prof.ppt

22
SKENARIO 1 BLOK TUMBUH KEMBANG TUTOR 5 Enggar Yusrina 201310330311 Hendrian Novantiano 201310330311 Annisa Bunga Nafara 201310330311 Asfarina Prihandini 201310330311 Yulanda Fitriana 201310330311046 Fathin Aulia R. 201310330311055 Hanifiyah Nabela 201310330311 Ilma Hanifah 201310330311151 Cantik Mahendra 201310330311 Galih Bayu 201310330311 Umar 201310330311169 Tutor: Prof. Dr. dr. Hj. Soebaktiningsih DTMH, M.Sc, SP.Par.K

Upload: cendra-mulya

Post on 30-Sep-2015

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • SKENARIO 1 BLOK TUMBUH KEMBANGTUTOR 5Enggar Yusrina201310330311HendrianNovantiano201310330311Annisa Bunga Nafara201310330311Asfarina Prihandini201310330311Yulanda Fitriana201310330311046Fathin Aulia R.201310330311055Hanifiyah Nabela201310330311Ilma Hanifah201310330311151Cantik Mahendra201310330311Galih Bayu201310330311Umar201310330311169

    Tutor: Prof. Dr. dr. Hj. Soebaktiningsih DTMH, M.Sc, SP.Par.K

  • SkenarioSeorang bayi laki-laki lahir di RS UMM melalui spontan belakang kepala dengan kala II lama, pada jam 01.10 tanggal 25-09-2014. Usia kehamilan aterm, berat badan saat lahir 3500 gram dengan panjang badan lahir 50 cm dan lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm. Lahir dengan AS 1-3-5-7 dan ketuban mekoneal. Usia Ibu 25 tahun. Kehamilan ini merupakan yang pertama dan tidak ada riwayat abortus sebelumnya. Tidak didapatkan riwayat ketuban pecah dini saat hamil. Tidak didapatkan riwayat hipertensi, maupun diabetes melitus, tetapi didapatkan hipertermia, dysuria,dan fluor albus pada saat hamil trimester III. Riwayat trauma tidak didapatkan. Ibu berkunjung teratur di bidan setiap bulan untuk pemeriksaan kehamilan dengan hasil yang dikatakan normal. Mendapat vitamin dan suplemen penambah darah.

  • KeywordSeorang bayi laki-laki atermSpontan belakang kepalaKala II lamaKehamilan 1 tdk ada riwayat abortusHipertermia, dysuria, fluor albus pada trimester III.AS 1-3-5-7Ketuban mekoneal

  • Klarifikasi IstilahAbortion adalah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus sebelum janin viabel ( Kamus Kedokteran Dorland Edisi 28)Dysuria adalah rasa nyeri atau sukar berkemih (Kamus Kedokteran Dorland Edisi 28)Hyperthermia adalah suhu tubuh yang meningkat luar biasa (kamus Kedokteran Dorland Edisi 28)Kehamilan aterm: kelahiran dari 38 minggu 40 minggu (Sarwono, 2007). Usia kehamilan 37 42 minggu (259-293 hari) (WHO, 1992)Kala II: kala pengeluaran janin (Suradji, 2005)BBL: rata2 berat normal (gestasi 37-41 minggu) 2500 - 4000 gr (Sylviati, 2008)Apgar Score: suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohadjo, 2012)Ketuban mekonial: air ketuban keruh bercampur mekonium dapat menyebabkan Sindrom Aspirasi Mekonium (SAM) (M. Sholeh Kosim, 2009)Fluor Albus: gejala yang diberikan cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tak berupa darah (Lalu Buly Fatrahady, 2009)

  • Bayi laki-lakiUK atermPada Trimester III didapatkan:-Hipertermia-Dysuria-Fluor albusLahir spontan dgn kala II lama-Kehamilan pertama-Tidak ada riwayat abortus-Tidak ada riwayat hipertensi-Tidak ada riwayat diabetes melitus-Tidak ada riwayat ketuban pecah diniIbu usia 25 tahunPB 50cmBB lahir 3500grLK 35cmKetuban MekonealLingkar Dada 34cmAS 1-3-5-7NormalNormalNormalNormalAsfiksiaOleh karena menit ke 5 < 7N =N = N = N =ResusitasiPeta Konsep

  • Rumusan MasalahBagaimana interpretasi hasil APGAR Score?Apa saja faktor yang menyebabkan kala II menjadi lama pada kasus tersebut? Dan bagaimana resikonya?Bagaimana mekanisme terjadinya Meconium Aspiration Syndrome (MAS)?Mengapa terjadi hypertermia, dysuria dan fluor albus?Bagaimana penanganan asfiksia dan ketuban mekonial pada bayi?

