturan telah dikeluarkan untuk pengendalian banjir. Upaya-upaya tersebut ternyata kalah cepat dengan perkembangan kota. Oleh sebab itulah maka diperlukan suatu penataan terpadu pengendalian banjir dengan menyusun prioritas penanganan dan pembiayaan sesuai dengan kondisi actual serata prediksi pembangunan masa mendatang. Sebagian besar wilayanh Kota Samarinda yang bermasalah dengan banjir adalah wilayah yang terdapat di DAS Karangmumus (320 km 2 ). Sealin itu terdapat dua sub system lain yang juga mempunyai masalah banjir yaitu DAS Karang Asam Besar (9,65 km 2 ) DAN das Karang Asam Kecil (16,25 km 2 ). Sungai Loa Bakung meskipun mempunyai DAS tidak masuk dalam Kota Samarinda, namun mengingat perkembangan kota dan peningkatan pemenuhan pemukiman, di DAS ini diprediksi akan berpotensi menjadi daerah banjir bila tidak ada penganganan secara dini. 1.2. PERMASALAHN BANJIR Sebelum membicarakan system pengendalian banjir yang efektif dan tepat guna, perlu dipahami terlebih dahulu sumber penyebab terjadinya banjir. Secara umum permasalahan banjir terjadi akibat berlebihnya limpasan permukaan dan tidak tertambpungnya limpasan tersebut dalam badan sungai sehinga air meluap. Terdapat dua faktor utama penyebab banjir yaitu factor alam (natural) dan factor manusia (man made). Faktor alam seperti tingginya curah hijan, topografi wilayah, pasang surut air laut, badai, dan lain-lain. Faktor alamiah ini sulit untuk dikendalikan, kalaupun bias memerluan biaya yan cukup besar. Faktor kedua adalah manusia, utamanya bersumber pada unsure pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk akan diikuti dengan peningkatan

Upload: necel

Post on 10-Jun-2015

2.393 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Program pengendalian banjir kota samarinda mulai dari program pemerintah yang telah dan belum dilaksanakan

TRANSCRIPT

Page 1: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

PROGRAM PENGENDALIAN BANJIR

KOTA SAMARINDA

Permasalahan banjir yang selama ini mendera Kota Samarinda telah dan terus menjadi

perhatian Pemerintah. Banyak program dan dana yang telah diimplementasikan namun

banjir belum kunjung surut. Hanya dengan bekerja keras dan saling mendukung antara

pemerintah dan semua elemen masyarakat permasalahan banjir akan dapat diatasi.

1.1. LATAR BELAKANG

Samarinda selain sebagai Ibu Kota Kota Samarinda juga Ibu Kota Propinsi Kalimantan

Timur. Kota samarinda saat ini tengah berkembang dengan pesat, namun di tengah

perkembangan ini Kota Samarinda masih selalu didera dengan permasalahan banjir.

Fenomena kejadian banjir saat ini tidak hanya terjadi pada saat musim penghujan namun

pada saat terjadi hujan dengan durasi 3 jam saja sudah dapat mengakibatkan banjir.

Kondisi yang demikian ini sangat mengganggu aktivitas warga Kota Samarinda.

Berbagai upaya telah dilakukan, namun upaya tersebut belum optimal dalam mengatasi

masalah banjir. Upaya tersebut berupa pemeliharaan saluran drainase kota, pembenahaan

sungai-sungai yang melinatasi kota, berbagai studi terkait pengendalian banjir kota,

pembangunan sarana pengendali banjir serat beberapa aturan telah dikeluarkan untuk

pengendalian banjir. Upaya-upaya tersebut ternyata kalah cepat dengan perkembangan

kota. Oleh sebab itulah maka diperlukan suatu penataan terpadu pengendalian banjir

dengan menyusun prioritas penanganan dan pembiayaan sesuai dengan kondisi actual

serata prediksi pembangunan masa mendatang.

Sebagian besar wilayanh Kota Samarinda yang bermasalah dengan banjir adalah wilayah

yang terdapat di DAS Karangmumus (320 km2). Sealin itu terdapat dua sub system lain

yang juga mempunyai masalah banjir yaitu DAS Karang Asam Besar (9,65 km2) DAN

das Karang Asam Kecil (16,25 km2). Sungai Loa Bakung meskipun mempunyai DAS

tidak masuk dalam Kota Samarinda, namun mengingat perkembangan kota dan

peningkatan pemenuhan pemukiman, di DAS ini diprediksi akan berpotensi menjadi

daerah banjir bila tidak ada penganganan secara dini.

1.2. PERMASALAHN BANJIR

Sebelum membicarakan system pengendalian banjir yang efektif dan tepat guna, perlu

dipahami terlebih dahulu sumber penyebab terjadinya banjir. Secara umum permasalahan

banjir terjadi akibat berlebihnya limpasan permukaan dan tidak tertambpungnya limpasan

tersebut dalam badan sungai sehinga air meluap. Terdapat dua faktor utama penyebab

banjir yaitu factor alam (natural) dan factor manusia (man made).

Faktor alam seperti tingginya curah hijan, topografi wilayah, pasang surut air laut, badai,

dan lain-lain. Faktor alamiah ini sulit untuk dikendalikan, kalaupun bias memerluan biaya

yan cukup besar. Faktor kedua adalah manusia, utamanya bersumber pada unsure

pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk akan diikuti dengan peningkatan

Page 2: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

kebutuhan infrastruktur, seperti pemukiman, sarana air bersih, pendidikan, serta layanan

masyarakat lainnya. Selain itu pertumbuhan penduduk akan diikuti pula oleh peningkatan

penyediaan lahan untuk usaha seperti pertanian, perkebuanan maupun industri.

Peningkatan kebutuhan lahan usaha maupun penyediaan lahan untuk infrastruktur tentu

akan mempengaruhi tataguna lahan, dan berdampak menurunnya potensi serapan air ke

dalam tanah. Selain itu dengan lebih terbukanya lahan maka semakin mudah lapisan

tanah tergerus air hujan maka sedimentasi akan terjadi di sungai, dan akibatnya kapasitas

alir sungai akan menurun.

Pertumbuhan penduduk tentu akan meningkatkan produksi sampah, apabila manajemen

persampahan tidak baik maka sampah akan menimbulkan masalah antara lain

penyumbatan di saluran drainase dan sungai tersebut.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan banjir yang ada di Kota Samarinda dapat

diperkirakan sumber-sumber penyebab banjirnya, sebagai berikut :

1. Penyebab Alamiah

Banjir secara alamiah dapat terjadi karena pengaruh dari iklim, pengaruh phisiografi,

sedimentasi di sungai, kapasitas alur, drainase ataran bamjir yang tidak memadahi serta

pengaruh pasang surut. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci penyebab banjir secara

alamiah di Kota Samarinda.

A. Iklim

Iklim tropis Indonesia ditandai oleh 2 musim, yaitu musim hujan dari bulan Oktober

sampai dengan Maret dan musim kemarau dari bulan April sampai September. Hujan

lebat di musim hujan menyebabkan masalah-masalah yang cukup berarti di

Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan tingginya kepadatan penduduk di daerah

genangan banjir. Kota Samarinda merupakan salah satu Kota yang mempunyai posisi

dekat dengan garis ekuator sehingga kondisi musim yang terjadi tidak berbeda

dengan daerah lain di Indonesia.

Berdasrkan data curah hujan yang ada di wilayah Kota Samarinda menunjukkan

bahwa rerata hujan tahunan sebesar 2.021 mm dengan hari hujan tahunan sebanyak

146 hari. Hujan maksimum harian yang pernah terjadi di wilayah Kota Samarinda

adalah 147 mm yang tercatat di stasiun Temindung. Hujan harian maksimum ini

setara dengan kala ulang 10 tahunan.

Berdasarkan kondisi yang ada tersebut di atas terindikasi bahwa wilayah Kota

Samarinda mempunyai rerata hujan yang cukup tinggi. Tingginya curah hujan ini

akan sangat mempengaruhi kondisi banjir Kota Samarinda, apabila fasilitas drainase

maupun fasilitas pengendali banjir yang lain belum mendukung.

B. Pengaruh Phisiografi

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa pada umumnya perkembangan

wilayah di Pulau Kalimantan berada di tepian sungai, dimana daerah ini relative

datar. Kondisi morfologi setiap sungai di Pulau Kalimantan pada umumnya

mempunyai kemiringan dasar sungai cukup landai, sungai-sungainya lebih panjang

Page 3: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

dan daerah pengalirannya lebih luas. Beberapa sungai yang mengalir di tengah Kota

Samarinda adalah sungai yang mempunyai kemiringan dasar landai dan banyak

terjadi meandering.

Selain kondisi morfologi sungai yang demikian secara topografi wilayah Kota

Samarinda terutama daerah yang berkembang berada pada dataran (plain) dimana

daerah-daerah ini berada di antara perbukitan, sehingga limpasan air dari perbukitan

tersebut akan terkonsentrasi mengalir pada daerah datar tersebut.

Sebagai ilustrasi daerah rawan banjir di wilayah Sempaja berada di bawah perbukitan

Gunung Cermin dimana perubahan slope baik itu slope lahan maupun sungai cukup

mempengaruhi kelancaran limpasan permukaan. Daerah rawan banjir sepanjang Jl.

Suryanata sampai dengan permepatan Air Putih secara topografi limpasan dari bukit

akan terkonsentrasi menuju Jl. Suryanata sampai permepatan Air Putih. Demikian

pula sengan lokasi rawan banjir sepanjang Jl. Sentosa – arah ke Lempake, di lokasi

ini terjadi perubahan slope antara perbukitan menuju dataran.

Berkaitan dengan morfologi sungai di wilayah Kota Samarinda banyak terdapat

daerah-daerah cekunagn dimana daerah tersebut pada awlanya sebagai daerah

retarding basin, namun saat ini daerah tersebut telah berubah menjadi daerah

pemukiman penduduk. Dengan perubahan peruntukan ini secara awam daerah

tersebut dikategorikan sebagai daerah rawan banjir, padahal berdasar morfologi

sungai daerah tersebut sebagai daerah retarding basin. Banyak lokasi retarding basin

yang telah berubah fungsi yaitu daerah Gunung Lingai yang merupakan lokasi

retarding basin sungai Karangmumus dan Sungai Sempaja. Lokasi ini telah berubah

menjadi daerah pengembangan permukiman dan sebagai daerah pertokoan. Daerah

rawa di sekitar Jl. Jakarta – Loa Bakung yang saat ini telah berubah menjadi lokasi

permukiman dimana secara alami fungsi daerah tersebut sebagai retarding basin

sungai Loa Bakung.

C. Sedimentasi di sungai

Pengendapan sedimen di muara sungai akan memperpanjang delta sungai,

mengurangi kemiringan memanjang sungai, mengurangi kapasitas angkut sungai, dan

memperbesar resiko banjir.

Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi. Erosi yang

berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya pengolahan

tanah. Erosi ini menyebabkan sedimentasi di sungai-sungai, dimana hasil erosi

diensapkan pada bagian hilir sungai. Sedimentasi di sungai ini menyebabkan

peninggian (agradasi) dasar sungai dan meningkatkan resiko banjir, kapasitas resapan

daerah pengliran sungai untuk menahan air dengan infiltrasi tergantung pada kondisi

fisik daerah pengliran sungai, khususnya tanaman penutup aliran permukaan.

Mencermati secara fisik aliran air yang ada di sungai yang melintas Kota Samarinda

terlihat pada saat musim penghujan atau sesaat setelah terjadi hujan warna air yang

mengalir di sungai terlihat coklat ke hitam-hitaman. Kondisi ini mengindikasikan

Page 4: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

bahwa terdapat konsentrasi sedimen yang cukup tinggi. Selain sedimentasi di sungai

indikasi tingginya tingkat erosi di DAS dapat dilihat di saluran-saluran drainase yang

masuk sungai alam. Banyak saluran drainase yang menyempit bahkan ada yang sudah

tidak dapat berfungsi karena sedimentasi di saluran drainase.

D. Drasinase daerah dataran banjir yang tidak memadai

Modifikasi daerah dataran banjir secara teratur dapat merintangi aliran sungai dan

pada akhirnya akan mempertinggi elevasi banjir. Apabila suatudaerah mempunyai

drainase dataran banjir yang kurang memadai, maka daerah tersebut akan menjadi

daerah banjir di saat musim hujan. Daerah layanan drainase Kota Samarinda saat ini

sudah cukup luas, namun yang menjadi permasalahn adalah kapasitas dari saluran

drainase yang semakin mengalami penurunan. Dari pengamatan di lapangan

merupakan penyebab utama berkurangnya kapasitas alir saluran.

Meskipun kepadatan saluran drainase yang ada di Kota Samarinda secara umum telah

mencukupi namun dari hasil pengamatan lapangan didapati kapasitas saluran yang

tidak memadahi. Sebagai contoh adalah saluran drainase di daerah Temindung,

saluran drainase Jl. Cendana, saluran drainase Jl. Kadrie Oening, Jl. Suryanata, Jl.

Slamet Riyadi, dan lainnya. Saluran drainase tersebut selain kapasitasnya terlalu kecil

juga beban sedimen yang tinggi.

E. Pengaruh air pasang

Pasang air laut juga mempunyai efek yang berarti pada masalah banjir, khususnya

jika puncak banjir bersamaan dengan air pasang tinggi. Sungai Mahakam sangat

berpengaruh terhadap kelancaran aliran anak-anak sungainya, yang mana terdapat

beberapa anak sungai Mahakam yang berada di Kota Samarinda seperti sungai

Karangmumus, sungai Karang Asam Besar dan Karang Asam Kecil, sungai Loa

Bakung, sungai Sambutan, dan sungai-sungai yang lain. Pasang naik sungai

Mahakam tertinggi mencapai 1,35 m, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran

anak sungai Mahakam dan saluran-saluran drainase yang pada umumnya di wilayah

Samarinda mempunyai kemiringan dasar saluran yang landai.

2. Penyebab Karena Tindakan Manusia

Masalah banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia, yaitu :

A. Perubahan daerah pengaliran sungai.

Perubahan daerah pengaliran sungai seperti penggundulan hutan, pembukaan lahan

untuk penyediaan lahan usaha (pertanian, perkebunan, pertambangan) dan penyediaan

lahan untuk pemukiman dapat memperburuk masalah banjir yang ditandai dengan

meningkatnya aliran debit banjir. Perubahan dari hutan manjadi lahan pertanian dapat

menimbulkan sedimentasi dan hilangnya daya redap lahan akibat tidak adanya

vegetasi penutup lahan. Pembukaan lahan pertambangan batubara di beberapa lokasi

perbukitan juga menyebabkan hilangnya vegetasi penutup lahan, selain terjadi

limpasan sesaat yang cukup tinggi bila hujan turun juga sedimentasi akibat

pembukaan lahan (land clearing), sehingga akan menambah beban sedimen baik itu

di sungai maupun saluran drainase.

Page 5: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

Banyak comtoh alokasi di DAS yang telah mengalami perubahan seperti di DAS

Karangmumus, dimana di sub DAS sungai Binangat di daerah hulu DAS telah

dilakukan penambangn batubara. Penambangan ini telah merubah daerah peruntukan

DAS yang semula sebagai perkebunan/ladang menjadi daerah terbuka, sehingga akan

sangat memepngaruhi nilai koefisien resapan DAS. Selain di DAS Karangmumus

juga di sub DAS Karang Asam Besar, juga di daerah hulu terdapat pertambangan

batubara.

B. Pengembangan daerah dataran banjir dan tataguna lahan

Reklamasi daerah genangan maupun daerah rawa akan mengurangi daerah retensi

banjir. Penyediaan lahan untuk permukiman, industri, perkantran yang tidak

terkontrol akan meningkatkan nilai koefisien pengaliran dan juga menurunkan daya

tampung air di lahan tersebut. Banyak lokasi dalam Kota Samarinda yang pada awal

perkembangan kota (th. 1980an) merupakan daerah tampungan air sementara saat ini

karena tuntutan perluasan kota dan penyediaan lahan untuk permukiman dan industri

menjadi daerah berkembang. Tidak terkontrolnya pengembangan lokasi misalnya

dengan penimbunan daerah rawa seperti di lokasi Loa Bakung, Bengkuring, Sempaja,

dan lokasi lain akan sangat mempengaruhi beban banjir daerah hilir lokasi-lokasi

tersebut.

C. Kawasan Kumuh

Perumahan kumuh sepanjang alur sungai dapat menjadi penghambat aliran.

Rumah0rumah panggung di tepian sungai akan menghambat aliran air di sungai

selain mempersempit alur sungai. Sungai karangmumus, sungai Karang Asam Kecil

dan Karang Asam Besar merupakan tiga sungai penting yang memberi kontribusi

banjir di wilayah Kota Samarinda. Banyak rumah-rumah pangguang di bentaran

sungai ini dan ada kecenderungan bertambah.

Penataan sungai Karangmumus bagian Hilir sampai Jembatan III telah dilaksanakan,

yaitu dengan melakukan restlemen penduduk kawasan bantaran sungai

Karangmumus. Saat ini bagian hilir sungai ini nampak lebih tertata dan aliran sungai

akan lebih lancar. Namun demikian masih diperlukan usaha lebih keras lagi penataan

bagian sungai yang lain sehingga nantinya sungai Karangmumus benar-benar tertata

dan apat digunakan sebagai acuan bagi pengembangan penataan bantaran sungai,

tidak hanya di wilayah Samarinda tapi juga untuk wilayah yang lain.

D. Sampah

Pembuangan sampah, kotoran, dan reruntuhan yang dihasilkan dari penimbunan

sembarangan dari material ke dalam alur-alur drainase akan mengurangi kapasitas alir

saluran. Banyak saluran di wilayah Samarinda yang berkurang kapasitasnya akibat

sedimentasi material sampah, dan untuk penanganan sampah yang masuk saluran

drainase diperlukan biaya besar. Selain itu juga perlu diwaspadai lokasi-lokasi yang

potensial memproduksi sampah seperti daerah pasar yang lokasinya dekat dengan

sungai, lokasi ini potensial sebagai sumber bencana daerah hilir karena sampah yang

lolos ke sungai akan menyumbat saluran daerah hilir. Untuk sungai skala kecil atau

Page 6: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

saluran di lokasi pasar diperlukan bangunan penyaring sampah (trashrack) sehingga

sampah tidak membebani lokasi hilir pasar.

Terdapat beberapa lokasi yang memproduksi sampah yang berada di atas badan

sungai, sebagai contoh Pasar Damak yang berada di atas alur sungai Karangmumus.

Produksi sampah dari pasar ini cukup besar apabila penanganan tidak baik akan

masuk ke alur sungai Karangmumus dan akhirnya menambah beban sedimentasi

sungai Karangmumus. Selain Pasar Damak, terdapat Pasar Kedondong yang berada di

pinggir sugai Karangasam Besar. Seperti halnya Pasar Damak perlu dilakukan

penertiban terhadap sistem pembuangan sampah sehingga tidak akan menambah

permasalahan pada Sungai Karangasam Besar.

E. Bangunan di sungai

Jembatan dan bangunan pada sungai yang tidak mengikuti rencana pengelolaan

sungai akan menghambat aliran. Pilar atau pondasi bangunan tersebut akan

mempersempit alur yang ada sehingga terjadi pembendungan di lokasi tersebut.

Disamping itu pengetatan ijin bangunan di daerah pinggir sungai dan tidak

mengijinkan dan menertibkan bangunan di sepanjang bantaran sungai.

Banyak masalah bangunan di bantaran sungai, utamanya di kota-kota yang dilintasi

oleh sungai. Seperti diketahui ada 4 anak sungai Mahakam yang melintas di wilayah

Samarinda. Sungai Karangmumus yang merupakan salah satu anak sungai Mahakam

di wilayah Samarinda sudah mempunyai masterplan penataannya, namun tiga sungai

lain yaitu Sungai Karangasam Kecil dan Karangasam Besar dan Sungai Loa Bakung

sampai dengan saat ini belum dilakukan penataan, sehingga kelancaran aliran sungai

ini sangat terganggu. Perlu dilakukan studi detail desain penataan ketiga sungai ini

dan juga dilakukan studi restlement plan untuk relokasi penduduk yang nanti

dibebaskan dari bantaran ketiga sungai ini. Restlement penduduk bantaran sungai ini

harus menjamin bahwa di tempat yang baru penduduk dapat tempat yang lebih layak

baik dari segi hunian maupun dalam mencukupi kehidupannya. Fasilitas di lokasi

baru harus tersedia dalam kapasitas cukup dan layak sehingga tidak ada istilah

pemindahan daerah kumuh yaitu menghilangkan satu daerah kumuh menciptakan

daerah kumuh baru.

1.3. DRAINASE KOTA SAMARINDA

Pada umumnya daerah yang saat ini mempunyai perkembangan sangat pesat di wilayah

Kota Samarinda berada di daerah dengan toporafi rendah dan relatif datar. Saat ini fungsi

saluran drainase yang berfungsi untuk menampung limpasan permukaan dan saluran

yang menampung limbah cair dari rumah tangga. Dneganberfungsi ganda akan semakin

menambah beban saluran tersebut, selain itu juga akan menambah kekumuhan saluran.

Semua sistem pembuangan di wilayah Kota Samarinda mengalir menuju sungai alam

yang selanjutnya masuk ke Sungai Mahakam.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 35 (1991) tentang

Sungai dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 tentang garis

Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas

Page 7: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

Sungai, yang menetapkan perlunya menetapkan garis sempadan sungai dan pengaturn

penggunaan dataran banjir. Dalam implementasinya khususnya di wilayah Kota

Samarinda masih belum efektif diterapkan dan banyak menghadapi permasalahn sosial.

Sementara situ sistem drainase yang ada di wilayah Kota Samarinda masih belum

mengikuti standar sistem drainase yang benar. Banyak drainase lingkungan yang

langsung masuk ke sungai alam, sehingga apabila terjadi kenaikan muka air di sungai

akan memperngaruhi secara langsung aliran drainase lingkungan tersebut.

Sumber genangan (banjir) di Kota Samarinda khususnya pada daerah hilir, dapat

dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Banjir kiriman, aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu diluar

kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah

hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya

sehingga terjadi limpasan. Sebagai contoh lokasi yang sering mendapat

banjir kiriman adalah daerah sekitar jalan Panglima Antasari. Banjir yang

terjadi di daerah atas (hulu) yaitu di DAS Manggis dengan durasi 3-4 jam

akan dapat menyebabkan banjir di daerah Jl. Antasari. Banjir yang terjadi

akibat dari kapasitas alur sungai yang terbatas. Waktu tiba banjir yaitu

perjalanan banjir dari daerah hulu sampai dengan terjadinya genangan di

wilayah ini sekitar 4-5 jam.

b. Banjir lokal, genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah

itu sendiri. Hali ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi

kapasitas sistem drainase yang ada. Pada banjir lokal, ketinggian genangan

air antara 0,2-0,7 m dan lama genangan bisa mencapai 3-5 jam. Tinggi

genangan maupun lama genangan akan semakin besar apabila pada saat

hujan bersamaan dengan pasang Sungai Mahakam.. kejadian banjir seperti

ini hampir terjadi di semua daerah rendah.

c. Banjir akibat pasang Sungai Mahakam, banjir yang terjadi baik akibat

aliran langsung air pasang dan/atau air balik dari saluran drainase akibat

terhambat oleh air pasang. Banjir pasang merupakan banjir rutin akibat

muka air Sungai Mahakam pasang. Daerah yang mendapat pengaruh

langsung dari air pesang Sungai Mahakam tentunya daerah yang

mempunyai ketinggian di bawah muka air pasang sekitar +1,58 m.

Ketinggian genangan antara 0,20-0,50 m dengan lama genangan antara 2

hingga 4 jam.

Pada sepuluh tahun terakhir, banjir yang terjadi di kota Samarinda semakin meningkat,

baik besaran maupun frekuensinya. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya limpasan

permukaan dari daerah tangkapan air, berkurangnya kapasitas saluran akibat sedimentasi

dan hilangnya tampungan banjir alamiah berupa rawa-rawa.

Saat ini sebagian besar wilayah berkembang di Kota Samarinda telah terlayani oleh

jaringan drainase. Konstruksi saluran drainase yang ada sebagian sudah berupa saluran

dengan pasangan batu dan sebagian saluran tanpa konstruksi batu atau saluran tanah.

Berdasarkan data survey yang pernah dilakukan dalam studi Penyusunan Outline rencana

Induk Drainase Kota Samarinda panjang saluran drainase Kota Samarinda adalah

Page 8: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

303.112,40 Km yang terdiri dari saluran dengan pasangan batu sepanjang 104.149,40 Km

dan saluran tanpa pasangan 198.963,00 Km.

Dari panjang saluran drainase yang ada di Kota Samarinda banyak saluran yang sudah

tidak berfungsi sebagaimana mestinya bahkan sudah tidak berfungsi sebagai saran

pamatusan air limpasan permukaan. Beberapa masalah ayng terkait dengan saluran

drainase Kota Samarinda seperti berikut :

a. Banyak saluran drainase yang pada saat perencanaan dahulu didesain mampu

untuk mengalirkan air dari daerah tangkapan air namun sekarang kapasitas yang

diencanakan tersebut sudah tidak mampu lagi. Dalam permasalahan ini kapasitas

desain sudah tidak sesuai dnegan debit limpasan yang terjadi.

b. Penurunan kapasitas alir saluran drainase akibat sedimentasi dan sampah yang

masuk di saluran drainase. Kondisi ini banyak dijumpai hampir di seluruh

jaringan drainase yang ada. Sedimen yang ada di saluran berasal baik dari sekitar

lokasi namun juga berasal dari daerah hulu terangkut aliran dan mengendap di

lokasi hilir. Material sampah baik itu sampah organik maupun sampah non

organik banyak menyumbat saluran drainase. Permasalahan ini tidak saja akan

menghambat laju aliran namun juga mengurangi kapasitas saluran.

c. Hambatan utilitas kota juga merupakan salah satu permasalahan besar dalam

sistem drainase Kota Samarinda. Banyak utilitas kota yang menghambat laju

aliran drainase bahkan mengurangi kapasitas alir saluran drainase. Contoh yang

mudah ditemui adalah adanya tiang listrik PLN yang berada di dalam alur saluran

drainase seperti pada saluran drainase Jl. P. Antasari. Pipa air minum juga

merupakan salah satu penghambat laju aliran dan mengurangi kapasitas saluran,

khusus untuk pipa air minum biasanya akan menghambat laju aliran yang akan

masuk gorong-gorong. Pemasangan pipa air khusus yang melintasi gorong-

gorong sepertinya tidak memperhitungkan dimensi dari gorong-gorong ataupun

box culvert. Akibat dari kecerobohan ini pemasangan pipa tersebut tidak hanya

menghambat laju aliran namun juga mengurangi kapasitas dimana akibat dimensi

pipa tersebut maupun akibat sampah yang menyangkut pada piapa air tersebut.

d. Banyaknya bangunan infrastruktur baik yang sifatnya bangunan individu/pribadi

maupun kelompok bangunan yang tidak dilengkapi dengan sarana drainase yang

mencukupi. Kondisi yang demikian ini akan menyebabkan permasalahan

kelancaran aliran permukaan di lokal area tersebut.

e. Masih belum tertatanya sistem drainase yang baik, dalam hal ini dimaksudkan

bahwa tingkatan funsi saluran belum tertata dengan baik, sebagai contoh saluran

drainase primer dapat berfungsi sebagai saluran drainase lingkungan, belum

adanya pemisah antara drainase permukaan dengan saluran air kotor dari rumah

tangga. Selain itu saluran drainase yang ada banyak tertutup oleh plat jembatan

rumah/toko, sehingga akan menyulitkan pemeliharaan saluran.

Masih sedikitnya fasilitas pendukung alam sistem drainase kota seperti pintu-pintu air

untuk memproteksi dampak kenaikan muka air di sungai terhadap saluran drainase,

fasilitas pompa banjir yang masih sangat minim serta minimnya kegiatan operasi dan

pemeliharaan fasilitas drainase.

Page 9: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

1.4. KONSEP UMUM PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Dengan melihat kondisi perkembangan Kota Samarinda dan analisa penyebab banjir

sebuah konsep perngendalian banjir kota yang dapat diterapkan dibagi dalam tiga bagian

kegiatan yaitu :

1. Pengelolaan Daerah Hulu

2. Konsep Pengendalian Banjir untuk daerah tengah

3. Konsep Pengendalian Banjir daerah hilir

Konsep pengendalian banjir daerah hulu dimaksudkan adalah pengandalian banjir daerah

hulu aliran sungai, hal ini dengan mempertimbangkan bahwa daerah hulu sampai saat ini

merupakan daerah yang masih belum berkembang sehingga lebih mudah dalam

penataannya. Konsep yang dapat dilakukan di daerah hulu adalah memeprbaiki kondisi

DAS rusak dan mempertahankan potensi alamiah DAS sehingga diharapkan dapat

dilakukan reduksi potensi banjir di daerah ini, sehingga beban banjir daerah dibawahnya

dapat lebih ringan. Daerah resapan air hujan terus dioptimalkan fungsinya dengan

menjaga dan melestarikan vegetasi penutup lahan termasuk di dalamnya tidak melakukan

pembukaan lahan yang tanpa dilakukan pengendalian.

Daerah bagian tengah suatu DAS yang ada pada umumnya juga merupakan daerah

tengah wilayah Kota Samarinda saat ini sebagian besar difungsikan sebagai daerah

pengembangan permukiman. Konsep yang dapat diterapkan di daerah tengah adalah

dengan melakukan minimalisasi perubahan tataguna lahan. Tuntutan penyediaan kawasan

permukiman tidak dapat dihindari dan hal ini selaras dengan perkembangan kota, namun

demikian untuk pengembangan wilayah permukiman tidak dilakukan dengan

penimbunan daerah-daerah rendah yang dalam sejarah keberadaan Kota Samarinda

daerah tersebut merupakan daerah parkir air limpasan (retarding basin). Selain itu juga

tidak melakukan pemotongan perbukitan untuk penyediaan lahan/lokasi perumahan atau

penyediaan material timbunan untuk lokasi yang lain. Sedangkan konsep untuk sistem

drainase adalah dengan pembenahan sistem. Saluran drainase harus mengikuti tingkat

fungsionalnya contohnya saluran drainase dari komplek perumahan harus masuk sistem

saluran sekunder sebelum masuk sungai utama. Hal ini untuk menghindari rancaunya

sistem dan menghindari adanya air balik saat musim banjir. Dengan berjalannya sistem

drainase maka tidak diperlukan banyak sistem pintu-pintu pembuangan dar saluran

kolektor.

Daerah hilir wilayah Kota Samarinda yang juga merupakan daerah hilir DAS saat ini

sebagai daerah berkembang baik itu sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat

perdagangan dan industri selain teradpat daerah permukiman. Pengamanan terhadap aset-

aset tersebut dari bahaya banjir mutlak dilakukan. Konsep pengendalian banjir di daerah

ini adalah dengan memperlancar aliran drainase yang ada yaitu dengan peningkatan

kapasitas alir saluran drainase dan memproteksi aliran di saluran dari pengruh pasang air

Sungai Mahakam. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan pelebaran saluran,

pengerukan sedimen, dan penataan bantaran sungai. Proteksi terhadap pasang air Sungai

Mahakam dilakukan dengan membuat pintu-pintu air otomatis dan sistem pompa untuk

membentu pemasukan air saat Mahakam pasang.

Selain tiga konsep pengendalian banjir berdasarkan wilayah pengembangan, program

pengendalian banjir harus pula dilengkapi dengan adanya Peraturan/Perundangan yang

menjamin ketertiban dalam pelaksanaan program tersebut. Peraturan/Perundangan

tersebut tentunya mencakup subjek, objek, dan alat dalam pegelolaan banjir.

Page 10: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

1.5. STRATEGI PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Berdasarkan konsep umum tersebut di atas, dapat dilakukan penjabaran konsep tersebut

dalam strategi pengendalian banjir yang diharapkan lebih memberikan arah dan kejelasan

kerangka dasar pelaksanaan program. Berikut beberapa strategi pengendalian banjir Kota

Samarinda :

1. Strategi Penataan Ruang dan Penguasaan Lahan, yaitu memperketat pemanfaatan

ruang kota sesuai dengan RUTRK dan RDTRK yang diimplementasikan dalam

bentuk pengetatan penerbitan izin lokasi dan sertifikat tanah.

2. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan, yaitu : memperketat proses

legalisasi site-plan kawasan maupun sub-kawasan dengan penekanan pada

ketercakupan empat hal dalam rencana pokok, yaitu :

Pemanfaatan drainase internal sehingga terkoneksi dengan drainase

kota/sungai,

Ketersediaan kolam penampung sementara (Retarding Basin),

Pengamanan daerah-daerah lereng agar terhindar dari erosi dan tetap hijau,

Menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang cukup

3. Strategi Pengawasan dan Penertiban, yaitu meningkatkan dan memperluas operasi

pengawasan bangunan dan penggalian bahan/galian golongan C serta

pertambangan batubara melalui satuan Operasi Pengawasan Bangunan (Polisi

Bangunan).

4. Strategi Pengaturan dan Koordinasi, meliputi :

Adanya kesepakatan antara pihak pemerintah daerah dengan

pengembang/swsta untuk mengentisipasi banjir,

Mengikutsertakan camat dan lurah di wilayah masing-masing untuk di

garis dengan melaporkan hal-hal yang terkait dengan strategi pengawasan

dan penertiban,

Menerbitkan aturan tentang kawasan resapan air dan tampungan air di

dalam kota.

5. Strategi Pembiayaan, meliputi :

Pengalihan kegiatan yang tidak mendesak pada Tahun Anggaran 2005 untuk

kegiatan penanggulangan banjir

Menyisihkan sebagian dana reboisasi dan PBB untuk kegiatan

penanggulangan banjir

Memperkuat komitmen ketersediaan dana untuk tahun 2005 dan seterusnya

sesuai dengan tahapan jangka menengah dan jangka panjang, antara lain

melalui Perda Propinsi maupun Perda Kota Samarinda

6. Strategi Pelibatan dan Pendampingan masyarakat, meliputi saluran

Mengaktifkan budaya/gerakan “Jum`at Bersih” yang diberlakukan terhadap

seluruh lapisan masyarakat di wilayah pemukiman dan sentra-sentra kegiatan,

Melibatkan masyarakat dalam gerakan reboisasi dan penghijauan terutama

pada lahan-lahan kritis di daerah resapan air,

Memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang prinsip-prinsip konservasi

tanah dan air dalam pendayagunaan lahan.

7. Strategi Penataan DAS Karangmumus, Karangasam Kecil, Karangasam Besar,

dan Loa Bakung, meliputi :

Page 11: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

Mengidentifikasi lahan-lahan kritis pada kawasan lindung, penyangga, dan

budidaya

Melaksanakan program pemulihan lahan kritis berdasarkan skala prioritas

Memberikan kejelasan status hukum kepemilikan lahan

Pengalokasian wilayah untuk pemukiman dengan memperhatikan aspek

biogeofisik dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

1.6. KONSEP TEKNIS PENGENDALIAN BANJIR KOTA SAMARINDA

Salah satu tindak lanjut dari strategi pengendalian banjir Kota Samarinda lebih

difokuskan lagi menjadi Konsep Teknis Penanganan Banjir Kota Samarinda dibagi dalam

tiga tahap, yaitu Jangka Pendek (2004-2005), Jangka Menengah (2005-2010), dan Jangka

Panjang (2010-2015). Pembagian kegiatan berdasarkan jangka waktu ini memungkinkan

untuk bergeser menyesuaikan dengan ketersediaan dana dan kondisi sosial yang

berkembang di masyarakat.

Konsep penanganan ini dikembangkan berdasarkan penyebab banjir di Kota Samarinda,

yaitu :

Penanganan jangka pendek, adalah kegatan-kegiatan untuk mengendalikan banjir

akibat hujan lokal di lokasi prioritas dan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan

masyarakat pada masalah pengendalian banjir,

Penenganan jangka menengah adalah untuk mengendalikan banjir dari daerah

hulu dan penataan DAS dari sungai-sungai yang melintas Kota Samarinda,

Penanganan jangka panjang adalah untuk mengendalikan pasang-surut Sungai

Mahakam.

Program prngendalian banjir Kota Samarinda yang telah dicanangkan oleh Pemerintah

saat ini telah berjalan hampir dua tahun anggaran. Berdasarkan monitoring dan kajian

yang dilakukan terdapat program yang perlu dilakukan revisi baik itu terhadap jenis

pekerjaan, waktu pelaksanaan, maupun pendanaan program yang direncanakan.

Bedasarkan program yang telah direncanakan yang terbagi dalam tiga periode yaitu

jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, dijabarkan dalam beberapa

kegiatan utama yaitu :

A. Rencana Kegiatan Non Fisik (Makro dan Mikro)

B. Institutional dan Legal Aspek

C. Rencana Kegiatan Fisik Penanganan Sistem Mikro

D. Rencana Kegiatan Fisik Penanganan Sistem Makro

E. Pengadaan dan Pemeliharaan

F. Rencana Kegiatan Fisik Penanganan Konservasi

Institusi pelaksana yang bertanggungjawab atas terlaksananya program pengendalian

banjir tersebut adalah :

1. Pemerintah Kota Samarinda

2. Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur

3. Pemerintah Pusat

4. Dewan Perwakilan rakyat Daerah Kota Samarinda

Page 12: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

Instansi pelaksana di bawah Pemerintah Kota Samarinda antara lain Dinas Pekerjaan

Umum Sub Dinas Binamarga dan Pengairan, Kimbangkot, dan Bappedalda Kota

Samarinda. Sedangkan untuk instansi pelaksana tingkat propinsi adalah Dinas Pekerjaan

Umum Propinsi Sub Dinas Pengairan, DPU Cipta Karya, dan Dinas Kehutanan.

Sedangkan instansi pelaksana tingkat pusat dilaksanakan oleh Dinas PU Pengairan dan

Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Kalimantan Timur.

Berdasarkan sistem pendanaan program terbagi dalam tiga sumber dana yaitu mellui

mekanisme :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Samarinda (APBD II)

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Kalimantan Timur (APBD I)

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Page 13: Program ian Banjir Kota Samarinda

Necel © 2009

Trims 4 downloading.

See the next chapter of necel publication

Made under authority of Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman`s

student

For further information please visit:

necel.wordpress.com

Copyright © necel 2009 Free to distributed and copied as if nothing of part of this document isn`t deleted or changed.