  • Learning ObjectiveMenjelaskan tentang sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, dan sepsis neonatorumMendiagnosis sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, dan sepsis neonatorumPenatalaksanaan awal pasienMemberikan konseling pada keluarga dan upaya preventif

  • Tinjauan Pustaka1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, dan sepsis neonatorum

    MAS adalah masalah kegawatan respirasi bidang perinatologi dan secara khusus didefinisikan sebagai adanya mekonium di bawah pita suara. Adanya mekonium di air ketuban merupakan indikasi adanya gangguan pada bayi yang berkaitan dengan masalah intrauterin berupa hipoksia akut maupun hipoksia kronis. (Klingner, 1999)

    Asfiksia neonatorium merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Betz dan Sowden, 2002). Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru. Faktor penyebab antara lain:Penyakit pada ibu saat hamil, seperti hipertensi, penyakit paru, gangguan kontraksi uterusPada ibu yang kehamilannya beresikoFaktor plasenta, seperti janin dengan solusio plasentaFaktor janin itu sendiri seperti kelainan pada tali pusat yang melilit pada leherFaktor persalinan seperti partus lama atau dgn tindakan tertentu

    Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Penyebab sepsis neonatorum adalah bakteri gram positif, gram negatif, virus infeksi. (Ida Ayu Chandranita Manuaba, 2008)

  • 2. Mendiagnosis sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, dan sepsis neonatorum

    Sindrom aspirasi mekonium harus dipertimbangkan terjadi pada setiap bayi baru lahir dengan AKK yang mengalami gejal napas atau distress respirasi.

    Berhubung dengan mekanisme yang menyebabkan MAS, maka temuan gambaran radiologikpun bervariasi. Seringkali dijumpai overaerasi yang dapat menyebabkan sindrom kebocoran udara seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atau emfisema pulmonum intersisialis. Terdapat hubungan antara derajat kelainan abnormalitas radiologik dan derajat penyakit MAS dengan konsolidasi atau atelektasis yang merupakan faktor prognosis yang kurang baik. Meskipun ada penelitian yang tidak mengkonfirmasi hubungan ini.

    Pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi diperlukan untuk mengevaluasi hipertensi pulmonal dan berguna untuk bayi pada awal kehidupannya. Kejadian AKK ( Air ketuban keruh) merupakan tanda yang serius pada janin yang dihubungkan dengan kenaikan mordibitas perinatal, maka monitor denyut janin merupakan indikator penting. Dipertimbangkan keadaan kontroversial yang ada saat ini, berhubungan dengan sebab pasase mekonium intra uterin. Didalam rahim hipoksia mengakibatkan relaksasi otot sfinter ani dipertimbangkan sebagai penyebab pasase mekonium. Sebaliknya, lingkungan intra uterin akan mempengarui kesejahteraan janin dan mengakibatkan AKK misalnya infeksi intra uterin yang mengakibatkan koriomnionitis, perlu diingat, air ketuban merupakan media kultur yang kurang baik untuk kuman. Air ketuban yang terinfeksi dan ditelan janin akan meicu terjadinya defekasi dini oleh janin yang juga diterangkan sebagai penyebab AKK.

  • 3. Penatalaksanaan awal pasien dengan sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, dan sepsis neonatorum

    A. Penatalaksanaan asfiksi

    Pemantauan gas darah, denyut nadi, fungsi sistem jantung dan paru dengan melakukan resusitasi, pemberian oksigen yang cukup, serta memantau perfusi jaringan tiap 2-4 jam.Mempertahankan jalan napas agar tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik.Asfiksia PGAR Skor (7-10) : -Bayi di bungkus dengan kain hangat-Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut-Bersihkan adan dan tali pusat-Lakukan onservasi tanda vital, pantau APGAR skol, masukan ke inkubatorAsfiksia sedang APGAR skor (4-6) :-Bersihkan jalan napas-Berikan oksigen 2 liter permenit-Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki, bila tidak ada reaksi bantu dengan masker-Bila bayi masih tetap sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc di suntukkan melalui vena umbilikus secara perlahan-lhan mencegah tekanan intrakranial meningkatAsfiksia berat APGAR skor (0-3) :-Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag-Berikan oksigen 4-5 liter permenit-Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube)-Bersihkan jalan napas melalui ETT-Apabila bayi sudah ulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. selanjutnya berikan dextrosa 40% sebanyak 4cc

  • Pencegahan asfiksia neonatorum

  • B. MAS Neonatologi

    Pencegahan dengan penghisapan orofaring bayi setelah lahir. Tetapi sebelum dada lahir. Di ikuti visualisasi pita suara dengan laringoskop, dan jika terlihat mekonium, pengisapan di lanjutkan pada trakea.Pengurangan penekanan tali pusat, deselerasi variabel, dan megap-megap bayi.Penatalaksanaan :1. Bayi di letakan di penghangat radiasi dan sisa mekonium di hipofaring di keluarkan dengan penghisapan di bawah visualisasi langsung.2. Trakea kemudian di intubasi dan mekonium di jalan napas sebelah bawah diisap3. Lambung di kosongkan untuk menghindari kemungkinan aspirasi mekonium lebih lanjut.

  • C. Sepsis Neonatorum

    Tindakan pencegahan di masa antenatal :-Pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala-Imunisasi-Pengobatan thd infeksi-Asupan gizi-Penanganan segera terhadap keadaan yang menurunkan kesehatan ibu dan janin-Rujukan segeran ke tempat pelayanan yang memadai bila di perlukanSaat persalinan :-Perawatan secara aseptik-Penghindari perlukaan kulit dan selaput lendirSesudah persalinan-Pemberian ASI secepatnya-Upayakan lingkungan tetap bersih-Setiap bayi menggunakan peralatan sendiri-Perawatan umbilikus secara steril-Cuci tangan dengan larutan desinfektan sebelum dan sesudah menyentuh bayi-Semua personel yang menangani harus sehat-Bayi yang berpenyakit menular harus di isolasi-Pemberian antibiotik secara rasional-Pemantauan mikrobiologi dan tes resistensiPrinsp pengobatan sepsis neonatorum : Mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi

  • 4. Pemberian konseling pada keluarga mengenai penyakit dan upaya preventif

    Antisipasi dini perlunya dilakukan resusitasi pada bayi yang dicurigai mengalami depresi pernapasan untuk mencegah morbiditas dan mortilitas lebih lanjut. Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan resusitasi yang lebih kompleks. Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan.(Suradi,2008)

    A. Konseling dan pencegahan aspirasi mekoniumMenjelaskan pada keluarga bahwa bayi mengalami MASMenjelaskan pada keluarga, bahwa MAS dapat diatasiMenjelaskan pada keluarga , efek yang ditimbulkan karena MAS

    Resiko aspirasi mekonium dapat berkurang dnegan melakukan perhatian yang cermat pada kegawatan janin dan segera memulai persalinan bila ada asidosis janin, perlambatan akhir, atau bila variablitias denyut ke denyut jelek. Infus amnion dan pengisapan DeLee orofaring sesudah kepala dilahirkan mengurangi insidens aspirasi mekonium.(Hageman, 1993)

    B. Konseling dan pencegahan terhadap asfiksia neonatorum Menjelaskan pada keluarga bahwa bayi mengalami asfiksiaMenjelaskan pada keluarga, bahwa asfiksia dapat diatasiMenjelaskan pada keluarga , efek yang ditimbulkan karena asfiksia

  • adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait.(Oswyn dkk,2000)

    Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa : Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam penanganan asfiksia neonatorum di masing-masing tingkat pelayanan kesehatan. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan dan penanganan persalinan. Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari : Persalinan yang bersih dan aman Stabilisasi suhu Inisiasi pernapasan spontan Inisiasi menyusu dini Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi (Suradi, 2008)

  • C. Konseling dan pencegahan sepsis neonatorum

    Menjelaskan pada keluarga bahwa bayi mengalami sepsis neonatorumMenjelaskan pada keluarga, bahwa sepsis neonatorum dapat diatasiMenjelaskan pada keluarga , efek yang ditimbulkan karena sepsis neonatorum

    Pada masa antenatalPerawatan antenatal meliputi pemeriksaan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.2. Pada saat persalinan Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan proses rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.Sesudah persalinanMengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Peawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik.(Surasmi, 2002)

  • Pembahasan

  • Kesimpulan

  • Daftar PustakaManuaba, Ida Ayu Chandranita. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGCAziz, A Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba MedikaKlingner, Celeste M, Kruse, Jerry. Meconium Aspiration Syndrome: Pathophysiology and Prevention. Clin rev 1999; 12 (6): 450-66IDAI. 2004. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAIOswyn G, Vince JD, Friesen H. 2000.Perinatal asphyxia at Port Moresby General Hospital: a study of incidence, risk factors and outcomeBehrman, Kliegman & Arvin, Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan AnakSurasmi dkk. 2002. Perawatan Bayi Resiko TinggiHidayat, Aziz Alimul.2008.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta:Salemba MedikaProf. dr. I.B.G. Manuaba, SpOG(k), dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGCDr Brahm.2009.Obstetri Williams: Panduang Ringkas,Ed.21/Kenneth J Lenevo.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGCSurasmi, Asrining, dkk.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran ECGYunanto Ari dkk, 2014. Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia